Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan anggota tubuh yang memiliki luas permukaan terlebar
pada manusia. Kesehatan dan kecantikan kulit kerap menjadi prioritas yang harus
dijaga. Kurangnya perawatan kulit dapat menimbulkan penyakit. Penyakit yang
dapat menyerang kulit adalah infeksi jamur, antara lain jamur Trichophyton
mentagrophytes yang menyebabkan penyakit kurap. Masalah infeksi jamur
menempati posisi ke dua dari seluruh penyakit kulit yang ditemui di dunia. Hal ini
dikarenakan penyakit tersebut tidak hanya menyerang suatu golongan, namun
dapat menyerang siapa saja bisa laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa,
dimana dan kapan saja di rumah, di kantor, di sekolah bahkan di tempat paling
bersih sekalipun. Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis dengan
kelembaban udara yang tinggi sangat mendukung pertumbuhan jamur. Infeksi
jamur juga didukung oleh banyaknya masyarakat Indonesia yang masih berada di
bawah garis kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan, sanitasi dan
pola hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari (Hare,
1993).
Kebutuhan sediaan topikal antijamur sampai saat ini masih menempati
peringkat atas, namun keberadaan obat antijamur relatif lebih sedikit dibanding
obat-obat antimikroba lain. Keterbatasan tersebut dikarenakan sifat sel jamur yang
seperti sel manusia, yaitu bersifat eukariotik, sehingga sulit menemukan senyawa
spesifik terhadap sel jamur tetapi tidak toksik pada inangnya. Sel jamur lebih sulit
diatasi karena mudah bertahan hidup sekalipun dalam lingkungan kurang
selama
landasan
ilmiahnya
dapat
dipertanggungjawabkan.
Rendahnya efek samping atau toksisitas obat yang bersumber dari bahan alam
juga merupakan salah satu pertimbangan untuk alternatif tersebut.
Tanaman brotowali memiliki berbagai kandungan kimia diantaranya
alkaloid (Dalimartha, 2008), flavonoid (Cotelle, 2001), triterpenoid (Kongkathip
et al., 2002). Berdasarkan penelitian Dewi (2009), ekstrak yang mempunyai
aktivitas antijamur tertinggi adalah ekstrak yang mengandung golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, fenolat dan terpenoid.
Ekstrak diformulasikan ke dalam bentuk krim untuk mempermudah
penggunaan serta memberikan kenyamanan saat dipakai. Basis krim yang dipilih
adalah paraffin cair. Keuntungan paraffin cair sebagai pembawa adalah bersifat
inert, memberikan kestabilan terhadap perubahan suhu, kompatibel terhadap
banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah disebar, melekat pada kulit, tidak
terasa berminyak dan mudah dibersihkan (Winarti, 2013).
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan tersebut, pada penelitian ini
ekstrak etanol batang brotowali diformulasikan menjadi bentuk sediaan krim
dengan evaluasi kestabilan yang sesuai sehingga menghasilkan produk yang
berpotensi sebagai antijamur Trichophyton mentagrophytes.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui stabilitas sediaan krim ekstrak batang brotowali (Tinospora
crispa).
2. Mengetahui aktivitas antijamur dengan melihat zona hambat yang dihasilkan
krim ekstrak etanol batang brotowali (Tinospora crispa) terhadap jamur
Trichophyton mentagrophytes.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengembangan
formulasi bahan alam dan memberikan dasar ilmiah pengembangan tanaman
brotowali sebagai bahan alternatif yang memiliki aktivitas antijamur terhadap
jamur Trichophyton mentagrophytes.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelusuran pustaka yang telah dilakukan diantaranya:
1. Penelitian Ramdhania (2014) menunjukkan ekstrak etanol batang T.crispa
memiliki aktivitas antifungi terhadap C.albicans sebesar 1,10,1 mm. Hasil
fraksinasi diperoleh 5 fraksi dengan aktivitas antifungi terbesar yaitu pada
fraksi I 750 ppm dengan diameter zona hambat sebesar 30 mm. Identifikasi
menggunakan Spektrofotometri IR dan GCMS pada fraksi I, diketahui gugus
yang
dapat
dihambat
pertumbuhannya
yaitu
Trichophyton