You are on page 1of 11

1

Kuntari Erimurti

Industri Kreatif
Industri kreatif, atau sering disebut Creative Economy, merujuk pada seperangkat
sektor industri yang saling mengunci (interlocking) dan smerupakan bagian yang sedang
tumbuh di era ekonomi global. Creative industries sering dikaitkan dengan cultural
industries, namun sebenarnya Cultural Industries adalah sektor tambahan (adjunct-sector)
dari Creative Industries, termasuk di dalamnya (a) Cultural tourism & Heritage, (b) Museums
& Libraries dan (c) Sports & Outdoor activities. Cultural Industries lebih mengarah pada
menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial,
studi budaya dan pendidikan budaya.
Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kegiatan mengkreasikan dan
mengeksploitasi produk kekayaan intelektual (intellectual property) seperti seni, film, games
atau desain fesyen, atau layanan kreatif untuk business-to-business misalnya iklan. Sektor
kreatif yang sudah diidentifikasi yaitu:
1. Iklan
2. Arsitektur
3. Seni dan restorasi karya seni
4. Kerajinan
5. Desain, termasuk desain komunikasi
6. Fesyen
7. Film, Video dan Fotografi
8. Perangkat lunak, Computer Games dan Publikasi Elektronik
9. Musik dan Seni Pertunjukan
10. Penerbitan
11. Televisi dan Radio

1
Staf Divisi Pengembangan Industri Kreatif, TechnoArt Park, PPPPTK Seni dan Budaya.

Page 1 of 11
Sektor-sektor kreatif tersebut pada umumnya dijalankan oleh usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), yang diidentifikasi sering mengalami hambatan pada (1) konsistensi
kualitas, dan (2) sulit memenuhi order yang besar dalam waktu yang singkat. Meskipun
demikian, industri kreatif yang termasuk dalam kategori UMKM ini perlu dibangun sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya meningkatkan Produk
Domestik Bruto (PDB). Untuk mengembangkan industri kreatif, perencana perlu (1)
memahami pengorganisasian proses kreatif di lingkungan masyarakat berbasis pengetahuan,
yaitu bagaimana kreatifitas di stimulasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan inovasi yang
sukses, (2) memahami lingkungan ekonomi dan sosial yang menentukan keberhasilan
pengembangan dan pendirian industri kreatif, (3) mengembangkan ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge-based economy) dan (4) memahami bahwa industri kreatif dibangun
berdasar bakat alam dan ditandai dengan pertumbuhan cepat, penambahan nilai yang tinggi,
dan perspektif sosial yang positif.

Pekerja kreatif
Kategori pekerja kreatif ada tiga yaitu:
1. Pekerja kreatif yang ditetapkan berdasar pekerjaan utama yang dilakukan,
misalnya bekerja sebagai pemain piano, diklasifikasi sebagai musisi.
2. Semua pekerja yang dipekerjakan di industri kreatif (mis: musisi, satpam,
pembersih, akuntan, manajer, dsb yang bekerja untuk perusahaan rekaman)
3. Semua pekerja kreatif dan tidak bekerja untuk industri kreatif (mis: guru piano).
4. Semua orang dengan pekerjaan kreatif sampingan mis: menghasilkan karya seni di
waktu luang, atau sebagai hobi.

Pengertian produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan
keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk yang dipasarkan termasuk barang-barang fisik,
layanan, pengalaman, kegiatan, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan gagasan.
Selanjutnya, produk diklasifikasi menjadi tiga berdasarkan (1) daya tahan produk, (2) produk
konsumen, dan (3) produk industri.

