Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditetapkan bahwa
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang dan bangunan
serta bukan bangunan pada kawasan kota. Muatan yang direncanakan dalam Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kota merupakan bagian berskala kawasan atau lokal dan lingkungan, dan
atau kegiatan khusus yang mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok
peruntukan pada kawasan fungsional kota, sebagai penjabaran kegiatan dalam wujud ruang,
dengan memperhatikan keterkaitan antar kegiatan fungsi dalam kawasan, agar tercipta
lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) dan Peraturan Zonasi Kota Sungai
Penuh mengacu pada Permen PU No.20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR
dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Muatan RDTRK dan Peraturan Zonasi Kota Sungai
Penuh ini meliputi Pendahuluan, Ketentuan Umum, Tujuan Penataan Ruang, Rencana Pola
Ruang, Rencana Jaringan Prasarana, Penetapan Sub BWP Prioritas, Ketentuan Pemanfaatan
Ruang dan Peraturan Zonasi.
Diharapkan dokumen ini dapat dijadikan pedoman bagi Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam
memberikan izin pemanfaatan, pengelolaan dan pengendalian ruang kawasan yang lebih rinci.
LAPORAN RENCANA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................
II
VII
BAB I PENDAHULUAN
1.1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RDTR ....................................................................................
II-1
II-4
1.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Sungai Penuh Tahun
2005-2025 .........................................................................................................
II-4
1.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2031...............
II-5
1.2.2.1
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Sungai Penuh ..............
II-5
1.2.2.2
II-8
II-10
II-10
II-13
II-15
II-17
II-19
II-19
1.3.6.1
Prasarana ........................................................................................................
II-19
1.3.6.2
Sarana .............................................................................................................
II-23
II-24
II-25
II-28
1.5 TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN RDTR KOTA SUNGAI PENUH ............................................
II-32
II-1
II-4
II-6
II-6
BAB III TUJUAN PENATAAN RUANG KAWASAN PUSAT KOTA SUNGAI PENUH
3.1.1 Dasar Pertimbangan .........................................................................................
III-1
3.1.2 Arahan Penataan Ruang Berdasarkan RTRW Kota Sungai Penuh ....................
III-2
3.1.2.1
III-2
3.1.2.2
III-6
LAPORAN RENCANA
III-11
ii
3.1.3.2
III-13
3.1.3.3
Kependudukan ................................................................................................
III-17
III-22
3.1.4.2
III-22
3.1.4.3
III-23
3.1.4.4
III-24
IV-2
IV-2
IV-5
Sarana Pendidikan...........................................................................................
IV-26
4.2.4.2
Sarana Kesehatan............................................................................................
IV-27
4.2.4.3
IV-27
4.2.4.4
IV-32
V-1
V-2
5.1.1.1
V-2
5.1.1.2
V-5
5.1.1.3
V-9
V-12
V-12
V-13
V-17
V-19
V-25
V-27
VI-1
VI-2
VI-2
VI-5
VI-5
VI-6
LAPORAN RENCANA
iii
LAPORAN RENCANA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel I.1
Tabel I.2
Tabel I.3
Tabel I.4
Tabel I.5
Tabel I.6
Tabel I.7
Tabel I.8
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel III.4
Tabel III.5
Tabel III.6
Tabel III.7
Tabel III.8
II-9
II-11
II-13
II-15
II-15
II-16
II-17
II-30
III-2
III-3
III-9
III-11
III-13
III-14
III-15
Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
IV-6
IV-8
IV-12
IV-13
IV-18
IV-24
IV-29
IV-30
IV-31
IV-34
Tabel V.1
Tabel V.2
Tabel V.3
Tabel V.4
V-3
V-5
V-9
Tabel V.5
Tabel V.6
Tabel V.7
LAPORAN RENCANA
III-17
III-18
III-18
III-21
V-10
V-15
V-18
V-20
Tabel V.8
V-29
VI-6
VI-7
Tabel VII.1 Indikasi Program Utama Dalam Pengembangan Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh .....
VII-2
Tabel VIII.1 Daftar Klasifikasi Zona dan Peratutan Zonasi Untuk ....................................................... VIII-4
Tabel VIII.2 Intensitas Pemanfaatan Ruang Zona Perumahan ........................................................... VIII-12
Tabel VIII.3 Garis Sempadan Bangunan Minimum, pada Zona Perumahan ...................................... VIII-12
Tabel VIII.4 Ketentuan Teknis Zona Perumahan ................................................................................ VIII-15
Tabel VIII.5 Intensitas Pemanfaatan Ruang Pada Zona Perdagangan dan Jasa ................................. VIII-17
Tabel VIII.6 Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimum Pada Zona Perdagangan dan Jasa ............. VIII-18
Tabel VIII.7 Intensitas Pemanfaatan Ruang Pada Zona Pelayanan Umum ........................................ VIII-21
Tabel VIII.8 Standar Kebutuhan Parkir Pelayanan Umum .................................................................. VIII-23
Tabel VIII.9 Intensitas Pemanfaatan Ruang Pada Zona Ruang Terbuka Hijau ................................... VIII-28
Tabel VIII.10 Ketentuan Zonasi Kawasan Lindung ............................................................................. VIII-31
Tabel VIII.11 Ketentuan Zonasi Pemanfaatan Ruang Pada Zona Perumahan ................................... VIII-35
Tabel VIII.12 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Komersial/Perdagangan dan Jasa ............ VIII-40
Tabel VIII.13 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Pelayanan Umum .................................... VIII-45
Tabel VIII.14 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Pemerintahan, Pertahanan dan
Keamanan ..................................................................................................................... VIII-50
Tabel VIII.15 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Ruang Terbuka Hijau................................ VIII-54
Tabel VIII.16 Contoh Perangkat Insentif dan Disinsentif ................................................................... VIII-63
Tabel VIII.17 Jenis Perangkat Insentif dan Disinsentif ....................................................................... VIII-63
LAPORAN RENCANA
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1
Gambar I.2
Gambar I.3
Gambar I.4
Gambar I.5
Gambar I.6
Gambar II.1 Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional .................................................................................................
Gambar II.2 Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah
Perencanaannya ............................................................................................................
Gambar III.1
Gambar III.2
Gambar III.3
Gambar III.4
Gambar III.5
Gambar III.6
II-12
II-14
II-16
II-27
II-31
II-33
II-4
II-5
III-5
III-10
III-12
III-16
III-20
III-25
V-4
V-7
V-7
V-8
V-8
V-8
V-11
V-16
V-23
V-24
V-24
V-26
V-30
VI-4
Gambar VIII.1 Peta Rencana Peraturan Zonasi (Zonning Map) Pusat Kota Sungai Penuh .................. VIII-7
LAPORAN RENCANA
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Dalam penyusunan RDTR Kota Sungai Penuh akan berlandaskan Undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan menteri maupun pada peraturan daerah Kota Sungai Penuh, landasan
tersebut terdiri dari:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun
1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274).
2. Undang-Undang 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran negara Republik
Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317).
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor3419).
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun
1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427).
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469).
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470).
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478).
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699).
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377).
15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
16. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 132, tambahan Lembaran Negara Nomor 4444).
17. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881).
LAPORAN RENCANA
II-1
18. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888).
19. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169).
20. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
21. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838).
22. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara 3934).
23. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4489).
24. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal
di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3373).
26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
Lalu Lintas Jalan.
29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan
Hutan.
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah.
34. Peraturan Pemeritah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol.
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
LAPORAN RENCANA
II-2
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Perkotaan.
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
41. Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengelolaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
42. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
43. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan
Industri.
44. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Kawasan Jabodetabekpunjur.
45. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
46. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan.
47. Keputusan Presiden Nomor 4 tahun 2009 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
48. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup.
49. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah.
50. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Prasyarat
Teknis Bangunan Gedung.
51. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Perkotaan.
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Ruang Terbuka
Hijau di Perkotaan.
54. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
55. Pedoman Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Tahun 2004.
56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi.
57. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai
Penuh.
LAPORAN RENCANA
II-3
1.2
LAPORAN RENCANA
II-4
1.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2031
1.2.2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Sungai Penuh
Tujuan penataan ruang adalah mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
dengan, terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Adapun tujuan Penataan Ruang Kota Sungai Penuh 2011-2031 yaitu:
Mewujudkan Kota Sungai Penuh sebagai pusat pelayanan pendidikan, perdagangan dan jasa
serta pariwisata berskala regional yang aman nyaman, produktif, dan berkelanjutan
Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
A. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :
1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan berskala regional.
2. Peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan skala lokal dan regional.
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana dan prasarana umum
skala lokal dan regional.
B. Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :
1. Pemeliharaan dan pelestarian fungsi kawasan lindung dan ruang terbuka hijau.
2. Pengendalian kegiatan budidaya yang berdampak kepada kelestarian lingkungan
hidup.
3. Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien.
4. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
C. Kebijakan pengembangan kawasan strategis meliputi :
1. Pengembangan kawasan strategis perspektif ekonomi.
2. Pengembangan kawasan strategis perspektif sosial budaya.
3. Pengembangan kawasan strategis perspektif fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.
Program-program pembangunan yang selaras dirumuskan untuk mewujudkan kebijakan dan
strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh.
LAPORAN RENCANA
II-5
LAPORAN RENCANA
II-6
6. Mengamankan benda cagar budaya dan sejarah dengan melindungi tempat serta
ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, dan situs purbakala.
7. Menetapkan daerah evakuasi bencana.
8. Mewujudkan jalur evakuasi bencana secara terpadu dengan wilayah yang berbatasan.
9. Mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau yang ada.
10. Mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih fungsi
11. Meningkatan dan menyediakan ruang terbuka hijau 30% secara proporsional di
seluruh wilayah kota.
E. Strategi pengendalian kegiatan budidaya yang berdampak kepada kelestarian
lingkungan hidup meliputi :
1. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan agar tetap terjadi keseimbangan
perkembangan antar wilayah.
2. Mengendalikan kegiatan pertanian pada kawasan yang seharusnyaberfungsi lindung
untuk memelihara kelestarian lingkungan.
3. Mengembangkan dan memanfaatkan kawasan hutan produksi pola partisipasi
masyarakat dengan pertanian konservasi.
4. Mengendalikan perluasan pertanian pada kawasan rawan bencana dan kawasan yang
seharusnya berfungsi lindung untuk memelihara kelestarian lingkungan.
F. Strategi Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien
meliputi :
1. Menetapkan kawasan budi daya sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan.
2. Mendorong pengembangan kawasan budi daya secara vertikal di kawasan kepadatan
tinggi.
3. Mengembangkan wilayah tanaman holtikultura sesuai dengan potensi dan kesesuaian
lahan secara optimal.
4. Memperhatikan keterpaduan antar kegiatan budi daya.
G. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, meliputi :
1. Mendukung menetapkan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
2. Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
3. Mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun
disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan
4. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
H. Strategi Kebijakan pengembangan kawasan strategis perspektif ekonomi meliputi:
1. Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekowisata.
2. Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasis industri kecil.
3. Menetapkan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang berbasis kawasan
perdagangan dan jasa skala kota.
LAPORAN RENCANA
II-7
J.
Strategi Kebijakan pengembangan kawasan strategis perspektif fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi :
1. Menetapkan kawasan strategis dari sudut pandang fungsi dan daya dukung lingkungan
berupa Taman Nasional Kerinci Seblat.
2. Menetapkan kawasan strategis dari sudut pandang fungsi dan daya dukung lingkungan
berupa Kawasan Resapan Air.
LAPORAN RENCANA
II-8
KAWASAN STRATEGIS
1. Kawasan Ekowisata
2. Kawasan Industri Kecil
3. Kawasan Perdagangan dan
jasa
LOKASI
1. Kecamatan Hamparan
Rawang, Kecamatan Pesisir
Bukit, Kecamatan Sungai
Penuh, Kecamatan Tanah
Kampung dan Kecamatan
Kumun Debai
2. Kecamatan Hamparan
Rawang, Kecamatan Pesisir
Bukit, Kecamatan Sungai
Penuh, Kecamatan Tanah
Kampung dan Kecamatan
Kumun Debai
3. Kecamatan Sungai Penuh
1. Kecamatan Pesisir Bukit, Kec.
S.Penuh
2. Pondok Tinggi (Kec. Sungai
Penuh)
3. Kec. Hamparan Rawang
1. Kec. Sungai Penuh, Kec. Pesisir
Bukit, dan Kec. Kumun Debai
2. Kec. Kumun Debai, Kec. Sungai
Penuh, dan Kec. Pesisir Bukit
LAPORAN RENCANA
II-9
1.3
Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Siulak, Kec. Depati Tujuh dan Kec. Air Hangat
Timur Kab. Kerinci
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Air Hangat Timur dan Kec. Sitinjau Laut Kab.
Kerinci
Dilihat dari sisi arahan sistem perkotaan nasional yang diatur dalam RTRWN dan arah
pengembangan wilayah Provinsi Jambi, letak geografis Kota Sungai Penuh cukup strategis. Kota
Sungai Penuh terletak pada posisi sentral antara Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi dan
Provinsi Bengkulu, dengan PKN yang terdekat dengan Kota Sungai Penuh adalah Kota Padang
(PKN Sumbar) yang jalur lintasnya melalui PKW Muara Labuh atau PKW Painan. Sedangkan
jalur lintas menuju PKN Kota Jambi melalui PKWp Bangko dan Muaro Bungo yang merupakan
PKW terdekat dengan Kota Sungai Penuh dalam wilayah Provinsi Jambi.
Muara Bungo juga merupakan kawasan andalan yang terdekat dengan Kota Sungai Penuh,
dengan sektor unggulannya adalah : perkebunan, pertanian dan kehutanan. Di sisi lain PKW
Muko-muko merupakan jalur lintas menuju PKN Bengkulu. Kota Sungai Penuh juga menjadi
daerah pusat kegiatan dari beberapa PKL di Kabupaten Kerinci (Sanggaran Agung, Siulak Mukai
dan Batang Sangir) dan Provinsi Sumatera Barat (Tapan) serta Provinsi Bengkulu (Muko-muko).
Oleh karena itu Kota Sungai Penuh dikemudian hari dapat diorientasikan menjadi Pusat
Kegiatan Wilayah bagi daerah sekitarnya.
Luas Kota Sungai Penuh adalah 391,5 Km2 (39.150 Ha) yang sekitar 59,2 % (23.177,6 Ha)
merupakan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan merupakan kawasan lindung
dan kawasan strategis nasional. Wilayah administrasi Kota Sungai Penuh terbagi menjadi 5
kecamatan yang meliputi 4 kelurahan dan 65 desa, yaitu :
1) Kecamatan Pesisir Bukit dengan luas areal 21,10 Km2 (2.110 Ha) atau 5,39 % dari total
luas Kota Sungai Penuh yang meliputi 15 desa.
LAPORAN RENCANA
II-10
2) Kecamatan Hamparan Rawang dengan luas areal 12,15 Km2 (1.215 Ha) atau 3,1 % dari
total luas Kota Sungai Penuh yang meliputi 13 desa.
3) Kecamatan Sungai Penuh dengan luas areal 205,25 Km2 (20.525 Ha) atau 52,43 % dari
total luas Kota Sungai Penuh yang meliputi 4 kelurahan dan 15 desa.
4) Kecamatan Tanah Kampung dengan luas areal 11,00 Km2 (1.100 Ha) atau 2,81% dari
total luas Kota Sungai Penuh yang meliputi 13 desa.
5) Kecamatan Kumun Debai dengan luas areal 142,00 Km2 (14.200 Ha) atau 36,27% dari
total luas Kota Sungai Penuh yang meliputi 9 desa.
Tabel I.2 Luas Wilayah Kota Sungai Penuh dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut
Kecamatan Tahun 2011
No
Kecamatan
Tanah Kampung
Luas (Ha)
Desa
Kelurahan
Jumlah
1.100
13
13
Kumun Debai
142.000
Sungai Penuh
20.525
15
15
Hamparan Rawang
1.215
13
13
Pesisir Bukit
2.110
15
15
39.150
52
52
Jumlah
LAPORAN RENCANA
II-11
LAPORAN RENCANA
II-12
Penggunaan Lahan
Tanah
Kampung
Nama Kecamatan
Kumun
Sungai
Hamparan
Debai
Penuh
Rawang
11.032
379
11.767
Hutan Sekunder
Kebun Campuran
Permukiman
150
128
287
Rawa
127
Sawah
651
Semak/ Belukar
10
Tanah Terbuka
666
1.218
Jumlah
1.215
Sumber: RTRW Kota Sungai Penuh 2011
LAPORAN RENCANA
837
144
Jumlah
Pesisir
Bukit
23.177
6.384
7.887
695
38
1.951
346
147
915
53
51
395
1.043
70
394
576
3
3
130
505
350
619
858
2.964
568
83
14.200
2.110
20.525
657
11
1.100
39.150
II-13
LAPORAN RENCANA
II-14
Kecamatan
2006
2007
2008
2009
2010
Tanah Kampung
32.794
33.034
33.274
33.517
35.067
Kumun Debai
16.533
16.654
16.775
16.899
17.683
Sungai Penuh
13.087
13.183
13.279
13.376
12.726
Hamparan Rawang
8.280
8.341
8.402
8.463
8.396
Pesisir Bukit
8.715
8.779
8.843
8.907
8.421
Jumlah
79.409
79.991
Sumber: BPS, Sungai Penuh Dalam Angka 2011
80.573
81.162
82.293
Kepadatan rata-rata penduduk di Kota Sungai Penuh adalah sebesar 515 jiwa/km2, dengan
Kecamatan terpadat yaitu Kecamatan Hamparan Rawang 1.047 jiwa/km2. Sedangkan
kepadatan terendah yaitu Kumun Debai dengan 250 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya kepadatan
penduduk Kota Sungai Penuh dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Tabel I.5 Kepadatan Penduduk Kota Sungai Penuh Tahun 2010
No
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
8.396
Luas
Wilayah
(Ha)
11,00
Tanah Kampung
Kumun Debai
8.421
142,00
Sungai Penuh
35.067
205,25
Hamparan Rawang
12.726
12,15
Pesisir Bukit
17.683
21,10
Jumlah
82.293
39.150
Sumber: BPS, Sungai Penuh Dalam Angka 2011
LAPORAN RENCANA
11,00
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
763
10.8333,80
33,66
250
12.260,60
82,64
424
12,15
1.047
83,20
20,27
872
23.177,60
159,72
515
TNKS (HA)
Budidaya
(Km2)
II-15
Kota Sungai Penuh secara umum dihuni oleh penduduk usia produktif, ini menandakan bahwa
perkembangan Kota Sungai Penuh ke depan harus mengakomodasi pengembanganpengembangan tempat bekerja, baik kegiatan perdagangan dan jasa maupun kegiatan
perkantoran. Struktur Penduduk Kota Sungai Penuh berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel dan piramida berikut ini.
Tabel I.6 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Kota Sungai Penuh Tahun 2009 - 2010
Dari piramida penduduk diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia 5-14 tahun merupakan
penduduk terbanyak menurut kelompok umur di Kota Sungai Penuh, hal ini menunjukan
bahwa 10 sampai dengan 15 tahun mendatang Kota sungai Penuh memiliki banyak penduduk
produktif/ usia kerja sehingga diperlukan lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja
tersebut. Selain itu jika dilihat jumlah penduduk usia 20 24 tahun, memperlihatkan bahwa
jumlah penduduk usia penduduk 20 24 tahun hanya sebesar 7,4 % hal ini di sebabkan oleh
banyaknya penduduk Kota Sungai Penuh yang melanjutkan pendidikan keluar daerah, hal ini
LAPORAN RENCANA
II-16
merupakan potensi dalam pengembangan sektor pendidikan untuk Kota Sungai penuh
sehingga penduduk usia 20 24 tahun dapat melanjutkan pendidikan hanya dalam Kota Sungai
Penuh.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci Tahun 2010
diketahui bahwa mata pencaharian utama penduduk di Kota Sungai Penuh mayoritas
berkecimpung dalam sektor pertanian, Perdagangan, Buruh, serta pegawai negeri sipil. Dengan
data tersebut terlihat bahwa penduduk di Kota Sungai Penuh masih tergantung pada sektor
ekstraktif terutama pertanian; perkebunan dan kehutanan serta kegiatan jasa kemasyarakatan
lainnya.
Struktur penduduk menurut jenis pekerjaan di Kota Sungai Penuh tahun 2009 menunjukan
bahwa jumlah penduduk Kota Sungai Penuh sebagian besar bekerja di sektor pertanian 44,70
%, diikuti perdagangan 20,29 %, sektor buruh 13,18 % dan sektor lainnya.
Tabel I.7 Penduduk Kota Sungai Penuh menurut Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
Tanah Kampung
Kumun Debai
Sungai Penuh
Hamparan Rawang
Pesisir Bukit
Jumlah
Sumber: Potensi Desa, 2010
Pedagang
145
5.464
763
1.322
439
8.133
Petani
4.201
2.766
3.902
3.226
3.824
17.919
Buruh
1.124
1.381
1.016
1.293
471
5.285
PNS
318
2.321
633
901
425
4.598
Industri/
Jasa
692
1.910
258
102
312
3.274
Lainlain
53
417
118
58
236
882
Jumlah
6.533
14.259
6.690
6.902
5.707
40.091
1.3.4 Perekonomian
Karakteristik ekonomi Kota Sungai Penuh tercermin dari dominasi kegiatan perdagangan dan
jasa di Kota Sungai Penuh, yang menjadi orientasi bagi wilayah hinterlandnya. Dalam hal ini
Kota Sungai Penuh berperan sebagai pusat distribusi dan koleksi barang dan jasa bagi wilayah
di Kota Sungai Penuh itu sendiri maupun wilayah regionalnya.
Terkait dengan Kabupaten Kerinci yang memiliki sektor unggulan pada sektor pertanian, Kota
Sungai Penuh berperan sebagai pusat pemasaran produksi pertanian dari Kabupaten Kerinci,
yang tercermin dari maraknya kegiatan pasar di Kota Sungai Penuh, yang berpusat di Kawasan
Tanjung Bajure dan Pasar Pond.
Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa perekonomian Kota Sungai Penuh yang
ditopang oleh sektor perdagangan dan jasa didukung oleh keberadaan sektor-sektor primer di
Kabupaten Kerinci, seperti sektor pertanian, serta maraknya berbagai kegiatan industri kecil
kerajinan tangan. Jalur pemasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAPORAN RENCANA
II-17
sentra-sentra produksi sektor primer pusat-pusat pengumpul (kota orde 2 Kerinci) pusat
pengolahan dan pemasaran serta pusat distribusi dan koleksi (Kota Sungai Penuh).
Sektor unggulan kota dengan mata pencaharian utama penduduk kota, dapat dikatakan bahwa
saat ini kegiatan ekonomi utama yang ada saling mendukung dengan mata pencaharian utama
masyarakat Kota Sungai Penuh sebagai pedagang dan petani. Mata pencaharian sebagai
pedagang tercermin dari kegiatan ekonomi yang didominasi oleh kegiatan perdagangan dan
jasa, sementara mata pencaharian sebagai petani tercermin dari masih banyaknya penggunaan
lahan pertanian di pinggiran kota. Selain itu, dukungan kota terhadap masyarakat yang
memiliki mata pencaharian utama sebagai petani adalah sebagai pusat pemasaran hasil
produksi pertaniannya.
Perekonomian Kota Sungai Penuh berdasarkan perkembangan nilai PDRB atas dasar harga
konstan dari tahun ke tahun bila dilihat dari distribusinya ternyata tidak mengalami pergeseran
yang terlalu signifikan. Secara umum, dominasi sektor tersier sangat besar kontribusinya
terhadap perekonomian Kota Sungai Penuh, yaitu pada tahun 2009 mencapai hingga 80%. Hal
ini mengindikasikan bahwa Kota Sungai Penuh telah menunjukkan sifatnya sebagai kawasan
perkotaan, dimana sektor-sektor ekonomi yang berkembang sudah tidak tergantung lagi pada
esktraksi sumber daya alam secara langsung dan pengolahan lanjutannya. Apabila dilihat
dengan lebih seksama, maka sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Kota
Sungai Penuh adalah sektor perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya,
pemerintahan umum, industri pengolahan non migas, dan komunikasi. Dengan pariwisata
sebagai salah satu andalan Kota Sungai Penuh, maka dapat terlihat bahwa sektor-sektor yang
memberikan kontribusi besar di atas adalah sektor-sektor yang terkait langsung dengan
kegiatan pariwisata.
Laju pertumbuhan ekonomi di Kota Sungai penuh sebesar 6,3 % pertahun, bila dilihat dari laju
pertumbuhan ekonomi persektor yang terbesar terdapat pada sektor bangunan sebesar 7,83
LAPORAN RENCANA
II-18
%, sektor lainnya yang terbesar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7,80 %,
sektor pengangkutan dan komunikasi 6,38 %, dan sektor industri dan pengolahan 6,08 %.
Sektor yang selalu menunjukkan peningkatan adalah sektor perdagangan dengan laju
pertumbuhan 3,37% pada tahun 2004 terus meningkat sebesar 7,8 % pada tahun 2009. Ini
menunjukkan ciri daerah perkotaan dimana sektor perdagangan merupakan sektor dominan
yang menggerakan perekonomian kota.
Kondisi makro ekonomi menggambarkan perkembangan ekonomi Kota Sungai Penuh selama 6
tahun dimana pertumbuhan ekonomi Kota Sungai Penuh sejak Tahun 2004 tumbuh setiap
tahunnya diatas 5,0 %, bahkan pada tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan cukup
signifikan sebesar 6,3 % pada tahun 2009, dan 6,4% pada tahun 2010, pertumbuhan ini berada
diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,2%.
LAPORAN RENCANA
II-19
Jaringan ketenagalistrikan Kota Sungai Penuh yang terdiri dari Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Pada tahun 2010 JTM sepanjang
50 Kms, sedangkan JTR pada tahun 2010 adalah 200 Kms. Seluruh wilayah Kota Sungai
Penuh telah terlayani jaringan listrik.
Jumlah rumah tangga pengguna penerangan di Kota Sungai Penuh sebagian besar adalah
pengguna listrik PLN mencapai 13.500 rumah tangga. Kebutuhan energi listrik sebagian
besar digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, fasilitas sosial, ekonomi, dan industri.
B. Telekomunikasi
Pelayanan telekomunikasi di Kota Sungai Penuh saat ini masih relatif terbatas. Satusatunya
penyedia
jasa
telekomunikasi,
PT.
TELKOM
memberikan
pelayanan
GSM (selular)
CDMA
LAPORAN RENCANA
II-20
Jumlah ini tidaklah mencukupi untuk melayani konsumen di lapangan yang mencapai
12.000 sambungan rumah, sehingga terjadi over kapasitas dalam operasional, yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kualitas yang dihasilkan. Untuk
menutupi kekurangan kapasitas tersebut pada tahun 2011 direncanakan penambahan IPA
baru yaitu IPA Kumun kapasitas 30 ltr/dtk dan IPA Tanah Kampung dengan kapasitas 10
ltr/dtk.
D. Air Limbah
Kondisi eksisting pengelolaan air limbah di Kota Sungai Penuh adalah:
a) Limbah Rumah Tangga/Domestik
Saat ini pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem setempat/onsite,
baik secara individu maupun komunal. Limbah yang dikelola hanya limbah yang
berasal dari WC (black water), yaitu untuk rumah menengah keatas dengan
menggunakan septic tank, sedangkan untuk yang menengah kebawah masih
menggunakan cubluk, sedangkan penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi
masih membuang langsung ke badan air/drainase.
Untuk septic tank yang sudah penuh dilakukan pengurasan. Permintaan pengurasan
septic tank di Kota Sungai Penuh dalam satu hari rata-rata hanya 1 kali, dengan
menggunakan tangki (kapasitas 2000 liter), dengan kondisi ini mengindikasikan bahwa
septic tank yang ada banyak yang tidak kedap air sehingga terjadi rembesan dan
septic tank tidak bisa penuh.
b) Limbah Non-Domestik
Pengelolaan limbah non-domestik ditangani oleh Kantor Lingkungan Hidup (terbentuk
th.2010). Limbah non-domestik ditangani diantaranya :
Limbah Hotel
Limbah Medis
E. Persampahan
Kondisi eksisting penanganan persampahan pada umumnya dimulai dari pewadahan,
pengumpulan/penyapuan, pengangkutan dan diakhiri pembuangan di TPA. Proses
penanganan persampahan dilakukan sebagai berikut:
LAPORAN RENCANA
II-21
Pengelolaan sampah Rumah Sakit, ada sebagian rumah sakit yang sudah
menanganinya sendiri terutama rumah sakit besar yang telah memiliki incinerator.
Sampah yang dikelola khususnya untuk sampah B3 (misalnya jarum suntik, kain
pembalut luka dsb), sedangkan untuk sampah yang tidak berbahaya dilakukan oleh
Dinas Kebersihan dan akhirnya di buang ke TPA.
