Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
1.1
Identitas Penderita
Nama penderita
: MA
Jenis kelamin
: laki-laki
Umur
: 2 tahun
Berat badan
: 17 kg
Anak Ke
:5
Tanggal Pemeriksaan
: 7 November 2014
Nomor CM
: 1-02-58-65
Nama
: Tn. M Yunus
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat
IBU
Nama
: Ny.
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat
1.2
: Aceh Utara
: Aceh Utara
Anamnesa
Kiriman dari
: RSUD Bireuen
Dengan diagnosa
: Retinoblastoma
Anamnesis dengan
: Orang Tua
1. Keluhan Utama
: mata membesar
2. Keluhan Tambahan : mata merah
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD Zainoel Abidin dengan rujukan dari ahli mata
RSU Fauziah Bireuen dengan diagnosa Retinoblastoma sinistra diantar oleh orang
tuanya dengan keluhan mata kiri semakin lama semakin membesar sejak 2
minggu yang lalu.
awalnya pasien mengeluhkan mata kiri merah sejak 2 bulan yang lalu,
mata merah yang dirasakan terus menerus, dan memberat sejak 2 minggu. pasien
juga mengeluhkan mata berair terus menerus tanpa disertai kotoran mata.
sebelumnya, pasien sudah berobat ke klinik ahli mata dan diberi obat tetes
mata, tetapi keluhan yang dialami pasien semakin memberat
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat diare berulang disangkal
4. Riwayat Kehamilan, Kelahiran, dan Tumbuh kembang
5. Riwayat imunisasi
: Tidak lengkap
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan Gizi
Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
1. Warna
: Sawo matang
2. Turgor
: Kembali lambat
3. Sianosis
: Tidak ada
4. Ikterus
: Tidak ada
5. Oedema
: Tidak ada
6. Anemia
: Tidak ada
b. Kepala
1. Rambut
2. Wajah
3. Mata
: Serumen (-/-)
5. Hidung
6. MulutBibir
c. Leher
1. Inspeksi
: Simetris
Jantung
e. Abdomen
1. Inspeksi
3. Perkusi
4. Auskultasi
f. Genitalia
: Tidak diperiksa
g. Anus
: Tidak diperiksa
i. Kelenjar Limfe
j. Ekstremitas
: Akral hangat
Sianosi
s
Oedem
a
Fraktur
1.5
Superior
Kanan
Kiri
Inferior
Kanan
Kiri
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hitung jenis :
Eosinofil
Basofil
Netrofil segmen
Hasil
Nilai Normal
11,9 g/dL
36 %
4,7.104/mm3
19,7.103/mm3
391.103U/L
10,5-12,9 g/dL
53-63 %
4,4-5,8.104/mm3
5,0-19,5.103/mm3
150-450.103U/L
0%
0%
71%
0-6%
0-2%
50-70%
Limfosit
Monosit
Kimia Klinik
Hati & Empedu
Protein Total
Albumin
Globulin
Elektrolit
Natrium ( Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
B.
Pemeriksaan Radiologi
Foto Abdomen 2 Posisi
21%
8%
20-40%
2-8%
3,8 g/dL
2,20 g/dL
1,60 g/dL
117 mg/dL
137 mmol/L
2,7 mmol/L
109 mmol/L
6,4-8,3 g/dL
3,5-5,2 g/dL
<200 mg/dL
135-145 mmol/L
3,5-4,5 mmol/L
90-110 mmol/L
10
LLD :
Tampak step ladder
Tak tampak udara bebas di kavum abdomen
Kesimpulan: Suspect ileus obstruksi
USG
1. USG GINJAL
USG Ren kanan dan kiri:
Ren dextra : Ukuran normal, intensitas echo baik, tak tampak batu, system
pelviocalyceal normal, tak tampak kista atau massa, batas sinus
cortex baik.
Ren sinistra : Ukuran normal intensitas echo baik, tak tampak batu, system
pelviocalyceal normal, tak tampak kista atau massa, batas sinus
cortex baik.
