Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun sekolah
kejuruan, terutama Sekolah Teknik Menengah (STM). Pada kenyataannya, pelajaran yang
merupakan materi wajib bagi siswa ini seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit
untuk dipahami dan kurang menarik. Sebagai bukti bahwa pelajaran ini dianggap sulit, tampak
pada hasil evaluasi belajar pada nilai rapor untuk pelajaran fisika menunjukkan nilai yang
terendah dibanding dengan pelajaran lain. Selain belajar, ada banyak hal yang juga turut andil
dalam keberhasilan proses pendidikan, salah satu diantaranya adalah dengan menumbuhkan
harga diri individu, yaitu penilaian atau evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri
yang positif merupakan faktor pendukung agar kemampuan individu yang dimiliki dapat
berfungsi secara optimal. Harga diri dibutuhkan untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Prestasi belajar fisika bagi pelajar STM adalah salah satu faktor penting dalam keberhasilan
studinya. Prestasi belajar yang baik, ditunjang oleh harga diri seseorang.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara harga
diri dan prestasi belajar Fisika siswa STM. Semakin tinggi harga diri, maka semakin tinggi pula
prestasi belajar Fisika. Demikian pula sebaliknya.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Harga Diri yang terdiri atas
54 butir, prestasi belajar Fisika yang diperoleh dari nilai rapor subjek, dan hasil tes SPM berupa
skor mentah jumlah jawaban benar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program
SPS-2000 dengan analisis regresi.
Uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi diperoleh r = -0,069 dengan p<0,01.
Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan/ korelasi antara harga diri dengan prestasi belajar
fisika. Hipotesis penelitian ini ditolak. Harga diri subjek penelitian tergolong tinggi, prestasi
belajar fisika rendah, dan inteligensi rata-rata.
Kata kunci: Harga Diri, Prestasi Belajar Fisika.
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) telah berkembang dan mengalami
kemajuan dengan sangat cepat, terutama
pada saat teknologi digital ditemukan dan
digunakan dalam semua produk teknologi.
Pada dasarnya, teknologi dihasilkan untuk
mempermudah kegiatan manusia dan
mengurangi beban kerja manusia. Salah
satu dasar untuk memahami teknologi
adalah ilmu Fisika. Fisika sebagai bagian
dari ilmu pengetahuan memiliki pengaruh
yang sangat besar dan merupakan unsur
penting dalam perkembangan teknologi.
Mata pelajaran fisika merupakan
mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA),
maupun
sekolah
kejuruan,
terutama
4
Salah satu parameter keberhasilan
yang dicapai seseorang adalah prestasi
belajar akademik. Hal tersebut dapat diraih
melalui belajar, dan dengan belajar
diharapkan individu dapat mengmbangkan
semua potensi yang ada semaksimal
mungkin. Belajar membutuhkan dorongan,
gairah, dan semangat. Tanpa semua itu,
belajar menjadi hal yang membosankan,
bahkan menjadi beban. Hal inilah yang
menyebabkan banyak pelajar mengalami
kesulitan dalam belajar dan berakibat pada
prestasi belajar akademiknya.
Menurut Gagne (dalam Purwanto,
1987), hasil belajar dapat dikaitkan dengan
terjadinya
perubahan
kepandaian,
kecakapan, atau kemampuan seseorang.
Proses menjadi pandai itu terjadi tahap
demi tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam
lima
kemampuan
yaitu
ketrampilan
intelektual, strategi kognitif, informasi
verbal, ketrampilan motorik, dan sikap. Hal
ini sejalan dengan pendapat Bloom (dalam
Purwanto, 1987) yang menyatakan bahwa
ada tiga dimensi hasil belajar yaitu dimensi
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimensi
kognitif
adalah
kemampuan
yang
berhubungan dengan berpikir, mengetahui,
dan
memecahkan
masalah
seperti
pengetahuan
komprehensif,
aplikatif,
sintesis, analitis, dan pengetahuan evaluatif.
