You are on page 1of 98

5.

1 Pendekatan Teknis
1. Ketentuan Umum Muatan RTR KSP
a. Kedudukan RTR KSP
Kedudukan RTR KSP dalam sistem penataan ruang dan sistem
perencanaan pembangunan nasional dapat ditunjukkan pada GambarE.1.

Gambar-E.1

Kedudukan RTRKSP dalam Sistem Penataan Ruang dan


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
RTR KSP merupakan penjabaran RTRW Provinsi yang disusun

sesuai tujuan penetapan masing-masing KSP berdasarkan nilai-nilai


strategis yang menjadi kepentingan Provinsi. Muatan RTR KSP
ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan Pemerintah
Provinsi. Kepentingan Pemerintah Provinsi dalam penyusunan dan
penetapan RTR KSP harus menguatkan ketetapan yang telah dijabarkan
di dalam RTRW Provinsi. RTR KSP juga menjadi acuan teknis bagi
instansi sektoral dalam penyelenggaraan penataan ruang.

RTR KSP Isimu

E-1

b. Fungsi dan Manfaat RTR KSP


1) Fungsi
Fungsi RTR KSP yaitu sebagai:
a) Alat koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada KSP
yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;
b) Acuan dalam sinkronisasi program intra Pemerintah Provinsi
maupun

dengan

Pemerintah

Kabupaten/Kota

serta

masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk


mewujudkan KSP;
c) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSP, termasuk acuan
penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam
RTRW

Kabupaten/Kota

dan

dapat

dijadikan

dasar

penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RTR KSP


setara dengan kedalaman RTRW yang seharusnya menjadi
dasar perizinan dalam hal Peraturan Daerah (PERDA) tentang
RTRW Kabupaten/Kota belum berlaku;
d) Acuan dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD;
e) Acuan lokasi investasi dalam KSP yang dilakukan Pemerintah
dan masyarakat;
f) Pedoman untuk penyusunan rencana program dan kegiatan
sektoral; dan
g) Acuan dalam administrasi pertanahan.
2) Manfaat RTR KSP
Manfaat RTR KSP yaitu untuk:
a) Mewujudkan keterpaduan antara dalam lingkup KSP;
b) Mewujudkan keserasian pembangunan KSP dengan wilayah
Provinsi dan wilayah Kabupaten/Kota di mana KSP berada;
dan
c) Menjamin terwujudnya tata ruang KSP yang berkualitas.

RTR KSP Isimu

E-2

c. Isu Strategis Provinsi


Isu strategis Provinsi merupakan hal-hal yang menjadi perhatian
Provinsi yang diwujudkan dalam bentuk penataan ruang Kawasan
Strategis Provinsi dalam rangka melindungi kepentingan Provinsi di
dalamnya.
Isu

strategis

Provinsi

dikelompokkan

berdasarkan

sudut

kepentingan strategis yaitu a. pertumbuhan ekonomi, b. sosial dan


budaya, c. pendayagunaan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dan
d. fungsi dan daya dukung Lingkungan hidup.
Isu strategis Provinsi dapat berupa isu-isu yang termuat di dalam
RTRW Provinsi, antara lain meliputi:
1) Pertumbuhan Ekonomi
a) Masih

adanya

ketimpangan

perkembangan

ekonomi

kawasan di dalam Provinsi yang disebabkan oleh perbedaan


potensi wilayah dan keterbatasan prasarana dan sarana
pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah;
b) Belum

tersedianya

prasarana

dan

sarana

pendukung

pengembangan ekonomi wilayah antara lain transportasi


(jalan, angkutan sungai, laut, udara), sumber daya air
(sumber air bersih dan irigasi), energi dan telekomunikasi;
c) Belum optimalnya pengembangan sektor-sektor unggulan
penunjang pengembangan ekonomi wilayah, yang ditandai
dengan peningkatan produksi, produktifitas dan nilai tambah
produk unggulan di kawasan strategis berbasis ekonomi
(pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pariwisata
dan sebagainya);
d) Belum terbentuk interaksi ekonomi intra wilayah yang
ditandai dengan keterkaitan aktifitas ekonomi hulu-hilir;

RTR KSP Isimu

E-3

e) Masih adanya alih fungsi lahan ekonomi potensial, sehingga


diperlukan

kegiataan

penataan

ruang

untuk

menjaga

kawasan-kawasan potensial;
f) Masih diperlukan pengembangan industri unggulan untuk
mengolah komoditas unggulan menjadi produk-produk
unggulan daerah; dan
g) Masih perlu usaha untuk mengatasi kemiskinan, terbatasnya
modal dan investasi, rendahnya akses SDM terhadap
pendidikan

dan

kesehatan

sehingga

menghambat

pertumbuhan ekonomi.
2) Sosial dan Budaya
a) Keberadaan obyek sejarah sebagai catatan sejarah perlu
pengamanan sebagai obyek pengembangan kebudayaan dan
pariwisata daerah;
b) Keberadaan sebaran obyek pusaka budaya daerah yang perlu
ditetapkan sebagai pengembangan di bidang kebudayaan
dan pariwisata; dan
c) Keberadaan suku asli yang masih kuat dengan nilai norma
dan tradisi adat istiadatnya memerlukan pengamanan dan
pelestarian untuk perlindungan sebagai bagian dari adat dan
tradisi budaya bangsa.
3) Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi
a) Belum tersedianya alokasi ruang dan pengamanan ruang
untuk kegiatan terkait penelitian-pemanfaatan-pengelolaan
teknologi tinggi yang menjamin ruang tersebut berfungsi
secara baik dalam jangka panjang, menjamin keselamatan
masyarakat dan lingkungan hidup;
b) Belum dimilikinya penguasaan teknologi ramah lingkungan
dan

kebijakan

alokasi

ruang

pendukung

untuk

mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam

RTR KSP Isimu

E-4

yang ada, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang


tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral seperti minyak
dan gas bumi, panas bumi, batubara dan sebagainya); dan
c) Belum dipertimbangkannya aspek penataan ruang terkait
kegiatan pada saat pemanfaatan SDA dan pasca pemanfaatan
SDA

yang

diwujudkan

pada

penetapan

infrastruktur

pendukung, penetapan pusat-pusat pelayanan dan ketentuan


zonasi serta upaya revitalisasi kawasan.
4) Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
a) Pengendalian kegiatan ekonomi baik yang bersifat masif
maupun kegiatan masyarakat adat/tradisional terhadap
sumber daya alam yang di daratan maupun di pesisir pantai
dan laut, yang dapat memberi tekanan pada kawasankawasan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
serta ruang hidup flora dan fauna yang dilindungi;
b) Adanya kerusakan ekosistem baik di darat maupun laut yang
memiliki

keanekaragaman

hayati

yang

sangat

tinggi

membutuhkan perlindungan yang menjamin keberlanjutan


keberagaman flora dan fauna yang ada;
c) Menurunnya daya dukung lingkungan yang menyebabkan
berbagai bentuk gangguan lingkungan terutama banjir,
longsor dan menurunnya kualitas air;
d) Tingginya

laju

konversi

lahan

hutan

menjadi

lahan

perkebunan dan pertanian tergolong tinggi dan mencegah


praktik pembalakkan hutan secara liar dan pertambangan
liar; dan
e) Pengendalian

terhadap

perkembangan

permukiman

di

kawasan rawan bencana, pembangunan infrastruktur dan


bangunan yang mampu meminimalisasi dampak bencana
dan memperhatikan kesiapan mitigasi bencana.

RTR KSP Isimu

E-5

d. Tipologi KSP
Penyusunan RTR KSP didekati melalui tipologi KSP. Tipologi KSP
bermanfaat untuk memastikan kebutuhan penataan ruang yang sesuai
dengan kebutuhan kawasan dan untuk mengantisipasi keragaman KSP.
Pertimbangan penetapan KSP dalam tipologi didasarkan pada:
1) Sudut kepentingan berdasarkan UU Nomor 26/2007 tentang
Penataan Ruang;
2) Kriteria kawasan strategis berdasarkan PP Nomor 15/2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
3) Isu Strategis Provinsi di dalam RTRW Provinsi; dan
4) Kawasan strategis yang sudah ditetapkan dalam RTRW Provinsi.
Dalam

menetapkan

tipologi

KSP

dilakukan

dengan

mempertimbangkan KSP yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi


dan kemungkinan ditetapkannya KSP lain. Maka, ditetapkan 12 (dua
belas) tipologi sebagai berikut kawasan perkotaan, kawasan koridor
ekonomi, kawasan perdesaan, kawasan cepat tumbuh, kawasan cagar
budaya/sejarah,

kawasan

permukiman/komunitas

adat

tertentu,

kawasan teknologi tinggi, kawasan sumber daya alam, kawasan


perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup darat, kawasan rawan
bencana, kawasan kritis lingkungan, kawasan perlindungan pesisir dan
pulau kecil.

RTR KSP Isimu

E-6

Tipologi KSP sebagaimana dimaksud dijabarkan pada Tabel-E.1,


kemudian karakteristik KSP berdasarkan tipologi dijabarkan pada TabelE.2 serta beberapa contoh jenis KSP yang ada di RTRW Provinsi dapat
dilihat pada Tabel-E.3.

RTR KSP Isimu

E-7

Tabel-E.1

RTR KSP Isimu

Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan, Kriteria dan Isu Strategis Provinsi

E-8

Sumber

RTR KSP Isimu

: PP 15/2010 dan Hasil Analisis, 2012

E-9

Tabel-E.2

RTR KSP Isimu

Kriteria KSP Berdasarkan Tipologi

E - 10

RTR KSP Isimu

E - 11

Tabel-E.3

RTR KSP Isimu

Beberapa Jenis KSP dalam RTRW Provinsi

E - 12

e. Ketentuan Umum Penentuan Muatan RTR KSP


Dasar penentuan muatan RTR KSP yaitu bahwa RTR KSP sebagai
rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah Provinsi berisi: tujuan,
kebijakan dan strategi pengembangan KSP serta konsep pengembangan
KSP. Kemudian dengan tipologi KSP, maka diperlukan tahapan
penyusunan dengan kerangka pikir muatan meliputi:
1) Bentuk
Penentuan bentuk KSP didasarkan pada KSP berbasis
kawasan dan KSP berbasis objek strategis.
a) KSP berbasis kawasan dicirikan oleh keberadaan wilayah
yang direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan entitas
kawasan fungsional, dapat meliputi satu atau lebih wilayah
administrasi Kabupaten/Kota. Contoh KSP berbasis kawasan
antara lain Kawasan Perkotaan Pagar Alam, Kawasan
Koridor Ekonomi Banda Aceh-Meulaboh-Subulussalam dan
Kawasan Teluk Balikpapan (Sepaku-Penajam-Balikpapan);
dan
b) KSP berbasis objek strategis dicirikan oleh keberadaan objek
strategis berkaitan dengan fungsi strategis objek yang
ditetapkan sebagai KSP. Contoh KSP berbasis objek strategis
antara lain Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto,
Observatorium Bosscha di Bandung dan Puspiptek di Kota
Tangerang Selatan.

RTR KSP Isimu

E - 13

Gambar E.2
Ilustrasi Bentuk KSP Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis
2) Delineasi
Penentuan

delineasi

KSP

dilakukan

sesuai

dengan

karakteristik tipologi dan dilakukan dengan pertimbangan antara


lain:
a) Potensi perekonomian kawasan;
b) Interaksi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat;
c) Potensi sumber daya alam kawasan;
d) Kondisi daya dukung dan daya tampung fisik dasar; dan
e) Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
3) Fokus Penanganan
Penentuan

fokus

mempertimbangkan

penanganan

upaya

yang

KSP

perlu

dilakukan
diprioritaskan

dengan
untuk

mewujudkan fungsi kawasan berdasarkan nilai dan isu strategis


kawasan sesuai dengan tipologi KSP.
4) Tingkat Ketelitian Peta
Penentuan skala peta KSP disesuaikan dengan informasi yang
dibutuhkan dalam proses perencanaan RTR KSP dan penggunaan
RTR KSP serta kebutuhan muatan materi yang akan diatur di dalam
RTR KSP tersebut.
5) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Penentuan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang KSP
dilakukan dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus
penanganan KSP.

