You are on page 1of 134

PEDOMAN

PENYUSUNAN ATURAN POLA


PEMANFAATAN RUANG
(ZONING REGULATION)

Tahun 2004

Penyusun:
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

TIM PENYUSUN

Nama
1.

Ir. Ruchyat Deni Dj.,M.Eng

Lembaga
Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang

2.

Dra. Lina Marlia CES

Direktorat Penataan Ruang Nasional,

3.

Ir. Firman Napitupulu, MURP

Direktorat Penataan Ruang Nasional,

4.

Ir. Eko Yuli Soeprapto, MSc.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang


Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Direktorat Pengembangan Kawasan,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
5.

Ir. Iman Soedradjat, MPM

6.

Ir. Harry Djauhari, CES

Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat,


Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Direktorat Penataan Ruang Wilayah Timur,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang

7.

Ir. Bahal Edison, MT

Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat,


Direktorat Jenderal Penataan Ruang

8.

Ir. Tonno Supranoto, CES

9.

Endra Saleh, ST, MSc.

Bagian Hukum dan Umum,


Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang

10.

Eko Budi K., ST, MSc.

Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat,

11.

Ir. Dwi Hariawan, MSc.

Direktorat Penataan Ruang Wilayah Barat,

12.

Drs. Kristianto Solaiman

Direktorat Penataan Ruang Nasional,

13.

Ir. James Siahaan, MA

Direktorat Jenderal Penataan Ruang


Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Direktorat Penataan Ruang Nasional,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
14.

Indira P. Warpani, ST

Direktorat Penataan Ruang Nasional,


Direktorat Jenderal Penataan Ruang

15.

Sri Nurnaeni, ST

Direktorat Penataan Ruang Nasional,


Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

Dalam
rangka
mempercepat
keberhasilan
penyelenggaraan
desentralisasi,
pemerintah
pusat
terus
berupaya
memenuhi
kewajibannya dalam menyusun NSPM (Norma, Standar, Pedoman,
Manual).
Buku Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning
Regulation) Kawasan Perkotaan ini merupakan salah satu produk
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah di dalam
melaksanakan kewajiban tersebut.
Pedoman ini merupakan acuan operasionalisasi RTRW Kabupaten/Kota
maupun Rencana Detail Tata Ruang dan sebagai pelengkap standar
teknis dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan perkotaan.
Segala masukan, saran dan kritik dalam rangka penyempurnaan
pedoman ini akan sangat kami hargai. Kiranya upaya fasilitasi ini tidak
selesai dengan terbitnya pedoman ini, namun terus diupayakan
perbaikan melalui uji coba dan penyebarluasan kepada semua pihak
yang terkait dengan penataan ruang di kawasan perkotaan
Akhirnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan
pedoman ini, kami mengucapkan terima kasih.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah


Direktur Jenderal Penataan Ruang

Junius Hutabarat
NIP. 110019875

Daftar Isi

ii

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................


Daftar Isi .............................................................................
Daftar Lampiran .......................................................................
Daftar Tabel ............................................................................
Daftar Gambar ........................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1
1.2

1.3
1.4
1.5
BAB 2

Latar Belakang ..................................................I 1


Maksud, Tujuan, dan Sasaran ............................I 2
1.2.1 Maksud ....................................................I 2
1.2.2 Tujuan .....................................................I 2
1.2.3 Sasaran ...................................................I 2
Ruang Lingkup Pedoman ...................................I 2
Manfaat Pedoman .............................................I 3
Sistematika Pedoman ........................................I 3

KETENTUAN UMUM
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5

BAB 3

i
ii
v
vi
vii

Pengertian .........................................................II 1
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning
Regulation) dalam Pembangunan Kota ................II 3
Dasar Hukum.....................................................II 5
Tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang..............II 5
Kedudukan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Dalam Penataan Ruang ......................................II 5

MATERI ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG


(ZONING REGULATION)
3.1 Tipologi Zona...................................................III 1
3.1.1 Kawasan dan Zona .................................III 2
3.1.1.1 Kawasan Permukiman..............III 4
3.1.1.2 Kawasan Perdagangan dan
Jasa .......................................III 6
3.1.1.3 Kawasan Industri ....................III 9

Daftar Isi
3.2

3.3

3.4

iii

iii

3.1.1.4 Kawasan Ruang Terbuka..........III 11


Norma Zona.....................................................III 12
3.2.1 Kawasan Permukiman.............................III 12
3.2.2 Kawasan Perdagangan dan Jasa..............III 13
3.2.3 Kawasan Industri....................................III 13
3.2.4 Kawasan Ruang Terbuka.........................III 14
Kriteria Zona
........................................III 14
3.3.1 Kawasan Permukiman ............................III 14
3.3.2 Kawasan Perdagangan dan Jasa..............III 16
3.3.3 Kawasan Industri....................................III 16
3.3.4 Kawasan Ruang Terbuka.........................III 17
Ketentuan Penggunaan Kawasan ......................III 19
3.4.1 Kawasan Permukiman ..........................III 19
3.4.1.1 Identifikasi Paket Penggunaan
Kawasan Permukiman .............III 19
3.4.1.2 Peraturan Penggunaan Kawasan
Permukiman ...........................III 20
3.4.1.3 Peraturan Penggunaan Tambahan
Kawasan Permukiman .............III 20
3.4.1.4 Peraturan Penyediaan Fasilitas
Lingkungan Permukiman ........ III 21
3.4.1.5 Peraturan Teknis Pembangunan
Kawasan Permukiman .............III 21
3.4.2 Kawasan Perdagangan dan Jasa ............III 22
3.4.2.1 Identifikasi Paket Penggunaan
Kawasan Perdagangan dan
Jasa........................................III 22
3.4.2.2 Peraturan Penggunaan Kawasan
Perdagangan dan Jasa .............III 23
3.4.2.3 Peraturan Teknis Pembangunan
Kawasan Perdagangan dan
Jasa .......................................III 23
3.4.3 Kawasan Industri .................................III 25
3.4.3.1 Identifikasi Paket Penggunaan
Kawasan Industri ....................III 25
3.4.3.2 Peraturan Penggunaan Kawasan
Industri ..................................III 25
3.4.3.3 Peraturan Penggunaan Tambahan
Kawasan Industri ....................III 26
3.4.3.4 Peraturan Teknis Pembangunan
Kawasan Industri ....................III 28
3.4.4 Kawasan Ruang Terbuka ......................III 29
3.4.4.1 Identifikasi Paket Penggunaan

Daftar Isi

iv

iv

Kawasan Ruang Terbuka .........III 29


3.4.4.2 Peraturan Penggunaan Kawasan
Ruang Terbuka .......................III 30
3.4.4.3 Peraturan Teknis Pembangunan
Kawasan Ruang Terbuka .........III 30
BAB 4

PROSES PENETAPAN ATURAN POLA PEMANFAATAN


RUANG (ZONING REGULATION)
4.1 Kondisi Awal
........................................IV 1
4.2 Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang
........................................IV 2
4.2.1 Persiapan
........................................IV 2
4.2.2 Pengumpulan Data/Informasi dan
Analisa
........................................IV 2
4.2.3 Perumusan Rancangan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang .............................IV 5
4.2.4 Pembahasan Rancangan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang..............................IV 5
4.2.5 Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang
........................................IV 5
4.3 Muatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ...........IV 6
4.4 Pemanfaatan ..................................................IV 10
4.5 Pengendalian ..................................................IV 11
4.6 Peninjauan Kembali..........................................IV 11

BAB 5

KELEMBAGAAN
5.1 Kewenangan Penyusunan dan Penetapan
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang .......................V 1
5.1.1 Kewenangan Penyusunan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang..............................V 1
5.1.2 Kewenangan Penetapan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang..............................V 2
5.2 Peran Serta Masyarakat ...................................V 4
5.2.1 Hak dan Kewajiban ...............................V 4
5.2.2 Bentuk Peran Serta Masyarakat .............V 5
5.2.3 Sosialisasi Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang
........................................V 5

Daftar Isi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Peraturan Penggunaan pada Kawasan Permukiman

LAMPIRAN 2

Peraturan Teknis
Permukiman

LAMPIRAN 3

Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan


dan Jasa

LAMPIRAN 4

Peraturan Teknis Pembangunan


Perdagangan dan Jasa

LAMPIRAN 5

Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri

LAMPIRAN 6

Peraturan
Industri

LAMPIRAN 7

Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka

LAMPIRAN 8

Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Ruang


Terbuka

LAMPIRAN 9

Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

Teknis

Pembangunan

Pembangunan

pada

pada

pada

LAMPIRAN 10 Contoh Paket Penggunaan Lahan


LAMPIRAN 11 Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Kawasan

Kawasan

Kawasan

Daftar Isi

vi

vi

DAFTAR TABEL
Tabel III.1

Pembagian Kawasan dan Paket PenggunaannyaIII 33

Daftar Isi

vii

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Keterkaitan Penataan Ruang secara Fungsi Utama


dan Administratif ...........................................II 4

Gambar 2.2

Kedudukan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning

Regulation) dalam Penataan Ruang Kota ........II 6


Gambar 3.1

Contoh Perumahan Taman .............................III 4

Gambar 3.2

Contoh Perumahan Renggang .......................III 5

Gambar 3.3

Contoh Perumahan Deret ...............................III 5

Gambar 3.4

Contoh Rumah Susun (1) ...............................III 6

Gambar 3.5

Contoh Rumah Susun (2) ...............................III 6

Gambar 3.6

Contoh Zona Pemerintah ................................III 7

Gambar 3.7

Contoh Zona Komersial Perkantoran ...............III 8

Gambar 3.8

Contoh Zona Komersial Pertokoan ..................III 8

Gambar 3.9

Contoh Zona Komersial Sentra........................III 9

Gambar 3.10

Contoh Zona Industri Taman .........................III 10

Gambar 3.11

Contoh Zona Industri Ringan .........................III 11

Gambar 3.12

Contoh Zona Industri Berat ............................III 12

Gambar 3.13

Contoh Zona Industri Perpetakan Kecil............III 13

Gambar 3.14

Contoh Ruang Terbuka Hijau Binaan ...............III 13

Gambar 3.15

Contoh Ruang Terbuka Tata Air ......................III 14

Gambar 4.1

Lingkup Kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang Kawasan Perkotaan .............................IV 4

Gambar 5.1

Bagan Instansi Penyusun Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang.......................................V 3

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

ekanisme pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah


dititikberatkan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana
ditetapkan dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Karena itu, Pemerintah Daerah adalah pelaksana utama pembangunan,
termasuk melaksanakan penataan ruang kota.
Berdasarkan UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan UU
No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah menyusun Rencana Tata
Ruang
Kawasan
Perkotaan.
Untuk
dapat
mengefektifkan
pelaksanaannya, diperlukan suatu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
(Zoning Regulation) sebagai alat operasional rencana tata ruang.
Untuk membantu Pemerintah Kota dalam mengelola Kawasan
Perkotaan, diperlukan suatu pedoman sebagai rujukan teknis, yang
dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan karakteristik dan atau
kebutuhan kota yang bersangkutan.
Kebutuhan akan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang semakin mendesak
sejalan dengan tingkat perkembangan kota-kota di Indonesia terutama
kota sedang, kota besar, dan metropolitan.y
Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk melaksanakan pembangunan
kota yang lebih harmonis dan mampu mengantisipasi berbagai dampak
yang timbul, terutama pada kota sedang, kota besar, dan kota
metropolitan, maka perlu disusun Pedoman Penyusunan Aturan

Pola Pemanfaatan
Perkotaan.

Ruang

(Zoning

Regulation)

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Kawasan

Pendahuluan

1.2

I-2

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

1.2.1 Maksud
Pedoman ini dimaksudkan untuk mengatur pemanfaatan ruang kawasan
perkotaan. Sementara struktur ruang kawasan perkotaan (seperti sistem
jaringan jalan, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, dan lain-lain)
diatur tersendiri dalam ketentuan sektor terkait. Pedoman ini disusun
untuk melengkapi standar-standar dan acuan/pedoman penataan ruang
maupun literatur/studi yang telah ada sebagai bahan rujukan kegiatan
perencanaan penataan ruang kota.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pedoman ini adalah :
1.

Memberikan pengertian dan isi tentang Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan;

2.

Merumuskan proses penyusunan dan pengesahan Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan;

3.

Memberikan rujukan teknis kebutuhan akan


pengaturannya untuk berbagai kegiatan kota.

ruang

serta

1.2.3 Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah tersedianya Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang (Zoning Regulation) dalam rangka menyusun Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan, dan atau menjabarkan Rencana Tata Ruang
ke dalam rencana operasional pemanfaatan ruang.

1.3

RUANG LINGKUP PEDOMAN

Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning


Regulation), yang terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan
fungsional).
1.
2.
3.
4.

Zona dasar di Indonesia pada umumnya terdiri dari :


kawasan permukiman,
kawasan perdagangan dan jasa,
kawasan industri, dan
kawasan ruang terbuka.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Pendahuluan

I-3

Sedangkan kawasan lainnya yang memerlukan pengaturan khusus,


seperti misalnya: kawasan pendidikan, kawasan cagar budaya, kawasan
situs prasejarah, kawasan bandar udara, kawasan militer, dan
sebagainya akan/telah diatur dalam pedoman tersendiri.
Materi yang akan diatur dalam pedoman ini meliputi :

pedoman pemanfaatan lahan pada setiap zona sampai dengan blok


peruntukan, yang dilengkapi dengan ketentuan teknis yang
menyertainya, serta pengendaliannya;

institusi yang berperan dalam pengaturan zoning;

proses penyusunan mulai dari kegiatan persiapan, hingga proses


legalisasinya.

Pedoman ini merupakan bagian dari Pedoman Rencana Tata Ruang


Wilayah
Kabupaten/Kawasan
Perkotaan
(Kepmen
Kimpraswil
no.327/M/KPTS/2002). Pedoman ini akan mengatur persyaratan Pola
Pemanfaatan Ruang di setiap blok atau petak peruntukan yang
ditetapkan di Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kawasan
Perkotaan.

1.4

MANFAAT PEDOMAN

Pedoman ini bermanfaat bagi :


1.

aparat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengoperasikan


Rencana Tata Ruang sebagai acuan untuk kegiatan pemanfaatan
ruang termasuk perijinan;

2.

para pelaku pembangunan lainnya termasuk pengusaha.

1.5

SISTEMATIKA PEDOMAN

Pedoman ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan sistematika :

Bab 1

Pendahuluan, berisikan latar belakang penyusunan pedoman;

maksud, tujuan, dan sasaran pedoman; ruang lingkup


pedoman, manfaat pedoman, dan sistematika pembahasan
pedoman.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Pendahuluan

I-4

Bab 2

Ketentuan Umum, membahas pengertian-pengertian umum

Bab 3

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning


Regulation), berisikan uraian mengenai zona dasar, norma,

mengenai Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan,


dan kedudukannya dalam penataan ruang kota.

dan kriterianya, serta ketentuan penggunaan dan ketentuan


teknis dari masing-masing zona.

Bab 4

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang,

Bab 5

Kelembagaan, menjelaskan mengenai instansi penyusun

berisikan uraian mengenai kegiatan yang harus dilakukan


dalam penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang suatu
kawasan
perkotaan,
dimulai
dari
tahap
persiapan,
pengumpulan data/informasi dan analisis, sampai pada tahap
perumusan pengaturan zoning.

Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, peran serta masyarakat,


proses legalisasi, sosialisasi, dan juga prosedur peninjauan
kembali suatu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang telah ada.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

BAB 2
KETENTUAN UMUM

2.1

PENGERTIAN

Ruang adalah wadah secara keseluruhan yang meliputi ruang


daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu-kesatuan
wilayah, dengan interaksi sistem sosial (yang meliputi manusia
dengan seluruh kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya) dengan
ekosistem (sumber daya alam dan sumber daya buatan)
berlangsung.

Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang,


baik direncanakan maupun tidak.

Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

ruang,

segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya


ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek
fungsional.

Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau


budidaya.

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi


utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan


fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Ketentuan Umum

II - 2

Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan


susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.

Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan


utama bukan pertanian. Di Indonesia pada umumnya, Kawasan
Perkotaan terdiri dari beberapa kawasan fungsional (kawasan
permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri,
ruang terbuka, dan kawasan lain dengan fungsi khusus).

Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara


nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya
diprioritaskan.

Zona adalah :
1.
2.
3.

4.

Kategori penggunaan atau aktivitas lahan, bangunan, struktur


atau aktivitas yang diijinkan oleh hukum yang berlaku;
Suatu area yang digambarkan dalam sebuah Peta Rencana
Zoning serta disusun dan dirancang berdasarkan suatu
peraturan untuk penggunaan khusus;
Suatu area dalam hubungannya dengan ketetapan peraturan
terkait; penggunaan tertentu dari suatu lahan, bangunan dan
struktur diijinkan dan penggunaan lainnya dibatasi, dimana
lapangan dan lahan terbuka diwajibkan; sementara untuk
kapling, batas ketinggian bangunan dan persyaratan lainnya
ditetapkan, semua yang terlebih dahulu diidentifikasikan untuk
zona dan wilayah dimana penggunaan dilakukan;
Bagian wilayah kota, jalan, gang, dan jalan umum lainnya,
yang merupakan penggunaan tertentu dari suatu lahan, lokasi
dan bangunan tidak diijinkan, dimana lapangan tertentu dan
ruang terbuka diwajibkan dan batas ketinggian bangunan
tertentu ditetapkan.

Zoning adalah pembagian wilayah ke dalam beberapa kawasan

sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi


pengembangan fungsi-fungsi lain.

Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) adalah


ketentuan yang mengatur klasifikasi zoning dan penerapannya ke
dalam ruang kota, pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan
lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan.

Blok Peruntukan/Persil adalah satu persil atau lebih dari satu


persil yang berdampingan dengan satu kepemilikan.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Ketentuan Umum

II - 3

Petak Peruntukan adalah bagian dari blok peruntukan dengan


penggunaan tertentu yang menunjang kegiatan dari blok
peruntukannya.

2.2 ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG (ZONING


REGULATION) DALAM PEMBANGUNAN KOTA
Pedoman penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan yang
terdapat di Indonesia membedakan jenis rencana tata ruang kota ke
dalam:
(i) Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan;
(ii) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang
Kawasan Perkotaan;
(iii) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan; dan
(iv) Rencana Teknik Ruang Kawasan Perkotaan/Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan.
Kendala yang dihadapi Pemerintah Kota atau Kabupaten di Indonesia
dengan adanya rencana tata ruang kawasan perkotaan berjenjang
demikian adalah keterbatasan kemampuan di dalam menyusun semua
jenjang rencana serta tidak fleksibelnya rencana tata ruang kawasan
perkotaan di dalam menghadapi perkembangan yang terjadi; termasuk
pula di dalam menjembatani rencana-rencana tata ruang tersebut ke
dalam langkah operasional pelaksanaan pembangunan. Untuk itu
diperlukan program tindak pelaksanaan dan pengendaliannya agar
sesuai dengan rencana tata ruang. Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini
juga dapat berperan dalam evaluasi perijinan yang ada agar dapat
menyelaraskannya dengan rencana tata ruang. Di dalam kenyataannya,
aspek pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kota memerlukan
pengaturan teknis yang dapat dipenuhi melalui Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang.
Dengan demikian, fungsi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang di dalam
pembangunan wilayah perkotaan adalah:
-

sebagai instrumen pengendali pembangunan (pemberian ijin);


sebagai pedoman penyusunan rencana tindak operasional
(pemanfaatan ruang);
sebagai panduan teknis pengembangan lahan.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Ketentuan Umum

II - 4

Keterkaitan penataan ruang baik pada tingkat nasional, provinsi dan


Kabupaten/Kota secara fungsi dan administrasi dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1
Keterkaitan Penataan Ruang
secara Fungsi Utama dan Administratif

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Ketentuan Umum

II - 5

2.3

DASAR HUKUM

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning


Regulation) ini disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu :
-

UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

PP No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional;

PP No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk


Penataan Ruang Wilayah

Kepmen Kimpraswil no. 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam


Pedoman Bidang Penataan Ruang.

2.4

TUJUAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG

Tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah:


- mengatur keseimbangan keserasian pemanfaatan ruang dan
menentukan program tindak operasional pemanfaatan ruang atas
suatu satuan ruang;
- melindungi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat;
- meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan;
- memudahkan pengambilan keputusan secara tidak memihak dan
berhasil guna serta mendorong partisipasi masyarakat (pengendalian
pemanfaatan ruang : pengaturan perijinan).

2.5

KEDUDUKAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG


DALAM PENATAAN RUANG

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Ketentuan Umum

II - 6

Kedudukan aturan pola pemanfaatan ruang dalam penataan ruang kota


diuraikan dalam diagram alir pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2
KEDUDUKAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG
(ZONING REGULATION) DALAM PENATAAN RUANG KOTA

ASPEK
PERENCANAAN
RUANG

1. struktur
pemanfaatan
ruang
(network)
2. pola
pemanfaatan
ruang (function,
density,
intensity)

ASPEK
PEMANFAATAN
RUANG

1. penatagunaan
tanah, air, udara,
dan SDA lainnya
2. pola insentif dan
disinsentif
3. pelaksanaan
program

ASPEK
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG

1. PERIJINAN
2. PENGAWASAN
3. PENERTIBAN

ATURAN POLA
PEMANFAATAN
RUANG (ZONING
REGULATION)

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

BAB 3
MATERI ATURAN POLA
PEMANFAATAN RUANG
(ZONING REGULATION)

3.1

TIPOLOGI ZONA

ateri Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ditetapkan


berdasarkan kondisi kawasan perkotaan yang direncanakan. Semakin
besar dan semakin kompleks kondisi kota, semakin beragam jenis-jenis
zona yang harus diatur.

Pedoman ini meliputi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning


Regulation), yang terdiri dari pengaturan zona dasar (kawasan
fungsional) sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

kawasan
kawasan
kawasan
kawasan

permukiman,
perdagangan dan jasa,
industri, dan
ruang terbuka.

Kawasan-kawasan tersebut dibagi atas beberapa Zona. Jenis zona


tergantung kepada kompleksitas kegiatan pembangunan kota yang
bersangkutan. Semakin beragam jenis kegiatan pada suatu kota, maka
kategori zona akan semakin banyak. Bagian ini akan menguraikan lebih
lanjut mengenai pengertian dari zona.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.1.1

III - 2

Kawasan dan Zona

Semua kepemilikan lahan di dalam kota berada di dalam suatu kawasan.


Penetapan kawasan mengidentifikasi penggunaan-penggunaan yang
diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang
berlaku atasnya.
Tujuan dari sub bab ini adalah menetapkan kawasan-kawasan untuk
membantu memastikan bahwa penggunaan lahan dalam Kota
ditempatkan pada tempat yang benar dan bahwa tersedia ruang yang
cukup untuk setiap jenis pengembangan yang ditetapkan.
Penetapan kawasan-kawasan dimaksudkan untuk :

mengatur penggunaan lahan pada setiap kawasan;


mengurangi dampak negatif dari penggunaan lahan tersebut;
untuk mengatur kepadatan dan intensitas zona;
untuk mengatur ukuran (luas dan tinggi) bangunan; dan
untuk mengklasifikasikan, mengatur, dan mengarahkan hubungan
antara penggunaan lahan dengan bangunan.

Masing-masing zona dasar, dengan tujuan penetapannya dapat dilihat


pada Tabel 3.1.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 3

Tabel III.1
Zona Dasar dan Tujuan Penetapannya
I.

ZONA DASAR
Kawasan
Permukiman

TUJUAN PENETAPAN
Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian
dengan kepadatan yang bervariasi di seluruh wilayah
kota;
Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka
mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan
masyarakat;
Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini
masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan
untuk masa yang akan datang.

II. Kawasan
Perdagangan
dan Jasa

Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja,


pertokoan, jasa, rekreasi, dan pelayanan masyarakat;
Menyediakan peraturan-peraturan yang jelas pada
kawasan Perdagangan dan Jasa, meliputi: dimensi,
intensitas, dan disain dalam merefleksikan berbagai
macam pola pengembangan yang diinginkan
masyarakat.

III. Kawasan
Industri

Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan industri


dan
manufaktur
dalam
upaya
meningkatkan
keseimbangan antara penggunaan lahan secara
ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan
kerja;
Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi
industri baru dan redevelopment proyek-proyek
industri;
Menjamin pembangunan industri yang berkualitas
tinggi, dan melindungi penggunaan industri serta
membatasi penggunaan non industri.

IV. Kawasan
Ruang
Terbuka

Zona yang ditujukan untuk mempertahankan/


melindungi lahan untuk rekreasi di luar bangunan,
sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai
keindahan visualnya;
Preservasi dan perlindungan lahan yang secara
lingkungan hidup rawan / sensitif;
Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya
adalah taman atau ruang terbuka, atau lahan
perorangan yang pembangunannya harus dibatasi
untuk menerapkan kebijakan ruang terbuka, serta
melindungi
kesehatan,
keselamatan,
dan
kesejahteraan publik.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.1.1.1

III - 4

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman antara lain meliputi Zona Perumahan Taman,


Zona Perumahan Renggang, Zona Perumahan Deret, dan Zona
Perumahan Susun, dengan spesifikasi sebagai berikut :
A. Zona
Perumahan
Taman

: Rumah tinggal dengan pekarangan luas, dimaksudkan


agar pengembangan perumahan berkepadatan rendah
sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana kota dapat
dipertahankan.

Contoh : Kota Legenda Wisata Cibubur, Jakarta.

KDB rendah (5 20%).

Gambar 3.1
Contoh Perumahan Taman

Lokasi : Kota Legenda Wisata Cibubur, Jakarta Timur

B. Zona
Perumahan
Renggang

: Perumahan unit tunggal dengan peletakan renggang


ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal
dengan mengakomodasikan berbagai ukuran perpetakan
dan jenis bangunan perumahan serta mengupayakan
peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter, dan
suasana kehidupannya.
KDB menengah (20 50%).

