You are on page 1of 10

Pengemasan Pangan:

You dont get second chance

to

make

a first

impression

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Oleh Purwiyatno Hariyadi.PhD


Pemimpin Redaksi FOODREVIEW INDONESIA,
dan Direktur Southeast Asian Food Science
and Technology (SEAFAST) Center, Institut
Pertanian Bogor

Telah sejak jaman pra-sejarah


manusia menggunakan pengemas
untuk berbagai kebutuhan hidupnya.
Bahkan penggunaan daun untuk
keperluan pengemasan yang banyak
dilakukan pada jaman dulu masih
tetap banyak digunakan pada saat ini.
Pada praktek industri pangan
modern, pengemasan merupakan

Bahan Mentah

diidentifikasi dengan baik,


sehingga upaya penjaminan
mutu produk sampai produk
tersebut diterima dan
dikonsumsi konsumen bisa
dicapai.
Secara umum, faktor-faktor utama
yang perlu diperhatikan dapat
dikelompokkan dalam (i) bahan
,baku, (ii) pengolahan, (iii)
pengemasan, dan penyimpanan,
distribusi dan (iv) penjajaan.
Pengemasan mempunyai peranan
sangat penting dalam melindungi
produk yang dikemas. Karena itu,
pemilihan bahan pengemas yang
tepat serta proses pengemasan
yang baik sangat penting untuk
menentukan masa kadaluwarsa

mutu rendah
penanganan sembarangan, dll

Proses Pengolahan yang jelek


sanitasi kurang baik
praktek pengolahan kurang baik. dll

Pengemasan yang tidak baik


pemilihan pengemas salah
proses pengemasan kurang baik, dll

Penyimpanan/distribusi/ display
kurang baik

Produk
Akhir

pengendalian suhu tidak baik


pengendalian kelembaban kurang
penanganan tidak baik, dll

Gambar I. Faktor-faktor kritis yang berpengaruh


pada penurunan mutu produk pangan.

banyak fungsi dan manfaat; yang satu


dengan yang lain sangat berhubungan.
Namun demikian, fungsi utamanya
adalah mengendalikan interaksi antara
produk pangan dengan lingkungan
eksternalnya (lihat Gambar 2). Perlu
diingat bahwa dalam melaksanakan
fungsinya tersebut, bahan pengemas
itu sendiri (terutama pengemas
primer) juga harus berinteraksi dengan
bahan pangan. Karena itu, pemilihan
bahan pengemas harus dilakukan
secara tepat, dengan memperhatikan
interaksi antara bahan pangan, bahan
pengemas dan lingkungannya. Dengan
demikian kerusakan bahan pangan bisa
dikendalikan dengan baik pula.

produk pangan yang dikemas.


Fungsi pengemasan pangan

Pada dasarnya, fungsi utama


kemasan adalah sebagai wadah. Bisa
dibayangkan betapa repotnya
industri harus menangani susu jika
tidak dilakukan pengemasan. Lebih
dari itu, sesungguhnya pengemasan
produk pangan mempunyai

Secara umum, kemasan pangan juga


berfungsi melindungi produk pangan
yang dikemas, baik terhadap kerusakan
fisik (benturan, gesekan, goresan, dan
lain-lain) maupun kerusakan kimia
(karena bereaksi dengan oksigen dan
air) dari lingkungan Kemasan pangan
juga berfungsi mencegah terjadinya
kontaminasi: baik kontaminasi karena
mikroorganisme, serangga, binatang

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

faktor penting dalam


upaya meminimalkan atau
mengendalikan proses
penurunan mutu suatu produk
pangan. Laju perubahan
(umumnya penurunan) mutu
produk pangan dipengaruhi
oleh banyak faktor mulai dari
kondisi bahan baku sampai
pada kondisi penyimpanan
dan penjajaannya (Gambar
I). Dalam upaya mengelola
mutu produk pangan,
kesemua faktor-faktor ini perlu

Bahan mentah berkualitas rendah

DIREKTORi 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Sejarah perjalanan pengemasan

Pra-sejarah

Penggunaan kulit binatang, daun, dan kulit kayu digunakan sebagai bahan
pengemas

10,000 SM

Penggunaan pertama kali wadah dari tanah liat (keramik), di Jepang.

100 SM

Penggunaaan pertama kali gelas wadah dalam bentuk tabung (dengan cara
peniupan gelas), di Yunani.

