You are on page 1of 10

AMALGAM

Amalgam didefinisikan sebagai campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam sendiri merupakan campuran dari merkuri
(Hg), perak(Ag),timah (Sn), tcmbaga (Cu) dan bahan-bahan lain yang memiliki fungsinya
masing-masing. Semua unsur tersebut saling melengkapi jika dikombinasikan dengan
perbandingan yang tepat.
Amalgam dapat mengalami perubahan dimensi selama pemanipulasiannya. Terdapat
dua jenis perubahan dimensi pada amalgam, yaitu kontraksi (pengerutan) dan ekspansi
(pengembangan). Ekspansi dapat menyebabkan tekanan pada puIpa dan sensitivitas pascaoperatif, sedangkan kontraksi dapat berakibat pada timbulnya celah keeil dan karies sekunder.
Kontraksi terjadi setelah triturasi yang disebabkan oleh larutnya partikel Ag dan terbentuknya
kristal V1 yang menimbulkan volume akhir yang lebih keeil dari pada volume awalnya.
Suatu kontraksi yang kecil dapat terjadi kembali pada 1-2 jam setelahnya karena
pembentukan massa padat Hg di dalam Ag3Sn.
Pada saat kondensasi, kontraksi masih berlangsung karena tekanan yang diberikan
menyebabkan bergeraknya merkuri keluar dari massa. Ekspansi yang timbul 20 menit setelah
triturasi disebabkan oleh penyusunan yang rapat dari kristal-kristal y1 di dalam matrix.
Ekspansi terns berlanjut sampai satu jam. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
perubahan dimensi pada amalgam adalah ukuran partikel alloy, perbandingan merkuri dengan
alloy amalgam, waktu triturasi, kondensasi dan kontaminasi

Kavitas kelas V
Kavitas kelas V merupakan kavitas yang terdapat pada 1/3 gingival pada semua gigi,
di permukaan bukal, labial, lingual dan palatinal (bukan pada pit dan fisur), namun lesi ini
lebih dominan timbul di permukaan yang menghadap ke bibir dan pipi daripada lidah.
Kavitas Klas V bisa mengenai sementum selain email.
Jenis Restorasi Amalgam
a

Amalgam Konvensional
Perbedaan utama antara berbagai aloy konvensional terletak pada bentuk dan
ukuran partikelnya. Alloy yang dipotong dengan mesin bubut/ lathesin bubutbisa
berbentuk coarse atau grain halus; dari keduanya yang lebih disenangi adalahpartikel

grain halus. Alternative lain untuk menghasilkan partikel alloy selainmemotong dengan
lathe adalah pembuatan partikel spheris. Perbedaaan antaralathe cut dan spheris adalah
bentuk partikelnya, lathe cut cenderung berbentuk batang atau jarum tidak seragam,
sedangkan spheris berbentuk bulat-bulatseragam dan kecil. Perbedaan tersebut
dikarenakan proses pembuatannya yangjuga berbeda. Beberapa alloy mengandung
campuran partikel yang dipotongdengan lathe dan partikel spheris.
Alloy konvensional mengandung konstitusi dasar sebagai berikut :
Ag = 67-74 %
Sn =25-27 %
Cu = 0-6 %
Zn = 0-2%
Selain itu juga mengandung beberapa persen logam Hg sebagai bahan untuk proses
amalgamisasi.Amalgamasi terjadi ketika merkuri berkontak dengan permukaan
partikellogam campur Ag-Sn. Jika bubuk di triturasi, dibagian luar partikel akan
larutmenjadi merkuri. Pada saat bersamaan, merkuri berdifusi ke partikel logamcampur.
Merkuri mempunyai daya larut yang terbatas untuk perak (0,035%wt)dan timah
(0,6%wt).Jika daya larut ini terlampaui, Kristal-kristal dari dua senyawa logambiner
akan berpresipitasi menjadi merkuri. Kedua senyawa ini adalah senyawa Ag2Hg3
berbentuk kubik dengan pusat dibagian tengah (fase gamma) dansenyawa SnHg
heksagonal yang tersusun rapat (fase gamma2). Karenakelarutan perak dalam merkuri
lebih rendah daripada timah, fase gamma 1berpresipitasi terlebih dahulu sementara fase
gamma 2 berpresipitasi kemudian.Segera sesudah triturasi, bubuk logam campur
bercampur dengan cairanmerkuri, menghasilkan adonan yang mempunyai konsistensi
plastis. Sewaktu merkuri yang tersisa melarutkan partikel logam campur, Kristal-kristal
gamma 1dan gamma 2 akan bertumbuh. Saat merkuri menghilang amalgam sudah
menjadimengeras. Sementara saat partikel tertutup dengan kristal yang baru
terbentuk,sebagian besar gamma 1, kecepatan reaksi menurun. Logam campur biasanya
dicampur dengan merkuri pada rasio 1:1. Dengan rasio ini jumlah merkuri tidak
mencukupi untuk bereaksi dengan seluruh partikel logam campur asli; akibatnya,partikel
yang tidak bereaksi akan tetap ada pada amalgam yang mengeras. Partikellogam campur
(sekarang lebih kecil, karena permukaannnya sudah dilarutkan olehmerkuri), dikelilingi

