Professional Documents
Culture Documents
1 Pendekatan Teknis
1. Ketentuan Umum Muatan RTR KSP
a. Kedudukan RTR KSP
Kedudukan RTR KSP dalam sistem penataan ruang dan sistem
perencanaan pembangunan nasional dapat ditunjukkan pada GambarE.1.
Gambar-E.1
E-1
dengan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
serta
Kabupaten/Kota
dan
dapat
dijadikan
dasar
E-2
strategis
Provinsi
dikelompokkan
berdasarkan
sudut
adanya
ketimpangan
perkembangan
ekonomi
tersedianya
prasarana
dan
sarana
pendukung
E-3
kegiataan
penataan
ruang
untuk
menjaga
kawasan-kawasan potensial;
f) Masih diperlukan pengembangan industri unggulan untuk
mengolah komoditas unggulan menjadi produk-produk
unggulan daerah; dan
g) Masih perlu usaha untuk mengatasi kemiskinan, terbatasnya
modal dan investasi, rendahnya akses SDM terhadap
pendidikan
dan
kesehatan
sehingga
menghambat
pertumbuhan ekonomi.
2) Sosial dan Budaya
a) Keberadaan obyek sejarah sebagai catatan sejarah perlu
pengamanan sebagai obyek pengembangan kebudayaan dan
pariwisata daerah;
b) Keberadaan sebaran obyek pusaka budaya daerah yang perlu
ditetapkan sebagai pengembangan di bidang kebudayaan
dan pariwisata; dan
c) Keberadaan suku asli yang masih kuat dengan nilai norma
dan tradisi adat istiadatnya memerlukan pengamanan dan
pelestarian untuk perlindungan sebagai bagian dari adat dan
tradisi budaya bangsa.
3) Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi
a) Belum tersedianya alokasi ruang dan pengamanan ruang
untuk kegiatan terkait penelitian-pemanfaatan-pengelolaan
teknologi tinggi yang menjamin ruang tersebut berfungsi
secara baik dalam jangka panjang, menjamin keselamatan
masyarakat dan lingkungan hidup;
b) Belum dimilikinya penguasaan teknologi ramah lingkungan
dan
kebijakan
alokasi
ruang
pendukung
untuk
E-4
yang
diwujudkan
pada
penetapan
infrastruktur
keanekaragaman
hayati
yang
sangat
tinggi
laju
konversi
lahan
hutan
menjadi
lahan
terhadap
perkembangan
permukiman
di
E-5
d. Tipologi KSP
Penyusunan RTR KSP didekati melalui tipologi KSP. Tipologi KSP
bermanfaat untuk memastikan kebutuhan penataan ruang yang sesuai
dengan kebutuhan kawasan dan untuk mengantisipasi keragaman KSP.
Pertimbangan penetapan KSP dalam tipologi didasarkan pada:
1) Sudut kepentingan berdasarkan UU Nomor 26/2007 tentang
Penataan Ruang;
2) Kriteria kawasan strategis berdasarkan PP Nomor 15/2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
3) Isu Strategis Provinsi di dalam RTRW Provinsi; dan
4) Kawasan strategis yang sudah ditetapkan dalam RTRW Provinsi.
Dalam
menetapkan
tipologi
KSP
dilakukan
dengan
kawasan
permukiman/komunitas
adat
tertentu,
E-6
E-7
Tabel-E.1
Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan, Kriteria dan Isu Strategis Provinsi
E-8
Sumber
E-9
Tabel-E.2
E - 10
E - 11
Tabel-E.3
E - 12
E - 13
Gambar E.2
Ilustrasi Bentuk KSP Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis
2) Delineasi
Penentuan
delineasi
KSP
dilakukan
sesuai
dengan
fokus
mempertimbangkan
penanganan
upaya
yang
KSP
perlu
dilakukan
diprioritaskan
dengan
untuk
E - 14
6) Konsep Pengembangan
Penentuan konsep pengembangan KSP sebagai arahan
pengembangan struktur ruang dan pola ruang dilakukan dengan
menetapkan arahan atau rencana struktur ruang dan arahan atau
rencana pola ruang sesuai dengan kedalaman muatan rencana yang
diatur dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang KSP.