Pra 1800

Penggunaan pertama kali karung, kotak dan drum kayu (barrels) sebagai
wadah untuk transportasi dan penyimpanan produk curah.

1809

Penggunaan pertama kali wadah dari gelas yang bersifat kedap udara (air
tight) sebagai hasil kompetisi yang dilakukan oleh Napoleon.

1840

Penggunaan secara massal kaleng (metal cans) yang bersifat kedap udara.

1852

Penemuan mesin pembuat kantong kertas (paper bags) dilaporkan di


Amerika.

1894

Pembotolan pertama kali Coca-Cola.

1907

Penemuan pertama plastik komesial, Bakelite.

1920's

Cellophane mulai digunakan untuk pengemasan, terutama untuk


pembungkusan permen. Pertama kali keripik kentang dijual dalam kaleng
untuk mempertahankan kerenyahannya.

1923

Ditemukannya karton dan kertas dengan lapisan lilin yang bisa digunakan
untuk pengemasan produk beku.

1933

Polietilen ditemukan oleh perusahaan Inggris, ICI.

1933

Kaleng bir pertama kali dipatenkan, dan tutup aluminium foil pertama kali
digunakan untuk menutup botol susu.

1940s

Aerosol mulai populer digunakan. Plastik diperkenalkan sebagai bahan


pengemas.

1950s

Kantong plastik polietilen mulai menemukan penggunaan secara luas.

1967

Teknik pembukaan kaleng dengan sistem ring pull openers" mulai


diperkenalkan.

1970s

Barcodes mulai diperkenalkan dan diaplikasikan pada pengemas dan banyak


aneka jenis plastik dikembangkan dan digunakan sebagai bahan pengemas,
termasuk botol PET untuk minuman berkabonasi.

1980s

Pertumbuhan "convenience food packaging, termasuk pengemas yang


khusus didisain untuk pemanasan gelombang mikro (microwaves heating)
mulai bermunculan.

1990-2000s

Pengembangan active dan intelegent packaging.

Bahan
Pangan

Permeasi,
pertukaran
gas/uap/volatil

Lingkungan
eksternal

lain-lain.

(suhu, kadar
air/kelembaba
n, [CO,], [O,],
intensitas
cahaya, dll)

Kemasan juga berfungsi


sebagai media untuk
berkomunikasi dan
memberikan informasi

kepada konsumen;
terutama melalui
Gambar 2. Berbagai interaksi antara bahan pangan,
pelabelan yang
pengemas dan lingkungannya selama penyimpanan
baik. Pada pelabelan
yang dicetak atau
ditempelkan pada
pengerat; ataupun bahan-bahan kimia
kemasan produk pangan; produsen
pada produk pangan yang dikemas.
dan konsumen bisa berkomunikasi
Kemasan juga diperlukan untuk
mengenai indentitas produk, instruksi
membantu konsumen dalam
penyimpanan
dan penyiapannya,
penanganan produk, baik dalam
penyataan mengenai ingridien
transportasi, penyimpanan, maupun
yang digunakan, informasi gizi dan
penggunaannya. Dengan pengemasan
keterangan lain yang perlu (atau
yang baik, produk lebih mudah
bahkan
harus) diketahui oleh konsumen
ditransportasikan, mudah dilakukan
tentang
produk yang dikemas.
loading dan unloading, mudah
dijajakan, dan sebagainya. Dalam
Di samping itu, peranan pengemasan
era dimana konsumen mempunyai
penting sekali dalam pemasaran produk.
kesadaran yang makin tinggi terhadap
Seorang pemasar mengerti betul arti
kelestarian lingkungan, maka pengaruh
kalimat you don't get second chance
produksi, penggunaan dan pembuangan
to make a first impression. Kesan
bahan pengamas terhadap lingkungan
pertama yang diterima oleh konsumen
menjadi faktor yang tidak boleh
terhadap
suatu produk adalah melalu
dilupakan dalam memilih bahan
kemasan.
Itu sebabnya, kemasan perlu
pengemas.
dipilih dan didisain untuk memberikan
ukuran dan bentuk agar mudah diDengan kemasan yang tepat, industri
"handle, disimpan dan dijajakan di
bisa pula mengatur produk pangan
ruangjaja supermarket. Kemasan harus
dalam satuan-satuan atau kelompokdipilih dan didisain untuk memenuhi
kelopok produk tertentu, misalnya
nilai-nilai estetika yang sesuai dengan
telur dalam satuan lusin, minuman
produk yang dikemas, dengan ilustrasi
kaleng dalam satuan 6 kaleng, dan