Pengangkutan
sampah
dilakukan
kali
sehari,
pada
pagi
hari
dengan
mengoperasionalkan 9 truk, pagi hari 8 truk, siang hari 5 truk sedangkan sore hingga
malam mengoperasikan 8 truk.
TPA existing terletak di Sangggaran Agung Kabupaten Kerinci dengan sistem Open
Dumping dengan jarak 22 km dari pusat kota.
F. Drainase
Pengelolaan Drainase di Kota Sungai Penuh ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum. Secara
umum, saluran drainase di Kota Sungai Penuh telah menjangkau hampir seluruh wilayah
Kota. Saluran-saluran drainase bertujuan untuk mengalirkan limpasan air hujan baik dalam
bentuk drainase
pengelolaan
pemeliharaannya belum optimal, hal ini terbukti banyaknya terjadi luapan air ke
permukaan jalan ketika terjadi hujan. Kedepan perlu dilakukan inventarisasi ke lapangan
saluran saluran tersebut karena antara jaringan drainase dengan irigasi masih bercampur
satu sama lain.
Saluran-saluran drainase memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan. Dengan kondisi
topografi yang relatif miring, serta dengan ketinggian kota di atas permukaan laut yang
cukup tinggi, maka hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pengaliran air pada sistem
drainase sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke dataran yang lebih rendah yaitu
Batang Air Bungkal.
Sistem drainase di Kota Kota Sungai Penuh secara umum dibagi dalam tiga sistem :
Sistem Drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk
menampung dan mengendalikan air hujan.
Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun
terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya
sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam pasar).
Sistem drainase saluran tanah. Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat bagi
drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat menampung
beban curah hujan yang cukup tinggi.
Kondisi Saluran pada lingkungan perumahan dalam kota Sungai Penuh pada umumnya
mengalir pada sisi jalan raya maupun jalan utama, dimana pada sisi jalan utama saat
LAPORAN RENCANA
II-22
ini mempunyai saluran drainase yang cukup baik sehingga baik pada musim hujan
maupun musim kemarau saluran drainase di lingkungan perumahan maupun di jalan
utama masih dapat mengatasi air masuk ke dalam saluran.
Letak kota Sungai Penuh yang konturnya berbukit, sehingga air mengalir
memanfaatkan gravitasi ke tempat yang lebih rendah.
Drainase kota menggunakan saluran tertutup, bagian atas tutup saluran dijadikan site
walk/trotoar, 25 m diberi manhole untuk mengetahui kelancaran aliran air.
Masih adanya genangan air pada saat musim hujan di beberapa tempat yang
disebabkan belum adanya pembuatan drainase.
Tidak mengalirnya air dari badan jalan ke saluran sehingga cenderung terjadi genangan
air pada saat hujan.
Kurang berfungsinya tali air, sebagai tempat mengalirnya air hujan dari badan jalan ke
saluran, hal ini dikarenakan kurangnya pemeliharaan, yang mengakibatkan
tersumbatnya tali air tersebut akibat pengendapan kotoran atau sampah.
Banyaknya sampah dan lumpur yang menyebabkan menyumbatan aliran air dan
kapasitas saluran menjadi kecil sehingga tidak mampu menampung debit air hujan
yang masuk terutama saat hujan lebat. Hal ini berkaitan dengan kurangnya tingkat
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan saluran.
1.3.6.2 Sarana
A. Sarana Peribadatan
Dengan dominasi penduduk yang beragama Islam, ketersediaan fasilitas peribadatan di
Kota Sungai Penuh didominasi oleh Masjid dan Mushola. Pada kawasan perencanaan
sarana peribadatan yang ada adalah mushala sebanyak 42 unit, mesjid sebanyak 14 unit.,
selain itu ada gereja sebanyak 2 unit dan vihara sebanyak 1 unit.
LAPORAN RENCANA
II-23
B. Sarana Perdagangan
Potensi sektor perdagangan di Kota Sungai Penuh didukung oleh 21 Unit Kelompok
pertokoan yang terdiri 3.206 warung/toko, 4 unit pasar umum, 1 unit pasar hewan, dan 4
unit Swalayan, sebagaimana disajikan pada Tabel 1.9. Untuk kedepannya, Pemerintah Kota
Sungai Penuh merencanakan pengembangan Pasar Beringin Jaya I, Pasar Grosir, dan Pasar
Satelit. Pasar umum yang ada saat ini terdiri dari :
a) Pasar Beringin Jaya I; terdiri atas 28 kios, 37 los pemetakan, pada umum merupakan
pusat perdagangan grosiran disamping perdagangan lainnya.
b) Pasar Tanjung Bajure; terdiri atas 7 kios, pasar ini merupakan tempat penjualan
berbagai komoditi sembako dan barang lainnya.
c) Kincai Plaza; merupakan pusat pemasaran dan distribusi barang dan jasa, kawasan ini
yang didukung oleh 422 kios.
d) Pasar Pond; merupakan pusat perdagangan bahan bahan kebutuhan harian yang
didukung oleh lebih kurang 700 pedagang.
C. Sarana Pendidikan
Potensi sarana pendidikan di Kota Sungai Penuh ditunjukan dengan keberadaan sekolahsekolah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi setingkat
universitas. Pada kawasan perencanaan jumlah sarana pendidikan setingkat TK sebanyak
18 Unit, SD sebanyak 29 unit, SLTP sebanyak 6 unit, SLTA/SMU sebanyak 6 unit dan
Perguruan tinggi/Akademi sebanyak 5 unit yang tersebar di kelurahan dan desa di
Kecamatan Sungai Penuh.
D. Sarana Kesehatan
Pelayanan kesehatan penduduk di kawasan perencanaan dilayani oleh adanya sarana
kesehatan berupa Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Poskesdes,
Apotik, dan Klinik bersalin. Rumah sakit berada di pusat kota, sedangkan sarana lainnya
tersebar di seluruh kelurahan dan desa yang masuk dalam pusat pelayanan kota.
1.4
RDTR
tersebut
merupakan
kawasan
perkotaan
atau
kawasan
strategis
II-24
LAPORAN RENCANA
II-25
LAPORAN RENCANA
II-26
Gambar I.4 Peta Delineasi Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kota Sungai Penuh
LAPORAN RENCANA
II-27
LAPORAN RENCANA
II-28
Sedangkan rencana pembagian subblok secara garis besar dapat dibagi berdasarkan
homogenitas ruang dengan melihat sifat keseragaman ruang atau fisik. (Paul Sihotang,
Pengantar Perencanaan Regional, 1977: 24-25):
1. Dibagi menurut sumbu / jaringan jalan yang terdapat di wilayah baik itu jaringan jalan
arteri, kolektor, lokal maupun lingkungan.
2. Dibagi menurut keterpusatan, baik dilihat dari pusat-pusat pelayanan maupun dari
keterpusatan fasilitas umum dan sosial.
3. Dibagi berdasarkan kegiatan yang berkelompok pada sepanjang jalan (perkembangan
linier).
Kawasan yang terbentuk dapat lebih mudah pada tahap operasional, maka batas antar
subblok diusahakan menggunakan batas fisik seperti batas jalan, sungai dan saluran. Dalam
hal efektifitas dalam pengelolaan kota maka pembagian blok yang diimplementasikan di
Kawasan Pusat Kota diselaraskan dengan batas administrasi Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
LAPORAN RENCANA
II-29
Tabel I.8 Pembagian Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh ke Dalam Blok dan Subblok Rencana
Blok
Subblok
Desa / Kelurahan
Persentase
(%)
Timur
50,26
16,64
16,01
5,30
A3
A2
17,79
5,67
A3
A3
B1
B2
B3
B4
Desa Permanti
Desa Lawang Agung
Desa Pondok Agung
Desa Pelayangan
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
B5
19,40
6,18
B3
B6
4,95
32,08
6,89
5,69
B2, B5
C1
C2
15,55
100,71
21,63
17,87
C4
C1
C3
33,72
10,74
C4
C4
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
BLOK B
BLOK C
BLOK D
D1
Kelurahan Dusun Baru
D2
Desa Koto Beringin
D3
Kelurahan Dusun Baru
Luas Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
Sumber: Hasil Analisis dan Rencana, 2012
Batas Subblok
Selatan
Utara
A1
BLOK A
LAPORAN RENCANA
Luas
(Ha)
Barat
B1
D2
B2
A1
A1
D2, D3
B3
B6
B5
B5
B6, Ds. Amar
Sakti
C2
B3, B5
B4
Ds. Pelayangan
D1
D3
C2
B1
C2
B4
C1
C3
C4
C3
Ds. Pelayang
Raya
Ds. Koto Renah
D2
A1, A3
A3
C2
B1, C2
D1, D3
C1
D1
C4
A1
Ds. Lawang Agung
B2
B3
B2
B4
100,00
II-30
LAPORAN RENCANA
II-31
1.5
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan Penataan Ruang Kota Sungai Penuh dengan
kedalaman RDTR ini adalah:
1. Menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan
perkotaan.
2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien.
4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan melalui pengendalian programprogram pembangunan.
5. Memberikan pedoman untuk pemberian advice planning, pengaturan bangunan
setempat, penyusunan rencana teknik ruang atau rencana tata bangunan dan
lingkungan.
Sasaran kegiatan, sebagai penjabaran dari tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Agar Pemerintah Kota Sungai Penuh memiliki pedoman pelaksanaan pembangunan
yang operasional dan implementatif khususnya untuk lingkup Pusat Kota Sungai Penuh
sebagai wilayah perencanaan.
2. Menyusun rumusan-rumusan mengenai arahan kebijakan pengembangan dan
pembangunan
sebagai
acuan
perencanaan
pemanfaatan
dan
pengendalian
LAPORAN RENCANA
II-32
Gambar I.6 Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan RDTR Kota Sungai Penuh
LAPORAN RENCANA
II-33
BAB II
KETENTUAN UMUM
2.1
Beikut adalah istilah dan definisi yang digunakan dalam dokumen RDTR:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
5. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
6. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
7. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
8. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
10. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
11. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada
suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
12. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW
provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pola ruang
wilayah
kabupaten/kota,
penetapan
kawasan
strategis
kabupaten/kota,
arahan
LAPORAN RENCANA
II-1
14. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah panduan
rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
16. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu disusun
rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW
kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona
peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
17. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian dari BWP
yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki pengertian
yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
18. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
19. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
20. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.
21. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
22. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
23. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
24. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
LAPORAN RENCANA
II-2
25. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.
26. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra
tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana
jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian
yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
27. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.
28. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
29. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan.
30. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
31. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
32. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan
antara
luas
seluruh
lantai
bangunan
gedung
dan
luas
tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
33. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang
membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran
air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang,
atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang
dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana
saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb (building line).
34. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
35. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di bagian
wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras
atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat
ditumbuhi tanaman atau berpori.
LAPORAN RENCANA
II-3
2.2
RDTR
tersebut
merupakan
kawasan
perkotaan
atau
kawasan
strategis
Gambar II.1 Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
LAPORAN RENCANA
II-4
RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan acuan
lebih
detil
pengendalian
pemanfaatan
ruang
kabupaten/kota.
Dalam
hal
RTRW
kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap,
termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan
sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Dalam hal RTRW kabupaten/kota tidak
memerlukan RDTR, peraturan zonasi dapat disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah
ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran
kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam
kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak disusun atau RDTR telah
ditetapkan sebagai perda namun belum ada peraturan zonasinya sebelum keluarnya pedoman
ini, maka peraturan zonasi dapat disusun terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text
untuk seluruh kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada
wilayah kabupaten/kota.
RDTR ditetapkan dengan perda kabupaten/kota. Dalam hal RDTR telah ditetapkan sebagai
perda terpisah dari peraturan zonasi sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi
ditetapkan dengan perda kabupaten/kota tersendiri.
Gambar II.2 Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah
Perencanaannya
LAPORAN RENCANA
II-5
2.3
2.4
RDTR Kota Sungai Penuh ini berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dari tahun 20122032. RDTR Kota Sungai Penuh ini dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan
kembali RDTR Kota Sungai Penuh dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) tahun dalam hal:
a. terjadi perubahan RTRW Kota Sungai Penuh terkait dengan perubahan kebijakan dan
strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang wilayah; dan
b. terjadi dinamika internal yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar antara
lain berkaitan dengan bencana alam skala besar dan pemekaran wilayah sehingga RTRW
Kota Sungai Penuh juga perlu ditinjau kembali.
Jika RTRW baru sudah ditetapkan, maka RDTR tidak berlaku lagi atau perlu disusun RDTR baru
sesuai RTRW baru tersebut.
LAPORAN RENCANA
II-6
BAB III
III-1
SKALA PELAYANAN
Pusat Pelayanan Kota
FUNGSI PELAYANAN
Perdagangan dan Jasa
Transportasi
Pemerintahan Kota
LAPORAN RENCANA
LOKASI
FASILITAS UTAMA
Desa Gedang
Kel. Pasar Sungai Penuh
Desa Pasar Baru
Desa Lawang Agung
Kel. Dusun Baru
Desa Koto Tinggi
Kec. Sungai Penuh
Kel. Pasar Sungai Penuh
Terminal Type A
Terminal Barang
Terminal Type C
Kantor Walikota
Kantor DPRD
III-2
No
SKALA PELAYANAN
FUNGSI PELAYANAN
LOKASI
FASILITAS UTAMA
Permukiman
Perkotaan
Pusat Lingkungan
Kantor SKPD
Kantor Instansi
Perguruan Tinggi dan
Pusat Pelatihan
Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Militer
Rumah Sakit Khusus
Sarana Permukiman
Tanah Kampung
Hamparan Rawang
Pesisir bUkit
Kumun Debai
Dalam RTRW Kota Sungai Penuh dijabarkan mengenai rencana pengembangan jaringan untuk
pengembangan kota. Adapun rencana pengembangan jaringan jalan yang telah dituangkan
dalam RTRW Kota Sungai Penuh sesuai dengan Perda No 5 Tahun 2012 diuraikan sebagai
berikut:
Tabel III.2 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
FUNGSI JALAN
Jalan Kolektor Primer
LAPORAN RENCANA
DESKRIPSI
Jalan yang menghubungkan antara
Pusat Kegiatan Wilayah dengan Pusat
Kegiatan Lokal.
NAMA JALAN
Jl. Pancasila
Jl. RE. Martadinata
Jl. P. Diponegoro
III-3
FUNGSI JALAN
DESKRIPSI
Jalan Lokal
LAPORAN RENCANA
NAMA JALAN
Jl. Muradi
Jl. Soekarno Hatta
Jl. Depati Parbo
Jl. Imam Bonjol
Jl. Jend. Sudirman
Jl. Ahmad Yani
Jl. M. Yamin
Jl. Mayjen H.A Thalib
Jl. H. Bakri
Jl. Hamparan
Jl. MH. Thamrin
Jl. Arief Rahman Hakim
Jl. Yos Sudarso
Keseluruhan jaringan jalan di Kota
Sungai Penuh yang tidak termasuk
pada jaringan jalan arteri dan kolektor.
a) Kumun Debai Tanah Kampung
Hamparan Rawang - Pesisir Bukit
Sungai Penuh
b) Desa Ulu Air (Kec. Kumun Debai)
Desa Pelayang Raya (Kec. Sungai
Penuh).
Pengembangan jalan lingkar
dalam yang menghubungkan Desa
Koto Lolo (Kec. Pesisir Bukit) - Desa
Gedang (Kec. Sungai penuh) Jalan
Pancasila (Kec. Sungai Penuh) Desa
Koto Lebu (Kec. Sungai Penuh)
Jalan Pancasila Jembatan II Tanah
Kampung
III-4
LAPORAN RENCANA
III-5
LAPORAN RENCANA
III-6
B. KAWASAN BUDIDAYA
1) Kawasan Peruntukan Perumahan
a. Perumahan Kepadatan Tinggi
Perumahan kepadatan tinggi merupakan kawasan perumahan dengan intensitas
pemanfaatan ruang tinggi dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang
juga tinggi, hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya dukung kawasan. Pada
kawasan yang cepat tumbuh dan nilai lahan yang tinggi kawasan perumahan
diarahkan pada kecamatan Sungai Penuh dan kecamatan Pesisir Bukit.
b. Perumahan Kepadatan Sedang
Perumahan kepadatan Sedang merupakan kawasan perumahan dengan intensitas
pemanfaatan ruang Sedang dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang
juga tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan tinggi, hal ini dipengaruhi
oleh nilailahan dan daya dukung kawasan. Kawasan perumahan kepadatan sedang
di Kota Sungai Penuh diarahkan pada Kecamatan Sungai Penuh, Kecamatan Pesisir
Bukit, Kecamatan Hamparan Rawang, dan kecamatan Kumun Debai.
c. Perumahan Kepadatan Rendah
Perumahan kepadatan Rendah merupakan kawasan perumahan dengan intensitas
pemanfaatan ruang rendah dan didukung dengan kepadatan penduduknya yang
juga tidak memungkinkan untuk kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, hal ii
dipengaruhi oleh daya dukung lahan sehingga pengembangan perumahan pada
kawasan ini harus dengan konstruksi yang tahan terhadap gempa. Perumahan
kepadatan rendah ini tersebar di Kecamatan Hamparan Rawang, Pesisir Bukit,
Tanah Kampung, Kumun Debai dan Kecamatan Sungai Penuh.
2) Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan perdagangan dan jasa mengatur
peruntukan untuk pasar tradisional dan pusat perbelanjaan serta toko modern.
Peruntukan bagi kawasan pasar tradisional perlu tingkatkan fasilitas sarana dan
prasarananya di Kelurahan Pasar Sungai Penuh. Adapun peruntukan kawasan pusat
perbelanjaan dapat dipertahankan kondisi persebaran yang ada, yakni di Kelurahan
PasarSungai Penuh dan Desa Pasar Baru serta rencana pengembangan pasar
penyangga disetiap Kecamatan. Rencana Luas kawasan perdagangan dan jasa
mencapai 98,41 ha.
3) Kawasan Peruntukan Perkantoran
Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan perkantoran mencakup perkantoran
pemerintah maupun swasta. Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan perkantoran
dapat dilakukan di Kecamatan dalam Kota Sungai Penuh sesuai dengan potensi,
sedangkan untuk kawasan perkantoran swasta di Kecamatan Sungai Penuh karena
LAPORAN RENCANA
III-7
memiliki lokasi yang strategis dan konektivitas yang baik antar wilayah. Rencana Luas
keseluruhan lahan yang digunakan untuk perkantoran pemerintahan ialah seluas 17,46
4) Kawasan Peruntukan Industri
Adapun untuk kawasan peruntukan industri berupa kawasan industri kecil maupun
industri rumah tangga tersebar di Kecamatan Hamparan Rawang, Kecamatan Pesisir
Bukit dan Kecamatan Sungai Penuh disamping Kecamatan Lainnya.
5) Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata bertujuan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata
atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha
lain yang terkait di bidang tersebut.
Daya tarik wisata tersebut terdiri atas:
III-8
Fungsi Kawasan
I
1
2
Kawasan Lindung
Taman Nasional Kerinci Seblat
Kawasan yang memberikan
perlindungan pada kawasan bawahnya
Ruang Terbuka Hijau Kota
Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Rawan Bencana
Sub total
Kawasan Budidaya
Kawasan Perkotaan
Permukiman
Perdagangan dan jasa
Perkantoran
Pariwisata
Kawasan Pendidikan
Kawasan Kesehatan
Peruntukan Lainnya
Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan Pertanian :
a. Perkebunan dan Holtikultura
b. Pertanian Tanaman Pangan
Hutan Produksi
Sub total
Luas Wilayah Kota Sungai Penuh
3
4
5
II
A
1
2
3
4
5
6
B
1
2
Luas
(ha)
Persentase
( %)
23.177,60
195,12
59,20
0,50
492,51
3,00
4.377,21
28.245,44
1,26
0,01
11,18
72,15
977,40
98,41
17,46
147,87
32,08
9,78
9.621,56
4,85
2,50
0,25
0,04
0,38
0,08
0,02
24,58
0,01
5.944,35
2.731,33
941,03
10.904,56
39.150,00
15,18
6,98
2,40
27,85
100,00
LAPORAN RENCANA
III-9
LAPORAN RENCANA
III-10
Desa / Kelurahan
Lokasi BWP Kota Sungai Penuh berada tepat di sebelah Timur dari wilayah Kota Sungai Penuh,
secara fisik dibatasi oleh jaringan jalan eksisting dan rencana Jalan Lingkar Dalam. Luas BWP
Kota Sungai Penuh berdasarkan didelineasi fungsi kawasan yaitu sebesar 313,97 hektar (Lihat
Tabel III.5). Artinya luas BWP sebagai wilayah perencanaan RDTR Kota Sungai Penuh yaitu
sekitar 37% dari total luas wilayah administrasi.
LAPORAN RENCANA
III-11
Gambar III.3 Peta Orientasi Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kota Sungai Penuh
LAPORAN RENCANA
III-12
Dalam perencanaannya, BWP ini dibagi ke dalam 4 (empat) Blok dan 16 (enam belas) Subblok
dengan fungsi kawasan sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa, perkantoran,
pendidikan, transportasi dan permukiman perkotaan. Blok paling besar adalah Blok C dengan
luas kawasan perencanaan sekitar 100,71 hektar (32,08%), sedangkan Blok paling kecil adalah
Blok A luas kawasan perencanaan sekitar 50,26 hektar (16,01%).
Berikut adalah luas BWP Kota Sungai Penuh yang dibagi ke dalam Blok dan Subblok
berdasarkan delineasi fungsi dan batas fisik.
Tabel III.5 Luas BWP Kota Sungai Penuh Berdasarkan Delineasi Fungsi Kawasan dan Batas
Fisik
Blok/ Subblok
Desa / Kelurahan
BLOK A
A1
Kelurahan Pasar Sungai Penuh
A2
Desa Pasar Baru
A3
Kelurahan Sei Penuh
BLOK B
B1
Desa Permanti
B2
Desa Lawang Agung
B3
Desa Pondok Agung
B4
Desa Pelayangan
B5
Desa Amar Sakti
B6
Desa Amar Sakti
BLOK C
C1
Desa Koto Renah
C2
Desa Koto Tinggi
C3
Desa Koto Tinggi
C4
Desa Koto Renah
BLOK D
D1
Kelurahan Dusun Baru
D2
Desa Koto Beringin
D3
Kelurahan Dusun Baru
Luas BWP
Sumber: Hasil Analisis dan Rencana, 2012
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
19,40
15,55
100,71
21,63
17,87
33,72
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
Persentase
(%)
16,01
5,30
5,67
5,04
30,69
4,59
6,60
5,28
3,09
6,18
4,95
32,08
6,89
5,69
10,74
8,76
21,23
3,94
8,43
8,86
100,00
LAPORAN RENCANA
III-13
ini dikarenakan perbedaan karakteristik lahan dan jaringan jalan yang membentuknya.
Permukiman berpola permukiman berpola memanjang (linier) dapat ditemui di jalan-jalan
besar, sedangkan permukiman berpola grid berkembangkan pada kawasan yang memiliki jalan
lingkungan relatif lebar. Permukiman yang beropla menyebar tidak merata dan berkelompok
dapat ditemui di luar kawasan yang tidak memiliki akses jalan baik, permukiman
dikembangkan secara individu oleh masyarakat sehingga bentuk dan polanya relatif tidak
terstruktur.
Tabel III.6 Jumlah dan Luas Permukiman di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2012
Blok/ Subblok
BLOK A
A1
A2
A3
BLOK B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
BLOK C
C1
C2
C3
C4
BLOK D
D1
D2
D3
Jumlah
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
19,40
15,55
100,71
21,63
17,87
33,72
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
Permukiman Eksisting
(Unit)
(M2)
(Ha)
908
135.575
13,56
309
54.545
5,45
336
44.875
4,49
263
36.155
3,62
1.318
164.962
16,50
272
34.955
3,50
431
48.902
4,89
390
46.338
4,63
75
10.977
1,10
135
19.726
1,97
15
4.063
0,41
756
115.019
11,50
231
44.676
4,47
329
44.436
4,44
108
11.844
1,18
88
14.064
1,41
603
69.744
6,97
139
17.054
1,71
385
43.735
4,37
79
8.955
0,90
3.585
485.300
48,53
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa di Kawasan Pusat Kota banyak
berkembang untuk melayani skala lokal, kota dan regional. Perdagangan dan jasa skala kota
dan regional berkembang di koridor jalan arteri dan kolektor yaitu di Jalan Pancasila, Jalan A.
Yani dan Jalan Murad. Jenis pemanfaatan lahan di koridor ini adalah perdagangan, jasa
perkantoran, jasa perhotelan, bangunan umum, jasa profesional, dan pertokoan. Sedangkan
perdagangan dan jasa skala lokal banyak berkembang di koridor jalan lingkungan, jenis
pemanfaatan lahan untuk toko, kios atau warung.
Pemanfaatan lahan tidak terbangun (RTH) di Kawasan Pusat Kota umumnya digunakan untuk
pertanian (sawah), tegalan/ kebun, taman kota, kawasan hijau di koridor jalan dan bantaran
sungai, serta lainnya (lahan kosong, lahan liar, dll). Lahan persawahan di Kawasan Pusat Kota
terdapat di Kelurahan Dusun Baru, Desa Sumur Anyir, Desa Dusun Gedang dan Kelurahan
Pondok Tinggi.
LAPORAN RENCANA
III-14
Kecenderungan perubahan lahan di BWP Kota Sungai Penuh cukup besar terutama pada
kawasan yang berada di sekitar ruas jalan nasional (Jalan Pancasila Jalan Murad) dan jalan
utama kota lainnya. Perubahan ini terjadi karena adanya perkembangan kegiatan perdagangan
dan jasa serta terdapatnya pusat pelayanan fasilitas umum dan sosial seperti perkantoran,
kesehatan dan pendidikan. Hal ini menimbulkan isu strategis pengembangan kawasan Pusat
Kota Sungai Penuh menjadi kawasan perdagangan dan jasa skala regional.
Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik penggunaan lahan di Kawasan Pusat Kota Sungai
dapat dilihat pada Tabel III.7 dan Gambar III.4 berikut ini.
Tabel III.7 Luas dan Jenis Penggunaan di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2012
No
Penggunaan Lahan
Luas
(Hektar)
0,66
Fasos
Fasum
1,45
0,21
0,46
Hotel
0,38
0,12
Kesehatan
1,00
0,32
Pemerintahan
16,46
5,24
Pendidikan
5,08
1,62
0,32
0,10
Perkebunan
58,38
18,59
Permukiman
132,69
42,26
10
Pertokoan
16,19
5,16
11
RTH
17,91
5,70
12
Sawah
0,60
0,19
13
Sawah
58,49
18,63
14
Sungai
2,10
0,67
15
Tanah Kosong
0,68
0,22
16
Tempat Ibdah
0,61
0,20
17
Terminal
0,40
0,13
18
TPU
Jumlah
0,56
0,18
313,97
100,00
LAPORAN RENCANA
III-15
Gambar III.4 Peta Penggunaan Lahan Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2012
LAPORAN RENCANA
III-16
3.1.3.3 Kependudukan
Berdasarkan informasi awal yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sungai Penuh,
dapat diketahui bahwa jumlah penduduk BWP berdasarkan wilayah administrasi pada tahun
2010 berjumlah 16.759 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 8.338 jiwa dan
perempuan sebanyak 8.371 jiwa, adapun jumlah penduduk yang paling tinggi secara berturutturut adalah berada di Kelurahan Pondok Tinggi, Kelurahan Sungai Penuh dan Kelurahan Dusun
Baru. Sedangkan jumlah penduduk kurang paling rendah kurang dari 1000 jiwa berada di Desa
Amar Sakti. Untuk lebih jelas mengenai kondisi kependudukan di BWP Kota Sungai Penuh
secara administrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel III.8 Jumlah Penduduk BWP Kota Sungai Penuh Menurut Wilayah Administrasi Tahun
2010
No
Desa / Kelurahan
I.
1
2
3
4
5
6
7
8
II.
Permanti
Kel. Pondok Tinggi
Kel. Sungai Penuh
Kel. Pasar Sungai Penuh
Amar Sakti
Pelayang Raya
Koto Tinggi
Kel. Dusun Baru
Kecamatan Pesisir Bukit
Rumah
Tangga
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
3.639
7.528
7.490
15.018
372
740
651
377
148
485
272
594
424
727
1.635
1.241
798
311
947
611
1.258
860
759
1.487
1.366
751
274
972
635
1.246
881
1.486
3.122
2.607
1.549
585
1.919
1.246
2.504
1.741
860
8.388
881
8.371
1.741
16.759
1.
Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan diketahui bahwa jumlah rumah di Pusat Kota Sungai
Penuh sebanyak 3.585 unit. Dengan asumsi setiap kepala keluarga memiliki 1 unit rumah dan
terdiri dari 5 orang anggota keluarga, maka estimasi jumlah penduduk di Pusat Kota Sungai
Penuh pada tahun 2012 adalah sebesar 17.925 jiwa. Jumlah penduduk paling tinggi terdapat di
Blok B yaitu sebesar 6.590 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah terdapat di Blok D
yaitu sebesar 3.015 jiwa.
