Professional Documents
Culture Documents
Dosen Kordinator
: Niko Tambajong
Dosen Pengajar
: Niko Tambajong
Di susun oleh :
Kelas C
Kelompok I
Jonathan Lumi
Morenita Jeanifer Umboh
Vinny Vionita Bawuno
Yolanda Jealin Theo
Lian Unas
Virjinia Arundaa
Nurjamilah Masuku
Susana Fatunlebit
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli psikiatri
dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita
berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan intelektual dan memori serta tidak
mengetahui kembali ketempat tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami
gangguan anggota gerak koordinasi dan reflek. Pada autopsy tampak bagian otak
mengalami atropi yang difus dan simetris, dan secara mikroskopis tampak bagian
kortikal otak mengalami neuritis plaque dan degenerasi neurofibrillary.
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai
populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan
menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga
akan semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurology karena orang tua
tersebut yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif
sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukan munculnya penyakit
degeneratife otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi
yang merupakan penyebab utama demensia.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom klinis dengan gejala
menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi demensia
menurut unit Neurobehavior pada boston veterans Administration Medikal Center
(BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat menetap, dengan
adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa,
memori, visuospasial, emosi dan kognisi.
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzeimer (50-60) dan kedua oleh
cerebrovaskuler (20). Diperkirakan penderita demensia terutama penderita Alzheimer
pada abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan mungkin
menjadi epidemic seperti di Amerika dengan insiden demensia 187 populisi /
100.000/tahun dan penderita alzeimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian
keempat atau kelima.
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk
merawat diri ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
b. Penyebab/Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament,
predisposisi heriditer.
c. Gejala Klinis
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
1. Kehilangan daya ingat/memori
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu
adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya
tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan
menyiapkan makanan.
3. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi
penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata
dengan kata yang tidak biasa.
4. Disorientasi waktu dan tempat.
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita
Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia
saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat
ini malam atau siang.
5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau
sebaliknya.
6. Salah menempatkan barang.
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita
Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan
pada kotak gula.
7. Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer
dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
8. Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga,
mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem
memori menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
9. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan
minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)
d. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan :
atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior
frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik
tetap utuh
CT Scan :
Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer
seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran
ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada
penyakit ini. Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi
dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental.
MRI :
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan
penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non
spesifik.
PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :
metabolisme O2
e.
Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin
(Razadyne), & rivastigmin
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent
enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan
kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama
periode yang sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg
pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal.
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
f. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu :
usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan
logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang
berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor
resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah
penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun
mengkonsumsi alkohol.
Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal
g. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik
tergantung pada 3 faktor yaitu :
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita alzheimer.
h. Komplikasi
Infeksi
Malnutrisi
Kematian
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali
kebutuhan
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
tonus atau kekuatan otot.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi, dan/atau
integrasi.
Anamnesa
a. Nama
b. Usia
c. Tempat, Tanggal, Lahir
d. Alamat
e. Pendidikan Terakhir
f. Pekerjaan
2.
g. Agama
h. Status Perkawinan
i. Suku
j. Golongan Darah
k. Genogram (3 generasi keatas)
Riwayat Kesehatan
a.
b.
c.
d.
4.
d.
Berapa nomor telepon Anda? (jika tidak mempunyai telepon tanyakan alamat
lengkap)
e. Kapan Anda lahir?
f. Siapa nama presiden sekarang?
g. Siapa nama presiden sebelumnya?
h. Berapa umur Anda?
i. Siapa nama ibu Anda?
j. Berikan perhitungan sederhana (misal 10 3 lalu dikali 2)
Untuk mengetahui hasil test intelektual ini dapat diketahui dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Kesalahan 0 2
: fungsi intelektual utuh
b. Kesalahan 3 4
: kerusakan intelektual ringan
c. Kesalahan 5 7
: kerusakan intelektual sedang
d. Kesalahan 8 10
: kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi jika pasien terdapat lebih dari satu kesalahan jika pasien berpendidikan
terakhir SD.
B. Pengkajian Persistem
1.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Sistem penglihatan
Alat yang digunakan:
Senter atau penlight
Snellen chart
Ichihara
Stetoskop
Hanscoon
Cotton buth atau gulungan kapas steril
b.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
Tata Laksana:
Inspeksi
Lihat keadaan umum mata, apakah terdapat kelainan pada mata.
Lihat keadaan pupil,apakah mata pasien strabismus apa tidak, bentuk, ukuran.
Lihat keadaan kornea mata, apakah terdapat katarak
Lihat keadaan sklera mata, apakah pasien ikterus, non ikterus, merah, atau keruh.
