You are on page 1of 9

Amal-Amal Yang Dapat Memasukan

Manusia Ke Surga Dengan Selamat


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Dari Abdullah bin Salm, ia berkata: Ketika Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu alaihi wa
sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Raslullh Shallallahu alaihi
wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah kerumunan banyak orang
untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam ,
aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali
beliau ucapkan adalah, 'Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan,
sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya
kalian akan masuk Surga dengan selamat.
A. TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2485); ad-Drimi (I/340); Ibnu Mjah (no.
1334 dan 3251); al-Hkim (III/13), Ahmad (V/451); Ibnu Abi Syaibah dalam alMushannaf (VIII/388, no. 25777 dan 26133) dan (XIII/30, no. 36858); ad-Dhiy
dalam al-Mukhtrah (IX/431, no. 400); Abd bin Humaid dalam al-Muntakhab (no. 495),
dan lain-lain.
at-Tirmidzi rahimahullah mengatakan, Hadits ini hasan shahih.; al-Hkim berkata,
Shahih sesuai dengan syarat syaikhain (al-Bukhri dan Muslim). Dan adz-Dzahabi
menyepakatinya. Diriwayatkan juga oleh al-Hkim (IV/160) dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu .
Imam Nawawi rahimahullah menyetujuinya dalam Riydhus Shlihn (no. 849).
Demikian juga al-Hfizh Ibnu Hajar menyetujui pernyataan imam at-Tirmidzi dan alHkim dalam kitabnya Fat-hul Bri Syarah Shahh al-Bukhri (XI/19). Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahdiits ash-Shahhah (no. 569).
B. MUFRADAT HADITS
: Mereka pergi segera menuju kepadanya.
: Kata perintah dari al-ifsy, berarti menyebarkan dan menjadikannya umum
atau merata.
: Kata perintah dari al-washl, yaitu menyambung dengan terus menerus


berbuat baik kepada mereka dengan perkataan, perbuatan, dan lemah lembut. alArhm yaitu semua kerabat dari segi nasab maupun pernikahan (ipar, menantu,
mertua).
: Jamak dari n-im (orang yang tidur).
: Kalian masuk Surga dengan sejahtera yaitu tanpa didahului adzab

sebelumnya.[1]
C. SYARAH HADITS
1. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,( ) Sebarkanlah salam.
Sebarkanlah salam di antara kalian ! Jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah
salam kepadanya ! Dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah
salamnya, Allh Azza wa Jalla berfirman :
Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang
sepadan) dengannya [an-Nis/4:86]
Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Raslullh
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka
kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian[2].
Karena menyebarkan salam itu menimbulkan rasa cinta, maka sebaliknya
meninggalkan salam akan menyebabkan kesedihan. Ini sesuatu yang lumrah pada diri
manusia. Jika ada orang yang lewat dan mengucapkan salam kepadamu maka engkau
akan merasa senang dan cinta. Namun, jika yang lewat itu tanpa mengucapkan salam,
maka engkau akan merasa ragu terhadapnya. Fakta ini menunjukkan bahwa salam
memiliki urgensi yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan, Ada seorang yang
bertanya kepada Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam , Wahai Raslullh Shallallahu
alaihi wa sallam , Islam yang bagaimanakah yang paling baik ? Beliau Shallallahu
alaihi wa sallam menjawab :
Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau
kenal maupun yang tidak kenal.[3]
Salam juga merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana
dijelaskan oleh Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
Makna Menyebarkan Salam
Menyebarkan salam maksudnya selalu mengucapkannya setiap kali bertemu atau
berjumpa meskipun sudah mengucapkan salam saat perjumpaan sebelumnya. Seorang
Muslim yang tidak mau mengucapkan salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Selemah-lemah manusia adalah orang yang lemah (malas) berdo'a kepada Allh, dan
sebakhil-bakhil manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam[4].
Zaman sekarang ini ummat Islam sudah mulai jarang mengucapkan salam. Sebagian
mereka beranggapan bahwa tadi sudah berjumpa dan sudah mengucapkan salam,
maka apabila berjumpa lagi dalam waktu 20 menit atau 30 menit tidak perlu lagi