Kepadatan bruto (gross density) Pusat Kota Sungai Penuh adalah sebesar 62 jiwa/hektar,
artinya bahwa setiap satu hektar luas kawasan (Blok) dihuni oleh penduduk sebesar 62 jiwa.
Sementara apabila jumlah penduduk dibandingkan dengan luas permukiman yang ada di Pusat
Kota Sungai Penuh, maka kepadatan netto (nett density) adalah sebesar 368 jiwa/hektar.
Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebaran penduduk eksisting di
Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh memiliki kepadatan penduduk rendah (SNI 03-171-33 2004).
LAPORAN RENCANA
III-17
Tabel III.9 Jumlah dan Kepadatan Penduduk BWP Kota Sungai Penuh Tahun 2012
Jml. Rumah
Estimasi Jml.
Eksisting
Penduduk
(Unit)
(jiwa)
BLOK A
908
4.540
A1
309
1.545
A2
336
1.680
A3
263
1.315
BLOK B
1.318
6.590
B1
272
1.360
B2
431
2.155
B3
390
1.950
B4
75
375
B5
135
675
B6
15
75
BLOK C
756
3.780
C1
231
1.155
C2
329
1.645
C3
108
540
C4
88
440
BLOK D
603
3.015
D1
139
695
D2
385
1.925
D3
79
395
Jumlah
3.585
17.925
Sumber: Hasil Analisis dan Identifikasi, 2012
Blok/
Subblok
Kepadatan (jiwa/ha)
Netto
340
283
374
364
353
389
441
421
342
342
185
349
259
370
456
313
430
408
440
441
368
Bruto
90
93
94
83
66
94
104
118
39
35
5
44
53
92
16
16
48
56
73
14
62
Keterangan
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Proyeksi jumlah penduduk Pusat Kota Sungai Penuh sampai dengan akhir masa perencanaan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Sungai
Penuh yaitu sebesar 5,31 persen. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
regresi linier. Dari hasil perhitungan tersebut diperkirakan jumlah penduduk di Kawasan Pusat
Kota Sungai Penuh pada akhir masa perencanaan tahun 2032 adalah sebesar 51.887 jiwa.
Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 33.962 jiwa bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 yaitu sebesar 17.925 jiwa.
Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi penduduk Pusat Kota Sungai Penuh dapat dilihat pada
Tabel III.10 dan Gambar III.5.
Tabel III.10 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk BWP Kota Sungai Penuh Sampai
Tahun 2032
Blok/
Subblok
BLOK A
A1
A2
A3
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
Jml.
Penduduk
(jiwa)
4.540
1.545
1.680
1.315
LAPORAN RENCANA
III-18
Luas
(Ha)
Prediksi daya tampung penduduk di Kawasan Pusat Kota akan di dasarkan kepada kepadatan
penduduk yang di arahkan dalam RTRW Kota Sungai Penuh, bahwa Kawasan Pusat Kota
diarahkan memiliki kepadatan tinggi dimana klasifikasi kepadatan tinggi berdasarkan standar
SNI 03-171-33 yaitu sebesar 200 400 jiwa/ha. Dalam hal ini, kepadatan penduduk di Kawasan
Pusat Kota penduduk dengan menggunakan asumsi sebesar 300 jiwa/ha.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan membandingkan daya tampung penduduk dengan
prediksi jumlah penduduk tahun 2032, terlihat bahwa blok dan subblok di Kawasan Pusat Kota
masih dapat menampung jumlah penduduk dengan tingkat kepadatan yang diperbolehkan
dalam RTRW Kota Sungai Penuh. Lebih jelasnya mengenai rencana daya tampung penduduk
dapat di lihat pada Tabel III.11.
LAPORAN RENCANA
III-19
Gambar III.5 Peta Kepadatan Penduduk Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
LAPORAN RENCANA
III-20
Tabel III.11 Daya Tampung Penduduk BWP Kota Sungai Penuh Penuh Tahun 2032
Blok/ Subblok
BLOK A
A1
A2
A3
BLOK B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
BLOK C
C1
C2
C3
C4
BLOK D
D1
D2
D3
Jumlah
L.
Subblok
(Ha)
Kawasan
Perumahan
(Unit)
(Ha)
50,26
908
13,56
16,64
309
5,45
17,79
336
4,49
15,83
263
3,62
96,36
1.318
16,50
14,41
272
3,50
20,72
431
4,89
16,57
390
4,63
9,70
75
1,10
19,40
135
1,97
15,55
15
0,41
100,71
756
11,50
21,63
231
4,47
17,87
329
4,44
33,72
108
1,18
27,49
88
1,41
66,64
603
6,97
12,36
139
1,71
26,47
385
4,37
27,81
79
0,90
313,97
3.585
48,53
Sumber: Hasil Analisis dan Identifikasi, 2012
LAPORAN RENCANA
Jml.
Penduduk
Th.2012
(jiwa)
4.540
1.545
1.680
1.315
6.590
1.360
2.155
1.950
375
675
75
3.780
1.155
1.645
540
440
3.015
695
1.925
395
17.925
Kepadatan
(jiwa/ha)
Bruto
90
93
94
83
66
94
104
118
39
35
5
44
53
92
16
16
48
56
73
14
62
Netto
340
283
374
364
353
389
441
421
342
342
185
349
259
370
456
313
430
408
440
441
368
Daya
Tampung
Maks.Pddk
(Jiwa)
15.078
4.991
5.337
4.750
28.907
4.323
6.216
4.972
2.910
5.821
4.666
30.213
6.489
5.361
10.115
8.248
19.993
3.707
7.942
8.344
94.192
2022
7.724
2.629
2.858
2.237
11.212
2.314
3.666
3.318
638
1.148
128
6.431
1.965
2.799
919
749
5.130
1.182
3.275
672
30.497
2027
10.075
3.429
3.728
2.918
14.625
3.018
4.782
4.327
832
1.498
166
8.389
2.563
3.651
1.198
976
6.691
1.542
4.272
877
39.779
2032
13.142
4.472
4.863
3.806
19.076
3.937
6.238
5.645
1.085
1.954
217
10.942
3.343
4.762
1.563
1.274
8.727
2.012
5.572
1.143
51.887
III-21
III-22
perdagangan dan jasa yang terpusat. Dengan adanya pemusatan kegiatan perdagangan
dan jasa pada kawasan ini, aliran distribusi barang dan jasa menjadi semakin deras dan
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi kota sehingga
dapat dikatakan bahwa kawasan ini sangat berpotensi menjadi pusat kegiatan di masa
mendatang. Dengan demikian Kawasan Pasar Tanjung Bajure dan Kawasan Kincai Plaza
memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa di
masa mendatang pada penetapan rencana struktur dan pola ruang kawasan.
C. Pusat Pariwisata
Kota Sungai Penuh pada bagian Barat kota ( Bukit Khayangan) merupakan kawasan yang
masih didominasi oleh kebun campuran dan semak belukar, namun memiliki potensi besar
untuk pengembangan kawasan pariwisata alam, karena potensi pemandangan dan
hawanya yang sejuk. Namun kawasan ini masih jauh dari kondisi yang diharapkan dari
sebuah kawasan wisata alam, cenderung belum dieksplorasi dengan baik. Oleh karena itu
perlu diarahkan pengembangan kawasan wisata alam pusat komersial wisata untuk
mengoptimalkan potensi yang ada. Untuk mendukung pengembangan pariwisata kota
agar tetap eksis perlu dirumuskan rencana struktur dan pola ruang yang akomodatif
terhadap pengembangan pariwisata, yaitu dengan menetapkan pusat kegiatan pelayanan
pariwisata serta dengan menetapkan zona/kawasan khusus pariwisata pada Kota Sungai
Penuh.
D. Pusat Pemerintahan
Pada Kota Sungai Penuh, penetapan struktur dan pola ruang di masa mendatang akan
dipengaruhi oleh keberadaan pusat pemerintahan baru yang saat ini telah dikembangkan
di pusat pemerintahan baru di Desa Aur Duri akan menjadi potensi baru dan akan menarik
perkembangan Kota Sungai Penuh ke arah Barat dan sekitarnya. Hal ini akan menjadikan
kawasan ini memiliki beban pelayanan hingga skala Kota Sungai Penuh. Dengan demikian,
pembentukan struktur dan pola ruang Kota Sungai Penuh di masa mendatang perlu
mempertimbangkan keberadaan kawasan pusat pemerintahan baru di Desa Aur Duri,
sebagai salah satu pusat kegiatan yang melayani dalam skala kota.
LAPORAN RENCANA
III-23
1. Kawasan Bukit Sentiong, Kawasan ini memiliki potensi city view dan pandangan ke arah
pegunungan di hinterland kota dari lokasi-lokasi perbukitan.
2. Koridor sepanjang Sungai Jernih dan Renah Kayu Embun pariwisata Bukit Khayangan,
Kawasan ini memiliki potensi pandangan ke arah pegunungan di hinterland kota dari
lokasi-lokasi perbukitan.
3. Kawasan Pemerintahan Kantor Walikota. Kawasan ini memiliki potensi pandangan ke arah
persawahan, pegunungan di hinterland kota, serta city view.
4. Kawasan Taman Bunga Talang Lindung. Kawasan ini memiliki pandangan ke arah
persawahan, pegunungan di hinterland kota, serta city view.
LAPORAN RENCANA
III-24
yaitu simpul jasa distribusi skala menengah yang mempunyai potensi mendorong kawasan
di daerah belakangnya.
2. Pusat perdagangan dan jasa yang melayani Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci,
sebagian Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat) serta sebagian wilayah
Kabupaten Muko-muko (Provinsi Bengkulu).
3. Terdapatnya simpul-simpul transportasi darat yang menghubungkan Kota Sungai Penuh
(PKWp) dengan kota-kota PKW dan PKL melalui jalur :
a. Bangko Sungai Penuh
b. Sungai Penuh Kayu Aro Batas Sumatera Barat
c. Sungai Penuh Sako (Batas Sumbar)
4. Memiliki warisan budaya berupa benda, bangunan dan lingkungan cagar budaya,
diantaranya :
a. Masjid Agung Pondok Tinggi di Kecamatan Sungai Penuh
b. Tanah Mendapo di Kecamatan Sungai Penuh
c. Makam Nenek Siak Lengih di Kecamatan Sungai Penuh
5. Daya tarik wisata alam, meliputi :
a. Kawasan Bukit Sentiong di Kecamatan Sungai Penuh
b. Kawasan Taman Bunga Puti Senang di Kecamatan Sungai Penuh.
Gambar III.6 Isu Strategis Penataan Ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
LAPORAN RENCANA
III-25
3.2
Maksud dari penetapan tujuan penataan ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh untuk
menentukan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai selama kurun waktu 20 tahun
mendatang, sesuai arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kota Sungai Penuh
dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pengembangan
wilayah.
Berdasarkan pertimbangan yang sudah dijelaskan secara rinci pada sub-bab sebelumnya, maka
tujuan penataan ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh adalah:
Mewujudkan Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh Sebagai Pusat Pelayanan yang
Nyaman dan Produktif dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lingkungan Serta
Berkelanjutan
Untuk mencapai tujuan tersebut, prinsip penataan ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
harus didasari oleh:
Tersedianya jaringan prasarana dan sarana yang memadai untuk terwujudnya kawasan
perdagangan dan jasa berskala kota/ regional;
Tersedianya fungsi-fungsi ekologis yang cukup dan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
Tersedianya peraturan zonasi yang operasional dan sesuai dengan karakteristik kawasan
perencanaan.
LAPORAN RENCANA
III-26
BAB IV
Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh relative tinggi. Rencana pengembangan pola ruang di
Kawasan Pusat Kota akan di dasarkan kepada kebijakan-kebijakan makro dan daya dukung
lahan serta kecenderungan perkembangan pola ruang yang terjadi saat ini.
LAPORAN RENCANA
IV-1
4.1
Rencana penetapan Zona Lindung merupakan bagian dasar dari proses penataan ruang. Zona
Lindung adalah Zona yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Rencana pemanfaatan kawasan lindung di Pusat Kota Sungai Penuh meliputi:
a. Zona perlindungan setempat, yaitu berupa zona sempadan sungai;
b. zona ruang terbuka hijau (RTH) kota, antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman kota
dan pemakaman.
4.1.1
Pengertian dari Sempadan sungai menurut Kepmen PU No.8 tahun 2008 tentang pedoman
Ruang Terbuka Hijau adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai
(sliding) yang mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis dan lebar keamanan yang diperlukan
terkait dengan letak sungai Sedangkan bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang
tergenangi pada saat banjir (flood plain). Bantaran sungai dapat juga disebut bantaran banjir.
Zona sempadan sungai di Pusat Kota Sungai Penuh berupa kawasan sempadan sungai yang
meliputi sempadan sungai sepanjang aliran Sungai Batang Bungkal dan saluran irigasi Bandar
Panjang, kawasan ini memiliki luas wilayah seluas 5,89 hektar.
Sempadan sungai merupakan daerah ekologi dan sekaligus hidrolis sungai yang sangat penting.
Sempadan sungai tidak dapat dipisahkan dengan badan sungainya (alur sungai) karena
secara hidrolis dan ekologis merupakan satu kesatuan. Secara hidrolis sempadan sungai
merupakan daerah bantaran banjir yang berfungsi memberikan kemungkinan luapan air banjir
ke samping kanan kiri sungai, sehingga kecepatan air ke hilir dapat dikurangi, energi air dapat
diredam di sepanjang sungai serta erosi tebing dan erosi dasar sungai dapat dikurangi secara
simultan.
Zona sempadan sungai adalah zona sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan
/kanal/ saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai dan mengamankan aliran sungai dan dikembangkan sebagai area
penghijauan. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi
sungai dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai dan
mengamankan
aliran
sungai.
Lebar
garis
sempadan
sungai
ditetapkan
dengan
LAPORAN RENCANA
IV-2
TANGGUL
GARIS SEMPADAN
GARIS SEMPADAN
Bantaran
SUNGAI
Bantarann
Standar Teknis Garis Sempadan Sungai yang menjadi dasar dalam penetapan sempadan sungai
adalah sebagai berikut:
1) PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
2) Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Ruang Terbuka Hijau dan Keppres No 32
tahun 1990 Pengelolaan Zona Lindung
3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
penyediaan dan pemanfaatan Ruang terbuka hijau di zona perkotaan garis sempadan
sungai
4) Ketentuan zona sempadan sungai di Kota Sungai Penuh berdasarkan RTRW Kota Sungai
Penuh Tahun 2011-2031
Dengan mempertimbangkan peraturan dan kebijakan tersebut di atas, maka ketentuan Zona
Sempadan Sungai di Pusat Kota Sungai Penuh adalah sebagai berikut:
1. Sungai Bertanggul
a. Sempadan sungai yang melewati kawasan perkotaan dengan kepadatan tinggi.
Ditetapkan sempadan sungai minimal 10 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
b. Kawasan perkotaan dengan kepadatan rendah, ditetapkan sempadan sungai minimal
25 meter.
c. Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat diperkuat,
diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat bergesernya garis sempadan sungai;
d. Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang diperlukan untuk tapak
tanggul baru sebagai akibat dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir c) harus dibebaskan;
LAPORAN RENCANA
IV-3
Gambar IV.2 Aturan Garis Sempadan Sungai Bertanggul dan Sungai Bertanggul Tanpa
Bantaran
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar zona permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar zona permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
d. Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah tepi
bahu jalan yang bersangkutan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan harus
menjamin kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.
Gambar IV.3 Aturan Garis Sempadan Sungai Tidak Bertanggul dan Sungai Tidak Bertanggul
Tanpa Bantaran
LAPORAN RENCANA
IV-4
Arahan pengelolaan zona sempadan sungai di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh diantaranya
dengan:
a) Melakukan perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai, penghijauan sempadan
sungai dan pengembangan jalan inspeksi.
b) Pembatasan dan melarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan
kualitas sungai.
c) Pembatasan dan melarang menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan
sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau
pengelolaan sungai.
d) Melakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar
depan pada zona permukiman.
Beberapa persyaratan terhadap pemanfaatan sempadan sungai yaitu sebagai berikut :
1) Sungai-sungai harus menjadi front (muka) dari orientasi bangunan.
2) Penataan dan perbaikan lingkungan zona sempadan sungai yang telah terbangun secara
tidak tertata.
3) Peningkatan nilai ruang visual zona sempadan sungai sesuai dengan struktur ruang kota.
4) Koordinasi pengembangan sungai dari hulu hingga hilir dengan variasi pemanfaatannya.
4.1.2
Ruang Terbuka Hijau yang ditetapkan sebagai zona perlindungan setempat adalah Ruang
Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalur Hijau, adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Manfaat RTH kota secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya
fungsi ekologis, atau kondisi alami ini dapat dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai
faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan
lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi.
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Pasal 29 ayat (1)
menjelaskan mengenai proporsi Ruang Terbuka Hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik
dan ruang terbuka hijau privat sedangkan dalam ayat (2) disebutkan proporsi ruang terbuka
hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, sedangkan
pada ayat (3) proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua
puluh) persen dari luas wilayah kota.
Menurut Permendagri No.1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Zona
Perkotaan, pada pasal 9 mengandung penjelasan bahwa luas ideal RTH zona perkotaan
minimal 20% dari luas zona perkotaan yang mencakup RTH publik dan RTH privat. Secara
LAPORAN RENCANA
IV-5
struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar),
maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari segi
kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Pembagian jenis-jenis RTH
publik dan RTH privat adalah sebagaimana terlihat dalam Tabel Kepemilikan Lahan Ruang
Terbuka Hijau berikut ini.
Tabel IV.1 Kepemilikan Lahan Ruang Terbuka Hijau
No
Jenis
RTH Publik
RTH Privat
RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal
2
RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT
b. Taman RW
c. Taman kelurahan
d. Taman kecamatan
e. Taman kota
f.
Hutan kota
3
RTH Jalur Hijau Jalan
4
RTH Fungsi Tertentu
f.
Pemakaman
Pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH seperti disajikan pada Gambar
berikut:
LAPORAN RENCANA
IV-6
Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan
kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan
ekologi dan konservasi hayati.
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa
fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi
tambahan,
yaitu
sosial
budaya,
ekonomi,
LAPORAN RENCANA
IV-7
Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan ketentuan ruang yang
tersedia untuk penempatan tanaman lansekap jalan, maka untuk menentukan pemilihan
jenis tanamannya ada 2 (dua) hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya.
Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur tengah (median)
disesuaikan dengan potongan melintang standar tergantung pada klasifikasi fungsi jalan
yang bersangkutan.
Tabel IV.2 Fungsi dan Persyaratan RTH Pada Jalur Tanaman Tepi dan Median Jalan
Fungsi
Persyaratan
(1)
(2)
(3)
Tanaman perdu/semak
Ditanam rapat
Ketinggian 1,5 m
Bermassa daun padat
2.
Pada
Tepi
Jalur
Tanaman
LAPORAN RENCANA
IV-8
Fungsi
Persyaratan
(1)
(2)
(3)
Kiara Payung (Filicium decipiens)
Tanjung (Mimusops elengi)
Angsana (Ptherocarphus indicus)
4.
LAPORAN RENCANA
IV-9
5.
Fungsi
Persyaratan
(1)
(2)
(3)
Penyerap Kebisingan
LAPORAN RENCANA
IV-10
6.
Fungsi
Persyaratan
(1)
(2)
(3)
Pemecah Angin
58.
7. Pembatas Pandang
Cemara (Cassuarina-equisetifolia)
Angsana (Ptherocarphus indicus)
Tanjung (Mimusops elengi)
Kiara payung (Filicium decipiens)
Kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis)
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/prt/m/2008 Tentang Pedoman penyediaan
dan pemanfaatan Ruang terbuka hijau di zona perkotaan
IV-11
pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus
memperhatikan
bentuk
persimpangan
baik
persimpangan
sebidang
maupun
persimpangan tidak sebidang. Beberapa hal penting yang, perlu dipertimbangkan dalam
penyelesaian lansekap jalan pada persimpangan.
Letak Tanaman
(1)
(2)
(3)
1.
2.
Kecepatan 40 Km/jam
Kecepatan 60 Km/jam
Mendekati persimpangan
80 m Tanaman tinggi
2.
3.
30 m Tanaman rendah
50 m Tanaman rendah
Catatan:
Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0,80 meter
Tanaman tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 meter
Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari persimpangan itu atau
lokasi setempat. Ada yang menempatkan jam kota, ornamen-ornamen seperti patung, air
mancur, gapura, atau tanaman yang spesifik. Penempatan dan pemilihan bentuk/desain
semua benda-benda ini harus disesuaikan dengan ketentuan Geometrik pada
persimpangan dan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman yang menghalangi
pandangan pengemudi. Sebaiknya digunakan tanaman rendah berbentuk tanaman
perdu dengan ketinggian < 0,80 meter, dan jenisnya merupakan berbunga atau
berstruktur indah, misalnya:
- Ixora stricata (soka berwarna-warni)
- Lantana camara (lantana)
- Duranta sp (pangkas kuning)
Bila pada persimpangan ada pulau lalulintas atau kanal yang dimungkinkan untuk
ditanami, sebaiknya digunakan tanaman perdu rendah dengan pertimbangan agar
tidak mengganggu penyeberang jalan dan tidak menghalangi pandangan pengemudi
LAPORAN RENCANA
IV-12
Persyaratan
(1)
(2)
(3)
Pembentuk
59.
Pandangan
Pohon :
60.
Perdu :
Akalipa
hijau
kuning
(Acalypha
Wlkesiana macafeana)
Pangkas kuning (Duranta sp)
Sumber : Permen PU No 05/2008 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
LAPORAN RENCANA
IV-13
Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada lansekap untuk
membantu dalam menemukan jalan pada konteks lingkungan yang lebih besar;
Kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya yang dipengaruhi oleh
kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat fisik, kondisi permukaan jalan dan
kondisi iklim. Jalur pejalan kaki harus aksesibel untuk semua orang termasuk
penyandang cacat.
4.2
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
buatan. Kawasan Budidaya merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan
penggunaan lahan tertentu sebagai bagian dari kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
Secara umum, kriteria Kawasan Budidaya harus bermanfaat. Kawasan yang apabila digunakan
untuk kegiatan budidaya secara ruang dapat memberikan manfaat untuk:
1. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan
ekonomi sekitarnya;
3. Meningkatkan fungsi lindung;
4. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam;
5. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
6. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
7. Meningkatkan kesempatan kerja;
8. Meningkatkan ekspor;
9. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan Zona Budidaya yang akan dikembangkan pada Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
dibedakan menurut karakteristiknya dalam memanfaatkan ruang, yaitu:
1) Zona Peruntukan Perumahan
2) Zona Peruntukan Perdagangan dan Jasa
3) Zona Peruntukan Perkantoran
LAPORAN RENCANA
IV-14
4.2.1
Zona Perumahan
Zona Perumahan adalah kawasan yang diperuntukan untuk tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri kehidupan dan penghidupan.
Penggunaan lahan perumahan di kawasan perencanaan meliputi perumahan terstruktur dan
perumahan non struktur. Perumahan terstruktur yaitu perumahan yang dikelola dan di bangun
oleh deplover dan pada umumnya perumahan ini telah tertata dengan baik, sedangkan
perumahan non struktur adalah perumahan kampung yang berkembang secara sporadis pada
umumnya perumahan ini berkembang secara tidak teratur dan memiliki kepadatan yang
tinggi.
Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang Perumahan, Permukiman, Peran Masyarakat, dan Pembinaan
Perumahan dan Permukiman Nasional mengacu kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);
2) Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan daya
dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan
aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi
pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
3) Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh
sarana tranportasi umum;
4) Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh
ketersediaan sarana fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa,
perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan
sarana sosial (kesehatan, pendidikan, agama);
5) Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
6) Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
7) Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan
lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
LAPORAN RENCANA
IV-15
A. Kebutuhan Perumahan
Kebutuhan perumahan pada Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh terjadi akibat dari :
Tumbuh dan berkembangannya wilayah pusat kota, sehingga menarik penduduk untuk
tinggal di Kawasan Perkotaan
Berkembangnya Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh yang merupakan kawasan strategis
perekonomian kota memberikan dampak terhadap kebutuhan akan perumahan pada
kawasan tersebut.
Akibat perkembangan penduduk yang ada secara alamiah baik dari penduduk asli yang
bekerja di sektor perdagangan dan jasa maupun akibat perkembangan aktivitas lainnya
maupun dari penduduk pendatang (migran) yang bertempat tinggal di kawasan
perencanaan.
Jumlah kebutuhan rumah adalah satu kepala keluarga setidaknya membutuhkan satu
rumah baik tipe kecil, sedang maupun besar.
Kriteria skala dan kebutuhan rumah adalah 10 % untuk rumah besar, 30 % untuk
rumah sedang, dan 60 % untuk rumah kecil.
Luas rumah skala kecil antara 45 sampai dengan 90 meter persegi, dalam hal ini yang
akan digunakan adalah 90 meter persegi
Luas rumah skala sedang antara 100 sampai dengan 150 meter persegi, dalam hal ini
yang akan digunakan adalah 150 meter persegi
Luas rumah skala besar lebih dari 150 meter persegi, dalam hal ini yang akan
digunakan adalah 250 meter persegi
LAPORAN RENCANA
IV-16
Berdasarkan asumsi tersebut menunjukan bahwa sampai dengan akhir tahun rencana di
Pusat Kota Sungai Penuh membutuhkan total rumah sebanyak 10.377 unit dengan rincian
kebutuhan rumah type besar sebanyak 1.038 unit, rumah type sedang sebanyak 3.113 unit
dan rumah type sederhana sebanyak 6.226 unit. Luas lahan yang dibutuhkan untuk
mendukung penambahan perumahan penduduk adalah 128,68 hektar dengan rincian
rumah type besar membutuhkan luas minimal 25,94 Ha, rumah type sedang
membutuhkan lahan sebesar 46,70 Ha dan kebutuhan lahan rumah sederhana adalah
56,04 Ha.
Zona perumahan di kawasan perencanaan menurut RTRW Kota Sungai Penuh diarahkan
memiliki kepadatan dan intensitas pemanfaatan ruang yang tinggi serta didukung dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan dan daya dukung
kawasan. Pusat Kota Sungai Penuh merupakan kawasan yang cepat tumbuh dan memiliki
nilai lahan yang cukup tinggi, sehingga pengembangan perumahan di kawasan ini
diarahkan untuk menjadi permukiman dengan kepadatan tinggi.
Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan zona perumahan di Kawasan Pusat Kota
Sungai Penuh pada tahun 2032 dapat dilihat pada Tabel IV.5.
LAPORAN RENCANA
IV-17
Tabel IV.5 Kebutuhan Pengembangan Perumahan di Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
BLOK
Subblok
BLOK A
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
BLOK B
96,36
B1
14,41
B2
20,72
B3
16,57
B4
9,70
B5
19,40
B6
15,55
BLOK C
100,71
C1
21,63
C2
17,87
C3
33,72
C4
27,49
BLOK D
66,64
D1
12,36
D2
26,47
D3
27,81
Jumlah
313,97
Sumber: Hasil Analisis, 2012
A1
A2
A3
LAPORAN RENCANA
Daya
Tampung
Max.2032
(Jiwa)
15.078
4.991
5.337
4.750
28.907
4.323
6.216
4.972
2.910
5.821
4.666
30.213
6.489
5.361
10.115
8.248
19.993
3.707
7.942
8.344
94.192
Proyeksi Penduduk
Tahun 2032
Jiwa
13.142
4.472
4.863
3.806
19.076
3.937
6.238
5.645
1.085
1.954
217
10.942
3.343
4.762
1.563
1.274
8.727
2.012
5.572
1.143
51.887
KK
2.628
894
973
761
3.815
787
1248
1129
217
391
43
2.188
669
952
313
255
1.745
402
1114
229
10.377
Sedang
789
268
292
228
1.145
236
374
339
65
117
13
657
201
286
94
76
524
121
334
69
3.113
Kecil
1.577
537
584
457
2.289
472
749
677
130
234
26
1.313
401
571
188
153
1.047
241
669
137
6.226
Jumlah
(unit)
2.628
894
973
761
3.815
787
1.248
1.129
217
391
43
2.188
669
952
313
255
1.745
402
1.114
229
10.377
Sedang
11,83
4,03
4,38
3,43
17,17
3,54
5,61
5,08
0,98
1,76
0,20
9,85
3,01
4,29
1,41
1,15
7,85
1,81
5,01
1,03
46,70
Kecil
14,19
4,83
5,25
4,11
20,60
4,25
6,74
6,10
1,17
2,11
0,23
11,82
3,61
5,14
1,69
1,38
9,43
2,17
6,02
1,23
56,04
Jumlah
(Ha)
32,59
11,09
12,06
9,44
47,31
9,76
15,47
14,00
2,69
4,85
0,54
27,14
8,29
11,81
3,88
3,16
21,64
4,99
13,82
2,84
128,68
IV-18
Berdasarkan kenyataan tersebut serta dikaitkan dengan arahan rencana penataan ruang
zona maka dapat dirumuskan langkah srategi pengembangan perumahan sebagai berikut:
1) Pengembangan Perumahan Formal
Pengembangan perumahan skala besar yang dilakukan oleh pengembang
diprioritaskan pada lahan yang telah dikeluarkan izinnya. Pengembangan
perumahan oleh pengembang ini meliputi tiga type (jenis) perumahan dengan
komposisi perbandingan 1 : 3 : 6.
