You are on page 1of 69

TINGKAH LAKU ANEH

SGD 11 JIWA LBM 1

STEP 1

Waham
o Suatu keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak bisa diubah oleh orang lain.
Halusinasi akustik
o Halusinasi : gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar,
persepsi indera tanpa diberi rangsangan.
o Akustik melalui indera pendengaran, sering ada 2 bentuk
akoasma(suara tidak jelas/kacau dan sulit dibedakan) dan
phonema(suara jelas sehingga dapat didengar oleh penderita)
Fungsi okupasi dan psikososial
o Fungsi okupasi adalah fungsi dari tubuhnya bagaimana mengatur
pergerakan secara normal. Lebih ke fisiologis tubuh, bagaimana
mengatur tubuh secara sadar.
o Psikososial adalah interaksi terhadap lingkungan, dapat
menyesuaikan terhadap lingkungan.
Bagaimana beradaptasi, berinteraksi terhadap lingkungan.
Fungsi global
o Untuk memeriksa fungsi global ada GAF(Global Assesment
Functional), sistem penilaian kejiwaan dilakukan 3x(masuk rumah
sakit, diterapi dan keluar rumah sakit) untuk menentukan
tingkatan dari gangguan mentalnya.
o Contoh fungsi global : peran seseorang dalam pekerjaan,
masyarakat,sosial dan pribadi.

STEP 2
1. Macam-macam fungsi global yang dapat dinilai?
2. Manifestasi dari fungsi okupasi?
3. Mengapa pasien sering marah-marah tanpa sebab dan bicara kacau
kurang lebih 1,5 bulan?
4. Macam-macam waham?
5. Definisi gangguan jiwa?
6. Macam-macam gangguan jwa?
7. Macam-macam halusinasi?
8. Apa hubungan penggunaan zat psikoaktif terhadap gejala pada pasien?
9. Jenis-jenis obat anti psikoaktif dan interaksinya?
10.Bagaimana proses terjadinya waham?
11.Jenis-jenis terapi psikososial?
12.Apa beda antara halusinasi,ilusi dan waham?
13.Bagaimana cara mendiagnosis pasien tsb?
14.Cara penilaian GAF?

STEP 3
1. Definisi dan fungsi jiwa dan bagaimana ciri-ciri sehat jiwa?
- Ciri sehat jiwa :
o Bisa menjalankan fungsi secara fisik dan mental
o Merasa senang terhadap dirinya
o Mampu mengatasi masalah2 dirinya
o Puas dengan dirinya
o Menilai secara realistis
o Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain
o Mampu merancang masa depan
- Fungsi jiwa :
o Berkaitan dengan proses berpikir normal dengan jalan mengkahyal
sehingga bisa menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran yang
baru
o Kesehatan jiwa : kondisi memungkinan untuk berkembang dengan
baik dari intelektual,emosional berjalan selarasnya
o Persepsi
o Proses berpikir
o Afektif dan emosional
o Tingkah laku dan sikap
2. Mengapa pasien sering marah-marah tanpa sebab dan bicara kacau
kurang lebih 1,5 bulan?
- Marah-marah tanpa sebab
o Tidak ada stimulus, peningkatan stimulasi dari berbgai zat yang
memberi efek membuat ketidaknyamanan tubuh dan respon salah
satu bisa marah,diam
o Tidak seimbang dari zat karena neurotransmitter slaah satunya
dopamin yang meningkat. Menyebabkan hiperaktif pada tubuh
kemudian diungkapkan secara emosional
o Waham bizzare, merasa orang lain mengetahui tentang yang
pasien pikirkan tidak nyaman marah-marah
o tidak ada pemicu dari luar dan stressor dari dalam
- berbicara kacau hubungan dengan fungsi okupasi dan tidak bisa
mengontrol cara bicaranya dengan baik
- tubuh memiliki mekanisme pertahanan jiwa, ada stressor
mekanisme pertahanan jiwanya dapat dikompensasi/tidak tidak
dapat beradaptasi dengan stressor marah-marah dan bicara kacau
- setiap orang memiliki kepekaan terhadap sesuatu, zat yang bisa
mengkontrol emosi adalah serotonin tidak seimbang
mengganggu komunikasi di limbic khususnya amigdala dan lobus
frontalis
- menurun serotonin mengganggu sistem komunikasi
- triptopan meningkatkan serotonin(5 THP)
3. Definisi gangguan jiwa?
- Gangguan isi pikir : keyakinannya terhadap orang lain
terganggu contohnya berupa waham,obsesi,phobia,dll

4.
5.
6.
7.
8.

Gangguan jiwa adalah terjadi suatu kesulitan pada seseorang


karena suatu sebab yang mempengaruhi sosialisasinya pada
orang lain dan menjadi kesulitan karena ada persepsi yang
berbeda(aneh) tentang kehidupan dan sikapnya sendiri.
- Konsep gangguan jiwa : gejala klinis sindrom psikologik
- Membuat penderitaan,distress, dapat menimbulkan tidak
nyaman, tidak tentram disabilitas aktivitas
Penyebab gangguan jiwa?
Macam-macam gangguan jiwa?
Macam-macam fungsi global yang dapat dinilai?
Manifestasi dari fungsi okupasi dan psikososial?
Bagaimana proses terjadinya waham?

9. Macam-macam waham?
10.Macam-macam halusinasi?
11.Apa beda antara halusinasi,ilusi dan waham?
12.Apa hubungan penggunaan zat psikoaktif terhadap gejala pada pasien?
13.Bagaimana cara mendiagnosis pasien tsb?
14.Cara penilaian GAF?
15.Macam-macam stressor?
16.DD?
-Skizofrenia
- Klasifikasi : katatonia, paranoid
-Gangguan jiwa berat
Gangguan jiwa ada 2 : ringan dan berat
- Ringan gejala ringan, kecemasan, Neurosis nonpsikotik,
secara kronis dan rekuren, ditandai rasa kecemasan berlebihan,
seperti obsesi,phobia
- Berat adanya hendaya berat dari fungsi mental dan
kehidupan sehari-hari, misal : halusinasi,waham
Hendaya(ketidakmampuan) dilihat dari stressor(pekerjaannya).
Di skenario hendaya sosial, tidak bisa mengurus dirinya sendiri
-psikotik
-neurotik

STEP 4
Gangguan jiwa

Gangguan jiwa
ringanSTEP 7
(neurosis)

Gangguan jiwa
berat( psikotik)

Gangguan jiwa
organik

Delerium
Dementia
Sindroma Amnestik dan
halusinosis organic
Sindroma waham organic
Sindroma afektif organic
Sindroma Kepribadian
organik Intoksikasi dan Sindroma
Putus Zat

Gangguan jiwa
fungsional

Skizofrenia
Gangguan afektif berat
Gangguan Paranoid
Psikosis Non Organik
lainnya

STEP 5
1. Definisi dan fungsi jiwa dan bagaimana ciri-ciri sehat jiwa?
2. Mengapa pasien sering marah-marah tanpa sebab dan bicara kacau
kurang lebih 1,5 bulan?
3. Definisi gangguan jiwa?
4. Penyebab gangguan jiwa?
5. Macam-macam gangguan jiwa?
6. Macam-macam fungsi global yang dapat dinilai?
7. Manifestasi dari fungsi okupasi dan psikososial?
8. Bagaimana proses terjadinya waham?
9. Macam-macam waham?
10.Macam-macam halusinasi?
11.Apa beda antara halusinasi,ilusi dan waham?
12.Apa hubungan penggunaan zat psikoaktif terhadap gejala pada pasien?
13.Bagaimana cara mendiagnosis pasien tsb?
14.Cara penilaian GAF?
15.Macam-macam stressor?
16.DD?
-Skizofrenia
-Gangguan jiwa berat
-psikotik
-neurotik

STEP 6(BELAJAR MANDIRI)


STEP 7
1.Definisi dan fungsi jiwa dan bagaimana ciriciri sehat jiwa?
Fungsi Jiwa

1. Persepsi
Memiliki arti pengertian, pemahaman, dan tafsiran tentang suatu hal
tertentu. Merupakan hasil interaksi dua pihak yaitu satu pihak :
rangsang sensoris yang tertuju kepadanya dan di pihak lain : faktorfaktor pengaruh (biologi, sosial, psikologi) yang mengatur atau
mengolah rangsang itu secara intrapsikik
2. Proses Berpikir
Suatu proses intra psikik yang meliputi pengolahan dari berbagai
fikiran dan faham dengan jalan membayangkan. Mengkhayalkan,
memahami, membandingkan dan menarik kesimpulan sehingga terjadi
fikiran dan faham baru.
Yang diperhatikan :
Bentuk Pikiran
Progresi / kelancaran / arus pikiran
Isi pikiran
3. Keadaan afektif dan reaksi emosional
a. Keadaan afektif atau suasana perasaan
Suatu corak perasaan yang sifatnya agak menetap (konstan) dan
biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Dalam keadaan
afektif yang normal, suatu corak perasaan orang selalu sesuai
dengan suasana lingkungan
b. Reaksi emosionil
Suatu corak perasaan yang sifatnya dapat berkembang dan surut
serta dapat terjadi dalam waktu yang relatif pendek. Tak jarang
corak perasaan ini dilahirkan dengan keras dan mengandung segi
fisik disamping bersifat psikik
Komponen fisik :
Kenaikan tek.darah
Keluar keringat berlebihan
Bergeraknya otot-otot mimik dan otot-otot yang lain
Peristaltik usus dan lambung meningkat
Dilatasi pembuluh darah pada muka kepala (muka merah)
Konstriksin pembuluh darah muka kepala (muka pucat)
4. Sikap dan tingkah laku
Sikap (attitude) : suatu keadaan yang statisjadi non dinamis, dalam
arti kata bahwa gerakan-gerakan badan pada umumnya agak terbatas
Tingkah laku (behavior) : bercorak gerak gerik motorik dan aktivitas,
terutama kaki dan tangan pemcerita