dan diikat bersama-sama dengan Kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2yang padat.Jadi,
amalgam rendah kandungan tembaga yang tipikal adalah suatugabungan dimana
partikel-partikel yang tidak dikonsumsi tertanam dalam fasegamma 1 dan gamma2. Sifat
fisik dari amalgam yang sudah mengeras tergantung padapersentase relative dari masingmasing fase struktur mikro. Partikel Ag-Sn yangtidak dikonsumsi mempunyai efek yang
kuat.. makin banyak fase ini yangteetinggal dalam sruktur akhir, makin kuat
amalgamnya. Komponen paling lemahadalah fase gamma 2. Kekerasan fasse gamma2
kira-kira 10% dari kekerasangamma 1, sementara kekerasan gamma sedikit lebih tinggi
daripada gamma 1.Fase gamma 2 juga merupakan fase yang paling kurang stabil
dalamlingkungan yang korosif dan dapat mengalami erosi, terutama pada leher
restorasi.Secara umum, fase gamma (Ag3Sn) dan gamma 1 murni (Ag2Hg3) adalah
stabildalam lingkungan rongga mulut. Meskipun demikian gamma 1 dalam rongga dalam
amalgam mengandung sejumlah kecil timah, yang dapat hilang dalamlingkungan yang
korosif.
b

Amalgam Kaya Kuprum


Sifat mekanisnya yang baik, juga ketahanan terhadap korosi danintegritas bagian
tepi serta kinerjanya dalam perobaan klinis yang lebih baik, biladibandingkan dengan
logam campur konevensional yang rendah kandungantembaga. Ada 2 macam komposisi
logam campurkandunagn tembaga tinggi, yang pertama adalah bubuk logam campur
gabungan, dan ynag kedua adalah bubuk logam campur berkomposisi tunggal.

Logam Campur Gabungan


Merupakan campuran dari setidaknya dua jenis partikel. Bubuk gabungan
menunjukan partikel lathe-cut rendah kandungan tembaga dan partikel logam capur AgCu sferis. Bahan ini lebih kuat dariapda amalgam yang dibuat dari bubuk lathe-cut yang
kandungan tembaga nya rendah, karena dengan adanyakandungan Ag-Cu bekerja sebagai
bahan pengisi yang membuat lebih kuat.Bubuk logam campur gabungan biasanya
mengandung bubuk tinggitembaga berbentuk sferis sebanyak 30%wt samapai 55%wt.
Total kandunganlopam campur gabungan berkisar antara 9%wt sampai20%wt.

Logam Campur Komposisi Tunggal


Berbeda dengan logam campur gabungan,setiap partikel pada bubuk inimempunyai
komposisi kimia yang sama. Komponen utama dari partikel-partikelini adalah perak,
tembaga , dan timah. Logam campur ini mengandung perak 60%wt, timah 7%wt,
tembaga 13%wt. Kandungan tembaga dalam berbagailogam campur komposisi tunggal
berkisar 13wt-30%wt.

