You are on page 1of 6

KATA

Memberi Kekuatan Pada Penderita Alzheimer


indosiar.com - Memperhatikan dan memberikan kasih
sayang bagi para penderita Alzheimer adalah hal atau
pekerjaan yang mulia. Karena menuntut ketangguhan
fisik dan keterikatan emosional, yang tak jarang
melelahkan.
Alzheimer adalah penyakit yang diderita sebagai akibat
dari proses manusia yang lambat laun menua. Pikun
ditandai adanya kemunduran daya ingat yang berangsurangsur makin berat disertai penurunan fungsi mental dan
mengganggu fungsi sosial.
Dibandingkan pria, wanita lebih banyak menderita
penyakit ini, yang disebabkan usia rata-rata wanita lebih
panjang daripada pria. Sedangkan sebab multi infark
lebih besar pada pria.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
alzheimer sebagai penyakit degeneratif pada otak.
Alzheimer masuk kelompok dimensia atau lebih populer
dengan sebutan pikun. Saat ini diperkirakan ada sekitar
37 juta orang di seluruh dunia yang terserang dimensia.
Nama penyakit alzheimer berasal dari nama dr. Alois
Alzheimer, dokter berkebangsaan Jerman yang pertama
kali menemukan penyakit ini pada tahun 1906. Namun hingga kini belum ada satu obat
pun yang mampu menyembuhkan alzheimer. Namun, obat untuk membantu mengurangi
kepikunan sudah tersedia di pasar, yaitu acetylcholine esterase inhibitor.
Ada sepuluh gejala yang sering didapati dari penyakit Alzheimer, yaitu :
1. Gangguan daya ingat : Merupakan gejala awal Alzheimer.
2. Kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana/pekerjaan sehari-hari, seperti
mengendarai mobil, berbelanja, mandi, berpakaian dan lain-lain.
3. Sulit berbicara.
4. Disorientasi ; gangguan mengenal waktu (tanggal, tahun, hari-hari penting),
gangguan mengenal tempat, gangguan kemampuan mengenali lingkungannya.
5. Penampilan memburuk.
6. Kesulitan dalam melakukan penghitungan sederhana.
7. Salah atau lupa meletakkan benda atau barang.
8. Perubahan perasaan atau perilaku.

9. Perubahan emosi secara drastis, tidak sabar, mudah putus asa dan menyalahkan
orang lain.
10. Hilangnya minat dan inisiatif.
Orang yang berpotensi mengidap alzheimer adalah :

Mengidap hipertensi apabila mencapai usia 40 tahun ke atas


pengidap kencing manis diabetes
Tingkat kolesterol yang tinggi
Faktor keturunan - ada anggota keluarga yang menghidap penyakit ini pada usia
50-an keatas.

Jika ingin menjadi orang yang memperhatikan dan memberikan kasih sayang bagi
penderita alzheimer perlu memperhatikan berapa banyak tekanan yang dialami si
penderita. Misalnya saja :

Seseorang yang menderita penyakit kronis bisa menjadi tertekan. Dan alzheimer
adalah salah satu penyakit yang tingkat ketertekanannya yang paling tinggi.
Para penderita alzheimer memerlukan banyak dan lebih banyak bantuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mandi, dan ke kamar kecil.
Banyak para penderita mencoba melakukan segala sesuatunya sendiri, untuk
beberapa bulan saja. Karena itulah secara perlahan bantu memperlakukannya
dengan baik.