Page 2 of 11
Berdasar daya tahannya, produk dapat digolongkan menjadi dua yaitu (1) produk yang
memiliki daya tahan dalam jangka waktu yang lama, biasanya adalah barang-barang nyata
yang dapat dihitung, seperti almari es, mesin cuci, dan pakaian, dan (2) produk yang memiliki
daya tahan dalam jangka pendek, biasanya dikonsumsi dalam jangka pendek, seperti
minuman, makanan, dan sabun. Jasa layanan termasuk dalam golongan produk yang tidak
nyata, variabel, tidak dapat dipisah-pisahkan, dan rentan, seperti salon kecantikan, biro
konsultasi, dan jasa pencucian baju.
Produk konsumen adalah produk yang dibeli oleh konsumen berdasar kebiasaan
belanja konsumen. Produk konsumen digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Produk Praktis (convenience goods) yaitu produk yang sering dibeli oleh
konsumen dengan usaha minimum, seperti rokok, sabun dan koran. Jenis produk
konvenien bisa dibagi menjadi tiga yaitu (1) produk pokok, yaitu produk yang
dibeli oleh konsumen pada basis reguler, (2) produk impulsif, yaitu produk yang
dibeli oleh konsumen tanpa perencanaan, dan (3) produk darurat, yaitu produk
yang dibeli oleh konsumen hanya ketika pada keadaan darurat.
2. Produk Umum (shopping goods) yaitu produk yang dalam proses pembeliannya
diperlukan seleksi dengan cara membandingkan kesesuaian, kualitas dan gaya.
Contoh produk umum adalah pakaian, mebel, dan berbagai peralatan.
3. Produk Khusus (specialty goods) yaitu produk yang memiliki karakteristik
keunikan atau merk khusus yang mampu dibeli oleh sebagian konsumen dengan
harga khusus. Contoh produk khusus adalah mobil mewah, peralatan fotografi atau
merk khusus yang sangat populer misalnya Mercedes.
4. Produk Sangat Khusus (unsought goods) yaitu produk yang jarang dibeli dan
konsumen bahkan tidak pernah memikirkan untuk membelinya. Contoh produk
sangat khusus adalah asuransi atau ensiklopedi.

Produk industri adalah produk yang diklasifikasikan berdasar proses produksi dan
harga relatifnya. Produk ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Bahan Baku dan Suku Cadang (materials and parts) yaitu produk yang menjadi
input bagi produsen. Jenis produk ini dibagi dua yaitu (1) bahan baku dan (2) suku
cadang.

Page 3 of 11
2. Barang-barang Modal adalah produk tahan lama yang digunakan untuk
memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk akhir, meliputi instalasi dan
peralatan
3. Jasa Layanan dan Pasokan adalah produk jangka pendek yang memfasilitasi
pengembangan atau pengelolaan produk akhir, meliputi (1) perawatan dan
perbaikan, misalnya layanan pembersihan dan pengecatan, dan (2) pasokan untuk
mengoperasikan pabrik, misalnya minyak industri, bahan bakar, alat tulis dan
kertas.

Hirarki nilai produk bagi konsumen


Pernahkan terpikirkan, nilai produk apa yang sebenarnya diperoleh konsumen ketika
membeli sebuah rumah? Mengapa konsumen merasa perlu dilayani dengan baik? Pertanyaan
ini dapat dijawab dengan memahami nilai produk yang sebenarnya dibutuhkan oleh
konsumen, dan nilai-nilai lain yang sesungguhnya sebagai nilai tambahan, namun kadang
justru memberikan nilai lebih pada produk yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen. Nilai
produk rumah sebenarnya memiliki hirarki sebagai berikut.
1. Core benefit adalah manfaat rumah yang sangat fundamental yang benar-benar
dibutuhkan oleh konsumen, yaitu tempat hunian yang nyaman dan dapat
memberikan kepuasan sehingga konsumen memperoleh manfaat dan keuntungan
dari rumah yang dibeli.
2. Basic product adalah produk pokok yang diberikan kepada konsumen sehingga
konsumen merasa nyaman, aman dan sehat jika menghuni rumah tersebut. Produk
ini antara lain konstruksi bangunan yang kokoh, bahan bangunan yang bermutu
tinggi, pencahayaan alam yang cukup dan sirkulasi udara yang memenuhi standard
kesehatan.
3. Expected product adalah atribut produk yang biasanya diharapkan oleh konsumen
pada saat menghuni rumah yaitu lingkungan yang bersih dan sehat, sumber air dan
energi yang sustainable, tersedia infra struktur komunikasi (mobile dan stationair),
transportasi (jalan yang baik dan lintasan angkutan umum), dekat dengan fasilitas
umum seperti tempat beribadah, sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan serta
sarana olahaga dan rekreasi.