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Bahan Pengemas

Lingkungan internal
(suhu, kadar air/kelembaban,
[CO,], [OJ,
intensitas cahaya, dll)

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Memilih bahan pengemas


Paling tidak ada lima faktor penting yang harus diperhatikan dalam memilih bahan
pengemas. Kelima faktor itu yakni:
1. Faktor keamanan (faktor interaksi antara bahan pengemas dan bahan pangan):

Tidak mengandung komponen beracun (bersifat nontoxic),

Tidak mengandung komponen yang bersifat tidak baik, haram, dan Iainlain

Mempunyai kesesuaian (compatibility) dengan bahan pangan yang


dikemas atau tidak
2. Faktor perlindungan (faktor interaksi dengan lingkungan luar):

Perlindungan terhadap kontaminasi mikro organisme

Perlindungan terhadap kerusakan oksidasi: sifat transmisi terhadap


oksigen, sifat transmisi sinar UV

Perlindungan terhadap kerusakan karena penyerapan/kehilangan air: sifat


transmisi thd uap air

Perlindungan terhadap penyerapan/kehilangan odor: sifat transmisi thd


komponen volatil

Perlindungan terhadap penyerapan/kehilangan odor: sifat transmisi thd


komponen volatil

Perlindungan terhadap kerusakan fisik: sifat kekuatan bahan pengemas,


sifat kelenturan bahan, sifat cushioning, dan lain-lain

mempunyai fitur tamper-resistant/tamper evident


3. Faktor visibilitas (faktor bisnis dan marketing)

sifat transparan; penting untuk produk pangan yang mutunya berkaitan


dengan stabilitas dan kejernihan cairan

penampilan menarik perhatian; sifat kilap bahan, mutu cetak, warna, dll
4.
Faktor Kemudahan dan lingkungan:

mudah dibawa (ukuran, bentuk dan beratnya sesuai)

mudah disimpan
mudah dibuka dan mudah ditutup kembali

mudah digunakan

mudah dibuang

mudah dipakai kembali (reuseable)

mudah didaur ulang (recycleable)

mudah didegradasi oleh lingkungan


5. Faktor harga

dan dekorasi yang menarik perhatian,


dan pelabelan yang jelas, benar dan
tidak menyesatkan, sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Karena itu, faktor-faktor tersebut
diatas perlu dipertimbangkan ketika
suatu industri memilih bahan
pengemas (lihat: Memilih Bahan
Pengemas).

Tipe dan jenis bahan pengemas


Berdasarkan pada intensitas
interaksinya terhadap produk pangan
yang dikemas; bahan pengemas
dibedakan menjadi kemasan primer,
kemasan sekunder dan kemasan tersier
(Gambar 3)

Gambar 3. Ilustrasi pengemas primer, sekunder, dan tersier


berdasarkan pada intensitas interaksinya terhadap produk pangan

kemasan primer, atau kadang-kadang


bersifat memberikan perlindungan
terhadap kemasan primer (misalnya
krat yang berfungsi memberikan
perlindungan pengemas gelas (botol).
Sedangkan kemasan tersier, yaitu
bahan pengemas yang digunakan
untuk mengemas atau menyatukan"
beberapa pengemas sekunder.
Berdasarkan karakteritik fisiknya, bahan
pengemas bisa dikelompokkan menjadi
pengemas kaku (rigid), fleksibel atau
kombinasinya- misalnya, kemasan
primernya menggunakan bahan
pengemas fleksibel dan pengemas
sekundernya menggunakan bahan
pengemas kaku. Pengemas rigid, bisa
berupa kaleng (tin can atau aluminium)
maupun gelas. Pengemas fleksibel bisa
berupa alufoil dan plastik. Karakteristik
umum dari berbagai bahan pengemas
tersebut dapat dilihat pada tabel.