Amalgam Plus Fluoride


Dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang ilmu bahankedokteran gigi,
untuk meningkatkan mutu amalgam terhadap terjadinya kariessekunder telah
dikembangkan dengan menambahkan senyawa fluorida denganmaksud menambah efek
anti kariogenik. Bahan restorasi amalgam yangmengandung fluorida yang dalam
bubuknya merupakan amalgam konvensionaltipe lathe-cut dengan komposisi (brosur
Dentoria -France) :Stanus Fluorida (SnF) 1%,Perak (Ag) 68%Timah (Sn)27%Tembaga
(Cu) 4,5%Seng (Zn) 1,5%.Fluorida pada bahan restorasi amalgam dalam bentuk
senyawa SnF2..Senyawa ini terbukti dapat mengurangi kelarutan enamel terhadap asam
dan dapatmeningkatkan konsentrasi fluorida di dalam struktur gigi yang berdekatan
denganbahan restorasi ini. Menurut Phillips, fluorida dalam amalgam cukup
dapatmengurangi kelarutan permukaan enamel dari pengaruh asam, meskipun
fluoridayang terlepas terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi cukup efektif untuk
mencegah terjadinya karies.Mekanisme fluorida yang utama adalah meningkatkan daya
tahan enamelkarena adanya remineralisasi, bersifat bakterisid dan menurunkan
kemampuanbakteri memproduksi asam. Karena amalgam yang mengandung fluoride
inimempunyai daya untuk mencegah karies sekunder maka dapat digunakan jugapada
anak-anak dan dapat digunakan pada orang dewasa.Selain amalgam yang berflouride ini
pada gigi decidui juga dipergunakanrestorasi kuprum amalgam karena sifat kuprum
amalgam ini antibakteri darikuprum itu sendiri. Bahan ini tersedia dalam bentuk pil
mengandung 60 - 70%mercury dan 30% kuprum. Dalam penggunaannya bahan
dipanaskan sampaitetesan mercury muncul lalu ditrituasi seperti pada bahan amalgam
lain dankemudian dikondensasi didalam kavitas.
Karena itulah bahan ini tidak dianjurkan untuk tambalan tetap karenaterjadi
mercury hygiene yang buruk. Jadi dapat disimpulkan bahwa amalgam tipeini tidak cocok

digunakan oleh orang dewasa, tetapi tipe amalgam konvensional biasanya yang dipakai
untuk orang dewasa.3

Indikasi dan kontra Indikasi


Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas V
Kelas V amalgam digunakan untuk menumpat kavitas di sepertiga cervical mahkota
gigi baik fasial maupun lingual. Restorasi amalgam biasanya digunakan untuk merestorasi
area non-estetik, area dimana akses dan visibilitasnya terbatas dan dimana kontrol
kelembapannya sulit, dan untuk area dengan area yang dalam secara gingival. Amalgam lebih
dipilih saat lesi karies meluas ke arah gingival dimana flap jaringan lunak harus direfleksikan
untuk mendapatkan akses dan visibilitas yang cukup.
Kontra Indikasi Amalgam untuk Kavitas kelas V
Kelas V amalgam kontraindikasi untuk area-area yang penting secara estetik seperti
gigi-gigi anterior karena akan terlihat selama berbicara.
Batasan pembuatan restorasi
Restorasi amalgam untuk gigi dengan kavitas kelas II dan V adalah alternatif untuk
pasien dengan lesi baru atau karies akar yang berhubungan dengan restorasi yang sudah lama
dan gagal atau untuk pasien yang tidak dapat mempertahankan mahkotanya.
Teknik restorasi
a. Prosedur Awal
Salah satu langkah awal yang dilakukan dalam restorasi amalgam adalah isolasi
daerah perawatan. Isolasi yang tepat mencegah daerah perawatan terkontaminasi oleh
kelembaban, meningkatkan asepsis, dan memfasilitasi akses dan visibilitas daerah
perawatan. Saliva, gingival crevicular fluid atau darah harus dihilangkan selama
pembuangan jaringan karies, aplikasi liner dan adhesif. Kelembaban menyulitkan
penilaian visual dan juga dapat mengkontaminasi pulpa selama pembuangan jaringan
karies. Selain itu juga mempengaruhi sifat fisik dari bahan restorasi yang digunakan.
Margin gingiva preparasi gigi klas V sering terletak lebih apikal daripada gingival crest.
Oleh karena itu, diperlukan suatu proses isolasi untuk memberi proteksi pada free
gingiva dan untuk menyediakan akses ke daerah perawatan.