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang


C. Zona
Perumahan
Deret

III - 5

: Perumahan unit tunggal tipe gandeng atau deret dalam


perpetakan kecil dengan akses jalan lingkungan;
Zona ini merupakan peluang transisi antara lingkungan
perumahan unit tunggal dengan lingkungan perumahan
susun kepadatan tinggi.
KDB sangat tinggi (> 75%).

Gambar 3.2
Contoh Perumahan Deret

Lokasi : Cileungsi, Jawa Barat

D. Zona
Perumahan
Susun

: Perumahan unit tunggal banyak dengan kepadatan yang


bervariasi;
Setiap zona perumahan susun dimaksudkan menetapkan
kriteria pembangunan yang mengkonsolidasi tipe-tipe
bangunan spesifik, dan menjawab masalah-masalah
lokasi yang berkenaan dengan rencana penggunaan
lahan di sekitarnya.

Contoh : Rusun Klender, Jakarta Timur; Menara Kelapa


Gading, Jakarta Utara.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 6

Gambar 3.3
Contoh Rumah Susun (1)

Lokasi

: Rumah Susun Kelapa Gading

Gambar 3.4
Contoh Rumah Susun (2)

Lokasi : Menara Kelapa Gading, Jakarta Utara

3.1.1.2

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan Perdagangan dan Jasa antara lain meliputi Zona Bangunan


Pemerintah, Zona Bangunan Perkantoran, Zona Bangunan
Pertokoan, dan Zona Sentra, dengan spesifikasi sebagai berikut :
A. Zona
Bangunan
Pemerintah

Menyediakan area untuk menampung tenaga kerja secara


terbatas, terutama untuk kepentingan pelayanan kepada
warga kota maupun untuk kepentingan nasional dan
internasional.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 7

Gambar 3.5
Contoh Zona Pemerintah

Lokasi : Dep. Kimpraswil, Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

B. Zona
Bangunan
Perkantoran

: Perkantoran menyediakan area untuk menampung


tenaga kerja secara terbatas, penggunaan kegiatan ritel
hanya sebagai penunjang dan diijinkan pembangunan
hunian dengan intensitas sedang sampai tinggi;
Zona ini dimaksudkan untuk diaplikasikan pada pusatpusat kegiatan yang besar atau pada kawasan-kawasan
khusus dimana kegiatan-kegiatan komersial serba ada
tidak dikehendaki.

Contoh : Jl. HR. Rasuna Said,Kuningan, Jakarta Selatan.

Gambar 3.6
Contoh Zona Komersial Perkantoran

Lokasi : Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan


Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang


C. Zona
Bangunan
Pertokoan

III - 8

: Pertokoan
melayani
kegiatan
perdagangan,
perbelanjaan, dan jasa-jasa;
Zona Pertokoan dapat berisi pembangunan hunian yang
berorientasi pada kegiatan perdagangan (ruko) dan
kedekatannya ke tempat-tempat kerja (apartemen);
Penggunaan industri/manufaktur terbatas dalam
intensitas menengah dalam skala kecil sampai sedang.

Gambar 3.7
Contoh Zona Komersial Pertokoan

Lokasi : Kelapa Gading, Jakarta Pusat

D. Zona
Komersial
Sentra

Sentra lokal dan tersier, yang disediakan untuk


kegiatan perbelanjaan dan jasa lokal, terdiri dari tokotoko ritel dan perusahaan-perusahaan jasa pribadi
dengan pilihan yang luas, yang memenuhi kebutuhan
yang sering berulang. Kegiatan ini memerlukan lokasi
yang nyaman berdekatan dengan semua lingkungan
perumahan, relatif tidak menimbulkan pengaruh yang
tidak
dikehendaki
bagi
lingkungan-lingkungan
perumahan yang berdekatan. Dengan demikian zona ini
sangat tersebar di seluruh kota;
Sentra-sentra perbelanjaan kota level utama dan
sekunder, yang menyediakan kebutuhan tempat
perbelanjaan yang sekali-sekali dikunjungi keluarga dan
jasa-jasa yang dibutuhkan pengusaha bisnis yang
tersebar pada area yang luas, dan yang memiliki
sejumlah besar toko yang secara mendasar
membangkitkan lalu-lintas.

Contoh : Ruko Kelapa Gading, Jakarta Utara; Ruko Kota


Wisata Cibubur, Jakarta Timur.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 9

Gambar 3.8
Contoh Zona Komersial Sentra

Lokasi : Rumah Toko di Kota Legenda Wisata Cibubur, Jakarta Timur

3.1.1.3

Kawasan Industri

Kawasan industri antara lain meliputi Zona Industri Taman, Zona


Industri Ringan, Zona Industri Berat, dan Zona Industri
Perpetakan Kecil, dengan spesifikasi sebagai berikut :
A. Zona
Industri
Taman

: Menyediakan
ruang
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan teknologi tinggi dan kegiatan taman bisnis;
Standar pembangunan properti pada zona ini
dimaksudkan untuk membentuk lingkungan menyerupai
kampus yang ditata secara komprehensif dengan
lansekap yang mendasar. Pembatasan-pembatasan pada
penggunaan yang diijinkan dan tata informasi ditetapkan
untuk mengurangi pengaruh komersial.

Contoh : Puspiptek Serpong.

B. Zona
Industri
Ringan

: Menyediakan berbagai kegiatan manufaktur dan distribusi


yang luas;
Standar pembangunan properti pada zona ini
dimaksudkan untuk mendorong pembangunan industri
yang sesuai dengan menyediakan lingkungan yang
menarik, bebas dari dampak yang tidak dikehendaki yang
dihubungkan dengan penggunaan beberapa industri
berat;
Zona industri ringan dimaksudkan untuk mengijinkan
berbagai penggunaan termasuk penggunaan bukan
industri dalam beberapa tempat.

Contoh : industri yang bersifat padat karya seperti


industri sepatu di Cibaduyut, Bandung; industri tas di
Tajur, Bogor; industri gula di Klaten.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 10

Gambar 3.9
Contoh Zona Industri Ringan

Lokasi

C. Zona
Industri
Berat

: Pabrik Gula Gondang Winangun, Klaten

: Menyediakan ruang untuk kegiatan-kegiatan industri


dengan penggunaan lahan secara intensif dengan
mengutamakan sektor dasar manufaktur;
Zona industri berat ini dimaksudkan untuk meningkatkan
penggunaan lahan industri secara efisien dengan standar
pembangunan minimal, menyediakan pengamanan
terhadap properti yang bersebelahan dan masyarakat
pada umumnya;
Zona ini juga membatasi penggunaan-penggunaan bukan
industri yang telah ada agar supaya dapat menyediakan
lahan yang mencukupi bagi penggunaan industri dalam
skala besar.

Contoh : industri tekstil di Bandung, industri kimia di


Gresik.

D. Zona
Industri
Perpetakan
Kecil

: Menyediakan ruang bagi kegiatan industri skala kecil di


dalam area perkotaan;
Zona Industri Perpetakan Kecil mengijinkan penggunaanpenggunaan industri dan bukan industri secara luas
untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan skala
lingkungan hunian dalam pembangunan;
Peraturan pembangunan properti pada zona industri
perpetakan kecil dimaksudkan untuk mengakomodasi
pembangunan industri kecil dan menengah dan kegiatan
komersial dengan pengurangan persyaratan luas
perpetakan, lansekap, dan parkir.

Contoh : industri rumah tangga seperti industri makanan


khas daerah setempat (telur asin di Brebes, bakpia di
Yogyakarta).

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.1.1.4

III - 11

Kawasan Ruang Terbuka

Kawasan ruang terbuka antara lain meliputi : Zona Ruang Terbuka


Hijau Lindung, Zona Ruang Terbuka Hijau Binaan, dan Zona
Ruang Terbuka Tata Air, dengan spesifikasi sebagai berikut :
A. Zona Ruang
Terbuka
Hijau
Lindung

: Ditujukan untuk melindungi sumber alami dan budaya


serta lahan rawan lingkungan;
Penggunaan yang diijinkan pada zona ini dibatasi hanya
pada penggunaan yang dapat membantu melestarikan
karakter alami lahan.

B. Zona Ruang
Terbuka
Hijau
Binaan

: Diberlakukan pada taman-taman dan fasilitas publik,


dengan tujuan memperluas paru-paru kota, mengurangi
kepengapan kota, dan menyediakan berbagai macam jenis
rekreasi yang dibutuhkan masyarakat.

Contoh : Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat

Gambar 3.10
Contoh Ruang Terbuka Hijau Binaan

Lokasi : Taman Suropati, Jakarta Pusat

C. Zona Ruang
Terbuka
Tata Air

: Ditujukan untuk mengendalikan pembangunan di dalam


daerah genangan banjir untuk melindungi kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan publik serta mengurangi
bahaya yang diakibatkan banjir pada area yang
diidentifikasikan sebagai areal pengendalian banjir yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah;
Zona ini dimaksudkan untuk melestarikan karakter alami
pada daerah genangan banjir dengan maksud
mengurangi pengeluaran dana publik untuk biaya proyek
pengendalian banjir dan melindungi fungsi dan nilai
daerah pengendalian / genangan banjir dalam
hubungannya dengan pelestarian atau pengisian kembali

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 12

air tanah, kualitas air, penjinakan aliran banjir, upaya


perlindungan satwa-satwa liar dan habitat.

Contoh : ruang terbuka tata air di daerah Mojokerto.

Gambar 3.11
Contoh Ruang Terbuka Tata Air

Lokasi : Mojokerto

3.2

NORMA ZONA

Norma zona mengatur berbagai ketentuan dasar bagi pengembangan


suatu zona tertentu. Norma zona yang diatur dalam pedoman ini
meliputi 1) kawasan permukiman, 2) kawasan perdagangan dan jasa, 3)
kawasan industri, 4) kawasan ruang terbuka.

3.2.1

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagai


lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Selain berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk
mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, permukiman
juga
merupakan
tempat
untuk
menyelenggarakan
kegiatan
bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.
Oleh karenanya, Kawasan Permukiman sebagai tempat bermukim dan
berlindung harus memenuhi norma-norma lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur. Selain itu kawasan permukiman harus
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 13

bebas dari gangguan: suara, kotoran, udara, bau, dan sebagainya.


Kawasan ini juga harus dapat menunjang berlangsungnya proses
sosialisasi dari nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan, dan juga harus aman serta mudah mencapai pusatpusat pelayanan serta tempat kerja. Dalam kawasan permukiman
diperlukan sarana-sarana lain yaitu sarana pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan penduduk.

3.2.2

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan perdagangan dan jasa, merupakan kawasan yang diharapkan


mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan
nilai tambah pada satu kawasan perkotaan. Oleh karenanya, kawasan ini
harus memiliki aksesibilitas yang sangat baik ke lokasi perumahan dan
kemudahan pemasaran.
Untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, kawasan
perdagangan dan jasa harus memenuhi norma lingkungan yang sehat,
aman, serasi, teratur, dan menarik serta menguntungkan. Oleh
karenanya, peraturan pembangunan pada kawasan ini harus memenuhi
syarat-syarat dimensi, intensitas, dan disain yang diharapkan akan dapat
menarik sebanyak mungkin pengunjung. Kecukupan sarana dan
prasarana terutama air, buangan limbah, jaringan jalan merupakan hal
lain yang cukup mendukung kegiatan perdagangan dan jasa.

3.2.3

Kawasan Industri

Kawasan industri merupakan kawasan produktif kota. Kawasan ini


diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah pada satu kawasan
perkotaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kawasan ini adalah aksesibilitas
bagi tenaga kerja dan bahan baku, serta untuk memasarkan barang
jadi. Oleh karenanya kedekatan dengan jaringan jalan dan pelabuhan
merupakan hal yang penting. Selain itu perlu diperhatikan pula dampak
kegiatan industri terhadap lingkungan. Sebagai kawasan produktif kota,
kecukupan sarana dan prasarana terutama air, buangan limbah,
jaringan jalan merupakan hal lain yang cukup mendukung kegiatan
produksi.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.2.4

III - 14

Kawasan Ruang Terbuka

Kawasan ruang terbuka memiliki norma sesuai dengan fungsi utamanya


yaitu mempertahankan/melindungi lingkungan hidup, yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sebagai kawasan ruang
terbuka, kawasan ini dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk rekreasi.

3.3

KRITERIA ZONA

3.3.1

Kawasan Permukiman

Untuk menunjang fungsinya sebagai tempat bermukim dan berlindung


yang sehat, aman, serasi, dan teratur, kriteria yang harus dipenuhi
kawasan permukiman meliputi :
Persyaratan Dasar, meliputi :

Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke


kawasan.
Aksesibilitas
dalam
kenyataannya
berwujud
ketersediaan jalan dan transportasi;

Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antar kawasan

Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran


kawasan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan
dan keterpaduan prasarana;

Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang

yang menjadi lingkungannya;

mewadahinya.

Kriteria Teknis, yaitu kriteria yang berkaitan dengan keselamatan


dan kenyamanan lingkungan perumahan, serta keandalan prasarana
dan sarana pendukungnya. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi
adalah :

Persyaratan kesehatan yang harus memenuhi standar kesehatan

rumah dan lingkungannya, meliputi penyehatan air, udara,


pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi,
kebisingan, pengendalian faktor penyakit dan penyehatan atau
pengamanan lainnya. Untuk membentuk satu kawasan
permukiman yang sehat perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 15

o Setiap kawasan permukiman harus memungkinkan penghuni


untuk dapat hidup sehat dan menjalankan kegiatan seharihari secara layak;
o Kepadatan bangunan dalam satu kawasan permukiman
maksimum 50 bangunan rumah/ha, dan dilengkapi oleh
utilitas umum yang memadai. Di dalam kawasan permukiman
tersebut terdapat bangunan rumah dan persil tanah termasuk
juga unsur pengikat berupa fasilitas lingkungan;
o Kawasan permukiman harus bebas dari pencemaran air,
pencemaran udara, kebisingan, baik yang berasal dari sumber
daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun,
sumber air beracun, dan sebagainya);
o Menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang
sehat bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuni.

Persyaratan keandalan prasarana1 dan sarana lingkungan2 yang


harus memenuhi standar efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas

pelayanan. Fasilitas dan utilitas lingkungan permukiman


merupakan dua hal penting untuk mendukung kesehatan
lingkungan permukiman.
Syarat masing-masing fasilitas dan utilitas pada setiap kawasan
permukiman harus dilengkapi dengan :
o Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI;
o Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas
tampung yang cukup sehingga lingkungan permukiman bebas
dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus
direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5
tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa
saluran terbuka maupun tertutup;
o Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas
maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah
60 liter/orang/hari, dan sambungan kran umum 30
liter/orang/hari;
o Sistem pembuangan sampah yang aman.
1

Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah,
saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik.
2
Sarana Lingkungan adalah kelengkapan lingkungan yang berupa fasilitas :
pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan
umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka.
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 16

Kriteria Ekologis, adalah kriteria yang berkaitan dengan keserasian


dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan
lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, termasuk
nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan.

3.3.2

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Sebagai satu kawasan yang diharapkan mendatangkan keuntungan bagi


pemiliknya maupun mendatangkan nilai tambah pada kawasan
perkotaan, kriteria yang harus dipenuhi oleh kawasan perdagangan dan
jasa meliputi:

Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;

Lokasi yang strategis dan kemudahan pencapaian dari seluruh


penjuru kota, dapat dilengkapi dengan sarana antara lain : tempat
parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran,
kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang
kegiatan komersial dan kegiatan pengunjung.

Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana


pendukung disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani.

3.3.3

Kawasan Industri

Kriteria penggunaan kawasan industri meliputi ketentuan tentang


penggunaan lahan dan ketentuan mengenai sarana dan prasarana yang
harus dibangun.
Berdasarkan Keppres 53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri,
ketentuan penggunaan lahan untuk kawasan industri adalah:
1. Lahan untuk industri
70%
2. Lahan untuk jaringan jalan
10%
3. Lahan untuk jaringan utilitas
5%
4. Lahan untuk fasilitas umum
5%
5. Lahan untuk ruang terbuka hijau
10%
Selain itu terdapat ketentuan mengenai prasarana yang wajib dibangun
oleh perusahaan kawasan industri, yaitu :
a.

Jaringan jalan dalam kawasan industri :


Jalan kelas satu, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan
minimum 8 meter;

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

III - 17

Jalan kelas dua, satu jalur dengan dua arah, lebar perkerasan
minimum 7 meter;
Jalan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4 meter.
Saluran pembuangan air hujan (drainase) yang bermuara pada
saluran pembuangan;
Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran distribusi ke
kapling industri;
Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik;
Jaringan telekomunikasi;
Instalasi
pengolahan
limbah
industri,
termasuk
saluran
pengumpulannya (kecuali industri yang berada dalam kawasan
industri);
Penerangan jalan pada setiap lajur jalan;
Unit perkantoran perusahaan kawasan industri;
Unit pemadam kebakaran;

Perusahaan industri juga dapat menyediakan prasarana dan sarana


penunjang lainnya seperti :

Perumahan Karyawan;

Kantin;

Poliklinik;

Sarana ibadah;

Rumah penginapan sementara (mess transito);

Pusat kesegaran jasmani (fitness centre);

Halte angkutan umum;

Areal penampungan sementara limbah padat;

Pagar kawasan industri;

Pencadangan tanah untuk perkantoran, bank, pos dan pelayanan


telekomunikasi, serta pos keamanan.

3.3.4

Kawasan Ruang Terbuka

Sebagai kawasan ruang terbuka yang tidak boleh dibangun, kawasan ini
memiliki karakteristik sebagai berikut :

A. Ruang Terbuka Hijau Lindung


a) Kemiringan lereng di atas 40%;
b) Untuk jenis tanah peka terhadap erosi, yaitu Regosol, Litosol,
Orgosol, dan Renzina, kemiringan lereng di atas 15%;
c) Wilayah pasokan/resapan air dengan ketinggian 1.000 meter di
atas permukaan air laut;
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 18

d) Dapat merupakan kawasan sempadan sungai/ kawasan


sempadan situ/ kawasan sempadan mata air dengan ketentuan
sebagai berikut :
Sempadan sungai di wilayah perkotaan berupa daerah
sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun
jalan inspeksi atau minimal 15 meter;
Kawasan sempadan situ adalah dataran sepanjang tepian situ
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
situ antara 50 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat. Kawasan ini mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian situ.

B. Ruang Terbuka Hijau Binaan


a) Mempunyai fungsi utama sebagai taman, tempat main anakanak, dan lapangan olah raga, serta untuk memberikan
kesegaran pada kota (cahaya dan udara segar), dan netralisasi
polusi udara sebagai paru-paru kota;
b) Lokasi dan kebutuhannya disesuaikan dengan satuan lingkungan
perumahan/kegiatan yang dilayani;
c) Lokasinya diusahakan sedemikian rupa sehingga dapat menjadi
faktor pengikat.

C. Ruang Terbuka Tata Air


a) Memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan
sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
b) Memiliki curah hujan > 2000 mm/th dan permeabilitas tanah
> 27,7 mm/jam

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.4

III - 19

KETENTUAN PENGGUNAAN KAWASAN

Berdasar atas norma dan kriterianya, sifat dan penggunaan suatu


kawasan diuraikan pada sub bab berikut ini.

3.4.1

Kawasan Permukiman

3.4.1.1

Identifikasi
Paket
Permukiman

Penggunaan

Kawasan

A. Zona Perumahan
Taman (PT)

Hanya boleh digunakan untuk unit-unit hunian yang


berkarakter hunian pedusunan atau rumah taman,
dengan penggunaan pelengkap kebun pertanian
atau taman (PT-1).

B. Zona Perumahan
Renggang (PR)

Ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga


tunggal dengan peletakan bangunan renggang,
yang bukan taman dan juga tidak ditata secara
rapat (PR-1).

C. Zona Perumahan
Deret (PD)

Ditempati oleh unit-unit hunian untuk keluarga


tunggal dengan peletakan bangunan rapat/deret;
Diproyeksikan sebagai peralihan dari perumahan
tunggal padat ke perumahan susun padat. Peraturan
pembangunan pada zona ini dibedakan:
Perumahan Deret Untuk Keluarga Tunggal dengan
peletakan bangunan rapat/deret (PD-1);
Perumahan deret maksimum 4 lantai, peralihan dari
rumah tunggal padat ke perumahan susun padat
(PD-2).

D. Zona Perumahan
Susun (PS)

Memiliki 3 karakter kepadatan, yaitu rendah, sedang,


dan tinggi. Peraturan pembangunan pada zona ini
dibedakan:
Perumahan Susun Kepadatan Rendah (PS-1);
Perumahan Susun Kepadatan Sedang (PS-2);
Perumahan Susun Kepadatan Tinggi dengan
Penggunaan Komersial Terbatas (PS-3);
Perumahan Susun Kepadatan Sedang dengan
Penggunaan Komersial Terbatas (PS-4).

Jenis-jenis bangunan yang dapat berlokasi di kawasan ini dapat berupa


hunian tunggal (yaitu : bangunan rumah tinggal harian, rumah
peristirahatan/vila, rumah toko, rumah kantor, industri rumahan (home
industry), rumah dinas, dan hunian komunal (yaitu : rumah susun,
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 20

rumah susun sewa, apartemen, asrama). Selain itu kawasan ini dapat
dilengkapi pula dengan sarana pelayanan sosial dan ekonomi yang
terbatas untuk melayani kebutuhan harian dengan skala pelayanan
lingkungan perumahan.

3.4.1.2

Peraturan Penggunaan Kawasan Permukiman

Penggunaan yang diijinkan di dalam Kawasan Permukiman tercantum


dalam Lampiran 1. Penggunaan tersebut dibatasi jika terdapat lahan
yang rawan lingkungan.
a)

Pada Kawasan Permukiman, suatu persil dapat mengadakan


perubahan struktur bangunan yang akan digunakan, dengan
penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 1.

b)

Semua penggunaan atau kegiatan yang diijinkan dalam kawasan


permukiman harus diselenggarakan dalam bangunan tertutup
kecuali penggunaan atau kegiatan yang secara tradisi
diselenggarakan di luar bangunan;

c)

Penggunaan pelengkap dalam kawasan hunian dapat diijinkan


sesuai ketentuan yang berlaku3;

d)

Penggunaan
terbatas;

e)

Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasikan,


pemerintah kota menetapkan kategori dan subkategori yang sesuai.

3.4.1.3

sementara

diijinkan

dalam

Peraturan Penggunaan
Permukiman

jangka

Tambahan

waktu

yang

Kawasan

Peraturan penggunaan tambahan selain seperti yang tercantum pada


Lampuiran 1 adalah sebagai berikut :
a)

Rumah dapat digunakan untuk praktisi dokter, dokter gigi,


kesehatan, diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tidak diijinkan pasien menginap, dan

Masing-masing tidak lebih dari dua praktisi, dan tidak lebih dari
tiga pegawai yang bekerja pada persil.

b)

Penggunaan untuk penjualan eceran dan jasa komersial, yang


diindikasikan pada Zona Perumahan Susun, diijinkan dengan
ketentuan sebagai berikut :

Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

c)

III - 21

Penggunaan eceran/ritel dan jasa komersial diijinkan hanya


sebagai penggunaan campuran dalam pembangunan dengan
minimal 25 bangunan unit hunian atau lebih;
Penggunaan eceran dan komersial ditempatkan pada lantai
dasar; dan
Penggunaan eceran dan komersial tidak boleh menempati lebih
dari 25% luas lantai gros total dari lantai dasar.

Kelompok akomodasi penginapan diijinkan dengan ketentuan


sebagai berikut :

Tidak melebihi 5 kamar tamu;

Diijinkan untuk penyewa tidak lebih dari dua orang per kamar;

Makanan disediakan hanya untuk penyewa saja.

3.4.1.4

Peraturan Penyediaan
Permukiman

Fasilitas

Lingkungan

Standar perencanaan kebutuhan fasilitas lingkungan permukiman


ditentukan sebagai berikut :
a)

Menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial bagi lingkungan


permukiman di tempat yang dapat menjangkau seluruh lingkungan,
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang membutuhkan di
lingkungan tersebut dan tingkat kebutuhannya;

b)

Jangkauan pelayanan mencakup seluruh lingkungan permukiman


tersebut;

c)

Mempertimbangkan skala pelayanannya yaitu untuk melayani


lingkungan di dalam permukiman saja atau di luar permukiman juga
terlayani;

d)

Memperhitungkan karakter sosial, budaya, dan ekonomi penduduk


yang terlayani.

3.4.1.5

Peraturan Teknis
Permukiman

Pembangunan

Kawasan

Peraturan teknis pembangunan dapat diberlakukan pada Kawasan


Permukiman, dengan atau tanpa diperlukan ijin atau persetujuan lain
kecuali ditetapkan secara khusus. Peraturan teknis pembangunan yang
dapat diberlakukan pada Kawasan Permukiman dapat dilihat pada
Lampiran 2.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 22

3.4.2

Kawasan Perdagangan dan Jasa

3.4.2.1

Identifikasi
Paket
Penggunaan
Perdagangan dan Jasa

A. Zona Bangunan Kantor


pemerintah,
baik
Pemerintah
propinsi/kabupaten/kota, baik
(BP)
komplek (BP-1);

Kawasan

pusat
tunggal

maupun
maupun

Kantor kedutaan atau perwakilan asing (BP-2).

B. Zona Bangunan Kegiatan perkantoran umum (renggang) baik kantor


Perkantoran
tunggal maupun komplek (pusat bisnis). Pada pusat
(BK)
bisnis
dimungkinkan
terdapatnya
kegiatan
perbelanjaan sebagai penunjang (restoran, toserba,
toko alat tulis/buku, dsb) (BK-1);
Kegiatan perkantoran umum (deret) (BK-2);
Kegiatan perkantoran umum, berupa rumah-kantor
(deret) dengan menyediakan fasilitas hunian (BK-3).