Dimensi afektif adalah kemampuan yang
berhubungan dengan sikap, nilai, minat,
dan apresiasi. Dimensi psikomotorik adalah
kemampuan yang berhubungan dengan
ketrampilan motorik.
Selain belajar, ada banyak hal yang
juga turut andil dalam keberhasilan proses
pendidikan, salah satu diantaranya adalah
dengan menumbuhkan harga diri individu,
yaitu penilaian atau evaluasi seseorang
terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang
positif merupakan faktor pendukung agar
kemampuan individu yang dimiliki dapat
berfungsi secara optimal. Harga diri yang
positif ditunjukkan dengan sikap optimis,
percaya diri, sabar, mau menerima
perhatian orang lain, tenang, dan bangga
akan dirinya. Sebaliknya, harga diri yang
negatif tampak dalam perilaku pesimis,
tidak punya keyakinan, terlalu peka pada
pendapat orang lain, mudah tersinggung,
tidak dapat menerima perhatian dari orang
lain, dan mudah khawatir. Harga diri yang
positif atau negatif sebagian besar
menentukan bagaimana individu berpikir,
merasakan, dan cara bertindak.
TINJAUAN PUSTAKA
Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu perubahan
dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian,
atau
suatu
pengertian
(Whiterington dalam Purwanto, 1987). Hal
ini akan dapat menjadikan suatu tolok ukur
pada setiap perubahan yang terjadi,
sehingga individu akan sadar bahwa dirinya
sedang belajar dari apa yang ia kerjakan.
Hilgard & Bower (dalam Purwanto,
1987)
mengatakan,
bahwa
belajar
berhubungan
dengan
tingkah
laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, bahwa
perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atas dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan
sesaat
seseorang,
misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
sebagainya. Perubahan-perubahan yang
disebabkan pertumbuhan atau kematangan
tersebut tidak dianggap sebagai hasil
belajar.
6
Belajar dari segi ilmu mendidik berarti
perbaikan-perbaikan tingkah laku atau
memperoleh tingkah laku baru dan
kecakapan-kecakapan. Dengan belajar
terdapat
perubahan-perubahan
fungsi
kejiwaan, yang menjadi syarat bagi
perbaikan tingkah laku. Hal ini berarti pula
menghilangkan tingkah laku dan kecakapan
yang mempersempit pergaulan pelajar
(Pasaribu & Simanjuntak, 1983). Perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku
yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah
laku yang buruk.
Belajar mengandung pengertian
perubahan menuju ke arah yang lebih maju
melalui suatu usaha, pengalaman, dan
latihan yang disengaja. Dengan belajar
akan diperoleh kecakapan, ketrampilan, dan
pengetahuan. Seperti yang dikemukakan
oleh Walgito (dalam Syah, 2003) bahwa
belajar sebagai suatu aktivitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu
dan perubahan tersebut dapat berwujud
pengetahuan
maupun
kecakapankecakapan baru yang pada dasarnya
didapatkan dari usaha individu yang
bersangkutan.
Sedangkan
Winkel
(1987)
mengatakan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas
mental
atau
psikis
yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan
dalam
pengetahuanpemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.
Perubahan itu bersifat konstan dan
berbekas. Dalam hal tersebut apa yang
terjadi pada individu yang sedang belajar,
tidak dapat diketahui secara langsung oleh
orang lain, tetapi dapat diamati dari tingkah
laku dan hasilnya.
Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan di dalam kepribadian
seseorang melalui latihan atau pengalaman,
dan perubahan tersebut dapat mengarah
pada sesuatu yang lebih baik atau yang
lebih buruk, seperti perubahan dalam
berpikir, ketrampilan, kecakapan, maupun
sikap.