Lihat konjungtiva pasien dengan cara pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien lalu
gunakan hanscoon apabila terlihat adanya sekret pada mata. Minta pasien untuk
menatap lurus kedepan. Letakkan kedua ibu jari dibawah mata, lalu tarik perlahan kulit
bawah mata. Apabila warna dari konjungtiva pink maka pasien ananemis, namun
apabila konjungtiva pasien pucat maka pasien diduga anemis. Bisa juga dilakukan
dengan cara lain yaitu pemeriksa berdiri membelakangi pasien lalu pasien diminta untuk
menatap lurus kedepan, tarik keatas secara perlahan kelopak mata dan lihat warna
bagian dalamnya.
f) Catat hasil pemeriksaan
2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada nyeri tekan atau teraba adanya massa
pada mata pasien. Jika pasien merasakan nyeri tekan kemungkinan Tekanan Intra
Okuler pada mata tinggi, sedangkan jika teraba massa ada kemungkinan adanya tumor
pada mata, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan penunjang. Cara melakukan
palpasi pada mata yaitu:
a) Mintalah pasien untuk berkoordinasi jika pasien merasakan nyeri tekan atau tidak.
b) Mintalah pasien untuk menutup mata dengan rileks.
c) Lakukan dengan kedua jari ( jari tengah dan jari telunjuk) tekan dengan lembut dari
samping mata kearah hidung.
d) Catat hasil pemeriksaan
3) Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat bunyi bruit pada mata.
Auskultasi dilakukan dengan cara:
a) Mintalah pasien untuk menutup mata dengan rileks
b) Letakkan membran stetoskop pada mata, dan dengarkan
c) Catat hasil pemeriksaan
4)
a)
(1)
(2)
Uji Refleks
Refleks Pupil Terhadap Cahaya:
Atur pencahayaan ruangan
Minta pasien untuk menatap lurus kedepan dan minta pasien untuk tidak menggerakkan
(3)
(4)
(5)
(6)
kepalanya.
Sinari pupil dari samping dengan menggunakan senter atau penlight.
Amati apakah pupil mengecil ketika disinari.
Lakukan pada pupil yang lain
Catat hasil pemeriksaan
b) Refleks Berkedip
Refleks berkedip dilakukan dengan cara menyentuhkan cotton buth atau gulungan
kapas pada mata, lakukan dari samping. Perhatikan refleks berkedip, catat hasil
pemeriksaan.
c)
mengalami
gangguan
penglihatan
terutama
penglihatan
jarak
dekat
(hipermetropi), atau bisa juga pasien mengalami gangguan penglihatan jarak dekat dan
jarak jauh (presbiopi). Cara mengetahui Daya Akomodasi pasien yaitu:
(1) Anjurkan klien menatap objek yang jauh (dinding), tanya apa yang dilihat oleh pasien.
(2) Anjurkan pasien menatap objek dekat ( 25 30 cm) dari hidung pasien (misal pinsil
atau bulpoin), tanya apakah pasien dapat melihatnya atau tidak. Daya akomodasi pada
mata : 4-100/PP
diam.
Amati frekuensi (cepat atau lambat), amplitudo (luas atau sempit), bentuk jika
bawah kanan.
f) Catat hasil pemeriksaan
6)
a)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
Ketajaman Penglihatan
Pengkajian Tahap 1
Pastikan cahaya diruangan terang
Pastikan pasien dapat membaca
Minta klien membaca dengan suara keras (koran, majalah)
Jika pasien menggunakan kacamata, pada tahap ini kacamata boleh dipergunakan.
Perhatikan jarak naskah yang dipegang dengan matanya
Catat hasil pemeriksaan
Pengkajian Tahap 2
Atur pencahayaan ruangan
Siapkan kartu Snellen, pajang didinding
Atur tempat duduk klien dengan jarak 5 6 meter dari kartu.
Instruksikan untu pasien menutup sebelah matanya
(5) Periksa mata pasien dimulai dari huruf yang paling besar ke huruf yang paling kecil.
(6) Lakukan hal yang sama pada mata yang lain.
(7) Catat hasil pemeriksaan.
7) Penglihatan Warna
a) Atur pencahayaan ruangan terang
b) Siapkan kartu Ichihara
c) Instruksikan klien untuk menyebutkan gambar atau angka yang terdapat pada kartu
tersebut.
d) Catat hasil pemeriksaan.
Catatan: bila pasien diketahui terdapat katarak, pemeriksaan diatas dapat tetap
dilakukan, namun jika katarak yang diidap sudah menutup semua kornea, maka
pemeriksaan hanya difokuskan pada mata yang belum terdapat katarak.