Kesimpulan : USG ginjal normal
2. USG HEPAR/GB/LIEN
USG hepar/GB/Lien :
Hepar
11
GB
Lien
Tampak dilatasi di usus dengan gambaran doughnut sign serta sosis sign di
iliaca dextra
Kesimpulan : GB/Hepar/Lien normal, Suspect invaginasi di iliocolocolical
3. USG PANCREAS/SYSTEM BILIER
USG pancreas dan system bilier :
Pancreas
: Ileus Obstruksi
Terapi
NGT
12
1.9
Catheter
Edukasi
Penjelasan mengenai keadaan pasien dan penjelasan mengenai faktor yang
Prognosa
Qou ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Intususepsi adalah proses dimana suatu segmen usus bagian proksimal
13
serta
memerlukan
penanganan
segera
karena
misdiagnosis
atau
14
musim panas,
dan
pertengahan
musim
dingin.
Berdasarkan
penelitian
Anatomi Abdomen
2.1.1
Regio Abdomen
1. Hypochondrica sin/dex
15
2. Epigastrica
3. Umbilicalis
4. Para umbilicalis sin/dex
5. Hypogastrica
6. Inguinalis sin / dex
16
2.1.2
peritoneum viscerale
1. Gaster
2. Jejenum
3. Ileum
4. Lien
5. Hepar
6. Colon sigmoid
2.1.3
Organ retroperitoneal
Hanya sebagian/tidak ada permukaan nya yang diselimuti oleh peritoneum
viscerale
1. Pancreas
2. Duodenum
3. Colon ascenden
4. Colon Descenden
5. Ren
GASTER
o
17
Gerakan peristaltik
Tekanan organ lain
Gerakan respirasi
Postur tubuh
o
INTESTINUM TENNUE
18
.
Beda Jejenum dan Ileum
Jejenum
Mempunyai Mesenterium
Ileum
Lebih panjang ( 2 - 2,5 m) dari
lengkap
25-35 mm
makin sempit
Berkelok-kelok, berada di
bawah Colon Transversum,
Mempunyai mesenterium
lengkap
Haustra ( mengantong )
19
RECTUM
Sepertiga Proximal sisi anterior & sepertiga tengah sisi bgn depan
20
dibungkus Peritoneum
Panjang 13 cm
ANUS
2.2
Definisi Intususepsi
Intususepsi adalah proses dimana suatu segmen usus bagian proksimal
Epidemiologi
Estimasi insidensi akurat dari intususepsi tidak tersedia untuk sebagian
besar negara berkembang, demikian juga di banyak negara maju. Di Asia dalam
hal ini Taiwan dan Cina, dilaporkan insidens dari intususepsi adalah 0,77 per 1000
kelahiran hidup. Di India, angka kejadiannya dilaporkan berkisar 1,9-54,4 per
tahun. Tidak ada data yang menyebutkan tentang insidensi per kelahiran hidup. Di
Malaysia lebih kurang 10,4 bayi dan anak dirawat di RS Umum Kuala Lumpur
karena intususepsi per tahun. Di Indonesia, angka kejadian intususepsi di RS
21
wilayah pedesaan dan perkotaan didapatkan angka yang berbeda, yaitu masingmasing 5,8 dan 17,2 per tahun. Irish (2011) menyebutkan insiden intususepsi
adalah 1,5-4 kasus per 1000 kelahiran hidup. Intususepsi umumnya ditemukan
pada anak-anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun dengan
bertambahnya usia anak. Di Asia, insiden puncak antara usia 4-8 bulan.3,4,10
Umumnya intususepsi ditemukan lebih sering pada anak laki-laki. Di
Afrika, tepatnya di Tunisia, rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah 8:1. Di
Asia, rasio perbandingannya adalah 9:1. Di Timur Tengah, perbandingan antara
laki-laki dan perempuan berkisar antara 1,4:1 sampai 4:1.4
Berdasarkan keterkaitan kejadian intususepsi dengan musim, didapatkan
hasil penelitian yang bervariasi di masing-masing wilayah di dunia. Intususepsi
dilaporkan sebagai suatu kejadian musiman dengan puncak pada musim semi,
musim panas, dan pertengahan musim dingin. Periode ini berhubungan dengan
puncak munculnya gastroenteritis musiman dan infeksi saluran napas atas. Di
Asia, salah satunya Thailand insidens intususepsi meningkat antara bulan
September dan Januari dan kemudian April. Peningkatan ini bersamaan dengan
musim dingin dan panas yang merupakan puncak dari insidens infeksi saluran
napas atas dan gastroenteritis. Di Malaysia tidak ditemukan adanya perbedaan
musim terkait dengan intususepsi.3,4
2.4
Etiologi 11
Etiologi dari intususepsi terbagi menjadi 2, yaitu idiopatik dan kausal
1. Idiopatik
22
tidak
dijumpai
sebagai infantile
penyebab
idiophatic
yang
spesifik
intussusceptions(13).