Penyediaan perumahan lebih diarahkan ke lahan-lahan yang belum terbangun
jauh dari zona perlingungan setempat.
Pengembangan diarahkan pada semua Blok dan Subblok yang memiliki potensi
lahan memungkinkan untuk dijadikan perumahan.
2) Pengembangan Perumahan Perorangan/Swadaya
Pengembangan perumahan non-pengembang yang dilakukan oleh perorangan
diarahkan untuk lebih mengoptimalkan lahan-lahan kosong dengan intensitas yang
lebih tinggi dengan tata letak yang lebih teratur. Hal penting untuk dijaga adalah
mengarahkan pengembangan perumahan tersebut agar tidak membentuk perumahan
dengan kepadatan tinggi dan menimbulkan kekumuhan. Pengembangan perumahan
perseorangan diarahkan pada semua Blok dan Subblok dengan konsep rumah kebun
yang memiliki KDB yang tinggi dan KDB yang rendah.
4.2.2
Fungsi pokok kawasan perdagangan dan jasa adalah untuk memfasilitasi kegiatan transaksi
perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat
yang menjual jasa (sisi suplai). Kegiatan perdagangan dan jasa cenderung lebih banyak
LAPORAN RENCANA
IV-19
menyerap tenaga kerja di perkotaan dan kontribusinya terhadap produk domestik bruto
umumnya cukup dominan. Adapun kriteria umum yang dijadikan pedoman dalam
merumuskan rencana peruntukan kawasan perdagangan dan jasa di kawasan Pusat Kota
Sungai Penuh, yaitu:
LAPORAN RENCANA
IV-20
Dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 yang ditetapkan dan berlaku mulai tanggal
27 Desember 2007 yang terdiri dari 20 pasal tersebut terdapat enam pokok masalah yang
diatur terkait dengan pembinaan dan penataan Pasar Tradisonal, Pasar Modern yaitu
mengenai: definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan (trading term), dan
kelembagaan pengawas serta sanksi.
Terdapat 2 (dua) hal yang penting akan keberadaan pasar tradisional, yaitu zonasi dan
perizinan. Zonasi untuk pasar tradisional dan pasar modern dalam diatur dalam Bab II Pasal 2Pasal 7. Penataan Pasar Tradisional, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
LAPORAN RENCANA
IV-21
1. Pendiriannya mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, dan Rencana Detail Tata
Ruang Kota, termasuk Peraturan Zonasinya.
2. Wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern serta usaha kecil, termasuk koperasi,
yang ada di wilayah yang bersangkutan;
b. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) buah
kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus meter per segi) luas lantai
penjualan pasar tradisional; dan
c. Menyediakan fasilitas yang menjamin pasar tradisional yang bersih, sehat (hygienis),
aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.
3. Penataan pasar modern yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Lokasi pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib mengacu pada Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kota, termasuk Peraturan
Zonasinya.
b. Batasan luas lantai penjualan toko modern adalah sebagai berikut:
4. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan toko modern adalah sebagai berikut:
a. Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi
terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
b. Department Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang
dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/ atau
tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
Pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib memperhatikan:
1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha
menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan;
2) Jarak antara Hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya;
3) Areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat
untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan pusat perbelanjaan
dan/ atau toko modern; dan
4) Fasilitas yang menjamin pusat perbelanjaan dan toko modern yang bersih, sehat
(hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman;
LAPORAN RENCANA
IV-22
5) Pedoman mengenai ketentuan sebagaimana disebut diatas lebih lanjut akan diatur oleh
Menteri (Perdagangan).
Persyaratan lokasi pasar modern terhadap jaringan jalan, antara lain sebagai berikut:
1) Perkulakan hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau
kolektor primer atau arteri sekunder.
2) Hypermarket dan pusat perbelanjaan hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem
jaringan jalan arteri atau kolektor; dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal
atau lingkungan di dalam kota/ perkotaan.
3) Supermarket dan Department Store tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan
lingkungan; dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/
perkotaan.
4) Minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan
jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/
perkotaan.
Pasar Tradisional boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan
jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota atau lokal atau
lingkungan (perumahan) di dalam kota.
Jarak keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional, sebaiknya:
Minimarket
: 0,5 Km
: 1,5 Km
: 2,5 Km
Keterangan:
Minimarket
Supermarket dan departemen store
Hypermarket dan perkulakan
LAPORAN RENCANA
IV-23
Tabel IV.6 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Komersil di Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
Blok
Subblok
BLOK A
A1
A2
A3
BLOK B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
BLOK C
C1
C2
C3
C4
BLOK D
D1
D2
D3
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
19,40
15,55
100,71
21,63
17,87
33,72
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
Jumlah
Penduduk
2032
(jiwa)
13.142
Perdagangan
Warung
Unit
Luas
53
5.270
Toko
Unit
5
Luas
2.540
Pertokoan
Unit
Luas
2
6.590
Pasar
Unit
0
Luas
4.400
Pusat
Perbelanjaan
Unit
Luas
0
3.960
TOTAL
Unit
Luas
61
22.760
4.472
4.863
3.806
19.076
18
19
15
76
1.790
1.950
1.530
7.660
2
2
2
8
860
940
740
3.690
1
1
1
3
2.240
2.440
1.910
9.560
0
0
0
1
1.500
1.630
1.270
6.400
0
0
0
0
1.350
1.460
1.150
5.760
21
22
18
88
7.740
8.420
6.600
33.070
3.937
6.238
5.645
1.085
1.954
217
10.942
16
25
23
4
8
1
44
1.580
2.500
2.260
440
790
90
4.390
2
2
2
0
1
0
4
760
1.200
1.090
210
380
50
2.130
1
1
1
0
0
0
2
1.970
3.120
2.830
550
980
110
5.500
0
0
0
0
0
0
0
1.320
2.080
1.890
370
660
80
3.670
0
0
0
0
0
0
0
1.190
1.880
1.700
330
590
70
3.300
18
29
26
5
9
1
50
6.820
10.780
9.770
1.900
3.400
400
18.990
3.343
4.762
1.563
1.274
8.727
13
19
6
5
35
1.340
1.910
630
510
3.500
1
2
1
1
3
650
920
310
250
1.680
1
1
0
0
1
1.680
2.390
790
640
4.380
0
0
0
0
0
1.120
1.590
530
430
2.930
0
0
0
0
0
1.010
1.430
470
390
2.640
15
22
7
6
40
5.800
8.240
2.730
2.220
15.130
2.012
5.572
1.143
51.887
8
22
5
208
810
2.230
460
20.820
1
2
0
21
390
1.070
220
10.040
0
1
0
9
1.010
2.790
580
26.030
0
0
0
2
680
1.860
390
17.400
0
0
0
0
610
1.680
350
15.660
9
26
5
239
3.500
9.630
2.000
89.950
IV-24
4.2.3
Zona Perkantoran
Zona Pelayanan Pemerintah yang dimaksud adalah fasilitas pelayanan publik yang menyangkut
hubungan pelayanan langsung yang diberikan pemerintah daerah dengan masyarakat,
biasanya berhubungan dengan bidang administrasi hingga menyangkut sistem Kamtibmas.
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam
kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan
publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau
pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, utlilitas, dan lainnya.
Keberadaan Zona Pemerintah di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh terdiri atas dua kategori
yaitu pelayanan pemerintahan dan pelayanan pertahanan keamanan. Dari kondisi eksisting
yang ada, pelayanan pemerintahan Kecamatan Sungai Penuh terdiri dari kantor Walikota
Sungai Penuh dan intansi lainnya yang pada saat ini dalam proses peningkatan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan. Sedangkan pada pelayanan pertahanan dan keamanan terdiri
dari Polisi Sektor, Koramil, dan kantor pos.
Tujuan pengembangan Zona Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan adalah sebagai
berikut:
a) Menyediakan lahan untuk pengembangan pemerintahan dan pertahanan serta keamanan
sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung untuk menjamin pelayanan pada masyarakat;
b) Menjamin kegiatan pemerintahan, berkualitas tinggi, dan melindungi penggunaan lahan
untuk pemerintahan, pertahanan dan keamanan.
Kebijaksanaan pengelolaan Kegiatan Pemerintahan dan Perkantoran adalah:
1. Fasilitas perkantoran pemerintah yang telah ada seperti Kantor Walikota, kantor
dinas/intansi terkait, koramil, kantor polisi, dan kantor pos, tetap dipertahankan dan
secara bertahap ditingkatkan kualitas pelayanannya sesuai skalanya seperti kualitas
bangunan, kualitas sistem pelayanan dan lainnya.
2. Sesuai dengan tujuan dan kondisi yang ada maka pemerintah menyediakan lahan untuk
pengembangan pemerintahan, pertahanan serta keamanan sesuai dengan kebutuhan dan
daya dukung untuk menjamin pelayanan pada masyarakat.
3. Arahan lokasi untuk zona pemerintahan, pertahanan dan keamanan akan diarahkan
berdasarkan skala pelayanan dari masing-masing sarana pemerintahan, pertahanan dan
keamanan.
Arahan lokasi untuk zona pemerintahan, pertahanan dan Keamanan akan diarahkan
berdasarkan skala pelayanan dari masing-masing sarana pemerintahan, pertahanan dan
LAPORAN RENCANA
IV-25
keamanan. Zona Pertahanan dan keamanan di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh memilki luas
area pemanfaatan mencapai 4,83 ha meliputi:
a. Markas Komando Distrik Militer 0417;
b. Koramil yang terdapat di kecamatan; dan
c. Polres Kota Sungai Penuh dan Polsek di kecamatan.
Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan dilakukan melalui
kajian yang komprehensif dan mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang.
4.2.4
Sarana Pelayanan Umum atau Fasilitas Umum merupakan fasilitas yang dibutuhkan
masyarakat dalam lingkungan permukiman. Ketersediaan sarana pelayanan umum sangat
penting untuik menunjang aktivitas atau kegiatan kawasan permukiman.
Tujuan dari pengembangan Sarana Pelayanan Umum di Pusat Kota Sungai Penuh adalah
memberikan dukungan penyediaan sarana sosial dan umum yang menjamin kebutuhan
pelayanan masyarakat umum dalam mendukung kebutuhan hidup sosial masyarakat. Sarana
umum dan sosial tersebut terdiri dari sarana pendidikan, peribadatan, kesehatan, rekreasi
dan olahraga dan sarana ruang terbuka hijau.
LAPORAN RENCANA
IV-26
Jenis dan kriteria teknis fasilitas pendidikan yang akan dikembangkan di Pusat Kota Sungai
Penuh meliputi:
a. Taman Kanak-Kanak, dengan kriteria minimum jumlah penduduk yang dilayani 1.000 jiwa,
luas lahan 1.600 m2, kriteria lokasi sebaiknya berada di tengah kelompok keluarga, dan
standar murid sebanyak 35/40 murid/kelas.
b. Sekolah Dasar, dengan kriteria minimum jumlah penduduk yang dilayani 1.600 jiwa, luas
lahan 5.400 m2, kriteria lokasi sebaiknya berada di tengah kelompok keluarga, standar
murid sebanyak 40 murid/kelas, dan radius pencapaian maksimal 1.000 m.
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dengan kriteria
minimum jumlah penduduk yang dilayani 4.800 jiwa, luas lahan 4.050 m 2, kriteria lokasi
sebaiknya berada di tengah kelompok keluarga, standar murid sebanyak 40 murid/kelas,
dan radius pencapaian maksimal 1.000 m.
Adapun jenis sarana pendidikan yang dikembangkan terutama di daerah permukiman baru
meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) dapat dilihat pada Tabel IV.7.
LAPORAN RENCANA
IV-27
Untuk sarana peribadatan yang berskala lokal seperti mesjid lingkungan, gereja
maupun vihara kebutuhan yang akan datang lokasinya tidak ditentukan, hal ini
disebabkan sarana peribadatan tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan
struktur ruang secara keseluruhan.
Rencana penyediaan fasilitas peribadatan sampai dengan tahun rencana dapat dilihat pada
ilihat pada Tabel IV.9.
LAPORAN RENCANA
IV-28
Tabel IV.7 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
Blok
Subblok
BLOK A
A1
A2
A3
BLOK B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
BLOK C
C1
C2
C3
C4
BLOK D
D1
D2
D3
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
19,40
15,55
100,71
21,63
17,87
33,72
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
Jumlah
Penduduk
2032
(jiwa)
13.142
4.472
4.863
3.806
19.076
3.937
6.238
5.645
1.085
1.954
217
10.942
3.343
4.762
1.563
1.274
8.727
2.012
5.572
1.143
51.887
TK
Unit
11
4
4
3
15
3
5
5
1
2
0
9
3
4
1
1
7
2
4
1
42
Pendidikan
SMP
SD
Luas
5.270
1.790
1.950
1.530
7.660
1.580
2.500
2.260
440
790
90
4.390
1.340
1.910
630
510
3.500
810
2.230
460
20.820
Unit
8
3
3
2
12
2
4
4
1
1
0
7
2
3
1
1
5
1
3
1
32
Luas
16.440
5.600
6.080
4.760
23.880
4.930
7.800
7.060
1.360
2.450
280
13.700
4.180
5.960
1.960
1.600
10.920
2.520
6.970
1.430
64.940
Unit
3
1
1
1
4
1
1
1
0
0
0
2
1
1
0
0
2
0
1
0
11
Luas
24.650
8.390
9.120
7.140
35.800
7.390
11.700
10.590
2.040
3.670
410
20.530
6.270
8.930
2.940
2.390
16.380
3.780
10.450
2.150
97.360
SMA
Unit
3
1
1
1
4
1
1
1
0
0
0
2
1
1
0
0
2
0
1
0
11
TOTAL
Luas
34.240
11.650
12.670
9.920
49.700
10.260
16.250
14.700
2.830
5.090
570
28.520
8.710
12.410
4.080
3.320
22.740
5.240
14.520
2.980
135.200
Unit
24
8
9
7
35
7
11
10
2
4
0
20
6
9
3
2
16
4
10
2
96
Luas
80.600
27.430
29.820
23.350
117.040
24.160
38.250
34.610
6.670
12.000
1.350
67.140
20.500
29.210
9.610
7.820
53.540
12.350
34.170
7.020
318.320
IV-29
Tabel IV.8 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
Kecamatan /
Kawasan
Kelurahan
BLOK A
A1
A2
A3
BLOK B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
BLOK C
C1
C2
C3
C4
BLOK D
D1
D2
D3
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
19,40
15,55
100,71
21,63
17,87
33,72
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
Jumlah
Penduduk
2032
(jiwa)
13.142
4.472
4.863
3.806
19.076
3.937
6.238
5.645
1.085
1.954
217
10.942
3.343
4.762
1.563
1.274
8.727
2.012
5.572
1.143
51.887
Pustu
Unit
4
1
2
1
6
1
2
2
0
1
0
4
1
2
1
0
3
1
2
0
17
Puskesmas
Luas
450
150
170
130
660
140
210
190
40
70
10
390
120
160
60
50
300
70
190
40
1.800
Unit
Luas
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
140
50
50
40
220
40
70
60
20
20
10
130
40
50
20
20
110
30
60
20
600
Fasilitas Kesehatan
RS. Bersalin
Balai Pengobatan
Unit
Luas
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
350
120
130
100
500
100
160
150
30
50
10
290
90
120
40
40
230
60
140
30
1.370
Unit
4
1
2
1
6
1
2
2
0
1
0
4
1
2
1
0
3
1
2
0
17
Luas
1.330
450
490
390
1.940
400
630
570
110
200
30
1.110
340
480
160
130
890
210
560
120
5.270
Apotik
Unit
5
2
2
2
8
2
2
2
0
1
0
4
1
2
1
1
3
1
2
0
21
Luas
2.650
900
980
770
3.840
790
1.250
1.130
220
400
50
2.210
670
960
320
260
1.760
410
1.120
230
10.460
TOTAL
Unit
15
5
6
4
22
4
7
6
1
2
0
12
4
5
2
1
10
2
6
1
59
Luas
4.920
1.670
1.820
1.430
7.160
1.470
2.320
2.100
420
740
110
4.130
1.260
1.770
600
500
3.290
780
2.070
440
19.500
IV-30
Tabel IV.9 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
Kelurahan
BLOK A
A1
A2
A3
BLOK B
B1
B2
B3
B4
B5
B6
BLOK C
C1
C2
C3
C4
BLOK D
D1
D2
D3
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
Luas
(Ha)
50,26
16,64
17,79
15,83
96,36
14,41
20,72
16,57
9,70
19,40
15,55
100,71
21,63
17,87
33,72
27,49
66,64
12,36
26,47
27,81
313,97
Jumlah
Penduduk
2032
(jiwa)
13.142
4.472
4.863
3.806
19.076
3.937
6.238
5.645
1.085
1.954
217
10.942
3.343
4.762
1.563
1.274
8.727
2.012
5.572
1.143
51.887
Musholla
Unit
53
18
19
15
76
16
25
23
4
8
1
44
13
19
6
5
35
8
22
5
208
Luas
5.270
1.790
1.950
1.530
7.660
1.580
2.500
2.260
440
790
90
4.390
1.340
1.910
630
510
3.500
810
2.230
460
20.820
Mesjid Warga
Unit
5
2
2
2
8
2
2
2
0
1
0
4
1
2
1
1
3
1
2
0
21
Luas
3.170
1.080
1.170
920
4.610
950
1.500
1.360
270
470
60
2.650
810
1.150
380
310
2.110
490
1.340
280
12.540
Peribdatan
Mesjid Lingk.
Mesjid Kec.
Unit
Luas
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1.590
540
590
460
2.320
480
750
680
140
240
30
1.340
410
580
190
160
1.060
250
670
140
6.310
Unit
Luas
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
610
210
220
180
880
180
290
260
50
90
10
520
160
220
80
60
420
100
260
60
2.430
Sarana
Peribadatan
Lainnya
Kecamatan /
Kawasan
TOTAL
Unit
58
20
22
17
85
17
28
25
5
9
1
49
15
21
7
6
39
9
25
5
230
Luas
10.640
3.620
3.930
3.090
15.470
3.190
5.040
4.560
900
1.590
190
8.900
2.720
3.860
1.280
1.040
7.090
1.650
4.500
940
42.100
IV-31
sangat
dibutuhkan untuk suatu wilayah perkotaan, hal ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai
kegiatan pada satu lokasi.
Kegiatan rekreasi dan hiburan tidak sepenuhnya dapat dipisahkan dari kegiatan belanja.
Karena kegiatan tersebut merupakan pemenuhan akan kebutuhan selain barang-barang fisik,
yaitu berupa kebutuhan non-fisik. Perilaku rekreatif pada kegiatan belanja didasari oleh
beberapa motif manusiawi, yaitu:
4.2.5
Zona Pariwisata
Zona peruntukan lainnya yang berada di Pusat Kota Sungai Penuh yaitu berupa zona
pariwisata. Zona Peruntukan Pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan
pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Daya tarik wisata yang ada di kawasan Pusat Kota Sungai Penuh adalah wisata budaya dengan
arahan pengelolaan berupa pengembangan dan peningkatan kawasan, meliputi :
a. Masjid Agung Pondok Tinggi di Kecamatan Sungai Penuh.
b. Masjid Raya Rawang di Kecamatan Hamparan Rawang.
c. Makam Nenek Siak Lengih di Kecamatan Sungai Penuh.
Rencana luas kawasan objek wisata yang akan dikembangkan seluas 0,19 ha, sedangkan
rencana pengembangan kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada :
LAPORAN RENCANA
IV-32
4.2.6
Zona Campuran
Zona Campuran merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
menampung beberapa fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan
perdagangan/jasa; perumahan dan perkantoran; perkantoran dan perdagangan/jasa.
Tujuan penetapan Zona Campuran adalah:
Peruntukan Zona Campuran di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh diarahkan menyebar
mengikuti pola jaringan jalan, khususnya di sepanjang koridor arteri primer, kolektor primer
dan kolektor sekunder. Lokasi peruntukan Zona Campuran tersebut berada di sepanjang Jalan
Pancasila, Jalan Murad, Jalan Depati Parbo dan sebagian ruas Jalan Yos Sudarso.
LAPORAN RENCANA
IV-33
Tabel IV.10 Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
Blok/
Subblok
R3
K1
K2
H3
H4
C1
0,32
8,29
0,20
21,58
1,88
0,88
0,58
4,83
1,43
0,67
2,26
4,38
0,19
47,50
A1
0,04
2,95
0,20
3,25
A2
5,34
8,10
0,66
0,58
3,95
0,88
0,88
0,14
0,95
1,89
0,19
14,80
0,15
2,49
17,84
A3
0,28
10,23
1,22
1,29
0,67
1,17
14,86
0,64
25,43
47,36
8,51
1,51
3,11
3,35
89,91
B1
1,38
4,53
4,01
1,51
1,11
0,41
12,96
B2
16,54
0,24
2,93
19,71
B3
4,48
7,91
0,10
1,54
14,03
B4
5,67
0,48
0,18
6,32
B5
0,64
B6
8,85
12,71
10,71
0,04
22,25
3,93
14,64
0,49
2,69
8,47
88,48
10,89
0,09
1,31
1,66
0,02
0,39
4,95
1,52
120,95
C1
2,20
8,24
5,44
1,31
0,11
2,66
0,71
20,67
C2
0,28
0,49
0,23
13,29
0,03
0,09
0,95
0,02
0,66
0,81
16,84
C3
0,21
43,50
0,48
0,71
0,27
45,17
C4
31,70
4,93
1,64
38,27
0,15
3,14
48,21
0,09
0,16
0,40
1,16
2,31
55,61
D1
1,47
1,16
2,63
D2
0,15
1,67
22,98
0,09
0,40
1,73
27,01
D3
25,24
0,16
0,57
25,97
1,60
10,98
37,23
205,63
21,37
0,88
0,67
4,83
1,67
1,31
3,49
1,86
0,39
12,64
4,38
4,87
0,19
313,97
BLOK B
BLOK C
BLOK D
JUMLAH
R4
KT1
KT2
H1
H2
H5
C2
Jumlah
FP
BLOK A
Sungai
PL3
LAPORAN RENCANA
IV-34
Gambar IV.6 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
LAPORAN RENCANA
IV-35
BAB V
5.1
Sistem kebutuhan akan transportasi merupakan sistem pola tata guna lahan yang terdiri dari
sistem pola kegiatan sosial ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan dalam sistem ini
membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap
hari. Pergerakan meliputi pergerakan manusia dan atau barang yang membutuhkan moda
(sarana) transportasi dan media (prasarana) tempat moda transportasi bergerak.
Peranan jaringan transportasi sebagai prasarana perkotaan mempunyai dua tujuan utama
yaitu: sebagai alat untuk mengarahkan pembangunan perkotaan dan juga sebagai prasarana
bagi pergerakan orang dan barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan
tersebut. Interaksi antara sistem kebutuhan dan sistem prasarana transportasi akan
menghasilkan pergerakan manusia dan atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan
atau orang. Sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman dan sesuai dengan lingkungannya
dapat tercipta jika diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen yang baik.
Pada prinsipnya, suatu jaringan transportasi berfungsi menghubungkan setiap kawasan
fungsional kota, hal ini dapat dilihat melalui penggunaan lahan. Dalam menentukan
aksesibilitas suatu kawasan ditentukan dengan melihat fungsi jaringan transportasi yang
menghubungkan antar kawasan tersebut serta aktivitas yang ada pada kawasan tersebut.
Adanya pembukaan jalan baru atau peningkatan fungsi jaringan jalan (aksesibilitas) akan
meningkatkan aktivitas dan akhirnya berdampak pada perubahan lahan yang ada.
Agar tercapai suatu rencana transportasi yang baik diperlukan penelaahan dan pertimbangan
terhadap tiga faktor perangkutan, yaitu:
Karakteristik pola jaringan jalan, rencana pola jaringan jalan di kawasan ini pada dasarnya
mengikuti pola eksisting grid semi radial. Rencana jaringan jalan adalah berupa
peningkatan kualitas jaringan jalan yang sudah ada, baik perbaikan perkerasan maupun
pelebaran jalan serta pembangunan jaringan jalan baru.
Pola pergerakan penduduk, pola pergerakan penduduk bergantung pada lokasi fasilitas,
baik eksisting maupun hasil rencana, karena fasilitas tersebut akan merupakan tujuan bagi
pergerakan penduduk tiap harinya. Dengan demikian pola pergerakan penduduk dapat
diketahui dari pola penggunaan lahannya. Guna lahan yang merupakan penarik lalu lintas
tertinggi adalah perdagangan, perkantoran, dan pendidikan. Dengan demikian pola
pergerakan penduduk dapat ditentukan. Pola pergerakan penduduk tersebut merupakan
masukan bagi penentuan pola jaringan jalan.
Hirarki jalan, sebagai penjabaran atau perluasan dari hubungan-hubungan antar
komponen dalam tata ruang adalah terbentuknya sistem transportasi. Dalam struktur tata
ruang yang berjenjang, maka sistem transportasi ini juga akan membentuk hirarki.
LAPORAN RENCANA
V-1
Prioritas peningkatan dan pembangunan jaringan jalan baru yang akan membentuk dan
lingkar dalam sebagai sistem dan fungsi kolektor sekunder.
Peningkatan fungsi jalan ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas Pusat Pelayanan Kota
serta antar Sub Pusat Pelayanan kawasan. Dengan adanya peningkatan fungsi jalan pada
ruas jalan yang menghubungkan Pusat Pelayanan tersebut, maka interaksi antar wilayah
menjadi semakin lancar dan meningkat. Kondisi ini diharapkan akan memacu
perkembangan Kawasan Pusat Kota kepada kondisi yang lebih baik.
Rencana peningkatan kapasitas dan kondisi jalan ditujukan untuk mengatasi terjadinya
peningkatan volume kendaraan pada beberapa ruas jalan yang memiliki kapasitas
geometri kurang memadai.
Adapun rencana pengembangan jaringan jalan di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh sampai
dengan akhir tahun rencana, meliputi:
1) Peningkatan Jalan Strategis Nasional (Arteri Primer) berupa:
Jalan Pancasila Jalan RE. Martadinata Jalan Diponegoro Jalan A. Yani Jalan
Soekarno Hatta - Sako (Batas Sumatera Barat).
Jalan M. Yamin
2) Peningkatan jaringan jalan Kolektor Primer yang berfungsi menghubungkan Kota Sungai
Penuh (PKWp) dengan kota-kota PKW dan PKL yakni meliputi jalur :
LAPORAN RENCANA
V-2
Deskripsi
Nama Jalan
Jalan
strategis
nasional
yang
menghubungkan antara PKN dengan
PKW.
Jalan Lokal
Jl. Pancasila
Jl. RE. Martadinata
Jl. P. Diponegoro
Jl. Muradi
Jl. Soekarno Hatta
Jl. Depati Parbo
Jl. Imam Bonjol
Jl. Jend. Sudirman
Jl. Ahmad Yani
Jl. M. Yamin
Jl. Mayjen H.A Thalib
Jl. H. Bakri
Jl. Hamparan
Jl. MH. Thamrin
Jl. Arief Rahman Hakim
Jl. Yos Sudarso
Pengembangan jalan lingkar dalam
yang menghubungkan Desa Koto
Lolo (Kec. Pesisir Bukit) - Desa
Gedang (Kec. Sungai penuh) Jalan
Pancasila (Kec. Sungai Penuh) Desa
Koto Lebu (Kec. Sungai Penuh)
Keseluruhan jaringan jalan di Kota
Sungai Penuh yang tidak termasuk
pada jaringan jalan arteri dan
kolektor.
LAPORAN RENCANA
V-3
LAPORAN RENCANA
V-4
RUMAJA atau Ruang Manfaat Jalan adalah daerah yang digunakan sebagai sirkulasi
kendaraan bermotor termasuk juga area parkir on street yaitu dari badan jalan dan bahu
jalan.
RUMIJA atau Ruang Milik Jalan adalah daerah yang dimiliki jalan dan digunakan untuk
media sirkulasi, parkir on street, media drainase, RTH dan juga kegiatan pedestrian dengan
kata lain Damija adalah dari pagar rumah sebelah kanan jalan dan sebelah kiri.
RUWASJA atau Ruang Pengawasan Jalan adalah daerah yang termasuk jangkauan
pandangan jalan sehingga dengan adanya ruwasja maka pengguna jalan tidak mengalami
gangguan pandangan.