(Psikiatri, Simptomatologi II Fk Undip)


Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan
jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan
orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa
kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera
(mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31480/4/Chapter
%20II.pdf

Seseorang yang sehat jiwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1. Merasa senang terhadap dirinya serta
o Mampu menghadapi situasi
o Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
o Puas dengan kehidupannya sehari-hari
o Mempunyai harga diri yang wajar
o Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak
pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
o Mampu mencintai orang lain
o Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
o Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
o Merasa bagian dari suatu kelompok
o Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang
lain "mengakah" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
o Menetapkan tujuan hidup yang realistis
o Mampu mengambil keputusan
o Mampu menerima tanggungjawab
o Mampu merancang masa depan
o Dapat menerima ide dan pengalaman baru
o Puas dengan pekerjaannya
http://faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf
a. Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M)
Ibnu Sina mendefinisikan ruh sama dengan jiwa (nafs).
Menurutnya, jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengannya
spesies menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata.
Jiwa (ruh) merupakan kesempurnaan awal, dalam pengertian
bahwa ia adalah prinsip pertama yang dengannya suatu spesies
menjadi manusia yang bereksistensi secara nyata.
b. Imam Ghazali (450-505 H/1058-1111M)
Ruh menurut al-Ghazali terbagi menjadi dua, pertama yaitu di
sebut ruh hewani, yakni jauhar yang halus yang terdapat pada

rongga hati jasmani dan merupakan sumber kehidupan, perasaan,


gerak, dan penglihatan yang dihubungkan dengan anggota tubuh
seperti menghubungkan cahaya yang menerangi sebuah ruangan.
Kedua, berarti nafs natiqah, yakni memungkinkan manusia
mengetahui segala hakekat yang ada. Al-Ghazali berkesimpulan
bahwa hubungan ruh dengan jasad merupakan hubungan yang
saling mempengaruhi.
Ia sebelum masuk dan berhubungan dengan tubuh disebut ruh,
sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs yang
mempunyai daya (al-'aql), yaitu daya praktik yang berhubungan
dengan badan daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang
abstrak.
c. Ibn Taimiyah ( 661-728 H/1263-1328 M)
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa nafs tidak tersusun dari
substansi-substansi yang terpisah, bukan pula dari materi dan
forma. Selain itu, nafs bukan bersifat fisik dan bukan pula esensi
yang merupakan sifat yang bergantung pada yang lain.
d. Ibn Qayyim al-Jauziyah (691-751 H/1292-1350 M)
Ibn Qayyim al-Jauziyah Menggunakan istilah ruh dan nafs untuk
pengertian yang sama. Nafs (jiwa) adalah substansi yang bersifat
nurani 'alawi khafif hayy mutaharrik atau jism yang mengandung
nur, berada di tempat yang tinggi, lembut, hidup dan bersifat
dinamis.

2.Mengapa pasien sering marah-marah tanpa


sebab dan bicara kacau kurang?

Bagian Limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di


amygdala

dan

hippocampus

berfungsi

mengatur

emosi

manusia dan memori emosi. pada perkembangan selanjutnya


diperluas artinya keseluruh lintasan neuronal yang mengatur
tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.
Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan
struktur berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga
mengatur

kondisi

internal

tubuh

seperti

suhu

tubuh,

osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan


minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini secara
bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan
erat

pengaturannya

dengan

perilaku.

Bagaimana

kerja

Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton diterangkan


Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik (Guyton,
1997:937)
1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya
mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan
tapi juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti
timbulnya

rasa

marah

yang

hebat

dan

keinginan

berkelahi.
2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya
bila

dirangsang

menimbulkan

rasa

kenyang

dan

menurunkan nafsu makan dan binatang menjadi tenang.


3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler
yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga
(atau bila disertai dengan perangsangan pada area
kelabu dibagian tengah mesensefalon yang merupakan
kelanjutan

dari

bagian

hipotalamus

biasanya

berhubungan dengan rasa takut dan reaksi terhukum.


4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada
beberapa area hipotalamus. Khususnya pada sebagian
besar

bagian

Hipotalamus,
limbik,

anterior
daerah

berhubungan

dan

posterion

pengatur

utama

dengan

semua

hipotalamus.
untuk

sistem

tingkat

limbik.

Hipotalamus mewakili kurang dari 1 persen masa otak,


namun merupakan bagian penting dari jaras pengatur
keluaran sistem limbik. Sebagai contoh perangsangan
Kardiovaskular

hipotalamus.

Perangsangan

efek

neurogenik pada sistem kardiovaskular meliputi kenaikan


tekanan arteri, penurunan tekanan arteri, peningkatan
atau

penurunan

frekuensi

denyut

jantung.

Pada

umumnya, perangsangan bagian posterior dan lateral


hipotalamus meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi
denyut jantung, sedangkan perangsangan area preoptik
sering menimbulkan efek yang berlawanan. Pengaturan
gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik
lateral berhubungan dengan pusat lapar, bila daerah ini
rusak maka pada percobaan binatang, akan terjadi
kehilangan nafsu makan menyebabkan kematian karena
kelaparan (lethal starvation). Pusat kenyang terdapat di
nukneus ventromedial, bila daerah ini dirangsang dengan
listrik pada binatang percobaan akan menghentikan
makannya dan benar-benar mengabaikan makanannya.
Bila area ventromedial ini rusak secara bilateral maka,
maka

binatang

tersebut

kegemukan yang hebat.


Buku Fisiologi Guyton

jadi

rakus,

dan

terjadi

Sistem

respons

kronik, terdapat respon fight


epinefrin,

norepinefrin

dan

fisiologik pada stress akut dan


and flight dimana berperan hormon
dopamin,

respon

terhadap
ancaman
meliputi

penyesuaian
perpaduan

banyak

organ-

proses

kompleks

dalam

organ

vital

seperti
otak,
sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit pada organ kulit,
gastrointestinal dan jaringan limfoid. (Martin, David, 1987:625)
Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan
dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang
terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu
makan yang baik, dorongan seksual yang
sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan
menyebabkan serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah
kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan punishment di otak pada
hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujungujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin (Guyton 1997:954)
Pada pasien penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai
keadaan yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga
kemungkinan berikut:(1) terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf

di berbagai area pada lobus prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan


sinyal-sinyal; (2) perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok
neuron yang mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk
di lobus frontalis, dan atau; (3) abnormalitas fungsi dari bagian-bagian
penting pada pusat-pusat sistem pengatur tingkah laku limbik di
sekeliling hipokampus otak (Guyton,1997:954).
Setiap orang memiliki respons terhadap amarah yang berbeda-beda, ada
yang meluap-luap tapi ada pula yang biasa saja. Penyebab orang mudah
marah ini ternyata dipengaruhi oleh kadar serotonin di dalam otak.
Studi ini memerupakan yang pertama dalam menunjukkan bagaimana
bahan kimia ini membantu mengatur perilaku dalam otak. Hasil studi ini
diterbitkan dalam jurnal Biological Psychiatry.
Didapatkan kadar serotonin yang rendah dalam otak membuat
komunikasi antara daerah otak dari sistem limbik yang mengatur
emosional (amigdala) dan lobus frontal menjadi lebih lemah dibanding
dengan orang yang kadar serotoninnya normal.
Kondisi ini menunjukkan ketika kadar serotonin di otak rendah maka
akan sulit bagi daerah otak korteks prefrontal untuk mengontrol respons
emosional terhadap kemarahan yang dihasilkan dalam amigdala.
Jika komunikasi lemah maka lebih sulit bagi korteks prefrontal untuk
mengontrol perasaan marah yang dihasilkan dalam amigdala. Akibatnya
orang-orang ini akan cenderung lebih agresif dan paling sensitif.
http://www.solopos.com/2011/09/16/penyebab-orang-mudahmarah-115756

sistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon
fight and
flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin,
respon terhadap
ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks
dalam organ-organ

vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit
pada organ kulit,
gastrointestinal dan jaringan limfoid. (Martin, David, 1987:625)
Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan
dorongan bagi
sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa
nyaman,
menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, dorongan
seksual yang
sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan
menyebabkan
serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa
pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan
daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari
sistem norepinefrin dan serotonin (Guyton 1997:954) Pada pasien
penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai keadaan yang
diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan
berikut:
(1) terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada
lobus
prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal;
(2) perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang
mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus
frontalis, dan atau;
(3) abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat
sistem pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak
(Guyton,1997:954)
Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya
proses
berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis
besar, otak terbagi
dalam 3 bagian besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, system
limbik dan batang
otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila neokortex berfungsi untuk
berfikir, berhitung,
memori, bahasa, maka sistem limbik berfugsi dalam mengatur emosi
dan memori

emosional, dan batang otak mengatur fungsi vegetasi tubuh antara lain
denyut jantung,
aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja
bersama saling
mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja
secara terpisah.
Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi
tubuh,
homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh,
keseimbangan cairan,
keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan
lain-lain. Otak
terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan
melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik
yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan
neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut
neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di
kenal sebagai
sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan
perilaku seseorang
yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin,
norepinefrin. Fungsi
masing masing neurotransmiter dapat dilihat dibawah ini:

NEUROTRANSMITE LOKASI DAN


R
FUNGSI

IMPLIKASI PADA
PENY.JIWA

Kolinergik:
Asetil kolin

Meningkatkan
derajat depresi

Sistem saraf otonom


simpatis dan
parasimpatis,
terminal saraf
presinapsis
parasimpatik, terminal
postsinapsis
Sistem saraf pusat :
korteks serebral
hipokampus, struktur
limbik, basal ganglia
Fungsi : tidur, bangun
persepsi nyeri ,
pergerakan memori

Monoamin
Norepinefrin
Sistem syaraf otonom

Menurunkan
derajat penyakit
alzeimer, korea
hutington, penyakit
parkinson.