RTR KSP Isimu

E - 14

6) Konsep Pengembangan
Penentuan konsep pengembangan KSP sebagai arahan
pengembangan struktur ruang dan pola ruang dilakukan dengan
menetapkan arahan atau rencana struktur ruang dan arahan atau
rencana pola ruang sesuai dengan kedalaman muatan rencana yang
diatur dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang KSP.
7) Arahan Pemanfaatan Ruang KSP
Penentuan arahan pemanfaatan ruang KSP dilakukan dengan
mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan KSP yang
dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan
RTRWP) beserta indikasi sumber pembiayaan.
8) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP
dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar
pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan RTR KSP.
9) Pengelolaan Kawasan
Penentuan

pengelolaan

KSP

dilakukan

dengan

memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan


tipologi KSP.
Penentuan muatan RTR KSP untuk masing-masing tipologi KSP
dapat dilihat pada Gambar-E.3 dan Tabel-E.4 berikut:

RTR KSP Isimu

E - 15

Gambar-E.3

RTR KSP Isimu

Penentuan Muatan RTR KSP

E - 16

Tabel-E.4

RTR KSP Isimu

Ketentuan Umum Muatan Pedoman RTR KSP Berdasarkan Tipologi

E - 17

RTR KSP Isimu

E - 18

RTR KSP Isimu

E - 19

RTR KSP Isimu

E - 20

RTR KSP Isimu

E - 21

Sumber

RTR KSP Isimu

: Hasil Analisis, 2012

E - 22

2. Ketentuan Teknis Muatan RTR KSP


a. Delineasi KSP
Delineasi merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria
tertentu yang digunakan sebagai batas wilayah perencanaan RTR KSP.
Kriteria tertentu yang dimaksud disesuaikan dengan tipologi KSP.
Delineasi KSP mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti
dan kawasan penyangga atau yang tidak mempunyai kawasan inti dan
kawasan penyangga yang penetapannya didasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis sektoral.
Pertimbangan dalam penentuan delineasi untuk masing-masing
tipologi diuraikan dalam Tabel-E.5 sebagai berikut.
Tabel-E.5

RTR KSP Isimu

Delineasi KSP

E - 23

b. Fokus Penanganan KSP


Fokus penanganan merupakan muatan pokok yang menjadi
tujuan utama penanganan yang menjadi pertimbangan utama dalam
perumusan muatan RTR masing-masing tipologi KSP.
Penetapan fokus penanganan dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengatur hal-hal penting yang perlu ditangani untuk masing-masing
tipologi KSP.
Berikut ini adalah fokus penanganan minimal untuk masingmasing tipologi KSP:
Tabel-E.6

RTR KSP Isimu

Fokus Penanganan KSP

E - 24

RTR KSP Isimu

E - 25

RTR KSP Isimu

E - 26

c. Tingkat Ketelitian Peta KSP


Penetapan skala peta KSP dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses perencanaan tata
ruang KSP serta mempertimbangkan luasan geografis dan nilai strategis
KSP. Skala peta KSP untuk masing-masing tipologi KSP yaitu sebagai
berikut.
Tabel-E.7

Skala Peta RTR KSP Berdasarkan Tipologi

d. Muatan RTR KSP


1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP dan Konsep
Pengembangan KSP Berdasarkan Tipologi
a) Tipologi Kawasan Perkotaan
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan perkotaan
mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP tipologi kawasan perkotaan, meliputi:


(a) Posisi strategis dalam konteks lokasi geografis dan
perekonomian terhadap wilayah di sekitarnya;
(b) Hubungan sistem perkotaan;

RTR KSP Isimu

E - 27

(c) Kondisi sistem jaringan prasarana utama dan sistem


jaringan prasarana lainnya; dan
(d) Kondisi daya dukung dan daya tampung fisik dasar.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan sinergi
hubungan fungsional antara kawasan perkotaan inti dan
kawasan

perkotaan

di

sekitarnya

sebagai

pusat

permukiman dan kegiatan perekonomian skala regional.


(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan

pengembangan

kependudukan

(pertumbuhan, distribusi dan ketenagakerjaan);


2. Kebijakan

pengembangan

perekonomian

perkotaan;
3. Kebijakan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan
(sistem kota-kota) dan pelayanan sosial-ekonomibudaya masyarakat;
4. Kebijakan struktur ruang terkait sistem jaringan
yang

mendukung

operasionalisasi

sistem

perkotaan; dan
5. Kebijakan pola ruang terkait optimasi penggunaan
ruang (termasuk di dalamnya RTH perkotaan).

RTR KSP Isimu

E - 28

(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan

strategi

terkait

kebijakan

pengembangan kependudukan, meliputi:


a. Strategi

terkait

pengaturan

pertumbuhan

penduduk yang sesuai dengan daya dukung


dan daya tampung kawasan perkotaan;
b. Strategi terkait arahan sebaran penduduk yang
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
kawasan

perkotaan

serta

peluang

pengembangan infrastruktur perkotaan; dan


c. Strategi terkait ketenagakerjaan yang sesuai
dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan
peluang

pengembangannya

di

sektor

perkotaan.
2. Perumusan

strategi

pengembangan

terkait

perekonomian

kebijakan
perkotaan,

meliputi:
a. Strategi terkait penentuan sektor perekonomian
perkotaan yang mempertimbangkan potensi
wilayah, peluang eksternal, daya dukung dan
daya tampung kawasan perkotaan;
b. Strategi terkait sebaran kegiatan perekonomian
perkotaan yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung kawasan perkotaan serta
peluang

pengembangan

infrastruktur

perkotaan; dan

RTR KSP Isimu

E - 29

c. Strategi

penentuan

sektor

perekonomian

perkotaan terkait penyedian lapangan kerja


yang

selektif

sesuai

visi

pembangunan

perkotaan yang dicanangkan yang berbasis


jangka waktu perencanaan.
3. Perumusan strategi terkait kebijakan sistem pusatpusat pelayanan perkotaan (sistem kota-kota) dan
pelayanan

sosial-ekonomi-budaya

masyarakat,

meliputi:
a. Strategi terkait jumlah, jenis dan sebaran pusat
kegiatan utama perkotaan sebagai aplikasi dari
kebijakan perekonomian; dan
b. Strategi terkait jumlah, fungsi dan sebaran
pusat-pusat

pelayanan

perkotaan

yang

berorientasi pada pelayanan sosial-ekonomibudaya masyarakat yang tinggal di perkotaan.


4. Perumusan

strategi

terkait

kebijakan

sistem

jaringan prasana utama dan sistem jaringan


prasarana

lainnya

yang

mendukung

operasionalisasi sistem perkotaan, meliputi:


a. Strategi terkait pengembangan sistem jaringan
transportasi yang berorientasi jauh ke depan,
efisien

(integrasi

moda),

berbasis

pada

transportasi massal dan ramah lingkungan; dan


b. Strategi terkait pemenuhan kebutuhan sistem
jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi,
sistem

jaringan

penyediaan

air

sumber
minum,

daya

air,

sistem

sistem
jaringan

drainase, sistem jaringan air limbah dan sistem


pengelolaan persampahan untuk pelayanan

RTR KSP Isimu

E - 30

kegiatan utama dan pelayanan masyarakat


perkotaan.
5. Perumusan strategi terkait kebijakan pola ruang
terkait optimasi penggunaan ruang, meliputi:
a. Strategi terkait distribusi ruang untuk kawasan
lindung

dalam

rangka

menjamin

keberlangsungan kegiatan perkotaan melalui


upaya pengurangan resiko bencana sehingga
terwujud lingkungan perkotaan yang aman dan
berkelanjutan; dan
b. Strategi terkait distribusi ruang untuk kawasan
budidaya yang mempertimbangkan kesesuaian
fungsi

kegiatan

lingkungan

perkotaan

perkotaan

yang

agar

terwujud

nyaman

dan

produktif.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep

pengembangan

KSP

tipologi

perkotaan

kawasan

perkotaan

dijabarkan sebagai berikut:


(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana

struktur

ruang

dikembangkan untuk mendukung fungsi sosial dan


budaya yang berkualitas dan sekaligus sebagai motor
penggerak ekonomi regional dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tampung fisik lingkungan
alamiahnya. Rencana struktur ruang kawasan perkotaan
terdiri atas:
1. Penetapan sistem pusat-pusat permukiman yang
terdiri atas:
a. Kawasan perkotaan inti; dan
b. Kawasan perkotaan di sekitarnya.

RTR KSP Isimu

E - 31

Kawasan

perkotaan

inti

dan

kawasan

perkotaan di sekitarnya dilayani oleh pusat dan sub


pusat pelayanan sebagai orientasi kegiatan pelayanan
perkotaan.
2. Sistem
efisiensi

jaringan

transportasi

pergerakan

orang

yang
atau

menjamin

barang dari

kawasan perkotaan di sekitarnya dengan kawasan


perkotaan inti dan antarkota pada kawasan
perkotaan di sekitar perkotaan inti.
3. Sistem jaringan energi;
4. Sistem jaringan telekomunikasi;
5. Sistem jaringan sumber daya air meliputi sumber
air baku dan prasarana air baku; dan
6. Sistem jaringan prasarana perkotaan.
(b) Rencana Pola Ruang
Rencana

pola

ruang

KSP

tipologi

kawasan

perkotaan terdiri atas:


1. Rencana pola ruang kawasan lindung disusun
dengan memperhatikan:
a. Mengacu penetapan kawasan hutan;
b. Mengacu penetapan RTH perkotaan yang
berfungsi lindung;
c. Mengacu penetapan kawasan lindung non
RTH; dan
d. Penetapan kawasan lindung lainnya ditetapkan
berdasarkan analisis.
2. Rencana pola ruang kawasan budidaya disusun
dengan memperhatikan:
a. Mengacu penetapan kawasan hutan untuk
kawasan hutan produksi;

RTR KSP Isimu

E - 32

b. Dominasi kegiatan berdasarkan analisis daya


dukung dan daya tamping; dan
c. Orientasi

pengembangan

kebutuhan

kawasan

pengembangan

terkait

permukiman

perkotaan, pengembangan kegiatan primer dan


sekunder.
b) Kawasan Koridor Ekonomi
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan
koridor ekonomi dengan sebagai berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan,

kebijakan

dan

strategi

penataan

ruang

dirumuskan dengan mempertimbangkan:


(a) Posisi

geografis

kawasan

terhadap

pusat-pusat

pertumbuhan di sekitar kawasan;


(b) Sektor utama pendukung kawasan koridor ekonomi;
(c) Ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman;
(d) Infrastruktur ekonomi; dan
(e) Area terbangun sekitar kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci
muatan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang yaitu
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP
yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan kawasan
koridor

ekonomi

yang

memiliki

keunggulan

serta

dukungan jaringan prasarana yang handal.

RTR KSP Isimu

E - 33

(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait dengan penetapan kegiatan;
2. Kebijakan terkait dengan ketenagakerjaan;
3. Kebijakan terkait dengan dukungan sistem jaringan
prasarana kawasan;
4. Kebijakan

terkait

pelayanan

dengan

minimal

penetapan

prasarana

dan

standar
sarana

pendukung; dan
5. Kebijakan terkait dengan pelindungan kawasan
(termasuk RTH kawasan).
(c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke
dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai
tujuan

yang

telah

ditetapkan.

Perumusan

strategi

difokuskan pada:
1. Strategi terkait dengan penetapan jenis kegiatan
yang akan dikembangkan pada kawasan koridor
ekonomi, meliputi:
a. Strategi

penetapan

jenis

kegiatan

dengan

mempertimbangkan posisi geografis kawasan,


keberadaan bahan baku serta peluang pasar
baik lokal, regional, maupun internasional; dan
b. Strategi

penetapan

jenis

kegiatan

dengan

mempertimbangkan persaingan usaha.