7) Arahan Pemanfaatan Ruang KSP
Penentuan arahan pemanfaatan ruang KSP dilakukan dengan
mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan KSP yang
dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan
RTRWP) beserta indikasi sumber pembiayaan.
8) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP
dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar
pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan RTR KSP.
9) Pengelolaan Kawasan
Penentuan
pengelolaan
KSP
dilakukan
dengan
E - 15
Gambar-E.3
E - 16
Tabel-E.4
E - 17
E - 18
E - 19
E - 20
E - 21
Sumber
E - 22
Delineasi KSP
E - 23
E - 24
E - 25
E - 26
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
E - 27
perkotaan
di
sekitarnya
sebagai
pusat
pengembangan
kependudukan
pengembangan
perekonomian
perkotaan;
3. Kebijakan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan
(sistem kota-kota) dan pelayanan sosial-ekonomibudaya masyarakat;
4. Kebijakan struktur ruang terkait sistem jaringan
yang
mendukung
operasionalisasi
sistem
perkotaan; dan
5. Kebijakan pola ruang terkait optimasi penggunaan
ruang (termasuk di dalamnya RTH perkotaan).
E - 28
(c) Strategi
Muatan
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
strategi
terkait
kebijakan
terkait
pengaturan
pertumbuhan
perkotaan
serta
peluang
pengembangannya
di
sektor
perkotaan.
2. Perumusan
strategi
pengembangan
terkait
perekonomian
kebijakan
perkotaan,
meliputi:
a. Strategi terkait penentuan sektor perekonomian
perkotaan yang mempertimbangkan potensi
wilayah, peluang eksternal, daya dukung dan
daya tampung kawasan perkotaan;
b. Strategi terkait sebaran kegiatan perekonomian
perkotaan yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung kawasan perkotaan serta
peluang
pengembangan
infrastruktur
perkotaan; dan
E - 29
c. Strategi
penentuan
sektor
perekonomian
selektif
sesuai
visi
pembangunan
sosial-ekonomi-budaya
masyarakat,
meliputi:
a. Strategi terkait jumlah, jenis dan sebaran pusat
kegiatan utama perkotaan sebagai aplikasi dari
kebijakan perekonomian; dan
b. Strategi terkait jumlah, fungsi dan sebaran
pusat-pusat
pelayanan
perkotaan
yang
strategi
terkait
kebijakan
sistem
lainnya
yang
mendukung
(integrasi
moda),
berbasis
pada
jaringan
penyediaan
air
sumber
minum,
daya
air,
sistem
sistem
jaringan
E - 30
dalam
rangka
menjamin
kegiatan
lingkungan
perkotaan
perkotaan
yang
agar
terwujud
nyaman
dan
produktif.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep
pengembangan
KSP
tipologi
perkotaan
kawasan
perkotaan
struktur
ruang
E - 31
Kawasan
perkotaan
inti
dan
kawasan
jaringan
transportasi
pergerakan
orang
yang
atau
menjamin
barang dari
pola
ruang
KSP
tipologi
kawasan
E - 32
pengembangan
kebutuhan
kawasan
pengembangan
terkait
permukiman
kebijakan
dan
strategi
penataan
ruang
geografis
kawasan
terhadap
pusat-pusat
ekonomi
yang
memiliki
keunggulan
serta
E - 33
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait dengan penetapan kegiatan;
2. Kebijakan terkait dengan ketenagakerjaan;
3. Kebijakan terkait dengan dukungan sistem jaringan
prasarana kawasan;
4. Kebijakan
terkait
pelayanan
dengan
minimal
penetapan
prasarana
dan
standar
sarana
pendukung; dan
5. Kebijakan terkait dengan pelindungan kawasan
(termasuk RTH kawasan).
(c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke
dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan.
Perumusan
strategi
difokuskan pada:
1. Strategi terkait dengan penetapan jenis kegiatan
yang akan dikembangkan pada kawasan koridor
ekonomi, meliputi:
a. Strategi
penetapan
jenis
kegiatan
dengan
penetapan
jenis
kegiatan
dengan
E - 34
minimal
pelayanan
sistem
terkait
pelayanan
dengan
minimal
penetapan
prasarana
dan
standar
sarana
penyediaan
sistem
jaringan
telekomunikasi;
d. Strategi penyediaan sistem jaringan sumber
daya air;
e. Strategi penyediaan sistem penyediaan air
minum; dan
f. Strategi penyediaan sistem jaringan air limbah.