Agar penderita merasa nyaman menjalani kehidupan sehari-hari, perlu diperhatikan halhal sebagai berikut :

Pemberian obat-obatan untuk mengatasi hilangnya daya ingat. Selain itu ada juga
obat yang berperan dalam mengatasi emosi yang terkendali ( agitasi ) atau
depresi.
Kunjungi dokter secara teratur ceritakan kemajuan yang terjadi, serta periksakan
dan obati masalah kesehatan lainnya.(berbagai sumber/Idh)

Waspadailah Sepuluh Gejala Alzheimer


WASPADA Online
Penyakit Alzheimer merupakan urutan keempat penyebab kematian pada kelompok lanjut usia (lansia) di negara
maju. Wanita lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan dengan pria, yang kemungkinan disebabkan usia
rata-rata wanita lebih panjang daripada pria.
Kejadian penyakit ini juga berbeda dari satu negara ke negara lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa
kejadian penyakit ini sekitar 3-10 % pada orang yang berusia 65 tahun dan sekitar 25-50 % pada usia 85 tahun
ke atas. Di Amerika Serikat, ditemukan sekitar 4 juta penderita penyakit Alzheimer yang menghabiskan biaya
perawatan sekitar 100 juta dolar Amerika per tahun. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah ini akan meningkat
menjadi 7,5 sampai 14 juta dengan membutuhkan biaya perawatan sekitar 300-350 juta dolar Amerika. Di
Indonesia, angka rata-rata umur harapan hidup semakin lama semakin meningkat yang akan menyebabkan
jumlah penderita penyakit Alzheimer pada masa mendatang akan meningkat pula.
Oleh karena penyakit ini mengakibatkan beban materi dan psikososial yang berat bagi keluarga, masyarakat dan
negara maka perlu diwaspadai gejala-gejala penyakit Alzheimer agar dapat dilakukan penatalaksanaan yang
sedini mungkin bagi penderita.
Sepuluh gejala
Ada sepuluh gejala yang sering didapati dari penyakit Alzheimer, yaitu :
1. Gangguan daya ingat.
Lupa janji, lupa nama orang, teman dan anggota keluarga, tidak dapat mengingat kejadian-kejadian atau
pembicaraan. Mudah lupa : mungkin merupakan gejala awal Alzheimer. Sekitar 40-50 % pasien dengan
gangguan mudah lupa menjadi penyandang Alzheimer dalam waktu 3 tahun.
2. Kesulitan dalam melakukan aktivitas sederhana/pekerjaan sehari-hari.
Misalnya mengendarai mobil, berbelanja, mandi, berpakaian dan lain-lain. Selain daripada itu, kemampuan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif terganggu, seperti membuat perencanaan, mengorganisir, melakukan
urutan pekerjaan, membuat kesimpulan, melakukan koordinasi dan pengawasan, mengarahkan bawahan ,
sehingga penderita menjadi berhenti dari pekerjaannya.
3. Problema berbicara/berbahasa.
Gangguan keterlibatan dalam pembicaraan, pengertian, kemampuan mencari dan menemukan kata yang tepat
serta kurangnya kemampuan untuk berbicara secara lancar.
4. Disorientasi.
Gangguan mengenal waktu (tanggal, tahun, hari-hari penting), gangguan mengenal tempat, gangguan
kemampuan mengenali lingkungannya. Penderita menjadi tidak tahu dimana ia sedang berada, tidak tahu pulang
ke rumahnya sendiri.
5. Penampilan memburuk.
Tidak memperhatikan kebersihan diri dan salah berpakaian.
6. Kesulitan dalam melakukan penghitungan sederhana.
7. Salah/lupa meletakkan benda/barang, curiga seseorang telah mencurinya.
8. Perubahan perasaan atau perilaku.
Gejala perilaku yang paling mengganggu adalah suka pergi kemana-mana, dan berulangkali mencari
pengasuhnya atau orang lain, selalu mengikuti pengasuhnya atau orang lain kemana-mana, berkeliling rumah
atau halaman tanpa tujuan, keluar rumah atau kabur malam hari, menjadi agresif.
9. Perubahan
Perubahan emosi secara drastis, tidak sabar, mudah putus asa dan menyalahkan orang lain, cemas.
10.Hilangnya minat dan inisiatif.

