You are on page 1of 8

Amalgam

Pengertian amalgam
Amalgam adalah alloi yang berisi merkuri yang menjadi pasta keperak-perakan yang
lunak ketika dicampur dan kemudian akan mengeras. Sedangkan alloi (logam campur) sendiri
berarti suatu produk yang dibentuk oleh penggabungan dua logam atau lebih yang sama-sama
larut dalam air dan biasanya disuplay dalam bentuk bubuk dan dicampur dengan merkuri.
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan
ini dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya,
mudah beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun,
mengenai masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih
dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi
kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat
meracuni tubuh oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya.
Bahaya merkuri ini tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter
gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat
menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara
bahan dan lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas
terhadap fungsi biologi. Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis
yang merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik dan sifat kimia
melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan
biokompatibilitas adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi
merusakan jaringan rongga mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak
merusak lingkungan biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan
kedokteran gigi adalah:

1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.


2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi
dalam sistem sirkulasi.

3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.


4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.

Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki


kekuatan untuk menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama
dengan merkuri untuk keperluan kedokteran gigi biasanya disebut dengan
dental amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk alloy membent uk suatu
bahan plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah
dipreparasi. Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis
bahan tumpatan untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri
dari mixing, triturasi, kondensasi, triming dan karving serta polishing yang
dapat mempengaruhi sifat-sifat fisisnya seperti tekanan kondensasi yang tinggi
menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

Proses amalgamasi
Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang
disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke
dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.
Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas amalgam tergantung dari
tekanan yang terjadi antara alu dan lumpang. Tekanan yang berbeda beda dari operator
menyebabkan kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang
baik. Lain halnya dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan
amalgam yang homogen.

Klasifikasi Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Berdasarkan kandungan tembaga, yaitu:
a. Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga.
b. High Copper Alloys : mengandung lebih dari 6% tembaga.
High copper alloys dapat diklasifikasikan lagi atas:

Admixed alloy powder


Single composition (unicompositional) alloy powder
2. Berdasarkan kandungan seng, yaitu:
a. Zinc-containing alloy : mengandung lebih dari 0.01% zinc
b. Zinc-free alloy : mengandung kurang dari 0.01% zinc
3. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel alloy, yaitu:
a. Lathe cut alloys
b. Admixed alloys
c. Spherical alloys
4. Berdasarkan jumlah alloy, yaitu :
a. Binary alloys, terdiri dari logam silver dan tin.
b. Ternary alloys, terdiri dari logam silver, tin dan copper.
c. Quartenary alloys, terdiri dari logam silver, tin, copper dan indium.
5. Berdasarkan ukuran dari alloy, yaitu:
a. Microcut , yaitu alloy dengan ukuran kecil
b. Macrocut, yaitu alloy dengan ukuran besar.

A. Sifat Fisik Amalgam


1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap
yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan
mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI ADA specification no.1
menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan
mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan
tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh
lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa
mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :
Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal.(Com be,
1992)

Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami


kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979)
Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)

2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan
kemudian tetap stabil.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula
expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
2. Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya
3. Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total
area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan
mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan
mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
4.

Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu
triturasi, maka expansi akan lebih kecil.

5.

Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan
terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.

3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan
koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan
mikroleakage dan sekunder karies.
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam

4. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan,
yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

B. Sifat Mekanik Amalgam


1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur
tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur
yang lainnya. Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
1. Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy
tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan
bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat
amalgam menjadi lebih rapuh.
2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.
Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih
kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.
3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel
yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.
4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.
Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah
teknik triturasi yang baik.

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang
tidak kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi

Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda
dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan diantaranya :
1.

Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur
amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun

yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam
dengan tembaga yang tinggi
2.

Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan
merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan
logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya
amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh
merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam
itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan
korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.

3.

Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya
mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam
campurlathe- cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya,
terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras
keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan
kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri
dari amalgamlathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan
ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.

4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh dokter
gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu 20
menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah
amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada
kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak
memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam
komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004)

C. Sifat Kimia Amalgam


1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis

dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan
daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi
secara in vivo . Untuk restorasi amalgam amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana
paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya
semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic
yang dihasilkan.

2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat
mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan.
(Marke, 1992)
Solusi;
1.memoles tumpatan amalgam
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.

3. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat
menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver
dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.

D. Sifat Biologi Amalgam


1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai
dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain.
Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping
fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang
dari 1 % dari populasi yang di rawat.(Anusavice, 2004)
Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)

2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai
dipertanyakan. Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu
analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut
berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan
dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut
dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi
asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan;
Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari
senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru
yang mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paruparu oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan
mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada
janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi
yang akan dilahirkan.
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau
pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses
pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008)
Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas.
2. Menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. Pemilihan tipe lantai yang cocok
4. Penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia
5. Jangan disentuh dengan tangan
6. Menggunakan masker
7. Memakai teknik hand condensor
8. Ruang tidak berkarpet

You might also like