You are on page 1of 9

ACARA II.

PENGAMATAN SUHU UDARA PADA LAHAN KEBUN


CAMPUR, TEGALAN, SAWAH DAN RUMPUT GAJAH

A. TUJUAN
Tujuan praktikum acara II, yaitu:
1. Mengetahui suhu udara di atas (kedalaman 0,05m, ketinggian 1,2 m dan 2
m) lahan sawah, tagalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
2. Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan
minimum di atas (kedalaman 0,05 m, ketinggi 1,2 dan 2,0 m) lahan sawah,
tagalan, kebun campur dan kebun rumput.

B. BAHAN DAN ALAT


Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan suhu udara, antara
lain; borang pengamatan suhu udara, alat pencatat, dan lahan sawah, tegalan,
kebun campur dan kebun rumput gajah.
Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan suhu udara, antara lain;
termometer, sangkar cuaca (semacam), alat tulis, dan lembar pengamatan

C. CARA KERJA
Cara kerja pada praktikum ini adalah
1. Disiapkan semacam sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan
lahan.

2. Diletakan (digantungkan) termometer digantungkan pada sangkar cuaca


pada masing-masing penggunaan lahan pada ketinggian 120 dan 200 cm.
Dihindarkan termometer terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
3. Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari pada lembar pengamatan.
4. Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu
x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan
minimun.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. HASIL (TERLAMPIR)
2. PEMBAHASAN
Kebun campur memiliki suhu terendah 210 pada kedalaman 5cm jam 10
malam, sedangkan suhu maksimumnya 32,50 C terjadi pukul 13.00 pada
ketinggian 120cm. Kebun campur memiliki bentuk vegetasi yang cukup beragam
dan vegetasi didominasi tanaman berkayu yang memiliki ketinggian lebih dari
10m hal tersebut seperti dikatakan Santoso (1999) yang menjelaskan bahwa fluks
radiasi matahari sangat mempengaruhi kenaikan suhu suatu lahan. Pepohonan
tinggi menghalangi radiasi matahari mencapai permukaan tanah sehingga suhu
pada ketinggian sampai 200cm yang diukur merupakan area naungan yang minim
radiasi yang mengakibatkan peningkatan suhu tidak signifikan. Hal ini dibuktikan
dengan bentuk grafik suhu harian yang garisnya lebih halus dan cenderung datar.
Pengamatan lahan tegalan menunjukan adanya signifikansi antara suhu
minimim dan maksimumya yaitu 210 C dan 390 C. Minimnya vegetasi pada lahan
tegalan merupakan faktor yang menyebabkan kenaikan dan penurunan suhu.
Menurut Lakitan (1994) pada vegetasi yang kurang rapat maka kelembaban udara
yang tercipta akan rendah yang mmbuat udara bersifat kering. Udara yang kering
dan radiasi matahari yang tinggi diperoleh lahan akan membuat suhu lebih
fluktuatif hal tersebut karena radiasi matahari tidak memiliki faktor penghambat.
Ini diperkuat dengan munculnya suhu maksimum dan minimum pada ke empat
lahan berada di lahan tegalan dan bentuk grafik yang fluktuatif.

Berdasar pengamatan suhu udara lahan sawah menunjukan suhu terendah


210 C dan suhu tertinggi 390 C. Suhu maksimum dan minimum lahan sawah
hampir sama hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Kartasapetra (1993) yang
menitik beratkan faktor vegetasi yang berpengaruh pada kenaikan suhu udara
suatu lahan yang mana lahan sawah dan tegalan lokasi praktikum memiliki
kesamaan dalam hal bentuk vegetasi. Vegetasi lahan sawah tanaman berupa padi
yang rendah dan tegalan yang bervegetasi rumput renggang dengan tinggi kurang
dari 2 meter

menyebabkan kurang berpengaruh terhadap hambatan radiasi

matahari. Sedangkan distribusi suhu harian yang berbeda menurut Hardjowigeno


(2005) lebih disebabkan perbedaan kelembaban udara lahan sawah yang tinggi
karena tersedia air yang menguap pada siang hari dan membentuk uap air yang
dapat memengaruhi suhu udara.
Berdasarkan pengamatan suhu udara lahan rumput gajah suhu minimum
dan maksimum yang diperoleh adalah 230 C dan 390 C. Suhu minimum yang
masih tinggi menunjukan pengaruh populasi rumput gajah yang rapat yang
berpengaruh terhadap kestabilan suhu. Hal ini disebabkan oleh kelembaban yang
tinggi sebagai akibat dari rapatnya vegetasi dan ketinggian tanaman yang rata-rata
2m. Vegetasi tersebut sangat ideal untuk membentuk kelembaban yang dapat
menghambat

penurunan

ataupun

kenaikan

suhu

udara

yang

drastis(Cambers,1987). Suhu maksimum yang mencapai 390 C disebabkan tidak


adanya naungan terhadap udara lahan sehingga suhu maksimum dapat dicapai.
Pengamatan suhu udara pada lahan sawah, tegalan, kebun campur dan
lahan rumput gajah kali ini dilakukan di belakang kampus Biologi Universitas