Berkurangnya aktivitas kesenangan pribadi/hobi yang biasa dinikmatinya.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menghadapi penderita Alzheimer dan keluarganya, antara
lain :
Menentukan kondisi subjektif dari perjalanan penyakit penderita.
Pengelolaan yang efektif dari penderita Alzheimer tergantung pada pemahaman akan gangguan-gangguan yang
didapati, kebutuhan obat-obatan dan ketidakmampuan/disabilitas yang didapati. Oleh karena itu, tujuan
menentukan kondisi subjektif dari penderita adalah untuk mengenali kemampuan penderita yang masih ada,
mengatasi kekurangannya dan mencoba mengurangi ketergantungannya pada orang lain yang semakin
bertambah.
Penderita Alzheimer secara bertahap akan kehilangan fungsi intelektualnya tetapi tidak semua kemampuan dan
ketrampilanya akan menurun secara serentak. Dalam hal ini, penderita sedapat mungkin harus diikutsertakan di
dalam pengelolaan penyakitnya. Juga, hubungan yang baik antara penderita dengan yang merawat dan
tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai, akan memperlambat perjalanan penyakit serta meningkatkan
kesehatan penderita.
Pendekatan pada keluarga/yang merawat.
Beberapa hambatan yang sering dihadapi keluarga di dalam perawatan penderita Alzheimer adalah : kurang
memahami penyakit yang dialami penderita, konflik di dalam keluarga yang dapat mengganggu kerjasama dalam
merawat penderita, adanya beban lain yang membutuhkan perhatian seperti ada anggota keluarga lain yang
sakit, masalah keuangan dan lain-lain.
Dalam hal ini maka dokter yang merawat dapat meringankan beban keluarga dengan cara memberikan informasi
yang jelas mengenai penyakit penderita, mengusahakan kemandirian fisik, psikis dari penderita dan yang
merawat, melakukan pengawasan terhadap penderita dan obat-obat yang digunakannya, kunjungan rumah,
konsultasi lanjutan dan merujuk ke ahli-ahli lain yang diperlukan dan lain-lain.
Dalam hal kemandirian penderita ini, peran serta keluarga atau yang merawat adalah melatih mengingatkan
kembali terhadap peristiwa-peristiwa yang lalu, ingatlah bahwa L U P A, adalah jembatan keledai yang digunakan
untuk mengingat, yang merupakan singkatan dari latihan, ulangan, perhatian dan asosiasi..
Keadaan gizi.
Keadaan gizi yang kurang atau jelek akan memberi pengaruh yang buruk terhadap kesehatan penderita. Dalam
hal ini, keluarga dan mereka yang merawat mempunyai peranan penting dalam pemberian makanan yang bergizi
serta cairan yang cukup.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan ini adalah : perlu pemberian makanan dalam
porsi sedikit-sedikit yang sering serta pemberian makanan selingan diantara makanan pokok. Jika penderita
gelisah dan sering berjalan-jalan yang membutuhkan kalori yang lebih banyak maka diperlukan makanan ekstra,
kurangi hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian penderita saat makan seperti mematikan televisi, sedapat
mungkin mencegah masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku sewaktu makan seperti meludah,
menyemburkan makanan, hendaknya makan atau minum jangan dilakukan dalam posisi berbaring karena dapat
menyebabkan makanan atau minuman masuk kesaluran nafas dan menyebabkan infeksi paru (pneumonia), dan
kekurangan makan atau minum hari ini hendaknya dapat dicukupkan pada hari berikutnya. Kadang-kadang
penderita sama sekali menolak untuk makan dan minum, sehingga diperlukan pemasangan pipa lambung melalui
hidung (nasogastric tube) atau pemasangan infus untuk mencukupi kebutuhan gizinya, yang tentunya
membutuhkan tenaga yang terlatih.
Di negara maju yang telah melaksanakan pelayanan lansia yang maju telah menyediakan beberapa bentuk
pelayanan lansia khususnya pada penderita demensia sebagai berikut, yaitu panti wredha bagi lansia dengan
keterbatasan sosio-ekonomi, sheltered accomodation / akomodasi terlindung (rumah dengan berbagai fasilitas
khusus untuk lansia yang hanya mandiri sebahagian), day hospital (klinik siang terpadu) yang hanya beroperasi
pada jam-jam kerja yang dapat melakukan antar jemput penderita untuk perawatan setengah hari, night
attendants (penjagaan penderita lansia di malam hari), unit psikogeriatri (perawatan kesehatan jiwa lansia),
respite care (palayanan sementara penderita lansia yang selama ini dirawat di rumah dengan maksud untuk
memberikan istirahat/ liburan selama kurang lebih 2 minggu, bagi orang yang merawat agar jangan bosan ),
Meals on wheels (bantuan penyediaan makanan hangat dan sehat bagi penderita), kunjungan fsioterapi, terapi
okupasi (melatih kemandirian penderita), terapi bicara, home help services (pemeliharaan rumah untuk
merapikan dan merawat rumah yang mungkin sudah terlalu berat untuk dikerjakan sendiri), pelayanan
transportasi dan sukarelawan yang dapat menghantar bepergian, pelayanan hospice care (pelayanan penderita
lansia yang sedang menghadapi kematian) (dr.Pirma Siburian, SpPD, dokter spesialis penyakit dalam yang
mendalami penyakit lansia/Geriatri) ()