5. Strategi terkait dengan pelindungan kawasan
(termasuk RTH kawasan), meliputi:
a. Strategi pengaturan ruang sekitar kawasan dari
kegiatan di sekitar kawasan yang berpotensi
mengganggu; dan
b. Strategi
pengaturan
aksesibilitas
menuju
E - 35
jaringan
mendukung
prasarana
aksesibilitas
utama
kawasan
yang
koridor
jaringan
prasarana
lainnya
yang
pelindungan
kawasan
(seperti
ruang
aktifitas
kawasan
inti
dengan
produksi
oksigen
untuk
E - 36
d. Menjaga
iklim
mikro
untuk
mengurangi
pola
greenbelt
ruang
(dapat
disesuaikan
dengan
diarahkan
berupa
berupa
hutan)
yang
luasan
kawasan
yang
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
strategi meliputi:
(a) Kondisi sektor unggulan pendukung pertumbuhan
ekonomi wilayah;
(b) Kondisi infrastruktur ekonomi; dan
(c) Dukungan ketenagakerjaan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek
pengembangan
tujuan
difokuskan
kawasan
dalam
pada
perwujudan
rangka
mendorong
E - 37
1. Kebijakan
pengembangan
ekonomi
wilayah
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
strategi
pengembangan
didalamnya
terkait
ekonomi
kebijakan
kebijakan
wilayah
termasuk
pengembangan
sektor
kegiatan
ekonomi
mempertimbangkan
unggulan
penyediaan
strategi
terkait
kebijakan
pusat
distribusi
pelayanan,
serta
sistem
sistem
jaringan
koleksi
dan
prasarana
pendukung meliputi:
a. Menetapkan lokasi sentra unggulan ekonomi
wilayah, meliputi sektor primer (kehutanan,
pertanian,
perkebunan,
perikanan,
E - 38
sistem
jaringan
prasarana
terkait
kebutuhan
pengembangan
kawasan.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan sektor
unggulan dijabarkan sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang kawasan, terdiri atas:
1. Rencana struktur ruang yang mengacu pada
RTRWP
serta
memperhatikan
RTRW
terkait
E - 39
Pelayanan
mendukung
Kawasan
(PPK)
pengembangan
untuk
kawasan
tersier),
produksi (primer,
pusat-pusat
kegiatan
jaringan
transportasi
laut
dengan
jaringan
energi
mencakup
sistem
jaringan
telekomunikasi
meliputi
E - 40
produktifitas
dan
menjaga
kontinuitas produksi.
d) Kawasan Cepat Tumbuh
Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan
cepat tumbuh yaitu sebagai berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan,
kebijakan
dan
strategi
penataan
ruang
wilayah,
melalui
pertimbangan
pasar
tujuan
difokuskan
pada
perwujudan
unggulan
sebagai
penggerak
pertumbuhan
ekonomi wilayah.
E - 41
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi
yang berbasis pengembangan ekonomi lokal; dan
2. Kebijakan terkait dengan penguatan sistem pusat
pelayanan kegiatan ekonomi, sistem jaringan
prasarana prasarana dan sarana pendukung.
(c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke
dalam langkah- langkah operasional untuk mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan.
Perumusan
strategi
difokuskan pada:
1. Strategi terkait dengan pengembangan ekonomi
yang berbasis pengembangan ekonomi lokal,
meliputi:
a. Strategi
perwujudan
kegiatan
ekonomi
unggulan wilayah;
b. Strategi pembangunan faktor-faktor pendukung
pengembangan ekonomi unggulan wilayah;
dan
c. Strategi pembangunan hubungan fungsional
antar
faktor
pendukung
pengembangan
kegiatan
ekonomi
sistem
jaringan
prasarana, meliputi:
a. Strategi
pengembangan
pengintegrasian
pusat
pelayanan
rencana
kegiatan
E - 42
pengintegrasian
pengembangan
sistem
rencana
jaringan
prasarana
jaringan
transportasi
yang
terintegrasi
jaringan
energi
yang
menjabarkan
E - 43
ladang
penggembalaan
dan
potensi
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
kawasan
dan/atau
obyek
warisan
E - 44
(d) Kondisi
sistem
jaringan
prasarana
pendukung
kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek
tujuan
difokuskan
pada
perwujudan
terkait
kawasan
penyangga
batas,
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
E - 45
atau
obyek
dikoordinasikan
warisan
dengan
budaya/sejarah
pengelola
kawasan,
meliputi:
a. Penetapan kawasan dan/atau obyek warisan
budaya/sejarah yang harus dilindungi; dan
b. Penetapan target dan wujud perlindungan.
