Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Daging sering diolah untuk
meningkatkan nilai ekonomis, selera
konsumsi masyarakat, dan masa simpan
melalui penganekaragaman produk
seperti bakso. Daging ayam sangat
berpotensi
untuk
diolah
karena
mengandung protein yang tinggi dan
termasuk daging putih yang memiliki
kandungan
kolesterol
rendah,
mempunyai marbling yang cukup dan
jaringan lemak yang sedikit serta
harganya
relatif
lebih
murah
dibandingkan daging sapi. Menurut
Holland, Welch, Unwin, Buss, Paul, &
Southgate (1997), daging ayam bagian
dada tanpa kulit per 100 gram
mengandung 74,2 gram air, 24,0 gram
protein dan 1,1 gram lemak. Istilah
bakso biasanya diikuti dengan nama
jenis dagingnya, seperti bakso sapi atau
bakso ayam.
Bakso merupakan salah satu
produk olahan yang sangat populer di
masyarakat. Bakso adalah produk
pangan yang terbuat dari bahan utama
daging yang dihaluskan, dicampur
dengan tepung tapioka, bawang putih,
merica, dan garam dapur, setelah itu
dibentuk bulat-bulat dengan manual atau
alat dengan ukuran seperti kelereng
yang dimasak dalam air panas. Kualitas
bakso ditentukan oleh bahan mentahnya
terutama jenis dan mutu daging, jenis
tepung
yang
digunakan
serta
perbandingannya di dalam adonan.
Tepung tapioka merupakan
salah satu bahan yang digunakan dalam
pembuatan bakso yang berguna untuk
memperbaiki tekstur produk, karena
memiliki tingkat elastisitas yang tinggi
dan dapat mencegah agar bakso tidak
berkeriput dan berlubang seperti poripori, tetapi tidak bisa cepat masak pada
suhu
rendah.
Wibowo
(2009)
mengatakan bahwa penggunaan tepung
6)
7)
Variabel Penelitian
Variabel yang diukur dalam
penelitian ini adalah uji kualitas fisik
(pH, WHC dan TPC)
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis
dengan metode analisis sidik ragam dan
apabila ada perbedaan yang
nyata
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan (UJBD) (Yitnosumarto,1993).
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh tingkat konsentrasi larutan
chitosan dan lama penyimpanan
terhadap pH bakso daging ayam
Hasil
analisis
ragam
menunjukkan bahwa interaksi antara
tingkat konsentrasi larutan chitosan dan
lama penyimpanan pada pembuatan
bakso daging ayam tidak memberikan
perbedaan pengaruh yang nyata
(P>0,05) terhadap pH bakso daging
ayam, sedangkan pada penggunaan
larutan
chitosan
dengan
tingkat
konsentrasi yang berbeda memberikan
perbedaan pengaruh yang sangat nyata
(P<0,01) dan lama penyimpanan yang
berbeda
memberikan
perbedaan
Tabel1. Rata-rata pH bakso dengan perlakuan tingkat konsentrasi larutan chitosan dan
lama penyimpanan
Lama Penyimpanan (Jam)
Kons. Chitosan
Rata-rataSD
(%)
0
24
48
0
6,430,06
6,300,00
6,300,10
6,34p0,07
3
6,200,00
6,130,06
6,130,06
6,16q0,04
6
6,030,11
6,100,10
5,970,06
6,03r0,06
a
b
c
Rata-rata
6,22 0,20
6,18 0,11
6,13 0,16
Keterangan: superskrip yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan tingkat konsentrasi
larutan chitosan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata
(P<0,01 ) dan lama penyimpanan memberikan perbedaan pengaruh yang
nyata (P<0,05) terhadap pH bakso daging ayam.
Interaksi yang tidak nyata antara
reaktif sehingga pH bakso akan semakin
tingkat konsentrasi larutan chitosan dan
rendah. Chitosan juga merupakan
lama penyimpanan yang terjadi pada
polikation bermuatan positif yang sangat
nilai pH bakso daging ayam disebabkan
kuat sehingga mampu mengikat muatan
peningkatan konsentrasi larutan chitosan
negatif dari senyawa lain. Kondisi pH
menunjukkan kecenderungan penurunan
yang
semakin
menurun
juga
pH dan
semakin lama
waktu
dikarenakan adanya pelarut asam asetat.
penyimpanan
juga
menunjukkan
Asam asetat cair adalah pelarut protiotik
kecenderungan
penurunan
pH.
hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
Penurunan pH akibat dua faktor tersebut
etanol. Asam asetat memiliki konstanta
juga cenderung sama sehingga apabila
dielektrik yang sedang yaitu 6,2 dan pH
digambar, grafik kedua faktor tersebut
2,4 sehingga bisa melarutkan baik
tidak akan pernah bertemu.