sehingga
digolongkan
Kepustakaan
lain
23
paling utama, diikuti dengan polip seperti peutz-jeghers syndrom, dan duplikasi
intestinal. Lead point lain diantaranya lymphangiectasias, perdarahan submukosa
dengan Henoch-Schnlein purpura, trichobezoars dengan Rapunzel syndrome,
caseating granulomas yang berhubungan dengan tuberkulosis abdominal.
Intususepsi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul
setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus,
disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas
dan hipoksia lokal.
2.5
Patogenesis
Patogenesis
dari
intususepsi
diyakini
akibat
sekunder
dari
ileocaecal.
Penelitian
lain
telah
mendemonstrasikan
bahwa
24
25
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3-12 bulan, dimana pada saat itu
terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan
ini dicurigai sebagai penyebab terjadi intususepsi. Intususepsi kadang-kadang
terjadi setelah/selama enteritis akut, sehingga dicurigai akibat peningkatan
peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata ditemukan
kuman rotavirus menjadi agen penyebabnya, dimana pengamatan 30 kasus
intususepsi bayi ditemukan virus ini dalam feses sebanyak 37%. Pada beberapa
penelitian terakhir ini didapati peninggian insidens adenovirus dalam feses
penderita intususepsi.11
2.7
Jenis Intususepsi
Jenis intususepsi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus mana
yang terlibat, pada ileum dikenal sebagai jenis ileo-ileal.Pada kolon dikenal
dengan jenis colo-colica dan sekitar ileo-caecal disebut ileocaecal, jenis-jenis
yang disebutkan di atas dikenal dengan intususepsi tunggal dimana dindingnya
terdiri dari tiga lapisan.
Jika dijumpai dinding yang terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada
keadaan yang lebih lanjut disebut jenis intususepsi ganda, sebagai contoh adalah
jenis ileo-ileo-colica atau colo-colica. Suwandi J.Wijayanto E. di Semarang
selama 3 tahun (1981-1983) pada pengamatannya mendapatkan jenis intususepsi
sebagai berikut: Ileo-ileal 25%, ileo-colica 22,5%, ileo-ileo-colica 50% dan colocolica 22,5%.
26
Gambaran klinis
Secara klasik perjalanan suatu intususepsi memperlihatkan gambaran
sebagai berikut:
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang
baik, tiba-tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas,
penderita tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut
seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Di luar serangan, anak/bayi
27
kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses intususepsi.
Serangan nyeri perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu 15-20 menit
dengan lama serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu
diikuti dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung.3,11
Sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga,
maka di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai
datang serangan kembali. Proses intususepsi pada mulanya belum terjadi
gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses
biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya
berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses. BAB darah dan lendir (red
currant jelly stool) baru dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang pertama
kali, kadang-kadang sesudah 12 jam. BAB darah lendir ini bervariasi jumlahnya
dari kasus per kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan colok
dubur.
28
29
aliran pembuluh darah arteri. Pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis
usus, gangren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Pada pemeriksaan colok dubur didapati :
tidak khas. Tanda-tanda obstruksi usus baru timbul dalam beberapa hari. Pada
penderita ini tidak jelas tanda adanya sakit berat. Pada defekasi tidak ada darah.
Intususepsi dapat mengalami prolaps melewati anus. Hal ini mungkin disebabkan
pada pasien malnutrisi, memiliki tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak
cepat timbul.
2.9
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis intususepsi didasarkan pada anamnesis,
30
31
Level 3 Possible:
-
2.10Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium11,12
32
45%
untuk
menegakkan
diagnosis
intususepsi
sehingga
33
Intussusception, tampilan foto polos abdomen dengan posisi left side down
decubitus meningkatkan kemampuan untuk diagnosis atau menyingkirkan
intususepsi.8,13
Gambar 2.6 Foto polos abdomen; tampak bayangan massa (tanda panah)
merupakan bagian usus yang masuk ke lumen usus proksimal
Gambar 2.7 Foto polos abdomen tampak adanya Hearing Bone Appearance
34
Gambar 2.8 Gambaran foto polos abdomen anak usia 3 tahun dengan intususepsi
pada caecum. Posisi decubitus memperlihatkan colon ascenden lebih jelas (tanda
panah). Setelah dikonfirmasi dengan barium enema, maka anak ini diketahui
mengalami intususepsi caecal
35
Barium enema
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan
bila gejala-gejala klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak
gambaran cupping,coiled spring appearance.