Menurunkan
derajat depresi

Dopamin

Serotonin

Histamin
Asam amino
GABA (gamma
Amino butyric
Acid

terminal saraf post


sinapsis simpatis
Sistem saraf pusat:
talamus, sistem limbik,
hipokampus,
serebelum, korteks
serebri
Fungsi pernafasan,
pikiran, persepsi, daya
penggerak, fungsi
kardiovaskuler, tidur
dan
bangun
Frontal korteks, sistem
limbik, basal ganglia,
talamus, hipofisis
posterior, medula
spinalis
Fungsi: pergerakan
dan koordinasi,
emosional,
penilaian, pelepasan
prolaktin
Hipotalamus, talamus,
sistem limbik, korteks
serebral, serebelum,
medula spinalis
Fungsi : tidur, bangun,
libido, nafsu makan,
perasaan, agresi
persepsi nyeri,
koordinasi dan
penilaian
Hipotalamus

Glisin

Hipotalamus,
hipocampus, korteks,
serebelum,
basal ganglia, medula
spinalis, retina
Fungsi kemunduran

Meningkatkan
derajat mania,
keadaan
kecemasan,
skizofrenia.

Menurunkan
derajat penyakit
parkinson dan
depresi. Meningkatkan
derajat mania dan
skizofrenia

Menurunkan
derajat depresi
Meningkatkan
derajat kecemasan

Menurunkan
derajat depresi

Menurunkan
derajat korea
huntington, gangguan
ansietas,
skizofrenia, dan
berbagai jenis
epilepsy
Derajat
toksik/keracunan
glycine

Glutamat dan
Aspartat

Neuropeptida
Endorfin dan
Enkefalin

aktivitas tubuh

encephalopaty

Medula spinalis,
batang otak
Fungsi: menghambat
motor neuron berulang

Menurunkan
tingkat derajat yang
berhubungan
dengan gerakan
motor spastic

Sel-sel piramid/kerucut
dari korteks,
serebelum
dan sistem sensori
aferen primer,
hipocampus,
talamus, hipotalamus,
medula spinalis
Fungsi: menilai
informasi sensori,
mengatur
berbagai motor dan
reflek spinal

Modulasi aktivitas
dopamin oleh opiod
peptida dapat
menumpukkan
berbagai ikatan
terhadap gejala
skizofrenia

Substansi P
Hipotalamus , talamus,
struktur limbik dan
batang otak, enkedalin
juga ditemukan pada
traktus gastrointestinal
Fungsi modulasi
(mengatur) nyeri dan
mengurangi peristaltik
(enkefalin

Somatostatin

Hipotalamus struktur
limbik otak tengah,
batang
otak, talamus, basal
ganglia, dan medula
spinalis, juga
ditemukan pada
traktus
gastrointestinal dan
kelenjar saliva

Menurunkan
derajat korea
hutington

Menurunkan
derajat penyakit
alzeimer
Meningkatkan
derajat korea

Fungsi: pengaturan
nyeri

Hutington

Korteks serebral,
hipokampus, talamus,
basal
ganglia, batang otak,
medula spinalis
Fungsi: menghambat
pelepasan
norepinefrin,
merangsang
pelepasan serotonin,
dopamin dan
asetil kolin

Jika emosi timbul, hal ini akan terjadi umpan balik dimana
rangsangan ini akan terjadi ppeningkatan keresahan sehingga
situasi panic yang akhirnya akan timbul. Karena rangsangan ini
terjadi pengembalian melalui hipotalamus ke system limbik
kemudian ke korteks prefrontal. Di korteks prefrontal akan terjadi
peningkatan kadar katekolamin ( sekelompok hormone yang

memiliki gugus kotekol yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal


dalam menanggapi stress ( University of California, San
Diego,Health Library ) ) sehingga membuat orang yang sedang
emosi tidak terkendali secara keseluruhan termasuk tidak
terkontrol
dalam
perbuatan.
tambahan
hormon
dan
neutrontransmitter otak, adrenalin dan noradrenalin dilepaskan,
yang akan memicu suatu kondisi rangsangan yang lebih lama.
Sumber : Abla Bassat Goma. 2006. Melejitkan Kepribadian
Diri

3.Definisi gangguan jiwa?


Sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan,
disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku,
psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di
dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat.
Buku saku DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA hal 7

4.Penyebab gangguan jiwa?


Etiologi
Townsend (1998, hal 158) menagatakan bahwa hal-hal yang menyebabkan
gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panic,
menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah., kemungkinan
factor herediter.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori
yaitu :
a. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai
berikut :
1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan

suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang


yang menderoita skizoprenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dopamin neorotransmiter
yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas
yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya
diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga. Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman
hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus
pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang
antara

orang

tua

dan

anak-anak.

Anak

harus

meninggalkan

ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa,
dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan
penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya
tehadap orang lain.
c.

Teoti psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu


ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan
saling mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih
lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan
yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur

perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk


dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,
seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau
lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan

terhadap

penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian,


tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.

5.Macam-macam gangguan jiwa?


Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi- manifestasi
psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk,
dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
1. Gangguan jiwa psikotik
: ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas,
ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia.
2. Gangguan jiwa neurotik
: tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai
realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang
menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif
3. Gangguan jiwa fungsional
: tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis
yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
4. Gangguan jiwa organik
: ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh
suatu penyebab
spesifik
yang
membuahkan
perubahan
struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau
demensia, misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-TR
karena
ia merangkum pengetian bahwa beberapa
gangguan jiwa tidak mengandung komponen biologis

5. Gangguan jiwa primer


: tanpa penyebab yang diketahui disebut pula
idiopatik atau fungsional
6. Gangguan jiwa sekunder
: diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari
suatu gangguan
sistemik, medis atau serebral, misalnya
delirium yang disebabkan oleh penyakit infeksi otak.
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2012/01/pengertian-gangguan-jiwa1.pdf

6.Macam-macam fungsi global yang dapat


dinilai?
FUNGSI GLOBAL
A. FUNGSI PERAN
B. HUBUNGAN SOSIAL
C. PERAWATAN DIRI
D. WAKTU LUANG

7.Manifestasi dari fungsi okupasi dan


psikososial?
1. Terapi okupasi khusus untuk pasien mental/ jiwa
(a). Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
(b) Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi
secara wajar dan produktif.
(c) Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan
bakat dan keadaannya.
(d) Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan
diagnose dan penetapan terapi lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan
ruang gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan,
berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telpon,
televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu,
mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan
rutin di rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan
(simplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan seharihari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh
pasien sebagai langkah dalam pre-vocational training. Dari
aktivitas ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik,
kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lain-lainnya dari si

pasien dalam mengarahkannya ke pekerjaan yang tepat dalam


latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan
menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah
kembali ke keluarga.
Sumber : Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto. Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009.

8.Bagaimana proses terjadinya waham?


1.
Fase Lack of Human need.
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan seseorang baik secara fisik maupun psikis.
Secar fisik seseorang dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2.
Fase lack of self esteem.
Tidak adanta pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self
reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh,
support system semuanya sangat rendah.

3.
Fase control internal external.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah
kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi
kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan
klien tidak merugikan orang lain.
4.
Fase environment support.
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa
didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.

5.
Fase comforting.
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua
orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada
saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6.
Fase improving.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada
klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit
untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

9.Macam-macam waham?

10.

Macam-macam halusinasi?

Halusinasi pendengaran
Akoasma: suara2 yang kacau balau yang tak dapat dibedakan secara tegas
Phonema: suara2 yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia,
sehingga penderita menndengar kata2 atau kalimat2 tertentu.
Halusinasi Pengelihatan
Halusinasi visual yg tak jelas: dijumpai pada kelainan cortex cerebra
Halusinasi visual dgn bentuk jelas: dijumpai pada kelainan cortex temporo
parietal.
Halusinasi olfaktorik
Didapatkan pada keadaan skizofrenia dan keadaan lesi dari lobus
temporalis.
Halusinasi Gustatorik
Halusinasi Taktil
Sering dijumpai pada keadaan toksik misalnya delirium tremens dan
adiksi kokain.
Halusinasi Haptik
Seolah2 tubuh sendiri bersentuhan/bersinggungan secara fisik dengan
manusia lain atau benda lain(seringkali bercorak seksual).
Halusinasi Kinestetik

Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya


mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri.
Halusinasi Autoskopi
Penderita seolah2 melihat dirinya dihadapannya.
Sumber: Psikiatri II Simtomatologi, UNDIP
Halusinasi Hipnagogik
Persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tertidur ,
biasanya dianggap sebagai fenomena nonpatologis.
Halusinasi Hipnopompik
Persepsi yang palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya
dianggap tidak patologis.
Sensasi palsu tentang suatu hal yang terjadi didalam atau terhadap
tubuh paling sering berasal dari visceral.
Halusinasi liliput
Persepsi palsu dimana benda2 tampak lebih kecil ukurannya (dikenal
juga sebagai Mikropsia).
Halusinasi yang sejalan dgn mood(mood congruent hallucination)
Halusinasi dimana isi halusinasinya adalah konsisten dengan mood
yang tertekan atau manic.
Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent hallucination)
Halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan
atau manic.
Sumber:Sinopsis Psikiatri,Kaplan Dan Sadock.Edisi 7.