senyawa polar seperi garam anorganik
Pengukuran pH sangat penting
dan gula maupun senyawa nonpolar
karena dapat menentukan kerusakan
seperti minyak serta unsur-unsur seperti
makanan
yang
disebabkan
oleh
sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur
mikroorganisme. Nilai pH sangat
dengan mudah dengan pelarut polar atau
berpengaruh terhadap daya simpan
nonpolar lainnya seperti air, kloroform
produk olahan daging. Tabel 1.
dan heksana. Sifat kelarutan dan
menunjukkan bahwa semakin tinggi
kemudahan bercampur dari asam asetat
konsentrasi chitosan maka pH bakso
ini membuatnya digunakan sebagai
semakin menurun secara sangat nyata
pelarut chitosan yang baik.
yaitu dari pH 6,34 menjadi 6,03.
Ornum (2005) menyatakan
Penurunan pH bakso disebabkan
chitosan dapat larut dalam beberapa
chitosan mengandung gugus amino
larutan asam organik tetapi tidak larut
dalam rantai karbonnya. Semakin
dalam pelarut organik. Chitosan tidak
banyak gugus amino dalam rantai
larut dalam air, larutan basa kuat dan
karbonnya maka chitosan akan semakin
larutan yang mengandung konsentrasi
Tabel 3. Rata-rata TPC bakso daging ayam dalam log cfu/g dengan perlakuan tingkat
konsentrasi larutan chitosan dan lama penyimpanan
Lama Penyimpanan (Jam)
Kons. Chitosan
Rata-rataSD
(%)
0
24
48
0
5,220,65
7,410,66
7,810,51
6,801,54
3
4,780,07
6,780,05
7,770,10
6,451,39
6
4,790,27
6,670,11
7,650,04
6,311,45
b
a
a
Rata-rata
4,93 0,25
6,95 0,98
7,69 0,76
Keterangan: superskrip yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan
memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap TPC
bakso daging ayam.
Interaksi yang tidak nyata antara
mikroorganismenya juga akan semakin
tingkat konsentrasi larutan chitosan dan
turun. pH bakso daging ayam yang
lama penyimpanan yang terjadi pada
semakin rendah dibanding pH normal
nilai TPC bakso daging ayam
akan
mampu
menghambat
dan
disebabkan peningkatan konsentrasi
mencegah
pertumbuhan
dari
larutan
chitosan
menunjukkan
mikroorganisme karena mikroorganisme
kecenderungan
penurunan
TPC
tidak dapat tumbuh pada pH yang tidak
meskipun tidak nyata dan lama
mendukung siklus hidupnya, semakin
penyimpanan
juga
menunjukkan
rendah pH yang tercipta akibat semakin
peningkatan TPC secara nyata sehingga
tingginya konsentrasi chitosan akan
kedua faktor tersebut tidak ada interaksi
semakin banyak mikroorganisme yang
yang sangat nyata.
terhambat pertumbuhannya. Dampak pH
Tabel 3. menunjukkan bahwa
rendah terhadap kualitas bakso akibat
perlakuan perendaman bakso daging
semakin tingginya konsentrasi chitosan
ayam dalam larutan chitosan dapat
yang diberikan yaitu bakso akan lebih
menurunkan TPC bakso daging ayam
awet
karena
dapat menghambat
secara nyata. Hal ini disebabkan
pertumbuhan mikroorganisme.
chitosan memiliki polikation bermuatan
Tabel 3. menunjukkan bahwa
positif yang mampu menghambat
lama penyimpanan bakso menyebabkan
pertumbuhan bakteri dan kapang. Selain
jumlah mikroorganisme semakin tinggi
itu, chitosan juga mengandung enzim
secara sangat nyata. Pertumbuhan
lysosim dan gugus aminopolysacharida
bakteri pada lama penyimpanan 24 jam
yang mampu menghambat pertumbuhan
untuk bakso yang direndam dalam
mikroba.
Penambahan
konsentrasi
chitosan memiliki jumlah mikroba yang
larutan chitosan dalam air rendaman
lebih kecil dibandingkan dengan kontrol
bakso juga akan membuat tingkat
pada lama penyimpanan yang sama
keasaman pada bakso semakin tinggi
yaitu 24 jam, hal ini diduga akibat
yang ditunjukkan dengan kondisi pH
adanya
chitosan
yang
mampu
yeng rendah yang akan mempengaruhi
menghambat pertumbuhan bakteri dan
TPC bakso.
membuktikan bahwa chitosan mampu
Shank, Siliker dan Harper
melindungi bakso. Peningkatan jumlah
(1999) menambahkan bahwa pemberian
mikroba kemudian meningkat pada lama
konsentrasi chitosan yang semakin
penyimpanan 48 jam sehingga dapat
tinggi akan menurunkan pH bakso
dibuktikan bahwa penambahan chitosan
daging
ayam
maka
jumlah
belum
mampu
mempertahankan