Pengemasan dan pelabelan


Seperti telah disampaikan di atas,
salah satu fungsi penting pengemasan
pangan adalah sebagai media untuk
berkomunikasi dan memberikan
informasi kepada konsumen. Secara
khusus, di Indonesia, informasi kepada
konsumen ini diatur oleh pemerintah
melalui PP 69 tahun 1999. Dalam
peraturan pemerintah ini, dinyatakan
bahwa label pangan adalah "Setiap
keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pangan, dimasukkan
kedalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan.
Secara umum, beberapa ketentuan
mengenai label ini adalah (i) pernyataan
pada label harus benar, jujur, dan
tidak menyesatkan, (ii) produk
pangan hendaknya tidak dinyatakan,
didiskripsikan atau dipresentasikan
secara salah. menyesatkan (misleading
atau deceptive), atau menjurus pada
munculnya impresi yang salah terhadap
karakter produk pangan tersebut, dan

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Kemasan primer, yaitu bahan


pengemas yang dalam penggunaannya
mempunyai kontak langsung dengan
produk pangan. Kemasan sekunder,
yaitu bahan pengemas yang dalam
penggunaannya kontak dengan

Karakteristik umum berbagai bahan pengemas


Bahan
pengemas

Karakteristik umum

Bahan bersifat kaku (rigid) dengan kerapatan (densitas) yang


bervariasi; dari tinggi (untuk baja, atau pun baja alloy) dan
rendah (untuk aluminium)

Mempunyai kekuatan tensil yang baik (good tensile strength)


Mempunyai tahanan yang sangat baik terhadap cahaya, uap air.
cairan dan bahan pangan

Pengemas kaleng (tin

Memerlukan penutup (closures) dan sambungan (seams) untuk

can atau aluminium)

membentuk kemasan (wadah)


Digunakan dalam berbagai aplikasi kemasan: kaleng produk
pangan, aerosol, tubes, trays dan drum

Memerlukan pelapisan sesuai dengan produk pangan yang


akan dikemas. Pelapisan yang tidak baik akan memungkinkan
terjadinya reaksi dengan produk.

Tersedia dalam berbagai kisaran sifat-sifat transmisi/


permiabilitas; baik transmisi oksigen, uap air ataupun senyawa
volatil lainnya

Kemasan plastik

Merupakan bahan dengan kerapatan (densitas) rendah

Tersedia dalam berbagai kisaran sifat fisik dan sifat optis

Umumnya bersifat fleksibel (tidak kaku)


Tersedia dalam berbagai kisaran kekuatan tensil dan kekuatan
sobek

Ada yang bersifat transparan


Bersifat fungsional dalam kisaran suhu kerja yang lebar dan
beragam, tergantung pada jenis-jenis plastiknya

Bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap produk pangan yang


dikemas
transparan terhadap cahaya dan bisa diberi warna sesuai
dengan kebutuhan
DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Pengemas Gelas

berifat impermeable (tidak tembus) terhadap gas dan uap

Kaku (rigid)
Dapat dengan mudah digunakan kembali

Mudah pecah

Memerlukan tutup (closure) secara khusus dan tersendiri

Bahan bersifat ringan (mempunyai kerapatan/densitas rendah)

Mempunyai sifat tahanan (barrier) yang jelek terhadap cairan,


uap air, gas; kecuali jika dilakukan pelapisan atau laminasi.

Kertas & Karton

Mempunyai tingkat kekakuan yang baik


Bisa dibuat tahan terhadap gemuk ; dengan cara pelapisan.

Bersifat menyerap uap air dan cairan

Dapat dilipat dan direkatkan dengan lem

Mudah robek

Tidak mudah pecah

Pada permukaannya mudah dilakukan pencetakan.

Untuk keperluan informasi kepada


konsumen, syarat-syarat label haruslah
(i) mudah dibaca, (ii) jelas terlihat, (iii)
tidak disembunyikan, (iv) tidak mudah
lepas dan (v) tidak mudah luntur.
Adapun keterangan apa saja yang
perlu dicantumkan pada label kemasan
pangan adalah :
Nama produk pangan
Daftar ingridien
Isi bersih dan berat bersih
Nama dan alamat perusahaan
Negara asai
Indentifikasi lot
Kadaluarsa
Petunjuk penyimpanan
Petunjuk pemakaian