2. Perumusan strategi terkait kawasan inti, meliputi:
a. Penetapan jenis;
b. Penetapan intensitas;
c. Penetapan pengelolaan;
d. Eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal dan nilainilai warisan budaya/sejarah; dan
e. Penetapan
jenis
dan
standar
pelayanan
strategi
perwujudan
kawasan
penyangga, meliputi:
a. Penetapan batas kawasan penyangga;
b. Penetapan
zonasi
dan
kegiatan
kawasan
penyangga;
c. Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
minimum kawasan penyangga;
d. Penetapan sistem jaringan prasarana utama
yang tidak berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai warisan budaya/sejarah; dan
e. Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan
yang tidak berpotensi mengganggu kelanjutan
nilai-nilai
warisan
budaya/sejarah
dan
E - 46
E - 47
3. Dukungan
prasarana
pada
pusat
pelayanan
kawasan
terkait
yang
penyangga
dapat
memperhatikan
direvisi
sesuai
visi
E - 48
tertentu
untuk
pemanfaatan
non
terbangun); dan
b. Zona publik dan jasa wisata, berada kawasan
yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan
publik dan jasa wisata.
f) Tipologi Kawasan Permukiman/Komunitas Adat Tertentu
Muatan
yang
diatur
dalam
tipologi
kawasan
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
yang
berpotensi
mendukung
maupun
mengganggu;
(c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang
mengancam kawasan permukiman adat (khususnya
kebakaran, banjir dan pergerakan tanah); dan
(d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan
permukiman adat.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
E - 49
(a) Tujuan
Aspek
tujuan
difokuskan
pada
perwujudan
penunjang
sesuai
standar
pelayanan
batas,
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
adat
dikoordinasikan
dengan
E - 50
jenis
dan
standar
pelayanan
strategi
perwujudan
kawasan
penyangga, meliputi:
a. Penetapan batas kawasan penyangga;
b. Penetapan
zonasi
dan
kegiatan
kawasan
penyangga;
c. Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
minimum kawasan penyangga;
d. Penetapan sistem jaringan prasarana utama
yang
tidak
keberlanjutan
berpotensi
nilai-nilai
menggangu
di
kawasan
kearifan
lokal
di
kawasan
pengembangan
KSP
tipologi
kawasan
E - 51
prasarana
pada
pusat
pelayanan
terkait
kawasan
yang
penyangga
dapat
memperhatikan
direvisi
sesuai
visi
pengembangan.
Terkait kawasan inti, produk yang dihasilkan
menjadi ketetapan langsung RDTR pada wilayah terkait.
E - 52
tertentu
untuk
pemanfaatan
non
terbangun); dan
b. Zona publik dan jasa wisata, berada kawasan
yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan
publik dan jasa wisata.
g) Tipologi Kawasan Teknologi Tinggi
Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan teknologi
tinggi mencakup hal-hal berikut:
(1) Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan KSP
Pertimbangan
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
E - 53
masyarakat)
akibat
operasionalisasi
teknologi tinggi;
(c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang
mengancam kawasan teknologi tinggi (khususnya
kebakaran, banjir dan pergerakan tanah); dan
(d) Kondisi
sistem
jaringan
prasarana
pendukung
kawasan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
(a) Tujuan
Aspek
tujuan
difokuskan
pada
perwujudan
maksimal
sesuai
jangka
waktu
rencana
operasional.
(b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam
rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan
pada:
1. Kebijakan terkait instalasi teknologi tinggi yang
harus dilindungi dan persyaratan teknis kawasan
pendukung operasionalisasi teknologi tinggi;
2. Kebijakan
terkait
pengaturan
kegiatan
pada
terkait
pelayanan
sistem
jaringan
zonasi,
penetapan
kegiatan
dan
E - 54
(c) Strategi
Muatan
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
instalasi
teknologi
yang
harus
dilindungi;
b. Penetapan
pendukung
persyaratan
teknis
kawasan
operasional
instalasi
teknologi
tinggi; dan
c. Penetapan target dan wujud perlindungan
intalasi teknologi tinggi.