Pada tebel berikut rencana dimensi geometri jalan di kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
menurut hirarki jalan, sebagai ilustrasi dimensi pola melintang jalan dapat dilihat pada Gambar
V-2 sampai V-6.
Tabel V.2 Rencana Geometri Jalan
No
Hirarki jalan
Jalan Areteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal Primer
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lingkungan
Sumber:
Lebar minimun
RUMAJA RUMIJA RUWASJA
20
25
36
7
12
28
6
8
20
8
10
22
4
6
16
3
5
10
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam dimensi pola melintang jalan adalah sebagai
berikut:
a. Lebar jalur ideal dan minimun untuk masing-masing kelas jalan adalah:
Untuk utilitas yang berada di atas muka tanah paling tidak 0,6 m dari tepi paling luar
bahu jalan atau sisi luar perkerasan jalan.
LAPORAN RENCANA
V-5
Untuk utilitas yang berada di bawah muka tanah harus ditempatkan paling tidak 1,2 m
dari sisi paling luar bahu jalan atau sisi luar perkerasan jalan.
d. Untuk jalan dengan 2 arah yang memiliki 4 lajur diwajibkan menyediakan median dengan
lebar minimal 1 m. Selain berfungsi sebagai pembatas, median dapat dimanfaatkan untuk
beberapa fungsi sesuai dengan lebarnya, diantaranya sebagai:
Cadangan jalur
Penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan yang
berlawanan arah
e. Jalur hijau berfungsi sebagai elemen pelestarian nilai estetis lingkungan, usaha mereduksi
polusi udara dan jalur hijau pada median dibuat dengan mempertimbangkan pengurangan
silau cahaya lampu dari kendaraan berlawanan. Lebar jalur hijau ideal minimal 2 m namun
dapat disesuaikan dengan ketersediaan lahan.
Dimensi teknis jaringan jalan tersebut tergantung pada volume lalu-lintas dan posisi jalan
secara fungsional dalam kawasan perencanaan, maka dalam rekomendasi dimensi teknis jalan
tersebut dikemukakan sejak dari kondisi yang ideal.
LAPORAN RENCANA
V-6
800
150
100
100
100
150
800
2000
800
150
100
700
100
150
800 800
1200
Badan Jalan
LAPORAN RENCANA
V-7
600
800
1000
600
LAPORAN RENCANA
600
600
V-8
Sepanjang jalur utama kawasan pasar yakni meliputi jalan R.E. Martadinata, Jl. M. Yamin,
Jl. H. Agus Salim, Jl. KH. Wahid Hasyim, Jl. Proklamasi dan Jl. Patimura.
Rencana penataan parkir di bahu jalan (on-street parking) yang diarahkan di kawasan Pusat
Kota Sunga Penuh adalah sebagai berikut:
Pengaturan parkir di badan jalan (on-street parking) dengan mengacu kepada ketentuan
yang berlaku mengenai ketentuan parkir dan ruas jalan yang diatur.
Membatasi parkir di badan jalan terutama pada koridor jalan arteri dan koridor dengan
tingkatan tarikan pergerakan tinggi.
Pemasangan rambu larangan parkir dengan jarak yang optimal pada setiap persimpangan
ruas-ruas jalan utama disertai mekanisme sanksi yang tegas terhadap pelanggarannya.
Pemasangan rambu dan marka jalan yang jelas pada area-area yang diperbolehkan untuk
on-street parking.
Pengorganisasian yang tertib dalam pengelolaan on-street parking yang didukung oleh
sumberdaya manusia pengelola parkir yang disiplin dan bertanggung jawab serta
manejemen pengelolaan yang baik.
Luas kebutuhan parkir di tempat ini bergantung pada jumlah kendaraan yang diharapkan
parkir dan sudut parkir. Umumnya parkir jenis ini menggunakan sudut parkir yang sejajar
dengan badan jalan (bila jalannya kecil) atau membentuk sudut apabila jalannya cukup lebar.
Sudut parkir yang umurn digunakan adalah 30,450, 60, 90. Tidak semua badan jalan dapat
digunakan sebagai media parkir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel V.3 Dimensi Petak Parkir Dalam Berbagai Sudut
SUDUT PARKIR
LEBAR PETAK
PANJANG PETAK
Sejajar
0
30
0
45
0
60
0
90
22
17
12
9,8
8,5
8
16,4
18,7
19,8
18
LEBAR RUANG
GERAK
12
12
12
14,5
24
LAPORAN RENCANA
V-9
Tabel V.4 Persyaratan Lebar Minimum Berkaitan Dengan Pemanfaatan Sebagian Badan Jalan
Untuk Sarana Parkir
ARUS LALU
LINTAS
SUDUT PARKIR
Satu
Dua
Sejajar
<30
<45
<60
<90
Sejajar
<30
<45
<60
<90
Ket: Ukuran Kendaraan sesuai dengan ukuran kendaraan Indonesia yaitu 1,6 m x 4,1 m
Sementara itu, penyediaan lahan parkir di kawasan Pusat Kota Sungai Penuh dengan
menerapkan sistem off-street parking diarahkan pada area taman depan Kincai Plaza,
Lapangan Merdeka Kota Sungai Penuh dan di dalam kawasan terminal Pasar Sungai Penuh.
Lahan-lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan dapat didesain baik dengan dikelompokkan
ataupun menyebar di setiap pusat kegiatan tergantung pada perencanaan. Beberapa
persyaratan khusus yang harus dipenuhi:
Lahan parkir merupakan fasilitas pelengkap dari pusat kegiatan, sehingga sedapatnya
sedekat mungkin dengan pusat kegiatan yang dilayani;
Lokasi parkir harus mudah diakses/dicapai dari/ke pusat-pusat kegiatan tanpa gangguan
ataupun memotong arus lalu lintas jalan utama;
Lahan parkir harus memiliki hubungan dengan jaringan sirkulasi pedestrian secara
langsung; dan
Lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai dari jalan terdekat.
Luas lahan parkir pada area pusat kegiatan dapat ditentukan dengan melihat beberapa faktor,
yaitu:
sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir bersama, parkir berbagi antar beberapa kapling
(shared parking area) ataupun parkir lahan pribadi (private parking area).
Dengan demikian besaran parkir akan berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang
dilayaninya. Standard besaran yang umumnya dipakai adalah:
LAPORAN RENCANA
V-10
Rencana penyediaan prasarana off-street parking yang diarahkan di kawasan Pusat Kota
Sungai Penuh adalah sebagai berikut:
Menyediakan lahan parkir di pusat-pusat kegiatan, seperti pada kawasan perdagangan dan
jasa, perkantoran serta taman rekreasi dan sebagainya.
Mewajibkan semua kegiatan pusat perdagangan, jasa dan fasilitas umum untuk
menyediakan lahan parkir (baik di halaman atau dalam gedung) sesuai dengan skala
pelayanan kegiatan kota/regional.
Untuk melihat ilustrasi penyediaan lahan parkir off street, dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Gambar V.7 Ilustrasi Penataan Parkir Off Street pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Antisipasi perkembangan kegiatan perdagangan, jasa dan fasilitas umum yang pesat di Pusat
Kota Sungai Penuh menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan parkir. Penyebaran
lahan parkir yang tidak terkendali akan mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan. Oleh
sebab itu perparkiran di Kota Sungai Penuh perlu ditata, baik untuk on-street parking (pada
badan jalan) maupun off-street parking (tidak pada badan jalan).
LAPORAN RENCANA
V-11
LAPORAN RENCANA
V-12
terminal angkutan perkotaan dan pedesaan ini sudah tidak ideal sebagai terminal dengan
standar layanan kelas C. Dengan demikian terminal yang ada tentunya memerlukan
pengembangan untuk meningkatkan pelayanan transportasi dimasa yang akan datang,
terutama pembangunan pada sarana dan prasarana untuk menciptakan keterpaduan dengan
kegiatan pasar yang ada dan simpul-simpul pergerakan lainnya (sub terminal) yang berada
pada sub-sub pelayanan kota.
Rencana pengembangan simpul-simpul pergerakan untuk Pusat Kota Sungai Penuh mencakup
sarana terminal sebagai berikut :
a. Terminal penumpang Tipe B, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Terminal ini
menampung 25-50
5.2
Pengembangan jaringan listrik di Pusat Kota Sungai Penuh pada dasarnya dibangun untuk
dapat memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, komersial, pemerintahan, sosial, dan
penerangan jalan umum. Berdasarkan hasil analisis proyeksi diketahui bahwa kebutuhan
tenaga listrik untuk kawasan Pusat Kota Sungai Penuh sampai dengan akhir tahun
perencanaan (2032) adalah sebesar 2,8 Mwatt. Kebutuhan tenaga listrik di kawasan Pusat Kota
Sungai Penuh tidak terlepas dari kebutuhan listrik secara total, menurut RTRW Kota Sungai
Penuh kebutuhan listrik di wilayah ini sampai dengan tahun 2031 mencapai 30 Mwatt.
Kebutuhan listrik di Kota Sungai Penuh dan khususnya untuk kawasan perencanaan diperoleh
dari sumber energi pembangkit tenaga listrik yang dihasilkan oleh PLTD Koto Lolo yang saat ini
memiliki kapasitas 17 Mwatt. Listrik yang dihasilkan PLTD Koto Lolo tersebut didistribusikan
untuk Kota Sungai Penuh hanya sebesar 6 Mwatt dan sisanya sebesar 11 Mwatt didistribusikan
ke Kabupaten Kerinci. Jika dibandingkan antara kebutuhan dengan jumlah tenaga listrik yang
dihasilkan, maka diperlukan peningkatan pelayanan baik berupa penambahan kapasitas daya
listrik maupun jaringan distribusi listrik.
Salah satu solusi yang ditempuh untuk menutupi kekurangan energi listrik pada akhir tahun
rencana adalah dengan pembangunan jaringan SUTT yang sedang dalam pelaksanaannya.
LAPORAN RENCANA
V-13
Jaringan ini direncanakan pada akhir tahun 2013 sudah dapat dioperasikan. Pembangunan
jaringan SUTT interkoneksi Merangin Sungai Penuh merupakan upaya untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik Kota Sungai Penuh seiring dengan semakin berkembangnya
pembangunan Kota Sungai Penuh. Jaringan SUTT ini mempunyai Gardu Induk (GI) di Koto Lolo
Kecamatan Pesisir Bukit.
Berdasarkan arahan pengembangan sektor energi listrik di wilayah Kota Sungai Penuh,
termasuk rencana pelayanan kebutuhan di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh ditekankan pada
beberapa hal yakni:
1) Rencana pembangkit tenaga listrik meliputi :
a. Pengembangan jaringan listrik bertegangan tinggi (SUTT) yang sedang dalam proses
pengerjaan dengan tegangan 150 KVA. Jaringan ini disuplai ke Gardu Induk (GI) di Koto
Lolo (PLTD lama) yang selanjutnya diturunkan menjadi tegangan transmisi menengah
20 KVA melalui travo step down, dan pada akhirnya didistribusikan ke masyarakat
melalui jaringan transmisi rendah dengan tegangan 7 KVA, umumnya mengikuti pola
jaringan jalan yang ada.
b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Merangin di Kabupaten
Kerinci sebesar 2 x 90 MW sebagai interkoneksi peningkatan jaringan listrik ke Kota
Sungai Penuh.
c. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lempur di Kabupaten
Kerinci sebesar 2 x 50 MW sebagai interkoneksi peningkatan jaringan listrik ke Kota
Sungai Penuh.
d. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Kecamatan Kumun Debai
dan Kecamatan Sungai Penuh.
2) Rencana jaringan transmisi tenaga listrik meliputi :
a. pengembangan interkoneksi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Merangin.
b. pengembangan saluran yang melalui Desa Koto Baru Desa Sungai Liuk Desa Koto
Lolo.
c. pengembangan gardu induk di Desa Koto Lolo Kecamatan Pesisir Bukit.
LAPORAN RENCANA
V-14
Tabel V.5 Kebutuhan Listrik di Pusat Kota Sungai Penuh Tahun 2032
BLOK
Sub Blok
BLOK A
Luas
(Ha)
Jumlah KK
2017
2022
2027
2032
2017
2022
2027
2032
2017
2022
2027
2032
50,26
1.184
1.545
2.015
2.628
1.326
1.730
2.257
2.347
398
519
677
704
A1
16,64
403
526
686
894
451
589
768
799
135
177
230
240
A2
17,79
438
572
746
973
491
640
835
868
147
192
251
261
A3
15,83
343
447
584
761
384
501
654
680
115
150
196
204
96,36
1.719
2.242
2.925
3.815
1.925
2.511
3.276
3.406
578
753
983
1.022
B1
14,41
355
463
604
787
397
518
676
703
119
155
203
211
B2
20,72
562
733
956
1.248
630
821
1.071
1.114
189
246
321
334
B3
16,57
509
664
865
1.129
570
743
969
1.008
171
223
291
302
BLOK B
B4
9,70
98
128
166
217
110
143
186
194
33
43
56
58
B5
19,40
176
230
300
391
197
257
336
349
59
77
101
105
B6
15,55
20
26
33
43
22
29
37
39
11
12
100,71
986
1.286
1.678
2.188
1.104
1.441
1.879
1.954
331
432
564
586
C1
21,63
301
393
513
669
337
440
574
597
101
132
172
179
C2
17,87
429
560
730
952
481
627
818
850
144
188
245
255
C3
33,72
141
184
240
313
158
206
268
279
47
62
81
84
C4
27,49
115
150
195
255
129
168
219
227
39
50
66
68
BLOK C
BLOK D
66,64
787
1.026
1.338
1.745
881
1.149
1.499
1.558
264
345
450
468
D1
12,36
181
236
308
402
203
265
345
359
61
79
104
108
D2
26,47
502
655
854
1.114
562
734
957
995
169
220
287
299
D3
27,81
103
134
175
229
115
151
196
204
35
45
59
61
313,97
4.676
6.099
7.956
10.377
5.237
6.831
8.911
9.265
1.571
2.049
2.673
2.780
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
V-15
LAPORAN RENCANA
V-16
5.3
Fasilitas telekomunikasi merupakan salah satu pendukung utama bagi kelancaran suatu
kegiatan maupun untuk individu. Kawasan perencanaan sebagai daerah perkotaan tentunya
sangat membutuhkan dukungan jasa telekomunikasi yang berkembang dan mampu
mengimbangi perkembangan kebutuhan telepon yang ditimbulkan oleh perkembangan
kegiatan fungsional perkotaan. Perkiraan kebutuhan telepon untuk masa yang akan datang
menggunakan asumsi atau standar:
Berdasarkan hasil analisis dan dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk serta perkembangan
ekonomi
Wilayah
Kota
Sungai
Penuh,
maka
kebutuhan
pengembangan
jaringan
telekomunikasi khususnya di kawasan Pusat Kota Sungai Penuh sampai dengan tahun 2032
adalah:
1. Perumahan membutuhkan 259 SST
2. Telepon Umum membutuhkan 52 SST
3. Wartel membutuhkan 17 SST
Apabila dibandingkan dengan kondisi umum pada tahun 2010 jaringan telekomonikasi STO di
Kota Sungai Penuh mempunyai kapasitas mencapai 5000 SST, sedangkan kebutuhan pada
akhir tahun rencana jauh dari kebutuhan sebenarnya. Namun kondisi di lapangan
menunjukkan bahwa jaringan telekomonikasi STO hanya termanfaatkan sekitar 3000 SST. Hal
ini dipengaruhi oleh mayoritas masyarakat Kota Sungai Penuh menggunakan jaringan
telekomonikasi nirkabel. Namun demikian telah dilakukan upaya untuk meningkatkan
pelayanan telekomonikasi di Kota Sungai Penuh yaitu dengan pembangunan jaringan
mikrodigital. Rencana pengembangan sistem prasarana telekomunikasi ini disusun sebagai
bagian dari upaya untuk meningkatkan kemudahan pelayanan telekomunikasi bagi dunia
usaha dan masyarakat. Pelayanan telekomunikasi di wilayah Kota Sungai Penuh pada saat ini
dilaksanakan oleh PT Telkom.
Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di kawasan perencanaan meliputi:
1. Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi yang terintegrasi dengan Sistem Jaringan
Jalan, sehingga semua kawasan yang memiliki tingkat kemudahan (aksesibilitas) akan
didukung oleh pelayanan jaringan telekomunikasi.
2. Rencana sistem telekomonikasi jaringan kabel meliputi :
a. pengembangan jaringan serat optik yang melalui Jalan Soekarno Hatta Jalan Imam
Bonjol yang terintegrasi dengan jaringan nasional;
b. pengembangan dan peningkatan jaringan dalam Pusat Kota Sungai Penuh.
LAPORAN RENCANA
V-17
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah KK
(1 KK = 4
jiwa)
BLOK A
13.142
A1
4.472
A2
4.863
A3
3.806
BLOK B
19.076
B1
3.937
B2
6.238
B3
5.645
B4
1.085
B5
1.954
B6
217
BLOK C
10.942
C1
3.343
C2
4.762
C3
1.563
C4
1.274
BLOK D
8.727
D1
2.012
D2
5.572
D3
1.143
Jumlah
51.887
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
3.285
1.118
1.216
952
4.769
984
1.559
1.411
271
488
54
2.735
836
1.190
391
318
2.182
503
1.393
286
12.972
Telepon
Rumah Tangga
(1 SST = 50 KK)
66
22
24
19
95
20
31
28
5
10
1
55
17
24
8
6
44
10
28
6
259
Telepon
Umum
(1 SST =
1000 jiwa)
13
4
5
4
19
4
6
6
1
2
0
11
3
5
2
1
9
2
6
1
52
Wartel/
Warnet
(1 SST =
3000 jiwa)
4
1
2
1
6
1
2
2
0
1
0
4
1
2
1
0
3
1
2
0
17
Total
Kebutuhan
(SST)
83
28
31
24
121
25
40
36
7
12
1
69
21
30
10
8
55
13
35
7
329
RK
Per
1500
jiwa
9
3
3
3
13
3
4
4
1
1
0
7
2
3
1
1
6
1
4
1
35
STO
per
20000
jiwa
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3
V-18
5.4
Secara umum, pemanfatan sumber daya air di Kota Sungai Penuh berasal dari sumber air
permukaan yaitu Sungai Batang Merao, Sungai Batang Sangkir, Sungai Jernih, Sungai Ampuh,
Sungai Buai dan Sungai Sangkakala yang dimanfaatkan sebagai sumber air untuk sistem
jaringan irigasi dan sumber air bersih untuk air minum. Saat ini, Kota Sungai Penuh memiliki 5
(lima) Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang sepenuhnya dikelola PDAM Tirta Sakti dengan
memanfaatkan sumber daya air pemukaan sebagai sumber air bersih dan didistribusikan
melalui sistem perpipaan.
Khusus untuk wilayah pelayanan Pusat Kota Sungai Penuh, sumber air bersih di-supply dari IPA
Pelayang Raya, IPA HANKAM dan IPA Kumun yang memanfaatkan sumber air permukaan dari
Sungai Ampuh, Sungai Jernih dan Sungai Bungkal. Jumlah debit air bersih yang dihasilkan dari
ketiga IPA tersebut sebesar 81 L/detik, dimana IPA Pelayang Raya memilki kapasitas distribusi
sebesar (55 L/detik), IPA HANKAM (1 L/detik) dan IPA Kumun (30 L/detik).
Kebutuhan air bersih di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh sampai akhir perencanaan dihitung
dengan asumsi berdasarkan standar pelayanan minimum yaitu:
Standar kebutuhan air bersih untuk kebutuhan domestik adalah 250 liter/orang/hari.
Saat ini jumlah penduduk di kawasan perencanaan 17.925 jiwa (49,86% dari jumlah penduduk
Kecamatan Sungai Penuh), maka kebutuhan air minum di kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
pada tahun 2012 mencapai 52 L/detik dan pada akhir tahun rencana 2032 jumlah penduduk
diproyeksikan meningkat menjadi 51.887 jiwa sehingga dibutuhkan supply air bersih sebesar
151 L/detik. Dapat disimpulkan bahwa debit sumber air bersih yang dihasilkan PDAM Tirta
Sakti saat ini masih memenuhi kebutuhan masyarakat, akan tetapi pada tahun 2032 pelayanan
air bersih harus ditingkatkan baik dari segi volume maupun kualitas.
Untuk menutupi kekurangan kebutuhan air minum Kota Sungai Penuh telah dilakukan upaya
dengan pembangunan IPA kapasitas 10 L/detik di Tanah Kampung dengan sumber air baku
Sungai Batang Sangkir dan pembangunan IPA kapasitas 30 L/detik di Desa Ulu Air dengan
Sungai Batang Merao sebagai sumber air baku yang sedang dalam pelaksanaan
pembangunannya. Direncanakan pada tahun 2012 akan dibangun IPA kapasitas 100 L/detik di
Simpang Tiga Rawang yang sumber air bakunya dari Sungai Batang Merao.
LAPORAN RENCANA
V-19
Jumlah
Penduduk
2032
BLOK A
13.142
A1
4.472
A2
4.863
A3
3.806
BLOK B
19.076
B1
3.937
B2
6.238
B3
5.645
B4
1.085
B5
1.954
B6
217
BLOK C
10.942
C1
3.343
C2
4.762
C3
1.563
C4
1.274
BLOK D
8.727
D1
2.012
D2
5.572
D3
1.143
Jumlah
51.887
Sumber: Hasil Analisis, 2012
LAPORAN RENCANA
Tingkat
Pelayanan
85%
11.170
3.801
4.134
3.236
16.214
3.346
5.302
4.798
923
1.661
185
9.301
2.842
4.047
1.329
1.083
7.418
1.710
4.736
972
44.104
Jumlah
SR
(unit)
2.234
760
827
647
3.243
669
1.060
960
185
332
37
1.860
568
809
266
217
1.484
342
947
194
8.821
Kebutuhan
Air Bersih
(L/detik)
32
11
12
9
47
10
15
14
3
5
1
27
8
12
4
3
21
5
14
3
128
Jumlah
HU
(unit)
4
1
1
1
5
1
2
2
0
1
0
3
1
1
0
0
2
1
2
0
15
Kebutuhan
Air (L/detik)
0,4
0,1
0,1
0,1
0,6
0,1
0,2
0,2
0,0
0,1
0,0
0,3
0,1
0,1
0,0
0,0
0,3
0,1
0,2
0,0
1,5
Kebutuhan
Non
Domestik
(L/detik)
10
3
4
3
14
3
5
4
1
1
0
8
2
4
1
1
6
1
4
1
38
Kebutuhan
Domestik,
HU dan Non
Domestik
(L/detik)
42
14
16
12
62
13
20
18
4
6
1
35
11
15
5
4
28
6
18
4
167
Tingkat
Kebocoran
10%
4
1
2
1
6
1
2
2
0
1
0
4
1
2
1
0
3
1
2
0
17
Total
Kebutuhan
(L/detik)
38
13
14
11
55
11
18
16
3
6
1
32
10
14
5
4
25
6
16
3
151
V-20
Pipa Transmisi, digunakan untuk mengalirkan air dari instalasi pengolahan air bersih
menuju reservoir distribusi. Penentuan diameter pipa transmisi berdasarkan debit
maksimum.
Pipa Induk disebut juga jaringan pipa primer berfungsi menyalurkan air bersih dari
reservior, secara umum terpasang mengikuti jaringan jalan dan menuju kawasankawasan atau blok-blok pelayanan.
Jaringan Pipa Sekunder, terpasang mengikuti jaringan jalan yang berada di dalam
kawasan permukiman atau didalam blok pelayanan.
Jaringan Pipa Tersier, merupakan jaringan pipa yang terpasang menuju rumah-rumah
atau pelanggan.
b. Penambahan jaringan perpipaan dan rehabilitasi yang sudah ada untuk meminimasi
tingkat kebocoran pipa dalam menekan/menyusutkan angka kebocoran
c. Meterisasi pelanggan secara serempak dan pengawasan yang tegas untuk penanggulangan
kecurangan
d. Pengendalian tingkat kebocoran air pada saat pendistribusian, yang dapat dilaksanakan
dengan memasang alat ukur tekanan pada tiap cabang saluran primer dan sekunder serta
melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap pipa air pada daerah rawan
e. Penyediaan individual reservoir untuk masing-masing konsumen, agar pemakaian air
harian maksimum dapat dikendalikan
f.
Pembuatan sumur-sumur penampung air hujan, sebagai alternatif sumber air bersih
LAPORAN RENCANA
V-21
berupa pompa sentrifugal, yang pemilihannya berdasarkan besarnya debit dan head total
sistem.
h. Sedangkan untuk rencana pengembangan jaringan distribusi akan digunakan sistem
cabang, yaitu sistem permukaan terbuka. Pertimbangan menggunakan sistem terbuka ini
adalah:
Tekanan pipa cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengalir air
Mudah dalam pengoperasiannya, karena dengan adanya titik mati, kotoran yang
terbawa selama aliran bisa dibuang pada akhir pengaliran di akhir pipa cabang.
Arahan rencana pengembangan jaringan air bersih perpipaan di kawasan Pusat Kota Sungai
Penuh dapat di lihat pada Peta V.9 .
Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi dan Chlorinasi) atau tidak lengkap (Bak Pengendap atau
Filtrasi Lambat),
LAPORAN RENCANA
V-22
LAPORAN RENCANA
V-23
Semua upaya pelestarian yang dilaksanakan harus memperhatikan budaya, sosial dan
ekonomi masyarakat setempat
LAPORAN RENCANA
V-24
5.5
Perencanaan sistem jaringan drainase bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan sistem
prasarana yanq berfungsi rnengalirkan air permukaan ke badan air penerima atau bangunan
resapan buatan yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan dalam
mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif.
Secara umum, saluran drainase di Kota Sungai Penuh telah menjangkau hampir seluruh
wilayah Kota. Saluran-saluran drainase bertujuan untuk mengalirkan limpasan air hujan baik
dalam bentuk drainase buatan maupun drainase alami. Namun dalam pengelolaan
pemeliharaannya belum optimal, hal ini terbukti banyaknya terjadi luapan air ke permukaan
jalan ketika terjadi hujan. Kedepan perlu dilakukan inventarisasi ke lapangan saluran-saluran
tersebut karena antara jaringan drainase dengan irigasi masih bercampur satu sama lain.
Saluran-saluran drainase memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan. Dengan kondisi
topografi yang relatif miring, serta dengan ketinggian kota di atas permukaan laut yang cukup
tinggi, maka hal ini dapat memberikan keuntungan bagi pengaliran air pada sistem drainase
sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke dataran yang lebih rendah yaitu Batang Air
Bungkal.
Dalam pelaksanaan pembangunan sistem drainase, pada prinsipnya harus dapat efisien
sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan
drainase sistem tertutup serta jaringan drainase sistem terbuka, yaitu:
1. Sistem Jaringan Terbuka.
Sistem saluran drainase terbuka direncanakan menggunakan saluran dengan bentuk
saluran trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi.
Keuntungan menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih
murah, teknologi pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit.
Sedangkan kerugian sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan harus
hati-hati terhadap kemungkinan terperosok ke saluran ini karena sistemnya terbuka
(terutama pada malam hari).
2. Sistem Jaringan Tertutup.
Sistem ini dibuat di bawah jalan dengan membuat perkerasan pada saluran seperti saluran
terbuka hanya permukaannya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai terusan agar
sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong jaringan jalan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan drainase di Pusat Kota Sungai
Penuh dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Sistem jaringan induk drainase secara umum tetap mengikuti pola atau kerangka sistem
alamiah yang ada, dimana pengaliran dilakukan secara gravitasi mengikuti kondisi
topografi.
LAPORAN RENCANA
V-25
LAPORAN RENCANA
V-26
b. Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat kegiatan dengan
konsentrasi tinggi seperti perkantoran, perdagangan dan jasa, industri serta jalan-jalan
utama tertentu, atau daerah yang mempunyai lebar jalan yang kecil.
c. Jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman
dan di sepanjang jaringan jalan.
d. Prioritaskan pelayanan drainase pada kawasan terbangun, kawasan rawan genangan, dan
memerlukan penataan atau perbaikan agar dapat berfungsi secara maksimal.
e. Disamping itu juga diperlukan peningkatan peranserta masyarakat dalam memelihara
prasarana drainase, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan saluran.
f.
Sistem drainase tertutup dan terbuka dibangun pada sebelah kiri dan atau kanan jalan,
dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.
5.6
Limbah Hotel
Limbah Industri/UKM, Rumah Makan dan Restoran
Limbah Medis
Sedangkan penanganan untuk limbah Non-Domestik, pada tahap awal akan dilakukan
sosialisasi, penertiban dan penyusunan peraturan daerah, karena saat ini belum ada
LAPORAN RENCANA
V-27
peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan limbah cair sehingga landasan
hukum pengelolaan limbah cair di Kota Sungai Penuh masih mengacu pada Peraturan
Pemerintah maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup.
Berdasarkan kondisi yang ada, persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan air
limbah adalah sebagai berikut:
Belum adanya instalasi pengolahan limbah (IPAL), sehingga limbah rumah tangga (non-WC)
dan limbah dari industri kecil/home industri dibuang langsung ke saluran drainase.