2. Strategi terkait dengan ketenagakerjaan, meliputi:
a. Strategi penetapan target penyerapan tenaga
kerja; dan

RTR KSP Isimu

E - 34

b. Strategi penetapan komposisi tenaga kerja.


3. Strategi terkait dengan dukungan sistem jaringan
prasarana utama kawasan yaitu strategi penetapan
standar pelayanan

minimal

pelayanan

sistem

jaringan transportasi (darat, laut dan udara);


4. Strategi

terkait

pelayanan

dengan

minimal

penetapan

prasarana

dan

standar
sarana

pendukung kawasan termasuk hunian khusus,


meliputi:
a. Strategi penyediaan permukiman;
b. Strategi penyediaan sistem jaringan energi;
c. Strategi

penyediaan

sistem

jaringan

telekomunikasi;
d. Strategi penyediaan sistem jaringan sumber
daya air;
e. Strategi penyediaan sistem penyediaan air
minum; dan
f. Strategi penyediaan sistem jaringan air limbah.
5. Strategi terkait dengan pelindungan kawasan
(termasuk RTH kawasan), meliputi:
a. Strategi pengaturan ruang sekitar kawasan dari
kegiatan di sekitar kawasan yang berpotensi
mengganggu; dan
b. Strategi

pengaturan

aksesibilitas

menuju

kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus.


(2) Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
1. Sistem pelayanan yang ada pada RTRW; dan

RTR KSP Isimu

E - 35

2. Sistem jaringan prasarana dan sarana untuk


mendukung fungsi kawasan, meliputi:
a. Sistem

jaringan

mendukung

prasarana

aksesibilitas

utama

kawasan

yang
koridor

ekonomi dengan pusat kegiatan ekonomi lain


terkait yang terintegrasi dengan rencana sistem
prasarana utama pada RTRW; dan
b. Sistem

jaringan

prasarana

lainnya

yang

terintegrasi dengan rencana sistem prasarana


utama pada RTRW.
(b) Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang terdiri atas:
1. Rencana pola ruang di kawasan inti yang meliputi
ruang-ruang untuk berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan dan ruang pendukung kegiatan terkait
dengan

pelindungan

kawasan

(seperti

ruang

pembuangan limbah kawasan serta pengaturan


RTH kawasan); dan
2. Rencana pola ruang kawasan penyangga yang
lebih menekankan kepada fungsi penyangga yang
membedakan

aktifitas

kawasan

inti

dengan

kawasan di sekitarnya. Fungsi penyangga ini antara


lain dimaksudkan untuk menjaga tingkat kesehatan
masyarakat di sekitar kawasan industri, dengan
fungsi untuk:
a. Mengurangi kebisingan;
b. Mengurangi hamparan debu;
c. Meningkatkan

produksi

oksigen

untuk

mengimbangi produksi gas berbahaya seperti


karbondioksida dan karbonmonoksida;

RTR KSP Isimu

E - 36

d. Menjaga

iklim

mikro

untuk

mengurangi

ekspose panas (heat) dari kegiatan kawasan;


e. Menjaga jarak aman kontaminasi air tanah;
f. Rencana

pola

greenbelt

ruang

(dapat

disesuaikan

dengan

diarahkan

berupa

berupa

hutan)

yang

luasan

kawasan

yang

berpotensi memberikan dampak.


c) Tipologi Kawasan Perdesaan
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan mencakup
hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi meliputi:
(a) Kondisi sektor unggulan pendukung pertumbuhan
ekonomi wilayah;
(b) Kondisi infrastruktur ekonomi; dan
(c) Dukungan ketenagakerjaan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek
pengembangan

tujuan

difokuskan

kawasan

dalam

pada

perwujudan

rangka

mendorong

investasi untuk pengembangan sektor unggulansebagai


penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:

RTR KSP Isimu

E - 37

1. Kebijakan

pengembangan

ekonomi

wilayah

termasuk didalamnya kebijakan pengembangan


sektor unggulan yang selektif dan terukur; dan
2. Kebijakan pengembangan struktur ruang terkait
penguatan sistem pusat pelayanan, sistem koleksi
dan distribusi serta sistem jaringan prasarana
pendukung.
(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan

strategi

pengembangan
didalamnya

terkait

ekonomi

kebijakan

kebijakan

wilayah

termasuk

pengembangan

sektor

unggulan yang selektif dan terukur meliputi:


a. Menetapkan
wilayah,

kegiatan

ekonomi

mempertimbangkan

unggulan
penyediaan

lapangan kerja yang sesuai kebutuhan wilayah;


dan
b. Menetapkan rencana pengembangan sektor
unggulan wilayah yang terukur dan berbasis
pasar lokal dan nasional.
2. Perumusan

strategi

terkait

kebijakan

pengembangan struktur ruang terkait penguatan


sistem

pusat

distribusi

pelayanan,

serta

sistem

sistem
jaringan

koleksi

dan

prasarana

pendukung meliputi:
a. Menetapkan lokasi sentra unggulan ekonomi
wilayah, meliputi sektor primer (kehutanan,
pertanian,

RTR KSP Isimu

perkebunan,

perikanan,

E - 38

pertambangan dan peternakan) dan sistem


pusat pelayanan pendukung sentra unggulan
ekonomi wilayah;
b. Menetapkan

sistem

jaringan

prasarana

transportasi terkait sentra unggulan ekonomi


wilayah, pusat-pusat permukiman dan pusat
koleksi-distribusi; dan
c. Mengembangkan sistem jaringan prasarana
lainnya

terkait

kebutuhan

pengembangan

kawasan.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan sektor
unggulan dijabarkan sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang kawasan, terdiri atas:
1. Rencana struktur ruang yang mengacu pada
RTRWP

serta

memperhatikan

RTRW

terkait

(RTRW Kabupaten/Kota); dan


2. Penetapan sentra ekonomi unggulan wilayah
dengan memperhatikan hirarki sistem perkotaan
dalam wilayah Kabupaten/Kota untuk mendukung
dan menguatkan fungsi dan kinerja kawasan.
Sentra ekonomi unggulan wilayah yang dimaksud
yaitu:
a. Sentra produksi primer (pertanian, perikanan,
perkebunan, pertambangan, kehutanan dan
peternakan);
b. Sentra produksi sekunder (industri pengolahan/
industri manufaktur); dan
c. Outlet distribusi.

RTR KSP Isimu

E - 39

Sistem perkotaan yang dimaksud meliputi:


a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL); dan
b. Pusat

Pelayanan

mendukung

Kawasan

(PPK)

pengembangan

untuk
kawasan

agropolitan (pertanian, perkebunan, kehutanan


dan peternakan) dan minapolitan (perikanan).
3. Sistem jaringan transportasi kawasan direncanakan
untuk mendukung transportasi barang dan orang
(tenaga
sekunder

kerja) dari sentra


dan

tersier),

produksi (primer,

pusat-pusat

kegiatan

Lingkungan (PKL) dan outlet distribusi meliputi


jaringan transportasi darat, laut dan udara yaitu:
a. Sistem jaringan transportasi darat meliputi
jaringan jalan dan jaringan transportasi sungai
danau dan penyeberangan;
b. Sistem

jaringan

transportasi

laut

dengan

memperhatikan tatanan kepelabuhanan;


c. Sistem jaringan transportasi udara dengan
memperhatikan tatanan kebandarudaraan;
b. Sistem

jaringan

energi

mencakup

sistem

pembangkit energi dan jaringan transmisi sesuai


dengan kebutuhan kawasan;
c. Sistem

jaringan

telekomunikasi

meliputi

jaringan terestrial sesuai dengan kebutuhan


kawasan; dan
d. Sistem jaringan sumber daya air meliputi sistem
jaringan air baku (penyediaan dan distribusi)
dan sistem jaringan irigasi sesuai dengan
kebutuhan kawasan.

RTR KSP Isimu

E - 40

(b) Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang, terdiri atas:
1. Rencana pola ruang mengacu pada RTRWP serta
memperhatikan RTRW terkait (RTRW Kabupaten/
Kota); dan
2. Rencana pola ruang kawasan bersifat arahan untuk
meningkatkan

produktifitas

dan

menjaga

kontinuitas produksi.
d) Kawasan Cepat Tumbuh
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan
cepat tumbuh yaitu sebagai berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan,

kebijakan

dan

strategi

penataan

ruang

dirumuskan dengan mempertimbangkan:


(a) Kondisi sektor unggulan pendukung pertumbuhan
ekonomi

wilayah,

melalui

pertimbangan

pasar

regional maupun nasional;


(b) Kondisi infrastruktur ekonomi; dan
(c) Dukungan ketenagakerjaan dan sistem perkotaan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci
muatan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang yaitu
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP
yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
Perumusan

tujuan

difokuskan

pada

perwujudan

pengembangan kawasan ekonomi kawasan memiliki


sektor

unggulan

sebagai

penggerak

pertumbuhan

ekonomi wilayah.

RTR KSP Isimu

E - 41

(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi
yang berbasis pengembangan ekonomi lokal; dan
2. Kebijakan terkait dengan penguatan sistem pusat
pelayanan kegiatan ekonomi, sistem jaringan
prasarana prasarana dan sarana pendukung.
(c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke
dalam langkah- langkah operasional untuk mencapai
tujuan

yang

telah

ditetapkan.

Perumusan

strategi

difokuskan pada:
1. Strategi terkait dengan pengembangan ekonomi
yang berbasis pengembangan ekonomi lokal,
meliputi:
a. Strategi

perwujudan

kegiatan

ekonomi

unggulan wilayah;
b. Strategi pembangunan faktor-faktor pendukung
pengembangan ekonomi unggulan wilayah;
dan
c. Strategi pembangunan hubungan fungsional
antar

faktor

pendukung

pengembangan

ekonomi unggulan wilayah.


2. Strategi terkait dengan penguatan sistem pusat
pelayanan

kegiatan

ekonomi

sistem

jaringan

prasarana, meliputi:
a. Strategi
pengembangan

RTR KSP Isimu

pengintegrasian
pusat

pelayanan

rencana
kegiatan

E - 42

ekonomi kawasan dengan kebijakan sistem


perkotaan pada RTRW; dan
b. Strategi

pengintegrasian

pengembangan

sistem

rencana

jaringan

prasarana

dengan kebijakan sistem jaringan prasarana


dalam RTRW.
(2) Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
1. Sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi yang
terintegrasi dengan rencana sistem perkotaan pada
RTRW;
2. Sistem

jaringan

transportasi

yang

terintegrasi

dengan rencana sistem jaringan transportasi pada


RTRW;
3. Sistem

jaringan

energi

yang

menjabarkan

kebutuhan dan sistem penyediaan energi yang


terintegrasi dengan rencana sistem jaringan energi
pada RTRW;
4. Sistem jaringan telekomunikasi yang menjabarkan
kebutuhan dan sistem penyediaan telekomunikasi
yang terintegrasi dengan rencana sistem jaringan
telekomunikasi pada RTRW; dan
5. Sistem jaringan sumber daya air yang menjabarkan
kebutuhan dan sistem penyediaan sumber air dan
prasarana air yang terintegrasi dengan rencana
sistem jaringan sumber daya air pada RTRW.