2. Perumusan strategi terkait pengaturan kegiatan
pada kawasan teknologi tinggi disesuaikan dengan
kebijakan dan strategi pengelola/sektor terkait,
meliputi:
a. Penetapan jenis kegiatan;
b. Penetapan intensitas kegiatan; dan
c. Penetapan pengelolaan kegiatan.
3. Perumusan
strategi
terkait
pelayanan
sistem
jenis
dan
standar
pelayanan
minimum.
4. Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan
penyangga, meliputi:
E - 55
a. Penetapan
khususnya
teknologi
batas
kawasan
pertimbangan
tinggi
dan
penyangga,
dampak
sebaliknya
kegiatan
pengaruh
zonasi
dan
kegiatan
kawasan
penyangga;
c. Mengendalikan
sistem
jaringan
prasarana
mengganggu
operasionalisasi
teknologi tinggi.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep
pengembangan
KSP
tipologi
kawasan
teknologi
tinggi
dapat
beroperasi
secara
jaringan
prasarana
utama
yang
E - 56
jaringan
prasarana
pendukung
terkait
sumber
dan
sistem
jaringan
penyangga,
perlindungan
ditentukan
berdasarkan
masing-masing
karakter
potensial
kemungkinan
bencana
E - 57
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
jaringan
transportasi
dan
sistem
pusat
pelayanan;
(c) Kebutuhan tenaga kerja dan penyediaan permukiman;
(d) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar kawasan
sumber daya alam;
(e) Daya dukung fisik dasar terkait lokasi kawasan sumber
daya alam; dan
(f) Teknologi pemanfaatan sumber daya alam.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan
muatan pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
E - 58
(a) Tujuan
Aspek
tujuan
difokuskan
pada
perwujudan
terkait
dukungan
kawasan
sesuai
sistem
standar
jaringan
pelayanan
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
E - 59
b. Penetapan
jenis
bahan
tambang
yang
dieksploitasi; dan
c. Perkiraan
kapasitas
sesuai
(target
sampai
eksploitasi
jangka
waktu
akhir
tahun
perencanaan).
2. Perumusan strategi terkait pengelolaan lingkungan
yang
berkelanjutan
dikoordinasikan
dengan
pelaksanaan
dan
pasca
pertambangan; dan
e. Perbaikan kondisi kualitas kesejahteraan sosialbudaya-ekonomi
masyarakat
di
sekitar
kawasan
sumber
daya
alam
zonasi
(zona
perlindungan,
kegiatan
pada
(jenis,
intensitas
setiap
zona
dan
kawasan
E - 60
4. Perumusan
strategi
terkait
pelayanan
sistem
(dikoordinasikan
dengan
pengelola
kawasan), meliputi:
a. Penetapan kebutuhan sistem jaringan prasarana
utama terkait pengembangan wilayah; dan
b. Penetapan
jenis
dan
standar
pelayanan
minimum.
5. Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan
penyangga, meliputi:
a. Penetapan
khususnya
batas
kawasan
pertimbangan
penyangga,
dampak
kegiatan
zonasi
dan
kegiatan
kawasan
penyangga; dan
c. Penetapan dukungan sistem jaringan prasarana
di
kawasan
kesetaraan
penyangga
pelayanan
untuk
dengan
menjaga
kawasan
fungsional.
(2) Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan sumber
daya alam (darat/laut) dijabarkan sebagai berikut:
(a) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang terdiri atas:
1. Rencana
struktur
ruang
pada
kawasan
inti
kawasan
dan/atau
sektor
terkait,
meliputi:
E - 61
terkait
kegiatan
pemanfaatan
dan
jaringan
prasarana
lainnya
(untuk
E - 62
Sarana sosial-budaya;
Sarana kesehatan.
pola
ruang
pada
kawasan
inti
memberikan
perlindungan
terhadap
daya
alam
termasuk
tempat
para
pekerja
di
lingkungan
E - 63
dari
kegiatan
pemanfaatan
SDA
penyangga
diklasikasikan
sesuai
dengan
tegakan,
disyaratkan dengan
zona
hijau
(tidak
tegakan),
zona
tanpa
yang
diatur
dalam
tipologi
kawasan
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
E - 64
tujuan
kawasan
difokuskan
pada
perlindungan
dan
perwujudan
pelestarian
mencapai
tujuan.