11. Apa beda antara halusinasi,ilusi dan


waham?

Halusinasi
Persepsi panca- indera tanpa rangsang pada reseptor-reseptor
panca-indera
Ilusi
Suatu persepsi panca-indera disebabkan adanya rangsang pancaindera yang ditafsirkan salah
Waham
Suatu usaha untuk memberikan suatu gambaran ( pernyataan )
dari berbagai problem pribadi ( kesukaran-kesukaran ) atau
tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita

Objek

halusinasi
Tanpa objek

ilusi
Ada objek

waham
Tanpa objek

Panca indera
Keyakinan

dapat

dirubah
Bisa terjadi pada

Terkait dgn panca

Terkait dgn panca

tidak

terkait

indra
ya

indra
ya

panca indra
tidak

ya

ya

tidak

dgn

orang normal
Psikiatri II Simtomatologi, FK UNDIP

12. Apa hubungan penggunaan zat psikoaktif


terhadap gejala pada pasien?

Zat psikoaktif ialah zat atau bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental-emosional dan
perilaku. Apabila digunakan terus menerus akan menimbulkan
ketergantungan (oleh karena itu disebut juga sebagai zat adiktif).
Walaupun zat psikoaktif tertentu bermanfaat bagi pengobatan, tetapi
apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar
pengobatan, akan sangat merugikan yang menggunakan.

Tiga golongan zat yang termasuk kategori ini ialah opioda,tanaman ganja,
dan kokain.
Dalam Ilmu Kedokteran Forensik, narkotika dan obat pada umumnya
digolongkan sebagai racun, sebab bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh

akan menimbulkan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan penyakit


atau kematian. Penyakit atau kematian itu tentunya bergantung pada
takaran (dosis), cara pemberian, bentuk fisik dan struktur kimia zat, serta
kepekaan korban. Kepekaan korban dipengaruhi pula pada usia, penyakit
terdahulu atau yang bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitif
tertentu, dan sebagainya. Narkotika masuk ke dalam tubuh koban dapat
akibat unsur kesengajaan ataupun kebetulan. Kesengajaan dapat akibat
ulah orang lain (penganiayaaan atau pembunuhan) maupun akibat ulah
diri sendiri (penyalahgunaan atau usaha bunuh diri). Sedang unsur
kebetulan dapat terjadi akibat kecelakaan industri, keteledoran dalam
rumah tangga, kesalahan pengobatan, dan lain-lain.
Golongan opidia terdiri dari turunn opium dan zat sintetiknya, seperti
misalnya morpin, diasetilmorfin atau diamorfin (dikenal sebagai heroin,
smack, horse, dope), metadon, kodein, oksikodon (percodan, percocet),
hidromorfin (dilaidid, levodromoran), pentazosin (talwin), meferidin
(demerol, petidin), dan propoksipen (darvon). Turunan opium menjadi
sangat beragam dan luas pemakaiannya karena penggunaan medik dan
kemajuan ilmu farmakologi. Jenis-jenis opidia yang digunakan dalam dunia
kedokteran jarang sekali disalahgunakan karena ketatnya pengendalian
dan pemantauan berdasarkan peraturan legal. Heroin adalah opidia yang
paling sering disalahgunakan di dunia dengan penggunaan melalui
suntikan.
Beberapa istilah yang sebaiknya diketahui antara lain :
1. Zat psikoaktif : adalah obat, bahan atau zat yang apabila masuk ke
dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf
pusat, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktivitas
mental emosional, cara berfikir, persepsi dan perilaku seseorang (kini
disebut NAZA, NAPZA, narkoba)
2. Penyalahgunaan zat (sunstance abuse) adalah penggunaan zat oleh
seseorang secara berlebihan, bukan untuk tujuan pengobatan (tanpa
petunjuk dokter), sehingga menimbulkan hendaya atau hambatan dalam
kehidupan sosial, sekolah dan pekerjaan.
3. Ketergantungan zat (substance dependence) ialah terdapatnya
ketergantungan fisik terhadap zat, yang ditandai oleh adanya toleransi
dan gejala-gejala putus zat.
4. Ketergantungan psikologik (craving) ialah suatu keadaan yang
menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang
untuk mengulang kembali untuk mendapatkan sensasi tersebut dan
menimbulkan perasaan tidak senang bila menghentikan pemakaiannya.
5. Sindroma putus zat (withdrawal) tanda atau gejala berupa keluhan fisik
yang spesifik yang timbul setelah dilakukan penghentian atau
pengurangan zat yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh
individu.
6. Intoksikasi/keracunan kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat
penggunaan zat yang dosisnya

7. Toleransi adalah peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama


semakin banyak, untuk mendapatkan efek yang sama
Zat Adiktif juga diartikan sebagai zat atau bahan kimia yang bisa
membanjiri sel saraf di otak khususnya "Reward Circuit"atau jalur
kesenangan dengan dopamine, yaitu zat kimia yang mengatur sifat
senang, perhatian, kesadaran dan fungsi lainnya.
Sebagai kunci untuk hidup, otak sudah diatur untuk memastikan orang
mengulangi kegiatan yang menyenangkan. Dorongan yang berlebih dari
sensasi yang menyenangkan, mengajarkan otak untuk mengulang
kegiatan yang mengarah kepada pendambaan yang sering diluar control
dan seiring waktu gambaran dari ketagihan oleh otak dimunculkan dalam
bentuk fisik berupa penilaan, mempelajarinya, ingatan dan perasaan dari
hati.
Zat Adiktif dapat mempengarui otak dalam berbagai cara :
Stimulant ( membuat orang merasa lebih energik).
Depressant (Membawa rasa relaksasi ).
Hallucinogens ( Mengubah cara seseorang mengalami pengalaman
secara nyata).
Zat Adiktif bisa legal atau illegal, yang tergolong legal :
Caffeine, contohnya : kopi, teh, soda, dan minuman untuk olahraga, dan
kopi yang memiliki kira-kira 2 kali lebih banyak kafein diantara lainnya,
nah jika berlebih maka akan menyebabkan kesulitan tidur, peningkatan
denyut jantung, sakit kepala , gelisah dan mual.
Nikotin , contohnya : rokok, cerutu, potongan nikotin , kopi dan nikotin
merupakan stimulant, yang meningkatkan dopamine dan adrenaline.
Adrenalin berlebih akan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
dan mengarah ke tingginya gula darah.
Alkohol, contohnya : Wine ( anggur), bir, ( beer), Liquor) alcohol adalah
jenis yang termasuk Depressant yang mempengaruhi sistem saraf yang
mengarah pada relaksasi, kantuk, koma, dan kematian.
Inhalants, contohnya : erosol, solvents ( bahan untuk pembersih), gas
nitrat, produk ini mulai dari cat thinner, hair spray ke tangki propane,
inhalasi yang tinggi sama dengan alcohol, bahkan 1 kali penggunaan
inhalasi dapat membunuh atau menyebabkan gagal jantung.
Beberapa Zat Adiktif yang khusus tersedia atau digabung dengan
resep obat :
Amphetamine, contohnya speed, crystal meth, merupakan tergolong
stimulant yang meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi, tujuannya
untuk pengobatan, namun banyak oknum yang mensalahgunakan dalam
dosis berlebih untuk pecandu.
Sedative-hypnotic, atau obat-obat hipotik, contohnya Benzodiazepines
Xanax, Valium, barbiturates, Seconol, phenobarbital. Benzodiazepines
juga tergolong Depressants karena dapat menurunkan aktivitas otak. Ini
merupakan resep obat untuk insomnia, gelisah, dan serangan gejala
bipolar dan depresi. Bahkan sebagian keci dari obat tidur, digunakan

untuk obat mati rasa, bisa menyebabkan koma, gejala pernapasan atau
kematian.
Opioids, contohnya: Heroin, morfin, oxycodone, kodein dan obat bius
lainnya, nah bahan campuran obat ini untuk penghilang rasa sakit, dan
berbahaya bila disalahgunakan, karena akan menyebabkan kecanduan
dan rusaknya otak dan tubuh kita.
Berikut yang tergolong Zat Adiktif yang Ilegal :
Cannabis, contohnya : Mariyuana, ganja. Pengaruhnya dapat membuat
si pemakai relaks dan jika penggunaan lebih maka akan menimbulan
perasaan bahagia rohani dan jasmani, dan halusinasi, pengunaan jangka
panjang dapat membuat kecanduan dan merusak saraf.
Cocain, contohnya : kokain, crack-cocain, membuat si pemakai merasa
bahagia jasmani, rohani, meningkatkan kinerja tubuh, sebelum menuju
gejolak depresi dan paranoia, penggunaan bisa dengan dihisap, dihirup,
dibakar dan disuntik. Zat ini bisa menyebabkan kerusakan otak, tubuh dan
kecanduan.
Hallucinogens, contohnya, LSD, Ecstasy, zat ini bisa mengubah
perasaan, perubahaan waktu, warna, suara dan pikiran mereka sendiri,
dan pemakai tetap akan menyebabkan kerusakan pada otak, sistem saraf,
dan prilaku emosi yang tidak terkontrol.
Phencyclidine ( PCP), contohnya : Angel dust, ketamin , zat ini
menyebabkan mati rasa, dan penggunaan hanya untuk hewan, pemakai
zat ini bisa mengubah sifat seseorang menjadi keras, pemarah, bunuh diri
dan kontraksi otot dan retak tulang.
http://chemistry35..com/2012/07/zat-psikoaktif-zat-adiktif.html Susilo Tri
Atmojo,S.Si