RTR KSP Isimu

E - 43

(b) Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang terdiri atas:
1. Kawasan lindung yang dapat dikembangkan sesuai
dengan potensi usaha inti yang dapat berupa
potensi wisata, potensi hasil hutan bukan kayu,
potensi

ladang

penggembalaan

dan

potensi

ekonomi lainnya kecuali potensi pertambangan;


dan
2. Kawasan budidaya yang dapat dikembangkan
sesuai dengan potensi sektor unggulan terkait
dalam skala ekonomi tertentu yang terintegrasi
dengan pola ruang RTRW.
e) Tipologi Kawasan Warisan Budaya/Sejarah
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan warisan
budaya/sejarah mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP tipologi kawasan warisan budaya/sejarah,


meliputi:
(a) Nilai keunikan dan kearifan lokal warisan budaya/
sejarah;
(b) Kondisi lingkungan non terbangun, terbangun dan
kegiatan di sekitar kawasan dan/atau obyek warisan
budaya/sejarah yang berpotensi mendukung maupun
mengganggu;
(c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang
mengancam

kawasan

dan/atau

obyek

warisan

budaya/sejarah (khususnya kebakaran, banjir dan


pergerakan tanah); dan

RTR KSP Isimu

E - 44

(d) Kondisi

sistem

jaringan

prasarana

pendukung

kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek

tujuan

difokuskan

pada

perwujudan

lingkungan kawasan dan/atau obyek budaya/sejarah


daerah yang lestari pada jangka panjang.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait kawasan dan atau obyek warisan
budaya/sejarah yang harus dilindungi;
2. Kebijakan terkait kawasan inti pengaturan zona
dan kegiatan pada kawasan warisan budaya/
sejarah dan pelayanan sistem jaringan prasarana
kawasan dan sarana penunjang sesuai standar
pelayanan minimum serta kearifan lokal dan nilainilai warisan budaya;
3. Kebijakan

terkait

kawasan

penyangga

batas,

zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem


jaringan prasarana kawasan dan sistem pusat
pelayanan sesuai standar pelayanan minimum
yang ditetapkan di kawasan penyangga.
(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:

RTR KSP Isimu

E - 45

1. Perumusan strategi terkait perlindungan kawasan


dan

atau

obyek

dikoordinasikan

warisan

dengan

budaya/sejarah

pengelola

kawasan,

meliputi:
a. Penetapan kawasan dan/atau obyek warisan
budaya/sejarah yang harus dilindungi; dan
b. Penetapan target dan wujud perlindungan.
2. Perumusan strategi terkait kawasan inti, meliputi:
a. Penetapan jenis;
b. Penetapan intensitas;
c. Penetapan pengelolaan;
d. Eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal dan nilainilai warisan budaya/sejarah; dan
e. Penetapan

jenis

dan

standar

pelayanan

minimum berbasis kearifan lokal dan nilai


warisan budaya.
3. Perumusan

strategi

perwujudan

kawasan

penyangga, meliputi:
a. Penetapan batas kawasan penyangga;
b. Penetapan

zonasi

dan

kegiatan

kawasan

penyangga;
c. Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
minimum kawasan penyangga;
d. Penetapan sistem jaringan prasarana utama
yang tidak berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai warisan budaya/sejarah; dan
e. Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan
yang tidak berpotensi mengganggu kelanjutan
nilai-nilai

RTR KSP Isimu

warisan

budaya/sejarah

dan

E - 46

memberikan dukungan pengembangan jasa


wisata
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan warisan
budaya/sejarah dijabarkan dalam konsep rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang (untuk keseluruhan wilayah
sampai dengan kawasan penyangga) dengan skala 1:10.0001:25.000 serta rencana pola ruang untuk kawasan inti
dengan skala 1:5.000.
(a) Rencana Struktur Ruang
Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan
batas wilayah penyangga) terdiri atas:
1. Penetapan lokasi kawasan inti (sesuai peraturan
perundang-undangan) dan pusat-pusat kegiatan di
lingkungan luar kawasan inti yang berfungsi
sebagai kawasan penyangga;
2. Dukungan aksesibilitas;
a. Jaringan jalan akses, dari simpul transportasi
(bandara, terminal, stasiun, pelabuhan) menuju
pusat pelayanan terdekat lokasi obyek dan/
atau kawasan;
b. Jaringan jalan lokal menghubungkan pusat
pelayanan terdekat dengan ruang publik pada
lokasi obyek dan/atau kawasan (dilengkapi
dengan fasilitas parkir sesuai jenis moda yang
diatur), juga berfungsi sebagai jaringan jalan
wisata untuk mendukung aksesibilitas panorama obyek warisan budaya/sejarah; dan
c. Pedestrian.

RTR KSP Isimu

E - 47

3. Dukungan

prasarana

pada

pusat

pelayanan

terdekat lokasi obyek dan/atau kawasan;


a. Sistem jaringan air bersih;
b. Sistem drainase kawasan;
c. Sistem jaringan energi;
d. Sistem pembuangan limbah;
e. Sistem persampahan; dan
f. Sistem jaringan telekomunikasi.
4. Dukungan sarana pada pusat pelayanan terdekat
lokasi obyek dan/atau kawasan terkait jasa wisata;
dan
5. Penyediaan sarana dan prasarana di Lingkungan
kawasan inti didasarkan pada kebutuhan dan nilai
adat istiadat serta nilai-nilai warisan budaya.
(b) Rencana Pola Ruang
Terkait
RTRW

kawasan

terkait

yang

penyangga
dapat

memperhatikan

direvisi

sesuai

visi

pengembangan kawasan warisan budaya dan sejarah.


Terkait kawasan inti, produk yang dihasilkan
menjadi ketetapan langsung RDTR pada wilayah terkait.
1. Penetapan Zonasi Pada Kawasan Inti
a. Zona pemanfaatan terbatas (zona privat, zona
suci atau zona inti), didasarkan pada kearifan
lokal dan nilai-nilai warisan budaya; dan
b. Zona publik, didasarkan pada kebutuhan fungsi
pendukung pengembangan obyek dan/atau
kawasan. (misal terkait pengembangan jasa
wisata).

RTR KSP Isimu

E - 48

2. Penetapan Zonasi Pada Kawasan Penyangga


a. Zona penyangga, jika dibutuhkan dukungan
terhadap obyek dan/atau kawasan berupa
ruang bebas aktifitas publik. (misal penetapan
radius

tertentu

untuk

pemanfaatan

non

terbangun); dan
b. Zona publik dan jasa wisata, berada kawasan
yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan
publik dan jasa wisata.
f) Tipologi Kawasan Permukiman/Komunitas Adat Tertentu
Muatan

yang

diatur

dalam

tipologi

kawasan

permukiman/komunitas adat tertentu mencakup hal-hal berikut:


(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP tipologi kawasan permukiman/komunitas adat


tertentu, meliputi:
(a) Nilai keunikan dan kearifan lokal;
(b) Kondisi lingkungan di sekitar kawasan permukiman
adat

yang

berpotensi

mendukung

maupun

mengganggu;
(c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang
mengancam kawasan permukiman adat (khususnya
kebakaran, banjir dan pergerakan tanah); dan
(d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan
permukiman adat.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:

RTR KSP Isimu

E - 49

(a) Tujuan
Aspek

tujuan

difokuskan

pada

perwujudan

Lingkungan kawasan permukiman adat yang lestari pada


jangka panjang.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait kawasan permukiman adat yang
harus dilindungi;
2. Kebijakan terkait kawasan inti pengaturan zona
dan kegiatan pada kawasan permukiman adat dan
pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan dan
sarana

penunjang

sesuai

standar

pelayanan

minimum serta kearifan lokal dan nilai-nilai


warisan budaya; dan
3. Kebijakan terkait kawasan penyangga;

batas,

zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem


jaringan prasarana kawasan dan sistem pusat
pelayanan sesuai standar pelayanan minimum
yang ditetapkan di kawasan penyangga.
(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait perlindungan kawasan
permukiman

adat

dikoordinasikan

dengan

pengelola kawasan, meliputi:


a. Penetapan kawasan permukiman adat yang
harus dilindungi; dan

RTR KSP Isimu

E - 50

b. Penetapan target dan wujud perlindungan.


2. Perumusan strategi terkait kawasan inti, meliputi:
a. Penetapan jenis;
b. Penetapan intensitas;
c. Penetapan pengelolaan;
d. Eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal; dan
e. Penetapan

jenis

dan

standar

pelayanan

minimum berbasis kearifan lokal.


3. Perumusan

strategi

perwujudan

kawasan

penyangga, meliputi:
a. Penetapan batas kawasan penyangga;
b. Penetapan

zonasi

dan

kegiatan

kawasan

penyangga;
c. Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
minimum kawasan penyangga;
d. Penetapan sistem jaringan prasarana utama
yang

tidak

keberlanjutan

berpotensi
nilai-nilai

menggangu
di

kawasan

permukiman adat; dan


e. Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan
yang tidak berpotensi mengganggu kelanjutan
nilai-nilai

kearifan

lokal

di

kawasan

permukiman adat dan memberikan dukungan


pengembangan jasa wisata.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep

pengembangan

KSP

tipologi

kawasan

permukiman adat dijabarkan dalam konsep rencana struktur


ruang dan rencana pola ruang (untuk keseluruhan wilayah
sampai dengan kawasan penyangga) dengan skala 1:10.000-

RTR KSP Isimu

E - 51

1:25.000 serta rencana pola ruang untuk kawasan inti


dengan skala 1:5.000.
(a) Rencana Struktur Ruang
Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan
batas wilayah penyangga) terdiri atas:
1. Penetapan lokasi kawasan inti (sesuai peraturan
perundang-undangan) dan pusat-pusat kegiatan di
Lingkungan luar kawasan inti yang berfungsi
sebagai kawasan penyangga;
2. Dukungan

prasarana

pada

pusat

pelayanan

terdekat lokasi obyek dan/atau kawasan;


a. Sistem jaringan air bersih;
b. Sistem drainase kawasan;
c. Sistem jaringan energi;
d. Sistem pembuangan limbah;
e. Sistem persampahan; dan
f. Sistem jaringan telekomunikasi.
3. Dukungan sarana pada pusat pelayanan terdekat
lokasi obyek dan/atau kawasan terkait jasa wisata;
dan
4. Penyediaan sarana dan prasarana di Lingkungan
kawasan inti didasarkan pada kebutuhan dan nilai
adat istiadat serta nilai-nilai warisan budaya.
(b) Rencana Pola Ruang
Terkait
RTRW

terkait

kawasan
yang

penyangga
dapat

memperhatikan

direvisi

sesuai

visi

pengembangan.
Terkait kawasan inti, produk yang dihasilkan
menjadi ketetapan langsung RDTR pada wilayah terkait.

RTR KSP Isimu

E - 52

1. Penetapan Zonasi Pada Kawasan Inti


a. Zona pemanfaatan terbatas (zona privat, zona
suci atau zona inti), didasarkan pada kearifan
lokal dan nilai-nilai warisan budaya; dan
b. Zona publik, didasarkan pada kebutuhan fungsi
pendukung pengembangan obyek dan/atau
kawasan. (misal terkait pengembangan jasa
wisata).
2. Penetapan Zonasi Pada Kawasan Penyangga
a. Zona penyangga, jika dibutuhkan dukungan
terhadap obyek dan/atau kawasan berupa
ruang bebas aktifitas publik. (misal penetapan
radius

tertentu

untuk

pemanfaatan

non

terbangun); dan
b. Zona publik dan jasa wisata, berada kawasan
yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan
publik dan jasa wisata.
g) Tipologi Kawasan Teknologi Tinggi
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan teknologi
tinggi mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP kawasan teknologi tinggi, meliputi:


(a) Nilai kepentingan dan standarisasi kondisi lingkungan
yang harus diciptakan untuk operasionalisasi teknologi
tinggi secara maksimal dan sesuai waktu pemanfaatan
yang telah ditetapkan;
(b) Kondisi lingkungan non terbangun, terbangun dan
kegiatan di sekitar kawasan teknologi tinggi yang
berpotensi mengganggu operasionalisasi teknologi

RTR KSP Isimu

E - 53

tinggi dan sebaliknya berpotensi terganggu (kondisi


keselamatan

masyarakat)

akibat

operasionalisasi

teknologi tinggi;
(c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang
mengancam kawasan teknologi tinggi (khususnya
kebakaran, banjir dan pergerakan tanah); dan
(d) Kondisi

sistem

jaringan

prasarana

pendukung

kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek

tujuan

difokuskan

pada

perwujudan

Lingkungan kawasan dan/atau obyek teknologi tinggi


berfungsi

maksimal

sesuai

jangka

waktu

rencana

operasional.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait instalasi teknologi tinggi yang
harus dilindungi dan persyaratan teknis kawasan
pendukung operasionalisasi teknologi tinggi;
2. Kebijakan

terkait

pengaturan

kegiatan

pada

kawasan teknologi tinggi;


3. Kebijakan

terkait

pelayanan

sistem

jaringan

prasarana kawasan teknologi tinggi; dan


4. Kebijakan terkait kawasan penyangga penetapan
batas,

zonasi,

penetapan

kegiatan

dan

pengendalian sistem jaringan prasarana kawasan.