C. Zona Bangunan Kegiatan komersial umum, ritel skala kecil maupun


Pertokoan (BT)
besar (renggang), pertokoan tunggal maupun pusat

belanja.
Pada
pusat
belanja
dimungkinkan
terdapatnya kegiatan perkantoran/jasa sebagai
penunjang (kantor perdagangan/keagenan, bank,
dan sebagainya) (BT-1);
Kegiatan komersial umum, berupa ritel dan
manufaktur terbatas (deret) (BT-2);
Kegiatan komersial umum, berupa rumah/toko
(deret) dengan menyediakan fasilitas hunian (BT-3).

Jenis-jenis bangunan yang dapat berada pada kawasan ini antara lain :

Bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung,


tempat perkulakan, pertokoan, dan sebagainya;

Bangunan perkantoran: kantor swasta/pemerintah, niaga, dan


sebagainya;

Bangunan penginapan: hotel,


penginapan, dan sebagainya;

Bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room,


gudang;

Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;

guest

house,

motel,

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

hostel,

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 23

Bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.

3.4.2.2 Peraturan Penggunaan Kawasan Perdagangan


dan Jasa
Penggunaan yang diijinkan di dalam Kawasan Perdagangan dan Jasa
tercantum pada Lampiran 3. Penggunaan yang diijinkan tersebut dapat
dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan.
a) Pada Kawasan Perdagangan dan Jasa, suatu persil dapat
mengadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan,
dengan penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran
3.
b) Semua penggunaan atau kegiatan di dalam Kawasan Perdagangan
dan Jasa harus diselenggarakan di dalam bangunan tertutup, kecuali
penggunaan atau kegiatan yang secara tradisi diselenggarakan di
luar bangunan;
c) Penggunaan pelengkap dalam Kawasan Perdagangan dan Jasa dapat
diiizinkan4;
d) Penggunaan sementara diijinkan untuk jangka waktu yang terbatasm
yang ditetapkan oleh Pemda Kabupaten/Kota;
e) Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasikan,
Pemerintah Kota dapat menetapkan kategori dan sub kategori yang
sesuai.

3.4.2.3 Peraturan
Teknis
Pembangunan
Perdagangan dan Jasa

Kawasan

Peraturan teknis pembangunan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa


berlaku untuk semua pembangunan dalam Kawasan Perdagangan dan
Jasa, dengan atau tanpa diperlukan izin atau persetujuan lain kecuali
ditetapkan secara khusus. Peraturan teknis pembangunan yang berlaku
pada Kawasan Perdagangan dan Jasa dapat dilihat pada Lampiran 4.

Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 24

Kepadatan Hunian Maksimum Yang Diizinkan Dan Ketentuan


Lain Untuk Hunian
Peraturan berikut dapat diberlakukan pada semua pembangunan hunian
di dalam Kawasan Perdagangan dan Jasa:
(a) Pembangunan hunian hanya diizinkan pada Kawasan Perdagangan
dan Jasa hanya jika sesuai dengan Lampiran 3;
(b) Pembangunan hunian diizinkan hanya jika bangunan komersial
telah berada pada persil atau merupakan bagian dari IMB;
(c) Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di
bagian depan dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu.
Persyaratan-Persyaratan Lain
Persyaratan-persyaratan lain yang dapat ditetapkan pada Kawasan
Perdagangan dan Jasa antara lain :

Persyaratan garis sempadan bangunan (GSB)


Komersial dan Bangunan Umum;
Koefisien lantai bangunan (KLB) maksimum;
Jalur pejalan kaki;
Transparansi;
Artikulasi bangunan;
Pembatasan parkir;
Orientasi petak parkir.

pada

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Zona

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.4.3

Kawasan Industri

3.4.3.1

Identifikasi
Industri

Paket

Penggunaan

III - 25

Kawasan

A. Zona Industri Kegiatan riset dan manufaktur terbatas (IT-1);


Taman (IT)
Industri ringan dengan perkantoran (IT-2).
B. Zona Industri Industri Ringan (IR-1);
Ringan (IR)
Campuran industri ringan,

komersial terbatas (IR-2);


Campuran industri ringan,
komersial (IR-3).

perkantoran,

dan

perkantoran,

dan

C. Zona Industri Manufaktur (IB-1);


Berat (IB)
Manufaktur dan perkantoran terbatas (IB-2).
D. Zona Industri Industri skala kecil: industri dan non industri yang
Perpetakan
menampung kegiatan-kegiatannya secara massal
Kecil (IK)
dengan pengelolaan bangunan secara terpadu (IK

1);
Industri kecil hunian (IK-2).

Jenis-jenis bangunan yang dapat berlokasi pada kawasan ini di


antaranya adalah industri besar, sedang, dan kecil, serta industri rumah
tangga. Selain itu kawasan ini dapat pula dilengkapi dengan bangunanbangunan pendukung industri, seperti show room, pergudangan,
instalasi pengolahan limbah, dan sebagainya.
Untuk menunjang kesejahteraan karyawan, bangunan lain yang diijinkan
dalam kawasan ini adalah: kantin, poliklinik, sarana ibadah, rumah
penginapan sementara (mess transito), pusat kesegaran jasmani (fitness
centre)/sarana olah raga, dan fasilitas penunjang lain yang bersifat
melayani kebutuhan harian para karyawan.

3.4.3.2

Peraturan Penggunaan Kawasan Industri

Penggunaan yang dapat diizinkan di dalam Kawasan Industri tercantum


pada Lampiran 5. Penggunaan yang dapat diizinkan tersebut dapat
dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan.
a)

Pada Kawasan Industri, suatu persil dapat mengadakan perubahan


struktur bangunan yang akan digunakan, dengan penggunaan
sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 5;

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 26

b)

Semua penggunaan atau kegiatan di dalam kawasan industri harus


diselenggarakan di dalam bangunan tertutup, kecuali penggunaan
atau kegiatan yang secara tradisi diselenggarakan di luar bangunan;

c)

Penggunaan pelengkap dalam kawasan industri dapat diiijinkan5;

d)

Penggunaan sementara diijinkan untuk jangka waktu yang terbatas;

e)

Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasikan,


Pemerintah Kota menetapkan kategori dan sub kategori yang
sesuai.

3.4.3.3

Peraturan Penggunaan Tambahan Kawasan


Industri

Peraturan penggunaan tambahan yang dapat diterapkan, selain yang


tercantum pada Lampiran 5 adalah sebagai berikut :
(a) Barang-barang kelontong, farmasi, dan penjualan kebutuhan seharihari diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Perusahaan yang menawarkan barang-barang tersebut untuk
dijual dibatasi dengan luas lantai gros 90 m2; dan
(2) Luas total yang digunakan tidak melampaui 10% dari luas
lantai gros bangunan berada.
(b) Rumah makan dan minum diijinkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) Usaha individu dibatasi maksimal 270 m2 luas lantai gros;
(2) Pertunjukan hidup tidak diijinkan pada persil.
(c) Jasa penunjang bisnis diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Usaha individu dibatasi sampai 315 m2 luas lantai gros;
(2) Luas total yang digunakan tidak melampaui 25% dari luas
lantai gros bangunan berada.
(d) Jasa kesehatan diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Usaha individu dibatasi sampai 315 m2 luas lantai gros;
(2) Luas total yang digunakan tidak melampaui 10% dari luas
lantai gros bangunan berada.
(e) Penggunaan manufaktur dan perakitan ringan pada IT-1 terbatas
pada:
(1) Fabrikasi dengan proto-tipe;
5

Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 27

(2) Produksi memerlukan teknologi dan ketrampilan tinggi dan


langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan riset dan
pengembangan pada persil;
(3) Pengolahan hasil riset bio-kimia dan bahan-bahan hasil
penelitian digunakan terutama oleh universitas, laboratorium,
rumah sakit, dan klinik untuk tujuan-tujuan riset ilmiah, dan
pengembangan percobaan-percobaan;
(4) Produksi dari produk-produk hasil percobaan;
(5) Pengembangan
produksi
atau
sistem
operasi
yang
dipergunakan dan dioperasikan pada lokasi lain, termasuk
pengolahan
produk-produk
yang
diperlukan
bagi
pengembangan tersebut;
(6) Pengolahan produk-produk biologi, bio-medik, dan farmasi, dan
(7) Pengolahan peralatan-peralatan ilmiah, keteknikan, dan
kedokteran.
(f) Pemasokan bahan-bahan bangunan dan penjualan peralatan
diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Barang-barang untuk dijual dibatasi pada peralatan, onderdil,
dan produk-produk yang digunakan dalam pemasangan atau
perbaikan yang permanen pada pembangunan struktur atau
persil, dan
(2) Usaha penjualan bahan-bahan bangunan dan peralatan
menempati area sekurang-kurangnya 900 m2 dari luas lantai
gros.
(g) Penggunaan penjualan ritel yang mengikuti pasal ini diijinkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Barang-barang yang ditawarkan untuk dijual harus diolah di
dalam persil, dan
(2) Maksimum 25% dari luas lantai gros pada persil boleh
digunakan untuk penjualan ritel. Sekurang-kurangnya 75% dari
luas lantai gros harus digunakan untuk kegiatan manufaktur,
penyimpanan, atau distribusi grosiran dari produk-produk yang
ditawarkan untuk dijual.
(h) Usaha barang-barang kebutuhan sehari-hari, makanan, dan
minuman diijinkan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Satu perusahaan individu tidak melampaui 90 m2 luas lantai
gros, dan
(2) Fasilitas drive-in dan drive-through tidak diijinkan.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.4.3.4

Peraturan
Industri

Teknis

Pembangunan

III - 28

Kawasan

Peraturan teknis pembangunan pada Kawasan Industri berlaku untuk


semua pembangunan dalam Kawasan Industri, dengan atau tanpa
diperlukan ijin atau persetujuan lain kecuali ditetapkan secara khusus.
Peraturan teknis pembangunan yang berlaku pada Kawasan Industri
dapat dilihat pada Lampiran 6.

Dimensi Perpetakan Pada Kawasan Industri


Lebar jalan minimum di depan bangunan adalah 18 m untuk setiap
petak pada zona IT yang menghadap ke putaran atau jalan yang
menikung dengan radius kurang dari 30 m.
Persyaratan-Persyaratan Lain
Persyaratan-persyaratan lain yang dapat ditetapkan pada Kawasan
Industri antara lain adalah:

Persyaratan jarak bebas pada Kawasan Industri;


Tinggi maksimum struktur pada Kawasan Industri;
Persyaratan dinding jalan untuk Kawasan Industri;
Fasilitas luar ruangan pada Kawasan Industri.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 29

3.4.4

Kawasan Ruang Terbuka

3.4.4.1

Identifikasi Paket Penggunaan Kawasan Ruang


Terbuka

A. Zona Ruang
Terbuka Hijau
Lindung (TL)

Cagar Alam (TL-1);


Cagar Budaya;
Taman Hutan Raya;
Taman Hutan Wisata;
Daerah Resapan;
Daerah Bergambut;
Kawasan Rawan Bencana;
Perlindungan Pesisir Pantai (TL-2) : pengendalian

kualitas perairan wilayah pesisir dengan tidak


mengijinkan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak
maupun merubah kualitas air perairan pesisir;
Pengamanan Bandara (TL-3) : berupa penyekatan
(buffer) baik horizontal maupun vertikal sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang ada;
Perlindungan Pulau-pulau (TL-4) : Melindungi
pulau-pulau yang termasuk di dalam zona pelindung
Taman Laut Nasional laut karena terdapatnya plasma
nutfah flora dan fauna;
Sempadan Sungai/Situ/Mata Air6 (TL-5) :
Melindungi bantaran sungai dan segala jenis
bangunan dalam rangka melindungi dan melestarikan
fungsi dan peruntukan sungai.

B. Zona Ruang
Terbuka Hijau
Binaan (TB)

Taman Kota (TB-1);


Hutan Kota (TB-2);
Kebon Bibit (TB-3);
Pemakaman Umum (TB-4);
Agribisnis (TB-5);
Jalur Hijau (TB-6) : filter dari daerah-daerah industri
dan daerah-daerah yang menimbulkan polusi;
Kawasan sempadan jalur kawat listrik7, Kawasan
sempadan gas, kawasan sempadan rel kereta api, dll.

C. Zona Ruang
Terbuka Tata
Air (TA)

Penggunaan yang ditetapkan : situ dan waduk (TA-1);


Pembangunan yang diijinkan ialah yang tidak akan
membentuk suatu keadaan yang membahayakan atau
merintangi pengaliran air.

Mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan


Lindung
7
Mengacu pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
01.P/47/MPE/1992
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 30

Untuk mendukung fungsinya sebagai ruang terbuka kota, pembangunan


pada kawasan ini harus memberikan perlindungan dengan
memperhatikan konservasi tanah dan air melalui pengaturan kepadatan
bangunan, vegetasi dan sumur resapan.

3.4.4.2

Peraturan-peraturan
Ruang Terbuka

Penggunaan

Kawasan

Penggunaan yang diijinkan di dalam Kawasan Ruang Terbuka tercantum


pada Lampiran 7. Penggunaan-penggunaan yang diijinkan tersebut
dapat dibatasi jika terdapat lahan yang rawan lingkungan.
a)
Pada Kawasan Ruang Terbuka, suatu persil dapat mengadakan
perubahan struktur bangunan yang akan digunakan, dengan
penggunaan sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran 7;
b)
Semua penggunaan atau kegiatan yang diijinkan dalam Kawasan
Ruang Terbuka harus diselenggarakan seluruhnya dalam
bangunan tertutup kecuali penggunaan atau kegiatan yang secara
tradisi diselenggarakan di luar bangunan;
c)
Penggunaan-penggunaan pelengkap dalam Kawasan Ruang
Terbuka dapat diijinkan sesuai dengan Peraturan Penggunaan
Pelengkap8;
d)
Penggunaan-penggunaan sementara/temporer diijinkan pada
Kawasan Ruang Terbuka untuk jangka waktu yang terbatas;
e)
Untuk penggunaan yang tidak dapat segera diklasifikasi,
Pemerintah Kota menetapkan kategori dan sub kategori yang
sesuai.

3.4.4.3

Peraturan Teknis
Ruang Terbuka

Pembangunan

Kawasan

Peraturan Teknis pembangunan pada Kawasan Ruang Terbuka berlaku


untuk semua pembangunan dalam Kawasan Ruang Terbuka, dalam atau
tanpa diperlukan ijin atau persetujuan ijin kecuali ditetapkan secara
khusus. Peraturan Teknis pembangunan yang berlaku pada Kawasan
Ruang Terbuka disajikan pada Lampiran 8.

Pembagian Kawasan serta paket penggunaannya terdapat


pada Tabel 3.1.

Lihat Peraturan Penggunaan Tambahan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

III - 31

Tabel 3.1
PEMBAGIAN KAWASAN DAN PAKET PENGGUNAANNYA

KAWASAN

ZONA

PAKET PENGGUNAAN

Perumahan Taman
(PT)

unit hunian berkarakter pedusunan atau rumah taman,


dengan penggunaan pelengkap kebun pertanian atau
taman (PT-1).

Perumahan Renggang
(PR)

unit hunian keluarga tunggal dengan peletakan


bangunan renggang, yang bukan taman dan juga ditata
secara rapat (PR-1).

Perumahan Deret (PD)

Perumahan Deret Keluarga Tunggal dengan


peletakan bangunan rapat/deret (PD-1);
Perumahan deret maksimum 4 lantai, peralihan
rumah tunggal padat ke perumahan susun padat
(PD-2).

Perumahan Susun (PS)

Perumahan Susun Kepadatan Rendah (PS-1);


Perumahan Susun Kepadatan Sedang (PS-2);
Perumahan Susun Kepadatan Tinggi dengan
Penggunaan Komersial Terbatas (PS-3);
Perumahan Susun Kepadatan Sedang dengan
Penggunaan Komersial Terbatas (PS-4).

KAWASAN PERMUKIMAN
Lahan untuk
pengembangan hunian
dengan kepadatan
bervariasi di seluruh kota

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

KAWASAN

KAWASAN PERDAGANGAN
DAN JASA
Lahan untuk menampung
tenaga kerja, pertokoan, jasa,
rekreasi, dan pelayanan
masyarakat

PAKET PENGGUNAAN

ZONA

Pemerintah (BP)

III - 32

Kantor Pemerintah (BP-1);


Kantor Kedutaan atau perwakilan asing (BP-2).

Komersial Perkantoran
(BK)

Perkantoran umum Renggang (BK-1);


Perkantoran umum Deret (BK-2);
Perkantoran umum berupa rumah/kantor (deret)
dengan menyediakan fasilitas hunian (BK-3).

Komersial Pertokoan
(BT)

Ritel skala besar renggang (BT-1);


Ritel dan manufaktur tebatas deret (BT-2);
Rumah/toko deret, menyediakan fasilitas hunian
(BT-3).

Komersial Sentra (BS)

Sentra Lokal (BS-1);


Sentra Tersier (BS-2);
Sentra Sekunder (BS-3);
Sentra Primer (BS-4).

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

KAWASAN

PAKET PENGGUNAAN

ZONA

Industri Taman (IT)

Kegiatan riset dan manufaktur terbatas (IT-1);


Industri ringan dengan perkantoran (IT-2).

Industri Ringan (IR)

Industri Ringan (IR-1);


Campuran industri ringan, perkantoran, dan
komersial terbatas (IR-2);
Campuran industri ringan, perkantoran, dan
komersial (IR-3).

Industri Berat (IB)

Manufaktur (IB-1);
Manufaktur dan perkantoran terbatas (IB-2).

Industri Perpetakan
Kecil (IK)

Industri skala kecil: industri dan non industri yang


menampung kegiatan-kegiatannya secara massal
dengan pengelolaan bangunan secara terpadu
(IK-1);
Industri kecil hunian (IK-2).

KAWASAN INDUSTRI
Ruangan bagi kegiatan industri
dan manufaktur dalam
meningkatkan keseimbangan
penggunaan lahan dan
ekonomi serta mendorong
pertumbuhan lapangan kerja

III - 33

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

KAWASAN

III - 34

PAKET PENGGUNAAN

ZONA

Cagar Alam (TL-1) : penggunaan-penggunaan yang


diijinkan dibatasi pada kegiatan-kegiatan yang dapat
membantu melestarikan karakter alami lahan.

Perlindungan Pesisir Pantai (TL-2) : pengendalian


kualitas perairan wilayah pesisir dengan tidak mengijinkan
kegiatan-kegiatan yang dapat merusak maupun merubah
kualitas air perairan pesisir.

KAWASAN RUANG
TERBUKA
Ditujukan mempertahankan/
melindungi lahan-lahan rekreasi
di luar bangunan, sarana
pendidikan, dan untuk dinikmati
nilai-nilai keindahan visualnya

Ruang Terbuka
Hijau Lindung (TL)

Pengamanan Bandara (TL-3), penyekatan (buffer)


baik horizontal maupun vertikal sesuai dengan ketentuanketentuan yang ada;

Perlindungan Pulau-pulau (TL-4) : Melindungi


pulau-pulau dalam zona pelindung Taman Laut Nasional
laut karena terdapat plasma nutfah flora dan fauna.

Sempadan

Sungai/Situ/Mata

Air

(TL-5)

Melindungi bantaran sungai dan segala jenis bangunan


dalam rangka melindungi dan melestarikan fungsi dan
peruntukan sungai.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Materi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

KAWASAN

III - 35

PAKET PENGGUNAAN

ZONA

Taman Kota (TB-1);


Hutan Kota (TB-2);
Kebon Bibit (TB-3);
Ruang Terbuka
Hijau Binaan (TB)

KAWASAN RUANG
TERBUKA
ditujukan mempertahankan/
melindungi lahan-lahan rekreasi
di luar bangunan, sarana
pendidikan, dan untuk dinikmati
nilai-nilai keindahan visualnya

Pemakaman Umum (TB-4);


Agribisnis (TB-5);
Jalur Hijau (TB-6) : filter dari
industri dan daerah-daerah yang
polusi, kawasan sempadan jalur
kawasan sempadan gas, kawasan
kereta api, dll.

daerah-daerah
menimbulkan
kawat listrik,
sempadan rel

Penggunaan yang ditetapkan : situ dan waduk (TA-1);


Ruang Terbuka
Tata Air

Pembangunan yang diijinkan ialah yang tidak akan


membentuk suatu keadaan yang membahayakan atau
merintangi pengaliran air.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

BAB 4
PROSES PENETAPAN
ATURAN POLA PEMANFAATAN
RUANG (ZONING REGULATION)

4.1

KONDISI AWAL

a.

Kota yang telah memiliki RTRW ; terdapat Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang, yang perlu dilakukan adalah :
o Peninjauan kembali RTRW
o Penegasan/pemantapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

b.

Kota yang telah memiliki RTRW ; tidak ada Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang, yang perlu dilakukan adalah :
o Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
o Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (amandemen
RTRW)

c.

Kota yang belum memiliki RTRW ; bisa menyusun RTRW sambil


menetapkan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
o Penyusunan RTRW (termasuk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang)
o Penetapan RTRW (termasuk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang)

Proses penyusunan, peninjauan kembali dan penetapan Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang tersebut sama dengan prosedur perencanaan tata
ruang kota.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang


4.2

IV - 2

PROSES PENETAPAN ATURAN POLA PEMANFAATAN


RUANG

Proses penetapan ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG terdiri dari 5


tahap :
1. Persiapan;
2. Pengumpulan data/informasi dan analisis;
3. Perumusan rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang;
4. Pembahasan rancangan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang;
5. Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

4.2.1

Persiapan

Tahapan persiapan meliputi :

Pemeriksaan RTRW yang ada, termasuk aturan pelaksanaannya;

Penyusunan rencana kerja, termasuk pembiayaan;

Administrasi dan teknis.

4.2.2

Pengumpulan Data/Informasi dan Analisis

Pengumpulan data dan informasi ditujukan untuk mendapatkan


informasi yang terkini dan akurat yang akan digunakan dalam kegiatan
analisis. Metoda pengumpulan data/informasi terdiri dari:
(i) survei primer/lapangan, yaitu
informasi (tabel, peta, foto, film);

mengumpulkan

data

dan

(ii) survei sekunder, yaitu mengumpulkan data/informasi dari sumber


sekunder/dokumen.
Data dan informasi yang diperlukan sehubungan dengan penyusunan
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang meliputi:
(i)

Kondisi Fisik Dasar : topografi, jenis tanah;

(ii) Penggunaan lahan dan bangunan yang ada di seluruh wilayah kota,
termasuk bangunan-bangunan bersejarah;
(iii) Sempadan bangunan dan ketinggian lantai pada bangunan yang
sudah terbangun;
(iv) Kondisi prasarana lingkungan kota, seperti lebar jalan, saluran di
bawah/di atas tanah dari jaringan drainase, air bersih, listrik,
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

IV - 3

telepon, gas, kabel TV, bangunan antena, dan lain-lain, serta


rencana pengembangannya;
(v) Peraturan-peraturan Pemerintah Kota/Propinsi/Pusat yang sudah
diterbitkan mengenai pemanfaatan lahan dan bangunan serta
prasarana lingkungan kota;
(vi) Referensi Zoning Regulation dari kota-kota atau negara lain.

Kegiatan analisis ditujukan untuk memperoleh identifikasi Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang yang diperlukan oleh suatu kota. Hasil akhir dari
kegiatan analisis adalah draft dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang
akan dirumuskan di dalam tahap kegiatan selanjutnya. Kegiatan analisis
yang dilakukan meliputi :
(i)

Review studi/peraturan yang sudah ada dan terkait dengan Zoning


Regulation, terutama keefektifan atau dampak dari peraturan-

peraturan Pemerintah Kota mengenai pemanfaatan lahan,


bangunan, dan prasarana lingkungan/infrastruktur. Di dalam
kegiatan ini juga ditinjau peraturan yang tumpang tindih atau yang
bertentangan.
Peraturan-peraturan
yang
efektif
akan
diakomodasikan ke dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang,
sebaliknya peraturan yang berdampak negatif sebaiknya diubah;

(ii) Pengklasifikasian kembali kawasan, zona, serta penggunaan lahan


dan bangunan sesuai dengan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang
akan disusun. Di sini juga dianalisis perlunya tambahan klasifikasi
kawasan, dan kawasan lainnya yang memerlukan penanganan
khusus, misalnya untuk bangunan bersejarah. Kriteria atau standar
yang digunakan di dalam penentuan kategori kawasan dan zona
diuraikan lebih rinci pada Bab 3;
(iii) Identifikasi penggunaan lahan dan bangunan yang akan muncul
secara signifikan pada suatu zona atau pada suatu jalan dengan
klasifikasi tertentu, mengingat bahwa kota dan masyarakat di
dalamnya tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat diidentifikasi
berdasarkan trend pengalihan penggunaan bangunan pada suatu
zona atau jalan tertentu, serta berdasarkan referensi Zoning
Regulation dari kota/negara lain;
(iv) Identifikasi peraturan yang diperlukan bagi masing-masing kawasan
dan zona, meliputi pengaturan penggunaan lahan/bangunan yang
diperkenankan dan pengaturan teknis, yang merupakan draft dari
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

IV - 4

Gambar 4.1
LINGKUP KEGIATAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN

SOSIALISASI

PERSIAPAN

Persiapan Penganggaran
Persiapan Administrasi
Persiapan Teknis

Media cetak : Surat kabar, majalah,


brosur
Media elektronik : televisi, radio,
website
Penempatan dokumen pada kantor
pelayanan umum
Penerbitan manual dan handout
Pembentukan media interaktif untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat

PEMBENTUKAN
INSTANSI PENYUSUN
Ketua Tim, sebagai koordinator
Anggota Tim

PENGUMPULAN DATA
DAN INFORMASI

PROSES
Pembahasan Konsep Produk
Penetapan sebagai Peraturan
Daerah

PERUMUSAN ATURAN POLA


PEMANFAATAN RUANG

Arahan Pembentukan/Penetapan Kawasan


Ketentuan Penggunaan Lahan
Ketentuan Teknis dan Ketentuan Khusus
Pengendalian pemanfaatan zona
Kelembagaan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

Survei Primer
Survei Sekunder

ANALISIS

Review studi / peraturan


Pengklasifikasian Kembali Kawasan
Identifikasi Penggunaan Lahan dan Bangunan
Identifikasi peraturan bagi masing-masing
kawasan/zona: pengaturan penggunaan lahan,
pengaturan teknis

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang


4.2.3

IV - 5

Perumusan Rancangan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang

Tahap selanjutnya adalah perumusan rancangan Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang, yang meliputi arahan penetapan kawasan,
ketentuan penggunaan zoning dan ketentuan-ketentuan teknisnya.
Dengan demikian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini akan merupakan
pedoman bagi pencapaian tujuan yang telah berhasil diformulasikan,
khususnya sebagai instrumen dalam pengendalian pembangunan kota.