mengucapkan salam. Padahal, teladan (contoh) dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
dan para Shahabatnya tidak demikian. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para
Shahabat g apabila berjumpa, mereka saling mengucapkan salam, meskipun sudah
mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Apabila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim,
hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya ! Kemudian apabila keduanya terhalang
pohon atau tembok atau batu lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan
salam lagi[5].
Hadits ini dengan sangat gamblang menganjurkan salam kendati pun ia sudah
mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya. Hadits ini tidak membatasi hanya sekali
salam, justru hadits ini menganjurkan agar setiap Muslim mengucapkan salam berkalikali, karena ini merupakan kebaikan. Itulah yang dimaksud dengan ifsy-us salm
(menyebarkan salam).
Praktek menyebarkan salam seperti ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam dan para shahabatnya Shallallahu alaihi wa sallam. Anas bin Malik
Radhiyallahu anhu mengatakan :
Kami (para shahabat) apabila berjalan bersama Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
lalu kami terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari kami
mengucapkan salam kepada sebagian lainnya.[6]
Hadits lain yang menjadi penguat hadits di atas adalah hadits yang sudah mayhur
tentang seorang shahabat yang tidak thumaninah dalam shalatnya. Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu berkata, Sesungguhnya Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam
pernah memasuki masjid kemudian masuklah seorang laki-laki lantas mengerjakan
shalat. Seusai shalat, ia mengucapkan salam kepada Raslullh Shallallahu alaihi wa
sallam . Beliau pun menjawab salamnya, lalu bersabda, Ulangi shalatmu! Karena
sesungguhnya engkau belum shalat. Kemudian ia pun mengulangi shalatnya seperti
sebelumnya. Seusai shalat, ia pun kembali mendatangi Raslullh Shallallahu alaihi wa
sallam dan mengucapkan salam kepada beliau (hal ini dilakukannya hingga tiga
kali).[7]
Apabila umat Islam ini memahami dan menyadari betapa pentingnya ifsy-us salm
(menyebarkan salam), insya Allh akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai
sesama kaum Muslimin.
Salam merupakan cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik sesama Muslim.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Tidak halal seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga malam,
keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu pun berpaling. Akan tetapi orang
yang terbaik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam.[8]
Di atas sudah diterangkan bahwa mengucapkan salam yang diperintahkan tidak hanya
terbatas satu kali, akan tetapi berkali-kali setiap kali bertemu.

Misalnya.
Pertama : Seorang karyawan Muslim bertemu dengan karyawan lainnya yang Muslim,
maka hendaklah ia mengucapkan salam, ketika masuk maupun keluar kantor.
Kedua : Seorang ustadz bertemu dengan ustadz lainnya dalam satu sekolah atau dalam
lembaga-lembaga dakwah, hendaklah selalu mengucapkan salam, meskipun beberapa
kali bertemu.
Ketiga : Seorang ustadz atau guru hendaklah mengucapkan salam ketika masuk ke
kelas, dan ketika keluar pun hendaklah ia mengucapkan salam.
Keempat, seseorang sampai dalam satu majlis hendaklah mengucapkan salam, dan
ketika telah usai atau ia meninggalkannya hendaklah ia pun mengucapkan salam.[9]
Kelima : Seseorang yang masuk ke masjid atau mushalla atau surau hendaklah
mengucapkan salam meskipun di dalamnya ada orang yang sedang shalat, atau ada
yang sedang membaca al-Qur-an, atau ada yang sedang berdzikir. Sebab, para
shahabat juga mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam padahal
ketika itu beliau sedang shalat. Lantas, beliau pun menjawabnya dengan isyarat. Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam tidak berkata-kata karena dalam shalat dilarang berkatakata selain dzikir, tasbh, dan membaca ayat al-Qur'n.[10]
Tentang penyebutan isyarat dalam hadits tersebut, hal itu dilakukan dalam shalat.
Adapun di luar shalat, isyarat tersebut tidak diperbolehkan karena menyerupai
perbuatan Yahudi, kecuali, apabila diiringi dengan salam.
Keenam : Seorang anak, ibu, atau bapak yang hendak masuk rumah hendaklah
mengucapkan salam, demikian pula ketika keluar rumah.
Ketujuh : Seorang pedagang hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang Muslim
lainnya, atau seorang pembeli hendaklah mengucapkan salam kepada pedagangpedagang Muslim lainnya yang ada di pasar. Hal ini sebagaimana riwayat dari shahabat
Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma.
Dari Thufail bin Ubay bin Kaab Radhiyallahu anhu, suatu ketika ia mendatangi Abdullah
bin Umar Radhiyallahu anhuma, kemudian ia berjalan bersamanya ke pasar. Thufail
berkata, Setiap kali ia bertemu dengan tukang loak (pedagang barang bekas),
pedagang, orang miskin, atau siapa saja, ia selalu mengucapkan salam. Thufail
melanjutkan, Suatu hari aku datang lagi ke rumah Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma,
lalu ia ingin ikut menemaniku ke pasar. Aku pun bertanya, Apa yang engkau kerjakan
di pasar sedangkan engkau tidak berjual beli, tidak menanyakan harga barang-barang,
dan tidak pula mau duduk-duduk di pasar. Aku melanjutkan, Sebaiknya kita dudukduduk saja disini sambil bercakap-cakap. Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma langsung
menjawab, Wahai Abu Bathn[11] , sesungguhnya kita pergi ke pasar semata-mata
hanya ingin mengucapkan salam saja, yaitu kita ucapkan salam kepada kaum Muslimin
mana saja yang kita jumpai.[12]
Ucapan salam adalah kalimat yang disenangi oleh Allh Azza wa Jalla , Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman. Apabila kalimat salam diucapkan oleh kaum Muslimin setiap
saat, setiap waktu, setiap hari, maka insya Allh ummat Islam ini akan selamat dari