RTR KSP Isimu

E - 54

(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait perlindungan instalasi
teknologi tinggi disesuaikan dengan kebijakan dan
strategi pengelola/sektor terkait, meliputi:
a. Penetapan

instalasi

teknologi

yang

harus

dilindungi;
b. Penetapan
pendukung

persyaratan

teknis

kawasan

operasional

instalasi

teknologi

tinggi; dan
c. Penetapan target dan wujud perlindungan
intalasi teknologi tinggi.
2. Perumusan strategi terkait pengaturan kegiatan
pada kawasan teknologi tinggi disesuaikan dengan
kebijakan dan strategi pengelola/sektor terkait,
meliputi:
a. Penetapan jenis kegiatan;
b. Penetapan intensitas kegiatan; dan
c. Penetapan pengelolaan kegiatan.
3. Perumusan

strategi

terkait

pelayanan

sistem

prasarana kawasan teknologi tinggi disesuaikan


dengan kebijakan dan strategi pengelola/sektor
terkait, meliputi:
a. Penetapan kebutuhan; dan
b. Penetapan

jenis

dan

standar

pelayanan

minimum.
4. Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan
penyangga, meliputi:

RTR KSP Isimu

E - 55

a. Penetapan
khususnya
teknologi

batas

kawasan

pertimbangan
tinggi

dan

penyangga,

dampak

sebaliknya

kegiatan
pengaruh

negatif kegiatan sekitar kawasan teknologi


tinggi;
b. Penetapan

zonasi

dan

kegiatan

kawasan

penyangga;
c. Mengendalikan

sistem

jaringan

prasarana

utama yang berpotensi menggangu operasionalisasi teknologi tinggi; dan


d. Mengendalikan sistem pusat pelayanan yang
berpotensi

mengganggu

operasionalisasi

teknologi tinggi.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep

pengembangan

KSP

tipologi

kawasan

teknologi tinggi dijabarkan dalam konsep struktur ruang dan


rencana pola ruang pada kawasan penyangga untuk
mendukung operasionalisasi teknologi tinggi.
(a) Rencana Struktur Ruang
Diwujudkan dalam konsep struktur ruang kawasan
penyangga inti yang lebih ditekankan pada pelayanan
infrastruktur pendukung operasionalisasi kawasan agar
instalasi

teknologi

tinggi

dapat

beroperasi

secara

maksimal sampai batas waktu rencana operasional.


Konsepsi rencana struktur ruang dikoordinasikan
dengan pengelola/sektor terkait, terdiri atas:
1. Penetapan lokasi dan fungsi intalasi teknologi
tinggi;
2. Sistem

jaringan

prasarana

utama

yang

menghubungkan kawasan teknologi tinggi dengan

RTR KSP Isimu

E - 56

kawasan-kawasan pendukung kawasan teknologi


tinggi; dan
3. Sistem

jaringan

prasarana

pendukung

terkait

pelayanan kawasan, meliputi:


a. Penyediaan

sumber

dan

sistem

jaringan

distribusi air bersih ke kawasan;


b. Sistem jaringan drainase perlindungan kawasan
dari banjir;
c. Sistem jaringan energi; dan
d. Sistem jaringan telekomunikasi.
(b) Rencana Pola Ruang
Diwujudkan dalam rencana pola ruang kawasan
teknologi tinggi yang lebih ditekankan pada pengaturan
zona pendukung kawasan agar instalasi teknologi tinggi
dapat beroperasi secara maksimal sampai batas waktu
rencana operasional.
Rencana pola ruang merupakan penetapan zonasi
dan kegiatan pada wilayah sekitar kawasan teknologi
tinggi (kawasan penyangga).
1. Kawasan
kriteria

penyangga,
perlindungan

ditentukan

berdasarkan

masing-masing

karakter

teknologi tinggi, (contoh perlindungan cahaya,


suara, getaran dan lain-lain);
2. Penetapan radius kawasan penyangga dengan
pertimbangan;
a. Jarak aman keselamatan masyarakat terhadap
keberadaan intalasi teknologi tinggi;
b. Dampak

potensial

kemungkinan

bencana

kebakaran sekitar kawasan yang berpotensi


membahayakan kawasan inti;

RTR KSP Isimu

E - 57

c. Perlindungan tegakan sekitar kawasan inti


untuk mengantisipasi bencana gerakan tanah;
dan
d. Gangguan kegiatan manusia di sekitar kawasan
inti terhadap operasionalisasi teknologi tinggi.
3. Kawasan penyangga dapat berupa zona larangan
kegiatan, zona hijau dengan tegakan, zona hijau
(tidak disyaratkan dengan tegakan), zona tanpa
hunian, zona dengan hunian terbatas.
h) Tipologi Kawasan Sumber Daya Alam
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan sumber daya
alam (darat/laut) mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP tipologi kawasan sumber daya alam (darat/laut),


meliputi:
(a) Nilai kepentingan sumber daya alam di wilayah
Provinsi;
(b) Posisi geografis kawasan sumber daya alam terhadap
sistem

jaringan

transportasi

dan

sistem

pusat

pelayanan;
(c) Kebutuhan tenaga kerja dan penyediaan permukiman;
(d) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan
sumber daya alam;
(e) Daya dukung fisik dasar terkait lokasi kawasan sumber
daya alam; dan
(f) Teknologi pemanfaatan sumber daya alam.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:

RTR KSP Isimu

E - 58

(a) Tujuan
Aspek

tujuan

difokuskan

pada

perwujudan

keseimbangan ekosistem kawasan dalam rangka menjaga


potensi sumber daya alam terkait pemanfaatan sumber
daya alam yang aman untuk kepentingan strategis
Provinsi.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait pemanfaatan sumber daya alam;
2. Kebijakan terkait pengelolaan Lingkungan yang
berkelanjutan;
3. Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan
pada kawasan inti;
4. Kebijakan
prasarana

terkait

dukungan

kawasan

sesuai

sistem

standar

jaringan
pelayanan

minimum yang ditetapkan; dan


5. Kebijakan terkait pengelolaan kawasan penyangga.
(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan khususnya pada kawasan inti


disesuaikan dan/atau dikoordinasikan dengan pengelola
kawasan/sektor terkait. Acuan minimal strategi diuraikan
sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait pemanfaatan sumber
daya alam disesuaikan dengan kebijakan dan
strategi pihak pengelola/sektor terkait, meliputi:
a. Penetapan batas eksploitasi;

RTR KSP Isimu

E - 59

b. Penetapan

jenis

bahan

tambang

yang

dieksploitasi; dan
c. Perkiraan

kapasitas

sesuai

(target

sampai

eksploitasi

jangka

waktu

akhir

tahun

perencanaan).
2. Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan
yang

berkelanjutan

dikoordinasikan

dengan

kebijakan dan strategi pihak pengelola/sektor


terkait, meliputi:
a. Penetapan kawasan perlindungan;
b. Penetapan teknologi eksploitasi;
c. Pengelolaan limbah;
d. Penetapan pengelolaan lingkungan pada saat
persiapaan,

pelaksanaan

dan

pasca

pertambangan; dan
e. Perbaikan kondisi kualitas kesejahteraan sosialbudaya-ekonomi

masyarakat

di

sekitar

kawasan kegiatan pemanfaatan sumber daya


alam.
3. Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan
kegiatan

kawasan

sumber

daya

alam

dikoordinasikan dengan pengelola kawasan/sektor


terkait, meliputi:
a. Penetapan

zonasi

(zona

perlindungan,

eksploitasi, zona pengolahan hasil eksploitasi,


zona pembuangan limbah, zona administrasi,
zona hunian dan zona publik); dan
b. Penetapan
pengelolaan)

kegiatan
pada

(jenis,

intensitas

setiap

zona

dan

kawasan

sumber daya alam.

RTR KSP Isimu

E - 60

4. Perumusan

strategi

terkait

pelayanan

sistem

jaringan prasarana utama kawasan sumber daya


alam

(dikoordinasikan

dengan

pengelola

kawasan), meliputi:
a. Penetapan kebutuhan sistem jaringan prasarana
utama terkait pengembangan wilayah; dan
b. Penetapan

jenis

dan

standar

pelayanan

minimum.
5. Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan
penyangga, meliputi:
a. Penetapan
khususnya

batas

kawasan

pertimbangan

penyangga,

dampak

kegiatan

pengelolaan sumber daya alam) dan sebaliknya


kemungkinan pengaruh negatif kegiatan sekitar
kawasan;
b. Penetapan

zonasi

dan

kegiatan

kawasan

penyangga; dan
c. Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
di

kawasan

kesetaraan

penyangga
pelayanan

untuk
dengan

menjaga
kawasan

fungsional.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan sumber
daya alam (darat/laut) dijabarkan sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
1. Rencana

struktur

ruang

pada

kawasan

inti

memperhatikan perencanaan yang disusun oleh


pengelola

kawasan

dan/atau

sektor

terkait,

meliputi:

RTR KSP Isimu

E - 61

a. Sistem jaringan prasarana utama:

Jaringan jalan utama kawasan (pada saat


operasionalisasi dan/atau paska kegiatan
penambangan dapat difungsikan sebagai
akses wilayah).

b. Sistem jaringan prasarana lainnya:

Sistem jaringan energi;

Sistem jaringan telekomunikasi;

Sistem penyediaan sumber air bersih;

Sistem jaringan drainase utama

terkait

jaringan drainase di luar kawasan;

Sistem jaringan air limbah; dan

Sistem pengelolaan persampahan.

c. Dukungan sarana (pengaturan pada sarana


yang dapat digunakan untuk kepentingan
publik-permanfaatan bersama masyarakat di
sekitar kawasan)
2. Rencana struktur ruang pada kawasan penyangga
meliputi:
a. Mengacu dan memperhatikan sistem pusat
pelayanan, yang ada dalam RTRW terkait,
meliputi:

Pusat Kegiatan Lokal (PKL); dan

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) untuk


mendukung

kegiatan

pemanfaatan

dan

pasca pemanfaatan sumber daya alam.


b. Sistem

jaringan

prasarana

lainnya

(untuk

mengendalikan kesenjangan dengan kawasan


inti):

RTR KSP Isimu

Sistem jaringan energi;

E - 62

Sistem jaringan telekomunikasi;

Sistem penyediaan sumber air bersih;

Sistem jaringan drainase;

Sistem jaringan air limbah; dan

Sistem pengelolaan persampahan.

c. Dukungan sarana (untuk menjaga kesetaraan


dengan kondisi permukiman di kawasan inti).

Sarana sosial-budaya;

Sarana ekonomi; dan

Sarana kesehatan.