4.2.4

Pembahasan Rancangan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang

Pembahasan dilakukan secara bertahap sesuai dengan sistematika


pelaporan;

Setiap laporan memuat ketentuan sebagaimana telah ditentukan


pada kerangka acuan pekerjaan dan setiap masukan yang diperoleh
pada setiap tahap pembahasan harus dipertimbangkan untuk
diakomodasikan dalam merumuskan Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang;

Setiap tahap pembahasan harus melibatkan berbagai pelaku


pembangunan termasuk masyarakat;

Tahap akhir pembahasan dilakukan dalam rangka legalisasi Aturan


Pola Pemanfaatan Ruang untuk menjadi produk hukum, setelah
materi secara teknis disepakati oleh tim penyusun maupun pelaku
pembangunan yang terlibat dalam penyusunan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang.

4.2.5 Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang disesuaikan dengan


tingkatan Rencana Tata Ruang.

Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang telah ditetapkan


merupakan dokumen peraturan perundangan yang mengikat
secara hukum bagi masyarakat dan menjadi acuan bagi
pembangunan kota.

Untuk mengoperasionalisasikan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang,


perlu adanya suatu penetapan dalam bentuk Surat Keputusan
Walikota/Bupati.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

IV - 6

Dalam hal terjadi perubahan bentuk lingkungan sebagai akibat


dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang bersangkutan ditetapkan
dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah.

4.3

MUATAN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG

Muatan Aturan Pola Pemanfatan Ruang sesuai dengan prinsip-prinsip


manfaat kegunaan peraturan tersebut sebagai arahan pengendalian
pembangunan kawasan perkotaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.

Substansi Zoning, mencakup :

Arahan Penentuan Kawasan;

Ketentuan Penggunaan Kawasan;

Peraturan Pembangunan;

Pengendalian Pemanfaatan Kawasan.

2.

Kelembagaan dan Prosedur Pengesahan, yang berisikan:

Kelembagaan;

Tugas dan wewenang;

Jenis Perijinan;

Proses Perijinan;

Peran serta masyarakat;

Prosedur peninjauan kembali.

4.3.1

Substansi Zoning

A. Arahan Pembentukan/Penetapan Kawasan,

Materi
yang
diatur
:
meliputi
arahan
pembentukan/penentuan kawasan, baik zona dasar, maupun
kawasan lainnya yang memerlukan penanganan khusus, yang
selanjutnya dirinci dalam penentuan zona yang masing-masing
memiliki sifat spesifiknya. Penetapan kawasan dan zona ini
perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah perkotaan yang
bersangkutan dan rencana pengembangannya.

Kedalaman Materi yang Diatur : pembentukan zona dasar,

sampai pada zona. Penetapan kawasan ini mengidentifikasikan


penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan
lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku di atasnya.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

B.

IV - 7

Pengelompokan Materi yang Diatur disesuaikan dengan


kondisi wilayah perencanaan, misalnya:

Kawasan Permukiman, dengan zona :


Perumahan Taman;
Perumahan Renggang;
Perumahan Deret;
Perumahan Susun.

Kawasan Perdagangan dan Jasa, dengan zona :


Bangunan Pemerintah;
Komersial Perkantoran;
Komersial Pertokoan;
Komersial Sentra.

Kawasan Industri, dengan zona :


Industri Taman;
Industri Ringan;
Industri Berat;
Industri Perpetakan kecil.

Kawasan Ruang Terbuka, dengan zona :


Ruang Terbuka Hijau Lindung;
Ruang Terbuka Hijau Binaan;
Ruang Terbuka Tata Air.

Ketentuan Penggunaan Kawasan

Materi yang diatur : Ketentuan penggunaan kawasan, yang

Kedalaman Materi yang Diatur : Ketentuan penggunaan


yang diatur adalah ketentuan penggunaan atas kawasan,
kawasan lainnya yang memerlukan penanganan khusus, yang
dirinci per zona. Masing-masing penggunaan akan dirinci dalam
penggunaan utama dan penggunaan pelengkap.

Pengelompokan Materi yang Diatur :

meliputi arahan-arahan dalam penggunaan kawasan di wilayah


perkotaan.

Pengelompokan penggunaan, yang dirinci dari penggunaan


besar hingga penggunaan yang lebih mikro;

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

C.

IV - 8

Matriks penjabaran dari peruntukan kawasan ke


peruntukan zona, yang minimal dibedakan atas
penggunaan yang diperuntukan/diijinkan, penggunaan
boleh terbatas, dan penggunaan boleh dengan syarat,
serta penggunaan yang dilarang.

Peraturan Pembangunan

Materi yang Diatur : ketentuan teknis dan ketentuan khusus

Kedalaman Materi yang Diatur : peraturan pembangunan


pada masing-masing kawasan, yang dirinci dalam unit-unit
lingkungan, pola sifat lingkungan (misalnya pola sifat
lingkungan padat, kurang padat, dan tidak padat), serta satuan
lingkungan permukiman yang diatur (misalnya wilayah kota,
sub wilayah kota, kecamatan, kelurahan, dst).

Pengelompokan Materi yang Diatur

dalam penggunaan kawasan. Peraturan pembangunan dalam


satu kawasan ditetapkan dengan mempertimbangkan
penggunaan yang diperbolehkan dalam ketentuan penggunaan
kawasan. Oleh karenannya, peraturan penggunaan dengan
ketentuan penggunaan kawasan tidak boleh saling
bertentangan.

Pengelompokan materi yang diatur disesuaikan dengan


karakteristik dan kompleksitas wilayah perkotaan yang
direncanakan, misalnya :

Luas Perpetakan
Luas Perpetakan Minimum (m2);
Luas Perpetakan Maksimum (m2).

Persyaratan Dimensi Perpetakan Minimum, meliputi :


Lebar Perpetakan;
Frontage Jalan (m);
Kedalaman perpetakan (m).

Persyaratan Jarak Bebas


Jarak Bebas Depan Minimum (m);
Jarak Bebas Depan Standar (m);
Jarak Bebas Samping Minimum (m);
Jarak Bebas Sisi Jalan Minimum (m);
Jarak Bebas Sisi Jalan Standar (m);
Jarak Bebas Sisi yang Bersinggungan dengan Hunian
Minimum (m);

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

IV - 9

Jarak Bebas Belakang Minimum (m);


Jarak Bebas Belakang Standar (m);
Jarak Bebas Belakang yang Bersinggungan dengan
Hunian Minimum (m).

Persyaratan Intensitas Pemanfaatan Ruang


KDB1 / Koefidien Dasar Bangunan Maksimum (%);
KLB / Koefisien Lantai Bangunan;

Batas tinggi bangunan2 Maksimum (m) : tinggi bangunan


utama, tinggi cerobong asap, tiang bendera, menara, tanki
air, dsb;

Kepadatan maksimum3;

Ruang terbuka umum maksimum;

Persyaratan Jaringan dan Utilitas : penyediaan sarana dan


utilitas pada tiap kawasan harus diatur sedemikian rupa
agar penyediaan tersebut tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap guna lahan yang telah ditetapkan, antara
lain meliputi:
Lebar dan fungsi jalan;
Sistem penyediaan air bersih;
Sistem pembuangan air limbah.

Peraturan Penggunaan Pelengkap4


Bangunan pelengkap;
Pagar dan dinding;
Parkir off-street;
Tata Informasi (sign).

KDB (Koefisien Dasar Bangunan) adalah rasio / perbandingan luas lahan


terbangun (land coverage) dengan luas lahan keseluruhan; Batasan KDB
dinyatakan dalam persen (%)
2
Ketinggian Bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah lapis / lantai
(storey) maksimum pada petak lahan. Ketinggian bangunan dinyatakan dalam
satuan lapis atau lantai (Lantai Dasar = Lantai 1) atau meter.
3
Kepadatan Bangunan adalah jumlah bangunan di atas satu luasan lahan
tertentu, dinyatakan dalam bangunan / ha.
4

Yang dimaksud penggunaan pelengkap ialah suatu penggunaan yang


diselenggarakan pada zona perpetakan yang sama dengan penggunaan utama
pada mana ia berhubungan (apakah berada di dalam bangunan yang sama atau
bangunan pelengkap atau struktur lain, atau sebagai penggunaan pelengkap dari
lahan).
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

4.4

Persyaratan Lansekap
Koefisien Dasar Hijau5

Standar Performace
Bahaya Kebakaran;
Gangguan radioaktif atau electrical;
Kebisingan;
Getaran;
Panas dan cahaya yang menyilaukan;
Asap;
Bau-bauan;
Polusi udara;
Sampah;
Pencahayaan.

IV - 10

PEMANFAATAN

Aturan Pola Pemanfaatan Ruang kawasan perkotaan digunakan sebagai


instrumen pengendali pembangunan, pedoman penyusunan rencana
operasional, dan sebagai panduan teknis pengembangan lahan di
kawasan perkotaan.
Ketentuan-ketentuan di dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang juga
akan mencakup ketentuan-ketentuan yang mengatur kepadatan
penduduk dan intensitas kegiatan, keseimbangan keserasian peruntukan
tanah,
perlindungan
kesehatan,
keamanan,
dan
ketertiban,
kesejahteraan masyarakat, pencegahan kesemrawutan, penyediaan
pelayanan umum sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu Aturan
Pola Pemanfaatan Ruang juga dapat digunakan sebagai alat bantu
pencegahan dampak pembangunan yang merugikan.
Bagi masyarakat dan dunia usaha, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini
dapat dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan rancang bangun
bangunan dan prasarana bagi aktivitas masyarakat dan swasta. Selain
itu Aturan Pola Pemanfaatan Ruang ini dapat merupakan jaminan
kepastian hukum dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya jaminan
akan kondisi yang selaras dan harmonis dalam melakukan kegiatannya.

Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah rasio/perbandingan lahan hijau dengan luas
lahan keseluruhan yang dinyatakan dalam persen (%). Koefisien Dasar Hijau
diwujudkan oleh luas area yang tidak tertutup bangunan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang


4.5

IV - 11

PENGENDALIAN

dimaksud terdiri dari pemantauan, evaluasi, dan


peninjauan kembali Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, dan penertiban.
Pengendalian

Kegiatan pemantauan dilakukan secara koordinatif dengan


instansi
terkait.
meliputi
pemantauan
terhadap
pemanfaatan/penggunaan kawasan, fungsi kawasan, sarana dan
prasarana, serta kesesuaian terhadap peraturan pembangunan
yang telah ditetapkan

Kegiatan evaluasi dan peninjauan kembali dilakukan dalam


rangka mengkoordinir perubahan-perubahan yang terus terjadi
sejalan dengan perkembangan kota, dengan demikian Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang yang telah disusun tanggap terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi.

Penertiban dilakukan dalam rangka menjaga konsistensi Aturan


Pola Pemanfaatan Ruang, terutama konsistensi peraturan terhadap
pemanfaatan kawasan yang diperkirakan dapat memberikan
dampak yang merusak lingkungan hidup perkotaan. Penertiban
dilakukan dalam bentuk pengenaan sanksi, pembatalan ijin
pembangunan, penundaan pembangunan, dan/atau penerapan
persyaratan-persyaratan teknis

4.6

PENINJAUAN KEMBALI

Seiring dengan perkembangan kondisi lingkungan fisik kota yang


bersifat dinamis, terjadi berbagai kemungkinan yaitu antara lain:
i.

Perubahan faktor eksternal terhadap wilayah perkotaan seperti


perkembangan perekonomian, perubahan wilayah sektor dan tata
ruang wilayah;

ii.

Perubahan kondisi-kondisi internal kota, seperti keinginan daerah,


perkembangan yang sangat pesat dari satu sektor atau kawasan;

iii.

Kekurangtepatan menggunakan
sehingga terjadi simpangan

rencana

dan

pengendalian

Hal tersebut menyebabkan terbuka kemungkinan munculnya


pemanfaatan baru dari bangunan dan/atau lahan, terjadinya pengalihan
fungsi bangunan dan/atau lahan, kebutuhan akan ketentuan teknis yang
lebih sesuai, ataupun munculnya dampak yang belum diperhitungkan
pada Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang berlaku, yang selanjutnya
menyebabkan beberapa kondisi sebagai berikut:
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Proses Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

IV - 12

i.

Aturan Pola Pemanfaatan Ruang masih dapat mengakomodasikan


dinamika perkembangan yang bersifat eksternal maupun internal
namun terjadi simpangan-simpangan dalam pemanfaatan karena
kelemahan dalam pengendalian;

ii.

Aturan
Pola
Pemanfaatan
mengakomodasikan dinamika
eksternal dan internal.

Ruang
tidak
dapat
lagi
perkembangan yang bersifat

Untuk tetap menjaga kualitas lingkungan, Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang yang telah ditetapkan perlu ditinjau kembali secara berkala.
Dengan demikian, Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat diperbaiki, dan
senantiasa akomodatif terhadap perkembangan yang terjadi.
Ketentuan mengenai peninjauan kembali perlu disebutkan di dalam
peraturan daerah mengenai Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
Sedangkan aspek legalnya dapat berbentuk aturan tambahan dari
peraturan daerah tentang Aturan Pola Pemanfaatan Ruang. Apabila
terdapat perubahan yang mendasar atau cukup banyak materi yang
disesuaikan dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, maka perlu dipikirkan
apakah peraturan daerah yang baru perlu dipikirkan untuk mengganti
peraturan daerah yang masih berlaku.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

BAB 5
KELEMBAGAAN

5.1

KEWENANGAN
PENYUSUNAN
DAN
ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG

PENETAPAN

Kewenangan penyusunan dan penetapan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang sama dengan prosedur penyusunan rencana tata ruang kota.

5.1.1

Kewenangan Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penyusunan Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang memerlukan keterlibatan banyak pihak dengan
kepentingan yang bisa sama, tumpang tindih, atau bahkan
bertentangan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah selaku
penyelenggara pemerintahan perlu membentuk suatu Tim Penyusun
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, yang terdiri dari dinas/badan/instansi
yang terkait dengan pengaturan tanah serta bangunan dan infrastruktur.
Tim tersebut dikoordinasikan oleh Bappeda/Dinas Tata Kota/Dinas Cipta
Karya/dinas lain serupa, yang bertindak sebagai koordinator dalam
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan fisik kota. Sedangkan
anggota tim adalah dinas/badan/instansi lain ataupun BUMD yang
terkait langsung dengan pelaksanaan pembangunan fisik kota. Instansiinstansi terkait terutama adalah Badan Pertanahan, Dinas PU Bina
Marga, Dinas PU Pengairan, serta badan usaha pemerintah dan swasta
(PT. Telkom, PLN, PDAM, PN. Gas, operator telekomunikasi seluler).
Badan Pertanahan berhubungan dengan sertifikasi tanah, sedangkan
dinas dan instansi lainnya berhubungan dengan penyediaan prasarana
kota pada suatu kawasan. Dengan dilibatkannya dinas dan instansi
terkait, akan dicapai kesamaan persepsi, serta peraturan yang
bertentangan antar dinas dan instansi dalam hal Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang dapat dihindari.
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Kelembagaan

V-2

Di dalam melaksanakan tugasnya Tim dapat mencari masukan dari


organisasi masyarakat, perguruan tinggi, organisasi profesi, atau
individu-individu yang menggeluti masalah pelaksanaan pembangunan
fisik kota. Seperti ditampilkan pada Gambar 5.1.

5.1.2

Kewenangan Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang

Penetapan Aturan Pola Pemanfaatan


Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD.

Ruang

dilakukan

oleh

Produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang perlu mendapatkan legalitas


sehingga fungsinya sebagai pengendali pembangunan kota dapat
tercapai dengan efektif. Dibandingkan dengan rencana tata ruang,
produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang sebaiknya bersifat lebih
mengikat. Rencana Tata Ruang sebagai development plan seharusnya
bersifat fleksibel, yang antisipatif terhadap perkembangan fisik kota.
Sedangkan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang bersifat lebih tegas
mengatur ketentuan-ketentuan pada masing-masing kawasan, baik
ketentuan penggunaan maupun ketentuan teknis yang menyertainya.
Bentuk legalitas yang paling tepat untuk produk Aturan Pola Pemanfatan
Ruang adalah dalam Peraturan Daerah.
Proses pengesahan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang adalah sebagai
berikut:
a.

Konsep produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dipresentasikan di


hadapan DPRD untuk dibahas sebagai rancangan peraturan daerah;

b.

Rancangan peraturan daerah ini kemudian dibahas antara DPRD


dan Pemerintah Kota dengan mencari masukan dari instansi/badan
terkait dan dari Unsur masyarakat;

c.

Perbaikan akhir dari rancangan peraturan daerah kemudian


ditetapkan sebagai peraturan daerah.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Kelembagaan

V-3

Gambar 5.1
BAGAN INSTANSI PENYUSUN ATURAN POLA PEMANFAATAN RUANG
Kepala Daerah
Penanggung Jawab
Pembangunan Kota

Ketua Tim
Koordinator Pelaksanaan dan
Pengendalian Pembangunan Kota

Sasaran :
Tercapainya kesamaan persepsi
antar dinas / instansi dalam hal
Aturan Pola Pemanfaatan Ruang
Menghindari peraturan yang
bertentangan antar dinas/instansi
dalam hal Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang

Anggota Tim :
Dinas/Instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan Pembangunan Kota
BAPPEDA
Badan
Pertanahan

Dinas
Dinas
Dinas
Dinas
Dinas
Kimpraswil Pertanian Perindustrian Bangunan Pertamanan

Badan usaha pemerintah dan swasta : PT. TELKOM, PLN, PDAM, PN. GAS,
Operator Telekomunikasi Seluler
Pihak-pihak lain yang menggeluti masalah pelaksanaan
pembangunan fisik kota
Organisasi
Masyarakat

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Perguruan
Tinggi

Organisasi
Profesi

Kelembagaan
5.2

V-4

PERAN MASYARAKAT

Berkaitan dengan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang, masyarakat
memiliki beberapa peran, diantaranya adalah sebagai pengguna (yang
terkena Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, sebagai pengamat
pelaksanaan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, atau sebagai ahli hukum
yang mengamati Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dari aspek hukum. Di
dalam penyusunan dan peninjauan kembali Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang, dimungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yang terkait
dengan dampak atau keefektifan dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.
Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat untuk
turut serta di dalam penyelenggaraan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang,
sehingga tujuan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang bagi kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai.

5.2.1

Hak dan Kewajiban

Dalam kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang masyarakat berhak:


a.

berperan serta dalam proses penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang, pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, dan
pengendalian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang;

b.

mengetahui secara terbuka Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang


ditetapkan;

c.

menikmati manfaat dan atau pertambahan nilai ruang sebagai


akibat dari Aturan Pola Pemanfaatan Ruang;

d.

memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya


sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.

Sedangkan kewajiban masyarakat di dalam Aturan Pola Pemanfaatan


Ruang adalah:
a.

berperan serta di dalam memelihara ketentuan penggunaan dan


ketentuan teknis yang berlaku pada bangunan/lahan yang
dikuasainya;

b.

berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam penyusunan Aturan


Pola Pemanfaatan Ruang, pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang, dan pengendalian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

Kelembagaan
5.2.2

V-5

Bentuk Peran Serta Masyarakat

Dalam kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, bentuk peran serta


masyarakat mulai dari penyusunan hingga pengendalian diuraikan
sebagai berikut :

Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : dalam penyediaan


data/informasi dan pemberian masukan/saran/pendapat dalam
perumusan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.

Pemanfaatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : dalam


penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang yang ditetapkan, serta kegiatan menjaga,
memelihara, dan meningkatkan kualitas lingkungan sesuai dengan
arahan di dalam Aturan Pola Pemanfaatan Ruang yang berlaku.

Pengendalian Aturan Pola Pemanfaatan Ruang : dalam partisipasi


pengawasan kegiatan pembangunan agar sesuai dengan Aturan
Pola Pemanfaatan Ruang yang berlaku.

5.2.3

Sosialisasi Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan sosialisasi produk


Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, khususnya setelah produk Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang tersebut mendapatkan status legal. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat luas mengetahui adanya peraturan
tersebut, memanfaatkannya di dalam pembangunan fisik kota di
lingkungannya, memperoleh manfaatnya, serta membantu di dalam
pengawasan/pengendalian di lapangan.
Sosialisasi produk Aturan Pola Pemanfaatan Ruang dapat dilaksanakan
melalui media cetak (surat kabar, majalah, brosur) dan media elektronik
(televisi, radio, website) serta menempatkan dokumen Aturan Pola
Pemanfaatan Ruang pada kantor pelayanan umum seperti pada kantor
Walikota, kantor Dinas Tata Kota, kantor kecamatan dan kelurahan,
serta perpustakaan kota. Jika memungkinkan, dapat dilaksanakan
penerbitan manual dan handout tentang Aturan Pola Pemanfaatan
Ruang
maupun
tentang
prosedur
yang
harus
ditempuh
masyarakat/pengguna sebelum melaksanakan pembangunan fisik pada
lahan/bangunan yang dikuasainya. Di samping itu, diperlukan juga
tersedianya media interaktif atau sarana bagi masyarakat di dalam
menyalurkan aspirasinya mengenai Aturan Pola Pemanfaatan Ruang.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

LAMPIRAN

Lampiran 1
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Permukiman

Lampiran 1
PERATURAN PENGGUNAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN
Kategori/Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan

PERMUKIMAN
PD
PS
1
2
1
2
3

PT
1

PR

I
T
I
I

I
T
I
I

I
T
I
I

I
T
I
I

I
T
I
I

I
T
I
I

I
T
I
I

I
T
I
I

T
T
T
T
Pengembangan & Pemanenan Hasil Pertanian
I
Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan
T
Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah
Bengkel Alat-Alat Pertanian
T
Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial
T
Kebun-kebun masyarakat
L
Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda
T
Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga-bunga
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
L
T
T

T
T
L
T
T

T
T
L
T
T

T
T
L
T
T

T
T
L
T
T

T
T
L
T
T

T
T
L
T
T

T
T
T
I

T
I
T
I

T
I
T
I

T
T
T
I

I
T
I
T

I
T
I
T

I
T
I
T

I
T
I
T

B
S
B
T
B
L
B
S
T
T
T
T

B
S
B
T
B
L
B
S
T
T
T
T

B
S
B
T
B
L
B
S
T
T
S
T

B
T
B
T
B
T
B
S
S
S
S
T

B
T
B
S
B
T
B
S
S
S
S
T

B
T
B
S
B
T
B
S
S
S
S
T

B
T
B
S
B
T
B
S
S
S
S
T

B
T
B
S
B
T
B
S
S
S
S
T

04. Institusi
Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah
Bandar Udara
T

Zona

01. Ruang Terbuka


Rekreasi Aktif
Rekreasi Pasif
Preservasi Sumber-Sumber Alam
Fasilitas Pemeliharaan Taman
02. Pertanian
Pengolahan Hasil Pertanian
Fasilitas Akuakultur
Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega
Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca

03. Hunian
Akomodasi Hunian Bersama
Taman Rumah Mobil
Hunian Multipel/Komunal
Hunian Tunggal
Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah
Penyewaan Kamar dengan Makan
Paviliun
Rumah Dinas Karyawan
Asrama Mahasiswa dan Pelajar
Penjualan di Garasi dan Halaman
Wisma Tamu
Rumah Usaha
Rumah Jompo
Production House
Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba)

Wisma Transisi
Wisma Awak Kapal

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L1 - 1

Lampiran 1
Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan

Kawasan
Kategori/Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Kebun Botani dan Kebun Penelitian
Pemakaman dan Krematorium
Tempat Ibadah
Antena Komunikasi
Fasilitas Telekomunikasi Minor
Fasilitas Telekomunikasi Mayor
Antena Satelit
Rumah Tahanan
Fasilitas Pendidikan
TK sampai SMU
Sekolah Tinggi/ Universitas
Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang
Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi
Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan
Fasilitas Pengendalian Banjir

PERMUKIMAN
PD
PS
1
2
1
2
S
S
S
S
T
T
T
T
L
L
L
L

PT
1
S
T
L

PR

B
S
B
T

B
S
B
T

B
S
B
T

B
S
B
T

B
S
B
T

S
S
T
T
T
B

S
S
T
T
T
B

S
S
T
T
T
B

S
S
T
T
T
B

Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk penggunaan


tertentu

Fasilitas Warga Tuna Wisma


Fasilitas makan bersama
Shelter darurat
Rumah singgah

T
T
T

T
T
T

Rumah Sakit,Fasilitas Perawatan Antara,Fasilitas


Perawatan

Pusat Informasi Lingkungan


Museum

T
S
T
T

3
S
T
L

4
S
T
L

B
S
B
T

B
S
B
T

B
S
B
T

I
S
T
T
T
B

I
S
T
T
T
B

I
S
T
T
T
B

I
S
T
S
T
B

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

S
S
S

S
S
S

T
S
T
T

T
S
T
T

T
S
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
S
Alat-Alat Rumah Tangga,Furnitur,Perkakas Rumah Tangga
T
T
Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya
T
T
Barang Kelontong,Farmasi,& Kebutuhan Sehari-hari
T
S
Pakaian dan Aksesoris
T
T
Penggunaan Perdagangan RitelDiatur Secara Terpisah
Peralatan dan Pasokan Pertanian
T
T
Outlet Minuman Beralkohol
T
T
Penjualan Tanaman
T
T

