You are on page 1of 6

ANGKATAN 2000

ACEP ZAMZAM NOOR (1982 SEKARANG)

TENTANG ACEP ZAMZAM NOOR

Acep Zamzam Noor, dilahirkan pada 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa


Barat. Beliau adalah putra tertua dari K.H. Ilyas Ruhiat, seorang ulama
kharismatis dari Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya. Masa kecil dan
remajanya dihabiskan di lingkungan Pondok Pesantren Cipasung tersebut,
menyelesaikan SMAnya di Pondok Pesantren As-Syafiiyah, Jakarta. Beliau lalu
melanjutkan pendidikannya ke Jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan
Desain ITB (1980-1987). Semenjak kuliah, beliau sudah aktif dalam komunitas
sastra kampus, yang pada tahun keduanya menghasilkan sebuah antologi puisi
yang berjudul Tampar Mukaku! (1982).
4 tahun seusai studinya di Jurusan Seni Lukis ITB selesai, beliau mendapatkan
beasiswa dari Pemerintah Italia untuk belajar di Universita Italiana per
Stranieri, Perugia, Italia (1991-1993).
Menikahi seorang santri bernama Euis Nurhayati, dan dikaruniai 5 orang anak.

TENTANG ACEP ZAMZAM NOOR

Beliau merupakan penyair tulen yang sudah menghasilkan banyak puisi yang
termuat dalam beberapa buku kumpulan puisinya serta di berbagai media
massa terbitan daerah dan ibukota, seperti Pikiran Rakyat, Kedulatan Rakyat,
Sura Rakyat, Jawa Pos, Surabaya Pos, Bali Pos, Republika, Media Indonesia, Suara
Pembaruan, Suara Karya Minggu, Berita Buana, Amanah, Ulumul Quran, Majalah
Sastra Horison, Jurnal Kebudayaan Kalam, Jurnal Puisi dan juga muncul dalam
Dewan Sastra serta Jurnal Puisi Melayu Perisa (Malaysia).
Selain menulis puisi, beliau juga aktif melukis dan berpameran baik di dalam
maupun di luar negeri.

CIRI KEPENULISAN ACEP


ZAMZAM NOOR

Religiositas dan Erotika dalam Sajak-sajak Acep Zamzam Noor


Kalau kita cermat menyimak sajak-sajak Acep, kita akan menemukan bahwa pada
mulanya yang dominan dalam puisi-puisi Acep adalah tema religiusitas, rindudendam kepada Tuhan, yang berpilinan dengan kegandrungan sang penyair akan
alam. Secara umum puisi-puisi yang ditulis Acep antara tahun 1979-1990, yang
terhimpun dalam Tamparlah Mukaku (1982), Aku Kini Doa (1986), Di Luar Kota
Hujan (1996), dan sebagian dalam Jalan Menuju Rumahmu (2005) dan Menjadi Penyair
Lagi (2007), menyaran pada hal itu. Memang ada juga tema-tema lain yang digarap
Acep dalam periode ini, dengan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata,
seperti tentang ibu, tentang kesepian, tentang cinta romantik, akan tetapi tak
seintensif kegrandungan Acep yang mencuatkan tema relegiusitas, tak sebanding
dengan membanjirnya tema-tema cinta romantik dengan imageri-imageri erotik
yang rimbun dan memukau.
Dikutip dari esai Tia Setiadi dengan judul serupa.

CIRI KEPENULISAN ACEP


ZAMZAM NOOR

Sepintas hal tersebut (Religiusitas dan Erotika) tampak bertentangan. Namun dengan
argumentasinya, Tia (dalam buku Zaman Citra ke Metafiksi, Bunga rampai Telaah sastra
DKJ) ingin mengatakan bahwa religiositas dan erotika adalah dua hal yang memiliki
keterkaitan dan pararelisme yang erat (hal.478). Dengan mendasarkan gagasannya pada
pemikiran George Bataille--seorang penulis Prancis--,Tia setiadi melihat bahwa pengalaman
erotika memiliki kesamaan dengan penyatuan dengan sesuatu yang bersifat ilahi ataupun
mistik. Perbedaannya adalah, dalam erotika kedua insan harus berubah dan sama-sama
bertindak untuk saling meluruhkan diri menjadi satu, sedangkan dalam momen mistik
hanya mengisyaratkan subjek hanya dalam keadaan hening-bening dan sunyi (hal. 479). Apa
yang disampaikan oleh Tia Setiadi ini dapat dikatakan, merupakan pemakanaan baru dari
saja-sajak Acep Zamzam Noor.

KARYA & PENGHARGAAN

Kumpulan puisi, Tamparlah Mukaku!


(1982)
Kumpulan puisi, Aku Kini Doa (1986)
Kumpulan puisi, Kasidah Sunyi (1989)
Kumpulan puisi, Dari Kota Hujan (1996)
Kumpulan puisi, Di Luar Kata (1996)
Kumpulan puisi Sunda, Dayeuh Matapoe
(1993)
Sejumlah puisinya telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Inggris dan termuat dalam
antologi puisi The Poets Chant (1995),
Aseano (1995), dsb.
Sejumlah puisinya juga termuat dalam
beberapa antologi puisi bersama penyair
lain seperti, Dari Negeri Poci II (1994),
Takbir Para Penyair (1995), Antologi Puisi
Indonesia Modern Tonggak IV (1987), dsb.

Penulisan Karya Sastra Depdiknas


(2000)
South East Asian (SEA) Award,
dari Kerajaan Thailand (2005)
Khatulistiwa Literary Award
(2007)
Hadiah Sastra Rancage, untuk
kumpulan sajak Paguneman. Sajak
yang ia tulis dalam bahasa Sunda
(2012)

You might also like