Perumusan
kebijakan
difokuskan pada:
1. Kebijakan terkait pengelolaan Lingkungan yang
berkelanjutan;
2. Kebijakan terkait zonasi dan pengaturan kegiatan
pada kawasan inti;
3. Kebijakan terkait persyaratan pembangunan sistem
jaringan prasarana kawasan (disesuaikan dengan
peraturan
perundangan
yang
berlaku
dalam
E - 65
(c) Strategi
Muatan
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
pengembangan
prasarana
dan
kegiatan
(jenis,
intensitas
dan
strategi
terkait
pelayanan
sistem
E - 66
b. Penetapan
jenis
dan
standar
pelayanan
minimum.
4. Perumusan strategi terkait perwujudan kawasan
penyangga, sebagai berikut:
a. Penetapan
khususnya
batas
kawasan
pertimbangan
penyangga,
pengaruh
negatif
zonasi
dan
kegiatan
kawasan
penyangga; dan
c. Pengendalian
sistem
jaringan prasaranadan
pengembangan
KSP
tipologi
kawasan
E - 67
penyangga
diklasifikasikan
sesuai
dengan
tegakan,
disyaratkan dengan
zona
hijau
(tidak
tegakan),
zona
tanpa
non
alam
maupun
faktor
manusia
sehingga
perumusan
tujuan,
kebijakan
dan
E - 68
(b) Kondisi
sebaran
dan
sosial-ekonomi
penduduk
tujuan
difokuskan
pada
mewujudkan
budidaya
pada
Kawasan
Rawan
Bencana/KRB;
2. Kebijakan
Kawasan
terkait
Rawan
penetapan
kegiatan
Bencana/KRB
pada
(termasuk
E - 69
Muatan
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
fungsi
budidaya
pada
Kawasan
Rawan
Bencana/KRB, meliputi:
a. Penetapan kawasan lindung sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan penetapan baru
sesuai
pertimbangan
daya
dukung
serta
kegiatan
ekonomi
yang
sesuai
infrastruktur
transportasi,
pendukung
sekaligus
sistem
berfungsi
strategi
terkait
sistem
evakuasi,
meliputi:
E - 70
dukungan
sarana
dan
sistem
Dengan
demikian
penentuan
serta
mengeliminasi
mengupayakan
faktor-faktor
rekayasa
penyebab
untuk
tingginya
kerawanan/resiko;
E - 71
hak
yang
dimiliki
orang
sesuai
perumusan
tujuan,
kebijakandan
kebencanaan
terkait
kawasan
kritis
E - 72
(a) Tujuan
Mewujudkan
berkelanjutan
daya
dalam
dukung
pengelolaan
Lingkungan
yang
kawasan
untuk
terkait
penetapan
fungsi
budidaya
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
pengembangan
prasarana
dan
E - 73
kegiatan
(jenis,
intensitas
dan
strategi
terkait
penetapan
fungsi
E - 74
budidaya
disusun
dengan
memperhatikan:
a. Keanekaragaman hayati;
b. Daya dukung fisik dasar; dan
c. Dampak daya rusak air.
Kawasan budidaya meliputi zona hijau dengan
tegakan,
zona
hijau
(tidak
disyaratkan
dengan
penyangga
diklasikasikan
sesuai
dengan
tegakan,
disyaratkan dengan
zona
hijau
(tidak
tegakan),
zona
tanpa
E - 75
perumusan
tujuan,
kebijakandan
tujuan
difokuskan
pada
perwujudan
E - 76
terkait
penetapan
fungsi
budidaya
strategi
berdasarkan
pada
rumusan
pengembangan
prasarana
dan
kegiatan
(jenis,
intensitas
dan
E - 77
3. Perumusan
strategi
terkait
penetapan
fungsi
pengembangan
KSP
tipologi
kawasan
sesuai
daya
dukung
fisik
dasar
dan
ekosistem; dan
2. Arahan sistem jaringan prasarana utama pada
kawasan yang relatif sesuai daya dukung fisik dasar
dan ekosistem.