T
S
T
T
S
T

T
S
T
T
S
T

T
S
T
T
S
T

T
S
T
T
S
T

T
I
T
T
I
T

T
I
T
T
I
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di Ruang


Terbuka

Transmisi Induk, Relay, & Distribusi Komunikasi

Lembaga Pelayanan Sosial

1
S
T
L

05. Perdagangan Ritel/Eceran


Bahan Bangunan dan Perkakas
Makanan dan Minuman

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

06. Jasa Komersial


Jasa Bangunan
Aneka Kebutuhan Bisnis
Jasa Usaha Makanan & Minuman

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L1 - 2

Lampiran 1
Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan

Kawasan
Kategori/Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Lembaga Keuangan
Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat
Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi)
Jasa Off-Site
Jasa Personal

PT PR
1
1
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan
T
T
Studio Radio & TV
T
T
Jasa Penginapan (Visitors Accomodation)
T
T
Penggunaan Jasa Komersial Diatur Secara Terpisah
Taman Hiburan
T
T
Penitipan Hewan
T
T
Taman Perkemahan
T
T
Fasilitas Penitipan Anak
S
S
Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan
S
S
Pameran Di Ruang Terbuka
T
T
Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt
S
S
Fasilitas Pendaratan Helikopter
T
T
Studio Ketrampilan
T
T
Panti Pijat, spesialis/ahli
T
T
Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m2
T
T
Klinik Kesehatan Rawat Luar
S
S
Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama
Permanen
T
T
Sementara
T
T
Klub Privat
T
T
Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m2
T
T
Gerobak Dorong:
Gerobak Dorong di Lahan Privat
T
T
Gerobak Dorong di Jalan Umum
T
T
Fasilitas Daur Ulang:
Fasilitas Pengumpul Besar
T
T
Fasilitas Pengumpul Kecil
T
T
Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar
T
T
Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil
T
T
Fasilitas Drop-Off
T
T
Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan
T
T
Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik
T
T
Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar
T
T

PERMUKIMAN
PD
PS
1
2
1
2
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

3
T
T
T
T
T
T
T
T

4
T
T
T
T
T
T
T
I

T
T
T
S
S
T
S
T
T
T
T
S

T
T
T
S
S
T
S
T
T
T
T
S

T
T
T
S
S
T
S
T
T
T
T
S

T
T
T
S
S
T
S
T
T
T
T
S

T
T
T
S
S
T
S
T
T
T
T
S

T
T
T
S
S
T
S
T
T
T
T
S

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik


Besar

Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik


Kecil

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

Fasilitas Mesin Otomatik


Fasilitas Pengolah Ban Bekas

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L1 - 3

Lampiran 1
Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan

Kawasan
Kategori/Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Kafe Kaki Lima
Lapangan Olahraga dan Stadion
Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m2
Klinik dan Rumah Sakit Hewan
Kebun Binatang

PT
1
T
T
T
T
T

PR

1
T
T
T
T
T

PERMUKIMAN
PD
PS
1
2
1
2
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

3
T
T
T
T
T

4
T
T
T
T
T

07. Perkantoran
T
T
L
Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan
T
Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah
Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh
S
Fasilitas Penanggulangan & Konseling Pelecehan Sex
T

T
T
L
T

T
T
L
T

T
T
L
T

T
T
L
T

T
T
L
T

T
I
L
T

T
I
L
T

S
T

S
T

S
T

S
T

S
T

S
T

S
T

08. Perdagangan dan Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor


Bengkel Kendaraan Niaga
T
T
T
T
T
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga
T
T
T
T
T
Bengkel Kendaraan Pribadi
T
T
T
T
T
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi
T
T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

Bisnis dan Profesional


Pemerintahan
Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan

Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan


Kendaraan

T
T
T
T
T
T
T
Penggunaan Perdagangan & Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah
Stasiun Servis Mobil
T
T
T
T
T
T
T
Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T

09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan


T
T
T
T
T
T
Pergudangan
T
T
T
Penyaluran Grosir
T
T
T
Penggunaan Perdagangan Grosir,Pendistribusian,Penyimpanan
Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka
T
T
T
Penampungan Barang Rongsokan
T
T
T
Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan
L
L
L
Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan-Bahan

Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving & Storage)

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Diatur Secara Terpisah
T
T
T
T
T
T
T
T
L
L
L
L

T
T
T
T
T
T
L

10. Industri
Industri Berat
T
Industri Ringan
T
Industri Bahari
T
Riset & Pengembangan
T
Terminal Truk dan Transportasi
T
Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah
Fasilitas Penelitian Limbah
T
Fasilitas Pengolahan Limbah
T
Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

T
T
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L1 - 4

Lampiran 1
Peraturan Penggunaan pada Zona Perumahan

Kawasan
Kategori/Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Industri Pertambangan dan Ekstraktif
Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar

PERMUKIMAN
PD
PS
1
2
1
2
3
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

PT
1
T
T

PR

Pengolahan & Pengemasan Kebutuhan Hewan &


Sampingannya

Industri Sangat Berat

Penimbunan Rongsokan & Pembongkaran Kendaraan


Bermotor

L
T
T
T
T

L
T
T
T
T

L
T
T
T
T

L
T
T
T
T

L
T
T
T
T

L
T
T
T
T

L
T
T
T
T

1
T
T

4
T
T

11. Tata Informasi (Signs)


Tata Informasi Yang Diijinkan
I
Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah
Community Identification Signs
L
Reallocation of Sign Area Allowance
T
Revolving Project Signs
T
Signs with Automatic Changing Copy
T
Theater Marquees
T
Keterangan :
I

Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan

B/L/S

Penggunaan diijinkan dengan persyaratan


khusus (B-terbatas,L-ijin lingkungan,S-bersyarat)

Penggunaan atau kategori penggunaan tidak


diijinkan

PT
PR
PD
PS

:
:
:
:

Perumahan Taman
Perumahan Renggang
Perumahan Deret
Perumahan Susun

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L1 - 5

Lampiran 2
Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Permukiman

Lampiran 2
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN PADA KAWASAN
PERMUKIMAN
Peraturan
Bangunan

Kawasan

Zona

Perumahan
PT
1

PR
1

PD

PS

60

20

15

20

Kepadatan Maksimum yang Diijinkan


Hunian Tunggal (Unit
Hunian/ Perpetakan)

Rumah Susun (m2/ unit


hunian)
Luas Perpetakan Minimum (m2)

200
100
Dimensi Perpetakan Minimum
Lebar Perpetakan (m)
b
7
Kedalaman Perpetakan (m)
b
b
Persyaratan Jarak Bebas
Garis Sempadan
15
3
Bangunan
Jarak Bebas Samping
Minimum (m)
Jarak Bebas Belakang
Minimum (m)
Ketinggian Bangunan (Lapis)
Koefisien Dasar Bangunan
Maksimum (%)
Koefisien Lantai Bangunan
Maksimum (m)

Keterangan :
b : Bebas
PT : Perumahan
PR : Perumahan
PD : Perumahan
PS : Perumahan

75

36

2.800

2.700

1.400

2.700

4
b

3
B

50
50

50
50

40
40

50
50

15

15

15

15

12,5

15

12,5

15

24

48

40

48

40

96

48

64

20

55

70

70

40

40

40

40

0,4

0,96

1,2

1,2

Taman
Renggang
Deret
Susun

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L2 -

Lampiran 3
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Lampiran 3
Peraturan Penggunaan Pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kategori/ Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan
Zona

01. Ruang Terbuka


Rekreasi Aktif
Rekreasi Pasif
Preservasi Sumber-Sumber Alam
Fasilitas Pemeliharaan Taman
02. Pertanian
Pengolahan Hasil Pertanian
Fasilitas Akuakultur
Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega
Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca
Pengembangan & Pemanenan Hasil Pertanian
Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan

PERDAGANGAN & JASA


BK
BT
2
1
2
3
1
2

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

I
T
T
T
T

I
T
T
T
T

T
T
T
T
T

I
T
T
T
T

I
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
I
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
I
T

T
T
T
T
T
I
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

B
T
T
S
T
T
B
S
T
I
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

B
T
T
S
T
T
B
S
B
I
T
T

T
T

S
I

S
S

S
S

S
I

S
S

S
I

BP

Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah


Bengkel Alat-Alat Pertanian
T
Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial
T
Kebun-kebun masyarakat
T
Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda
T
Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga-bunga
T
03. Hunian
Akomodasi Hunian Bersama
T
Taman Rumah Mobil
T
Hunian Multipel
T
Hunian Tunggal
T
Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah
Penyewaan Kamar dengan Makan
T
Paviliun
T
Rumah Dinas Karyawan
T
Asrama Mahasiswa dan Pelajar
T
Penjualan di Garasi dan Halaman
T
Wisma Tamu
I
Rumah Usaha
T
Rumah Jompo
T
Production House
T
Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba)
T
Wisma Transisi
T
Wisma Awak Kapal
T
04. Institusi
Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah
Bandar Udara
T
Kebun Botani dan Kebun Penelitian
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L3 - 1

Lampiran 3
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kategori/ Sub
Kawasan
Kategori
Zona
Penggunaan
Pemakaman dan Krematorium
Tempat Ibadah
Antena Komunikasi
- Fasilitas Telekomunikasi Minor
- Fasilitas Telekomunikasi Mayor
- Antena Satelit
Rumah Tahanan
Fasilitas Pendidikan
- TK sampai SMU
- Sekolah Tinggi/Universitas
- Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang
Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi
Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan
Fasilitas Pengendalian Banjir
Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk
penggunaan tertentu
Fasilitas Warga Tuna Wisma
- Fasilitas makan bersama
- Shelter darurat
- Rumah singgah

1
T
B

PERDAGANGAN & JASA


BK
BT
2
1
2
3
1
2
T
S
S
S
S
S
B
S
B
S
S
B

3
S
S

B
S
B
T

B
S
B
T

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

T
T
T
S
I
B
S

T
T
T
S
I
B
S

S
S
I
S
I
B
S

S
S
I
S
S
B
S

S
S
I
I
S
B
S

S
S
I
S
I
B
S

S
S
I
S
S
B
S

S
S
I
I
I
B
S

T
T
T
S
I
S
S
S

T
T
T
S
I
T
S
S

T
T
T
I
T
I
S
S

T
T
T
S
T
S
S
S

S
S
S
S
T
S
S
S

T
T
T
I
T
I
S
S

T
T
T
S
T
S
S
S

S
S
S
I
T
I
S
S

T
T
B
B
Alat-Alat Rumah Tangga, Furniture, Perkakas Rumah Tangga
T
T
Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya
T
T
Barang Kelontong, Farmasi, dan Kebutuhan Sehari-hari
B
B
Pakaian dan Aksesoris
B
B
Penggunaan Perdagangan Ritel Diatur Secara Terpisah
Peralatan dan Pasokan Pertanian
T
T
Outlet Minuman Beralkohol
T
T
Penjualan Tanaman
T
T
Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di Ruang Terbuka
S
T
06. Jasa Komersial
Jasa Bangunan
I
I
Aneka Kebutuhan Bisnis
I
I
Jasa Usaha Makanan & Minuman
I
I
Lembaga Keuangan
I
I
Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat
T
T

I
I
I
I
I
I

I
I
I
I
I
I

T
I
I
T
I
T

I
I
I
I
I
I

I
I
I
I
I
I

I
I
I
I
I
I

I
B
I
S

T
B
I
T

T
B
T
T

I
B
I
S

T
B
I
T

I
B
I
S

I
I
I
I
T

T
I
I
I
T

I
I
I
I
T

I
I
I
I
T

T
I
I
I
T

I
I
I
I
T

Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara, Fasilitas Perawatan

Pusat Informasi Lingkungan


Museum
Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi

Lembaga Pelayanan Sosial


05. Perdagangan Retail/Eceran
Bahan Bangunan dan Perkakas
Makanan dan Minuman

BP

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L3 - 2

Lampiran 3
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kategori/ Sub
Kawasan
Kategori
BP
Zona
Penggunaan
1
Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi)
I
Jasa Off-Site
I
Jasa Personal
I
Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan &
I
Pertunjukan
Studio Radio & TV
T
Jasa Penginapan (Visitors Accomodation)
I
Penggunaan Jasa Komersial Diatur Secara Terpisah
Taman Hiburan
T
Penitipan Hewan
S
Taman Perkemahan
T
Fasilitas Penitipan Anak
B
Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona
T
Perumahan
Pameran Di Ruang Terbuka
S
Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt
T
Fasilitas Pendaratan Helikopter
I
Studio Ketrampilan
T
Panti Pijat, spesialis/ahli
T
Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m2
T
Klinik Kesehatan Rawat Luar
B
Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama
- Permanen
S
- Sementara
L
Klub Privat
T
Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m2
T
Gerobak Dorong:
- Gerobak Dorong di Lahan Privat
B
- Gerobak Dorong di Jalan Umum
L
Fasilitas Daur Ulang:
- Fasilitas Pengumpul Besar
L
- Fasilitas Pengumpul Kecil
B
- Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar
T
- Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil
T
- Fasilitas Drop-Off
B
- Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan
T
Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik
T
- Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar
T
- Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial &
T
-

Pabrik Besar
Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil

Fasilitas Mesin Otomatik


Fasilitas Pengolah Ban Bekas

T
T
B
T

2
I
I
I
I

PERDAGANGAN & JASA


BK
BT
1
2
3
1
2
I
I
I
I
I
I
T
T
I
T
I
I
T
I
I
I
I
T
I
I

3
I
I
I
I

T
I

I
I

I
I

T
T

I
I

I
I

I
I

T
S
T
B
T

S
S
S
T
B

S
S
S
T
B

T
S
S
B
B

S
S
S
T
B

S
S
S
T
B

S
S
S
B
B

S
T
I
T
T
T
B

S
S
S
S
B
S
L

S
S
S
S
B
S
L

T
S
S
S
T
S
L

S
S
S
S
B
S
L

S
S
S
S
B
S
L

S
S
S
I
B
S
L

S
L
T
T

I
L
S
S

S
S
S
S

S
S
S
S

I
L
S
S

S
S
S
S

I
L
I
I

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

L
B
T
T
B
T
T
T
T

L
B
T
T
B
T
T
T
T

L
B
T
T
B
T
T
T
T

L
B
T
T
B
T
T
T
T

L
B
T
T
B
T
T
T
T

L
B
T
T
B
T
T
T
T

L
B
T
T
B
T
T
T
T

T
T
B
T

T
T
B
T

T
T
B
T

T
T
B
T

T
T
B
T

T
T
B
T

T
T
B
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L3 - 3

Lampiran 3
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kategori/ Sub
Kawasan
PERDAGANGAN & JASA
Kategori
BP
BK
BT
Zona
Penggunaan
1
2
1
2
3
1
2
Kafe Kaki Lima
L
L
L
L
L
L
L
Lapangan Olahraga dan Stadion
T
T
S
S
S
S
S
Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m2
S
S
S
S
S
S
S
Klinik dan Rumah Sakit Hewan
T
T
S
S
S
S
S
Kebon Binatang
T
T
T
T
T
T
T
07. Perkantoran
Bisnis dan Profesional
T
T
I
I
I
I
I
Pemerintahan
I
T
T
T
T
T
T
Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan
I
I
I
I
I
I
I
Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/
T
T
I
I
I
I
I
Perwakilan
Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah
Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh
T
T
T
T
B
T
T
Fasilitas Penanggulangan dan Konseling Pelecehan Sex
T
T
B
B
B
B
B
08. Perdagangan dan Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor
Bengkel Kendaraan Niaga
T
T
I
T
T
I
T
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga
T
T
I
T
T
I
T
Bengkel Kendaraan Pribadi
T
T
I
I
T
I
I
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi
T
T
I
I
T
I
I
Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan
T
T
I
I
T
I
I
Kendaraan

3
L
S
S
S
T
I
T
I
I
B
B
I
I
I
I
I

Penggunaan Perdagangan & Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah
Stasiun Servis Mobil
T
T
S
S
S
S
S
S
Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka
T
T
S
S
T
S
S
S
09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan
Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan-Bahan
T
T
I
T
T
I
T
T
Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving & Storage)
T
T
I
T
T
I
T
T
Pergudangan
T
T
I
T
T
I
T
T
Penyaluran Grosir
T
T
I
T
T
I
T
T
Penggunaan Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Diatur Secara Terpisah
Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka
T
T
S
T
T
S
T
T
Penampungan Barang Rongsokan
T
T
T
T
T
T
T
T
Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan
T
T
B
B
B
B
B
B
10. Industri
Industri Berat
T
T
T
T
T
T
T
T
Industri Ringan
T
T
I
T
T
I
T
T
Industri Bahari
T
T
T
T
T
T
T
T
Riset & Pengembangan
B
T
I
I
I
I
I
I
Terminal Truk dan Transportasi
T
T
I
T
T
I
T
I
Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah
Fasilitas Penelitian Limbah
B
T
T
T
T
T
T
T
Fasilitas Pengolahan Limbah
T
T
T
T
T
T
T
T
Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus
S
T
S
T
S
S
T
S
Pantai
Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan
L3 - 4

Lampiran 3
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kategori/ Sub
Kawasan
Kategori
BP
Zona
Penggunaan
1
Industri Pertambangan dan Ekstraktif
T
Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar
T
Pengolahan dan Pengemasan Kebutuhan
T
Hewan dan Sampingannya
Industri Sangat Berat
T
Penimbunan Rongsokan dan Pembongkaran
T
Kendaraan Bermotor
11. Tata Informasi (Signs)
Tata Informasi Yang Diizinkan
I
Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah
Community Identification Signs
T
Reallocation of Sign Area Allowance
L
Revolving Project Signs
L
Signs with Automatic Changing Copy
L
Theater Marquees
T
Keterangan :
I
B/L/S

2
T
T
T

PERDAGANGAN & JASA


BK
BT
1
2
3
1
2
T
S
T
T
S
S
S
S
S
S
T
T
T
T
T

3
T
S
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
L
L
L
T

T
L
L
L
L

T
L
L
L
L

T
L
L
L
T

T
L
L
L
L

T
L
L
L
L

T
L
L
L
L

Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan


Penggunaan diijinkan dengan persyaratan khusus
(misal : wajib AMDAL, luas dibatasi, dsb)

BP : Bangunan Pemerintah
BK : Bangunan Perkantoran
BT : Bangunan Pertokoan

Penggunaan atau kategori penggunaan tidak


diijinkan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L3 - 5

Lampiran 4
Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Perdagangan dan Jasa

Lampiran 4
Peraturan Teknis Pembangunan Pada Kawasan Perdagangan
dan Jasa
Peraturan
Bangunan

Kawasan

Zona

PERDAGANGAN & JASA


1

BP
2

BK
2

BT
2

1000

3750

3750

450

120

1350

120

75

Luas Perpetakan
Luas Perpetakan
Minimum (m2)
Luas Perpetakan
Maksimum (m2)

Dimensi Perpetakan Minimum


Lebar Perpetakan (m)
25
50
Lebar Jalan Di Depan (m)
15
30
Kedalaman Perpetakan
(m)

30
30

15
15

8
15

30
15

8
15

5
15

75

75

30

15

45

15

15

4,5

7,5

7,5

24

24

55

45

45

60

60

60

50

75

40

Persyaratan Jarak Bebas


Jarak Bebas Depan
Minimum (m)
Jarak Bebas Samping
Minimum (m)
Jarak Bebas Sisi Jalan
Minimum (m)
Ketinggian Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan
Maksimum (%)
Koefisien Lantai Bangunan
Maksimum (%)
Jalur Pejalan Kaki
Transparansi
Artikulasi Bangunan
Pembatasan Parkir Di
Pekarangan Sisi Jalan
Orientasi Petak Parkir

3,0

4,0

4,0

4,8

4,8

1,2

4,0

2,5

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku
berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

berlaku

Keterangan :
BP : Bangunan Pemerintah
BK : Bangunan Perkantoran
BT : Bangunan Pertokoan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L4 -

Lampiran 5
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri

Lampiran 5
PERATURAN PENGGUNAAN PADA KAWASAN INDUSTRI
Kawasan
Kategori/ Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
01. Ruang Terbuka
Rekreasi Aktif
Rekreasi Pasif
Preservasi Sumber-Sumber Alam
Fasilitas Pemeliharaan Taman
02. Pertanian
Pengolahan Hasil Pertanian
Fasilitas Akuakultur
Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega

IT
1

I
I
T
T

I
I
T
T

T
T
T
T

I
T
T
T

I
T
T
T

I
T
T
T

T
I
T
I
I
T

T
I
T
T
T
T

T
I
T
I
I
T

I
T
L
T

I
T
T
T

I
T
T
T

I
T
T
T

T
T
T
T

T
I
T
I
I
T

T
I
T
I
I
T

T
I
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

I
T
L
T

I
T
L
T

I
T
L
T

I
T
L
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
B
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

S
T

S
T

S
T

S
T

S
T

S
T

S
T

T
T

T
T
T
T
Pengembangan & Pemanenan Hasil Pertanian
T
T
Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan
T
T
Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah
Bengkel Alat-Alat Pertanian
T
T
Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial
T
T
Kebun-kebun masyarakat
T
T
Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda
T
T
T

03. Hunian
Akomodasi Hunian Bersama
T
Taman Rumah Mobil
T
Hunian Multipel
T
Hunian Tunggal
T
Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah
Penyewaan Kamar dengan Makan
T
Paviliun
T
Rumah Dinas Karyawan
T
Asrama Mahasiswa dan Pelajar
T
Penjualan di Garasi dan Halaman
T
Wisma Tamu
T
Rumah Usaha
T
Rumah Jompo
T
Production House
T
Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba)
T
Wisma Transisi
T
Wisma Awak Kapal
B
04. Institusi
Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah
Bandar Udara
S
Kebun Botani dan Kebun Penelitian
T

IK
1

Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca

Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bungabunga

INDUSTRI
IR
IB
2
3
1
2

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L5 - 1

Lampiran 5
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri

Kawasan
Kategori/ Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Pemakaman dan Krematorium
Tempat Ibadah
Antena Komunikasi
Fasilitas Telekomunikasi Minor
Fasilitas Telekomunikasi Mayor
Antena Satelit
Rumah Tahanan
Fasilitas Pendidikan
TK sampai SMU
Sekolah Tinggi/Universitas
Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang

IT

INDUSTRI
IR
IB
2
3
1
2
S
S
S
S
S
B
T
T

1
S
S

2
S
S

1
S
T

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

B
S
B
S

T
S
T
S

T
T
T
I
S
B

S
S
I
S
S
B

S
S
I
I
S
B

IK
1
S
S

2
T
T

B
S
B
S

B
S
B
S

T
T
T
T

T
T
T
I
S
B

T
S
I
I
S
B

S
S
I
S
S
B

T
T
T
T
T
T

Fasilitas Pengendalian Banjir

S
S
T
S
S
B

Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk


penggunaan tertentu

Fasilitas Warga Tuna Wisma


Fasilitas makan bersama
Shelter darurat
Rumah singgah

T
T
T

S
S
S

T
T
T

S
S
S

S
S
S

T
T
S

S
S

S
S

T
T

Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi


Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan

Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara, Fasilitas


Perawatan

Pusat Informasi Lingkungan


Museum

T
T
S
S

T
T
S
S

T
T
S
S

T
T
S
S

T
T
S
S

T
T
I
T

T
T
S
T

T
T
S
S

T
T
T
T

T
T

I
T

I
T

I
I

T
T

I
T

I
T

T
T

Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi

Lembaga Pelayanan Sosial


05. Perdagangan Retail/Eceran
Bahan Bangunan dan Perkakas
T
Makanan dan Minuman
T
Alat-Alat Rumah Tangga, Furnitur, Perkakas Rumah
Tangga

T
T
T
Barang Kelontong,Farmasi,& Kebutuhan Sehari-hari
T
I
I
Pakaian dan Aksesoris
T
T
T
Penggunaan Perdagangan Ritel Diatur Secara Terpisah
Peralatan dan Pasokan Pertanian
T
T
T
Outlet Minuman Beralkohol
T
T
T
Penjualan Tanaman
T
T
T

T
I
I

I
I
I

T
I
T

T
I
T

T
I
I

T
T
T

I
T
T

I
T
I

T
T
T

I
T
T

I
T
I

T
T
T

Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di


Ruang Terbuka

06. Jasa Komersial


Jasa Bangunan
Aneka Kebutuhan Bisnis
Jasa Usaha Makanan & Minuman
Lembaga Keuangan

T
T
T
T

T
I
I
I

I
I
I
T

I
I
I
I

I
I
I
I

T
T
T
T

I
I
I
T

I
I
I
I

T
T
T
T

Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L5 - 2

Lampiran 5
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri

Kawasan
Kategori/ Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat

IT

1
2
1
T
T
T
Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi)
T
T
I
Jasa Off-Site
T
I
I
Jasa Personal
T
T
T
Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan
T
T
T
Studio Radio & TV
T
I
I
Jasa Penginapan (Visitors Accomodation)
T
T
T
Penggunaan Jasa Komersial Diatur Secara Terpisah
Taman Hiburan
T
S
S
Penitipan Hewan
T
S
S
Taman Perkemahan
T
T
T
Fasilitas Penitipan Anak
B
B
T
Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan
T
T
T
Pameran Di Ruang Terbuka
T
S
S
Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt
T
S
S
Fasilitas Pendaratan Helikopter
S
S
S
Studio Ketrampilan
T
T
T
Panti Pijat, spesialis/ahli
T
T
T
Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m2
T
T
T
Klinik Kesehatan Rawat Luar
T
B
T

INDUSTRI
IR
IB
2
3
1
2
I
I
T
I
I
I
T
T
I
I
T
I
I
I
T
T
I
I
T
T
I
I
T
I
T
T
T
T

IK
1

I
I
T

2
T
T
T
T
T
T
T

I
I

S
S
T
B
T
S
S
S
T
T
T
B

S
S
T
B
B
S
S
S
I
B
T
I

S
S
T
T
T
S
S
S
T
T
T
T

S
S
T
B
T
S
S
S
T
T
T
B

S
S
T
B
T
S
S
S
I
T
T
B

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama

Permanen
Sementara
Klub Privat
Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m2

Gerobak Dorong:
Gerobak Dorong di Lahan Privat
Gerobak Dorong di Jalan Umum
Fasilitas Daur Ulang:
Fasilitas Pengumpul Besar
Fasilitas Pengumpul Kecil

Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar

Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil

S
S
S
S

S
S
S
S

I
L
S
S

S
S
S
S

I
L
S
S

I
L
S
S

I
L
S
S

S
S
S
S

T
T
T
T

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

B
L

T
T

B
B
T
T
B
T

L
B
T
T
B
T

L
B
L
S
B
L

L
B
T
T
B
T

L
B
S
S
B
L

T
B
S
L
B
L

T
B
L
L
B
L

L
B
T
T
B
T

T
T
T
T
T
T

Fasilitas Drop-Off

Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan

Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan


Organik
Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial &


Pabrik Besar
Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial &


Pabrik Kecil

Fasilitas Mesin Otomatik


Fasilitas Pengolah Ban Bekas

B
T

B
T

B
S

B
T

B
S

B
S

B
S

B
T

T
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L5 - 3

Lampiran 5
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri

Kawasan
Kategori/ Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
Kafe Kaki Lima
Lapangan Olahraga dan Stadion
Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m2
Klinik dan Rumah Sakit Hewan
Kebun Binatang
07. Perkantoran
Bisnis dan Profesional
Pemerintahan
Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan

IT

INDUSTRI
IR
IB
2
3
1
2
L
L
T
L
S
S
T
S
S
S
T
S
S
I
S
S
T
T
T
T

1
T
T
T
T
T

2
L
S
S
S
T

1
L
T
T
S
T

T
T
T

I
I
T

T
T
T

I
I
I

I
I
I

T
T
T

Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/


Perwakilan

IK
1
L
T
T
S
T

2
T
T
T
T
T

T
I
T

I
I
I

T
T
T

I
I
Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah
Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh
T
T

Fasilitas Penanggulangan & Konseling Pelecehan


Sex

I
I
T
I

I
I
I
I

T
T
T
T

08. Perdagangan dan Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor


Bengkel Kendaraan Niaga
T
T
I
I
I
I
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga
T
T
I
I
I
I
Bengkel Kendaraan Pribadi
T
T
I
I
I
T
Penjualan & Penyewaan Kendaraan Pribadi
T
T
I
I
I
T
Penjualan dan Penyewaan Peralatan &
Perlengkapan Kendaraan

T
T
I
T
I
I
I
I
T
Penggunaan Perdagangan & Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah
Stasiun Servis Mobil
S
S
S
S
S
S
S
S
T
Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor
Terbuka

09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan


Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & BahanBahan
Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving &
Storage)

Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi


Pembangunan

T
T
I
I
I
I
I
I
T
Pergudangan
T
T
I
I
I
I
I
I
T
Penyaluran Grosir
T
I
I
I
I
I
I
I
T
Penggunaan Perdagangan Grosir,Pendistribusian,dan Penyimpanan Diatur Secara Terpisah
Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka
T
T
I
I
I
I
I
I
T
Penampungan Barang Rongsokan
T
T
S
S
S
S
S
S
T
10. Industri
Industri Berat
T
Industri Ringan
I
Industri Bahari
T
Riset & Pengembangan
I
Terminal Truk dan Transportasi
T
Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah
Fasilitas Penelitian Limbah
S
Fasilitas Pengolahan Limbah
S

T
I
T
I
T

T
I
I
I
I

T
I
T
I
T

T
I
I
I
I

T
I
I
I
I

I
I
I
I
I

I
I
I
I
I

T
T
T
T
T

S
S

S
S

S
S

S
S

S
S

S
S

S
S

T
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L5 - 4

Lampiran 5
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Industri

Kategori/ Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan
Zona

IT

INDUSTRI
IR
IB
2
3
1
2
T
I
I
I
S
S
S
S
I
I
I
I

Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar

1
T
T
S

2
T
S
I

1
I
S
I

Pengolahan & Pengemasan Kebutuhan Hewan&


Sampingannya

Industri Sangat Berat

Penimbunan Rongsokan & Pembongkaran


Kendaraan Bermotor

T
L
L
L
T

T
L
L
L
L

Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai

Industri Pertambangan dan Ekstraktif

11. Tata Informasi (Signs)


Tata Informasi Yang Diijinkan
I
I
I
Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah
Community Identification Signs
T
T
T
Reallocation of Sign Area Allowance
L
L
L
Revolving Project Signs
L
L
L
Signs with Automatic Changing Copy
L
L
L
Theater Marquees
T
T
T
Keterangan :
I
B/L/S

Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan


Penggunaan diijinkan dengan persyaratan khusus
(misal : wajib AMDAL, luas dibatasi, dsb)

IT
IR
IB
IK

:
:
:
:

IK
1
I
S
I

2
T
T
T

T
L
L
L
T

T
L
L
L
T

T
L
L
L
T

T
T
T
T
T

Industri Taman
Industri Ringan
Industri Berat
Industri Kecil

Penggunaan atau kategori penggunaan tidak


diijinkan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L5 - 5

Lampiran 6
Peraturan Teknis Pembangunan pada Kawasan Industri

Lampiran 6
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN PADA KAWASAN
INDUSTRI
Peraturan
Bangunan

Kawasan
Zona

IT
1

INDUSTRI
IR
IB
2
3
1 2

IK
1

Luas Perpetakan
Luas Perpetakan Minimum (m2)
Luas Perpetakan Maksimum (m2)

3.600
-

1.350
-

2.700
-

900
1.350

30
30
60

22,5
22,5
30

30
30
45

15
15
30

6,0
7,5
4,5
6,0
6,0

4,5
6,0
3,0
4,5
6,0

6,0
7,5
4,5
6,0
7,5

3,0

9,0

7,5

9,0

3,0

7,5
-

4,5

6,0
9,0

4,5
-

15,0

7,5

9,0

4,5

1,0
-

1,0

1,0

berlaku
berlaku

berlaku
berlaku

1,0
-

Dimensi Perpetakan Minimum


Lebar Perpetakan (m)
Frontage Jalan (m)
Kedalaman Perpetakan (m)

Persyaratan Jarak Bebas


Jarak Bebas Depan Minimum (m)
Jarak Bebas Depan Standar (m)
Jarak Bebas Samping Minimum (m)
Jarak Bebas Sisi Jalan Minimum (m)
Jarak Bebas Sisi Jalan Standar (m)
Jarak Bebas Sisi Yang Bersinggungan Dengan
Hunian Minimum (m)
Jarak Bebas Belakang Minimum (m)
Jarak Bebas Belakang Standar (m)
Jarak Bebas Belakang Yang Bersinggungan
Dengan Hunian Minimum (m)
Tinggi Struktur Maksimum
Koefisien Lantai Bangunan Maksimum
Persyaratan Dinding Jalan
Kenyamanan Outdoor
Keterangan :
IT :
Industri
IR :
Industri
IB :
Industri
IK :
Industri

berlaku

Taman
Ringan
Berat
Kecil

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L6 - 1

1,5
3,0
3,0

Lampiran 7
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka

Lampiran 7
PERATURAN PENGGUNAAN PADA KAWASAN RUANG TERBUKA
Kategori/ Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan
Zona

01. Ruang Terbuka


Rekreasi Aktif
Rekreasi Pasif
Preservasi Sumber-Sumber Alam
Fasilitas Pemeliharaan Taman

Ruang Terbuka
TB
5 1 2 3 4

TA
1

TL
3

T
I
I
T

T
I
I
T

T
I
I
T

T
I
I
T

T
I
I
T

I
I
I
I

I
I
I
I

I
I
I
I

I
I
I
I

I
I
I
I

I
I
I
I

I
I
I
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
I
I
T

T
T
T
T
T
T

I
I
I
I
I
I

T
T
T
T
T
T

I
I
T
T
I
I

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
B
T
B

T
T
B
T
T

T
T
T
T
T

T
T
I
T
I

T
T
T
T
T

S
T
I
T
I

T
T
T
T
T

T
S
B
T
B

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

02. Pertanian
T
T
T
T
Pengembangan dan Pemanenan Hasil Pertanian
T
Pengembangan Perawatan & Pemeliharaan Hewan
T
Penggunaan Pertanian Diatur Secara Terpisah
Bengkel Alat-Alat Pertanian
T
Istal/pemeliharaan kuda pacuan komersial
T
Kebun-kebun masyarakat
T
Fasilitas pameran & pertunjukan/sirkus berkuda
T
Pasar terbuka penjualan hasil pertanian & bunga-bunga
T
Pengolahan Hasil Pertanian
Fasilitas Akuakultur
Pemerahan Susu/Pembuatan Mentega
Pembenihan Hortikultura & Rumah Kaca

03. Hunian
Akomodasi Hunian Bersama
T
Taman Rumah Mobil
T
Hunian Multipel / Komunal
T
Hunian Tunggal
T
Penggunaan Hunian Diatur Secara Terpisah
Penyewaan Kamar dengan Makan
T
Paviliun
T
Rumah Dinas Karyawan
T
Asrama Mahasiswa dan Pelajar
T
Penjualan di Garasi dan Halaman
T
Wisma Tamu
T
Rumah Usaha
T
Rumah Jompo
T
Production House
T
Panti Perawatan (rehabilitasi pecandu narkoba)
T
Wisma Transisi
T
Wisma Awak Kapal
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L7 - 1

Lampiran 7
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka

Kategori/ Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan
4

Ruang Terbuka
TB
5 1 2 3 4

TA
1

TL
3

04. Institusi
Penggunaan Institusi Diatur Secara Terpisah
Bandar Udara
T
Kebun Botani dan Kebun Penelitian
T
Pemakaman dan Krematorium
T
Tempat Ibadah
T
Antena Komunikasi
T
Fasilitas Telekomunikasi Minor
T
Fasilitas Telekomunikasi Mayor
T
Antena Satelit
B
Rumah Tahanan
T
Fasilitas Pendidikan
T
TK sampai SMU
T
Sekolah Tinggi/Universitas
T
Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang
T
Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Energi
T
Fasilitas Balai Pameran dan Pertemuan
T
Fasilitas Pengendalian Banjir
T

T
T
T
T
T
T
T
B
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
B
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
B
T
T
T
T
T
T
T
T

T
S
T
T
T
T
T
B
T
T
T
T
T
T
T
B

T
I
T
T
T
B
S
B
T
T
T
T
T
T
S
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
I
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
I
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
I
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
B
T
T
T
B
B
B
T
T
T
T
T
B
T
T

T
T
T
T
T
B
S
B
T
T
T
T
T
T
T
B

Gedung Bersejarah yg boleh digunakan utk penggunaan


tertentu

Fasilitas Warga Tuna Wisma


Fasilitas makan bersama
Shelter darurat
Rumah singgah

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara, Fasilitas


Perawatan

Pusat Informasi Lingkungan


Museum

S
T
T
T

S
T
T
T

S
T
T
T

S
T
T
T

S
T
T
T

I
T
T
T

T
T
T
T

S
T
T
T

T
T
T
T

S
T
T
T

T
T
B
T

T
T
T
T

T T T
T T T
Alat Rumah Tangga,Furnitur,Perkakas Rumah Tangga
T T T
Hewan Peliharaan dan Kebutuhannya
T T T
Barang Kelontong,Farmasi, & Kebutuhan Sehari-hari
T T T
Pakaian dan Aksesoris
T T T
Penggunaan Perdagangan Ritel Diatur Secara Terpisah
Peralatan dan Pasokan Pertanian
T T T
Outlet Minuman Beralkohol
T T T
Penjualan Tanaman
T T T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
I
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T

T
T
T

T
T
B

T
T
T

T
T
T

B
T
B

T
T
T

B
T
I

T
T
B

T
T
T

Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran Di


Ruang Terbuka

Zona

Transmisi Induk,Relay, & Distribusi Komunikasi

Lembaga Pelayanan Sosial


05. Perdagangan Ritel/Eceran
Bahan Bangunan dan Perkakas
Makanan dan Minuman

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L7 -

Lampiran 7
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka

Kategori/ Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan
Zona

TL
3

Ruang Terbuka
TB
5 1 2 3 4

TA
1

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
I
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
S
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
S
T
T
T
S
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
S
T
T
S
S
S
T
T
T
T

06. Jasa Komersial


T T T
T T T
T T T
T T T
T T T
T T T
T T T
T T T
Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan & Pertunjukan
T T T
Studio Radio & TV
T T T
Jasa Penginapan (Visitors Accomodation)
T T T
Penggunaan Jasa Komersial Diatur Secara Terpisah
Taman Hiburan
T T T
Penitipan Hewan
T T T
Taman Perkemahan
T T T
Fasilitas Penitipan Anak
T T T
Kedai Makan & Minum Di Pinggir Zona Perumahan
T T T
Pameran Di Ruang Terbuka
T T T
Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt
T T T
Fasilitas Pendaratan Helikopter
T T T
Studio Ketrampilan
T T T
Panti Pijat, spesialis/ahli
T T T
Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 465 m2
T T T
Klinik Kesehatan Rawat Luar
T T T
Jasa Bangunan
Aneka Kebutuhan Bisnis
Jasa Usaha Makanan & Minuman
Lembaga Keuangan
Jasa Pemakaman & Penitipan Mayat
Jasa Perawatan & Perbaikan (Reparasi)
Jasa Off-Site
Jasa Personal

Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama

Permanen
Sementara
Klub Privat
Fasilitas Rekreasi Privat, luas lebih dari 929 m2

Gerobak Dorong:
Gerobak Dorong di Lahan Privat
Gerobak Dorong di Jalan Umum
Fasilitas Daur Ulang:
Fasilitas Pengumpul Besar
Fasilitas Pengumpul Kecil

Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Besar

Tempat Pengumpulan Puing Bangunan Kecil

Fasilitas Drop-Off

Fasilitas Pengomposan dari Bahan Tumbuhan

Fasilitas Pengomposan Campuran Bahan Organik

Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Besar

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
S

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

B
L

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
B
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
I
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
I
B
T

T
T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T
T

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L7 -

Lampiran 7
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka

Kategori/ Sub
Kategori
Penggunaan

Kawasan
Zona

TL
3

Ruang Terbuka
TB
5 1 2 3 4

TA
1

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik


Besar

Fasilitas Pengolahan Hasil Daur Ulang Kecil

Fasilitas Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik


Kecil

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
B
I
T
S

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T
T
T
T
T
T
T

T T
T T
T T
Jasa Perkantoran/Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan
T T
Penggunaan Perkantoran Diatur Secara Terpisah
Kantor Pemasaran Real Estate & Rumah Contoh
T T
Fasilitas Penanggulangan & Konseling Pelecehan Sex
T T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

T
T

08. Perdagangan dan Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor


Bengkel Kendaraan Niaga
T T T T T T T
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Niaga
T T T T T T T
Bengkel Kendaraan Pribadi
T T T T T T T
Penjualan dan Penyewaan Kendaraan Pribadi
T T T T T T T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T
T
T
T

T T T T T T T T T T
Penggunaan Perdagangan & Jasa Pelayanan Kendaraan Bermotor Diatur Secara Terpisah
Stasiun Servis Mobil
T T T T T T T T T T
Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka
T T T T T T T T T T

T
T

T
T

Fasilitas Mesin Otomatik


Fasilitas Pengolah Ban Bekas
Kafe Kaki Lima
Lapangan Olahraga dan Stadion
Teater Terbuka, luas lebih dari 465 m2
Klinik dan Rumah Sakit Hewan
Kebon Binatang
07. Perkantoran
Bisnis dan Profesional
Pemerintahan
Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Kesehatan

Penjualan dan Penyewaan Peralatan & Perlengkapan


Kendaraan

09. Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan


T

Pergudangan
T T T T T T T T T T T
Penyaluran Grosir
T T T T T T T T T T T
Penggunaan Perdagangan Grosir, Pendistribusian, dan Penyimpanan Diatur Secara Terpisah
Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka
T T T T T T T T T T T
Penampungan Barang Rongsokan
T T T T T T T T T T T

T
T

Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi


Pembangunan

Tempat Penyimpanan Terbuka Peralatan & Bahan-Bahan


Fasilitas Pindahan & Penitipan Barang (Moving &
Storage)

T
T

10. Industri
Industri Berat

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L7 -

Lampiran 7
Peraturan Penggunaan pada Kawasan Ruang Terbuka

Kawasan
Kategori/ Sub
Kategori
Zona
Penggunaan
1
Industri Ringan
T
Industri Bahari
T
Riset & Pengembangan
T
Terminal Truk dan Transportasi
T
Penggunaan Industri Diatur Secara Terpisah
Fasilitas Penelitian Limbah
T
Fasilitas Pengolahan Limbah
T
Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai
T
Industri Pertambangan dan Ekstraktif
T
Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar
T

4
T
T
T
T

Ruang Terbuka
TB
5 1 2 3 4
T T T T T
T T T T T
T T T T T
T T T T T

5
T
T
T
T

6
T
T
T
T

TA
1
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
S
T

2
T
T
T
T

TL
3
T
T
T
T

T
T
T
T
T

Pengolahan & Pengemasan Kebutuhan Hewan &


Sampingannya

Industri Sangat Berat

Penimbunan Rongsokan dan Pembongkaran


Kendaraan Bermotor

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

T
T
T
T
T

11. Tata Informasi (Signs)


Tata Informasi Yang Diijinkan
I
I
Penggunaan Tata Informasi Diatur Secara Terpisah
Community Identification Signs
T T
Reallocation of Sign Area Allowance
T T
Revolving Project Signs
T T
Signs with Automatic Changing Copy
T T
Theater Marquees
T T
Keterangan :
I
B/L/S

Penggunaan atau kategori penggunaan diijinkan


Penggunaan diijinkan dengan persyaratan
khusus (misal : wajib AMDAL, luas dibatasi, dsb)

TL :
TB :
TA :

Kawasan Lindung
Ruang Terbuka Non Lindung

Tata Air

Penggunaan atau kategori penggunaan tidak


diijinkan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L7 -

Lampiran 8
Peraturan Teknis Pembangunan pada Zona Ruang Terbuka

Lampiran 8
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN
PADA KAWASAN RUANG TERBUKA

Peraturan
Bangunan

Kawasan

Zona
Kepadatan Minimum yg
Diijinkan (Unit
Hunian/Perpetakan)
Luas Perpetakan Minimum
(m2)

Ruang Terbuka
1

TL
3

TB
4

TA
1

2.000

b
b

b
b

b
b

b
b

b
b

b
b

b
b

b
b

25
25

b
b

b
b

15

Dimensi Perpetakan Minimum


Lebar Perpetakan (m)
Kedalaman Perpetakan (m)

b
b

Persyaratan Jarak Bebas


Jarak Bebas Depan
Minimum (m)
Jarak Bebas Samping
Minimum (m)
Jarak Bebas Belakang
Minimum (m)
Ketinggian Bangunan (lapis)
KDB Maks (%)
KLB Maks

2
55
0.1

Keterangan:
b : Bebas
TL : Kawasan Lindung
TB : Terbuka Non Lindung
TA : Tata Air

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L8 - 1

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

Lampiran 9

01.

RUANG TERBUKA

Kategori Ruang Terbuka terdiri dari penggunaan-penggunaan lahan


yang ditujukan serta dapat diidentifikasi untuk penggunaan rekreasi
publik atau dibiarkan apa adanya dalam kondisi alami.
SUB KATEGORI

PENJELASAN

Rekreasi Aktif

Fasilitas rekreasi untuk umum yang memerlukan


pengembangan
lahan
utama,
memerlukan
pemeliharaan
tingkat
tinggi,
dan
dapat
menampung banyak orang.

02

Rekreasi Pasif

Fasilitas rekreasi yang ada kaitannya dengan


peninggalan/situs sejarah dan hubungannya
dengan ruang terbuka alami. Fasilitas seperti ini
memerlukan pengembangan lahan yang kecil,
memerlukan pemeliharaan minimum, menampung
sedikit orang, dan berdampak rendah terhadap
ruang terbuka alami.

03

Preservasi
Sumber Alam

Lahan yang tidak dikembangkan dan dibiarkan


dalam keadaan alami untuk penggunaan khusus
seperti ruang terbuka visual dan mengurangi
kerusakan lingkungan.

04

Fasilitas
Pemeliharaan
Taman

Bangunan utama atau fasilitas utama digunakan


untuk pemeliharaan taman-taman umum.

01

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 1

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

02.

PERTANIAN

Kategori Pertanian terdiri dari penggunaan-penggunaan yang


melibatkan pengembangan dan pemanenan hasil-hasil pertanian,
pembesaran ternak, dan pengolahan hasil sampingan.
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Pengolahan Hasil
Pertanian

Penggunaan yang ada hubungannya dengan


pengolahan hasil pertanian, hewan, atau hasil
sampingannya
yang
ditumbuhkan
atau
dikembangkan di atas lahan yang sama untuk
dikonsumsi atau dikirim ke pasar.

02

Fasilitas
Akuakultur

Penggunaan dengan kegiatan penanaman atau


pemeliharaan yang dikembangkan melalui media
air, baik di ruang tertutup ataupun terbuka.

03

Pemerahan
Susu/
Pembuatan
Mentega

Penggunaan yang ada hubungannya dengan


pemerahan dan pengolahan susu hewan ternak
untuk dikonsumsi atau dikirim ke pasar.

04

Pembenihan
Hortikultura dan
Rumah Kaca

Penggunaan yang ada hubungannya dengan


pembiakan dan penumbuhan tanaman-tanaman
dalam bejana atau di atas tanah dan berkaitan
dengan jual beli tanaman-tanaman tersebut.

05

Pengembangan
dan Pemanenan
Hasil Pertanian

Penggunaan yang ada kaitannya dengan


penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan hasilhasil pertanian untuk dikonsumsi atau untuk
tujuan komersial.

06

Pengembangan,
Perawatan dan
Pemeliharaan
Hewan

Penggunaan yang ada hubungannya dengan


pemberian makanan, pengkandangan, dan
pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan
komersial.

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


07

Bengkel Alat-Alat Pertanian

08

Istal/Pemeliharaan Kuda Pacuan Komersial

09

Kebun-kebun masyarakat

10

Fasilitas Pameran dan Pertunjukan/ Sirkus Berkuda

11

Pasar Terbuka Penjualan Hasil Pertanian dan Bunga-Bunga

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 2

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

03.

HUNIAN

Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan


fasilitas akomodasi untuk satu orang atau lebih
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Akomodasi
Hunian Bersama

Hunian di mana beberapa unit hunian secara


bersama-sama menggunakan fasilitas kebutuhan
hidup termasuk penyediaan makan dan layanan
lainnya.

02

Hunian Multipel/
Komunal

Unit-unit hunian di mana lebih dari satu unit


hunian berada pada satu perpetakan. Multi
hunian tidak termasuk penggunaan-penggunaan
yang dibolehkan pada hunian tunggal.

03

Hunian Tunggal

Unit hunian di mana tidak lebih dari satu unit


hunian berada pada satu perpetakan, biasanya
terpisah (detached), dan ditempati oleh hanya
satu unit rumah tangga tunggal.

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


04

Penyewaan kamar dan makan, sebagai penggunaan pelengkap

05

Rumah Dinas Karyawan

06

Asrama Mahasiswa dan Pelajar

07

Wisma Tamu, sebagai penggunaan pelengkap

08

Rumah Usaha, sebagai penggunaan pelengkap

09

Rumah Jompo

10

Tempat Tinggal/ Kerja (Rumah Produksi)

11

Panti Perawatan Warga, untuk rehabilitasi kecanduan narkoba

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 3

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

04. INSTITUSI
Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan
jasa-jasa khusus yang memberikan manfaat pada masyarakat luas.
Semua penggunaan dalam kategori penggunaan ini diatur dalam
peraturan-peraturan tersendiri.
Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah
01

Bandar Udara

02

Kebun Botani dan Kebun Penelitian

03

Pemakaman dan Krematorium

04

Tempat Ibadah

05

Antena Komunikasi
- Fasilitas Telekomunikasi Minor
- Fasilitas Telekomunikasi Mayor
- Antena Satelit

06

RumahTahanan

07

Fasilitas Pendidikan
- TK sampai SMU
- Sekolah Tinggi/Universitas
- Sekolah Kejuruan/Sekolah Dagang

08

Fasilitas Pembangkit dan Distribusi Enegi

09

Fasilitas Balai Pertemuan dan Pameran

10

Fasilitas Pengendalian Banjir

11

Gedung Bersejarah yang boleh digunakan untuk penggunaan tertentu

12

Fasilitas Warga Tuna Wisma


- Fasilitas makan bersama
- Shelter Darurat
- Rumah Singgah

13

Rumah Sakit, Fasilitas Perawatan Antara dan Fasilitas Perawatan

14

Pusat Informasi Lingkungan

15

Museum

16

Transmisi Induk, Relay & Distribusi Komunikasi

17

Lembaga Pelayanan Sosial

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 4

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

05.

PERDAGANGAN RITEL

Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang meliputi


penjualan, peminjaman atau penyewaan barang-barang baru atau
bekas kepada masyarakat luas.
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Pasokan Bahan
Bangunan dan
Alat-Alat
Pertukangan

Penggunaan-penggunaan yang menyediakan


barang-barang untuk memperbaiki, merawat,
atau menambah nilai visual bangunan atau
persil.

02

Peralatan,
Perlengkapan, dan
Kebutuhan Rumah
Tangga

Penggunaan-penggunaan yang menyediakan


barang-barang, besar dan kecil, fungsional dan
dekoratif, untuk digunakan, dinikmati, untuk
kesenangan atau tujuan estetis.

03

Toko Makanan dan


Minuman

Penggunaan yang menyediakan makanan


untuk dikonsumsi di luar perpetakan.

04

Hewan Peliharaan
dan Kebutuhannya

Penggunaan
yang
menyediakan
hewan
peliharaan dan kebutuhannya untuk dijual,
atau jasa perawatan.

05

Barang-Barang
Kelontong,
Farmasi, dan
Kebutuhan Seharihari

Penggunaan yang menyediakan barang-barang


untuk perawatan dan pemeliharaan kesehatan
pribadi dan kesejahteraan sehari-hari.

06

Pakaian dan
Kelengkapannya

Penggunaan yang menyediakan barang-barang


untuk menutup, melindungi atau meningkatkan
citra sosok manusia.