Page 4 of 11
4. Augmented product yaitu produk yang diidamkan oleh konsumen dibalik semua
produk yang diharapkan, misalnya kecepatan dan profesionalisme developer,
kemudahan cara-cara pembelian, keindahan dan keserasian tata ruang dan
lingkungan, serta pemandangan alam yang indah.

Untuk menjamin kepuasan konsumen, justru augmented product merupakan faktor


kompetitif yang sangat efektif. Kompetisi baru adalah bukan antar produk yang diproduksi
oleh perusahaan, tetapi antar apa yang mereka tambahkan pada output dalam bentuk kemasan,
iklan, layanan konsumen, keuangan, pengiriman barang ke konsumen, penyediaan barang,
dan aspek lain yang dianggap bernilai oleh konsumen (Kotler dan Keller, 2006).
Pendapat ini didukung oleh Edward De Bono dengan konsep sur/petition. Menurut De
Bono kompetisi adalah usaha yang perlu dilakukan untuk bertahan dari kompetitor, dan
sur/petition adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses. Kompetisi adalah bagian
dari perawatan dan penetapan dasar pijakan. Kita perlu ada dibalik kompetisi untuk mencari
apa yang ada diatas segala kompetisi (sur/petition). Sur/petition adalah sikap pemikiran, suatu
strategi dan desain sebuah konsep (De Bono 1992).
Sedangkan konsep diartikan oleh De Bono sebagai sebuah cara untuk mengerjakan
sesuatu yang akan mencapai sebuah tujuan dan menyediakan berbagai nilai. Dengan demikian
untuk meraih sukses, produsen harus merancang dan menetapkan konsep produk yang
memberikan nilai lebih kepada konsumen. Konsumen tidak hanya memperoleh manfaat
produk yang diharapkan tetapi juga mendapatkan pengalaman yang baru dan dapat digunakan
untuk menjalani kehidupan di masa datang dengan lebih baik.

Paradigma baru desain produk


Untuk melakukan inovasi produk baru dan juga dalam menyampaikan nilai-nilai
kepada klien, sudah saatnya produsen menggunakan tim multidisiplin. Untuk menciptakan
bisnis multidisiplin tersebut dibutuhkan manajer hibrid yang menjembatani kesenjangan
antara dunia desain dan dunia bisnis. Untuk itu, desainer harus bekerjasama dengan para
spesialis di bidang sosial, pemasar dan konsultan manajemen. Desainer akan perlu
mengembangkan kompetensi kunci untuk tim, komunikasi, apresiasi peran disiplin lain dan
meningkatkan kesadaran bisnis dan teknologi (Design Council, 2007).

Page 5 of 11
Desain merupakan reprsentasi level manajer papan atas yang merefleksikan
pertumbuhan kepentingan strategik di industri kreatif. Hal ini di dukung oleh perubahan
strategi perusahaan yang saat ini dan di masa datang memfokuskan produknya pada pengguna
dan melebarkan fungsi desain dari desain komunikasi dan produk ke pengembangan strategik
industri kreatif.
Ada dua alasan penting mengapa terjadi paradigma baru dalam perkembangan desain
produk. Pertama, desain diarahkan kepada konsep keberlangsungan (sustainable). Konsep
keberlangsungan ini meliputi daya tahan desain untuk jangka panjang, bahan dan proses yang
digunakan untuk produksi tidak merusak lingkungan. Kedua, jika desain memberi kontribusi
kepada budaya manusia, maka harus mencerminkan gaya hidup masyarakat tertentu.
Pendekatan desain yang cocok untuk konsep tersebut adalah incremental product
improvement artinya pengembangan produk dilakukan secara bertahap sesuai dengan (1)
kebutuhan konsumen, (2) pemeliharaan lingkungan hidup dan (3) teknologi tepat guna
sehingga tidak terjadi konflik diantara tiga unsur tersebut, dan mengurangi dampak negatif
desain produk dan produksinya (Walker, 2008).
Dampak negatif yang muncul antara lain tidak laku jual karena tidak dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, bahan yang digunakan mengakibatkan perusakan lingkungan, proses
produksinya menghasilkan limbah yang tidak ramah lingkungan, teknologi yang digunakan
berbiaya tinggi, dan daur hidup produk sangat pendek sehingga produk cepat menjadi usang
dan tidak diminati lagi oleh konsumen. Untuk menghindari konflik, maka penciptaan produk
baru ini harus merupakan bagian dari solusi. Dengan demikian peran desain pada penciptaan
produk bukan hanya sekedar ekspresi desainer, tetapi merupakan interrelasi antara kultur
material, konsumerisme, lingkungan dan dampak sosial. Desainer bisa mengeksplorasi
metode baru dan mengembangkan pendekatan alternatif untuk mendefinisikan produk
fungsional.
Incremental product improvement dikembangkan menjadi bagian dari konsep desain
yang layak diintegrasikan dengan konsep desain konvensional yang sudah dijalankan selama
ini. Untuk menjaga supaya proses pengembangan tetap konsisten dilakukan secara bertahap,
maka produk didesain dengan menitik beratkan pada konsep acceptance of what is. Konsep
ini sangat natural dan menghindari konsep mendesain secara konvensional yaitu sekedar
membuat desain baru dan berumur pendek. Ada tiga “r” sebagai dasar penciptaan produk. R