36
Gambar 2.11 (a) Gambaran radiologi target sign (b) pseudokidney sign pada USG
37
Gambar 2.12 (A). Irisan melintang dan (B), irisan memanjang dari invaginasi
pada USG
CT Scan
Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan gambaran klasik
seperti pada USG yaitu target sign. Intususepsi temporer dari usus halus dapat
terlihat pada CT maupun USG, dimana sebagian besar kasus ini secara klinis tidak
signifikan.
38
2.11
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Pada bayi maupun anak yang dicurigai intususepsi atau invaginasi,
39
40
41
(maksimum 120 mmHg) dan diikuti dengan fluoroskopi. Kolum udara akan
berhenti pada bagian intususepsi, dan dilakukan sebuah foto polos.
3. Jika tidak terdapat intususepsi atau reduksinya berhasil, udara akan teramati
melewati usus kecil dengan cepat. Foto lain selanjutnya dibuat pada sesi ini,
dan udara akan dikeluarkan duluan sebelum kateter dilepas.
4. Untuk
melengkapi
prosedur
ini,
foto
post
reduksi
(supine
Tindakan Operatif
Apabila diagnosis intususepsi yang telah dikonfirmasi oleh x-ray,
mengalami kegagalan dengan terapi reduksi hidrostatik maupun pneumatik,
ataupun ada bukti nyata akan peritonitis difusa, maka penanganan operatif harus
segera dilakukan.
2.12
Komplikasi
Intususepsi dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Komplikasi lain
yang dapat terjadi adalah dehidrasi dan aspirasi dari emesis yang terjadi. Iskemia
dan nekrosis usus dapat menyebabkan perforasi dan sepsis. Nekrosis yang
signifikan pada usus dapat menyebabkan komplikasi yang berhubungan
dengan short bowel syndrome. Meskipun diterapi dengan reduksi operatif
42
maupun radiografik, striktur dapat muncul dalam 4-8 minggu pada usus yang
terlibat.
2.13Prognosis
Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anakanak sekarang jarang di negara maju. Sebaliknya, kematian terkait dengan
intususepsi tetap tinggi di beberapa negara berkembang. Pasien di negara
berkembang cenderung untuk datang ke pusat kesehatan terlambat, yaitu lebih
dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah,
reseksi usus dan mortalitas lebih tinggi.
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat
dalam kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya
gejala daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama.
Angka rekurensi dari intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif masingmasing rata-rata 5% dan 1-4%.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Blanco FC. Intussusception. Medscape Reference [serial online] 2012 Jan
13
[disitasi
tanggal
2013
Des
25];
dapat
diakses
pada
URL: http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview#showall
2. Fallan ME. Intussusception in Pediatric Surgery, Ashcraft KW, Holder TM
(eds). 4th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 2005.
3. Irish MS. Pediatric intussusception surgery. Medscape Reference [serial
online] 2011 Apr 14 [disitasi pada 2013 Des 25]; dapat diakses pada :
URL: http://emedicine.medscape.com/article/937730-overview#showall
4. Bines J, Ivanoff B. Acute Intussusception in Infants and Children:
Incidence, Clinical Presentation and Management: A Global Perspective.
Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2002.
5. Boudville IC, Phua KB, Quak SH, Lee BW, Han HH, Verstraeten T, et al.
The epidemiology of Paediatric Inturssusception in Singapore: 1997 to
2004. Ann Acad Med Singapore 2006;35:674-9.e
6. Ekenze SO, Mgbor SO. Childhood intussusception: The implications of
delayed presentation. Afr J Paediatr Surg 2011;8:15-8.
7. Van Heek NT, Aronson DC, Halimun EM, Soewarno R, Molenaar JC, Vos
A. Intussusception in a tropical country: comparison among patient
populations
in
Jakarta,
Jogyakarta,
and
Amsterdam.
Pediatr
44