Macam bahan yang digunakan untuk isolasi daerah perawatan antara lain dengan
rubber dam dan retainer, selain itu menggunakan gulungan kapas dan benang retraksi
atau retraction cord. Isolasi menggunakan gulungan kapas dan benang retraksi akan
efektif bila pemasangannya tepat, dan cara ini adalah cara isolasi yang paling sering
digunakan.
Tali retraksi harus diletakkan di sulkus gingiva sebelum preparasi gigi dilakukan
untuk menghindari perlukaan pada daerah free gingiva. Benang retraksi ini harus secara
adekuat meretraksi free gingiva. Setelah benang retraksi terpasang di sulkus gingiva,
dokter gigi menggunakan gulungan kapas dan semprotan udara (air syringe) untuk
mengeringkan area perawatan. Ukuran benang retraksi adalah inchi atau 6mm lebih
panjang daripada margin gingiva. Diameternya harusdisesuaikan dengan kedalaman
sulkus gingiva karakteristik free gingiva. Biasanya diameter paling kecil dipasang pada
sulkus gigi anterior dan gigi premolar karena free gingiva yang terdapat pada gigi-gigi
ini tipis, halus, dan ketat. Bila perlu, benang dapat dibagi menjadi dua lalu dipintal
menjadi satu sehingga diameternya lebih kecil.Jika free gingiva terlihat memucat, berarti
diameter benang retraksi yang digunakan terlalu besar, dan harus diganti dengan yang
diameternya lebih kecil. Benang retraksi biasanya dibiarkan terpasang selama proses
preparasi gigi, insersi dan carving amalgam.
b. Preparasi Gigi
Untuk membuat outline form yang tepat untuk preparasi tumpatan amalgam klas V,
margin kavitas diperluas sampai pada area yang masih sehat, dengan batasan kedalaman
aksial 0.5 mm ke dalam DEJ dan 0.75 mm ke dalam sementum (pada bagian akar gigi).
Outline form untuk preparasi tumpatan amalgam klas V diukur terutama dengan lokasi
dan ukuran dari karies atau material restorasi lama. Dahulu, preparasi tumpatan amalgam
di daerah cervical dibuat seluas mungkin, namun sekarang, mengacu pada filosofi
konservasi, preparasi dibuat seminimal mungkin, tergantung dari ukuran kerusakan yang
ada.
Operator harus memeriksa email gigi yang akan dipreparasi untuk mengetahui
kedalaman dekalsifikasi yang terjadi pada email. Perluasan outline form bisa dilakukan
pada email yang tidak dijumpai kavitas dan dekalsifikasi. Pada beberapa kasus, jika ada
dekalsifikasi pada daerah outline form seluruhnya, outline form harus diperluas sampai
area cervical proximal. Pada kasus seperti ini, kemungkinan proses restorasi akan susah
dan disarankan untuk dibuat restorasi full crown.

1. Preparasi Awal
Prinsip umum preparasi berlaku untuk preparasi dimana saja. Preparasi awal
dilakukan dengan tapered fissure bur dengan ukuran yang disesuaikan dengan kavitas.
Kedalaman axial awal yang harus dicapai adalah 0.5 mm ke dalam DEJ.
Kedalamanaxial total yang harus dicapai biasanya 1-1.25 mm tergantung lokasi
incisogingival (occlusogingival). Email lebih tebal pada daerah incisal dan occlusal
daripada cervical. Kedalaman preparasi untuk area cervical adalah 0.75-1 mm. Ujung
mata bur pada preparasi awal terletak di dentin yang berkaries atau di permukaan
material restorasi lama. Posisi bur harus diperhatikan agar selalu tegak lurus dengan
permukaan luar struktur gigi dan paralel dengan enamel rods. Biasanya diperlukan
pengubahan orientasi handpiece untuk mengakomodasi kecembungan gigi di daerah
cervical mesiodistal dan incisogingival.
Kedalaman 0.5 mm dalam DEJ menghasilkan retensi yang diperlukan tanpa
merusak email. Untuk preparasi gigi yang diperluas sampai daerah incisogingival,
dinding axial harus dibuat lebih cembung mengikuti kontur DEJ.
Bur yang digunakan untuk preparasi awal adalah round carbide burs (no.2 atau
no.4). Round burs diindikasikan untuk area yang tidak dapat diakses dengan fissure
bur yang diaplikasikan tegak lurus dengan permukaan gigi. Jika diperlukan, round
burs yang lebih kecil juga dapat digunakan untuk membentuk sudut internal pada
preparasi ini, untuk mengusahakan retensi yang lebih baik.
2. Preparasi Akhir
Tahap preparasi akhir meliputi pembuangan dentin yang terinfeksi karies,
proteksi pulpa, pembuatan retensi, finishing external wall, cleaning, inspecting,
desensitizing. Dinding axial dentin yang terinfeksi dibuang dengan bur no.2 atau no.4.
Material restorasi lama (termasuk base dan liner) bisa tetap disisakan dengan syarat:
1) Berdasarkan pemeriksaan klinis maupun radiografis tidak didapatkan recurrent
caries
2) Base dan liner dalam keadaan intact
3) Asymptomatic
Pada restorasi amalgam, perlu dibuat suatu bentuk retensi tersendiri karena
retensi yang ada pada restorasi amalgam hanya restorasi makromekanis. Bur no.1/4
digunakan untuk membuat 2 alur retensi, yaitu di incisoaxial line angle dan di
gingivoaxial line angle. Handpiece harus diposisikan sedemikian rupa sehingga
membagi dua sudut yang terbentuk antara axial wall dan incisal wall. Arah alur incisal