Page 6 of 11
yang pertama berkaitan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu reduce, yang
dimaknai dengan sikap mengurangi bahan, energi dan menggunakannya sehemat mungkin.
R yang kedua adalah reuse, yaitu menggunakan kembali produk-produk yang sudah
usang atau tidak terpakai dan digunakan untuk kepentingan lain yang bermanfaat. Misalnya
kemasan minyak goreng isi ulang yang terbuat dari plastik di gunakan kembali untuk
membuat produk tas. Reducing dan reusing merupakan dua aspek yang sangat penting dan
harus diberikan prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan R yang ketiga yaitu recycling
(Walker, 2008).
Pemikiran tentang desain yang lebih menekankan fungsi produk dengan
mengetengahkan unsur-unsur reducing, reusing dan recycling menghasilkan produk baru
dengan bahan lama, dan selalu mempertimbangkan pelestarian lingkungan. Produk baru yang
didesain dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi yang tidak
ternilai kepada pemberdayaan kearifan lokal, pelestarian lingkungan, kesejahteraan ekonomi
rakyat karena bisa diproduksi dengan skala kecil maupun besar. Industri kreatif dimulai dari
kegiatan ekonomi semacam ini. Sebagai contoh produk kap lampu yang menggunakan
kembali (reuse) botol bekas kemasan minuman, dikombinasikan dengan kap lampu yang
terbuat dari kertas semen (recycling) dan didalamnya dipasang lampu hemat energi
(reducing). Produk baru ini bisa mengintegrasikan skala besar dan produksi massal dengan
skala kecil dan produksi lokal serta menyediakan banyak peluang untuk menciptakan industri
kreatif melalui desain dan penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak dipakai pada
level sangat lokal. Konsep penciptaan produk tersebut mengubah peran desain menjadi peran
yang lebih ditujukan kepada masyarakat dan lingkungannya, namun menggunakan material
dan kearifan lokal.
Produk yang diciptakan berdasarkan pertimbangan tiga “r” tersebut sangat fungsional,
dengan unsur estetis yang sangat minim, tidak fashionable dan tidak mempertimbangkan
aspek-aspek seni yang rumit. Produk fungsional ini mencapai tujuan sebagai produk yang:
• Diterima apa adanya, dengan bahan-bahan yang digunakan ulang (reuse) dengan
segala konsekuensi terdapat bekas-bekas penggunaan di masa lampau, misalnya
ada goresan pada permukaannya.
• Menilai produk seperti apa adanya sesuai manfaat yang bisa diberikan.

Page 7 of 11
• Menghargai produk seperti apa adanya karena penghargaan ini sama dengan
menghargai pemikiran desainernya, keasliannya, keunikannya dan usaha yang
sudah digunakan untuk membuat desain, juga menghargai sumber daya dan energi
yang telah digunakan pada proses produksinya.
• Menghargai keberadaan barang-barang yang sudah tidak terpakai dan
menggunakannya kembali (tidak membuangnya dan menggantikannya dengan
produk baru).
• Memperlambat budaya konsumerisme dan cenderung menggalakkan konsep baru
dalam mengkonsumsi produk dan jasa.

