You are on page 1of 9

ACARA 1 Pengenalan Fosil

No. Urut
:5
No. Peraga
: 1964
Family
: Nummulitesidae
Genus
: Nummulites
Spesies
: Nummulites millecaput BOUBBE
Proses Pemfosilan
: Mineralisasi
Bentuk
: Plate
Komposisi Kimia
: Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur
: Eosen Tengah
L.P
: Laut Dangkal
Keterangan
: Fosil ini termasuk dalam family Nummulitesidae, genus
Nummulites, dan spesies Nummulites millecaput BOUBBE. Adapun bagianbagian tubuh yang masih bisa diamati dalam fosil ini berupa : Test (bagian Tubuh
keseluruhan dari fosil), Endoderm (bagian dalam fosil) Eksoderm (bagian luar
fosil).
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin. Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut
tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan
sehingga organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Organisme ini lalu
mengalami proses petrifikasi, berupa proses mineralisasi, yaitu penggantian
seluruh mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Karena
material-material sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang
tertimbun semakin besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk
lapisan sedimen. Selama berada dalam lapisan sedimen bagian dari organisme
yang tidak resisten terhadap pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral

atau material-material sedimen yang lebih resisten. Organisme ini lalu mengalami
proses litifikasi yang merupakan perubahan organisme menjadi batu oleh adanya
bahan-bahan seperti silika, kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu
masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati
sehingga menjadi keras/membatu dan menjadi fosil.
Proses pemunculan fosil ke permukaan di pengaruhi oleh gaya endogen
dan mengalami pengangkatan. Gaya endogen yang bekerja membuat lapisan
sedimen yang berada dibawah terangkat melalui proses-proses tektonik.
Kemudian dibantu dengan adanya gaya eksogen berupa air hujan atau angin yang
membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam
lapisan batuan tersingkap ke permukaan dan dikenali sebagai fosil.
Bentuk tubuh dari fosil ini adalah plate yang merupakan bentuk fosil yang
menyerupai piring. Fosil ini bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang
menandakan bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO3).
Dilihat
dari
komposisi
kimianya
fosil
ini
memiliki
lingkungan pengendapan berada pada daerah laut dangkal. Berdasarkan Skala
Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman eosen tengah (55-50 juta tahun).
Adapun kegunaan dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan
pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, menentukan
lingkungan pengendapan, dan menentukan top dan bottom.
Referensi:
1. Asisten; 2013. Buku Praktikum Paleontologi. Unhas: Makassar.
2. Tabel Skala Waktu Geologi

ASISTEN

PRAKTIKAN

( ASRI RAHMAN AGRI )


KANTU)

(RICHY JOHANIS

No. Urut
:6
No. Peraga
: 157
Family
: Porpitesidae
Genus
: Porpites
Spesies
: Porpites porpital
Proses Pemfosilan
: Mineralisasi
Bentuk
: Discoidal
Komposisi Kimia
: Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur
: Silur Tengah
L.P
: Laut Dangkal
Keterangan
: Fosil ini termasuk dalam family Porpitesidae, genus
Porpites, dan spesiesPorpites porpital. Adapun bagian-bagian tubuh yang masih
bisa diamati dalam fosil ini berupa : Test adalah bagian keseluruhan dari tubuh
fosil, tentakel adalah garis pembatas, Oral disk, Oral opening tempat masuknya air
dan zat-zat makanan, Endoderm bagian dalam fosil dan Eksoderm bagian luar
fosil.
Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian
mengalami transportasi pada daerah cekungan sedimen oleh media geologi berupa
air, es maupun angin. Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut
tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan
sehingga organisme tersebut terhindar dari makhluk pemangsa. Organisme ini lalu
mengalami proses petrifikasi, berupa proses mineralisasi, yaitu penggantian
seluruh mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Karena
material-material sedimen semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang

tertimbun semakin besar sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk


lapisan sedimen. Selama berada dalam lapisan sedimen bagian dari organisme
yang tidak resisten terhadap pelapukan tergantikan oleh mineral-mineral
atau material-material sedimen yang lebih resisten. Organisme ini lalu mengalami
proses litifikasi yang merupakan perubahan organisme menjadi batu oleh adanya
bahan-bahan seperti silika, kalsium karbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu
masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati
sehingga menjadi keras/membatu dan menjadi fosil.
Proses pemunculan fosil ke permukaan di pengaruhi oleh gaya endogen
dan mengalami pengangkatan. Gaya endogen yang bekerja membuat lapisan
sedimen yang berada dibawah terangkat melalui proses-proses tektonik.
Kemudian dibantu dengan adanya gaya eksogen berupa air hujan atau angin yang
membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam
lapisan batuan tersingkap ke permukaan dan dikenali sebagai fosil.
Bentuk tubuh dari fosil ini adalah plate yang merupakan bentuk fosil yang
menyerupai piring. Fosil ini bereaksi ketika ditetesi larutan HCl, yang
menandakan bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO3).
Dilihat
dari
komposisi
kimianya
fosil
ini
memiliki
lingkungan pengendapan berada pada daerah laut dangkal. Berdasarkan Skala
Waktu Geologi fosil ini hidup pada zaman eosen tengah (55-50 juta tahun).
Adapun kegunaan dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya
kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu batuan,
menentukan lingkungan pengendapan, dan menentukan top dan bottom.
Referensi:
1. Asisten; 2013. Buku Praktikum Paleontologi. Unhas: Makassar.
2. Anonim, http://en.wikipedia.org/wiki/porpitesporpital, diakses pada tanggal 13
Maret 2013, pukul 19.45 wita.
3. Tabel Skala Waktu Geologi

ASISTEN
( ASRI RAHMAN AGRI )
KANTU)

PRAKTIKAN
(RICHY JOHANIS

No. Urut
:7
No. Peraga
: 1977
Family
: Conusidae
Genus
: Conus
Spesies
: Conus brocchi BRONN
Proses Pemfosilan
: Permineralisasi
Bentuk
: Conical
Komposisi Kimia
: CaCO3 (Karbonat)
Umur
: Pliosen Atas
L.P
: Laut Dangkal
Keterangan
: Fosil dengan nomor sampel 1553 ini merupakan family
Conusidae, genus Conus dan merupakan spesies Conus brochi BRONN.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lain-

lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama tertransportasi


material yang lebih resisten terhadap pelapukan akan tergantikan dengan material
yang lebih resisten. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih
rendah yang relatif kedudukannya berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah
tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat
menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja, sehingga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami
leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan
oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Pada saat
yang bersamaan terjadi sisa tubuh organisme yang terperangkap pada material
sedimen telah berubah menjadi fosil melalui Proses pemfosilan yaitu
Permineralisasi, Permineralisasi adalah penggantian sebagian mineral pada tubuh
fosil. Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian Setelah kompaksi
terjadi proses sementasi, Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi, Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen, yang pada akihirnya telah menjadi fosil. Namun karena
mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat langsung
dilihat. Kemudian terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang terkait
didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan
sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut, Melalui proses up
lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut/sea level change, meskipun
telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap. Proses
eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil
terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Fosil ini memilki bentuk Konikal, dimana bentuknya Konical merupakan
bentuk fosil yang menyerupai kerucut yang diameternya dari bawah ke atas
semakin. Adapun bagianbagian fosil yang masih dapat diamati antara lain : test
(bagian keseluruhan dari tubuh fosil), Aperture (mulut bagian atas pada tubuh
fosil), Umbo (tempat keluarnya kotoran), Umbilicous (kamar pertama dari fosil
tersebut), Grotline (berupa garis hitam yang terdapat pada badan fosil dengan
kenampakan yang tidak terlalu jelas), Beak (ujung dari tempat keluarnya kotoran).