yang dibentuk harus lebih incisal daripada axial dan arah alur gingival harus lebih
gingival daripada axial. Kedalaman alur yang dibentuk kira-kira 0.25 mm, atau
setengah diameter bur. Alur yang dibuat harus adekuat, karena merupakan satusatunya retensi dari restorasi. Sebaiknya retensi dibuat pada 4 titik yang berbeda,
masing-masing di sudut axial (axial point angle). Pembuatan retensi pada 4 titik ini
akan meminimalkan pengurangan dentin yang berada dekat dengan pulpa sehingga
paparan mekanis terhadap pulpa dapat dikurangi.
Selain bur no.1/4, alat yang dapat digunakan dalam pembuatan alur ini adalah 785-2 1/2 -6-angle-former chisel atau bur no.33 . tahapan selanjutnya adalah
cleansing atau pembersihan preparasi dengan air water spray dan evakuasi. Air
syringe digunakan untuk menghilangkan cairan. Inspeksi dilakukan untuk mengecek
apakah preparasi yang dilakukan sudah komplit. Jika preparasi telah komplit, tahapan
selanjutnya adalah aplikasi desensitizer.
Preparasi luas yang melibatkan line angles
Untuk karies pada permukaan fasial yang melibatkan line angle gigi,
preparasinya

seharusnya

melebar

hingga

sekitar

line

angle.

Preparasinya

menggunakan fissure bur kemudian dilanjutkan menggunakan round bur yang


diameternya sama seperti fissure bur. Preparasi pada bagian fasial tersebut untuk
menyediakan akses pada daerah perluasan (melibatkan line angle).Menempatkan
retensi grooves sepanjang occlusoaxial dan gingivoaxial line angle sebagai retensi.
Gingival margin trimmer atau 7-85-21/2-6 angle former chisel bisa digunakan untuk
menyediakan bentukan retensi ketika akses handpiece sulit. Jika bentukan outline
kelas V mendekati restorasi proximal maka lebih baik melebarkan preparasi sampai
area restorasi proximal.
Teknik Restorasi
a. Aplikasi sealer dan bonding
Aplikasi sealer dan bonding dapat mencegah kebocoran. Bonding digunakan sebagai
penyedia adhesi terhadap struktur amalgam.
b. Menempatkan matrix
Salah satu alternatifnya adalah menggunakan matrix yang berukuran pendek dengan bahan
stainless steel,masing-masing untuk mesial dan distal, yang ditempatkan melalui kontak
proksimal, sebagai petunjuk pada sulcus gingival dan sudut-sudut tipis. Stripnya harus cukup
lebar hingga melebar kearah oklusal melalui kontak proksimal dan cukup panjang hingga