Prestasi belajar adalah kemampuan
seseorang yang diperoleh dari proses
belajar (Suryabrata, 2002). Hal ini
mengandung pengertian bahwa prestasi
belajar adalah suatu hasil yang diperoleh
siswa
dalam
usaha
belajar
yang
dilakukannya dan ini memberikan arti
7
Dasar kemampuan yang dimiliki,
lingkungan, kesempatan, fasilitas, dan
suasana mental pengalaman masa lampau,
dan proses belajarnya merupakan bagian
dari keadaan tersebut, oleh karena itu
keberhasilan
tiap-tiap
individu
akan
berbeda. Berhasil tidaknya suatu proses
belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
Menurut Suryabrata (2002), faktorfaktor tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar
a. Faktor non sosial. Kelompok faktor
ini boleh dikatakan juga tidak
terbilang
jumlahnya,
seperti
misalnya: keadaan udara, suhu
udara, cuaca, waktu (pagi, siang,
sore, atau malam), tempat, alat-alat
yang dipakai untuk belajar seperti
alat-alat tulis, buku-buku, alat
peraga, dan sebagainya.
b. Faktor sosial. Faktor sosial yang
dimaksud adalah faktor manusia
(sesama manusia), baik manusia itu
hadir secara langsung maupun tidak
secara langsung. Kehadiran orang
lain (keluarga, teman, ataupun guru)
pada waktu seseorang sedang
belajar.
2. Faktor-faktor yang berasal dalam diri si
pelajar
a. Faktor-faktor
fisiologis.
Faktor
fisiologis dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu keadaan tonus
jasmani
pada
umumnya
dan
keadaan
fungsi-fungsi
jasmani
tertentu.
b. Faktor psikologis. Termasuk di
dalamnya adalah motivasi, cita-cita,
keinginan,
ingatan,
perhatian,
pengalaman, dan motif-motif yang
mendorong
belajar
siswa.
Kebutuhan psikologis ini paada
umumnya bersifat individual.
Purwanto
(1987)
mengatakan
bahwa berhasil tidaknya belajar tergantung
pada bermacam-macam faktor. Faktor
tersebut dibedakan menjadi dua macam:
a. Faktor individual. Faktor yang ada
dalam diri individu meliputi faktor
kematangan/
pertumbuhan,
kecerdasan/ inteligensi, latihan/
ulangan, motivasi, dan sifat-sifat
pribadi seseorang.
b. Faktor sosial. Faktor yang ada di
luar individu meliputi faktor keluarga/
8
karena setiap ilmu alam lainnya (biologi,
kimia, geologi, astronomi, dan lain-lain)
mempelajari jenis sistem materi tertentu
yang
mematuhi
hukum
fisika
(http//id.wikipedia.org/wiki/fisika).
Fisika sangat luas pengertiannya
dari ilmu terapan hingga pengetahuan
tentang partikel elementer serta semesta
alam. Fisika adalah ilmu yang mempelajari
gejala alam dengan mengumpulkan dan
mencari hubungan diantaranya untuk
memperoleh manfaat. Pemanfaatan sinar-x,
sinar radio aktif, sinar laser, energi nuklir,
energi surya, dan sebagainya dilahirkan dan
dikembangkan dari fisika.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yaitu suatu ilmu
yang mempelajari gejala dan peristiwa atau
fenomena
alam
serta
berusaha
mengungkap segala rahasia dan hokum
semesta.
Objek
Fisika
mempelajari
karakter, gejala, dan peristiwa yang terjadi
atau terkandung dalam benda mati atau
benda
yang
tidak
melakukan
pengembangan diri (Nurina, 2004). Prestasi
belajar fisika adalah hasil dari suatu
aktivitas belajar fisika yang ditunjukkan
berupa angka atau nilai pada rapor siswa.
