Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Apotek
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(Menkes RI, 2004). Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan perlindungan terhadap pasien
berfungsi sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya, tujuan
yang ingin dicapai mencakup mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir
pengobatan, agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agar diterapkan penggunaan
secara rasional, memantau efek samping obat dan menentukan metode penggunaan obat.
2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.
3. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yang berlawanan,
keracunan dan jika perlu memberikan saran untuk memodifikasi pengobatan.
4. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada pasien.
adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
II. Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam :
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
4. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek.
5. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 84/MENKES/PER/II/1995.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 149 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan No. 184 Tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti
dan Izin Kerja Apoteker.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1.
2.
3.
4.
ekonomis.
Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi :
Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.
Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan.
Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan.
Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
Penggolongan Obat
Macam-macam penggolongan obat yaitu sebagai berikut :
Menurut kegunaan obat :
Untuk menyembuhkan (terapeutik)
Untuk mencegah (profilaktik)
Untuk diagnosis (diagnostic)
Menurut cara penggunaan obat :
Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, beretiket putih
Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi,
III.
membrane
3.
a.
b.
4.
a.
mukosa,
rectal,
vaginal,
nasal,
ophthalmic,
aurical,
Tandanya berupa : Lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam dengan
diameter 1,5cm atau disesuaikan dengan kemasannya (Umar, 2005).
(Daftar W=Waarschhuwing=Peringatan)
adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh
wadah
atau
kemasan
obat
bebas
Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak membahayakan
(Syamsuni, 2006).
Tanda Obat Keras :
d. Obat
Wajib
Apotek (OWA)
Menurut Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib, menerangkan
bahwa yang dimaksud dengan OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter.
Merupakan program pemerintah dengan tujuan untuk :
Meningkatkan kemampua masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi
masalah kesehatan (swamedikasi)
Meningkatkan pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) oleh Apoteker
(Dirjen BPOM, 1996).
Ketentuan pelaksanaan OWA :
Memenuhi ketentuan & batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA
yg bersangkutan
Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
Memberikan informasi meliputi :
Dosis dan aturan pakainya
Kontra indikasi
Efek samping
Hal lain yg perlu diperhatikan pasien
e. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas aktivitas mental dan perilaku
Obat psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :
Psikotropika golongan I
Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh :
meskalin, extasy.
Psikotropika golongan II
f. Narkotik
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
menimbulkan ketergantungan.
Obat narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Antara lain : tanaman Papaver somniverum, opium mentah, opium masak, daun koka,
heroin, kokain mentah, kokaina.
Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Antara lain : benzetidin,
metadon, fentanil, morfina, opium, pethidin.
Narkotika golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Antara lain : dihidrokodein, etilmorfina, kodein (Umar, 2005).