13. Bagaimana cara mendiagnosis pasien


tsb?
Anamnesis
I. Data identifikasi
II. Keluhan utama
III. Riwayat penyakit sekarang
Onset
Faktor pencetus
IV. Penyakit sebelumnya
Psikiatrik
Medis
Riwayat alkohol dan zat lain
V. Riwayat pribadi
Prenatal dan perinatal
Masa anak-anak awal (sampai 3 tahun)

Masa anak-anak pertengahan (3-11 tahun)


Masa anak-anak akhir (puberitas sampai masa
remaja)
Masa dewasa
1. Riwayat pekerjaan
2. Riwayat perkawinan dan hubungan
3. Riwayat militer
4. Riwayat pendidikan
5. Keagamaan
6. Aktivitas Sosial
7. Situasi hidup sekarang
8. Riwayat hukum
Riwayat psikososial
Riwayat keluarga
Mimpi, khayalan, nilai hidup
Teknik wawancara yang umum
1. Dapatkan rapport seawal mungkin pada
wawancara
2. Tentukan keluhan utama pasien
3. Gunakan
keluhan
utama
untuk
mengembangkan diagnosis banding sementara
4. Singkirkan dan masukan berbagai kemungkinan
diagnostik dengan menggunakan pertanyaan
yang terpusat dan terperinci
5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas
dengan
cukup
gigih
untuk
menentukan
akuratnya jawaban
6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas
untuk mengamati bagaimana kuatnya oikiran
berkaitan
7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan
tertutup
8. Jangan takut menanyakan tentang topik anda
atau pasien rasakan sulit atau memalukan
9. Tanyakan tentang pikiran bunuh diri
10.
Berikan
pasien
kesempatan
untuk
menanyakan pertanyaan pada akhir wawancara
11.
Simpulkan
wawancara
awal
dengan
mendapatkan rasa kepercayaan dan jika
mungkin harapan

(Sinopsis psikiatri, Kaplan dan Sadock)


Proses diagnosis gangguan jiwa
1. Anamnesis
Alasan berobat
Riwayat gangguan sekarang
Riwayat gangguan dahulu
Riwayat perkembangan diri
Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan,
pekerjaan, dll.
2. Pemeriksaan
Fisik diagnostik
Status mentalis
Laboratorium
Radiologik
Evaluasi Psikologik
Lain-lain
3. Diagnosis
a) Aksis I:
- Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48,
F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99).
- Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
b) Aksis II:
- Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian
maladaptif, mekanisme defensi maladaptif)
- Retardasi Mental (F70-79)
c) Aksis III
- Kondisi Medik Umum
d) Aksis IV
- Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan
sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses
pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
e) Aksis V
- Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of
Functioning = GAF Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah
yang tidak tertanggulangi.

90-81

gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih

dari masalh harian biasa.


80-71
gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam social.
70-61
beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum baik.
60-51
gejala dan disabilitas sedang.
50-41
gejala dan disabilitas berat.
40-31
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
fungsi.
30-21

disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,

tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang.


20-11
bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
10-01
persisten dan lebih serius.
0
informasi tidak adekuat
Tujuan diagnosis multiaksial
Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan
terapi dan meramalkan outcome.
Format
menata

mudah
dan

menangkap

dan

sistematik

sehingga

mengkomunikasikan
kompleksitas

situasi

membantu

informasi

klinis,

klinis,

dan

menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis


yang sama.
Penggunaan model bio-psiko-sosial.
(Buku saku
PPDGJ-III)

diagnosis

gangguan

jiwa,

Tergantung dari gambaran klinis, ada tidaknya


tanda dan gejala, dan intensitasnya. Menurut DSMIV (Diagnostic and Statistical of Mental Disorder)
I. Ringan
Terdapat beberapa gejala, jika ada yang melebihi dari
yang diperlukan untuk membuat diagnosis, dan
gejala yang menyebabkan tidak lebih dari gangguan
ringan dalam fungsi sosial dan pekerjaan
II. Sedang
Terdapat gejala atau gangguan fungsional yang
berada diantara ringan dan berat
III. Berat
Terdapat banyak gejala yang melebihi yang
diperlukan untuk membuat diagnosis, atau beberapa
gejala yang khususnya berat atau gejala yang
menyebabkan gangguan jelas dalam funsi sosial atau
pekerjaan
IV. Dalam remisi parsial
Kriteria sepenuhnya untuk gangguan sebelumnya
pernah dipenuhi, tetapi sekarang hanya beberapa
gejala dan tanda dari gangguan yang tertinggal
V. Dalam remisi penuh
Tidak ada lagi tanda dan gejala dari gangguan tetapi
secara klinis masih relevan dengan gangguan yang
dimaksud
(Sinopsis Psikiatri)

4. Terapi
Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi sosial
Terapi okupasi
Lain-lain
5. Tindak-lanjut
Evaluasi terapi
Evaluasi diagnosis
Lain-lain
(Buku saku
PPDGJ-III)

diagnosis

gangguan

jiwa,

14.

Cara penilaian GAF?

Penilaian Multiaksial
DSM-IV adalah suatu system multiaksial yang menilai pasien dalam beberapa variable dan
mempunyai 5 aksis.

Aksis I mengandung gangguan klinis dan kondisi lain yang mungkin merupakan
pusat perhatian klinis.

Aksis II mengandung gangguan kepribadian dan retardasi mental. Penggunaan


mekanisme pertahanan yang menjadi kebiasaan dapat dituliskan dalma Aksis II.

Aksis III menuliskan tiap gangguan fisik atau kondisi medis umum yang
ditemukan di samping gangguan mental. Kondisi fisik mungkin merupakan kausatif
dari gangguan mental, akibat dari gangguan mental, atau gangguan medis yang tidak
berhubungan. Jika suatu gangguan medis adalah sebagai penyebab atau secara
penyebab berhubungan dengan suatu gangguan mental, gangguan mental karena
kondisi umum dituliskan pada Aksis I dan kondisi mental umum dituliskan pada Aksis
I maupun Aksis III.

Aksis IV digunakan untuk memberi kode pada masalah psikologis dan


lingkungan yang secara bermakna berperan pada perkembangan atau eksaserbasi
gangguan sekarang.

Aksis V skala penilaian global terhadap fungsi (GAF) dimana dokter


mempertimbangkan keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode waktu
tertentu. Fungsional dimengerti sebagai kesatuan dari fungsi social, fungsi pekerjaan,
dan fungsi psikologis.

Sumber: Kaplan & Sadock Sinopsis Psikiatri Ed 7 Jilid 1 hal 473-474.


o Skala (PPDGJ III)
100- 91 : tidak ada gejala, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang

tak tertanggulangi
90-81 : gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari

masalah harian yang biasa.


80- 71 : gejala sementara dan dapat diatasi, diasabulitas ringan dalam
social, pekerjaan, sekolah, dll.

70- 61 : beberapa gejala ringan dan menetap , disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik.


60-51 : gejala sedang ( moderate), disabilitas sedang
50-41 : gejala berat (serious) disabilitas berat
40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi


30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak

mampu berfungsi hamper semua bidang.


20-11 : bahaya mencederai diri/ orang lain, disabilitas sangat berat

dalam komunikasi dan mengurus diri


10-01 : SEPERTI DIATAS persisten dan lebih serius
0 : informasi tidak adekuat

(sumber: buku saku diagnosis gangguan jiwa, dr.rusdi maslim )

15.

Macam-macam stressor?

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FIKESS1KEPERAWATAN/10107120
04/BAB%20II.pdf

ranki
ng

Peristiwa hidup

Skor
rata
2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Kematian pasangan
Perceraian
Kertakan dalam perkawinan
Masuk penjara
Kematian anggota keluarga dekat
Kecelakaan pribadi atau jatuh sakit
Menikah
Dipecat dari pekerjaan
Rukun kembali dalam perkawinan
Pension
Perubahan
kesehatan
anggota
keluarga
Kehamilan
Kesikaran dalam hal sex
Mendapat anggota keluarga baru
Penyesuaian dalam perusahaan
Perubahan dalam keadaan keuangan
Kematian teman akrab
Pindah jenis pekerjaan lain
Perubahan
dalam
banyaknya
pertengkaran
dengan
pasanagn
hidup
Hipotik lebih 10,000 dolatr
Tutup hipotik
Perubahan tanggung jawab dalam
bekerjaan
Anak meninggalkan rumah
Kesukaran dalam keluarga
Presatasi prbbadi yang tinggi
Pasangan hidup mulai atau berhebti
kerja
Mulai atau mengakhiri study
Perubahan keadaan tempat tinggal
Perbaikan kebiasaan pribadi
Kesukaran dengan bos
Perubahan waktu atau keadaan kerja
Pindah tempat tinggal
Pindah sekolah
Perubahan dalam berekreasi
Perubahan dalam kegiatan untuk

100
65
65
63
63
53
50
47
45
45
44
40
39
39
39
38
37
36
35

31
30
29
29
29
28
26
26
25
24
23
20
20
20
19
19

gereja
Perubahan dalam kegiatan social
Hipotik
Perubahan kebiasaan tidur
Perubahan dalam jumlah pertemuan
keluarga
Perubahan kebiasaan makan
Liburan atau cuti
Hari raya
Pelanggaran hokum yang ringan
total

36
37
38
39
40
41
42
43

18
17
16
15
15
13
13
11

Jika total lebih dari 300 90% jatuh sakit berat 6 bulan
mendatang
Jika kuran 300 gangguan kesehatan serius

16.