(b) Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang terdiri atas:
1. Rencana

pola

ruang

pada

kawasan

inti

memperhatikan rencana yang telah disusun dan/


atau ketentuan teknis pengelola kawasan/sektor
terkait, meliputi;
a. Zona perlindungan, merupakan zona di dalam
kawasan sumber daya alam yang difungsikan
untuk

memberikan

perlindungan

terhadap

zona pemanfaatan terbatas;


b. Zona pemanfaatan, meliputi zona pemanfaatan
sumber

daya

alam

termasuk

tempat

pembuangan limbah, (didasarkan pertimbangan AMDAL);


c. Zona hunian, merupakan zona di dalam
kawasan inti yang digunakan untuk kegiatan
permukiman

para

pekerja

di

lingkungan

sumber daya alam; dan


d. Zona publik, didasarkan pada kebutuhan fungsi
pendukung operasionalisasi zona pemanfaatan,

RTR KSP Isimu

E - 63

dapat digunakan untuk fungsi pelayanan publik


yang berada di dalam kawasan sumber daya
alam digunakan bersama dengan masyarakat di
luar kawasan umumnya untuk kegiatan sosial,
ekonomi dan budaya.
2. Rencana pola ruang pada kawasan penyangga:
1. Kawasan penyangga, berada dilingkungan luar
kawasan inti, untuk mengendalikan dampak
negatif

dari

kegiatan

pemanfaatan

SDA

terhadap lingkungan sekitar dan sebaliknya;


dan
2. Zona

penyangga

diklasikasikan

sesuai

karakteristik dukungan terhadap kawasan inti;


dapat berupa zona larangan kegiatan, zona
hijau

dengan

tegakan,

disyaratkan dengan

zona

hijau

(tidak

tegakan),

zona

tanpa

hunian, zona dengan hunian terbatas.


i) Tipologi Kawasan Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan
Hidup
Muatan

yang

diatur

dalam

tipologi

kawasan

perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup mencakup halhal berikut:


(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP tipologi kawasan perlindungan dan pelestarian


lingkungan hidup, meliputi:
(a) Fungsi perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup
terkait besarnya manfaat perlindungan setempat dan
perlindungan kawasan bawahnya serta kekayaan
keanekaragaman hayati;

RTR KSP Isimu

E - 64

(b) Kondisi pemanfaatan ruang kawasan dan sekitar


kawasan;
(c) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan;
(d) Keberadaan sistem pusat pelayanan di dalam dan
sekitar kawasan; dan
(e) Kondisi sistem jaringan prasarana di dalam dan sekitar
kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek
lingkungan

tujuan
kawasan

difokuskan

pada

perlindungan

dan

perwujudan
pelestarian

lingkungan hidup yang lestari pada jangka panjang.


(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka

mencapai

tujuan.

Perumusan

kebijakan

difokuskan pada:
1. Kebijakan terkait pengelolaan Lingkungan yang
berkelanjutan;
2. Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan
pada kawasan inti;
3. Kebijakan terkait persyaratan pembangunan sistem
jaringan prasarana kawasan (disesuaikan dengan
peraturan

perundangan

yang

berlaku

dalam

rangka perlindungan kawasan); dan


4. Kebijakan terkait kawasan penyangga penetapan
batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan
sistem jaringan prasarana dan sarana kawasan.

RTR KSP Isimu

E - 65

(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan, meliputi:
a. Mencegah pemanfaatan ruang di dalam dan
disekitar kawasan fungsional yang berpotensi
mengurangi fungsi lindung kawasan;
b. Membatasi

pengembangan

prasarana

dan

sarana di dalam dan di sekitar kawasan inti


yang dapat memicu perkembangan kegiatan
budi daya yang tidak sesuai;
c. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang
menurun akibat dampak pemanfaatan ruang
yang berkembang di dalam dan di sekitar
kawasan inti; dan
d. Mengembangkan kegiatan budi daya yang
berfungsi sebagai zona penyangga kawasan
inti.
2. Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan
kegiatan kawasan fungsional, meliputi:
a. Penetapan zonasi; dan
b. Penetapan

kegiatan

(jenis,

intensitas

dan

pengelolaan) pada setiap zona pada kawasan


fungsional.
3. Perumusan

strategi

terkait

pelayanan

sistem

jaringan prasarana kawasan inti (dikoordinasikan


dengan instansi yang berwenang), meliputi:
a. Penetapan kebutuhan; dan

RTR KSP Isimu

E - 66

b. Penetapan

jenis

dan

standar

pelayanan

minimum.
4. Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan
penyangga, sebagai berikut:
a. Penetapan
khususnya

batas

kawasan

pertimbangan

penyangga,

pengaruh

negatif

kegiatan sekitar kawasan;


b. Penetapan

zonasi

dan

kegiatan

kawasan

penyangga; dan
c. Pengendalian

sistem

jaringan prasaranadan

sistem pusat pelayanan kawasan penyangga


untuk menjaga kelestarian kelestarian kawasan
inti.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Arahan

pengembangan

KSP

tipologi

kawasan

perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup dijabarkan


sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
1. Rencana struktur ruang pada kawasan inti bersifat
arahan untuk sistem jaringan prasarana; dan
2. Rencana struktur ruang pada kawasan penyangga
bersifat arahan untuk:
a. Mengendalikan sistem pusat pelayanan yang
berpotensi menganggu fungsi kawasan; dan
b. Mengendalikan sistem jaringan prasarana yang
berpotensi menganggu fungsi kawasan.
(b) Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang, terdiri atas:

RTR KSP Isimu

E - 67

1. Rencana pola ruang pada kawasan inti mengacu


pada ketentuan peraturan perundang-undangan
terkait; dan
2. Rencana pola ruang pada kawasan penyangga
(daerah penyangga), meliputi:
a. Zona penyangga, berada di lingkungan luar
kawasan inti, untuk mengendalikan dampak
negatif kegiatan di sekitar kawasan terhadap
kawasan inti; dan
b. Zona

penyangga

diklasifikasikan

sesuai

karakteristik dukungan terhadap kawasan inti


dapat berupa zona larangan kegiatan, zona
hijau

dengan

tegakan,

disyaratkan dengan

zona

hijau

(tidak

tegakan),

zona

tanpa

hunian, zona dengan hunian terbatas.


j) Tipologi Kawasan Rawan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor

non

alam

maupun

faktor

manusia

sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan


lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan rawan
bencana mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakan

dan

strategi KSP tipologi kawasan rawan bencana, meliputi:


(a) Area kawasan rawan bencana atau perkiraan kawasan
rawan bencana atau kawasan dengan histori bencana;

RTR KSP Isimu

E - 68

(b) Kondisi

sebaran

dan

sosial-ekonomi

penduduk

kawasan rawan bencana;


(c) Kondisi pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana
dan sekitarnya terutama keberadaan pusat kegiatan
dan pusat pelayanan di sekitar kawasan rawan
bencana;
(d) Kondisi sistem jaringan prasarana utama, sistem
jaringan prasarana lainnya dan kondisi sarana pada
kawasan rawan bencana; dan
(e) Sebaran kawasan evakuasi.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek

tujuan

difokuskan

pada

mewujudkan

pemanfaatan ruang yang mendukung upaya mitigasi dan


adaptasi pada kawasan rawan bencana.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait penetapan fungsi lindung dan
fungsi

budidaya

pada

Kawasan

Rawan

Bencana/KRB;
2. Kebijakan
Kawasan

terkait
Rawan

penetapan

kegiatan

Bencana/KRB

pada

(termasuk

penetapan kegiatan hunian sementara di KRB);


dan
3. Kebijakan terkait sistem evakuasi.
(c) Strategi

RTR KSP Isimu

E - 69

Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait kebijakan fungsi lindung
dan

fungsi

budidaya

pada

Kawasan

Rawan

Bencana/KRB, meliputi:
a. Penetapan kawasan lindung sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan penetapan baru
sesuai

pertimbangan

daya

dukung

serta

ketetapan instansi yang bertanggung jawab;


dan
b. Penetapan kawasan budidaya sesuai daya
dukung KRB pada saat tidak terjadi bencana
(khususnya untuk kepentingan kesejahteraan
masyarakat setempat.
2. Perumusan strategi terkait penetapan kegiatan
pada Kawasan Rawan Bencana/KRB, meliputi:
a. Penetapan

kegiatan

ekonomi

yang

sesuai

dengan karakteristik sumber daya masyarakat


setempat dan karakteristik daya dukung;
b. Penetapan ruang hunian sementara terkait
fungsi pelayanan kebutuhan pengembangan
kawasan produksi; dan
c. Penetapan
jaringan

infrastruktur
transportasi,

pendukung
sekaligus

sistem

berfungsi

sebagai jalur evakuasi dalam sistem evakuasi


bencana.
3. Perumusan

strategi

terkait

sistem

evakuasi,

meliputi:

RTR KSP Isimu

E - 70

a. Penetapan lokasi di luar KRB yang terjamin


dari kemungkinan bencana;
b. Penetapan sistem evakuasi bencana terkait
ruang evakuasi bencana, termasuk penetapan
sistem jaringan prasarana utama evakuasi; dan
c. Penetapan

dukungan

sarana

dan

sistem

jaringan prasarana lainnya pendukung kawasan


evakuasi sesuai standar pelayanan minimum
yang ditentukan.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan rawan
bencana yang berupa struktur dan pola ruang harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(a) Sistem internal kawasan/zona harus dipandang sebagai
sub- sistem dari sistem wilayah Provinsi maupun
Kabupaten/Kota.

Dengan

demikian

penentuan

rencana struktur ruang internal ini tetap harus


mengacu pada rencana struktur ruang pada hirarki
yang lebih tinggi;
(b) Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan
yang ditetapkan dalam rencana tata ruang yang
berlaku;
(c) Mengutamakan peruntukan pada zona dengan tingkat
kerawanan fisik alami dan tingkat resiko bencana
tinggi, sebagai kawasan lindung;
(d) Memperhatikan kriteria tingkat kerawanan/tingkat
resiko

serta

mengeliminasi

mengupayakan
faktor-faktor

rekayasa

penyebab

untuk
tingginya

kerawanan/resiko;

RTR KSP Isimu

E - 71

(e) Mengacu pada beberapa peraturan dan pedoman


terkait bidang penataan ruang serta peraturan dan
pedoman yang terkait lingkungan dan sumber daya
alam;
(f) Penyesuaian dengan dengan kondisi alam dengan
lebih menekankan pada upaya rekayasa geologi dan
rekayasa teknik sipil;
(g) Menghormati

hak

yang

dimiliki

orang

sesuai

peraturan perundang-undangan; dan


(h) Memperhatikan aspek aktifitas manusia yang telah
ada sebelumnya (existing condition) dan dampak
yang ditimbulkannya.
k) Tipologi Kawasan Kritis Lingkungan
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan kritis
lingkungan mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakandan

strategi KSP tipologi kawasan kritis lingkungan, meliputi:


(a) Kondisi pemanfaatan ruang;
(b) Kondisi neraca air;
(c) Kondisi sebaran dan fungsi kawasan lindung;
(d) Kondisi sebaran keanekaragaman hayati;
(e) Kondisisebaran penduduk dan permukiman, fasilitas
ekonomi penting, sistem transportasi dan prasarana
sumber daya air; dan
(f) Kondisi

kebencanaan

terkait

kawasan

kritis

lingkungan, seperti banjir dan tanah longsor.


Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:

RTR KSP Isimu

E - 72

(a) Tujuan
Mewujudkan
berkelanjutan

daya

dalam

dukung

pengelolaan

Lingkungan

yang

kawasan

untuk

menjamin kelestarian alam, penangulangan bencana,


menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait bentuk pengelolaan Lingkungan
yang berkelanjutan;
2. Kebijakan terkait zonasi (fungsi lindung dan
budidaya) dan pengaturan kegiatan di kawasan
ekosistem; dan
3. Kebijakan

terkait

penetapan

fungsi

budidaya

khususnya kawasan hunian, fasilitas ekonomi


penting, sistem transportasi serta prasarana sumber
daya air berbasis mitigasi bencana.
(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan, meliputi:
a. Mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi
merusak ekosistim kawasan dan menurunkan
kualitas tata air;
b. Membatasi

pengembangan

prasarana

dan

sarana di kawasan ekosistem yang dapat

RTR KSP Isimu

E - 73

memicu perkembangan kegiatan budi daya


yang tidak sesuai; dan
c. Merehabilitasi fungsi lindung yang menurun
akibat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai.
2. Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan
kegiatan di kawasan ekosistem, meliputi:
a. Penetapan zonasi; dan
b. Penetapan

kegiatan

(jenis,

intensitas

dan

pengelolaan) pada setiap zona pada kawasan


ekosistem.
3. Perumusan

strategi

terkait

penetapan

fungsi

budidaya penting berbasis mitigasi bencana terkait


kawasan ekosistem, meliputi:
a. Pengendalian sistem pusat pelayanan;
b. Perlindungan fasilitas ekonomi penting; dan
c. Penetapan sistem transportasi serta prasana
sumber daya air.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsepsi pengembangan KSP tipologi kawasan Kritis
lingkungan dijabarkan dalam konsep rencana struktur ruang
dan rencana pola ruang.
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang pada kawasan inti bersifat
arahan untuk:
1. Arahan sistem pusat pelayananpada kawasan yang
relatif sesuai daya dukung fisik dasar dan daya
rusak air; dan
2. Arahan sistem jaringan prasarana utama pada
kawasan yang relatif sesuai daya dukung fisik dasar
dan daya rusak air.

