You are on page 1of 2

LATAR BELAKANG

Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan
tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid,
dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat
menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin
dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein.
Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam
proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Pengertian garam beryodium adalah unsur kimiawi yang digunakan untuk kelenjar
thyroid untuk membuat hormone yang mengatur metabolisme tubuh. Kekurangan unsur
yodium dalam tubuh akan menimbulkan berbagai efek negative terhadap kesehatan (jurnal
GAKY, 2005). Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan
sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain
mengandung yodium sebesar 30 80 ppm (Depkes RI, 2000).
Fungsi utama hormon-hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan.
Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian,
hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi.
Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Disamping itu kedua hormon ini
mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta funfsi otot dan saraf
(Almatzier, 2001).
Garam beryodium yang di anjurkan untuk di konsumsi manusia adalah yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI No 01 3556.2.2000
tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garamditentukan sebesar 30 80 ppm dalam
bentuk KIO3
hal ini dikaitkandengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6 10gr.
(Palupi,2004).
Didalam praktek ini, praktikan akan menentukan kadar KIO3 dalam garam beryodium
menggunakan metode iodometri. Iodometri adalah titrasi terhadap iodium (I2) yang terdapat
dalam larutan (Tonimpa, 2013). Dengan adanya percobaan ini, praktikan diharap mampu
menegetahui dan mempelajari cara menentukan kadar suatu senyawa dengan menggunakan
metode Iodometri. Dari latar belakang di atas, bisa dilihat bahwa percobaan ini sangat perlu
diadakan.

DASAR TEORI
Titrasi merupakan analisis yang memungkinkan untuk menentukan jumlah yang pasti
dari suatu larutan yang dilakukan dengan cara mereaksikannya dengan larutan lain yang
konsentrasinya telah diketahui dengan pasti (Underwood dan Day, 2002).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilanganoksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan
oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh
elektron.Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilanganoksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan
bilanganoksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi
satusama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnyasaja
(Khopkar, 2003). Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian,
oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan
oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks
yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang
menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida
digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi
yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik
adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion
iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan
kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna
(Underwood, 1986)
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0C), tetapi agak larut
dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat dengan
menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan
dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti
sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap
suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986).
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat.
Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi
dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan
natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar
primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi
jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan
pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood,
1986).
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi
dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan
iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak langsung, dalam
hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya dititrasi dengan larutan
baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan
larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai
indicator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang.
(rafzanash, 2013)

You might also like