penyakit-penyakit hati dan ummat Islam akan mempunyai izzah (harga diri) di
hadapan ummat-ummat yang lain. Oleh karena itu, kita harus berupaya menyebarkan
salam dan menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ini agar kita
selamat dan mempunyai izzah di hadapan orang-orang kafir.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat [13]
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda :
Sebarkanlah salam agar kalian menjadi tinggi (mempunyai izzah)[14]
2. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , Berikanlah makan.
Yaitu berikanlah makan kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada tamu dan
tetangga. Ini merupakan akhlak mulia yang bisa menghantarkan pelakunya masuk
surga. Orang yang memberikan makan kepada orang lain akan memiliki keistimewaan
dan kedudukan di masyarakat. Orang yang memberikan maka akan mendapat rizki
yang berlimpah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam dari Rabbnya Azza wa Jalla disebutkan :
Sedekah tidak mengurangi harta[15]
Berinfaqlah ! Niscaya Aku akan berinfaq kepadamu.[16]
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga berkata kepada Asma binti Abu Bakar
Radhiyallahu anhuma,
Infakkan, atau sedekahkan, atau nafkahkanlah, dan janganlah kamu menghitunghitungnya sehingga Allh akan menghitung-hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan
Janganlah kamu menakar-nakarnya sehingga Allh menakar-nakar pemberian-Nya
kepadamu.[17]
Orang yang memberi makan atau berinfak pasti akan diganti oleh Allh Azza wa Jalla .
Allh Azza wa Jalla berfirman :
Dan apa saja yang kamu infakkan, Allh akan menggantinya dan Dialah pemberi
rezeki yang terbaik.[Saba/34: 39]
Adapun jika engkau menahan rizki yang Allh Azza wa Jalla berikan kepadamu, maka
Allh Azza wa Jalla juga akan menahan rizki-Nya kepadamu. Memberi makan memiliki
keistimewaan yang agung, khususnya orang-orang yang memberi makan kepada para
tamu dan orang yang membutuhkan. Mereka memiliki keutamaan yang besar, terlebih
lagi orang yang tinggal di tempat umum (lalu mereka suka memberi makan). Namun
yang perlu diingat, memberi makan dan berinfak serta ibadah-ibadah lainnya wajib
dilakukan dengan ikhlas karena Allh. Allh Azza wa Jalla berfirman :
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim
dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridhaan Allh , kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan

tidak pula (ucapan) terima kasih. [al-Insn/76:8-9]



3. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ,) (
Sambunglah tali silaturrahim.
al-Arhm adalah jamak dari rahim. Maksudnya kerabat yang memiliki hubungan
kekeluargaan dari ibu atau bapak, seperti paman, bibi, kakek, nenek, sepupu, dan
lainnya. Mereka adalah al-arhm. Allh Azza wa Jalla berfirman :
Bertakwalah kepada Allh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan [an-Nis/4:1]
Maksudnya bertakwalah kepada Allh Azza wa Jalla dan bertakwalah dalam urusan
kekeluargaan agar engkau tidak memutusnya. Allh Azza wa Jalla berfirman :
Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat [al-Isr/17:26]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
Dan beribadahlah kepada Allh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat [anNis/4:36]
Banyak ayat yang memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim dan ancaman
bagi yang memutus tali silaturrahim. Allh Azza wa Jalla berfirman :
Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allh ;
lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya. [Muhammad/47: 2223]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allh agar disambungkan dan berbuat
kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk
(Jahannam). [ar-Rad/13:25]
Silaturrahim itu memiliki keistimewaan yang agung, merupakan sebab masuk Surga.
Dan memutus silaturrahim menyebabkan laknat dan terjauhkan dari rahmat Allh Azza
wa Jalla .
4. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : Shalatlah di waktu malam, di saat
manusia sedang tidur.
Ini mencakup shalat-shalat wajib, seperti shalat Isya dan shalat Shubuh, juga
mencakup shalat malam, karena malam adalah waktunya orang-orang tidur. Jika
seseorang bangun dan shalat maka ini menunjukkan keimanannya karena dia lebih
memilih shalat dari pada tidur dan istirahat. Allh Subhanahu wa Taala berfirman :
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya [as-Sajdah/32:16]
Seorang Muslim yang beriman kepada Allh dan hari Akhir, dia berusaha untuk
mengerjakan shalat wajib yang lima waktu berjamaah di Masjid. Dia juga berusaha

untuk bangun di tengah malam untuk melakukan shalat Tahajjud di saat manusia
sedang tidur. Di tengah malam dan di akhir malam dia gunakan untuk bermunajat
kepada Allh Azza wa Jalla , shalat malam, berdoa dan minta ampun kepada Allh Azza
wa Jalla atas semua dosa-dosanya.
Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam selalu melakukan Tahajjud sampai kakinya
bengkak, ketika beliau ditanya bukankah engkau sudah diampuni dosa-dosamu yang
lalu dan akan datang. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Tidaklah pantas
aku menjadi hamba-hamba Allh Azza wa Jalla yang bersyukur ? Shalat malam adalah
kebiasaan orang-orang shalih, menghapuskan dosa-dosa dan merupakan kemuliaan
bagi seorang Muslim. Mudah-mudahan Allh Azza wa Jalla memberikan kekuatan
kepada kita untuk dapat merutinkan shalat malam meskipun sedikit.
Barangsiapa mengerjakan keempat amalan ini, yakni menyebarkan salam, memberi
makan, menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam ketika manusia tertidur, akan
masuk surga dengan sejahtera, sebagaimana Allh Azza wa Jalla berfirman :
Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman. [al-Hijr/15:46]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :
Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. [Qf/50:
34]
Itu adalah balasan mereka, pahala atau ganjaran yang sesuai dengan jenis amalan
yang dikerjakan. Masuk surga merupakan cita-cita tujuan terbesar seorang Mukmin.
Masuk surga itu mudah bagi siapa yang Allh mudahkan. Semua yang ada dalam surga
berupa kebaikan, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaan tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allh Azza wa Jalla . Amal-amal untuk masuk surga semuanya
mudah dan tidak sulit. Ada seseorang berkata kepada Raslullh Shallallahu alaihi wa
sallam , Wahai Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam tunjukkan kepadaku amalan
yang bisa memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka. Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam menjawab, Engkau telah bertanya sesuatu yang besar, tapi itu mudah
bagi siapa yang Allh mudahkan, yaitu beribadahlah kepada Allh dan jangan
menyekutukannya dengan suatu apa pun[18]
Ini adalah hadits yang agung, karena keempatnya termasuk akhlak yang mulia.
Menyebarkan salam, memberi makan, dan menyambung tali silaturrahim manfaatnya
untuk orang lain, sedangkan shalat malam di saat yang lain tertidur manfaatnya untuk
orang yang melakukan amalan tersebut.
D. FAWAID HADITS
1. Sangat dianjurkan menyebarkan salam kepada seluruh kaum Muslimin, yang dikenal
maupun yang tidak.
2. Salam merupakan syiar agama Islam dan merupakan salah satu keindahan syariat
Islam.
3. Haram hukumnya mengganti ucapan salam dengan kalimat-kalimat lain.
4. Orang yang lebih dahulu mengucapkan salam adalah orang yang dicintai Allh Azza
wa Jalla .
5. Mengucapkan salam hukumnya sunnah yang sangat ditekankan, sedangkan

