Masyarakat sering menggunakan odol untuk mengobati luka bakar karena dipercaya dapat mendinginkan luka. Namun, penggunaan odol justru dapat memperparah luka karena menghambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Penanganan yang tepat untuk luka bakar ringan adalah dengan membasuh luka menggunakan air kran selama 20-30 menit, menyingkirkan pakaian di area luka, menutupi luka den
Masyarakat sering menggunakan odol untuk mengobati luka bakar karena dipercaya dapat mendinginkan luka. Namun, penggunaan odol justru dapat memperparah luka karena menghambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Penanganan yang tepat untuk luka bakar ringan adalah dengan membasuh luka menggunakan air kran selama 20-30 menit, menyingkirkan pakaian di area luka, menutupi luka den
Masyarakat sering menggunakan odol untuk mengobati luka bakar karena dipercaya dapat mendinginkan luka. Namun, penggunaan odol justru dapat memperparah luka karena menghambat proses penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi. Penanganan yang tepat untuk luka bakar ringan adalah dengan membasuh luka menggunakan air kran selama 20-30 menit, menyingkirkan pakaian di area luka, menutupi luka den
Entah karena pengetahuan masyarakat yang masih rendah atau karena kepercayaan masyarakat Indonesia pada pengobatan non-medis, sering kita menepuk jidad saat melihat berbagai fenomena masyarakat tentang penanganan penyakit. Sebuah peristiwa mungkin masih terbekas dalam ingatan, batu yang dimiliki oleh seorang anak kecil mempunyai kekuatan menyembuhkan berbagai macam penyakit hingga banyak sekali masyarakat yang rela antri demi mendapatkan air yang sudah dicelupkan batu ajaib tersebut. Padahal kalau kita berpikir sejenak, air yang diminumkan ke pasien tersebut bukanlah air yang steril dan justru berpotensi menimbulkan penyakit yang lebih parah. Adalagi keunikan pengobatan saat mata kemasukan benda asing dimana penanganannya dengan menguceknya. Hal ini tentu dapat menimbulkan infeksi. Fenomena terakhir adalah sebagian masyarakat masih percaya bahwa luka bakar dapat diobati dengan odol, kecap, minyak, garam, air kapur, dsb. Luka bakar adalah gangguan kerusakan pada kulit yang biasanya disebabkan oleh panas dari benda di luar tubuh. Suhu yang sering menjadi penyebab timbulnya luka bakar antara lain berasal dari api, listrik, sinar matahari, bahan kimia, dan radiasi. Selain menyebabkan kerusakan pada kulit, luka bakar juga berkemungkinan melukai bagian tubuh lain, seperti otot, pembuluh darah, dan saraf. Gejala yang ditimbulkan akibat luka bakar dapat berupa kulit yang memerah, melepuh, mengelupas, hangus, dan pembengkakan. Parah atau tidaknya suatu luka bakar ditentukan oleh faktor ketebalan lapisan luka, ukuran dan lokasi terjadinya luka, penyebab luka bakar, serta usia dan tingkat kesehatan penderita luka bakar. Luka bakar menyebabkan kerusakan kulit yang memerlukan penanganan tepat. Biasanya, orang tua kita atau orang lain menyarankan untuk memakaikan pasta gigi atau odol ke daerah kulit yang mengalami luka bakar. Pasta gigi mengandung zat kimia yang justru berpotensi memperparah luka. Komposisi pasta gigi seperti pemutih dan pewarna dapat menimbulkan infeksi. Odol yang berbentuk seperti gel akan menghambat interaksi luka dengan udara luar sehingga menghambat cairan luka yang akan dikeluarkan. Luka bakar sangat rantan terjadi pada ibu rumah tangga yang berurusan dengan memasak. Tak jarang kulit tersiram kuah panas atau bersentuhan dengan benda panas di dapur. Asumsi masyarakat menggunakan odol adalah karena dapat mendinginkan luka dengan segera. Namun penanganan luka dengan odol
akan memberikan dampak buruk yang lebih besar dibandingkan
manfaatnya dalam proses penyembuhan luka. Langkah-langkah pertolongan penanganan luka bakar adalah sebagai berikut: 1. Mendinginkan area luka Lakukan pendinginan pada area luka bakar dengan cara membasuh dengan air kran selama 20-30menit. Hindari penggunaan air es, pakailah air kran atau air ledeng. 2. Menyingkirkan asesoris atau pakaian yang menutupi area luka Luka bakar menimbulkan lengket. Usahakan tidak ada yang menghalangi luka dengan udara luar. Jika sudah telanjur menempel, maka usahakan untuk tidak mengangkatnya. 3. Memastikan bahwa penderita merasa hangat Selimuti penderita agar ia merasa hangat. Namun waspadai selimut yang mengenai luka. Solusinya bisa dengan menutup area luka menggunakan plastik steril atau perban. 4. Memberikan obat pereda arasa sait Hal ini dilakukan jika memang dibutuhkan akibat rasa sakit yang tak tertahankan. Obat yang bisa dikonsumsi antara lain parasetamol dan ibuprofen. Masyarakat perlu diberi pemahaman mengenai dampak penanganan luka dengan odol agar tidak terjadi bahaya yang lebih besar akibat luka bakar. Masyarakat juga hendaknya mengetahui pengobatan non-medis apa saja yang terbukti dapat menangani luka atau penyakit. Memang banyak juga pengobatan tradisional non-medis yang sudah teruji klinis. Namun tidak ada salahnya memotong rantai kebiasaan yang jelas terbukti ketidakvalidannya, seperti penanganan luka bakar dengan odol.
Referensi (keseluruhan diakses pada 7 Maret 2015 pukul 16.00):
Febrida, Melly. (2014). Saat Kulit Terbakar, Apa yang Harus Dilakukan?, diakses dari m.liputan6.com/health/read/2023957/saat-kulit terbakar-apa-yang-harus-dilakukan Luka Bakar, diakses dari www.alodokter.com/luka-bakar/ Herman. (2013). Jangan Gunakan Odol Untuk Mengobati Luka Bakar, diakses dari m.beritasatu.com/kesehatan/152150-jangan-gunakanodol-untuk-mengobati-luka-bakar.html Tips Mengatasi Luka Bakar Ringan, diakses dari www.smallcrab.com/kesehatan/1090-tips-mengatasi-luka -bakarringan Wahyuningsih, Merry. (2013). Luka Bakar Jangan Diolesi Odol, Ini Alasannya, diakses dari m.detik.com/health/read/2013/11/22/163051/2421002/63/lukabakar-jangan-diolesi-odol-ini-alasannya