(b) Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang, terdiri atas:
1. Rencana pola ruang pada kawasan inti, meliputi
kawasan lindung disusun dengan memperhatikan:
a. Mengacu penetapan kawasan hutan; dan
b. Penetapan kawasan lindung lainnya ditetapkan
berdasarkan analisis.
Kawasan
budidaya
disusun
dengan
memperhatikan:
a. Keanekaragaman hayati; dan
E - 78
zona
hijau
(tidak
disyaratkan
dengan
penyangga
diklasifikasikan
sesuai
dengan
tegakan,
disyaratkan dengan
zona
hijau
(tidak
tegakan),
zona
tanpa
E - 79
untuk
masing-masing
tipologi
KSP
paling
sedikit
E - 80
E - 81
E - 82
kegiatan
yang
diperbolehkan,
diperbolehkan
E - 83
pemanfaatan
ruang
diberikan
kepada
calon
E - 84
Tabel-E.9
Keterangan:
Perlu memuat ketentuan tersebut.
Tidak perlu memuat ketentuan tersebut.
E - 85
4) Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan kawasan memperhatikan:
a) Status kelembagaan yang telah diatur dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b) Keterkaitan KSP dengan kewenangan daerah Provinsi;
c) Keterkaitan
KSP
dengan
kewenangan
daerah
Kabupaten/Kota; dan
d) Pemangku kepentingan lainnya.
e. Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat
Hak, kewajiban dan peran masyarakat diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Format Penyajian
Konsep RTR KSP disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
1) Materi teknis RTR KSP, yang terdiri atas:
a) Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta-peta;
b) Buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
c) Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala
minimal dalam format A1 yang dilengkapi dengan peta
digital yang mengikuti ketentuan Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
2) Naskah Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang RTR
KSP, yang terdiri atas:
a. RAPERDA yang merupakan rumusan pasal per pasal dari
buku rencana dan disajikan dalam format A4; dan
b. Lampiran yang terdiri atas peta rencana struktur ruang dan
peta rencana pola ruang yang disajikan dalam format A3
serta tabel indikasi program utama.
g. Masa Berlaku RTR KSP
RTRKSP berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan
dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
E - 86
E - 87
keamanan,
keuangan/pembiayaan
pembangunan
daerah,
E - 88
Gambar-E.4
E - 89
Gambar-E.5
E - 90
yang
dihadapi
sekarang
oleh
KSP
dan
E - 91
terkait
dan
kebijakan
terkait
dan
perumusan
isu
strategis
perlunya
perangkat
survey
dibutuhkan, panduan
(checklist
data
wawancara,
yang
kuesioner,
dan
perumusan
isu
strategis
perlunya
E - 92
kebijakan
penataan
ruang
dan
sektoral
terkait
dan
analisis
data
paling
sedikit
meliputi
E - 93
E - 94
E - 95
KSP
dilaksanakan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
2) Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan naskah Rancangan
Peraturan Daerah
Hasil pelaksanaan kegiatan adalah berupa naskah rancangan
Peraturan Daerah yang siap untuk diproses dalam kegiatan
selanjutnya yaitu penetapan RAPERDA.
2. Prosedur Penyusunan RTR KSP
Prosedur penyusunan RTR KSP meliputi:
a. Pembentukan tim penyusun RTR KSP yang beranggotakan unsurunsur dari Kementerian/lembaga khususnya yang berada dalam
lingkup BKPRD;
b. Pelaksanaan penyusunan RTR KSP memperhatikan keterlibatan
pemangku kepentingan sesuai dengan jenis tipologi KSP, yang
dilaksanakan pada semua tahapan penyusunan RTR KSP. Pemangku
kepentingan yang harus dilibatkan yaitu:
1) Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota;
2) Peran masyarakat; dan
3) Lembaga/organisasi di daerah.
c. Pelibatan peran masyarakat melalui:
1) Pada tahap persiapan, Pemerintah telah melibatkan masyarakat
secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan
ruang melalui media publikasi sesuai kebutuhan;
E - 96
tahap
pengolahan
dan
analisis
data,
peran
E - 97
E - 98