hukumnya menjawab salam wajib


6. Haram hukumnya memberi salam kepada Yahudi, Nashrani, dan orang-orang kafir
lainnya.
7. Anjuran memberi makan kepaa orang miskin, orang yang susah, dan orang yang
membutuhkan.
8. Orang yang memberi makan mendapat ganjaran yang besar.
9. Orang yang berinfaq dan memberi makan maka tidak berkurang hartanya.
10. Wajib menyambung silaturrahim dan haram memutuskannya
11. Silaturrahim melapangkan rezeki dan memanjangkan umur
12. Sangat ditekankan (sunnah muakkadah) bangun tengah malam untuk shalat
Tahajjud saat orang sedang tidur.
13. Shalat malam (Tahajjud) kebiasaan orang-orang shalih.
14. Shalat malam memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seorang Muslim.
15. Shalat malam membuat seorang Muslim mulia.
16. Amal yang disebutkan dalam hadits di atas bila dikerjakan dengan ikhlas dan ittib
akan memasukkan seorang Muslim ke dalam surga.
17. Seluruh amal-amal ketaatan dalam Islam adalah mudah bagi orang yang diberikan
hidayah taufiq oleh Allh Azza wa Jalla .
MARAAJI.
1. Kutubus Sittah dan Musnad Imam Ahmad.
2. Riydush Shlihn dan syarahnya.
3. Bulghul Marm min Adillatil Ahkm.
4. Taudhhul Ahkm Syarah Bulghul Marm.
5. Tashlul Ilmn bi fiqhil Ahdiits min Bulghil Marm, syarah: Syaikh DR. Shaleh
Fauzan bin Abdulllah al-Fauzan.
6. ar-Ras-il jilid 3, oleh Penulis, cet. 1, Media Tarbiyah.
7. Dan kitab-kitab lainnya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVI/1433H/2012M. Penerbit Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Taudhhul Ahkm (VII/503).
[2].Shahh: HR. Muslim (no. 54) dan lainnya, dari shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu
[3]. Shahh : HR. al-Bukhri (no. 12) dan Muslim (no. 39), dari Ibnu Umar
Radhiyallahu anhuma
[4]. Hasan: HR. at-Thabarani dalam Mujamul Ausath (no. 5587) dan lainnya. Lihat
Silsilah al-Ahdts ash-Shahhah (no. 601).
[5]. Shahh : HR. Abu Dwud (no. 5200).
[6]. Hasan: HR. at-Thabarani dalam Mujamul Ausath (no. 7983). Lihat Majmauz Zawid (VIII/34).
[7]. Shahh: HR. al-Bukhri (no. 757, 793, 6251, 6252, 6667), Muslim (no. 397), dan
yang lainnya.
[8]. Shahh: HR. al-Bukhri (no. 6077, 6273), Muslim (no. 2560), Ahmad (V/416, 421,
422), Abu Dwud (no. 4911), dan at-Tirmidzi (no. 1932) dari shahabat Abu Ayyb
Radhiyallahu anhu.
[9]. Shahh : HR. Abu Dwud (no. 5208), at-Tirmidzi (no. 2707), dan lainnya.

[10]. Shahh : HR. Abu Dawud (no.927) dengan sanad jayyid (baik).
[11]. Panggilan untuk Thufail karena perutnya besar.
[12]. Shahh : HR. Malik dalam al-Muwaththa (no. 912), dishahihkan oleh Syuaib alArna-uth. Lihat Riydish Shlihn (no. 848).
[13]. Shahh : HR. al-Bukhri dalam al-Adabul Mufrad dan Ahmad. Lihat Shahh alJmiish Shaghr (no. 1098).
[14]. Shahh : HR. ath-Thabarani. Lihat Shahh al-Jmiish Shaghr (no. 1099).
[15]. Shahh : HR. Muslim (no. 2588).
[16]. Shahh : HR. al-Bukhri (no. 4684) dan Muslim (no. 993) dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu.
[17]. Shahh : HR. al-Bukhri (no. 1433) dan Muslim (no. 1029). Lafazh ini milik
Muslim.
[18]. Shahh: HR. at-Tirmidzi (no. 2616) dan Ibnu Mjah (no. 3973) dari Mudz bin
Jabal Radhiyallahu anhu

You might also like