Fosil ini bereaksi ketika ditetesi larutan HCL 0,1 M, sehingga dapat
diketahui bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO3), dan
berdasarkan komposisi kimianya fosil ini dapat diketahui lingkungan
pengendapannya berada pada laut dangkal.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur
secara relatif , fosil ini tergolong dalam zaman Pliosen Atas atau sekitar 3,2-1,5
juta tahun yang lalu.
Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti adanya
kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu
batuan,menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Dengan fosil tersebut kita dapat
mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.
REFERENSI:
1. Asisten Paleontologi 2011/2012. 2012. Penuntun Praktikum Paleontologi
2011/2012. Makassar: Laboratorium Paleontologi Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. www.artidefinisi.com/definisi/paleontologi
3. www.wikipedia.com/ Conus

No. Urut
No. Peraga
Family
Genus
Spesies

:8
: 1553
: Neocrassinanidae
: Neocrassina
: Neocrassina obliqua (LAM)

Proses Pemfosilan
: Internal Mold
Bentuk
: Bikonveks
Komposisi Kimia
: Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur
: Jura Tengah
L.P
: Laut Dangkal
Keterangan
: Fosil dengan nomor sampel 1553 ini merupakan family
Neocrassinidae, genus Neocrassina dan merupakan spesies Neocrassina obliqua.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air, angin, dan lainlain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama tertransportasi
material yang lebih resisten terhadap pelapukan akan tergantikan dengan material
yang lebih resisten. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih
rendah yang relatif kedudukannya berupa cekungan. Setelah itu akan
terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, Lapisan tersebut lama kelamaan akan bertambah
tebal yang mengakibatkan faktor luar berupa sinar matahari tidak dapat
menembus lapisan tersebut dan faktor dalam berupa bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja, sehingga mempermudah proses pemfosilan yang sebelumnya mengalami
leaching yakni proses pencucian fosil dan terjadi pergantian secara keseluruhan
oleh mineral yang lebih resisten berupa mineral karbonat (CaCO3). Pada saat
yang bersamaan terjadi sisa tubuh organisme yang terperangkap pada material
sedimen telah berubah menjadi fosil melalui Proses pemfosilan yaitu Internal
Mold, Internal Mold adalah organisme yang mati bagian dalam dari organisme itu
(rongga) menjadi fosil, dimana rongga tersebut terisi oleh zat kapur, silika, dan
besi oksida. Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami
pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian Setelah
kompaksi terjadi proses sementasi, Sementasi adalah proses melengketnya
material-material sedimen dalam waktu yang lama fosil yang telah mengalami
sementasi lama kelamaan mengalami proses litifikasi, Proses litifikasi
adalah proses pembatuan material sedimen, yang pada akihirnya telah menjadi
fosil. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak dapat
langsung dilihat. Kemudian terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen
yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut, Melalui
proses up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut/sea level change,
meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.

Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi
fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Fosil ini memilki bentuk Bikonveks, dimana bentuknya seperti sebuah
kerang yang saling menutup satu sama lain. Adapun bagianbagian fosil yang
masih dapat diamati antara lain : test (bagian keseluruhan dari tubuh
fosil), Aperture (mulut bagian atas pada tubuh fosil), Umbo (tempat keluarnya
kotoran), Umbilicous (kamar pertama dari fosil tersebut), Grotline (berupa garis
hitam yang terdapat pada badan fosil dengan kenampakan yang tidak terlalu
jelas), Beak (ujung dari tempat keluarnya kotoran).
Setelah di tetesi HCl fosil ini bereaksi, sehingga dapat diketahui bahwa
komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO3), dan berdasarkan
komposisi kimianya fosil ini dapat diketahui lingkungan pengendapannya berada
pada laut dangkal. Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau
penarikan umur secara relatif , fosil ini tergolong dalam zaman Jurasi tengah
atau sekitar 180-141 juta tahun yang lalu.
Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti adanya
kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu
batuan,menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Dengan fosil tersebut kita dapat
mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.
REFERENSI:
1. Asisten Paleontologi 2011/2012. 2012. Penuntun Praktikum Paleontologi
2011/2012. Makassar: Laboratorium Paleontologi Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

You might also like