Belum adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), sehingga dimungkinkan lumpur
tinja hasil pengurasan/penyedotan dari tangki septik dibuang langsung ke badan air atau
lahan kosong.
Rendahnya permintaan pengurasan septic tank, mengindikasikan bahwa septic tank yang
ada tidak kedap air, sehingga berpotensi terjadinya pencemaran air tanah dan timbulnya
penularan penyakit yang diakibatkan oleh air (water borne deceases).
Kebutuhan sarana pengelolaan air limbah akan didasarkan pada prediksi timbulan air limbah
yang terdapat di kawasan perencanaan, dimana prediksi timbulan air limbah di dasarkan pada
asumsi:
Untuk limbah domestik adalah 75% dari total kebutuhan air bersih
Untuk timbulan limbah non domestik adalah 70% dari total timbulan limbah domestik.
Sedangkan untuk prediksi timbulan limbah yang berupa tinja yaitu sebesar 0,7
ltr/orang/hari.
Cakupan pelayanan truk tinja yang di kelola swasta di asumsikan 21% dan
Berdasarkan pada asumsi tersebut maka prediksi timbulan air limbah sampai akhir tahun
perencanaan (tahun 2032) di di Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh adalah sebesar 218,92
L/detik dengan prediksi timbulan limbah domestik sebesar 113,02 L/detik dan prediksi
timbulan limbah non domestic sebesar 105,48 L/detik.
Dan berdasarkan prediksi timbulan air limbah maka kebutuhan sarana pengelolaan air limbah
meliputi MCK sebanyak 52 unit, SPAL sebanyak 4.324 unit, septictank sebanyak 519 unit dan
truk tinja sebanyak 3 unit. Lebih jelasnya menganai prediuksi timbulan air limbah dan
kebutuhan sarana pengolahan air limbah dapat di lihat pada Tabel V.8 dan Gambar V.13
berikut ini.
LAPORAN RENCANA
V-28
Tabel V.8 Rencana Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
BLOK/
Sub Blok
Jumlah
Penduduk
Th.2032
Keb. Air
Bersih
(L/detik)
Domestik
75%
Non
Domestik
70%
Total
Timbulan/
Human
Waste L/detik
(0,7
L/org/hari)
Timbulan
Limbah
(L/detik)
Cakupan Pelayanan
(L/detik)
SPAL
1:3 KK
Komuna
l 1:100
Truk
Tinja
1:20000
13.142
38
28,62
26,72
55,34
0,11
55,45
19,41
15,53
13
1.095
131
A1
4.472
13
9,74
9,09
18,83
0,04
18,87
13,21
1,89
3,96
2,64
6,60
5,28
373
45
A2
4.863
14
10,59
9,89
20,48
0,04
20,52
14,36
2,05
4,31
2,87
7,18
5,74
405
49
A3
Swasta
21%
11,64
MCK
1:1000
Individual
70%
38,81
BLOK A
Kolektif
1%
5,54
Cakupan
IPLT
28%
Total
3.806
11
8,29
7,74
16,03
0,03
16,06
11,24
1,61
3,37
2,25
5,62
4,50
317
38
19.076
55
41,55
38,78
80,33
0,15
80,48
56,34
8,05
16,90
11,27
28,17
22,54
19
1.590
191
B1
3.937
11
8,57
8,00
16,58
0,03
16,61
11,63
1,66
3,49
2,33
5,81
4,65
328
39
B2
6.238
18
13,59
12,68
26,27
0,05
26,32
18,42
2,63
5,53
3,68
9,21
7,37
520
62
B3
5.645
16
12,29
11,47
23,77
0,05
23,82
16,67
2,38
5,00
3,33
8,34
6,67
470
56
B4
1.085
2,36
2,21
4,57
0,01
4,58
3,21
0,46
0,96
0,64
1,60
1,28
90
11
B5
1.954
4,26
3,97
8,23
0,02
8,24
5,77
0,82
1,73
1,15
2,89
2,31
163
20
BLOK B
B6
217
0,47
0,44
0,91
0,00
0,92
0,64
0,09
0,19
0,13
0,32
0,26
18
10.942
32
23,83
22,24
46,08
0,09
46,17
32,32
4,62
9,69
6,46
16,16
12,93
11
912
109
C1
3.343
10
7,28
6,80
14,08
0,03
14,11
9,87
1,41
2,96
1,97
4,94
3,95
279
33
C2
4.762
14
10,37
9,68
20,05
0,04
20,09
14,06
2,01
4,22
2,81
7,03
5,63
397
48
C3
1.563
3,40
3,18
6,58
0,01
6,60
4,62
0,66
1,38
0,92
2,31
1,85
130
16
C4
1.274
2,77
2,59
5,36
0,01
5,37
3,76
0,54
1,13
0,75
1,88
1,50
106
13
BLOK D
8.727
25
19,01
17,74
36,75
0,07
36,82
25,78
3,68
7,73
5,16
12,89
10,31
727
87
D1
2.012
4,38
4,09
8,47
0,02
8,49
5,94
0,85
1,78
1,19
2,97
2,38
168
20
D2
5.572
16
12,14
11,33
23,46
0,05
23,51
16,46
2,35
4,94
3,29
8,23
6,58
464
56
BLOK C
D3
Jumlah
1.143
2,49
2,32
4,81
0,01
4,82
3,38
0,48
1,01
0,68
1,69
1,35
95
11
51.887
151
113,02
105,48
218,50
0,42
218,92
153,24
21,89
45,97
30,65
76,62
61,30
52
4.324
519
LAPORAN RENCANA
V-29
LAPORAN RENCANA
V-30
Pembuatan suatu sistem pembuangan air limbah setempat yang baik tentunya harus
memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat diterapkan pada kondisi masyarakat
setempat. Sistem on-site dikembangkan pada wilayah dengan tipologi :
1) Kepadatan penduduk < 150 jiwa/Ha.
2) Sarana air bersih sudah tersedia dengan baik.
3) Sifat tanah impermeabel dan kedalaman tanah > 1,5 m.
Sedangkan Sistem off site direncanakan di daerahdaerah yang menjadi pusat kegiatan
komersil dan pusat pemerintahan dengan pertimbangan luas tanah terbatas serta kepadatan
relatif tinggi. Untuk menghasilkan kinerja sistem terpusat yang optimal, diusulkan
pengalirannya dengan sistem terpisah (separate system). Separate system adalah sistem
pengaliran pembuangan air kotor yang terpisah antara air limbah dengan air hujan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah sedimentasi dalam sistem perpipaan sebagai akibat lumpur yang
dibawa air hujan serta mencegah over load beban pengolahan air limbah di instalasi
pengolahan (IPAL).
Pengolahan grey water dan black water secara bersamaan dalam satu instalasi akan
membutuhkan kelengkapan unit-unit pengolah yang disebut dengan Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL). Sedangkan apabila ditangani secara terpisah, khusus untuk penanganan black
water diperlukan suatu instalasi sendiri yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT). Penentuan kebutuhan instalasi pengolah air limbah (IPLT atau IPAL) sangat
tergantung dari karakteristik wilayah dan kemampuan pemerintah membangun sarana dan
prasarana pengolahan. Apabila karaktersitik wilyah tersebut cocok untuk pelayanan dengan
sistem setempat, maka dibutuhkan IPLT. Sebaliknya jika cocok untuk pelayanan dengan sistem
terpusat maka dibutuhkan IPAL. Atau jika sebagian wilayah cocok menggunakan sistem
setempat dan terpusat dimungkinkan dibangun 2 instalasi sekaligus baik IPLT maupun IPAL.
Rencana pengelolaan air limbah cair di kawasan Pusat Kota Sungai Penuh adalah sebagai
berikut:
1. Sistem tangki septik dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah manusia);
2. Sistem pelayanan septik tank kolektif (comunal sistem) dikembangkan pada kawasan
perkantoran, pendidikan, pemerintahan, kawasan komersil dan kawasan dengan intensitas
bangunan yang tinggi.
3. Sistem septik tank individu (individual sistem) dikembangkan pada kawasan perumahan
tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil digunakan sistem
pelayanan septik tank individu ataupun kolektif dengan memperhatikan kesepakatan dan
kemampuan dari masyarakat.
4. Sistem tercampur (yaitu menyatukan air limbah dan air hujan dalam satu satu saluran)
dikembangkan untuk air limbah dari kegiatan non-domestik dan kegiatan lainnya seperti
air buangan dari kamar mandi, tempat cuci dan hasil kegiatan kantor lainnya, sedangkan
untuk menutupi kelemahan sistem ini dapat diatasi dengan membuat saluran terbuka dari
perkerasan dengan campuran kedap air.
LAPORAN RENCANA
V-31
LAPORAN RENCANA
V-32
BAB VI
6.1
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka
operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP
yang diprioritaskan.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan,
dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan salah satu
program prioritas dari RDTR.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:
a. dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral; dan
b. dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan berdasarkan:
a. Tujuan penataan BWP;
b. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan;
c. Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria:
a. Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan
rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP;
b. Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan;
c. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,
sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai
dengan kepentingan pembangunan BWP; dan/atau
d. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan,
dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan
pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat sekurang-kurangnya:
a. Lokasi
Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam peta. Lokasi
tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan, atau dapat juga
LAPORAN RENCANA
VI-1
meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut. Batas delineasi lokasi Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1) Batas fisik, seperti blok dan subblok;
2) Fungsi kawasan, seperti zona dan subzona;
3) Wilayah administratif, seperti RT, RW, desa/kelurahan, dan kecamatan;
4) Penentuan secara kultural tradisional, seperti kampung, desa adat, gampong, dan
nagari;
5) Kesatuan karakteristik tematik, seperti kawasan kota lama, lingkungan sentra
perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, kawasan perkampungan tertentu,
dan kawasan permukiman tradisional; dan
6) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun
yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan
kawasan gabungan atau campuran.
b. Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan Sub BWP
yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas:
1) Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui penataan
lingkungan permukiman kumuh (perbaikan kampung), dan penataan lingkungan
permukiman nelayan;
2) Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan pascabencana;
3) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
pembangunan kawasan permukiman (Kawasan Siap Bangun/Lingkungan Siap BangunBerdiri Sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan,
pembangunan kawasan perbatasan; dan/atau
4) Pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pelestarian kawasan,
konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.
6.2
LAPORAN RENCANA
VI-2
Zona permukiman, meliputi sub zona permukiman padat sampai sedang yang tersebar
di sepanjang koridor dan bercampur dengan kegiatan lainnya.
Zona perdagangan dan jasa, meliputi jenis perdagangan dan jasa skala lokal sampai
regional.
Zona sarana pelayanan umum, meliputi pendidikan, kesehatan, olah raga, transportasi,
sosial budaya dan peribadatan
Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdiri dari taman lingkungan dan sempadan
sungai.
Untuk lebih jelasnya mengenai delineasi Sub BWP Prioritas yang secara fisik dibatasi oleh jalan
dan pembagian blok, subblok, zona sampai subzona yang ada di kawasan tersebut dapat
dilihat pada Peta VI.1.
LAPORAN RENCANA
VI-3
LAPORAN RENCANA
VI-4
LAPORAN RENCANA
VI-5
LAPORAN RENCANA
Zona / Subzona
Zona Perumahan
Subzona Kepadatan TInggi
Subzona Kepadatan Sedang
Subzona Kepadatan Rendah
Zona Perdagangan dan Jasa Skala Regional
Subzona Tunggal
Subzona Deret
Luas
(Hektar)
29,33
8,09
0,19
21,05
3,96
0,57
3,39
Persentase
(%)
65,50
18,07
0,42
47,01
8,84
1,27
7,57
VI-6
No
Zona / Subzona
Luas
(Hektar)
2,68
1,86
0,82
2,48
4,27
4,27
2,06
1,40
0,66
44,78
Zona Perkantoran
Subzona Pemerintahan
Subzona Swasta
Zona Sarana Pelayanan Umum
Zona Campuran
Subzona perumahan dan perdagangan
Zona RTH
Subzona Sempadan Sungai
Subzona Taman Lingkungan
4
5
Persentase
(%)
5,98
4,15
1,83
5,54
9,54
9,54
4,60
3,13
1,47
100,00
Berdasarkan hasil analisis pada umumnya lahan-lahan potensial yang masih dapat di
kembangkan di Kawasan Pusat Kota relatif cukup luas, sehingga pengembangan fisik Kawasan
Pusat Kota pada masa yang akan datang di arahkan secara horizontal.
Tabel VI.2 Daya Dukung Lahan Sub BWP Prioritas (Blok A)
Subblok
Luas (Ha)
Kawasan
Limitasi (Ha)
Subblok A1
14,80
Subblok A2
17,84
Subblok A3
14,86
JUMLAH
47,50
Sumber: Hasil Analisis dan Rencana, 2012
LAPORAN RENCANA
0,32
0,28
0,60
Kawasan
Potensial (Ha)
14,48
17,84
14,58
46,90
Kawasan
Terbangun (Ha)
5,45
4,49
3,62
13,56
Kawasan Yg Dpt
Dikembangkan
(Ha)
9,03
13,35
19,96
42,34
VI-7
BAB VII
RUANG
KETENTUAN PEMANFAATAN
Mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh terutama di Pusat Kota dalam
kurun waktu perencanaan diharapkan dapat terlaksana sehingga tujuan dan sasaran
pengembangan kawasan yang telah ditetapkan dapat dicapai pada akhir tahun perencanaan.
Masalah pembiayaan pembangunan di daerah merupakan salah satu faktor pembatas dalam
implementasi suatu rencana tata ruang, untuk mengatasinya maka dana pembangunan yang
ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan
seleksi terhadap program-program pembangunan berdasarkan skala prioritas dalam wujud
tahapan-tahapan pembangunan.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan program yang akan dilaksanakan pada setiap
tahapan adalah sebagai berikut:
1. Program yang diprioritaskan adalah yang mendukung tercapainya keteraturan tata ruang
(perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana) di BWP serta
perwujudan Sub BWP A yang diprioritaskan penanganannya.
2. Ada beberapa kawasan yang perlu diprioritaskan pembangunannya dalam upaya
mendorong pertumbuhan kota atau memberikan pelayanan bagi wilayah yang
memerlukan pembangunan dalam waktu yang relatif lebih dekat (lebih mendesak).
3. Menjaga konsistensi dan kesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam
jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan
4. Terjaganya sinkronisasi antar program dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah kota.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dibuat suatu prioritas, baik yang menyangkut
lokasi maupun sektoral sesuai dengan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah. Prioritas
pembangunan, selain pada peningkatan pertumbuhan di bidang ekonomi yang dititikberatkan
pada pembangunan perdagangan dan jasa, juga untuk menjaga agar tidak terjadi ketimpangan
pertumbuhan antar wilayah/kawasan yang ada di Kota Sungai Penuh.
Penyusunan program dalam rangka pemantapan kawasan lindung dan pengembangan
kawasan budidaya didasarkan pada potensi pengembangan spasial maupun sektoral.
Pengembangan kawasan budidaya sebagai pengisian dari rencana-rencana pembangunan di
daerah akan dibatasi oleh pendeliniasian dan pemantapan terlebih dahulu kawasan yang
berfungsi lindung.
Program-program berikut pada dasarnya masih bersifat indikatif, yang diharapkan dapat
memberikan indikasi bagi penyusunan program pembangunan sektoral serta pembangunan
pada wilayah yang diprioritaskan pengembangannya, baik dalam jangka lima tahun pertama
sampai dengan akhir tahun rencana. Pelaksanaan pembangunan diharapkan akan menjadi
terarah dan dapat mencapai tujuan pembangunan itu sendiri bila rencana pembangunan
ditunjang oleh dasar hukum yang kuat. Hal ini antara lain dapat ditunjang oleh adanya
kerjasama antara semua pihak, baik swasta/perorangan maupun instansi pemerintah.
LAPORAN RENCANA
VII-1
Tabel VII.1 Indikasi Program Utama Dalam Pengembangan Kawasan Pusat Kota Sungai Penuh
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
I.
A.
1.
2014
2015
2016
2017
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
Bappeda,
Bappeda,
PU
Bappeda
APBD Kota
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan,
Dinas PU
APBD Kota
Semua instansi
pemerintahan
APBD Kota
APBD Kota
Dinas
APBD Kota
2.
Pengawasan
dan
Pengendalian
pembangunan di kawasan lindung
Bappeda
DPU Kota
Kota,
APBD Kota
3.
Bappeda,
PU
Dinas
APBD Kota
4.
APBD Kota
B.
1.
Bappeda,
PU
APBD
Kota,
Masyarakat dan
Investor
Dinas
LAPORAN RENCANA
VII-2
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
2014
2015
2016
2017
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
Bappeda,
PU
Dinas
APBD Kota
Bappeda,
PU
Dinas
APBD
Kota,
Masyarakat dan
Investor
Bappeda,
PU
Dinas
APBD Kota
Pengembangan permukiman campuran pada jalur jalur jalan yang strategis yaitu campuran
perdagangan, jasa dan perumahan secara terbatas
Bappeda,
PU
Dinas
APBD
Kota,
Masyarakat
Pengembangan
perumahan
Bappeda,
PU
Dinas
APBD
Kota,
Masyarakat dan
Investor
PD Pasar, Desa
APBD Kota
Swasta,
Masyarakat
Dinas PU
APBD
Kota,
swasta,
masyarakat
Swasta
Swasta
2.
pembangunan
fasilitas
pusat-pusat
Program
pengembangan
dan
pengendalian kawasan perdagangan
dan jasa
Program
Pengembangan
dan
Pengendalian Kawasan Perdagangan
LAPORAN RENCANA
VII-3
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
2014
2015
2016
2017
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
Pusat-pusat Primer
Program
Pengembangan
dan
Pengendalian Kawasan Jasa Keuangan
Lembaga
Keungan
Swasta, BUMN
Lembaga
Keungan,
Din
Koperasi Kota
Swasta, APBN
II.
A.
1.
Dinas PU
Provinsi
APBD Provinsi
Perwujudan rencana
lingkar dalam
pembangunan
jalan
Dinas PU Kota
APBD Kota
Perwujudan rencana
lingkar dalam
pembangunan
jalan
Dinas PU Kota
APBD Kota
4.
Pemeliharaan
kolektor
peningkatan
jalan
Dinas PU Kota
APBD Kota
rutin
&
Dinas PU Kota
APBD Kota
6.
Dinas PU Kota
APBD Kota
7.
Peningkatan Terminal
Dinas PU Kota
APBD Kota
B.
1.
PDAM
BUMD
PDAM
BUMD
LAPORAN RENCANA
VII-4
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
2.
C.
1.
D.
Program
drainase
pengembangan
2014
2015
2016
2017
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
PDAM
BUMD
PDAM
BUMD
APBD Kota
APBD Kota
Saluran limbah
drainase
saluran
APBD Kota
APBD Kota
APBD Kota
terpisah
dengan
prasarana
1.
DPU Kota
APBD Kota
2.
DPU Kota
APBD Kota
DPU Kota
APBD Kota
DPU Kota
APBD Kota
LAPORAN RENCANA
VII-5
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
3.
E.
Program pengembangan
persampahan
1.
Pengelolaan Persampahan
2.
3.
LAPORAN RENCANA
2015
2016
2017
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
DPU Kota
APBD Kota
DPU Kota
APBD Kota
DPU Kota
APBD Kota
DPU Kota
APBD Kota
Dinas Kebersihan
APBD Kota
Dinas
Kebersihan,
masyarakat
APBD Kota
Dinas Kebersihan
APBD Kota
Dinas
Kebersihan,
Swasta
dan
masyarakat
APBD
Swasta
Dinas Kebersihan
APBD Kota
Dinas Kebersihan
APBD Kota
Dinas Kebersihan
APBD Kota
Dinas Kebersihan
APBD Kota
Dinas Kebersihan
APBD Kota
prasarana
Pengintegrasian
persampahan
dengan
2014
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
pelayanan
pelayanan
Kota,
VII-6
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
sampah
F.
Program pengembangan
listrik dan telekomunikasi
1.
2014
2015
2016
2017
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
Dinas Kebersihan
Kota
APBD Kota
PLN
BUMD
Pembangunan
instalasi
baru
pengoperasian instalasi penyaluran
PLN
BUMD
TELKOM
BUMD
Pembangunan
instalasi
baru
pengoperasian instalasi penyaluran
TELKOM
BUMD
Bappeda, BKPRD
APBD Kota.
prasarana
dan
Pengembangan
jaringan
baru
yang
menghubungkan Jaringan GI Merangin dengan
GI Sungai Penuh
2.
III.
Pengembangan
Telekomunikasi
Prasarana
dan
Penguatan
Fungsi
dan
peningkatan
kelengkapan fasilitas pelayanan Blok A
Bappeda, Instansi
terkait
APBD Kota.
Bappeda, Instansi
terkait
APBD Kota.
atau
LAPORAN RENCANA
VII-7
WAKTU PELAKSANAAN
PJM-1
LOKASI
2013
2014
2015
2016
2017
PJM-4
KEGIATAN
PJM-3
INDIKASI PROGRAM
PJM-2
N
o
INSTANSI
PELAKSANA
SUMBER
DANA
blok/kawasan
Pelestarian/perlindungan blok/kawasan
Penyesuaian dan Penetapan Zonasi
Kawasan
Bappeda, Instansi
terkait
APBD Kota.
LAPORAN RENCANA
VII-8
BAB VIII
PERATURAN ZONASI
Zoning regulation adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih
lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Pada dasarnya
semua mengatur ketentuan-ketentuan teknis mengenai pembangunan kota/kawasan.
Fungsi peraturan zonasi antara lain :
1. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan. Peraturan zoning yang lengkap akan
memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya.
Ketentuan-ketentuan yang ada karena dikemas menurut penyusunan perundangperundangan yang baku dapat menjadi landasan dalam penegakan hukum bila terjadi
pelanggaran.
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional. Ketentuan zoning dapat menjadi
jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat opersional, karena
memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke
dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.
3. Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan.
Dasar penerapan zoning adalah kewenangan police power (Kewenangan pemerintah membuat
peraturan untuk melindungi kesehatan mesyarakat, keselamatan dan kesejahteraan umum);
mengintervensi kehidupan private masyarakat bagi perlindungan kesehatan masyarakat,
Keselamatan dan ketentuan yang rasional, yang tidak mengandung niat buruk, diskriminasi,
tidak beralasan atau tidak pasti.
8.1
LAPORAN RENCANA
VIII-1
VIII-2
LAPORAN RENCANA
VIII-3
TUJUAN PENETAPAN
Perumahan
Perdagangan
Jasa
dan
KLASIFIKASIDANKODEZONA
K-1 : Tunggal
K-2 : Deret
KRITERIA/ KARAKTERISTIK
LAPORAN RENCANA
VIII-4
FUNGSI
TUJUAN PENETAPAN
KLASIFIKASIDANKODEZONA
KRITERIA/ KARAKTERISTIK
Pemerintahan,
Menyediakan lahan untuk pengembangan pemerintahan,
perkantoran,
perkantorandan pertahanan serta keamanan sesuai
Pertahanan
dan
dengan kebutuhan dan daya dukung untuk menjamin
Keamanan
pelayanan pada masyarakat;
Menjamin kegiatan pemerintahan, pertahanan dan
keamananyang berkualitas tinggi, dan
melindungipenggunaan lahan untuk pemerintahan,
pertahanan dan keamanan.
LAPORAN RENCANA
VIII-5
FUNGSI
Kawasan Lindung
TUJUAN PENETAPAN
Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan mencegahtimbulnya kerusakan
lingkungan hidup.
Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup
dan melestarikan fungsi lindung kawasan perlindungan
setempat.
meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim,
tumbuhan dan satwa, serta nilai budaya dan sejarah
bangsa;
meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim,
tumbuhan dan satwa, serta nilai budaya dan sejarah
bangsa;
KLASIFIKASIDANKODEZONA
KL-2 : Perlindungan Setempat
KRITERIA/ KARAKTERISTIK
Sempadan sungai (KL-2-1);
1) Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas
lebar sekurang-kurangnya 5 (lima)meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggung.
2) Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan
berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis
olehPejabatyang berwenang.
3) Garis
sempadan
sungaiyang
bertanggul
dan
tidakbertanggulyang berada diwilayah perkotaan dan
sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh Pejabatyang
berwenang
LAPORAN RENCANA
VIII-6
Gambar VIII.1 Peta Rencana Peraturan Zonasi (Zonning Map) Pusat Kota Sungai Penuh
LAPORAN RENCANA
VIII-7
8.2
Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan untuk fungsi
tertentu berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan,
koefisien dasar hijau, kepadatan penduduk, dan/atau kepadatan bangunan tiap persil, tapak,
blok peruntukkan, atau kawasan kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam
pembangunan kota. Intensitas Ruang diperhitungkan atas areal perencanaan berupa unit-unit
pemilikan tanah yang merupakan gabungan atau pemecahan dari perpetakan atau persil.
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang mnimum terdiri dari:
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar bangunan adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan jumlah luas
lantai dasar bangunan terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai.
Penetapan besar KDB maksimum didasarkan pada pertimbangan:
a. Tingkat pengisian/peresapan air (water recharge) = KDH minimum;
b. Besar pengaliran air (kapasitas drainase);
c. Jenis penggunaan lahan;
d. Harga lahan.
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Koefisien Lantai Bangunan adalah angka perbandingan yang dihitung dari jumlah luas
lantai seluruh bangunan terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai.
Penetapan besar KLB maksimum didasarkan pada pertimbangan:
a. Harga lahan;
b. Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan);
c. Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan;
d. Ekonomi dan pembiayaan.
3. Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas
lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil
yang dikuasai sesuai rencana tata ruang. Penetapan besar KDH minimum didasarkan pada
pertimbangan:
a. Tingkat pengisian/peresapan air (water recharge);
b. Besar pengaliran air (kapasitas drainase);
c. Rencana tata ruang (RTH, tipe zonasi, dan lain-lain)
LAPORAN RENCANA
VIII-8
8.3
Ketentuan Tata Massa Bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan
pada suatu persil/tapak yang dikuasai.
Pengaturan tata massa bangunan mencakup antara lain:
1. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan adalah garis maya pada persil atau tapak sebagai batas
minimum diperkenankannya didirikan bangunan, dihitung dari garis sempadan jalan atau
garis sempadan pagar atau batas persil atau tapak. GSB minimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan keselamatan, risiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan estetika.
Secara sederhana, GSB minimum dapat ditetapkan berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut.
a) Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8m, GSB minimum = rumija;
b) Untuk ruang milik jalan 8m, GSB minimum = rumija + 1 m.
2. Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan adalah pengaturan jarak bebas bangunan yang ditentukan
berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan alami, pertukaran
udara, privacy dan ketinggian bangunan.
3. Ketinggian Bangunan
Ketinggian Bangunan adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari
lantai
dasar
sampai
lantai
tertinggi.
Tinggi
bangunan
ditetapkan
dengan
VIII-9
4. Arsitektural Bangunan
Arsitektural Bangunan adalah tampilan arsitektur yang menjadi ciri dari sebuah bangunan
dan dapat memberikan citra dan karakter tersendiri bagi kawasan. Tampilan aristektur
bangunan ini dapat mencirikan lokalitas dan budaya setempat, namun tetap
memperhatikan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dengan lingkungannya.
8.4
LAPORAN RENCANA
VIII-10
LAPORAN RENCANA
VIII-11
2. Zona perumahan dengan aksesibilitas yang jauh/kurang baik ke jalan raya dan pusat-pusat
kegiatan (umumnya berupa permukiman pedesaan) dan umumnya berada pada jalan-jalan
lingkungan, KLB maksimal yang diijinkan adalah 2 X KDB, yaitu 1.
3. Ketinggian Bangunan maksimum 10 meter (setara dengan 2 lantai)
Kriteria
Aksesibilitas cukup baik ke jalan raya/ke
koridor jalan utama kawasan
Kondisi jalan cukup baik
Berupa permukiman perkotaan
R-4
Aksesibilitas yang jauh/kurang baik ke jalan
raya dan pusat-pusat kegiatan (umumnya
berupa permukiman pedesaan)
Umumnya berada pada jalan-jalan lingkungan
Dapat berupa permukiman pedesaan
Sumber: Hasil Analisis dan Rencana, 2012
KDB Maks
60%
KLB Maks
1,2
KDH Min
40%
50%
40%
GSB
GSSB
GSBB
5 meter
5 meter
2 meter
0 meter
0 meter
2 meter
3 meter
3 meter
3 meter
Selain itu, berlaku juga perhitungan GSB ROW fungsi jalan di depannya sebagai berikut:
1. GSB pada kelas Jalan Arteri Primer adalah minimal 6 meter
2. GSB pada kelas Jalan Kolektor Primer adalah minimal 5 meter;
3. GSB pada kelas Jalan Lokal adalah minimal 4 meter;
LAPORAN RENCANA
VIII-12
Prasarana Minimum
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana minimum di zona perumahan
antara lain sebagai berikut:
1. Jaringan Jalan : Kawasan peruntukan perumahan dan permukiman harus memiliki
prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;
2. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi: Zona Perumahan memiliki ketersediaan jaringan
listrik dan telekomunikasi sesuai dengan tingkat kebutuhan
3. Jaringan Air Bersih : Lokasi perumahan terjangkau oleh pelayanan air bersih dan/atau
tersedia sumber air bersih, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup. Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas
maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/orang/hari
dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;
4. Jaringan Drainase dan Air Limbah : Penyediaan jaringan drainase dan air limbah (termasuk
sistem pengolahannya) dilakukan dalam sistem terpisah dan terintegrasi dengan sistem
jaringan perkotaan. Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Selain itu, setiap
LAPORAN RENCANA
VIII-13
bangunan rumah harus memiliki septictank yang berada di bagian depan kavling dan
berjarak sekurang-kurangnya 10m dari sumber air tanah
5. Sistem Persampahan : Zona Perumahan memiliki ketersediaan sistem persampahan yang
memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan
keindahan lingkungan. Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03-32421994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.