RTR KSP Isimu

E - 74

(b) Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang, terdiri atas:
1. Rencana pola ruang pada kawasan inti, meliputi
kawasan lindung disusun dengan memperhatikan:
a. Mengacu penetapan kawasan hutan; dan
b. Penetapan kawasan lindung lainnya ditetapkan
berdasarkan analisis.
Kawasan

budidaya

disusun

dengan

memperhatikan:
a. Keanekaragaman hayati;
b. Daya dukung fisik dasar; dan
c. Dampak daya rusak air.
Kawasan budidaya meliputi zona hijau dengan
tegakan,

zona

hijau

(tidak

disyaratkan

dengan

tegakan), zona tanpa hunian, zona dengan hunian


terbatas.
2. Rencana pola ruang pada kawasan penyangga
(kecuali ekosistem DAS), meliputi:
a. Zona penyangga, berada di lingkungan luar
kawasan inti, untuk mengendalikan dampak
negatif kegiatan di sekitar kawasan terhadap
kawasan inti; dan
b. Zona

penyangga

diklasikasikan

sesuai

karakteristik dukungan terhadap kawasan inti


dapat berupa zona larangan kegiatan, zona
hijau

dengan

tegakan,

disyaratkan dengan

zona

hijau

(tidak

tegakan),

zona

tanpa

hunian, zona dengan hunian terbatas.

RTR KSP Isimu

E - 75

l) Tipologi Kawasan Perlindungan Pesisir dan Pulau Kecil


Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan ekosistem
mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan

perumusan

tujuan,

kebijakandan

strategi KSP tipologi kawasan perlindungan pesisir dan pulau


kecil, meliputi:
(a) Kondisi pemanfaatan ruang;
(b) Kondisi neraca air;
(c) Kondisi sebaran dan fungsi kawasan lindung;
(d) Kondisi sebaran keanekaragaman hayati; dan
(e) Kondisi sebaran penduduk dan permukiman, fasilitas
ekonomi penting, sistem transportasi dan prasarana
sumber daya air.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek

tujuan

difokuskan

pada

perwujudan

komposisi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang


menjamin keserasian kemampuan dan pemanfaatan unsur
dalam alam secara timbal balik.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait bentuk pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan;

RTR KSP Isimu

E - 76

2. Kebijakan terkait zonasi (fungsi lindung dan


budidaya) dan pengaturan kegiatan di kawasan
ekosistem; dan
3. Kebijakan

terkait

penetapan

fungsi

budidaya

khususnya kawasan hunian, fasilitas ekonomi


penting, sistem transportasi serta prasarana sumber
daya air.
(c) Strategi
Muatan

strategi

berdasarkan

pada

rumusan

pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan


sebagai berikut:
1. Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan, meliputi:
a. Mencegah pemanfaatan ruang yang berpotensi
merusak ekosistim kawasan dan menurunkan
kualitas tata air;
b. Membatasi

pengembangan

prasarana

dan

sarana di kawasan ekosistem yang dapat


memicu perkembangan kegiatan budi daya
yang tidak sesuai; dan
c. Merehabilitasi fungsi lindung yang menurun
akibat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai.
2. Perumusan strategi terkait zonasi dan pengaturan
kegiatan di kawasan ekosistem, meliputi:
a. Penetapan zonasi; dan
b. Penetapan

kegiatan

(jenis,

intensitas

dan

pengelolaan) pada setiap zona pada kawasan


ekosistem.

RTR KSP Isimu

E - 77

3. Perumusan

strategi

terkait

penetapan

fungsi

budidaya penting terkait kawasan ekosistem,


meliputi:
a. Pengendalian sistem pusat pelayanan;
b. Perlindungan fasilitas ekonomi penting; dan
c. Penetapan sistem transportasi serta prasana
sumber daya air.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsepsi

pengembangan

KSP

tipologi

kawasan

perlindungan pesisir dan pulau kecil dijabarkan dalam


konsep rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang pada kawasan inti bersifat
arahan untuk:
1. Arahan sistem pusat pelayananpada kawasan yang
relatif

sesuai

daya

dukung

fisik

dasar

dan

ekosistem; dan
2. Arahan sistem jaringan prasarana utama pada
kawasan yang relatif sesuai daya dukung fisik dasar
dan ekosistem.
(b) Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang, terdiri atas:
1. Rencana pola ruang pada kawasan inti, meliputi
kawasan lindung disusun dengan memperhatikan:
a. Mengacu penetapan kawasan hutan; dan
b. Penetapan kawasan lindung lainnya ditetapkan
berdasarkan analisis.
Kawasan

budidaya

disusun

dengan

memperhatikan:
a. Keanekaragaman hayati; dan

RTR KSP Isimu

E - 78

b. Daya dukung fisik dasar.


Kawasan budidaya meliputi zona hijau dengan
tegakan,

zona

hijau

(tidak

disyaratkan

dengan

tegakan), zona tanpa hunian, zona dengan hunian


terbatas.
2. Rencana pola ruang pada kawasan penyangga
(kecuali ekosistem DAS), meliputi:
a. Zona penyangga, berada di lingkungan luar
kawasan inti, untuk mengendalikan dampak
negatif kegiatan di sekitar kawasan terhadap
kawasan inti; dan
b. Zona

penyangga

diklasifikasikan

sesuai

karakteristik dukungan terhadap kawasan inti


dapat berupa zona larangan kegiatan, zona
hijau

dengan

tegakan,

disyaratkan dengan

zona

hijau

(tidak

tegakan),

zona

tanpa

hunian, zona dengan hunian terbatas.


2) Arahan Pemanfaatan Ruang KSP
Arahan pemanfaatan ruang merupakan upaya perwujudan
RTR KSP yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama, indikasi
sumber pembiayaan, indikasi instansi pelaksana dan indikasi waktu
pelaksanaan.
Indikasi program utama merupakan acuan sektor dan daerah
dalam menyusun program dalam rangka mewujudkan RTR KSP
dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir
tahun perencanaan (20 tahun). Indikasi program utama dapat
memuat strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang dan
pola ruang sebagai dasar pertimbangan penetapan tahapan indikasi
program utama.

RTR KSP Isimu

E - 79

Penyusunan ketentuan terkait dengan arahan pemanfaatan


ruang

untuk

masing-masing

tipologi

KSP

paling

sedikit

mempertimbangkan hal-hal sebagaimana termuat pada Tabel-E.8


berikut.
Tabel-E.8

RTR KSP Isimu

Indikasi Program Utama Jangka Menengah KSP Berdasarkan


Tipologi

E - 80

RTR KSP Isimu

E - 81

RTR KSP Isimu

E - 82

Indikasi sumber pembiayaan memuat perkiraan pendanaan


yang dapat berasal dari:
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b) Pembiayaan masyarakat; dan/atau
c) Sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Indikasi instansi pelaksana memuat instansi Pemerintah
Daerah sebagai pelaksana program pemanfaatan ruang. Adapun
indikasi waktu pelaksanaan memuat tahapan pelaksanaan program
pemanfaatan ruang sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
3) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP
Ketentuan terkait dengan arahan pengendalian pemanfaatan
ruang KSP paling sedikit memuat:
a) Arahan Peraturan Zonasi
Arahan peraturan zonasi KSP merupakan ketentuan
zonasi pada sistem Provinsi, yang meliputi arahan peraturan
zonasi untuk struktur ruang Provinsi dan pola ruang Provinsi.
Ketentuan arahan peraturan zonasi memuat mengenai:
(1) Jenis

kegiatan

yang

diperbolehkan,

diperbolehkan

dengan syarat dan tidak diperbolehkan;


(2) Intensitas pemanfaatan ruang;
(3) Prasarana dan sarana minimum; dan
(4) Ketentuan lain yang dibutuhkan.
b) Arahan Perizinan
Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:
(1) Menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
ruang, peraturan zonasi dan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang;

RTR KSP Isimu

E - 83

(2) Mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan


(3) Melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
Izin

pemanfaatan

ruang

diberikan

kepada

calon

pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan


ruang pada suatu kawasan/zona berdasarkan rencana tata ruang.
Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan pemanfaatan
sumber daya alam diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c) Arahan Pemberian Insentif dan disinsentif
Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang
diselenggarakan untuk:
(1) Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang
dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang;
(2) Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan
dengan rencana tata ruang; dan
(3) Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan
dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan
rencana tata ruang.
d) Arahan Sanksi
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang
dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang
strategis Provinsi berdasarkan tipologi dapat dilihat pada TabelE.9.

RTR KSP Isimu

E - 84

Tabel-E.9

Penetapan Arahan Peraturan Zonasi Berdasarkan Tipologi

Keterangan:
Perlu memuat ketentuan tersebut.
Tidak perlu memuat ketentuan tersebut.

RTR KSP Isimu

E - 85

4) Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan kawasan memperhatikan:
a) Status kelembagaan yang telah diatur dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b) Keterkaitan KSP dengan kewenangan daerah Provinsi;
c) Keterkaitan

KSP

dengan

kewenangan

daerah

Kabupaten/Kota; dan
d) Pemangku kepentingan lainnya.
e. Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat
Hak, kewajiban dan peran masyarakat diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Format Penyajian
Konsep RTR KSP disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
1) Materi teknis RTR KSP, yang terdiri atas:
a) Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
b) Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
c) Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala
minimal dalam format A1 yang dilengkapi dengan peta
digital yang mengikuti ketentuan Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
2) Naskah Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang RTR
KSP, yang terdiri atas:
a. RAPERDA yang merupakan rumusan pasal per pasal dari
buku rencana dan disajikan dalam format A4; dan
b. Lampiran yang terdiri atas peta rencana struktur ruang dan
peta rencana pola ruang yang disajikan dalam format A3
serta tabel indikasi program utama.
g. Masa Berlaku RTR KSP
RTRKSP berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan
dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

RTR KSP Isimu

E - 86

Peninjauan kembali RTR KSP dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)


kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis
berupa:
1) Bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
2) Perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan
undang-undang; dan/atau
3) Perubahan RTRWP yang menuntut perubahan terhadap RTR
KSP.
5.2 Metodologi
Pelaksanaan perencanaan tata ruang KSP meliputi serangkaian prosedur
penyusunan dan penetapan RTR. Adapun pedoman ini lebih menekankan
pada prosedur penyusunan RTR KSP.
Prosedur penyusunan RTR KSP meliputi:
1. Proses penyusunan;
2. Pelibatan pemangku kepentingan; dan
3. Pembahasan.
Prosedur penyusunan RTR KSP secara lebih rinci dapat dilihat pada
Gambar-E.4.
Proses penyusunan RTR KSP meliputi:
1. Persiapan penyusunan;
2. Pengumpulan datadan informasi;
3. Pengolahan dan analisis data;
4. Perumusan konsepsi rencana; dan
5. Penyusunan naskah RAPERDA.
Tata cara penyusunan RTR KSP secara lebih rinci dapat dilihat pada
pada Gambar-E.5. Prosedur penetapan RTR KSP merupakan tindak lanjut dari
prosedur penyusunan RTR KSP sebagai satu kesatuan proses. Prosedur
penetapan RTR KSP dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

RTR KSP Isimu

E - 87

Waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap penyusunan RTR KSP


disesuaikan dengan situasi dan kondisi KSP yang bersangkutan. Situasi dan
kondisi dimaksud dapat terkait dengan aspek politik, sosial, budaya,
pertahanan,

keamanan,

keuangan/pembiayaan

pembangunan

daerah,

ketersediaan data dan faktor-faktor lainnya baik yang berada di dalam


maupun di luar/sekitar KSP bersangkutan. Adapun waktu yang dibutuhkan
untuk tahap penetapan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