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


07

Peralatan dan Pasokan Pertanian

08

Outlet Minuman Beralkohol

09

Perawatan Barang-Barang/Peralatan Rumah Tangga

10

Bursa & Fasilitas Perdagangan Ritel/Eceran di Ruang terbuka

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 5

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

06. JASA KOMERSIAL


Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan
pelayanan konsumen atau bisnis, untuk perbaikan dan pemeliharaan
berbagai macam produk secara luas dan untuk entertainment.
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Jasa Bangunan

Penggunaan
yang
menyediakan
jasa
pemeliharaan dan perbaikan untuk semua jenis
struktur
bangunan
dan
unsur-unsur
menariknya, termasuk ruang-ruang luar di
dalam persil.

02

Aneka Kebutuhan
Bisnis

Penggunaan yang menyediakan jasa-jasa SDM,


percetakan,
fotocopy,
fotografi,
dan
komunikasi.

03

Makanan dan
Minuman

Penggunaan
yang
menyediakan
atau
menyiapkan makanan / minuman untuk
dikonsumsi di luar atau di dalam perpetakan.

04

Lembaga
Keuangan

Penggunaan yang berhubungan dengan


penukaran, peminjaman, dan penyimpanan
uang.

05

Jasa Pemakaman
dan Penitipan
Mayat

Penggunaan yang menyediakan jasa pelayanan


yang berhubungan dengan kematian manusia.

06

Jasa Perawatan
dan Perbaikan/
Reparasi

Penggunaan
yang
menyediakan
jasa
pemeliharan, pembersihan, dan perbaikan
barang-barang konsumsi.

07

Jasa Pengiriman
Pesanan

Penggunaan
yang
menyediakan
jasa
pengiriman berbagai macam produk secara
luas dan yang menyediakan jasa yang
digunakan pada suatu lokasi terpisah dari
pebisnis yang menyediakan pengiriman atau
layanan.

08

Jasa Personal

Penggunaan yang menyediakan berbagai jasa


yang berhubungan dengan perawatan dan
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.

09

Jasa Penyediaan
Ruang Pertemuan
dan Pertunjukan/

Entertainment

Penggunaan yang menyediakan tempat-tempat


pertemuan bagi sejumlah banyak orang untuk
tujuan rekreasi, fitness, atau pertemuan
lainnya.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 6

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

SUB KATEGORI

PENJELASAN

10

Studio Radio &


Televisi

Penggunaan yang menyediakan produksi,


perekaman, penyiaran radio, pertunjukan
televisi, dan bioskop.

11

Jasa Penginapan
(Visitors
Accomodation)

Penggunaan
yang
menyediakan
tempat
menginap, atau kombinasi tempat menginap,
makanan, dan entertainment, terutama untuk
pengunjung dan turis (termasuk hotel-hotel
dengan single room occupancy).

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


12

Taman Hiburan

13

Penitipan Hewan

14

Taman Perkemahan

15

Fasilitas Penitipan Anak

16

Kedai Makan & Minum di Pinggiran Zona Perumahan

17

Pameran di Ruang Terbuka

18

Lapangan Golf, Driving Range, Latihan Pitch & Putt

19

Fasilitas Pendaratan Helikopter

20

Studio Ketrampilan

21

Panti pijat, spesialis/ahli

22

Klub Malam & Bar, luas lantai lebih dari 450 m2

23

Klinik Kesehatan Rawat Luar

24

Fasilitas Parkir Sebagai Penggunaan Utama


- Fasilitas Parkir Permanen
- Fasilitas Parkir Sementara

25

Fasilitas rekreasi yang dikelola swasta, luas lebih dari 900 m2

26

Gerobak Dorong
- Gerobak Dorong di Lahan Privat
- Gerobak Dorong di Jalan Umum

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 7

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

SUB KATEGORI

PENJELASAN

27

Fasilitas Daur Ulang


- Drop-off
- Mesin Otomatik
- Pengumpul Kecil
- Pengumpul Besar
- Pengumpulan Puing-Puing Bangunan Besar
- Pengumpulan Puing-Puing Bangunan Kecil
- Pengomposan dari Bahan Tumbuhan
- Pengomposan Bahan Campuran Organik
- Pengolah Ban Bekas
- Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Kecil
- Pengolahan Buangan Komersial & Pabrik Besar

28

Kafe Kaki Lima

29

Lapang Olahraga dan Stadion

30

Teater Terbuka. Luas lantai lebih dari 450 m2

31

Klinik dan Rumah Sakit Hewan

32

Kebun Binatang

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 8

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

07

PERKANTORAN

Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan di dalam ruangan


yang memfokuskan pada bisnis, pemerintahan, profesional, atau
pelayanan jasa keuangan
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Bisnis dan
Profesional

Penggunaan yang berhubungan dengan mata


pencaharian melalui usaha komersial atau jasa
perdagangan atau melalui keahlian suatu
kejuruan yang membutuhkan pendidikan atau
pelatihan khusus.

02

Pemerintahan

Penggunaan yang berhubungan dengan


administrasi
peraturan
perundangan
pemerintah daerah atau pusat.

03

Praktek Medis,
Dokter Gigi, dan
Kesehatan

Penggunaan yang berhubungan dengan


diagnosis dan penanganan orang sakit dan
kondisi
malfungsi
fisik
yang
dapat
diselenggarakan di bangunan perkantoran.
Laboratorium kesehatan dan dental termasuk
dalam sub kategori ini, kecuali disebutkan lain.

04

Kantor Pusat dan


Perwakilan
Perusahaan

Penggunaan yang berhubungan dengan


administrasi bisnis besar dan wilayah geografis
yang menyebar luas yang dapat berlokasi
terpisah dengan kegiatan utama bisnis-bisnis
tersebut.

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


05

Kantor Pemasaran Real Estate dan Rumah Contoh

06

Fasilitas Penanggulangan dan Konseling Pelecehan Sex

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 9

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

08

PERDAGANGAN DAN JASA PELAYANAN KENDARAAN BERMOTOR

Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan di dalam ruangan


yang memfokuskan pada bisinis, pemerintahan, profesional, medis,
atau pelayanan jasa keuangan
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Bengkel Kendaraan
Niaga

Penggunaan dengan kegiatan memperbaiki dan


memelihara komponen-komponen atau badanbadan truk besar, kendaraan angkutan masal,
peralatan besar, atau peralatan pertanian,
pesawat udara, atau kapal laut komersial.

02

Penjualan dan
Penyewaan
Kendaraan Niaga

Penggunaan
yang
menyediakan
untuk
penjualan atau penyewaan truk, kendaraan
angkutan masal, peralatan besar atau
peralatan pertanian, pesawat udara, atau kapal
laut komersial.

03

Bengkel Kendaraan
Pribadi

Penggunaan dengan memperbaiki komponen


mekanik atau badan mobil, truk kecil / van,
sepeda motor, motor keperluan rumah tangga
atau kendaraan rekreasi, termasuk kapal pesiar
(baru maupun bekas) atau dengan pencucian,
pembersihan dan cara lain untuk menjaga
permukaan luar dan dalam kendaraan.

04

Penjualan dan
Penyewaan
Kendaraan Pribadi

Penggunaan yang menyediakan penjualan atau


penyewaan mobil-mobil, truk kecil atau van,
sepeda motor, motor keperluan rumah tangga
atau kendaraan rekreasi, termasuk kapal pesiar
baik baru maupun bekas.

05

Penjualan dan
Penyewaan
Peralatan dan
Perlengkapan
Kendaraan

Penggunaan yang berhubungan dengan


penjualan, peminjaman, atau penyewaan, baik
baru atau bekas, alat-alat atau perlengkapan
untuk tujuan perbaikan atau pemeliharaan
kendaraan, termasuk distribusi produk dari
persil yang menjual, meminjamkan, atau
menyewakannya.

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


06

Stasiun Servis Mobil

07

Gudang & Ruang Pamer Kendaraan Bermotor Terbuka

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 10

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

09

PERDAGANGAN GROSIR, DISTRIBUSI, DAN PENYIMPANAN

Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menyediakan


dan mendistribusikan barang-barang dalam jumlah besar, khususnya
ke perusahaan-perusahaan penjualan retail. Termasuk penyimpanan
dalam jangka waktu lama dan singkat barang-barang komersial dan
benda-benda milik pribadi.
SUB KATEGORI

PENJELASAN

01

Gudang Terbuka

Penggunaan yang berhubungan dengan


penyimpanan peralatan besar atau produkproduk atau bahan-bahan dalam jumlah besar
di ruang terbuka.

02

Fasilitas Pindahan
dan
PenitipanBarang

Penggunaan yang terkait dengan pindahan


rumah
atau
pemindahan
peralatan
/
perlengkapan kantor dari satu lokasi ke lokasi
lainnya, termasuk penyimpanan sementara
barang-barang tersebut.

03

Pergudangan

Penggunaan yang terkait dengan penyimpanan


barang-barang dalam jumlah besar dalam
jangka waktu lama dan singkat, termasuk juga
penyimpanan
oleh
perorangan
dalam
kompartemen penyimpanan terpisah

04

Penyaluran Grosir

Penggunaan yang terkait dengan penyimpanan


dalam jumlah besar dan pendistribusian
barang-barang, terutama ke pedagang eceran /
retail. Termasuk juga ruang pamer grosiran.

Sub Kategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


05

Tempat Penampungan Barang-Barang Terbuka

06

Penampungan Barang Rongsokan

07

Gudang Terbuka Sementara Di Luar Lokasi Pembangunan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 11

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

10

INDUSTRI

Kategori ini terdiri dari penggunaan-penggunaan yang menghasilkan


barang-barang dari kegiatan penggalian (extracted) dan bahan-bahan
baku atau dari bahan-bahan bekas yang telah dipersiapkan
sebelumnya, termasuk perencanaa, penyimpanan, dan penanganan
produk-produk tersebut dan bahan-bahan dari mana barang-barang
tersebut dihasilkan.
SUB KATEGORI

PENJELASAN

Industri Berat

Penggunaan yang memproses atau menangani


material untuk keperluan pabrik produk-produk
sektor dasar yang besar. Perakitan peralatan
besar dan mesin-mesin termasuk dalam sub
kategori ini, juga penggunaan manufaktur yang
mempunyai sifat menghasilkan suara, debu,
atau polutan lainnya yang memungkinkan
timbulnya kerusakan atau gangguan terhadap
kawasan yang berdekatan.

02

Industri Ringan

Penggunaan yang memproses, membuat,


merakit, mengolah, atau mengemas barangbarang jadi atau produk-produk tanpa
menggunakan bahan-bahan eksplosif, minyak
bakar, atau radio aktif (dalam sub kategori ini
tidak termasuk perakitan peralatan besar dan
mesin-mesin).

03

Industri Bahari

Penggunaan
yang
menghasilkan,
mendistribusikan, dan menyimpan kapal-kapal
laut komersial dan peralatan.

04

Riset &
Pengembangan

Penggunaan yang terkait dengan riset dan


penelitian ilmiah yang ditujukan pada
pengembangan produk-produk dan cara-cara
pemrosesan baru.

05

Terminal/Pool Truk
dan Transportasi

Penggunaan yang terkait dengan pengiriman


dan penyimpanan kendaraan-kendaraan besar
dalam jangka panjang atau jangka pendek.
Termasuk perbaikan kecil dan pemeliharaan
kendaraan-kendaraan besar tersebut.

01

SubKategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


06

Fasilitas Penelitian Limbah

07

Fasilitas Pengolahan Limbah

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 12

Lampiran 9
Kategori dan Sub Kategori Penggunaan

08

Penggunaan Kelautan pada Zona Khusus Pantai

09

Industri Pertambangan dan Ekstraktif

10

Pabrik Percetakan/Penerbitan Surat Kabar

11

Pengolahan dan Pengemasan Kebutuhan Hewan dan Sampingannya

12

Industri Sangat Berat

13

Penimbunan Rongsokan dan Pembongkaran Kendaraan Bermotor

11

TATA INFORMASI

Kategori ini termasuk semua struktur yang digunakan untuk


memberikan informasi tentang bisnis, produk, pelayanan, atau
tentang lahan/petak.
SUB KATEGORI

01

Tata Informasi
Yang Diizinkan

PENJELASAN
Struktur tata informasi yang diizinkan, yaitu
yang didirikan di atas permukaan tanah, atau
pada faade bangunan, atau di atap, yang
pesan informasinya diidentifikasi untuk bisnis,
tanah / bangunan, kegiatan-kegiatan pada
tanah / bangunan, atau penunjuk ke arah
tanah / bangunan.

SubKategori penggunaan berikut diatur secara terpisah


02

Community Identification Signs

03

Reallocation of Sign Area Allowance

04

Revolving Project Signs

05

Signs with Automatic Changing Copy

06

Theater Marquees

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L9 - 13

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

Lampiran 10

AMPIRAN berikut menyajikan beberapa paket penggunaan


yang dapat diterapkan untuk wilayah perkotaan di Indonesia. Kelompokkelompok penggunaan lahan yang disajikan di sini terdiri dari kelompok
besar penggunaan lahan dan penggunaan lahan mikro, yang
dikelompokkan berdasarkan pengamatan di beberapa daerah.
Paket penggunaan atau pun pengelompokan paket penggunaan lahan
yang disajikan di sini merupakan contoh penggunaan yang tidak bersifat
mengikat, akan tetapi dapat disesuaikan dengan karakteristik kota yang
direncanakan,
maupun
kecenderungan
perkembangannya.
Pengelompokan penggunaan lahan tersebut antara lain seperti di bawah
ini.
PENGGUNAAN PERUMAHAN
A.

Perumahan untuk
keluarga tunggal
renggang
maupun padat

B.

Pengembangan
Perumahan
Lainnya

1.
2.
3.
4.

5.

1.
2.
3.
4.
5.

Rumah Kecil
Rumah Sederhana
Rumah Sedang
Maisonette (lihat Gambar L.1)
Townhouse (lihat Gambar L.1)
Apartemen/Rumah Susun
Kondominium
Rumah Pondokan/Asrama/indekost
Panti Jompo

Guest House

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 1

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

Gambar L.1
Ilustrasi Maisonette dan Townhouse

Tampak atas

TOWNHOUSE

Tampak samping

(Rumah Tinggal
Perkotaan)

Tampak atas

MAISONETTE

Tampak samping

Keterangan :
Tipe Rumah Tinggal Perkotaan (townhouse)
Bangunan yang dibagi secara vertikal menjadi empat atau lima unit rumah tinggal, masingmasing memiliki jalan masuk menuju halaman depan, halaman samping berbatasan langsung
dengan setiap dinding samping masing-masing unit rumah tinggal.
Tipe Rumah Tinggal Maisonette
Bangunan yang dibagi secara vertikal menjadi lima unit rumah tinggal atau lebih, masingmasing memiliki jalan masuk tersendiri ke koridor, dan jalan masuk lainnya langsung menuju
ke luar area halaman yang berdampingan dengan unit rumah tinggal tersebut.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 2

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

PENGGUNAAN FASILITAS LINGKUNGAN


A.

Fasilitas
Lingkungan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

15.

Sekolah Taman Kanak-kanak/Taman Bermain


Sekolah Dasar
Sekolah Lanjutan Pertama
Sekolah Menengah Umum atau Kejuruan
Perpustakaan, museum/galeri seninon komersial
Rumah dinas dokter, kepala sekolah, kepala
kelurahan dsb, yang terkait dengan lokasi tempat
tugasnya
Panti asuhan
Mushola, Mesjid
Gereja, dan bangunan ibadah lain sesuai dengan
jamaahnya
Balai Warga/Karang Taruna/Gedung Serbaguna
Pusat kesehatan, klinik kesehatan rawat luar,
Puskesmas, Balai pengobatan medik, Balai
Kesehatan Ibu & Anak,Rumah Sakit Bersalin
Apotik
Warung/pertokoan yang menjual barang keperluan
sehari-hari (convenience store)
Kantor-kantor pemerintah: kantor kelurahan, pos
hansip/pos polisi, kantor pos pembantu dll, yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat seharihari
Dan lain-lain

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penggunaan pertanian, rumah kaca, kebun, dsb


Lapangan olahraga
Taman/tempat bermain untuk umum
Pangkalan/parkir umum
Alun-alun
Dan lain-lain

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

B.

Penggunaan
Ruang Terbuka

PENGGUNAAN KOMERSIAL DAN


BANGUNAN UMUM
A.

Kegiatan Ritel
dan Jasa yang
Mudah Dicapai
(Convenience)

II

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

III

Toko kue & roti


Pemangkas Rambut/Salon Kecantikan
Toko Obat
Binatu
Warung nasi/Restoran
Toko serba ada, mini market
Toko buku & alat-alat tulis
Penjahit atau pembuatan pakaian
Rekreasi anak-anak: play station, games

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 3

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

10. Warung Telekomunikasi (Wartel)/Warung Internet


(Warnet)
11. Dan lain-lain

B.

Perkantoran

1.
2.

3.
4.

C.

Ritel atau Jasa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

Perkantoran
bisnis,
profesional,
atau
pemerintahan
Dokter hewan bagi hewan kecil, semua kegiatan
diselenggarakan di dalam bangunan yang
tertutup/terlindung; bangunan tersebut memiliki
penggunaan perumahan
Klinik/praktek dokter bersama
Dan lain-lain
Pasar Lingkungan
Bank, termasuk bank drive-in
Pom bensin
Galeri seni komersial
Toko pemasok mobil, tanpa instalasi atau jasa
perbaikan
Toko P&D/kelontong
Restoran
Bengkel
Toko bunga
Toko furnitur
Toko cendera mata
Toko dekorasi ruang dalam, termasuk processing,
pelayanan, perbaikan
Perkantoran kecil
Ruang pertemuan
Toko musik
Kios penjualan media cetak (surat kabar, majalah,
dsb), terbuka atau tertutup
Optik
Toko bahan bangunan
Toko hewan peliharaan
Toko peralatan atau pemasokan fotografi
Toko sepatu
Toko alat-alat olahraga atau atletik
Toko elektronik
Toko mainan anak-anak
Biro perjalanan
Kontraktor pemeliharaan bangunan: pencucian
kaca jendela, pemolesan lantai
Sekolah mengemudi mobil
Pegadaian
Ruang pamer/penjualan mobil/motor
Sekolah atau perguruan tinggi bisnis
Perusahaan katering
Rental pakaian atau kostum
Laboratorium kesehatan atau kesehatan gigi

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 4

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

untuk riset atau testing


34. Gedung olahraga (bola basket, bulu tangkis,
squash, dan tenis)
35. Studio seni, musik, tari, atau seni peran/teatrikal
36. Gedung pertemuan untuk acara perkawinan dsb
37. Super market
38. Restoran dan hotel
39. Studio fotografi, atau studio produksi film
40. Studio radio atau televisi
41. Dan lain-lain

D.

Jasa Publik

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kantor Kelurahan
Kantor Tramtib
Kantor Pos Pembantu
Pos Pemadam Kebakaran
Pos Polisi
Stasiun telepon umum
Dan lain-lain

E.

Perusahaan
Grosir

1.

Perusahaan grosiran, dengan pelengkap tempat


penyimpanan
Kantor grosir, atau ruang pamer dengan gudang
penyimpanan hanya untuk sampel
Dan lain-lain

2.
3.

F.

Jasa Mobil
Otomotif

1.
2.
3.
4.
5.

G.

H.

Hiburan

Perusahaan
Manufaktur

1.
2.

Toko kaca dan spion mobil


Penjualan/pemasangan aksesoris mobil (jok, kaca
film, ban, audio-video, dll)
Perusahaan penyewaan mobil
Bangunan parkir atau pelataran parkir untuk
umum
Dan lain-lain

3.
4.

Tempat bermain bilyar


Bowling, jumlah lane dibatasi sampai 16 buah per
perusahaan
Teater
Dan lain-lain

1.
2.
3.
4.
5.

Pabrik kerajinan tangan


Pabrik produk keramik, melayani pesanan
Pabrik pakaian/garmen
Percetakan, melayani pesanan
Dan lain-lain

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 5

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

PENGGUNAAN REKREASI

IV

A.

Hiburan, di
Ruang Terbuka
atau Tertutup

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

B.

Perusahaan
Ritel

1.
2.
3.
4.

Gedung pertemuan untuk upacara perkawinan


Perusahaan katering
Rental sepeda atau toko sepeda
Penjualan bahan bakar untuk perahu/kapal air,
terbuka/tertutup
5. Rental perahu, terbuka atau tertutup/ruang pamer
atau penjualan perahu, ukuran panjang kurang
dari 30 meter/penyimpanan, perbaikan, atau
pengecatan perahu
6. Toko permen atau es krim
7. Mesin penjaja yang dioperasikan dengan koin
kapasitas mesin self-contained
8. Dok untuk kapal pesiar
9. Alat pancing dan kelengkapannya, rental atau
penjualan
10. Perusahaan penjual kapal layar
11. Penjualan/rental alat-alat olahraga termasuk
petunjuk pelatihan ski, layar, atau ski diving

C.

Perusahaan
Jasa

1.

Perkemahan, bermalam/kegiatan di siang hari


Taman hiburan anak-anak
Sirkus, karnaval, pasar malambersifat sementara
Rekreasi pantai, komersial, atau kolam renang
Lapangan golf/golf mini
Gelanggang roller skatingoutdoor
Teater
Dan lain-lain

Penjualan bahan bakar untuk perahu/kapal air,


terbuka/tertutup

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 6

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

PENGGUNAAN JASA UMUM


A.

Hiburan

1.
2.
3.
4.

B.

Ritel atau Jasa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

C.

D.

Perusahaan
Jasa Otomotif

Penyimpanan

1.

Taman hiburan anak-anak


Ferris wheel, roller coaster, whip, terjun payung,
komidi putar (pertunjukan di ruang terbuka untuk
siang hari)
Pertunjukan hal-hal yang langka/ajaib (freak
show),
museum
lilin,
dodgem
scooter
(pertunjukan di ruang terbuka untuk siang hari)
Stand terbuka untuk permainan ketangkasan,
termasuk galeri tembak
Rumah sakit hewan atau penitipan anjing
Perlindungan hewan atau krematorium hewan
Penjualan mobil, sepeda motor, trailer, atau
perahu, terbuka atau tertutup
Toko pandai besi/las
Penjualan bahan bangunan, terbuka/tertutup
(termasuk lahan digunakan untuk gudang
terbuka)
Toko pekerjaan perkayuan, furnitur, melayani
pesanan
Krematorium
Perusahaan kontraktor: pemasangan listrik, kaca,
alat pemanas ruang, pengecatan, pelapisan
dinding (wall paper), plumbing, pengatapan, atau
tata udaraterbuka/tertutup, gudang terbuka
Penjualan bahan bakar, es, minyak, batubaraterbuka/tertutup, gudang terbuka
Toko peralatan rumah tangga/kantor/perbaikan
mesin (refrigerator, mesin cuci, kompor, freezer,
AC)
Perusahaan rental atau penjualan mesin
Toko pembuatan kaca cermin atau pemotongan
kaca
Pemotongan unggas atau kelinci
Toko pengecatan tata informasi
Toko pelapisan/sepuhan perak, melayani pesanan
Sekolah dagang untuk orang dewasa
Dan lain-lain

2.
3.

Pencucian
mobil/stasiun
servis
mobil
terbuka/tertutup (fasilitas pelumasan, perbaikan
kecil, atau pencucian penempatannya di dalam
bangunan tertutup)
Perbaikan mobil, truk, sepeda motor, atau trailer
Dan lain-lain

1.

Penyimpanan kendaraan komersial/utilitas umum,

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 7

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

Kendaraan
Bermotor
2.
3.
4.

E.

Perusahaan
Jasa Berat,
Grosir, atau
Penyimpanan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

terbuka/tertutup (termasuk kelengkapan pompa


bahan bakar motor)
Gudang kendaraan bermotor
Peralatan
transit
publik
terbuka/tertutup
(termasuk kelengkapan pompa bahan bakar
motor)
Dan lain-lain
Perusahaan
pencucian
karpet/pencucian
(termasuk dry cleaning) dan pencelupan
Pemasokan linen/bahan-bahan kebutuhan rumah
tangga, handuk, atau popok bayi
Jasa pindah dan penyimpanan/pengemasan dan
pemetian
Pencetakan fotografik atau percetakan
Terminal truk atau stasiun angkutan bermotor
Penggudangan
Perusahaan grosirandengan kelengkapan tempat
penyimpanan

PENGGUNAAN INDUSTRI

A.

Perusahaan
Jasa atau Grosir

1.
2.

B.

Perusahaan
Manufaktur

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

VI

Bahan-bahan
bangunan
atau
pekarangan
kontraktor, ruang terbuka atau tertutup
Grosir produksi atau toko daging
Bahan
perekat/adhesive,
tidak
termasuk
pembuatan komponen-komponen dasar
Iklan tayang/media luar
Pesawat terbang, termasuk suku cadang
Bahan pakaian, produk tekstil/bahan lainnya,
pembuatan topi, atau produk serupa
Mobil, truk, trailer, termasuk suku cadang, atau
pembuatan kembali mesin
Minuman non-alkohol
Pembuatan atau perbaikan perahu
Pembotolan untuk semua jenis minuman
Sikat dan sapu
Peralatan kamera atau fotografi, kecuali film
Karpet
Kanvas atau produk kanvas
Produk keramik, termasuk barang-barang
tembikar, pelapisan genteng, atau produk
serupa
Kimia, pembuatan bahan atau pengemasan
Produk tutup botol
Kosmetik atau bahan-bahan kecantikan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 8

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

17.
18.

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.

36.

37.
38.
39.
40.