METODE PENELITIAN
Harga Diri
Harga diri atau self esteem
merupakan salah satu aspek kepribadian
yang sangat penting bagi setiap usia. Harga
diri hampir selalu berkaitan dengan
kemampuan atau perasaan senang dalam
salah satu bidang atau pekerjaan (Kesler,
1997). Coopersmith (dalam Ainur, 1997)
menjelaskan bahwa harga diri adalah
evaluasi yang dibuat individu mengenai halhal yang berkaitan dengan dirinya, yang
diekspresikan dalam suatu bentuk sikap
setuju atau tidak setuju dan menunjukkan
bahwa individu tersebut meyakini dirinya
sendiri sebagai individu yang mampu,
penting, dan berharga.
Harga diri merupakan evaluasi
individu tentang dirinya sendiri secara positif
atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan
bagaimana individu menilai dirinya sendiri
dan diakui atau tidaknya kemampuan dan
keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian
tersebut terlihat dari penghargaan mereka
terhadap keberadaan dan keberartian
dirinya sendiri apa adanya (Santrock, 1998).
Harga diri dapat positif apabila
individu dapat menghargai dirinya sendiri
secara baik, tetapi sebaliknya harga diri
9
dengan tes SPM (Standard Progressive
Matrices).
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas 2 STM Ganesha Tama Boyolali.
Jumlah subjek 62 orang yang dipilih secara
random dari kelas Mekanik Otomotif.
Gambaran mengenai data penelitian
pada masing-masing variabel :
1. Skala Harga Diri
Skala harga diri terdiri atas 54 butir
dengan skor masing-masing butir
bergerak dari satu sampai empat,
sehingga rentangan skor berkisar mulai
54 sampai 216. Hasil perolehan data
P
P>0,05 (linier)
P>0,05 (linier)
Uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi diperoleh r = -0,069 dengan p<0,01.
Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan/ korelasi antara harga diri dengan prestasi belajar
fisika.
Berdasarkan data penelitian, disusun kategorisasi untuk tiap-tiap variabel dengan hasil
sebagai berikut :
Skala harga diri:
Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Total
Nilai
X > 175,5
148,5 < X < 175,5
121,5 < X < 148,5
94,5 < X < 121,5
X < 94,5
Jumlah Subjek
9
35
18
62
Persentase
14,52 %
56,45 %
29,03 %
0%
0%
100 %
Jumlah Subjek
7
53
2
62
Persentase
0%
0%
11,29 %
85,48 %
3,23 %
100 %
10
Inteligensi
Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Rata-rata
Rendah
Sangat Rendah
Total
Nilai
X > 57,5
51,335 < X < 57,5
42,005 < X < 51,335
35,84 < X < 42,005
X < 35,84
Jumlah Subjek
1
9
40
12
62
Persentase
1,62 %
14,51 %
64,51 %
19,36 %
0%
100 %
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. & Supriyono, W. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ainur, R. 1997. Pengaruh Pelatihan Harga
Diri terhadap Penyesuaian Diri pada
Pemaja. Skripsi. Fakultas Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Azwar, S. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Berne, P. H. & Savary, L. M. 1998.
Membangun
Harga
Diri
Anak.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Coopersmith, S. 1967. The Antecedents of
Self Esteem. San Fransisco: W. H.
Freeman and Company.
DePorter, B. 2002. Quantum Learning:
Unleashing the Genius in You.
Terjemahan. Bandung: Penerbit Kaifa.
Hadi,
S.
1982.
Analisis
Yogyakarta: Penerbit Andi.
SMU
Phronesis.
Jurnal
Ilmiah
Psikologi Terapan. Vol. 4. No. 7.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanegara.
Nurina. B. 2004. Sistem Pembelajaran KBK
terhadap Motivasi Belajar para
Peserta Didik pada Bidang Studi
Fisika.
Artikel
(www.pendidikan
network.com).
Pasaribu, I & Simanjuntak, B. 1983. Proses
Belajar Mengajar. Ed. 2. Bandung:
Tarsito.
Purwanto, N. 1987. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Tarsito.
Santrock, J. W. 1998. Adolescence. Ed 7.
Boston: McGraw Hill, Inc.
Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Regresi.