Kiat Mencegah Kepikunanan Demensia Alzheimer


YOGYAKARTA Alzheimer merupakan penyakit degeneratif akibat kematian sel-sel otak dan
umumnya menyebabkan kemunduran fungsi intelektual atau kognitif, yang meliputi kemunduran
daya mengingat dan proses berpikir. Perilaku yang sering dialami demensia ini adalah mudah
lupa atau pikun. Saat ini saja, dari yang berusia 60-65 tahun diperkirakan mencapai 500.000
kasus alzheimer di Indonesia Oleh karena itu, upaya pencegahan sejak dini tak bisa ditunda lagi
agar para lansia sebagai warga senior yang berpengalaman itu dapat hidup tetap sehat dan
produktif.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan demensia Alzheimer (DA) dan individu yang berpotensi
terkena DA telah dikaji dan diidentifikasi (Tabel 1). Informasi tersebut sangat bermanfaat untuk
memberikan tindakan preventif alzheimer.
Cara yang paling efektif mencegah alzheimer tentu saja menghindar dari faktor-faktor
penyebabnya, meski hal ini tak mudah dipraktikkan, apalagi dengan faktor usia. Walau demikian,
berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan klinis, penyakit alzheimer terbukti dapat dicegah
dan ditunda melalui pendekatan preventif yang terintegrasi dan terpadu. Pendekatan tersebut
setidaknya mencakup empat pilar program, yaitu diet dengan rendah lemak, konsumsi nutrien
spesifik untuk otak, meditasi, serta olahraga dan latihan untuk otak.
Kurangi Konsumsi Lemak
Diet dengan membatasi total kalori serta konsumsi lemak sebesar 15 20% dapat membantu
mencegah DA. Efek negatif konsumsi lemak tinggi adalah menyebabkan terciptanya plak
aterosklerosis, berkembangnya penyakit-penyakit kardiovaskuler, arteri koronari, dan
cerebrovaskuler.
Konsumsi ikan yang kaya asam lemak omega 3 dokosaheksaenoat (DHA), seperti ikan tuna dan
salmon, dapat mengurangi penurunan kinerja kognitif pada orang-orang tua. Di otak, DHA
berperan dalam mengatur fluiditas dan permeabilitas membran sel, menjaga aktivitas enzimenzim yang terikat membran dan kinerja neurotransmiter (dopamin dan serotonin).
Neurotransmiter ini bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan
pengendali seluruh fungsi tubuh.
Beberapa nutrien yang diketahui menjaga kesehatan otak adalah vitamin kompleks, vitamin C
dan E, fosfatidilserin, ubiquinon, asetil L karnitin dan ginkgo biloba.
Vitamin B kompleks berperan aktif mengatur kinerja neurotransmiter dan metabolisme
karbohidrat untuk produksi energi. Folat dapat menurunkan kadar homosistein, yang mana pada
kadar yang tinggi memiliki implikasi terhadap penyakit jantung dan DA. Kolin berfungsi sebagai
substrat untuk pembentukan neurotransmiter, asetilkolin.
Vitamin C dan E dapat bertindak sebagai antioksidan. Antioksidan dapat mencegah kerusakan
oksidatif neurotransmiter, seperti dopamin di dalam otak.
Fosfatidilserin merupakan fosfolipid bermuatan negatif yang hampir selalu ditemukan pada
membran sel. Senyawa ini berperan penting dalam memelihara kerja saraf, misalnya dalam
menstimulasi pelepasan neurotransmiter dan proses transpor ion serta meningkatan kadar
glukosa dan adenin monofosfat di otak. Dari beberapa studi diketahui fosfatidilserin memperbaiki
memori, mood, kewaspadaan dan aktivitas seharihari.
Ubiquinone (koenzim Q10) merupakan agen neuroprotektif yang potensial. Senyawa ini bertindak
sebagai antioksidan yang dinamis selama berlangsungnya produksi senyawa-senyawa fosfat
berenergi tinggi (ATP/ADP).
Asetil L-karnitin merupakan senyawa yang sangat penting dalam proses regenerasi energi di
dalam mitokondria sel otak. Senyawa ini menyediakan gugus asetil untuk asetil koenzim A, dan
memfasilitasi pelepasan asetilkolin, neuropeptida dan neurotransmiter lainnya, serta dapat
menurunkan level kortisol.
Ginkgo biloba mengandung senyawa flavonoid (ginkgoflavon glikosida) dan atau terpenoid
(ginkgolida dan bilobalida) yang dapat bertindak sebagai antioksidan. Konsumsi ginkobiloba
diyakini dapat meningkatkan sirkulasi darah mikrovaskuler, menangkap radikal-radikal bebas dan
membantu memperbaiki kewaspadaan (konsentrasi) dan memori pada penderita DA.