DD?

-Skizofrenia
SKIZOFRENIA
1

Definisi
a Terminology
Istilah Skizoprenia diciptakan oleh Bleuler dari bahasa Yunani, skhizo atau
split yang berarti terbelah, dan phrenmind yang berarti pikiran. Dengan kata
lain skizofren adalah gangguan jiwa dengan gambaran terbelahnya atau
terpisahnya emosi dan pikiran atau intelektual. (people with schizophrenia are
split off from reality and cant distinguish what is real from what is not real)
b Berdasar PPDGJ III
Suatu deskripsi sindrom dg variasi penyebab dan perjalanan penyakit yg luas
serta sejumlah akibat yang tergantung pd perimbangan pengaruh genetik, fisik
dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yg
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh afek yg
tidak wajar atau tumpul, kesadaran yg jernih dan kemampuan intelektual
biasanya terpelihara, kemunduran kognitif tertentu dpt berkembang
kemudian.
Epidemiologi
Prevalensi penderita skizoprenia di dunia sekitar 0,2 2 % populasi
Mula terjadinya biasanya pada masa akhir remaja atau awal dewasa, jarang terjadi
pada sebelum remaja atau setelah umur 40 tahun
Angka kejadian pada wanita sama dengan pria, tetapi onset pada pria umumnya
lebih awal (: 15-24 th; : 25-35 th) lebih banyak gangguan kognitif dan
outcome yang lebih jelek daripada wanita

Prevalensinya 8 x lebih besar pada tingkat sosial ekonomi rendah daripada tinggi
Etiologi : faktor genetik (abnormalitas fungsi otak) dan lingkungan
Risiko kejadian pada populasi = 1 %, resiko pada keluarga dekat (firstdegree
relatives) = 10 %

Etiologi
Secara umum belum jelas penyebab pastinya, tetapi beberapa teori telah dikeluarkan
untuk menjelaskan etiologi.
a Benhard rudyanto sinaga, FKUI
1 Model diathesis stress
Terjadi intregasi dari faktor biologis, psikososial dan lingkungan
Faktor biologis : terkait kromosom 1, 3,5,11 dan kromosom X
2 Model neurobiologist
Bergantung pada perkembangan saraf masa kehamilan. Pada pasien
ditemukan beberapa penurunan fungsi otak sehingga muncul beberapa
gejala, seperti
Gejala negative
: akibat penurunan fungsi lobus frontal
Gejala positif
: peningkatan aliran darah di temporo medial
Penurunan atensi
: hipoaktivitas di korteks singulat anterior
Retardasi motorik
: hipoaktivitas ganglia basalis
Gg. Bicara
: rendahnya metabolisme glukosa di area
broca
Disorganisasi
: peningkatan aliran darah di singulat dan
striatum
Halusinasi
: perubahan aliran darah di hipokampus,
parahipokampus, dan amigdala.
Waham
: peningkatan aliran darah di temporo medial
kiri
b Kaplan
Genetic
Biokimia
Psikososial
Teori infeksius

Faktor risiko

Faktor pencetus (Kaplan) :


a
b
c
d

Emotional turbulent families


Stressful life event
Diskriminasi
Kemiskinan

Kode

Istilah

Contoh pada orang

Tidak ditentukan

Tidak ada

Sedikit

Ringan

Tidak ada data, atau tak dapat


diterapkan
Tidak ada stressor psikososial
yang berarti
Pinjaman
uang
sedikit,
pelanggaran lalu-lintas
Pindah rumah, pindah bekerja,
penggantian jam kerja,
pertengkaran dengan tetangga

Sedang

Kematian kawan dekat,


kehamilan,
kesukaran
seksual

Berat

Sangat berat

Mala petaka

Menderita penyakit, cedera


berat pada diri sendiri atau
anggota keluarga, bangkrut,
pernikahan paksa, ekonomi
tidak cukup untuk ongkos sehari
hari
Kematian pasangan hidup,
perceraian, kematian anak,
masuk penjara
Bencana
alam,
kematian
beberapa anggota keluarga

Contoh pada
anak/remaja
Tidak ada data, atau tak dapat
diterapkan
Tidak ada stresor psikososial
yang berarti
Berlibur dengan keluarga,
ulangan rutin di sekolah
Pengawasan orang tua yang
kurang
efektif,
ulangan
umum,
memasuki
tahun
ajaran barn
Pindah
rumah,
pindah
sekolah, pertengkaran orang
tua, saudara sakit orang tua
menikah lagi mencari nafkah
tambahan
Perceraian
orang
tua,
perawatan di RS, kematian
kawan dekat, disiplin terlalu
ketat, anggota keluarga sakit
berat, putus sekolah
Kematian orang tua
saudara, perkosaan,

atau

Kematian
beberapa
anggota keluarga

Klasifikasi
Berdasar PPDGJ III
F20.0 Skizofrenia Paranoid
memenuhi kriteria umum dx skizofrenia
tdpt halusinasi dan/waham menonjol
a halusinasi auditorik (fonema/akoasma)
b halusinasi pembauan, pengecapan, haptik, taktil,dan visual tdk
menonjol
c semua
jenis
waham.Khas:
waham
pengendalian(dikendalikan,dipengaruhi,takberdaya),
wahamkejar/persekutorik (ditipu,diancam,disiksa),dan waham curiga.
ggn afektif, dorongan kehendak, pembicaraan, gejala kataton tdk menonjol.

F20.1 Skizofrenia hebefrenik


memenuhi kriteria umum skizofrenia
onset remaja/dws muda 15-25 thn
pramorbid pemalu dan senang menyendiri (solitary)
perlu pengamatan 2-3 bln gejala berikut bertahan:

tdk bertanggung jawab, tdk dpt diprediksi, mannerisme, hampa tujuan


dan perasaan.
afek dangkal, tdk wajar, senyum sendiri cekikikan(giggling), perasaan
puas diri, tinggi hati (lofty manner), mannerisme, gurau,
hipokondriakal, mengulang ungkapan.
disorganisasi proses pikir,pembicaran tdk menentu, inkoherensi
ggn proses pikir, kehendak, dan afektif menonjol, waham dan halusinasi tdk
menonjol. Khas: perilaku tanpa tujuan, tanpa maksud, preokupasi tema
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya.
F20.2 Skizofrenia Katatonik
memenuhi kriteria umum skizofrenia
klinis didominasi 1/> perilaku sbb:
stupor atau mutisme
gaduh gelisah, aktivitas meningkat tanpa tujuan
posisi tubuh ttt tdk wajar aneh
negativism
rigiditas atau kekakuan dlm pergerakan.
fleksibilas cerea/waxy flexibility.
kepatuhan otomatis, pengulangan kata/kalimat
Tdk tdpt penyakit otak, ggn metabolik, alkohol dan obat-obatan serta ggn
afektif.
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
memenuhi dx umum skizofrenia
tdk memenuhi kriteria dx skiz paranoid, hebefrenik, katatonik
tdk memenuhi kriteria skizofrenia residual dan depresi pasca skizofrenia.
F20.4 Depresi pasca skizofrenia
terdapat sbb:
a gejala skizofrenia 12 bulan terakhir ini
b gejala tsbt tdk mendominasi gambaran klinis
c gejala depresi menonjol dan mengganggu minimal 2 mgg
bila gejala skizofrenia tdk ada episode depresi (F32), bila gejala jelas
skizofrenia (F20.0-F20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
a gejala negatif menonjol:
perlambatan psikomotor,aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif tanpa
inisiatif, miskin bicara, kontak non verbal buruk (ekspresi muka, mata, suara,
posisi tubuh, kinerja sosial dan perawatan diri).
b riwayat psikotik masa lampau yg sesuai skizofrenia sedikitnya telah
melampaui 1 thn, waham dan halusinasi tdk menonjol dan timbul gejala
negatip.
c tdk terdapat: demensia, penyakit/ggn otak organic lain dan deprersi kronis
F20.6 Skizofrenia Simpleks
gejala negatif dari skizofrenia residual tanpa didahului gejala positif
halusinasi dan waham
tdpt perubahan perilaku pribadi yg bermakna: hilang minat, tanpa aktivitas,
tanpa tujuan hidup, penarikan diri scr sosial.
tdk ada gejala psikotik yg jelas dari sub tipe skizofrenia.