Pabrik pemintalan atau pembersih atau


pembalut kapas
Peralatan
dari
listrik
(perlengkapan
penerangan/lampu, setrikaan, kipas angin,
pembakar roti, mainan bertenaga listrik, dan
produk serupa)
Peralatan (assembling) listrik, terdiri dari radio
rumah, televisi penerima, peralatan home
movie, atau produk serupa
Barang-barang keperluan listrik (kawat/kabel,
tombol listrik, lampu, isolasi, baterai kering,
atau sejenisnya)
Film untuk fotografi
Produk makanan
Produk gelas, dari bahan baku gelas
Produk bulu hewan, kain tebal, bulu burung,
Kaos kain/pakaian dalam
Es kering atau alami
Tinta atau mesin tulis
Produk jute, rami, sisal dan serabut (oakum)
Laboratorium, riset, eksperimen, atau pengujian
Produk kulit, termasuk sepatu, tali kipas mesin,
koper, tas
Mesin bisnis (mesin tulis, mesin hitung,
kalkulator, alat penghitung kartu, dan produk
serupa)
Aneka macam mesin (mesin cuci, senjata api,
mesin pendingin, AC, alat gambar hidup
komersial, atau produk serupa)
Perkakas mesin (mesin bubut metal, mesin
press metal, mesin stamping, mesin pekerjaan
kayu, dan produk serupa
Kasur/mattress, termasuk pembuatan kembali
atau pembaharuan
Alat
finishing
pekerjaan
metal,
pelapisan/plating,
gerinda,
penyerutan,
pemolesan,
pembersihan,
tahan
karat,
pemanasan, atau produk serupa)
Stamping/penggilingan,
ekstrusi/pemisahan,
termasuk batu permata untuk pakaian, pin dan
jarum, pisau cukur, tutup botol, kancing, alatalat dapur, atau produk serupa
Sepeda motor, termasuk suku cadang
Alat-alat musik, termasuk piano atau organ
Produk-produk baru (novelty)
Alat-alat
ortopedik,
pengobatan
medik,
termasuk kaki palsu, alat penyangga, penopang,
pembalut dari karet, (stretcher), dan alat-alat
serupa

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 9

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

41.
42.

43.
44.
45.
46.
47.

48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.

Peralatan optik, jama, atau peralatan presisi lain


Produk kertas (amplop, alat-alat tulis, tas, boks,
kontener buat pengiriman jarak jauh/shiping,
untuk
barang-barang
ukuran
besar,
tabung/pipa, pencetakan wall paper, atau
produk serupa)
Parfum atau sabun wangi
Produk farmasi
Produk plastik (pembuatan meja, alat perekam,
kancing, atau produk serupa)
Pencetakan, atau penerbitan
Produk karet, seperti ring washer, sarung
tangan, sepatu, tutup kepala buat mandi, alat
penyemprot cairan (atomizer), atau produk
serupa
Konstruksi dekor
Pengolahan kain usang (daur ulang)
Barang-barang
dari
bahan
perak,
pelapisan/sepuhan atau murni
Pengemasan sabun atau detergen
Peralatan olah raga atau atletik (bola, basket,
tongkat pemukul bola bilyar (cue), sarung
tangan, raket, tali, atau produk sejenis)
Produksi seni patung, manekin, arca kecil,
benda-benda seni untuk agama
Produk
besi
baja,
macam-macam
perakitan/assembling, termasuk lemari besi,
pintu, pagar, furnitur metal, atau produk serupa
Pabrik tekstil, pemintalan, tenun, pencelupan,
pencetakan, hasil perajutan, benang hasil
rajutan, benang, atau tali temali
Tembakau, termasuk pengawetan, atau produk
tembakau
Perkakas atau peralatan keras (selot, baut, mur,
sekrup, tombol pintu, bor, alat pemotong
menggunakan tangan, engsel, peralatan keras
rumah, kunci, pencetakan metal bukan besi,
alat-alat plumbing, atau produk serupa)
Mainan anak-anak
Payung
Pembuatan jok dalam jumlah besar, tidak
termasuk toko yang berhubungan langsung
dengan konsumen
Kendaraan anak-anak, termasuk sepeda, skuter,
wagon, kereta bayi, atau sejenisnya
Tirai/kerai, jendela peneduh atau awning
Produk lilin
Produk kayu, termasuk furnitur, boks, peti,
basket, pensil, pekerjaan pembuatan tong, atau

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 10

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

65.
66.
67.
68.
69.
70.

71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.

90.

produk serupa
Aspal atau produk aspal
Minuman ringan, minuman berakohol, atau bir
Batu bata, genteng, atau gerabah/tanah liat
Semen
Batu bara, jelaga, briket bahan bakar
Kimia : acetylene, cat dari aniline, ammonia,
karbit, kostik soda, selulosa, klorin, karbon
hitam, bahan-bahan pencuci atau pemoles,
bahan-bahan pembasmi hama, hidrogen atau
oksigen, pabrik alkohol, potash, bahan plastik,
resin sintetik, benang rayon, hidroklor, pikrik,
asam sulfur atau derivatifnya
Produk arang, kokas, atau ter
Bahan-bahan excelsior (serat-serat kayu untuk
pengepakan) atau pengemasan
Pupuk
Pengecoranbahan besi atau bukan besi
Gelatin, lem, atau lem kanji
Produk gelas/kaca ukuran besar:structural
glass atau lembaran kaca, atau produk serupa
Penggilingan atau pemrosesan biji-bijian
Grafit atau produk grafit
Gipsum
Bulu hewan, kain tebal, bulu burung-processing,
pencucian, pengawetan, atau pencelupan
Insinerasi atau pereduksian sampah, jeroan,
atau bangkai hewan
Insektisida, fungisida, disinfektan, atau industri
terkait atau bahan-bahan kimia keperluan
rumah tangga lainnya
Penyamakan, pengawetan, finishing, atau
pengecatan kulit atau bulu hewan
Linoleum, atau kain minyak
Mesin-mesin
besar:
mesin-mesin
listrik,
konstruksi, pertambangan, atau pertanian,
termasuk perbaikan
Korek api
Produk daging atau ikan, termasuk pemotongan
daging, persiapan bagi pengemasan ikan
Metal atau biji metal, reduksi, penyulingan
kembali, peleburan bijih (smelting), atau
pencampuran logam
Pencampuran logam atau kertas perak, aneka
macam, termasuk pengelasan, kerajinan perak,
kuningan, tembaga, timah, kaleng, atau kertas
emas, atau produk-produk serupa
Metal atau produk metal, pengelolaan atau
pemrosesan, termasuk pemotongan, pelapisan,

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 11

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.

111.

C.

Aneka
Penggunaan

1.
2.
3.

pengkilapan, galvanisasi, atau proses serupa


Pencetakan logam atau produk pengecoran,
termasuk pekerjaan ornamen-ornamen besi,
atau produk serupa
Pekerjaan
pembuatan
monumen,
tanpa
pembatasan dalam pemrosesan
Cat, pernis, atau terpentin
Penyulingan minyak bumi, atau produk-produk
dari minyak bumi
Bahan baku plastik
Produk porselen, termasuk peralatan kamar
mandi, atau dapur, atau produk serupa
Jasa
pembuangan
sampah
radioaktif:
manajemen, penyimpanan sampah radioaktif
Perlengkapan jalan kereta api, termasuk
gerbong dan lokomotif
Karet alami atau sintetik, termasuk ban, ban
dalam, atau produk serupa
Instalasi pembuangan limbah
Pembuatan perahu / kapal air atau galangan
untuk perbaikan
Sabun atau deterjen, termasuk pengolahan
bahan gemuk
Produk baja, struktur baja, termasuk batang
dan balok baja, rel, kabel, atau produk serupa
Peng-ekstrak-an bahan pelarut (dengan cara
kimia)
Ruang terbuka bagi jagal atau pemotongan
hewan atau unggas
Pemrosesan batu atau produk batu, produk
pasir dan kapur, atau proses dan produk serupa
Penyulingan gula
Pemutihan/penggelantangan tekstil
Distilasi kayu atau tulang
Prosesing kayu atau papan kayu, termasuk
pabrik
penggergajian
atau
penyerutan,
ekselsior, plywood, pelapisan dengan kain kayu,
pengolahan untuk pengawetan kayu, atau
produk dan proses serupa
Pulp kayu atau fiber, reduksi atau prosesing,
termasuk pengoperasian pabrik kertas
Pertanian, termasuk rumah kaca, persemaian,
kebun sayur mayur
Transit umum, jalan kereta api, sub-stasiun
utilitas listrik, ruang terbuka atau tertutup
Jalan kereta api termasuk ROW, terminal
angkutan barang, peralatan atau tambahan, atau
fasilitas, atau pelayanan yang digunakan, atau
diperlukan dalam pengoperasian jalan kereta api,

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 12

Lampiran 10
Paket Penggunaan Lahan

4.
5.
6.

D.

Gudang atau
Aneka
Penggunaan,
Ruang Terbuka
atau Tertutup

tetapi tidak termasuk stasiun penumpang


Timbangan berat truk, di ruang terbuka atau
tertutup
Terminal truk atau stasiun angkutan bermotor
Pelayaran pesisir pantai

1.
2.

Penyimpanan batubara dan gas


Tempat pembuangan sampah, pemindahan
sampah laut, atau penimbunan ampas bijih besi
3. Pembangkit tenaga listrik atau tenaga uap
4. Penyimpangan bahan-bahan eksplosif, yang tidak
dilarang oleh suatu peraturan perundangan
5. Pabrik gas
6. Penyimpanan biji-bijian
7. Pekarangan penimbunan barang-barang ronsokan
(mobil bekas atau sejenisnya)
8. Lapangan pembuatan papan-papan kayu,
9. Penyimpanan pupuk, kacang polong, atau top soil
10. Penyimpanan atau pengelolaan minyak bumi, atau
produk minyak bumi
11. Instalasi pendingin
12. Penyimpanan
potongan-potongan
meta,
rongsokan, kertas, kain, penyortiran, atau
pengikatan (dalam jumlah besar)

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan

L10 - 13

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Lampiran 11

AMPIRAN berikut menyajikan beberapa paket Aturan Pola


Pemanfaatan Ruang untuk dapat diterapkan di beberapa wilayah
perkotaan di Indonesia. Paket ini ditujukan untuk mengisi penataan
zoning sehingga secara teknis, kegiatan pembangunan dan
pengendalian serta penertiban bangunan dapat menjamin keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan keindahan bangunan dan lingkungannya.
Paket ini antara lain mengatur besaran kepadatan bangunan, Koefisien
Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Ketinggian Bangunan, dan
Koefisien Dasar Hijau.

KEPADATAN BANGUNAN

Pengertian

Kepadatan Bangunan adalah jumlah bangunan di


atas satu luasan lahan tertentu

Kepadatan
Bangunan
bangunan/Ha.

dinyatakan

dalam

Rumus :

Kepadatan Bangunan =

Jumlah Bangunan
Luasan Lahan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 1

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Pertimbangan

Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menetapkan


kepadatan bangunan adalah:
Faktor Kesehatan :
1. air bersih
2. sanitasi & pembuangan limbah
3. cahaya, sinar matahari, udara, dan ketenangan
4. ruang gerak dalam tempat tinggal
Faktor Sosial :
1. ruang terbuka pribadi
2. privasi
3. perlindungan
4. fasilitas lingkungan
Faktor Teknis :
1. resiko kebakaran,
2. (2) ketersediaan lahan untuk bangunan,
3. (3) daya hubung, dan
4. (4) kondisi tanah;

Ketentuan

Kepadatan bangunan sedang yang ideal tidak kurang


dari 40 bangunan/ha sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987, Lampiran
No.22.

Klasifikasi

Klasifikasi kepadatan bangunan dapat dilihat sebagai


berikut :

Tabel
KLASIFIKASI KEPADATAN BANGUNAN
KLASIFIKASI

KEPADATAN BANGUNAN
(bangunan/ha)

Sangat Rendah

< 10

Rendah

11 40

Sedang

41 60

Tinggi

61 80

Sangat Tinggi

> 81

Sumber: Keputusan Menteri PU No.378/KPTS/1987,Lampiran No.22

Prinsip
Kepadatan
Bangunan

Prinsip yang digunakan dalam penataan kepadatan


bangunan adalah sebagai berikut:
Kepadatan bangunan perlu mempertimbangkan ruang
kota yang tercipta akibat adanya bangunan-bangunan;
Pemanfataan ruang dengan fungsi konservasi,
meminimalkan penggunaan ruang untuk kawasan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 2

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

terbangun, dan memperbesar ruang terbuka hijau;


Menciptakan suasana asri dan alamiah, dengan
menciptakan ketenangan dan kenyamanan;

KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)

Pengertian

II

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Blok


Peruntukan adalah rasio / perbandingan luas lahan
terbangun (land coverage) dengan luas lahan
keseluruhan blok peruntukan.

Batasan KDB dinyatakan dalam persen (%).

Rumus :

KDB

Blok

= Luas wilayah terbangun x 100%

Luas blok peruntukan

Komponen
Perhitungan
KDB Blok
Peruntukan

Perhitungan KDB berdasarkan pada luas wilayah


terbangun yang diperkenankan adalah jumlah luas
seluruh petak yang digunakan untuk kegiatan utama

Dasar
pertimbangan

Selain
mempertimbangkan
kecenderungan
perkembangan kota dan rencana pemanfaatan lahan,
penentuan KDB juga didasarkan atas kondisi
fisik,
seperti kemiringan lereng. Hal ini ditujukan untu menjaga
agar sesedikit mungkin lahan miring dieksploitasi dengan
memberikan batasan luas lahan yang boleh dibangun.

Makin curam lahan, makin kecil KDB yang diperkenankan.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 3

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Ketentuan KDB Blok berdasarkan kemiringan lereng dapat


dilihat pada rumus di bawah ini :

Rumus :

C = X (S2/x)
Keterangan :
C = KDB maksimum (dalam %)
X = Maksimum KDB untuk daerah tersebut
S =
Kemiringan lereng rata-rata
x =
Kemiringan lereng maksimum yg masih diperbolehkan
untuk dibangun di wilayah tersebut

Klasifikasi KDB
Blok
Peruntukan

Tabel berikut menyajikan Klasifikasi KDB Blok Peruntukan

Tabel
KLASIFIKASI KDB BLOK PERUNTUKAN
KLASIFIKASI

KDB BLOK PERUNTUKAN

Sangat Tinggi

> 75%

Tinggi

50% - 75%

Menengah

20% - 50%

Rendah

5 20%

Sangat Rendah

< 5%

Sumber : Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 4

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN (KLB)

Pengertian

III

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Blok Peruntukan adalah


rasio perbandingan luas seluruh lantai blok peruntukan
dengan luas lahan efektif keseluruhan blok peruntukan.

Rumus :

KLB

Klasifikasi

Blok

= Luas total lantai seluruh bangunan x 100%


Luas blok Peruntukan

Klasifikasi KLB Blok Peruntukan disajikan pada Tabel


berikut :

Tabel
Klasifikasi KLB Blok Peruntukan
KLASIFIKASI
Sangat Rendah

KLB BLOK PERUNTUKAN

Rendah

KLB = 2 x KDB
KLB = 4 x KDB

Sedang

KLB = 8 x KDB

Tinggi

KLB = 9 x KDB

Sangat Tinggi

KLB = 20 x KDB

Sumber : Kepmendagri No. 59/1988

Ketentuan
Teknis

Ketentuan KLB adalah sebagai berikut :


1. KLB sangat rendah untuk bangunan tidak bertingkat
dan bertingkat maksimum 2 lantai;
2. KLB rendah untuk bangunan bertingkat maksimum 4
lantai;
3. KLB sedang untuk bangunan bertingkat maksimum 8
lantai;
4. KLB tinggi untuk bangunan bertingkat maksimum 9
lantai;
5. KLB tinggi untuk bangunan bertingkat maksimum 20
lantai.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 5

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Ketentuan
Perhitungan

Dalam menghitung KLB perlu diketahui dahulu Luas


Lantai Bangunan keseluruhan; ketentuan perhitungan
luas bangunan sebagai berikut :
1. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar termasuk
balkon dan mezanin, termasuk lantai dasarnya;
2. Luas lantai mezanin dihitung seperti yang ada hanya
apabila luas mezanin tadi melebihi 50% dari luas
lantai tipikalnya maka luas lantai mezanin dihitung
sama dengan 100% luas lantai tipikalnya;
3. Bagi lantai mezanin yang luasnya lebih kecil dari 50%
luas bangunan tipikalnya, tidak dihitung sebagai lantai
bangunan pada perhitungan ketinggian bangunan
tetapi luas lantai tersebut diperhitungkan pada
perhitungan KLB;
4. Overstek yang melebihi lebar 1,5 meter dan bidang
mendatarnya digunakan atau tidak digunakan sebagai
lantai bangunan maka luas bidang datarnya dihitung
penuh (100%);
5. Overstek yang lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter dan
bidang mendatarnya tidak digunakan sebagai lantai
bangunan maka luas bidang mendatarnya tidak
diperhitungkan;
6. Overstek yang lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter dan
bidang mendatarnya digunakan untuk lantai
bangunan maka luas bidang mendatarnya dihitung
penuh (100%);
7. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah
(basement) disamakan dengan batasan luas lantai
dasar untu perhitungan KDB, tetapi lantai basement
ini tidak diperhitungkan pada saat menghitung Luas
Lantai Dasar untuk KDB;
8. Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah
(basement) diperlakukan seperti luas lantai di atas
tanah.

Komponen
Perhitungan
KLB

Perhitungan KLB berdasarkan pada luas tapak yang ada


di belakang GSB, ditentukan sebagai berikut :
1. Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah
diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah;
2. Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk
parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB
asal tidak melebihi 50% dari KLB yang ditetapkan,
selebihnya diperhitungkan 50% terhadap KLB;
3. Lantai bangunan parkir diperkenankan mencapai
150% dari KLB yang ditetapkan;
4. Ramp dan tangga terbuka dihitung 50% selama tidak
melebihi 10% dari luas lantai dasar yang
diperkenankan;

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 6

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

5. Batasan perhitungan luas ruang bawah


(basement) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

KETINGGIAN BANGUNAN

Pengertian

tanah

III

Ketinggian Bangunan ialah suatu nilai yang


menyatakan jumlah lapis/lantai (storey) maksimum
pada petak lahan.
Ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis
atau lantai (Lantai Dasar = Lantai 1) atau meter.

Perhitungan

Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan


sebagai berikut :
1. Ketinggian ruang pada lantai dasar ditentukan dengan
fungsi ruang dan arsitektur bangunannya;
2. Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila
jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh
berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian
bangunan dianggap sebagai dua lantai;
3. Mezanin yang luasnya 50% dari luas lantai dasar
dianggap sebagai lantai penuh
4. Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung
pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah,
bangunan monumental, gedung olah raga, bangunan
serba guna dan bangunan sejenis lainnya tidak
berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir
(2);
5. Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik
ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat
kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang
besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi
maksimum lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang
berwenang mengeluarkan IMB;
6. Pada bangunan rumah tinggal kopel, apabila terdapat
perubahan atau penambahan pada ketinggian
bangunan, harus tetap diperhatikan kaidah-kaidah
arsitektur bangunan kopel.

Ketentuan
Teknis

Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan


sebagai berikut :
1. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan
dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya;
2. Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 7

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

3.
4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.
11.

Klasifikasi

jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh


berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian
bangunan dianggap sebagai dua lantai;
Mezanin yang luasnya 50% dari luas lantai dasar
dianggap sebagai lantai penuh;
Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung
pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah,
bangunan monumental, gedung oleh raga, bangunan
serbaguna, dan bangunan sejenis lainnya tidak
berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir
(2).
Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titik
ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat
kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang
besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi
maksimal lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang
berwenang mengeluarkan IMB;
Pada bangunan rumah tinggal kopel, apabila terdapat
perubahan atau penambahan pada ketinggian
bangunan harus tetap diperhatikan kaidah-kaidah
arsitektur bangunan kopel;
Pada bangunan rumah tinggal, tinggi puncak atap
bangunan maksimal 12 meter diukur secara vertikal
dari permukaan tanah pekarangan, atau dari
permukaan lantai dasar dalam hal permukaan tanah
tidak teratur;
Kepala Daerah menetapkan kekecualian dari
ketentuan pada butir (1) di atas bagi bangunan yang
karena sifat atau fungsinya terdapat detail atau
ornamen tertentu;
Tinggi tampak rumah tinggal tidak boleh melebihi
ukuran jarak antara kaki bangunan yang akan
didirikan sampai GSB yang berseberangan dan
maksimal 9 meter;
Tinggi tampak bangunan rumah susun diatur sesuai
pola ketinggian bangunan atau sesuai pedoman
pembangunan yang berlaku;
Pada bangunan yang menggunakan bahan kaca
pantul pada tampak bangunan, sinar yang
dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dengan
memperhatikan tata letak dan orientasi bangunan
terhadao matahari.

Klasifikasi ketinggian bangunan dapat dikelompokkan


sebagai berikut :

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 8

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Tabel
KLASIFIKASI KETINGGIAN BANGUNAN
KETINGGIAN
BANGUNAN

JUMLAH
LANTAI

Sangat Rendah

Tidak bertingkat
dan < 2

KLB

KLB Maks = 2 x KDB

TINGGI
PUNCAK DARI
LANTAI DASAR
< 12 m

Rendah

<4

KLB Maks = 4 x KDB

12 20 m

Sedang

< 8

KLB Maks = 8 x KDB

24 36 m

Tinggi

>9

KLB Maks = 9 x KDB

> 40 m

Sangat Tinggi

> 20

KLB Maks = 9 x KDB

> 84 m

Sumber : Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota

KOEFISIEN DASAR HIJAU

Pengertian

IV

Koefisien Dasar Hijau (KDH) Blok Peruntukan adalah


rasio perbandingan luas ruang terbuka hijau blok
peruntukan dengan luas blok peruntukan atau
merupakan suatu hasil pengurangan antara luas blok
peruntukan dengan luas wilayah terbangun dibagi
dengan luas blok peruntukan.

Batasan KDH dinyatakan dalam persen (%)

Rumus :

KDH Blok = Luas Ruang Terbuka Hijau x 100%


Luas blok peruntukan

atau

KDH Blok = Luas blok peruntukan Luas wilayah terbangun x 100%


Luas Blok Peruntukan

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 9

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Penggunaan

1. Penentuan KDH adalah untuk menyediakan ruang


terbuka hijau sebagai kawasan konservasi, untuk
mengurangi erosi dan run off air hujan yang tinggi, serta
menjaga keseimbangan air tanah
2. Ruang terbuka hijau / ruang bebas juga dipertimbangkan
untuk penempatan jaringan utilitas umum

Rencana blok peruntukan agar mempertimbangkan


ruang bebas yang dapat ditempatkan di sepanjang
garis belakang, depan, atau samping petak, untuk
keperluan penempatan jaringan utilitas umum, seperti
jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air
kotor/limbah, jaringan drainase, dan jaringan air
bersih;
Ruang bebas yang diperlukan untuk keperluan
penempatan jaringan utilitas umum tersebut adalah
minimum 2 meter;
Ruang bebas tersebut merupakan ruang yang dimiliki
oleh masing-masing pemilik blok peruntukan, namun
penggunaannya hanya untuk penempatan pelayanan
jaringan utilitas umum.

3. Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harus


dipergunakan sebagai unsur penghijauan dan atau
daerah peresapan air hujan serta kepentingan umum
lainnya

Ketentuan

Besarnya ruang terbuka hijau didasarkan pada luas lahan


yang tidak boleh di-grading berdasarkan kemiringan lereng

Tabel
LUAS LAHAN YANG TIDAK BOLEH DIOLAH
BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG
Kemiringan Lahan
0 15%
15% 25%
25% 35%
>35%

Persentase Luas Lahan yang Tidak Boleh


Diganggu
Pacifica
Cincinnati
32,5%
48%
62,5%
65%
92,5%
84%
100%
100%

Sumber : Simplified from City of Pacifica (1969), Hillside Development Policies for Pacifica,California
prepared by Duncan and Jones Consultants, California, p.23-24, and, Hillside Trust (1991), A Hillside
Protection Strategy for Greater Cincinnati : V.3, Development Guidelines for Greater Cincinnatis Hillside,
The Hillside Trust, Cincinnati, p.61

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 10

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

JARAK BEBAS BANGUNAN

Pengertian

Jarak bangunan yang diperbolehkan untuk dibangun dari


batas daerah perencanaan

Ketentuan
Perhitungan

Tata letak bangunan di dalam suatu tapak harus


memenuhi ketentuan tentang jarak bebas, yang
ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian
bangunan.
1. Bagian/unsur bangunan yang terletak di depan GSB
yang masih diperbolehkan adalah:
Detail atau unsur bangunan akibat keragaman
rancangan arsitektur dan tidak digunakan sebagai
ruang kegiatan;
Detail atau unsur bangunan akibat rencana
perhitungan struktur dan atau instalasi bangunan;
Unsur bangunan yang diperlukan sebagai sarana
sirkulasi.
2. Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harus
digunakan sebagai unsur penghijauan dan atau
daerah peresapan air hujan serta kepentingan umum
lainnya;
3. Pada cara membangun dengan bangunan renggang/
tidak padat, sisi bangunan yang didirikan harus
mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun pada
kedua sisi samping kiri, kanan, atau bagian belakang
yang berbatasan dengan pekarangan;
4. Pada bangunan renggang bukan rumah tinggal, jarak
bebas samping kiri kanan maupun jarak belakang
ditetapkan 4 meter pada lantai dasar, dan pada setiap
penambahan lantai, jarak bebas di atasnya ditambah
0,5 meter dari jarak bebas terjauh 12,5 meter, kecuali
untuk bangunan rumah tinggal;
5. Instansi yang menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan
dapat menetapkan pola dan atau detail arsitektur bagi
bangunan yang berdampingan atau berderet
termasuk perubahan dan
atau penambahan
bangunan.

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 11

Lampiran 11
Paket Aturan Pola Pemanfaatan Ruang

Gambar
JARAK BEBAS DAN KETINGGIAN BANGUNAN

Batas lahan yg. sdh dikuasai


dengan sah dlm perpetakan yg
sesuai rencana kota

33
32

15.00

18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

12.50
12.00
11.50
11.00
10.50
10.00
9.50
9.00
8.50
8.00
7.50
7.00
6.50
6.00
5.50
5.00
4.50
4.00

( Lantai Dasar/Lantai 1)

Pedoman Penyusunan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Kawasan Perrkotaan

L11 - 12

You might also like