6. Sistem Pembuangan Air Hujan: Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas
tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran
pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5
tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup.
Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03-2453-2002 tentang Tata
Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan dilengkapi
dengan penanaman pohon;
7. Parkir : Setiap bangunan harus menyediakan minimal 1 (satu) tempat parkir
8. Ruang Terbuka Hijau : Menyediakan RTH ataupun ruang terbuka sebagai sarana sosialisasi
masyarakat sesuai dengan standar yang berlaku
9. Fasilitas Fisik atau Utilitas Umum: Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan
perumahan dan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas
umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, dsb) dan fasilitas sosial
(kesehatan, pendidikan, agama). Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan, kesehatan,
sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga, dsb di kawasan peruntukan
permukiman yang disesuaikan dengan jumlah penduduk, luas lantai dan luas lahan
minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan Ketentuan Pemanfaatan Ruang.
LAPORAN RENCANA
VIII-14
PERUMAHAN
GSB Minimum
ATURAN LAIN/TAMBAHAN
Amplop dan Tampilan
Bangunan
Gaya
bangunan:
menerapkan
gaya
arsitektur
yang
berkembang di Kota
Sungai Penuh atau
Kerinci,
baik
mengadopsi maupun
mengelaborasinya
dengan gaya modern
yang
tetap
memperhatikan
keindahan,
dan
keserasian
dengan
lingkungan sekitar.
Warna
bangunan,
bahan
bangunan,
tekstur bangunan tidak
mengikat
(opsional,
kecuali ditentukan lain
jika ada kesepakatan di
daerah)
Lahan pengembangan
perumahan baru 40% 60% dari luas lahan yang
ada,
Kepadatan bangunan
perumahan maksimum
50 bangunan rumah/ha
dan dilengkapi dengan
utilitas umum yang
memadai.
Pada kawasan
perumahan kepadatan
sedang sampai dengan
tinggi, angka KDB dapat
ditetapkan maksimal
40%
Secara sederhana, GSB
minimum dapat
ditetapkan berdasarkan
pertimbangan sebagai
berikut:
untuk ruang milik
jalan (rumija) < 8m,
GSB minimum =
rumija
untuk ruang milik
jalan >= 8m, GSB
minimum = rumija
+1m
LAPORAN RENCANA
VIII-15
LAPORAN RENCANA
VIII-16
b. Zona perdagangan dan jasa yang berada pada pusat-pusat lingkungan, KDB maksimal
yang diijinkan adalah 40%. Bentuk perdagangan dan jasa yang dikembangkan adalah
perdagangan dan jasa skala lingkungan.
Kriteria
KDB Maks
KLB Maks
KDH Min
50%
1.5
40%
40%
0.8
50%
LAPORAN RENCANA
VIII-17
Tabel VIII.6 Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimum Pada Zona Perdagangan dan Jasa
Tipe Bangunan
Luas Persil
GSB
GSSB
GSSB
200 m
1000 m
Perdagangan Deret
5000 m
Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2012
3m
5m
5m
3m
3m
-
2m
3m
2m
Perdagangan Tunggal
LAPORAN RENCANA
VIII-18
c. Sistem Persampahan : Ketersediaan sistem persampahan memperhatikan faktorfaktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan.
d. Sistem Pembuangan Air Hujan: Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai
kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan bebas dari genangan. Saluran
pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah
hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka
maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 032453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;
e. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi: Ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi
sesuai dengan tingkat kebutuhan.
2. Parkir
Parkir dalam persil merupakan kewajiban yang harus disediakan sesuai dengan
pemanfaatan ruang yang diisyaratkan, terutama pada bangunan-bangunan umum seperti
bangunan komersial. Kebutuhan ruang parkir ini harus memadai sehingga seluruh
kendaraan dapat diakomodasi dengan baik dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan sekitarnya. Ketentuan parkir di zona komersial Sungai Penuh adalah:
a. Penyediaan parkir harus terakomodasi dengan baik sesuai dengan standar kebutuhan;
b. Penyediaan parkir pada zona komersial dengan intensitas kegiatan dan pergerakan
yang tinggi seperti pada pusat-pusat pelayanan adalah dengan sistem off street;
c. Parkir dengan sistem on street diijinkan pada Jalan Kolektor 1 dan Jalan Lokal dengan
syarat tidak mengganggu kelancaran sirkulasi kendaraan;
d. Parkir dengan sistem on street pada Jalan Kolektor 2 diijinkan dengan pembatasan
waktu dan tidak mengganggu kelancaran sirkulasi kendaraan;
e. Penataan parkir diintegrasikan dengan jalur pedestrian, jalan masuk dan keluar
kawasan.
3. Jalan dan Kelengkapan Jalan
Ketentuan prasarana jalan dan kelengkapan jalan di zona perdagangan dan jasa adalah:
a. Sistem jaringan jalan harus menunjukkan adanya pola jaringan jalan dan hirarki yang
jelas;
b. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan, dan
ruang terbuka umum;
c. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antarbangunan yang
tidak hanya terbatas dalam Rumija, tetapi juga termasuk untuk penataan elemen
lingkungan, seperti street furniture, tata informasi, dan lain-lain;
d. Penempatan street furniture tidak mengganggu kenyamanan dan kualitas lingkungan;
LAPORAN RENCANA
VIII-19
e. Sistem tata informasi mudah dilihat, tidak menutupi bangunan dan aman bagi
pengguna kawasan;
f.
Ukuran dan kualitas rancangan sistem tata informasi harus mudah dibaca dan terpadu
agar tercipta keserasian serta mengurangi dampak negatif dalam kawasan;
g. Lampu jalan ditempatkan pada jarak maksimum 50 m, sedangkan lampu skala pejalan
kaki pada jarak 20 m;
h. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan
yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian.
VIII-20
Kriteria
KDB Maks
KLB Maks
KDH Min
50%
40%
50%
40%
LAPORAN RENCANA
VIII-21
GSSB untuk bangunan dengan ketinggian >8 meter adalah minimal ( x tinggi
bangunan) - 1 meter;
c. GSBB adalah minimal 2 meter.
2. Jarak Antar Bangunan
Ketentuan jarak antar bangunan di zona fasilitas pelayanan di Kecamatan Sungai Penuh
adalah:
a. Jarak antar bangunan pada satu persil adalah minimum 4 meter dan yang berbeda
persil adalah minimum 6 meter;
b. Bangunan berdampingan tidak sama tinggi, jarak minimal antar bangunan = {(1/2
tinggi bangunan A+1/2 tinggi bangunan B)/2} 1 meter.
3. Ketinggian Bangunan
Terkait dengan tinggi bangunan pada zona fasilitas pelayanan juga mengacu pada
beberapa ketentuan seperti yang diuraikan pada zona sebelumnya, yaitu :
a. Tinggi puncak suatu atap bangunan tidak bertingkat maksimum 8 meter dari lantai
dasar;
b. Tinggi puncak suatu atap bangunan 2 lantai maksimum 12 meter dari lantai dasar;
c. Tinggi puncak suatu atap bangunan 3 lantai maksimum 15 meter dari lantai dasar;
d. Jarak vertikal dari lantai dasar ke lantai di atasnya tidak boleh lebih dari 5 meter,
namun hal ini tidak berlaku untuk bangunan ibadah, gedung olahraga, gedung
serbaguna;
e. Mezzanine yang luasnya >50% dari luas lantai dasar di anggap sebagai lantai penuh.
Untuk zona fasilitas pelayanan di Kecamatan Sungai Penuh, ketinggian bangunan diatur
maksimum 2(dua) lantai, dengan tinggi puncak bangunan maksimum 10 meter dari lantai
dasar.
Prasarana minimum yang harus disediakan di zona fasilitas pelayananantara lain sebagai
berikut.
1. Jaringan Utilitas
a. Jaringan Air Bersih: Prasarana air bersih memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitasnya.
b. Jaringan Drainase dan Air Limbah: Penyediaan jaringan drainase dan air limbah
(termasuk sistem pengolahannya) dilakukan dalam sistem terpisah dan terintegrasi
dengan sistem jaringan perkotaan.
c. Sistem Persampahan: Ketersediaan sistem persampahan memperhatikan faktor-faktor
kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan.
LAPORAN RENCANA
VIII-22
d. Sistem Pembuangan Air Hujan: Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai
kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan bebas dari genangan. Saluran
pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah
hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka
maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 032453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;
e. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi: Ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi
sesuai dengan tingkat kebutuhan.
2. Parkir
Ketentuan parkir di zona pelayanan umum di Kecamatan Sungai Penuh adalah:
a. Penyediaan parkir harus terakomodasi dengan baik sesuai dengan standar kebutuhan,
yaitu minimal 10% dari luas kapling;
b. Penyediaan parkir pada zona pelayanan umum dapat berupa sistem off street ataupun
on street, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan;
c. Parkir dengan sistem on street diijinkan pada Jalan Kolektor 1 dan Jalan Lokal dengan
syarat tidak mengganggu kelancaran sirkulasi kendaraan;
d. Parkir dengan sistem on street pada Jalan Kolektor 2 diijinkan dengan pembatasan
waktu dan tidak mengganggu kelancaran sirkulasi kendaraan;
e. Penataan parkir diintegrasikan dengan jalur pedestrian, jalan masuk dan keluar
kawasan.
Tabel VIII.8 Standar Kebutuhan Parkir Pelayanan Umum
No.
1.
2.
3.
Fasilitas
Bangunan Apotik
Bangunan Praktek dokter
Bangunan Pasar
4.
Bangunan Pertemuan
5.
6.
7.
Bangunan Olahraga
Bangunan Perguruan Tinggi
Sekolah
Satuan
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
1 mobil
LAPORAN RENCANA
VIII-23
Ukuran dan kualitas rancangan sistem tata informasi harus mudah dibaca dan terpadu
agar tercipta keserasian serta mengurangi dampak negatif dalam kawasan;
g. Lampu jalan ditempatkan pada jarak maksimum 50 m, sedangkan lampu skala pejalan
kaki pada jarak 20 m;
h. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan
yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian.
LAPORAN RENCANA
VIII-24
LAPORAN RENCANA
VIII-25
3. Ketinggian Bangunan
Terkait dengan tinggi bangunan pada zona pertahanan dan keamanan juga mengacu pada
beberapa ketentuan seperti yang diuraikan pada zona sebelumnya, yaitu :
a. Tinggi puncak suatu atap bangunan tidak bertingkat maksimum 8 meter dari lantai
dasar;
b. Tinggi puncak suatu atap bangunan 2 lantai maksimum 12 meter dari lantai dasar;
c. Tinggi puncak suatu atap bangunan 3 lantai maksimum 15 meter dari lantai dasar;
d. Jarak vertikal dari lantai dasar ke lantai di atasnya tidak boleh lebih dari 5 meter;
e. Mezzanine yang luasnya >50% dari luas lantai dasar di anggap sebagai lantai penuh.
Untuk zona pemerintahan, pertahanan dan keamanan di Kecamatan Sungai Penuh,
ketinggian bangunan diatur maksimum 2 (dua) lantai, dengan tinggi puncak bangunan
maksimum 12 meter.
Prasarana minimum yang harus disediakan di zona khusus pemerintahan, pertahanan dan
keamanan antara lain sebagai berikut.
1. Jaringan Utilitas
a. Jaringan Air Bersih: Prasarana air bersih memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitasnya.
b. Jaringan Drainase dan Air Limbah: Penyediaan jaringan drainase dan air limbah
(termasuk sistem pengolahannya) dilakukan dalam sistem terpisah dan terintegrasi
dengan sistem jaringan perkotaan.
c. Sistem Persampahan: Ketersediaan sistem persampahan memperhatikan faktor-faktor
kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan.
d. Sistem Pembuangan Air Hujan: Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai
kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan bebas dari genangan. Saluran
pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah
hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka
maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 032453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;
e. Jaringan Listrik dan Telekomunikasi: Ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi
sesuai dengan tingkat kebutuhan.
2. Parkir
Ketentuan parkir di zona khusus pemerintahan, pertahanan dan keamanan di Kecamatan
Sungai Penuh adalah:
a. Penyediaan parkir harus terakomodasi dengan baik sesuai dengan standar kebutuhan,
yaitu minimal 10% dari luas kapling;
LAPORAN RENCANA
VIII-26
b. Penyediaan parkir pada zona khusus pemerintahan, pertahanan dan keamanan dapat
berupa sistem off street ataupun on street, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan;
c. Parkir dengan sistem on street diijinkan pada Jalan Kolektor 1 dan Jalan Lokal dengan
syarat tidak mengganggu kelancaran sirkulasi kendaraan;
d. Parkir dengan sistem on street pada Jalan Kolektor 2 diijinkan dengan pembatasan
waktu dan tidak mengganggu kelancaran sirkulasi kendaraan;
e. Penataan parkir diintegrasikan dengan jalur pedestrian, jalan masuk dan keluar
kawasan.
3. Jalan dan Kelengkapan Jalan
Ketentuan prasarana jalan dan kelengkapan jalan di zona khusus pemerintahan,
pertahanan dan keamanan adalah:
a. Sistem jaringan jalan harus menunjukkan adanya pola jaringan jalan dan hirarki yang
jelas;
b. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan, dan
ruang terbuka umum;
c. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antarbangunan yang
tidak hanya terbatas dalam Rumija, tetapi juga termasuk untuk penataan elemen
lingkungan, seperti street furniture, tata informasi, dan lain-lain;
d. Penempatan street furniture tidak mengganggu kenyamanan dan kualitas lingkungan;
e. Sistem tata informasi mudah dilihat, tidak menutupi bangunan dan aman bagi
pengguna kawasan;
f.
Ukuran dan kualitas rancangan sistem tata informasi harus mudah dibaca dan terpadu
agar tercipta keserasian serta mengurangi dampak negatif dalam kawasan;
g. Lampu jalan ditempatkan pada jarak maksimum 50 m, sedangkan lampu skala pejalan
kaki pada jarak 20 m;
h. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan
yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian.
LAPORAN RENCANA
VIII-27
Kriteria
Berada pada pusat-pusat kegiatan kawasan
dan lingkungan
Aksesibilitas dan kondisi jalan baik
Berada pada jalan kolektor dan jalan raya
utama pada kawasan
LAPORAN RENCANA
KDB Maks
KLB Maks
KDH Min
10%
0.1
80%
0%
100%
VIII-28
8.5
Pengembangan wilayah perkotaan memiliki aspek spasial dan non-spasial yang keduanya
saling terkait dan tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Aspek spasial yang dimaksud dalam
konteks pengembangan wilayah perkotaan di Kecamatan Sungai Penuh adalah pada
pengalokasian ruang, sedangkan aspek non-spasial merujuk pada kegiatan yang akan
dikembangkan dalam ruang-ruang fungsional di wilayah tersebut. Kegiatan-kegiatan ini
diharapkan akan mampu membangkitkan perkembangan kawasan perkotaan secara umum.
Kedua aspek ini merupakan satu kesatuan dimana fungsi-fungsi ruang yang dikembangkan
akan sangat tergantung pada jenis-jenis kegiatan yang di alokasikan di dalamnya.
LAPORAN RENCANA
VIII-29
irigasi
primer,
yang
mempunyai
manfaat
penting
untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Seperti halnya zona sempadan pantai, zona ini
juga merupakan salah satu bentuk dari zona perlindungan setempat.Perlindungan terhadap
sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai. Untuk itu, pada zona ini berlaku ketentuan-ketentuan
penyelenggaraan sebagai berikut.
a. Sifat Penggunaan Ruang
Kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air
sama sekali tidak diperbolehkan;
Pada kawasan sempadan sungai yang belum dibangun, pendirian bangunan tidak
diijinkan (IMB tidak diberikan);
Pada kawasan sempadan sungai yang belum terbangun, masih diperbolehkan kegiatan
pertanian dalam skala kecil dengan jenis tanaman yang diijinkan;
Lebar sempadan pada sungai besar diluar permukiman minimal 100 meter (m) dan
pada anak sungai besar minimal 50 m di kedua sisinya;
Lebar bantaran untuk daerah permukiman adalah cukup untuk dibangun jalan inspeksi
antara 10-15 m;
Lebar sempadan sungai bertanggul diluar daerah pemukiman adalah lebih dari 5 meter
sepanjang kaki tanggul;
LAPORAN RENCANA
VIII-30
Lebar sempadan sungai yang tidak bertanggul diluar permukiman dan lebar sempadan
sungai bertanggul dan tidak bertanggul didaerah permukiman, ditetapkan berdasarkan
pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat berwenang;
c. Ketentuan Tambahan
Beberapa ketentuan tambahan pada zona sempadan sungai antara lain:
Apabila areal sempadan telah terbangun sebelum dikeluarkan ketentuan ini, maka
bangunan atau elemen fisik lainnya dikenakan disinsentif melalui pelarangan izin
pengembangan lebih lebih lanjut, pajak/retribusi yang lebih tinggi, atau mengenakan
denda;
No
01
JENIS KEGIATAN
HUNIAN
1
2
X
X
3
4
5
X
X
X
6
7
8
Rumah Jompo
Tempat Tinggal / Kerja (*production house*)
Panti Perawatan Warga, untuk rehabilitasi kecanduan narkoba
X
X
X
9
02
1
2
3
X
X
X
4
5
X
X
6
7
X
X
LAPORAN RENCANA
VIII-31
No
8
JENIS KEGIATAN
Peralatan dan Pasokan Tanaman dan Pertanian
9
10
X
X
11
12
Pertokoan
Penyaluran grosir
X
X
13
14
15
Supermarket
Minimarket
Pasar tradisional
16
17
Pasar lingkungan
Pusat perbelanjaan/ Mall/ Plaza
X
X
18
19
X
X
20
03
1
Rumah-Komersial-Jasa
JASA KOMERSIAL
Jasa Bangunan
2
3
X
X
4
5
4
Jasa Keuangan
Jasa Perbengkelan & Servis Kendaraan
Jasa Perawatan & Perbaikan/Reparasi
X
X
X
5
6
X
X
7
8
9
Jasa Pemakaman
Jasa Pelayanan Penginapan (Visitors Accomodation)
Jasa Agen Perjalanan/Travel
X
X
X
10
11
Jasa Penyewaan/Rental
Penggunaan Jasa Komersial-Diatur Secara Terpisah
Fasilitas Penitipan Anak
12
13
X
X
14
15
16
X
X
X
04
1
PARIWISATA
Kebun Binatang
2
3
4
X
X
X
Hutan ekowisata
8
9
X
X
10
Cottage
LAPORAN RENCANA
VIII-32
No
11
JENIS KEGIATAN
6
7
Fasilitas Telekomunikasi
Antena Komunikasi Minor
Antena Komunikasi Major
B
B
8
9
Antena Satelit
Transimisi induk, Relay & Distribusi Komunikasi
B
B
10
11
X
X
12
13
14
X
X
X
15
Museum
Sistem Persampahan
16
17
18
TPS
TPA
Pengolahan Sampah/ Limbah
X
X
X
07
1
PERKANTORAN
Bisnis dan Profesional
2
3
4
Pemerintahan
Jasa Perkantoran/ Kantor Pusat Perusahaan/ Perwakilan
Pusat Riset dan Pengembangan IPTEK
X
X
X
5
6
X
X
7
8
Polres/ Polresta
Polsek/ Polsekta
X
X
9
10
11
TNI AU
TNI AD
TNI AL
X
X
X
08
1
PERTANIAN
Pengolahan Hasil Pertanian
2
3
4
Fasilitas Agriculture
Pembenihan Holtikultura & Rumah Kaca
Pergudangan Hasil Panen
X
X
X
5
6
X
X
12
05
1
2
3
4
Penginapan/ losmen
LAPORAN RENCANA
X
X
X
X
VIII-33
No
8
JENIS KEGIATAN
Istal / pemeliharaan kuda pacuan komersial
9
10
11
Tambak
Kolam
Lapangan Penggembalaan
X
X
X
12
13
Pemerahan Susu
Kandang Hewan
X
X
09
1
2
RUANG TERBUKA
Rekreasi Aktif (Taman bermain, theme park, dsb)
Rekreasi Pasif (Taman)
X
I
3
4
I
X
5
10
1
Pemakaman
TRANSPORTASI / PERHUBUNGAN
Lapangan Parkir Umum
2
Halte/ Stasiun Pemberhentian
Sumber: Hasil Rencana, 2012
X
X
: Rumah Kopel
2. R - 3
: Rumah Deret
3. R - 4
: Rumah Kampung
LAPORAN RENCANA
VIII-34
Pada zona perumahan tidak diperbolehkan dibangun industri besar polutan, komersial
skala besar (pusat perbelanjaan/mall, supermarket, dan sebagainya), Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA), dan kawasan pemerintahan dan hankam;
No
JENIS KEGIATAN
ZONA PERMUKIMAN
PEDESAAN (R-D)
01
1
HUNIAN
Unit-unit Hunian Tunggal
2
3
4
X
I
X
5
6
T
I
7
8
9
T
X
X
02
1
2
3
4
X
X
X
5
6
7
X
X
X
LAPORAN RENCANA
VIII-35
No
JENIS KEGIATAN
ZONA PERMUKIMAN
PEDESAAN (R-D)
10
11
12
Toko
Pertokoan
Penyaluran grosir
X
X
X
13
14
Supermarket
Minimarket
X
X
15
16
17
Pasar tradisional
Pasar lingkungan
Pusat perbelanjaan/ Mall/ Plaza
I
I
X
18
19
X
X
20
03
Rumah-Komersial-Jasa
JASA KOMERSIAL
1
2
3
Jasa Bangunan
Jasa Pelayanan Bisnis (fotocopy, percetakan, periklanan, komunikasi)
Jasa Usaha Makanan & Minuman
X
X
X
4
5
Jasa Keuangan
Jasa Perbengkelan & Servis Kendaraan
X
X
4
5
6
X
X
X
7
8
Jasa Pemakaman
Jasa Pelayanan Penginapan (Visitors Accomodation)
X
X
9
10
X
X
11
12
13
X
X
X
14
15
X
X
16
04
1
2
3
X
X
Hutan ekowisata
7
8
9
Hotel
Kondotel (Kondominium hotel)
Homestay
X
X
X
10
11
Cottage
Penginapan/ losmen
X
X
LAPORAN RENCANA
VIII-36
No
JENIS KEGIATAN
ZONA PERMUKIMAN
PEDESAAN (R-D)
12
05
1
2
X
X
6
7
8
X
X
X
10
11
12
I
I
X
13
14
15
Stadion
Teater
Museum
X
X
X
16
Sistem Persampahan
TPS
17
18
06
TPA
Pengolahan Sampah/ Limbah
INDUSTRI
X
X
1
2
Industri Berat
Industri Ringan
X
B
3
4
5
Industri Bahari
Riset & Pengembangan
Terminal/ Pool Truk dan Transportasi
X
X
X
6
7
X
X
3
4
I
X
10
11
12
Polutan
Non Polutan
Mengganggu Transportasi Lingkungan
X
X
X
13
14
15
16
B
X
X
17
18
B
B
07
PERKANTORAN
LAPORAN RENCANA
VIII-37
No
JENIS KEGIATAN
ZONA PERMUKIMAN
PEDESAAN (R-D)
1
2
X
X
3
4
X
X
5
6
Polda
Polwil
X
X
7
8
9
Polres/ Polresta
Polsek/ Polsekta
TNI AU
X
X
X
10
11
08
TNI AD
TNI AL
PERTANIAN
X
X
1
2
T
T
3
4
5
T
T
T
6
7
T
T
8
9
10
T
T
T
11
12
Lapangan Penggembalaan
Pemerahan Susu
T
T
13
09
1
Kandang Hewan
RUANG TERBUKA
Rekreasi Aktif (Taman bermain, theme park, dsb)
T
X
2
3
4
I
I
I
5
10
Pemakaman
TRANSPORTASI / PERHUBUNGAN
1
Lapangan Parkir Umum
2
Halte/ Stasiun Pemberhentian
Sumber: Hasil Rencana, 2012
X
I
Memiliki akses yang baik dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum
Memiliki lebar jalan minimum 3.5 meter dan dapat dilewati pemadam kebakaran
maupun perlindungan sipil;
Memiliki PSU minimal: pelayanan/ sumber air bersih, jaringan drainase dan air limbah
(termasuk sistem pengolahannya), sistem persampahan, jaringan listrik dan
telekomunikasi;
LAPORAN RENCANA
VIII-38
Setiap bangunan rumah harus memiliki septictank yang berada di bagian depan kavling
dan berjarak sekurang-kurangnya 10 m dari sumber air tanah;
Memiliki struktur tanah yang stabil, memiliki kemiringan lahan yang memungkinkan
untuk dibangun, memiliki lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian
produktif;
Status kepemilikan lahan harus jelas, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam
penguasaannya
Luas persil untuk rumah tunggal kecil (dengan asumsi dihuni 3-4 orang) adalah
minimal 150 m dengan lebar bangunan minimal 6 meter;
Luas persil untuk rumah tunggal sedang adalah minimal 200-300 m dengan
lebar bangunan minimal 10 meter;
Luas persil untuk rumah tunggal besar adalah minimal >450 m dengan lebar
bangunan minimal 15 meter.
Untuk bangunan kopel, setiap persil terdiri dari 2 (dua) unit rumah yang salah
satu dindingnya digunakan bersama;
Untuk bangunan deret, setiap persil terdiri dari maksimal 10 (sepuluh) unit
bangunan rumah yang sisi-sisinya tidak mempunyai jarak bebas samping dan
dinding-dindingnya digunakan bersama, kecuali rumah yang berada pada
paling ujung.