2.
a.
1)
2)
3)
Sistem Pendengaran
Alat Yang digunakan
Senter atau lampu kepala.
Hanscoon (jika perlu)
Garpu Tala
b. Anamnesa
1) Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami infeksi pada telinga, keluar
cairan dari telinga, atau trauma pada telinga.
2) Tanyakan pada pasien apakah pasien pernah mengalami vertigo (pusing 7 keliling) jika
iya, tanyakan frekuensi terjadinya, dan lama terjadinya, lalu cara yang dilakukan oleh
lansia ketika mengalami vertigo, kapan atau pada saat apa vertigo biasanya muncul.
3) Catat hasi anamnesa
c.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
Tata Laksana
Inspeksi
Posisikan pasien dalam posisi duduk, jika memungkinkan.
Posisikan pemeriksa menghadap telinga yang akan dikaji.
Atur pencahayaan agar terang
Inspeksi telinga luar, posisi, warna, ukuran, bentuk, kebersihan, kesimetrisan
Inspeksi lubang telingan pasien dengan cara pegang daun telinga, perlahan lahan tarik
c)
Lakukan penekanan pada area trangus (atas telinga) lalu ke tulang mastoid (belakang
telinga), dan dibawah daun telinga. Raba apakah ada massa atau nyeri tekan.
d) Catat hasil pemeriksaan
3) Pemeriksaan Pendengaran
a) Pemeriksaan Rinne
(1) Instruksikan pasien untuk memberitahu jika pasien tidak merasakan getaran atau
merasakan getaran
(2) Bunyikan garpu tala
(3) Letakkan tangkai garpu tala pada tulang mastoid (bagian belakang telinga) pada telinga
kanan
(4) Lakukan pada bagian telinga yang kiri
(5) Catat hasil pemeriksaan
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
c)
(1)
(2)
(3)
Pemeriksaan Swabach
Instruksikan pasien jika pasien tidak mendengar atau mendengar suara.
Bunyikan garpu tala
Letakkan garpu tala didepan lubang telinga dengan jarak 1 2 cm pada telinga
Lakukan pada telinga kiri
Catat hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Webber
Bunyikan garpu tala
Letakkan garpu tala di tengah puncak kepala pasien
Tanyakan pasien apakah bunyi yang terdengar sama jelas dikedua telinga atau lebih
Sistem Pernapasan
Pengkajian pada sistem pernapasan dimulai dari sistem pernapasan bagian atas
kemudian ke bagian bawah. Pada pengkajian sistem ini juga bisa dilakukan secara
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
kopi.
b. Anamnesa
1) Tanyakan pada psien apakah pasien memiliki alergi pada sistem pernapasannya (debu,
atau yang lain).
2) Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit asma, jika iya tanyakan apa yang
biasa menjadi penyebab terjadinya, lama terjadinya serangan asma.
3) Tanyakan pada psien apakah saat ini sedang mengidap flu atau tidak.
4) Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit pada sistem pernapasan baik
pernapasan bagian atas ( sinusitis, polip, dll) atau bagian bawah ( pnemonia, bronkhitis,
bronkopnemoni, TBC), jika iya tanyakan riwayat pengobatan.
c. Tata Laksana
1) Alat pernapasan Bagian Atas
a) Inspeksi
(1) Atur pencahayaan ruangan
(2) Posisikan pasien duduk, pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien
(3) Lihat keadaan hidung, septum hidung (penyekat hidung), warna kulit hidung,
kesimetrisan lubag hidung, pengeluaran sekret dari hidung (jika ada catat karakteristik,
jumlah, dan warna)
(4) Gunakan senter atau penlight untuk melihat bagian dalam lubang hidung, lihat
kebersihan, adanya obstruksi, atau adanya massa.
(5) Catat hasil pemeriksaan
b) Palpasi
(1) Instruksikan pasien untuk berkata jika pasien merasakan nyeri tekan.
(2) Palpasi dengan lembut menggunakan kedua jari telunjuk dan jari tengah ke batang
hidung untuk mengetahui adanya massa, nyeri tekan, patah tulang hidung.
(3) Palpasi dengan lembut menggunakan kedua jari telunjuk dan jari tengah mulai dari
bagian bawah mata kearah tengah hidung dengan gerakan seperti mengumpulkan
sesuatu untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau massa.
(4) Catat hasil pengkajian
c)
sedang tidak flu. Karena jika pasien sedang flu maka hasil yang diperoleh tidak akurat.
(1) Siapkan kom berisi kapas yang sudah diberi bau minyak kayu putih, alkohol, minyak
wangi, kopi.
(2) Instruksikan pasien untuk menebak wangi yang akan ia cium.