RTR KSP Isimu

E - 88

Gambar-E.4

RTR KSP Isimu

Prosedur Penyusunan RTR KSP

E - 89

Gambar-E.5

RTR KSP Isimu

Tata Cara Proses Penyusunan RTR KSP

E - 90

1. Proses Penyusunan RTR KSP


Proses penyusunan RTR KSP dilakukan melalui tahapan persiapan
penyusunan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis
data, perumusan konsep rencana dan penyusunan naskah rancangan
Peraturan Daerah.
a. Tahap Persiapan Penyusunan
1) Kegiatan persiapan penyusunan meliputi:
a) Penyusunan kerangka acuan kerja (KAK) yang disiapkan oleh
Kementerian dengan memperhatikan kebutuhan penataan
ruang bagi KSP yang dimaksud. Kerangka acuan kerja harus
memuat hal-hal sebagai berikut:
(1) Pertanyaan kritis dan rumusan permasalahan mengenai
kebutuhan penataan ruang bagi KSP dimaksud;
(2) Persoalan

yang

dihadapi

sekarang

oleh

KSP

dan

kemungkinan persoalan di masa datang; dan


(3) Harapan yang bisa dituangkan dalam penanganan
persoalan KSP melalui penataan ruang untuk jangka
panjang.
b) Penganggaran kegiatan penyusunan RTR KSP oleh dinas
terkait yang disiapkan minimal setahun sebelum kegiatan
penataan ruang KSP akan dilakukan;
c) Pemberitaan kepada publik oleh dinas terkait perihal akan
dilakukannya penyusunan RTR KSP;
d) Persiapan awal pelaksanaan kegiatan, meliputi pemahaman
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Penyiapan Rencana
Anggaran Biaya (RAB);

RTR KSP Isimu

E - 91

e) Kajian awal data sekunder, mencakup review RTRW


Provinsi/Kabupaten/Kota

terkait

dan

kebijakan

terkait

lainnya. Target kajian data awal terdiri atas:


(1) Identifikasi nilai strategis pembentukan KSP;
(2) Identifikasi

dan

perumusan

isu

strategis

perlunya

penyusunan RTR KSP; dan


(3) Identifikasi hal-hal lain terkait dengan pengembangan,
pengaturan dan/atau pengendalian KSP.
f)

Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:


(1) Penyimpulan informasi dan data awal (termasuk dengan
menyimpulkan hasil kajian awal data sekunder di langkah
sebelumnya);
(2) Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan kegiatan;
(3) Penyiapan rencana kerja rinci; dan
(4) Penyiapan

perangkat

survey

dibutuhkan, panduan

(checklist

data

wawancara,

yang

kuesioner,

panduan observasi dan dokumentasi dan lain-lain) serta


mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan.
2) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Persiapan Penyusunan
Hasil kegiatan persiapan penyusunan RTR KSP ini paling
sedikit meliputi:
a) Gambaran umum wilayah perencanaan;
b) Hasil kajian awal, terdiri atas:
(1) Identifikasi nilai strategis pembentukan KSP;
(2) Identifikasi kebijakan terkait wilayah perencanaan;
(3) Identifikasi

dan

perumusan

isu

strategis

perlunya

penyusunan RTR KSP;


(4) Potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan
serta gagasan awal pengembangan, pengaturan dan/atau
pengendalian wilayah perencanaan; dan

RTR KSP Isimu

E - 92

(5) Identifikasi awal batas delineasi kawasan.


c) Metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan yang akan
digunakan;
d) Rencana kerja pelaksanaan penyusunan RTR KSP; dan
e) Perangkat survey data primer dan sekunder yang akan
digunakan pada saat proses pengumpulan data dan informasi
(survey).
b. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
1) Pengumpulan data dan informasi paling sedikit meliputi:
a) Data terkait nilai strategis dan isu strategis KSP;
b) Data

kebijakan

penataan

ruang

dan

sektoral

terkait

(termasuk peruntukan ruang);


c) Data kondisi fisik/Lingkungan dan sumber daya alam;
d) Data pemanfaatan ruang/penggunaan lahan;
e) Data sumber daya buatan/prasarana dan sarana;
f) Data kependudukan dan sumber daya manusia;
g) Data perekonomian, sosial dan budaya;
h) Data kelembagaan;
i) Peta dasar (RBI dan citra satelit); dan
j) Data lainnya sesuai dengan karakteristik tipologi KSP.
2) Hasil pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan informasi
Hasil kegiatan pengumpulan data dan informasi disatukan
dalam buku data dan analisa.
c. Tahap Pengolahan dan Analisa Data
1) Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan

dan

analisis

data

paling

sedikit

meliputi

perangkat dan teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis


kawasan yang dimilikinya. Penggunaan perangkat dan teknik
analisis disesuaikan dengan kebutuhan analisis berdasarkan kisi-kisi

RTR KSP Isimu

E - 93

mengenai lingkup pengaturan sesuai dengan tipologi KSP yang


meliputi:
a) Bentuk kawasan;
b) Delineasi kawasan;
c) Fokus penanganan;
d) Tingkat ketelitian peta;
e) Tujuan, kebijakan dan strategi;
f) Konsep pengembangan kawasan;
g) Arahan pemanfaatan ruang; dan
h) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.
Analisis yang dilakukan paling sedikit meliputi:
a) Analisis terkait dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) sesuai dengan tipologi KSP, yang meliputi:
(1) Analisis daya dukung kawasan dan optimasi pemanfaatan
ruang; dan
(2) Analisis daya tampung kawasan.
b) Analisis konsep pengembangan kawasan untuk menentukan:
(1) Arahan strategis; atau
(2) Rencana struktur ruang dan/atau rencana pola ruang.
c) Analisis kebutuhan ruang; dan
d) Analisis pembiayaan pembangunan.
Hasil dari keseluruhan kegiatan analisis meliputi:
a) Visi pengembangan kawasan;
b) Potensi dan masalah penataan ruang KSP;
c) Peluang dan tantangan penataan ruang KSP;
d) Kecenderungan perkembangan dan kesesuaian kebijakan
pengembangan KSP;
e) Perkiraan kebutuhan konsep pengembangan KSP; dan
f) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup KSP.

RTR KSP Isimu

E - 94

2) Pengolahan dan Analisa Data


Hasil kegiatan pengolahan dan analisis data dibukukan
sebagai satu kesatuan dengan dengan hasil pelaksanaan kegiatan
tahapan sebelumnya dalam buku data dan analisis. Kerangka buku
data dan analisis disusun sebagai suatu kesatuan laporan yang
terintegrasi.
d. Tahap Perumusan Konsepsi Rencana
1) Perumusan Konsepsi Rencana
Perumusan konsepsi RTR KSP paling sedikit harus:
a) Mengacu pada:
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
(2) Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan
ruang.
b) Memperhatikan:
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang
menjadi bagian dari KSP atau dimana KSP terletak;
(2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi;
(3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi; dan
(4) Rencana Induk Sektor terkait.
c) Merumuskan:
(1) Tujuan, kebijakan,dan strategi pengembangan KSP;
(2) Konsep pengembangan KSP, yang terdiri atas:
(a) Arahan strategis (arahan struktur atau pola ruang);
atau
(b) Rencana struktur ruang dan/atau rencana pola ruang
(3) Arahan pemanfaatan ruang; dan
(4) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

RTR KSP Isimu

E - 95

2) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Perumusan Konsepsi Rencana


Hasil pelaksanaan kegiatan perumusan konsepsi rencana
adalah berupa rumusan konsep RTR KSP, yang dibukukan dalam
RTR KSP yang merupakan materi teknis RTR KSP.
e. Tahap Penyusunan Naskah Rancangan Peraturan Daerah
1) Penyusunan Naskah Rancangan Peraturan Daerah
Penyusunan naskah rancangan Peraturan Daerah tentang
RTR

KSP

dilaksanakan

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.
2) Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan naskah Rancangan
Peraturan Daerah
Hasil pelaksanaan kegiatan adalah berupa naskah rancangan
Peraturan Daerah yang siap untuk diproses dalam kegiatan
selanjutnya yaitu penetapan RAPERDA.
2. Prosedur Penyusunan RTR KSP
Prosedur penyusunan RTR KSP meliputi:
a. Pembentukan tim penyusun RTR KSP yang beranggotakan unsurunsur dari Kementerian/lembaga khususnya yang berada dalam
lingkup BKPRD;
b. Pelaksanaan penyusunan RTR KSP memperhatikan keterlibatan
pemangku kepentingan sesuai dengan jenis tipologi KSP, yang
dilaksanakan pada semua tahapan penyusunan RTR KSP. Pemangku
kepentingan yang harus dilibatkan yaitu:
1) Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota;
2) Peran masyarakat; dan
3) Lembaga/organisasi di daerah.
c. Pelibatan peran masyarakat melalui:
1) Pada tahap persiapan, Pemerintah telah melibatkan masyarakat
secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan
ruang melalui media publikasi sesuai kebutuhan;

RTR KSP Isimu

E - 96

2) Pada tahap pengumpulan data, peran masyarakat/organisasi


masyarakat dapat dilakukan lebih aktif dalam berbagai bentuk
media komunikasi/interaksi sesuai dengan situasi dan kondisi tiap
KSP;
3) Pada

tahap

pengolahan

dan

analisis

data,

peran

masyarakat/organisasi masyarakat dapat dilakukan secara atif


melalui keterlibatannya dalam membahas hasil-hasil pengolahan
dan analisis data; dan
4) Pada tahap perumusan konsepsi RTR KSP, masyarakat dapat
terlibat secara aktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah
melalui berbagai bentuk media komunikasi/interaksi.
d. Pembahasan dilakukan berdasarkan empat tahapan proses dan
membahas hal-hal sebagai berikut:
1) Tahap ke-1 mengenai persiapan penyusunan RTR KSP:

Pembahasan rencana kegiatan pelaksanaan penyusunan RTR


KSP;

Penyepakatan nilai strategis pembentukan KSP;

Penyepakatan perumusan isu strategis perlunya penyusunan


RTR KSP;

Penyepakatan kebijakan terkait wilayah perencanaan; dan

Penyepakatan potensi dan permasalahan awal wilayah


perencanaan serta gagasan awal pengembangan, pengaturan
dan/atau pengendalian wilayah perencanaan;

Penyepakatan metodologi pelaksanaan pekerjaan;

Penyepakatan pertama mengenai batas delineasi kawasan


(sebelum survey); dan

Penyepakatan target setiap tahapan pelaksanaan penyusunan


RTR KSP.

RTR KSP Isimu

E - 97

2) Tahap ke-2 mengenai pengumpulan data dan informasi:

Pembahasan hasil-hasil pengumpulan data dan informasi;


dan

Pembahasan rencana kegiatan analisis.

3) Tahap ke-3 mengenai pengolahan dan analisis data:

Pembahasan hasil-hasil analisis; dan

Penyepakatan batas delineasi kawasan (setelah tahapan


pengolahan data dan informasi).

4) Tahap ke-4 mengenai perumusan konsep rencana KSP:

Pembahasan rumusan Konsep RTR KSP.

e. Konsensus dilakukan berdasarkan empat tahapan proses dan


membahas hal-hal sebagai berikut:
1) Tahap ke-1 mengenai persiapan penyusunan RTR KSP:

Tidak dilakukan konsensus secara khusus, hanya dilakukan


penyepakatan pada tahap pembahasan.

2) Tahap ke-2 mengenai pengumpulan data dan informasi:

Tidak dilakukan konsensus secara khusus, hanya dilakukan


penyepakatan pada tahap pembahasan.

3) Tahap ke-3 mengenai pengolahan dan analisis data:

Pencapaian konsensus mengenai hasil-hasil analisis; dan

Pencapaian konsensus mengenai batas delineasi kawasan.

4) Tahap ke-4 mengenai perumusan konsep rencana KSP:

RTR KSP Isimu

E - 98

You might also like