fasial line angle. Strip yang digunakan harus stabil dan kaku, yang dapat membantu untuk
aplikasi sejumlah kecil campuran lunak pada ujung sudut-sudut tipis sebelum insersi pada
sudut-sudut tersebut. Strip berfungsi sebagai resisten terhadap kondensasi mesial dan distal,
yang akan mendukung kondensasi di puasat preparasi. Untuk mencegah kerusakan jaringan
lunak maka strip pada sudut gingival harus disesuaikan (di-trimmer)dengan sirkumferensial
kontur dari dasar sulkus gingival.
Alternatif lainnya adalah daripada menggunakan dua strip masing-masing pada mesial dan
distal, maka dapat digunakan strip yang panjang hingga melalui kontak proksimal, melebar
ke permukaan lingual, melewati area kontak lainnya, yang membentuk bentuk U-matrix.
Tetapi kelemahannya adalah sulit dalam men-trimmer strip untuk area sulkus gingiva.
c. Kondensasi dan carving
Untuk memasukkan amalgam ke dalam area preparasi yang kecil, dapat digunakan amalgam
carrier dan memadatkan amalgam terlebih dahulu pada area retensi dengan menggunakan
condenser. Kemudian memadatkan kembali amalgam pada dinding preparasi mesial dan
distal. Yang tidak kalah penting yaitu memadatkan amalgam dalam volume yang cukup pada
pusat preparasi untuk memudahkan mengukir kontur yang benar. Mengukir dilakukan setelah
insersi amalgam. Pengukiran dilakukan dengan explorer tine atau Hollenback No. 3 carver
yang dipegang paralel terhadap margin.
Sisi amalgam carver (tangkai/pegangannya)harus diposisikan bertumpu pada area yang tidak
dipreparasi, untuk mencegah overcarving. Pengukiran dilakukan pada margin incisal atau
oklusal untuk menghilangkan sisa-sisa amalgam, kemudian berlanjut pada sisi margin mesial
dan distal. Penghilangan sisa-sisa amalgam harus dilakukan dengan benar pada tepi-tepi dan
benar-benar bersih agar tidak menyebabkan iritasi gingival dan kerusakan margin. Kontur
fasial harus lebih ditingkatkan untuk mencegah makanan terjebak pada sulkus gingival dan
juga untuk menyediakan akses untuk pembersihan area. Over kontur perlu dihindari untuk
mencegah under stimulasi dan pembersihan pada gingiva selama mastikasi. Pembersihan
sisa-sisa amalgam juga dilakukan pada rubber dam dan retraktor menggunakan eksplorer dan
air water syringe.
d. Finishing dan polishing
Ketika prosedur pengukiran telah dilakukan dengan baik maka finishing tidak begitu
dibutuhkan. Tetapi finishing dan polishing juga penting untuk mengoreksi diskrepansi atau
untuk memperbaiki kontur. Untuk lebih menghaluskan restorasi yang sudah diukir dapat
digunakan kapas yang lembab.

Dalam penggunaan stones atau rotating cutting instruments harus berhati-hati terutama pada
daerah margin di bawah CEJ (cement enamel junction) karena dapat mengurangi cementum
atau menggores tepi gingiva.
Kegagalan restorasi
Restorasi amalgam kelas 5 dikontraindikasikan pada pentingnya area secara estetik, karena
banyak pasien dengan objek restorasi metal itu nampak selama konservasi. Kerugian
secara primer restorasi amalgam kelas 5 bahwa bersifat metalik yang berpotensi untuk
kontaminasi merkuri dan tidak estetik.
Secara umum, amalgam kelas 5 ditempatkan pada permukaan facial caninus mandibula,
premolar, dan molar itu tidak nampak secara siap sedangkan amalgam yang ditempatkan
pada premolar maksila dan molar pertama mungkin akan nampak. Oleh karena itu tuntutan
estetik pasien seharusnya dipertimbangkan ketika perencanaan perawatan.
Perbedaan kedalaman permukaan halus juga menaikkan ketebalan pada sisa dentin antara
dinding axial dan pulpa di aspek gingiva pada preparasi untuk membantu melindungi
pulpa. Untuk preparasi gigi yang diluaskan secara incisogingiva, dinding axial harus lebih
konvex karena itu mengikuti kontur DEJ.
Bila amalgam diaplikasikan pada area yang tajam maka amalgam sulit beradaptasi, karena
amalgam mudah beradaptasi pada area yang bulat untuk retensi alur.
Penggunaan amalgam tanpa matrix dapat mempersulit terjadinya kondensasi pada
preparasi gigi dengan dinding axial yang mesiodistalnya konvex, oleh karena itu amalgam
harus dibuat landsliding selama overpaking, dan akan membantu menahan tekanan pada
restorasi.
Kegagalan pada saat carving area marginal akan menyebabkan kontur konvex tidak
komplit pada restorasi. Bila terdapat kelebihan amalgam pada area marginal akan merusak

area tepi bahkan menyebabkan iritasi gingiva.


Overkontur pada permukaan terjadi karena peningkatan food impaction dalam sulkus
gingiva dan diperparah dengan kurangnya kesadaran pasien akan kebersihan rongga
mulutnya. Oleh sebab itu overkontur harus dicegah karena dapat menurunkan stimulasi
dan kebersihan gingiva selama pengunyahan.

You might also like