Meditasi dan Latihan


Meditasi telah berhasil menurunkan level kortisol dan memperbaiki mekanisme pelepasan
kortisol. Kortisol dalam aksinya akan mencegah/menahan penggunaan glukosa oleh
hipokampus, menghambat transisi sinapsis dan menyebabkan neuron/sel saraf luka (injury) serta
kematian sel. Di samping itu, meditasi dapat menurunkan level lipid peroksidase, yaitu suatu
enzim yang dapat menghasilkan radikal-radikal bebas dan meningkatkan level
dehidroepiandrosteron, yaitu suatu hormon yang penting untuk optimalisasi fungsi otak.
Bagaimana dengan berdzikir secara khusuk? Mungkin efeknya sama dengan meditasi.
Pemeliharaan suasana aerobik ternyata dapat memperbaiki aspek-aspek fungsi kognitif sebesar
20 30%. Oleh karena itu, olahraga sangat disarankan karena dapat menahan laju demensia
alzheimer. Orang tua yang berusia 40 60 tahun dan mau melakukan olahraga secara teratur
memiliki resiko DA yang lebih rendah dibanding mereka yang tak berolahraga. Olahraga
diketahui meningkatkan aliran darah otak dan produksi faktor-faktor pertumbuhan untuk syaraf.
Latihan otak yang ditujukan memberikan stimulasi kognitif, seperti berdiskusi tentang topik aktual,
mengisi teka-teki, main catur, mendengarkan musik dan berkesenian, dapat membantu
mempertahankan kemampuan kognitif. Latihan tersebut mendorong berkembangnya dendrit dan
meningkatnya plastisitas sistem syarat pusat.
Meskipun kebanyakan DA diderita lansia di atas 60 tahun, sangatlah bijak jika yang berusia
kurang dari 60 tahun pun mewaspadai dan mencegah munculnya alzheimer. Pencegahan secara
terintegrasi tersebut di atas belum cukup memberikan jaminan terhindar DA. Namun demikian,
menyikapi pertumbuhan lansia yang sangat pesat di Indonesia, melalui upaya pencegahan
terintegrasi setidaknya dapat mengerem laju demensia alzheimer. (Wisnu Adi Yulianto)

You might also like