Paradigma baru desain produk tersebut mengarahkan pemikiran kepada konsep eco-
design. Eco-design adalah suatu pendekatan desain produk dengan mempertimbangkan
dampak yang bisa terjadi pada lingkungan dari seluruh daur hidup produk. Eco-design
cenderung diintegrasikan kedalam pengembangan produk melalui pilot project, menyeleksi
produk yang sudah ada, dimulai dari proses pengembangan paling dasar hingga tahap akhir
(Schiavone et al., 2008) sesuai dengan daur hidup produk (product life cycles).
Daur hidup produk biasanya terdiri dari (1) cara memperoleh bahan baku, (2)
pembuatan, (3) penggunaan dan (4) pembuangan. Seluruh proses yang terjadi pada daur hidup
produk harus dipandang secara integratif dan merupakan perwujudan dari pengembangan
produk, desain, produksi, pemasaran, pembelian dan paska pembelian.
Orang-orang yang terlibat dalam proses daur hidup produk harus bekerjasama dan
saling toleran untuk mengaplikasikan eco-design dalam menciptakan produk baru yang
memiliki peluang bagus di pasar dan bisa memprediksi dampak menyeluruh dari produk
tersebut terhadap lingkungannya. Aspek-aspek lingkungan yang dianalisis untuk setiap
tahapan di dalam proses daur hidup produk adalah sebagai berikut.
• Konsumsi sumber daya (energi, bahan, air atau area)
• Emisi udara, air dan tanah yang relevan untuk pelestarian lingkungan dan
kesehatan manusia.
• Lain-lain, misalnya kebisingan dan getaran.
• Limbah (baik yang tidak merugikan maupun yang merusak lingkungan)
merupakan bagian awal dan emisi akhir dari setiap proses. Ketika limbahnya

Page 8 of 11
berupa gas metan atau debu, maka limbah ini bisa terhirup oleh manusia dan bisa
mengganggu kesehatan manusia. Meskipun limbah gas ini tidak langsung
berkaitan dengan produknya namun dampak terhadap lingkungannya akan sangat
relevan dikaitkan jika dengan produksinya.

Eco-design berbasis pada pelestarian ecosystem dan mengurangi dampak perusakan


lingkungan (Eco Indicator 95, 1996). Dampak lingkungan yang bisa merusak sistem ekologi
atau kesehatan manusia adalah sebagai berikut:
• Dampak rumah kaca yaitu terjadinya peningkatan temperatur bumi yang
disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas buang yang menghalangi radiasi
panas yang dikeluarkan oleh bumi.
• Dekomposisi lapisan ozon yang disebabkan oleh adanya peningkatan radiasi
ultraviolet pada permukaan bumi.
• Acidification yaitu terjadinya degradasi hutan yang disebabkan oleh hujan asam.
• Eutrophication yaitu hilangnya tanaman langka yang bisa tumbuh di struktur tanah
yang gersang. Tanah gersang ini disebabkan oleh emisi substansi yang merupakan
dampak dari pupuk dan perubahan ekosistem air.
• Smog terutama pada musim panas, merupakan masalah bagi penderita sesak nafas
(asma). Smog disebabkan oleh tingginya konsentrasi ozon tingkat rendah atau
debu dan komposit belerang.
• Adanya zat beracun selain yang disebutkan diatas, antara lain logam berat, zat
karsinogenik dan pestisida.

Untuk menjaga ecosystem, maka proses produksi harus benar-benar


mempertimbangkan lima aspek penting yaitu:
• Bahan baku yang digunakan tidak merusak lingkungan. Apabila menggunakan
kayu, haruslah kayu yang dipotong dari pohon yang berasal dari hutan produksi,
bukan hutan lindung, dan di tera dengan label ekologi (ecolabeling). Konsep tiga
“r” akan membantu desainer mengurangi dampak perusakan lingkungan. Semakin
banyak kontribusinya terhadap pelestarian lingkungan maka produk akan menjadi
semakin dihargai.