F20.8 Skizofrenia Lainnya


F20.9 Skizofrenia YTT
Patogenesis

Patogenesis skizoprenia melibatkan system dopaminergik dan serotonergik (more


recently : glutamat)

Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizoprenia :


Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas sistem dopaminergik
Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan gejala positif
Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal bertanggungjawab
thd gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal
Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2) dijumpai
peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien skizoprenia
Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik
bertanggungjawab terhadap gejala positif
Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas dopaminergik pada
sistem mesocortik bertanggung-jawab terhadap gejala negative
KAPLAN & SADOCK
Ada banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh
berbagai sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental
Disorder IV-TR, gejala khas skizofrenia berupa adanya:
1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi
yang tidak sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama,
dan budaya pasien atau masyarakat umum)
2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)
3. Pembicaraan kacau
4. Perilaku kacau
5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan
emosi, kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)
Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR
(2008) adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit
6 bulan, tidak termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk
gangguan karena zat atau karena kondisi medis, dan bila ada riwayat
Autistic

Disorder

atau

gangguan

perkembangan

pervasive

lainnya,

diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi


yang menonjol selama paling tidak 1 bulan.
Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu:
1. Gejala Primer, yang meliputi:
a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada

skizofrenia inti, gangguan memang terdapat pada proses pikiran.


b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa:
1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa
senang dan gembira, pada penderita malah menimbulkan rasa
sedih atau marah.
2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis
c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita
skizofrenia memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat
mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak dalam sebuah
situasi menekan. Gangguan kemauan yang timbul antara lain:
1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau
berlawanan terhadap suatu permintaan.
2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang
berlawanan pada waktu yang bersamaan.
3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi
oleh orang lain atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia
melakukannya secara otomatis.
d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik.
Sebetulnya

gejala

katatonik

sering

mencerminkan

gangguan

kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat


gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.
2. Gejala Sekunder, yang meliputi:
a. Waham.
Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali
dan sangat bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk
dia wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh
siapapun.
b. Halusinasi.
Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan
kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak
dijumpai pada keadaan lain.
Menurut Bleuler, seseorang didioagnosa menderita skizofrenia apabila
terdapat gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada unsur-unsur
kepribadian yang diperkuat dengan adanya gejala-gejala sekunder.
Menurut Kut Schneider, terdapat 11 gejala skizofrenia yang terdiri dari
2 kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok A, halusinasi pendengaran, yaitu:


a. Pikirannya dapat didengar sendiri
b. Suara-suara yang sedang bertengkar
c. Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita
2. Kelompok B, gangguan batas ego, yang meliputi:
a. Tubuh dan gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
b. Pikirannya diambil keluar
c. Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain
d. Pikirannya diketahui oleh orang lain
e. Perasaannya dibuat oleh orang lain
f.

Kemauannya dipengaruhi orang lain

g. Dorongannya dikuasai orang lain


h. Persepsi yang dipengaruhi oleh waham
Menurut

Kut

Schneider,

seseorang

bisa

didiagnosa

penderita

skizofrenia bila ada gejala dari kelompok A dan Kelompok B, dengan syarat
kesadaran penderita tidak menurun.
Gejala lain yang diungkap adalah:
1.

Gejala-Gejala Positif, yaitu penambahan fungsi dari batas normal, meliputi:


a.

Delusi.
Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang dianggap
misinterpretasi

terhadap

realitas.

Delusi

memiliki

bermacam-

macam bentuk, yaitu delusion of grandeur (waham kebesaran)


yaitu keyakinan irasional mengenai nilai dirinya, delusion of
persecution yaitu yakin dirinya atau orang lain yang dekat
dengannya diperlakukan dengan buruk oleh orang lain dengan cara
tertentu, delusion of erotomanic yaitu keyakinan irasional bahwa
penderita dicintai oleh seseorang yang lebih tinggi statusnya,
delusion of jealous yaitu yakin pasangan seksualnya tidak setia, dan
delusion of somatic yaitu merasa menderita cacat fisik atau kondisi
medis tertentu.
b.

Halusinasi
Gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual dimana berbagai
hal dilihat didengar, atau diindera meskipun hal-hal itu tidak real
(benar-benar ada).

2.

Gejala-Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal,

meliputi:

a.

Avolisi
Yaitu

apati

atau

ketidakmampuan

untuk

memulai

atau

mempertahankan kegiatan-kegiatan penting.


b.

Alogia
Yaitu pengurangan dalam jumlah atau isi pembicaraan.
c. Anhedonia
Yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan yang terkaitu
dengan beberapa gangguan suasana perasaan dan gangguan
skizofrenik.
d. Afek Datar
Yaitu tingkah laku yang tampak tanpa emosi.

3.

Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi:


a.

Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)


Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia
termasuk inkoherensi dan ketiadaan pola logika yang wajar.

b.

Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang

disorganisasi
Afek yang tidak pas merupakan ekspresi emosi yang tidak sesuai
dengan aslinya. Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang tidak
lazim

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a

- thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau


bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;

- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan


oleh
suatu
kekuatan
tertentu
dari
luar;
atau
- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran,
tindakan,
atau
penginderaan
khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak

wajar, yang bermakna sangat


bersifatmistik atau mukjizat;
c

khas

bagi

dirinya,

biasnya

Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus


terhadap perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri


(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya


setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a

halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila


disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;

arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;

perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),


posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;

gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang


jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (selfabsorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

SKIZOFRENIA
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang kompleks dan banyak aspek
tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat dipahami sepenuhnya.
Sebagai suatu sindrom, pendekatan skizofrenia harus dilakukan secara
holistik dengan melibatkan aspek psikososiai, psikodinamik, genetik,
farmakologi, dan lain-lain.
Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk mendapatkan hasil
terapi yang optimal, klinikus perlu memperhatikan beberapa fase simptom
gangguan skizofrenia, yaitu : fase prodromal, fase aktif dan fase residual.
Hasil akhir yang ingin dicapai adalah penderita skizofrenia dapat kembali
berfungsi dalam bidang pekerjaan, sosial dan keluarga.
Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya
berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran,
persepsi
serta
emosi
Epidemioiogi
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari
1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya
terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai
25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk
pada laki laki dibandingkan wanita.
Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia
menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah
penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita
skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10%
berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala
depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30%


sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar
penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang
buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan
pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah
adiksi nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%).
Penderita skizofrenia yang merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi
karena rokok meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga
menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan mengatakan skizofrenia lebih
banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian tidak
dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap
Skizofrenia.
Etiologi
Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor
psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang
memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi
skizofrenia.

a Faktor Biologi
1

Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering
mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan
kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus
pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian
mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua
kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

b Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap
gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun
antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi
sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan
pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia
disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.

Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
diethylamide
(LSD)
yaitu
suatu
zat
yang
bersifat
campuran
agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan
psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada
skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal
clozapine yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.

d Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik
dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit
berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan
massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan
aktifitas metabolik. Pemenksaaninikroskopis dan jaringan otak ditemukan
sedikit perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul pada masa
prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma
otak setelah lahir.
e Genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1%
dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai
hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun
perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan
derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan
lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai
65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%.
Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang
tua 12%.
Faktor resiko penyakit ini termasuk :
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan
diri, dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang
sangat kecil.
5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah
karena dideritanya gangguan ini

Gambaran klinis

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase


prodromal, fase aktif dan fase residual.
Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang
lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan,
fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.
Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah
keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang
dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.
Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir
semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat
pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat
mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.
Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama
dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang.
Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta
skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara
spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial)
Patofisiologi

Diagnosis:
Dikenal sebagai gangguan psikologis sejak awal 1800-an.
Kraepelin menyatakan skizofrenia sebagai gangguan akibat kemunduran
fungsi otak lebih awal yang disebut dementia precox (precocious dementia).
Eugen Bleuler: schizophrenia berasal dari bahasa Yunani, Schizein = terbelah
dan phren = pikiran. Maka skizofrenia adalah gangguan berupa terbelahnya
fungsi psikis dari asosiasi mental, pikiran, dan emosi. Sekarang diagnosa
berdasar kriteria dari DSM-IV, yaitu: adanya gejala yang parah paling tidak
selama 1 bulan dan munculnya beberapa gejala paling tidak selama 6 bulan
terakhir.
A Gejala dasar: 2 atau lebih gejala berikut paling tidak selama 1 bulan.
a

Delusi

Halusinasi

Bicara kacau

Motorik kasar terganggu atau perilaku katatonik

Gejala negative

B Fungsi sosial/pekerjaan: gangguan nyata dalam pekerjaan, prestasi


belajar, hubungan interpersonal, dan atau perawatan diri sendiri.
C Durasi: gangguan berlanjut paling tidak selama 6 bulan, minimal 1 bulan
dalam periode ini menunjukkan gejala yang masuk criteria A.
PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-lll

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a

- thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau


bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;

- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan


oleh
suatu
kekuatan
tertentu
dari
luar;
atau
- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran,
tindakan,
atau
penginderaan
khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya
bersifatmistik atau mukjizat;

Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus


terhadap perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri


(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya


setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a

halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila


disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;

arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;

perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),


posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;

gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang


jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (selfabsorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Prognosis
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan
orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara
umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan
35% mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat
memprediksi siapa yang akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor


pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala
depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik
dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan onset
muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk,
autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem
pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam
3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang
buruk.
Terapi / Tatalaksana
I. Psikofarmaka
Pemilihan obat Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek
primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada
efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan
jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat
antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah
optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat
antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis
ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis
sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka
dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih
menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal,
Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif
pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping
ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang
beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG
ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,
nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan
gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping
berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar
prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat
badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I
menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan
kabur gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi
potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg
diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide.
Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala
dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah
bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan
thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah,
hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin
antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin
dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan
rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala

negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine,
quetiapine dan rispendon.

Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o

Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu


Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam

Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar)
sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.

Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc


atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna
untuk pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi
pemeliharaan.

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis
anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom
psikosis reda), dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis
optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan
setiap 2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2
tahun ( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off
(dosis
diturunkan
2-4ininggu)
lalu
stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi
pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat
kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat
antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun
setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian
mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung,
mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi
dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin
0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

II. Terapi Psikososial


Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual
o

Terapi suportif

Sosial skill training

Terapi okupasi

Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok

Psikoterapi keluarga

Manajemen kasus

Assertive Community Treatment (ACT)

Klasifikasi Skizofrenia
Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan
kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan
kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3
Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna,
F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.
F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman diagnostik
-

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
a

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau


memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing).

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat


seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham


dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity (delussion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta


gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Diagnosa Banding :
-

Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan

Keadaan paranoid involusional (F22.8)

Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik


Pedoman Diagnostik
-

Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia


remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas: pemalu dan senang


menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini

Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2


atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini memang benar bertahan :

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan,


serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris)
dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan.

Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering


disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (selfsatisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau
sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces),
manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulangulang (reiterated phrases).

Proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang


tak menentu (rambling) dan inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir


biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak
menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud
(empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of
puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-

buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak


mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

lainnya,

makin

F20.2 Skizofrenia Katatonik


Pedoman Diagnostik
-

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinis:

Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan


dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak
berbicara).

Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan


yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal).

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan


mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh).

Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif


terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau
pergerakan kea rah yang berlawanan).

Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan


upaya menggerakkan dirinya).

Fleksibilitas cerea /wax flexibility (mempertahankan anggota


gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar), dan

Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan


secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata
serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari


gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk
diagnostic untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh
penyakit otak, gangguan metabolic, atau alcohol dan obat-obatan, serta
dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

F20.3 Skizofrenia Tak Terinci (undifferentiated )

Pedoman diagnostik :
-

Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,


katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi


pasca skiszofrenia.

F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia


Pedoman diagnostik
-

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:


a

Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum


skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini.

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi


mendominasi gambaran klinisnya), dan

Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling


sedikit criteria untuk episode depresi(F32.-) dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis


menjadi Episode Depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai (F20.0-F20.3).

F20.5 Skizofrenia Residual


Pedoman diagnostik:
-

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di


penuhi semua:
a

Gejala Negatif dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan


psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi
muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri,
dan kinerja sosial yang buruk.

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas


dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia

Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik


lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia Simpleks


Pedoman diagnostik
-

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena


tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari:
o

gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual (lihat F20.5 diatas)
tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain
dari episode psikotik, dan

disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang


bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub tipe
skisofrenia lainnya.

F20.8 Skizofrenia Lainnya


F20.9 Skizofrenia YTT.
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan
khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul.
1

Simtom positif
Waham
Kekacauan proses pikir
Perilaku halusinasi
Gaduh gelisah
Waham/ide kebesaran
Kecurigaan/kejaran
Permusuhan
Simtom negatif
Afek tumpul
Penarikan emosional
Kemiskinan rapport

Penarikan diri dari hubungan sosial secara pasif/apatis


Kesulitan dalam pemikiran abstrak
Kurangnya spontanitas dan arus percakapan
Pemikiran stereotipik
Simtom psikopatologi umum
Kekhawatiran somatis
Ansietas
Rasa bersalah
Ketegangan (tension)
Mannerisme dan sikap tubuh
Depresi
Retardasi motorik
Ketidakkooperatifan
Isi pikiran yang tidak biasa
Disorientasi
Perhatian buruk
Kurangnya daya nilai dan daya tilikan
Gangguan dorongan kehendak
Pengendalian impuls yang buruk
Preokupasi
Penghindaran sosial secara aktif

Stahl membagi simtom skizofrenia atas 5 dimensi6:


1. Simtom positif
2. Simtom negatif
3. Simtom kognitif
4. Simtom agresif
5. Ansietas/depresi

Subtipe skizofrenia
Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Fourth Edition Text
Revised (DSM-IV-TR) membagi skizofrenia atas subtipe secara klinik,
berdasarkan kumpulan simtom yang paling menonjol.
Pembagian subtipe skizofrenia:
1. Tipe katatonik
Yang menonjol simtom katatonik.
2. Tipe disorganized

Adanya kekacauan dalam bicara dan perilaku, dan afek yang tidak sesuai
atau datar.
3. Tipe paranoid
Simtom yang menonjol merupakan adanya preokupasi dengan waham atau
halusinasi yang sering.
4. Tipe tak terinci (undifferentiated)
Adanya gambaran simtom fase aktif, tetapi tidak sesuai dengan criteria untuk
skizofrenia katatonik, disorganized, atau paranoid. Atau semua kriteria untuk
skizofrenia katatonik, disorganized, dan paranoid terpenuhi.
5. Tipe residual
Merupakan kelanjutan dari skizofrenia, akan tetapi simtom fase aktif tidak lagi
dijumpai.

PERJALANAN SKIZOFRENIA
Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang melalui
fase-fase:
1. Fase premorbid
Pada fase ini, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan normatif.
2. Fase prodromal
Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat
muncul simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam
beberapa minggu atau bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini rerata
antara 2 sampai 5 tahun.
Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang
mendasar (pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul simtom yang
nonspesifik, misal gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi,
konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan adanya defisit perilaku
misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial. Simtom positif
seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah
mendekati mulai menjadi psikosis.
3. Fase psikotik
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase
stabilisasi dan kemudian fase stabil.

Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya


dijumpai adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan
pikiran yang kacau. Simtom negatif sering menjadi lebih parah dan individu
biasanya tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas.
Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukan
acute treatment.
Pada fase stabil terlihat simtom negatif dan residual dari simtom positif. Di
mana simtom positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah
dibandingkan pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai
asimtomatis, sedangkan individu lain mengalami
simtom nonpsikotik misalnya, merasa tegang (tension), ansietas, depresi,
atau insomnia.

PEMAKAIAN ANTIPSIKOTIK
Skizofrenia adalah suatu gangguan yang berlangsung lama dan fase
psikotiknya memiliki:
Fase akut
Fase stabilisasi
Fase stabil
Penanggulangan memakai antipsikotik diindikasikan terhadap semua fase
tersebut.
Antipsikotik dibedakan atas:
1

Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama)


Klorpromazin
Flufenazin
Tioridazin
Haloperidol
dan lain-lain
2 Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua)
Klozapin
Olanzapin
Risperidon
Quetapin
Aripiprazol
dan lain-lain
Pemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah mengalami
pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini pilihan

beralih ke antipsikotik atipikal, yang dinyatakan lebih superior dalam


menanggulangi simtom negatif dan kemunduran kognitif.

Adanya perbedaan efek samping yang nyata antara antipsikotik atipikal dan
antipsikotik tipikal. Antipsikotik atipikal:
Menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis.
Lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik,
misalnya pertambahan berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma
metabolik.
Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan sesegera mungkin, bila
memungkinkan secara klinik, karena eksaserbasi psikotik akut melibatkan distres
emosional, perilaku individu membahayakan diri sendiri, orang lain, dan merusak
sekitar.
Individu terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kondisi fisik, vital signs, dan
pemeriksaan laboratorium dasar, sebelum memperoleh antipsikotik.

PENANGGULANGAN BERDASARKAN FASE


Penanggulangan skizofrenia memakai antipsikotik berdasarkan fase:
1 Fase akut
- Lama: 4-8 minggu.
- Simtom psikotik akut: halusinasi, waham, pembicaraan, dan perilaku
yang kacau.
- Target penanggulangan: mengurangi simtom psikotik dan melindungi
individu dari perilaku psikotik yang berbahaya.
2 Fase stabilisasi
- Lama: 2-6 bulan.
- Simtom mulai berkurang, akan tetapi individu masih vulnerable untuk
mendapat serangan ulang, bila dosis dikurangi atau adanya stressor
psikososial, serta memperhatikan adanya perbaikan dari fungsi-fungsi
individu.
- Target penanggulangan: mengurangi simtom yang masih ada dan
merencanakan pengobatan jangka panjang.
3 Fase stabil
- Lama: tidak terbatas
- Simtom positif sudah minimal atau tidak dijumpai lagi, dan simtom
negatif masih dominan pada gambaran klinik individu.
- Target penanggulangan: mencegah muncul kembali psikosis,
mengurangi simtom negatif dan memfasilitasi individu untuk
rehabilitasi sosial.

MACAM-MACAM STRESSOR

a Penilaian stressor
Didasarkan pada penilaian dokter terhadap stres yang akan dialami oleh
orang rata-rata dengan nilai sosiokultural dan situasi dan situasi yang mirip
saat mengalami stresor psikososial dengan mempertimbangkan jumlah
perubahan kehidupan seseorang karena stresor, derajat mana peristiwa
diharapkan dan dalam kontrol seseorang dan jumlah stresor.
b Macam stresor
i Positif, misalnya kenaikan jabatan
ii Negatif, misalnya kehilangan orang yang dicintai
Sinopsis psikiatri, Kaplan dan Sadock

You might also like