(3) dekatkan satu persatu kapas yang sudah diberi bau bauan.
(4) Catat hasil pemeriksaan
2)
a)
(1)
(2)
(3)
(4)
(a)
(b)
(c)
(d)
(5)
Auskultasi
Posisikan pasien duduk.
Gunakan diafragma stetoskop
Letakkan stetoskop dengan kuat diatas kulit interkosta (daerah tengah tengah antar
tulang iga).
(4) Mulai auskultasi secara zig zag dari bagian atas klavikula kanan, kemudian klavikula
kiri, Interkosta 1 kanan kemudian interkosta 1 kiri, lakukan pada tiap interkosta sampai
interkosta ke 7.
(5) Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat.
(6) Catat hasil auskultasi
d) Palpasi
(1) Ekspansi Dada
(a) Posisikan pasien berdiri , pemeriksa berdiri didepan pasien dan letakkan kedua telapak
tanga secara datar pada dinding dada (letak kedua tangan ada dibawah payudara pasien).
(b) Anjurkan pasien untuk menarik napas
(c) Rasakan getaran dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan kiri
(d) Pemeriksa berdiri dibelakang pasien, letakkan tangan pemeriksa pada sisi lateral
klien(bagian punggung), rasakan getaran saat pasien bernapas. (posisi tangan dibawah
tulang skapula)
(e) Bandingkan kedua sisi dinding dada
(f) Catat hasil pemeriksaan.
(2) Taktil Fremitus
(a) Pemeriksa berdiri membelakangi pasien
(b) Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada(bagian punggung) dekat
apeks paru (bagian atas paru)
(c) Instruksikan pasien untuk mengucapkan bilangan sembilan sembilan atau tujuh
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
tujuh
Minta pasien mengulangi ucapan bilangan sambil tangan bergerak kebagian bawah paru
Bandingkan femitus kiri dan kanan.
Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien
Lakukan taktil fremitus pada dinding anterior dada (bagian depan)
Ulangi langkah pasien untuk mengucapkan bilangan dan tangan bergerak kebagia
Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan kardiovaskular pada lansia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
ketidaknormalan denyut jantung, ketidak normalan ukuran dan bentuk jantung secara
kasar, mengetahui bunyi jantung, mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pada
a.
1)
2)
3)
4)
b. Palpasi
1) Gerakkan jari jari sepajang masing masing sisi sternum untuk meraba iga kedua
2)
3)
4)
5)
yang berdekatan
Palpasi ICS 2 kanan untuk menentukan area aorta dan ICS 2 kiri untuk area pulmonal.
Palpasi area aorta dan pulmonal untuk mengetahui ada tidaknya pulsasi (denyutan).
Palpasi ICS 5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis, amati adanya pulsasi
Pindahkan secara lateral 5 7 cm ke garis midklavikula kiri untuk menemukan area
Perkusi
Minta ijin pasien untuk membuka pakaian atas yang dikenakan
Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kiri jantung
Lakukan perkusi dari lateral kanan ke medial untuk mengetahui batas kanan jantung
Lakukan perkusi dari atas kebawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
Bunyi redup yang dihasilkan menunjukkan posisi jantung didaerah yang diperkusi.
Catat hasil pemeriksaan.
d. Auskultasi
1) Anjurkan klien bernapas normal dan meminta untuk menahannya saat ekspirasi.
2) Dengarkan suara jantung S1 sambil palpasi nadi karotis erhatikan adanya splitting
( bunyi S1 ganda)
3) Pada awal sitole dan diastole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya
4)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Sadapan
V1
: warna merah dipasang ICS 4 sternal kanan
V2
: warna kuning dipasang ICS 4 sternal kiri
V3 : warna hijau terletak diantara V2 dan V4
V4
:warna coklat dipasang di midklavikula kiri ICS 5
V5
: warna hitam dipasang sejajar V4 garis aksila anterior
V6
: warna ungu dipasang sejajar V4 garis mid aksila.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Adapun pengkalian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer :
Aktifitas istirahat
Gejala : merasa leleh
Tanda : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur Letargi dan gangguan
keterampilan motorik.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik.hipertensi,episode emboli
Integritas ego
Gejala : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kehilangan multiple.
Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan menonton yang lain.
Eliminasi
Gejala : Dorongan berkemih
Tanda : Inkontinensia urine/feaces
Makanan/cairan
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia, perubahan dalam pengecapan, nafsu makan,
kehilangan berat badan.
Tanda : kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan.
Higene
Gejala : Perlu bantuan tergantung orang lain
Tanda : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi kekamar mandi Neurosensori
Gejala : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
kehilangan sensasi propriosepsi dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik.
Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius, trauma kecelakaan
Tanda : Ekimosis laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
Integritas social
Gejala : Mersa kehilangan kekuatan
Tanda : Kehilangan control social, perilaku tidak tepat
RENCANA KEPERAWATAN
NO.
1.
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN
Perubahan pola
KRITERIA HASIL
Setelah diberikan
Mandiri
Mandiri
eliminasi
asuhan keperawatan,
berhubungan
diharapkan pola
dengan kehilangan
eliminasi terpenuhi
sekarang
fungsi
intervensi
Mampu menciptakan
otot,
ketidakmampuan
adekuat/sesuai
untuk menentukan
letak kamar
mandi/mengenali
kebutuhan.
tubuh.
neurologi/tonus
malam hari.
e. Pendeteksian memberikan
dari feses.
2.
Perubahan
Kolaborasi
Kolaborasi
a.
a.
indikasi.
Mandiri
Mandiri
pola
Setelah
diberikan
tidur berhubungan
asuhan
keperawatan
dengan perubahan
diharapkan
perubahan
pada sensori
hasil :
kebisingan)
penampilan (gelisah)
Mampu menciptakan
dengan penurunan
waktu tidur
melayang-layang
(melamun)
perasaan mengantuk
Mampu menentukan
masase punggung
penyebab tidur
inadekuat
sebelum tidur
malam hari
lembut
Kolaborasi
Kolaborasi
a.
a. Efektif menangani
- Antidepresi, seperti
(halcion)
3.
b. Hindari penggunaan
b. Kontraindikasi karena
difenhidramin (benadryl)
Kerusakan
Setelah diberikan
Mandiri
mobilitas fisik
asuhan keperawatan
a. menentukan
berhubungan
diharapkan klien
perkembangan/munculnya kembali
penurunan
tonus/kekuatan
otot, kerusakan
hasil
neuromuskuler
- mempertahankan posisi
nilai dasarnya.
b. menurunkan kelelahan
komplikasi
(kontraktur,dekubitus)
- mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang
memungkinkan
individual.
melakukan kembali
c. menstimulasi sirkulasi,
aktifitas yang
diinginkan
Kolaborasi
Kolaborasi
a. Konfirmasikan dengan/rujuk
okupasi
4.
Defisit perawatan
Setelah diberikan
Mandiri
diri berhubungan
asuhan keperawatan
a.
a.
dengan penurunan
diharapkan terdapat
berpakaian/perawatan diri,
kognitif,
perilaku peningkatan
strategi
keterbatasan fisik.
dalam pemenuhan
ruangan.
kriteria hasil:
c.
segar
dengan perawatan
rambut/kuku/kulit, bersihkan
c.
Identifikasi kesulitan
Mempertahankan kebutuhan
kebutuhan individual.
jika mungkin.
e.
perawatan dirinya.
tingkat itaspenurunan
f.
4.
e.
Ketidakmampuan berkomunikasi
neurogenik.
Kolaborasi :
a.
kondisi memungkinkan .
g. Identifikasi kebiasaan
BAB . anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas.
Kolaborasi :
a.
Perubahan persepsi
Setelah diberikan
okupasi.
Mandiri
sensori
tindakan keperawatan
a. Kembangkan lingkungan
berhubungan
diharapkan perubahan
dengan perubahan
persepsi, transmisi
atau integrasi
terkontrol dengan
memehami halusinasi.
menurunkan halusinasi.
sensori
criteria hasil:
strategi psikososial
untuk mengurangi
pendengaran.
- Mengalami penurunan
halusinasi.
- Mengembangkan
stress.
- Mendemonstrasikan
Mandiri
eksternal.
d. Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.
akan halusinasi.
stimulasi.
Pantau aktivitas.
terkekang.
f. Tingkatkan keseimbangan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, Juga merupakan penyakit dengan gangguan degenarif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan
daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat
berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami
degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan
metabolism energy, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal
yang non spesifik.
B. Saran
Kita tahu otak merupakan organ yang sangat kompleks. Dimana di otak terdapat area-area
yang mengatur fungsi tertentu. Untuk itu ada beberapa tips yang bisa diikuti bila ada anggota
keluarga ada yang menderita penyakit alzheimer : Buat cacatan kecil, untuk membantu
mengingat,Ciptakan suasana yang menyenangkan, Hindari memaksa pasien untuk mengingat
sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan membuat pasien cemas, Usahakan untuk
berkomunikasi lebih sering, Buatlah lingkungan yang aman, Ajarkan pasien berjalan-jalan
pada waktu siang hari, Bergaya hidup sehat, Mengkonsumsi sayur.