Jendral Soedirman pada lahan sawah, tegalan, kebun campur dan rumput gajah.
Hasil pengamatan pada masing-masing lahan menunjukkan suhu udara setiap jam
selama 3 hari. Berdasarkan pengamatan suhu udara lahan sawah menunjukkan,
suhu udara maksimum pada ketinggian 120cm terjadi pada hari pertama pukul
11.00 WIB di lahan tegalan yaitu 370 C dan suhu minimumnya terjadi pada hari
pertama pukul 04.00 WIB di lahan tegalan yaitu 210 C. Kaemudian pada
ketinggian 200cm diperoleh hasil suhu maksimum terjadi pada pukul 11.00 di
lahan rumput gajah yaitu 390 C dan suhu minimumnya terjadi pada pukul 22.00
WIB di kebun campur yaitu 210 C. Data tersebut berarti pengaruh ketinggian
sangat berpengaruh dimana pada ketinggian yang lebih tinggi yaitu 200cm suhu
maksimumnya mencapai 390 C jika dibandingkan dengan ketinggian 120cm yang
hanya mencapai suhu 370 C sedangkan suhu minimumnya 210 C terukur pada
ketinggian 120cm pada lahan kebun campur dan 200cm pada lahan tegalan. Suhu
minimum yang terjadi pada kedua ketinggian relatif sama hal ini menurut
Daljoeni (1986) disebabkan oleh ketinggian tempat pengukuran dari permukaan
laut yang relatif sama yang menyebkan batas bawah suhu yang konstan karena
suhu terendah tidak dipengaruhi oleh radiasi matahari, faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah bentuk vegetasi dan panas laten yang pengaruhnya sangat
sedikit. Kondisi suhu maksimum pada lahan tegalan

yang tanahnya bersifat

kering dan terbuka serta minim vegetasi menurut Santoso (1999) suhu tinggi
diakibatkan oleh penerimaan fluks radiasi matahari yang tinggi yang masuk ke
lantai lahan sehingga suhu cenderung tinggi. Adanya perbedaan ini juga
disebutkan oleh Chambers (1978) bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau

irama antara siang dan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan
menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang
keluar.
Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu
permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan
kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari
yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi
cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara
diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi
mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi
radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan
pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam
hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah
diperoleh, mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca
mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena
intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang
sehingga

mempengaruhi

panas

bumi

dan

mempengaruhi

radiasi

bumi

mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan pada saat cuaca cerah dan
tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang (Bourke, 1968).
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi atau fluktuasi suhu menurut
Daljoeni, (1986) antara lain:
a.Intensitas cahaya atau jumlah radiasi yang diterima bumi,
b. Sudut datang reaksi,

c.Jenis permukaan,
d. Warna permukaan,
e.Struktur permukaan serta bentuk vegetasi,
f. Pengaruh ketinggian tempat,
g. Angin, dan
h. Panas laten.

E. SIMPULAN

1. Suhu udara sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, bentuk vegetasi


dan tingkat pencahayaan matahari.
2. Suhu udara minimum selama tiga hari pengamatan pada lahan kebun
campur, tegalan, sawah dan rumput gajah yang diamati adalah sebesar
21 oC sedangkan suhu maksimumnya sebesar 39 oC.

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Lakitan. 1994. Dasar-dasar Klimatologi . PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Bourke,

P.M.A.

1968.

Introductoin

the

Aims

of

Agrometeorologi

in

Agroklimatological Metthods. Proc, Of Reading Stmposium, UNESCO.

Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian


Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Daldjoeni, N. 1986. Pokok-Pokok Klimatologi. Alumni, Bandung.


Hardjowigeno, S dan M.L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayumedia Publishing,
Malang.

Kartasapoetra, E.G. 1993. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan


Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Santosa, I.1999. Iklim Mikro Hutan. Dalam Y. Kusmaryono, Impron, dan Y.


Gugiarto (eds): Kapita Selekta Agroklimatilogi, 187-198. Jurusan
Geofisika dan Meteorologi, Fak. Matematika dan IPA, IPB, Bogor.

You might also like