Page 9 of 11
• Proses pengolahan yang digunakan harus singkat sehingga efisien. Semakin
singkat proses pengolahan yang digunakan akan semakin efisien.
• Proses transportasi bahan dan produk harus efisien, diukur dengan standard ton per
kilometer. Semakin pendek jaraknya semakin efisien.
• Energi yang digunakan untuk produksi harus seminim mungkin. Semakin sedikit
energi yang digunakan untuk proses produksi, akan semakin baik.
• Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus ramah lingkungan. Semakin
ramah dengan lingkungan akan semakin baik.

Konsep incremental design berbasis tiga “r” dan eco-design dikenal secara luas untuk
mengembangkan produk dan melakukan inovasi produk. Pada acara “2008 International
Home and Housewares Show” yang diselenggarakan di New York Hilton, Manhattan pada
tanggal 08 Januari 2008 yang lalu, hanya ada sedikit produk yang merupakan inovasi dan
sungguh-sungguh merupakan penemuan baru, beberapa jenis produk merupakan
pengembangan dan 90 persen adalah produk incremental yang merupakan pengembangan
dari produk yang sudah ada (Bill Lazaroff, senior vice president for product development and
design dari Lifetime Brands-StarNewsOnline.com, 2008).
Level tertinggi eco-design adalah iPod dan bola lampu hemat energi yang merupakan
penemuan baru dan berhasil menciptakan pasar baru serta perubahan cara hidup
manusia.Produk-produk semacam itu sangat sedikit. Selanjutnya, konsep eco-design yang
berwawasan global dan memanfaatkan kearifan lokal (glocal) akan dijadikan landasan bagi
setiap pengembangan desain produk yang ditujukan untuk pengembangan industri kreatif.
ECO merupakan awalan yang cocok untuk ECO-logy dan ECO-nomy. Eco-design
mempertimbangkan kedua aspek tersebut secara serius. Selanjutnya eco-designers bisa lebih
fokus pada parameter eco-design yang dikembangkan melalui pendekatan desain yang
strategik.

Page 10 of 11
No. KEGIATAN WAKTU 2008
03 04 05 06 07 08 09 10 11
1. Identifikasi industri kreatif yang ada di Indonesia saat ini*
2. Menyusun klasifikasi sektor industri dan pekerja kreatif
3. Identifikasi jenis produk industri kreatif
4. Membuat desain produk untuk pengembangan industri
kreatif: Pilot Project
5. Identifikasi kompetensi pekerja kreatif**
6. Desain kurikulum pelatihan berjangka untuk pekerja kreatif**
7. Pelatihan jangka pendek untuk pekerja kreatif***
Keterangan:
• *bekerjasama dengan Seksi Datin
• **bekerjasama dengan asosiasi industri (mis: ASMINDO) dan LSP
• ***program berkelanjutan untuk tahun 2009
• Untuk kegiatan identifikasi dan klasifikasi industri dan produk kreatif serta pelatihan pekerja kreatif, bekerjasama
dengan sub divisi Workshop dan Divisi Inkubator Bisnis dan BLU

De Bono, Edward (1992) Sur/Petition: Going Beyond Competition, London, Harper Collins
Publisher.
Design Council (2007) Lesson from Europe, Report on the Design Council/HEFCE fact-
finding, Visit to Netherland, Denmark and Finland, 5-10 September.
Kotler, Philip and Keller, Kevin, Lane (2006) Marketing Management” 12th Ed., NJ, Pearson
Education.
Schiavone, Francesco; Pierini, Marco and Eckert, Vincent (2008) “Strategy-based approach to
eco-design: an innovative methodology for systematic integration of ecologic
/economic considerations into product development process,” International Journal of
Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp. 29-44.
StarNewsOnline.com diakses Januari 2008.
The Eco-Indicator 95 (1996) Weighting method for environmental effects that damage
ecosystem or human health on a European scale, Updated version.
Walker, Stuart (2008) “Extant objects: designing things as they are,” International Journal of
Sustainable Design, Vol. 1, No. 1, pp: 4-12.

Page 11 of 11

You might also like