Luas persil untuk rumah tinggal deret kecil adalah minimal 150 m dengan
lebar bangunan minimal 6 meter;
LAPORAN RENCANA
VIII-39
d. Ketentuan Tambahan
Beberapa ketentuan tambahan pada zona perumahan antara lain:
Pada zona perdagangan dan jasa tidak diperbolehkan kegiatan industri, pertanian,
Tempat Penampungan Sampah Akhir (TPA);
Kegiatan yang diizinkan untuk dikembangkan, kegiatan yang diijinkan dengan terbatas,
kegiatan yang dikembangkan dengan bersyarat, dan kegiatan yang tidak diijinkan
dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel VIII.12 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Komersial/Perdagangan dan Jasa
No
01
JENIS KEGIATAN
KELURAHAN
LINGKUNGAN
HUNIAN
LAPORAN RENCANA
VIII-40
No
JENIS KEGIATAN
LINGKUNGAN
Rumah Jompo
02
1
KECAMATAN
Warung
10
Toko
11
Pertokoan
12
Penyaluran grosir
13
Supermarket
14
Minimarket
15
Pasar tradisional
16
Pasar lingkungan
17
Penggunaan
Campuran,
dominan Komersial
dengan
fungsi
18
Rumah Toko
19
Rumah Kantor
20
Rumah-Komersial-Jasa
03
JASA KOMERSIAL
I
1
2
Jasa Bangunan
Jasa Pelayanan Bisnis
periklanan, komunikasi)
Jasa Keuangan
Jasa Personal/Konsultasi
Jasa Pemakaman
10
Jasa Penyewaan/Rental
Penggunaan
Terpisah
Jasa
(fotocopy,
percetakan,
Komersial-Diatur
Secara
11
12
13
14
15
16
LAPORAN RENCANA
VIII-41
No
JENIS KEGIATAN
KELURAHAN
LINGKUNGAN
04
PARIWISATA
Kebun Binatang
Resort
Hutan ekowisata
Akomodasi Pariwisata
7
Hotel
10
Homestay
Cottage
11
Penginapan/ losmen
12
05
FASILITAS PELAYANAN
Fasilitas Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, )
Fasilitas Kesehatan ( Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Balai Pengobatan, Posyandu, Tempat
Praktek Dokter, Bidan, Poliklinik, Apotek)
Fasilitas
Pemerintahan
(Kantor
instansi/dinas/badan/lembaga pemerintahan, kantor
desa, kantor BUMN/BUMD, kantor kepolisian, kodim,
koramil)
1
2
Fasilitas Telekomunikasi
6
Antena Satelit
11
Lapangan Olahraga
12
13
Stadion
14
Teater
15
Museum
Sistem Persampahan
16
TPS
17
TPA
18
06
INDUSTRI
Industri Berat
Industri Ringan
Industri Bahari
LAPORAN RENCANA
VIII-42
No
JENIS KEGIATAN
KELURAHAN
LINGKUNGAN
Polutan
11
Non Polutan
12
13
14
15
Pergudangan Tertutup
16
Depo
17
18
07
PERKANTORAN
Pemerintahan
Jasa Perkantoran/
Perwakilan
Kantor
Pusat
Perusahaan/
Polda
Polwil
Polres/ Polresta
Polsek/ Polsekta
TNI AU
10
TNI AD
11
TNI AL
08
PERTANIAN
Fasilitas Agriculture
Tambak
10
Kolam
11
Lapangan Penggembalaan
12
Pemerahan Susu
13
Kandang Hewan
09
RUANG TERBUKA
Pemakaman
10
TRANSPORTASI / PERHUBUNGAN
LAPORAN RENCANA
VIII-43
Memiliki akses yang baik dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum;
Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah,
persampahan, listrik dan telekomunikasi;
Sarana minimal yang harus tersedia adalah WC umum, parkir, fasilitas pejalan kaki,
taman (RTH), lapangan terbuka;
Penyediaan parkir harus terakomodasi dengan baik dan tidak mengganggu kelancaran
arus lalu lintas;
Memiliki struktur tanah yang stabil, memiliki kemiringan lahan yang memungkinkan
dibangun, memiliki lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian
produktif;
Status kepemilikan lahan harus jelas, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam
penguasaannya;
Luas persil minimal untuk komersial tunggal kecil adalah minimal 200 m
d. Ketentuan Tambahan
Beberapa ketentuan tambahan pada zona komersial antara lain:
Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan hunian tersebut telah berada
pada persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
Kegiatan
perdagangan
eceran
(warung,
toko
kelontong,
dan
sebagainya)
LAPORAN RENCANA
VIII-44
Pada zona pelayanan umum tidak diperbolehkan kegiatan industry dan Tempat
Penampungan Sampah Akhir (TPA);
Kegiatan yang diperbolehkan adalah permukiman, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Lapangan Olahraga;
Kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran diperbolehkan terbatas selama tidak
mengubah fungsi utama kawasan;
Kegiatan yang diizinkan untuk dikembangkan, kegiatan yang diijinkan dengan terbatas,
kegiatan yang dikembangkan dengan bersyarat, dan kegiatan yang tidak diijinkan
dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel VIII.13 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Pelayanan Umum
No
JENIS KEGIATAN
KELURAHAN
LINGKUNGAN
01
1
HUNIAN
Unit-unit Hunian Tunggal
2
3
I
I
I
I
I
I
4
5
6
I
I
I
I
I
I
I
I
7
8
I
I
I
I
I
I
9
02
1
2
T
T
T
T
T
T
4
5
T
T
T
T
T
T
6
7
T
T
T
T
T
T
10
11
Toko
Pertokoan
I
I
I
I
T
T
12
Penyaluran grosir
LAPORAN RENCANA
VIII-45
No
JENIS KEGIATAN
LINGKUNGAN
13
Supermarket
14
15
Minimarket
Pasar tradisional
I
I
I
I
I
I
16
17
Pasar lingkungan
Pusat perbelanjaan/ Mall/ Plaza
Penggunaan Campuran, dengan fungsi dominan
Komersial
I
X
I
X
I
X
18
Rumah Toko
19
20
03
Rumah Kantor
Rumah-Komersial-Jasa
JASA KOMERSIAL
I
I
I
I
I
I
1
2
Jasa Bangunan
Jasa Pelayanan Bisnis
periklanan, komunikasi)
T
T
T
T
T
T
3
4
T
T
T
T
I
T
5
4
T
T
T
T
T
T
5
6
7
T
T
T
T
T
T
T
T
T
8
9
T
T
T
T
T
T
10
11
Jasa Penyewaan/Rental
Penggunaan Jasa Komersial-Diatur Secara Terpisah
Fasilitas Penitipan Anak
12
13
14
I
I
I
I
X
I
I
X
I
15
16
I
I
I
I
X
I
04
1
2
PARIWISATA
Kebun Binatang
Fasilitas Rekreasi Swasta
X
X
X
X
X
X
3
4
Resort
Fasilitas olahraga Wisata Alam (skydiving, aero
modelling, surfing, diving, jet skying, dsb)
X
X
X
X
X
X
Hutan ekowisata
8
9
10
I
I
I
I
I
I
X
T
T
11
12
Penginapan/ losmen
Campuran rumah - homestay
I
I
I
I
T
T
05
1
FASILITAS PELAYANAN
Fasilitas Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, )
LAPORAN RENCANA
(fotocopy,
percetakan,
KECAMATAN
VIII-46
No
JENIS KEGIATAN
KELURAHAN
LINGKUNGAN
Fasilitas Telekomunikasi
Antena Komunikasi Minor
7
8
9
B
B
B
B
B
B
B
B
B
10
11
I
I
I
I
I
I
12
13
I
I
I
I
I
T
14
15
Teater
Museum
Sistem Persampahan
I
I
I
I
T
T
16
17
TPS
TPA
B
X
B
X
B
X
18
06
1
2
3
4
Industri Ringan
Industri Bahari
Riset & Pengembangan
X
X
B
B
X
B
B
X
B
6
7
8
X
X
X
B
B
B
B
B
B
10
11
12
13
Non Polutan
Mengganggu Transportasi Lingkungan
Tidak Mengganggu Transportasi Lingkungan
X
X
X
B
X
B
B
X
B
14
X
X
B
B
B
B
15
16
17
Pergudangan Tertutup
Depo
Tempat Penampungan Barang-barang di Ruang
Terbuka
LAPORAN RENCANA
VIII-47
No
JENIS KEGIATAN
18
07
PERKANTORAN
1
2
3
Pusat
Perusahaan/
KECAMATAN
KELURAHAN
LINGKUNGAN
I
I
I
T
T
T
T
T
T
Secara
5
6
7
Polda
Polwil
Polres/ Polresta
I
I
I
T
T
T
T
T
T
8
9
Polsek/ Polsekta
TNI AU
I
I
T
T
T
T
10
11
08
TNI AD
TNI AL
PERTANIAN
I
I
T
T
T
T
1
2
X
X
I
I
I
I
3
4
5
X
X
I
I
I
I
I
I
I
6
7
8
I
I
I
I
I
I
I
I
I
9
10
Tambak
Kolam
I
I
I
I
I
I
11
12
13
Lapangan Penggembalaan
Pemerahan Susu
Kandang Hewan
I
I
I
I
I
I
I
I
I
09
1
RUANG TERBUKA
Rekreasi Aktif (Taman bermain, theme park, dsb)
2
3
4
I
I
I
I
I
I
I
I
I
5
10
Pemakaman
TRANSPORTASI / PERHUBUNGAN
I
I
I
I
I
I
1
Lapangan Parkir Umum
2
Halte/ Stasiun Pemberhentian
Sumber: Hasil Rencana, 2012
Memiliki akses yang baik dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum;
Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah,
persampahan, listrik dan telekomunikasi;
LAPORAN RENCANA
VIII-48
Sarana minimal yang harus tersedia adalah WC umum, parkir, fasilitas pejalan kaki,
taman (RTH), lapangan terbuka;
Beberapa sarana pelayanan umum dapat dibangun secara bergabung dalam satu
lokasi atau bangunan dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara
menyeluruh;
Lokasi tidak berada pada kawasan lindung ataupun kawasan budidaya pertanian/
penyangga;
Status kepemilikan lahan harus jelas agar tidak menimbulkan masalah dalam
penguasaannya.
Luas persil untuk bangunan pelayanan umum dengan lingkup pelayanan hingga
6000 jiwa, adalah minimal 300 m;
Luas persil untuk bangunan pelayanan umum dengan lingkup pelayanan hingga
30.000 jiwa, adalah minimal 1000 m;
d. Ketentuan Tambahan
Beberapa ketentuan tambahan pada zona pelayana umum antara lain:
Khusus untuk fasilitas pelayanan berupa pengolahan sampah dan limbah, berlaku
beberapa aturan tambahan sebagai berikut.
-
Menyediakan buffer yang membatasi area pengolahan sampah dan limbah dengan
zona disekitarnya.
zona
khusus
pemerintahan,
pertahanan
dan
keamanan
berlaku
ketentuan
VIII-49
Kegiatan yang diperbolehkan adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Lapangan
Olahraga;
Kegiatan perdagangan dan jasa, serta pelayanan umum diperbolehkan terbatas selama
tidak mengubah fungsi utama kawasan;
Kegiatan yang diizinkan untuk dikembangkan, kegiatan yang diijinkan dengan terbatas,
kegiatan yang dikembangkan dengan bersyarat, dan kegiatan yang tidak diijinkan
dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel VIII.14 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Pemerintahan, Pertahanan dan
Keamanan
No.
01
JENIS KEGIATAN
HANKAM
I
HUNIAN
Rumah Jompo
02
Warung
10
Toko
11
Pertokoan
12
Penyaluran grosir
13
Supermarket
14
Minimarket
15
Pasar tradisional
16
Pasar lingkungan
17
Rumah Toko
19
Rumah Kantor
LAPORAN RENCANA
VIII-50
No.
JENIS KEGIATAN
20
Rumah-Komersial-Jasa
03
JASA KOMERSIAL
HANKAM
Jasa Bangunan
Jasa Keuangan
Jasa Personal/Konsultasi
Jasa Pemakaman
10
Jasa Penyewaan/Rental
12
13
14
15
16
04
PARIWISATA
Kebun Binatang
Resort
Hutan ekowisata
Akomodasi Pariwisata
7
Hotel
10
Homestay
Cottage
11
Penginapan/ losmen
12
05
FASILITAS PELAYANAN
Fasilitas
Pemerintahan
(Kantor
instansi/dinas/badan/lembaga
pemerintahan, kantor desa, kantor BUMN/BUMD, kantor kepolisian,
kodim, koramil)
Fasilitas Telekomunikasi
6
Antena Satelit
LAPORAN RENCANA
VIII-51
No.
JENIS KEGIATAN
HANKAM
10
11
Lapangan Olahraga
12
13
Stadion
14
Teater
15
Museum
Sistem Persampahan
16
TPS
17
TPA
18
06
INDUSTRI
Industri Berat
Industri Ringan
Industri Bahari
Polutan
11
Non Polutan
12
13
14
15
Pergudangan Tertutup
16
Depo
17
18
07
PERKANTORAN
Pemerintahan
Polda
Polwil
Polres/ Polresta
Polsek/ Polsekta
TNI AU
10
TNI AD
11
TNI AL
08
PERTANIAN
Fasilitas Agriculture
LAPORAN RENCANA
VIII-52
No.
JENIS KEGIATAN
HANKAM
Tambak
10
Kolam
11
Lapangan Penggembalaan
12
Pemerahan Susu
13
Kandang Hewan
09
RUANG TERBUKA
T
Pemakaman
10
TRANSPORTASI / PERHUBUNGAN
Memiliki lokasi yang strategis, akses yang baik dan mudah dijangkau oleh sarana
transportasi umum;
Beberapa bangunan perkantoran pemerintah dapat dibangun dalam satu lokasi atau
komplek (pelayanan satu atap/terpadu) dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan
secara menyeluruh;
Dilengkapi sistem utilitas yang memadai, yaitu jaringan air bersih, drainase, air limbah,
persampahan, listrik dan telekomunikasi;
Sarana minimal yang harus tersedia adalah WC umum, parkir, fasilitas pejalan kaki,
taman (RTH), lapangan terbuka;
Penyediaan parkir terakomodasi dengan baik secara komunal maupun individu tanpa
mengurangi proporsi peruntukan untuk RTH, dan sirkulasinya tidak mengganggu
kelancaran arus jalan;
Memiliki struktur tanah yang stabil, memiliki kemiringan lahan yang memungkinkan
untuk dibangun, memiliki lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian
produktif;
LAPORAN RENCANA
VIII-53
d. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan pada zona khusus pemerintahan, pertahanan dan keamanan adalah
dapat dikembangkan kegiatan lain yang sifatnya mendukung aktivitas perkantoran selama
tidak mengubah alih fungsi kawasan.
Pada zona RTH berupa taman tidak diperbolehkan kegiatan industri, perkantoran,
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS);
Kegiatan yang diperbolehkan pada zona RTH jalur hijau/buffer adalah kegiatan yang
tidak memanfaatkan ruang secara luas, seperti pemasangan iklan/reklame,
Kotael/tiang listrik, dan kegiatan sejenis lainnya, namun dengan syarat-syarat tertentu;
Kegiatan yang diizinkan untuk dikembangkan, kegiatan yang diijinkan dengan terbatas,
kegiatan yang dikembangkan dengan bersyarat, dan kegiatan yang tidak diijinkan
dikembangkan dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel VIII.15 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Zona Ruang Terbuka Hijau
No.
01
JENIS KEGIATAN
ZONA RTH
H-1
H-2
H-4
H-5
HUNIAN
Rumah Jompo
02
LAPORAN RENCANA
VIII-54
No.
JENIS KEGIATAN
ZONA RTH
H-1
H-2
H-4
H-5
Warung
10
Toko
11
Pertokoan
12
Penyaluran grosir
13
Supermarket
14
Minimarket
15
Pasar tradisional
16
Pasar lingkungan
17
Rumah Toko
19
Rumah Kantor
20
Rumah-Komersial-Jasa
03
JASA KOMERSIAL
X
1
2
Jasa Bangunan
Jasa Pelayanan
komunikasi)
Jasa Keuangan
Jasa Personal/Konsultasi
Jasa Pemakaman
10
Jasa Penyewaan/Rental
Bisnis
(fotocopy,
percetakan,
periklanan,
12
13
14
15
16
04
PARIWISATA
Kebun Binatang
Resort
Fasilitas olahraga Wisata Alam (skydiving, aero modelling, surfing,
Hutan ekowisata
Akomodasi Pariwisata
7
Hotel
10
Homestay
Cottage
11
Penginapan/ losmen
12
05
FASILITAS PELAYANAN
LAPORAN RENCANA
VIII-55
No.
JENIS KEGIATAN
ZONA RTH
H-1
H-2
H-4
H-5
Fasilitas Telekomunikasi
6
Antena Satelit
11
Lapangan Olahraga
12
13
Stadion
14
Teater
15
Museum
Sistem Persampahan
16
TPS
17
TPA
18
06
INDUSTRI
Industri Berat
Industri Ringan
Industri Bahari
Polutan
11
Non Polutan
12
13
14
15
Pergudangan Tertutup
16
Depo
17
18
07
PERKANTORAN
Pemerintahan
Polda
Polwil
Polres/ Polresta
LAPORAN RENCANA
VIII-56
No.
JENIS KEGIATAN
ZONA RTH
H-1
H-2
H-4
H-5
Polsek/ Polsekta
TNI AU
10
TNI AD
11
TNI AL
08
PERTANIAN
Fasilitas Agriculture
Tambak
10
Kolam
11
Lapangan Penggembalaan
12
Pemerahan Susu
13
Kandang Hewan
09
RUANG TERBUKA
X
Pemakaman
10
TRANSPORTASI / PERHUBUNGAN
Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas
taman;
Dapat dilengkapi fasilitas rekreasi dan olahraga terbuka yang terbuka untuk
umum;
Penempatan tanaman sebagai jalur hijau antara 20-30% dari ruang milik jalan
(rumija) sesuai dengan kelas jalan;
LAPORAN RENCANA
VIII-57
Greenbelt
Pemilihan vegetasi untuk jalur hijau dapat bersifat peneduh, penyerap polusi
udara, peredam kebisingan, pemecah angin dan pembatas pandang;
Pola tanam vegetasi sebagai greenbelt harus cukup panjang dan cukup tebal agar
dapat melindungi objek dengan baik.
Memiliki struktur tanah yang stabil, memiliki kemiringan lahan yang memungkinkan
untuk dibangun, memiliki lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian
produktif;
Status kepemilikan lahan harus jelas agar tidak menimbulkan masalah dalam
penguasaannya.
d. Ketentuan Tambahan
Pada RTH taman dapat dikembangkan kegiatan lain yang sifatnya mendukung aktivitas
sosial penduduk selama tidak mengubah alih fungsi kawasan;
Kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi RTH harus dicegah perkembangannya, dan
fungsi RTH dikembalikan secara bertahap.
8.6
Perangkat pengendalian pemanfaatan ruang menurut Pasal 35 UU. No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang adalah dapat dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi. Kedudukan pengendalian
pemanfaatan ruang dalam Sistem Penyelenggaraan Penataan Ruang pada UU. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
LAPORAN RENCANA
VIII-58
LAPORAN RENCANA
VIII-59
VIII-60
mengendalikan pertumbuhan yang tidak sejalan dengan arahan perencanaan tata ruang Kota
Sungai Penuh. Pemberian disinsentif diberikan melalui penolakan pemberian perijinan
pembangunan, pembatasan pengadaan sarana dan prasarana pada kawasan yang tidak
diarahkan untuk dibangun yang dilakukan oleh pemerintah.
Perumusan pedoman mekanisme insentif dan disinsentif ini merupakan pedoman awal
pemberian insentif dan disinsentif kepada pihak swasta sebagai pengembang maupun kepada
semua pihak baik masyarakat umum maupun swasta yang terlibat langsung dalam
pembangunan yang dalam perkembangannya sangat memungkinkan untuk dimodifikasi sesuai
kebutuhan. Namun yang terpenting dalam pedoman mekanisme insentif dan disinsentif ini
mempunyai dampak yang menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan,
sehingga dapat merangsang pertumbuhan Kota Sungai Penuh.
Penerapan insentif digunakan untuk mendorong tercapainya perwujudan perkembangan
kawasan perencanaan. Bentuk insentif ini antara lain :
1. Kemudahan pemberian ijin baik dalam administrasi, waktu maupun biaya untuk
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis yang
sudah ditetapkan.
2. Lebih memberi peluang pemanfaatan ruang berfungsi budidaya dengan penyediaan
dukugan sarana maupun prasarana.
3. Kompensasi, imbalan pada masyarakat yang tidak merubah pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan ketentuan kebijakan operasional ini.
Penerapan disinsentif pada kawasan perencanaan digunakan sebagai pengekang terhadap
kecenderungan perubahan pemanfaatan ruang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapan disinsentif, antara lain :
1. Untuk penyesuaian pemanfaatan ruang, dikenakan retribusi sebesar luas tanah
dikalikan harga tanah sesuai NJOP dikalikan indeks (N). Indeks (N) ditentukan
berdasarkan peruntukan lama dan peruntukan baru serta kesesuaian/ketidaksesuiaan
dengan rencana dan tingkat gangguan yang ditimbulkan. Semakin tinggi perubahan
pemanfaatan lahan, semakin tinggi nilai indeks yang dikenakan. Retribusi ini dapat
dikenakan secara progresif, dengan tujuan mengembalikan pemanfaatan ruang sesuai
dengan arahan fungsi utama yang telah ditetapkan.
2. Pembatasan sarana dan prasarana hanya sesuai dengan kebutuhan arahan fungsi
utama. Pembatasan ini bertujuan untuk menghindari perubahan fungsi yang telah
ditetapkan.
3. Kewajiban pengembang untuk menanggung biaya dampak pembangunan.
4. Pengenaan charge pada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan.
LAPORAN RENCANA
VIII-61
5. Tidak dikeluarkannya ijin bagi pembangunan baru yang tidak sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Perangkat insentif untuk pemanfaatan bangunan bertujuan untuk memberikan rangsangan
terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang yang telah ditetapkan
seperti berikut ini :
1. Insentif ketinggian bangunan di dalam suatu blok agar lebih insentif vertikal jika KDB
berkurang.
Ketinggian bangunan dapat diperkenankan lebih tinggi dari ketentuan yang sudah
ditetapkan, apabila batasan KLB tidak dilampaui dan batasan KDB diturunkan pola sifat
lingkungannya, atau sebesar 15 % untuk jenis bangunan tunggal atau 20 % untuk
bangunan rapat/deret. Pelampauan ketinggian tersebut tidak dikenakan retribusi.
2. Insentif pembangunan rumah terstruktur pada peruntukan perumahan dan fasilitasnya.
Terhadap pengadaan dan pembangunan rumah terstruktur diberikan kelonggaran
peningkatan KLB, ketinggian bangunan dan keluwesan penggunaan tanah, tanpa
dikenakan retribusi tambahan selama tidak melanggar ketentuan atas izin yang diberikan
pemerintah kepada pihak pengembang perumahan tersebut.
Sedangkan penerapan disinsentif pemanfaatan bangunan pada Kawasan Perencanaan
digunakan sebagai pengekang terhadap kecenderungan perubahan pemanfaatan maupun
ketentuan bangunan, sebagai berikut :
1. Untuk penurunan/pengendalian nilai KDB, kelebihan terhadap ketentuan KDB, dikenakan
retribusi sebesar selisih antara rencana KDB denga batasan KDB dibagi batasan KDB
dikalikan luas tanah efektif dikalikan harga tanah sesuai dengan NJOP terakhir.
2. Untuk penurunan/pengendalian nilai KLB, kelebihan terhadap ketentuan KLB, dikenakan
retribusi sebesar selisih antara rencana KLB dengan batasan KLB dibagi batasan KLB
dikalikan luas tanah efektif dikalikan harga tanah dengan NJOP terakhir.
3. Untuk penurunan/pengendalian ketinggian bangunan, kelebihan terhadap ketentuan
ketinggian bangunan dikenakan retribusi sebesar jumlah luas lantai pada tambahan
ketinggian bangunan dibagi dengan batasan ketinggian bangunan dibagi batasan KDB
dikalikan harga tanah per m2 berdasarkan NJOP terakhir.
4. Perubahan kegiatan pemanfaatan bangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang ditetapkan dikenakan retribusi dengan tujuan mengembalikan kegiatan bangunan
sesuai dengan fungsi pemanfaatan ruangnya.
5. Pengembang di kawasan perencanaan diwajibkan menanggung biaya dampak
pembangunan
yang
besarnya
ditentukan
berdasarkan
besarnya
dampak
pembangunan/kegiatan pembangunan.
LAPORAN RENCANA
VIII-62
Ekonomi
Fisik
Insentif
Kemudahan izin.
Penghargaan.
Keringanan pajak.
Kompensasi.
Imbalan.
Pola pengelolaan.
Subsidi prasarana.
Bonus/insentif.
TDR.
Ketentuan teknis.
Disinsentif
Perpanjangan prosedur.
Perketat/tambah syarat.
Pajak tinggi
Retribusi tinggi
Denda/charge
Pembatasan prasarana
LAPORAN RENCANA
Guna Lahan
Pengaturan hukum
pemilikan lahan oleh
private.
Pengaturan sertifikasi
tanah.
Amdal.
TDR
Pengaturan perizinan:
Izin prinsip: izin
usaha/tetap
Izin lokasi
Planning permit
Izin gangguan
IMB
Izin penghunian
Obyek
Pelayanan Umum
Kekuatan hukum
untuk mengendalikan
gangguan/pencemaran.
Pengendalian hukum
terhadap kendaraan
dan transportasi.
Pengaturan penyediaan
pelayanan umum oleh
swasta.
Three in one policy.
Prasarana
Amdal
Linkage
Development
exaction
VIII-63
Kelompok
Perangkat/Mekanisme
Insentif dan Disinsentif
Obyek
Pelayanan Umum
Guna Lahan
Prasarana
bangunan (IPB)
Ekonomi/Keuangan
Pajak lahan/PBB.
Pajak pengembangan
lahan.
Pajak balik nama/jual
beli lahan
Retribusi perubahan
guna lahan.
Development
impactfees.
Betterment tax.
Kompensasi.
Pemilikan/pengadaan
Penguasaan lahan oleh
langsung
oleh
pemerintah
pemerintah
Pajak kemacetan.
Pajak pencemaran.
Retribusi perizinan :
Izin prinsip: izin
usaha/tetap
Izin lokasi
Planning permit
Izin gangguan
IMB
Izin penghunian
bangunan (IPB)
User charge atas
pelayanan umum
Subsidi untuk
pengadaan pelayanan
umum
Subsidi untuk
pengadaan pelayanan
umum oleh
pemerintah atau
swasta.
User
charge/tool for
plan.
Initial cost for
land
consolidation
Pengadaan pelayanan
umum oleh
pemerintah (air
bersih),
pengumpulan/pengola
han sampah, air kotor,
listrik telepon,
angkutan umum.
Kegiatan penertiban dapat dilakukan secara langsung melalui penegakan hukum yang
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
penertiban tidak langsung melalui pengenaan disinsentif pemanfaatan ruang melalui
pengenaan retribusi secara progresif atau membatasi penyediaan sarana dan prasarana dasar
lingkungannya. Pengenaan sanksi dapat berupa sanksi administratif, sanksi pidana maupun
sanksi perdata. Pengenaan sanksi diawali terlebih dahulu dengan peringatan/teguran kepada
aktor pembangunan yang dalam pelaksanaan pembangunannya tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang dikeluarkan.
1. Sanksi Administrasi
Dapat berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan hak. Sanksi ini dikenakan atas
pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program
pemanfaatan ruang. Sanksi administratif merupakan sanksi yang dikenakan terlebih
LAPORAN RENCANA
VIII-64
Teguran
Pemecatan
Denda
Mutasi
Masyarakat
Teguran
Pencabutan izin
Penghentian pembangunan
Pembongkaran
Sanksi tersebut diberi batas waktu pelaksanaan terutama untuk putusan yang
membutuhkan waktu seperti pembongkaran atau pelaksanaan administrasi. Apabila
sampai batas waktu yang telah ditentukan sudah terlampaui, sanksi administrasi belum
dilaksanakan, maka pemerintah berhak mengajukan kasus ke lembaga peradilan.
2. Sanksi Perdata
Dapat berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti rugi. Sanksi ini dikenakan
atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang,
kelompok orang atau badan hukum. Sanksi perdata dapat berupa ganti rugi, pemulihan
keadaan atau perintah dan pelanggaran melakukan suatu perbuatan.
3. Sanksi Pidana
Dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran
penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum. Sanksi pidana dapat
berupa kurungan, denda dan perampasan barang.
LAPORAN RENCANA
VIII-65
Pemantauan
Pemantauan ini dimaksudkan untuk menemukenali permasalahan yang terjadi untuk segera
dibahas sebagai bahan perbaikan dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan.
Pemantauan ini merupakan suatu kegiatan memonitor dan atau mengawasi pemanfaatan
ruang di Pusat Kota Sungai Penuh dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi. Kegiatan
ini juga berguna untuk memonitor dan mengawasi setiap usulan atau pengajuan pemanfaatan
ruang atau dengan proses perijinan pemanfaatan ruang di Pusat Kota Sungai Penuh. Pada
tahap awal, kegiatan pemantauan dapat dilakukan melalui proses perijinan lokasi.
Pemantauan pemanfaatan ruang ini juga mencakup kegiatan mengumpulkan dan
memperbaharui (up dating) data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan masukanmasukan bagi peninjauan kembali atau evaluasi RDTR Kawasan yang dilakukan setiap 5 (lima)
tahun sekali. Pemantauan pemanfaatan ruang dilakukan melalui penciptaan dan
pengembangan suatu sistem data base yang terkoordinir baik dalam suatu unit pusat data
dan jaringannya untuk terus-menerus memonitor pemanfaatan ruang dan perubahanperubahan yang terjadi. Secara bertahap kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Sistem Informasi Geografis (GIS).
Pelaporan
Untuk mendukung terlaksananya kegiatan pemantauan di atas maka perlu disusun suatu
bentuk sistem pelaporan antara instansi dan saluran informasi serta pusat pemantauan dan
pemrosesan data yang disesuaikan dengan kondisi daerah dengan memanfaatkan dan
mengefektifkan kelembagaan pemerintah daerah yang telah ada.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi perlu dilakukan berdasarkan pemasukan dari pemantauan dan pelaporan,
untuk menghasilkan umpan balik yang dibutuhkan untuk penyempurnaan rencana tata ruang
yang sedang berjalan maupun masukan bagi pembuatan rencana baru atau penjabaran ke
dalam rencana yang lebih rinci.
Penertiban
Kemungkinan pelaksanaan rencana tidak sesuai dengan yang diinginkan atau terjadi
penyimpangan-penyimpangan
dari
rencana
tata
ruang
yang
telah
direncanakan.
Penyimpangan pemanfaatan ruang dapat berupa penyimpangan fungsi peruntukan, lokasi dan
luas peruntukan, persyaratan teknis bangunan, administrasi perijinan dan bentuk-bentuk
pemanfaatan ruang yang lainnya. Penertiban penataan ruang adalah identik denga Ketentuan
Sanksi yang telah diuraikan.
LAPORAN RENCANA
VIII-66