Informasi masa kadaluwarsa


Masih dalam rangka memberikan
informasi kepada konsumen, khususnya
tentang keamanan pangan, maka label
hendaknya juga dicantumkan tanggai
kadaluwarsa. Informasi mengenai masa
kadaluwarsa penting disampaikan
untuk menunjukkan kepada konsumen
bahwa industri memberikan kepastian/
jaminan kepada konsumen bahwa
hanya produk-produk dengan kualitas
(mutu) yang ''tertentu saja yang dijual
ke pasar, yaitu produk yang masih
mempunyai daya guna seperti yang
diharapkan/dijanjikan. Mutu tertentu
ini perlu ditentukan oleh manajemen

perusahaan, dan bisa saja batasan


mengenai mutu tertentu ini berbeda
antara industri yang satu dengan
industri yang lain; walaupun untuk jenis
produk yang sama. Penentuan batasan
mengenai mutu tertentu" ini sangat
tergantung pada kemampuan industri
untuk : (i) mengidentifikasi faktor-faktor
yang berinterkasi dengan mutu produk,
dan sekaligus (ii) mengelola interaksi
tersebut secara baik (lihat Gambar I).
Jadi, penentuan kadaluwarsa ini
berkaitan dengan tingkat keyakinan
industri terhadap tingkah laku
mutu produk yang diproduksinya.
Dengan kata lain, jika suatu industri
menetapkan bahwa masa kadaluwarsa
produknya adalah 6 bulan, maka
industri tersebut mempunyai keyakinan
yang baik (tinggi) bahwa selama 6 bulan
setelah produk tersebut keluar pabrik,
mutu produk tersebut tetap masih
sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh
produsen (sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh konsumen).
Tanggai kadaluwarsa (expiration date)
adalah tanggai (waktu) dimana sampai
pada tanggai (waktu) tersebut dijamin
oleh perusahaan bahwa produk pangan
dalam kemasan masih memberikan
daya guna seperti yang diharapkan (jika
produk tersebut disimpan pada kondisi
penyimpanan yang umum/sesuai).
Dengan kata lain, tanggai kadaluwarsa
bisa diartikan sebagai batas akhir umur
simpan (dinyatakan dengan tanggai,
bulan dan tahun) suatu pangan dijamin
mutunya sepanjang penyimpanannya
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
produsen (BPOM, 2004 ).
Pada Pedoman Umum Pelabelan Produk
Pangan, Direktorat Standarisasi Produk

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

(iii) produk pangan hendaknya tidak


didiskripsikan atau dipresentasikan,
baik melalui kata-kata, gambar, atau
cara lain, yang bisa secara suggestive,
langsung atau tidak langsung,
menyebabkan kebingungan konsumen
atas produk lain, atau membuat
konsumen mempunyai impresi dan
asosiasi terhadap produk lain

Beberapa hal mengenai masa kadaluwarsa

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diketahui, berkaitan dengan masa masa
kadaluwarsa:
1.

Produsen menetapkan tanggai kadaluwarsa yang menunjukkan bahwa produknya


masih memenuhi persyaratan mutu hingga tanggai tersebut.

2.

Masa kadaluwarsa ditetapkan


dipertanggungjawabkan.

3.

Metode yang bisa digunakan adalah dengan percobaan penyimpanan atau dengan
metode penyimpanan dipercepat sesuai dengan karakteristik produk pangan.

4.

Secara umum, produsen harus dapat memberikan alasan atau menunjukkan data
yang dapat mendukung penetapan tanggai kadaluwarsa untuk produknya

5.

Tanggai kadaluwarsa dicantumkan pada kemasan dengan tulisan "baik digunakan


sebelum............ (Tulis tanggai, bulan dan tahun kadaluwarsa: BPOM, 2004)

6.

Dalam hal produk pangan yang kedaluwarsanya lebih dari (tiga) bulan diperbolehkan
hanya mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa saja (BPOM, 2004).

7.

Tanggai kadaluwarsa dapat dicantumkan pada tutup botol, pada bagian bawah
kaleng, bagian atas dos dan tempat lain yang sesuai, jelas dan mudah terbaca, serta
tidak mudah rusak atau dihapus (BPOM, 2004).

8.

Tanggai kadaluwarsa dapat juga dicantumkan terpisah dari tulisan peringatan, asai
peringatan diikuti dengan petunjuk tempat pencantuman tanggai kadaluwarsa
(BPOM, 2004):

9.

dengan

metode

ilmiah

yang

a.

Baik digunakan sebelum tanggai, lihat bagian bawah kaleng

b.

Baik digunakan sebelum tanggai, lihat tercantum pada tutup botol

bisa

Jika kadaluwarsa tergantung dari cara penyimpanan, petunjuk cara penyimpanan


pangan harus ditulis pada label, sedapat mungkin berdekatan dengan tulisan tanggai
kadaluwarsa.

Pangan, Deputi Bidang Pengawasan


Pangan dan Bahan Berbahaya (BPOM
RI, 2004) tersebut, ditetapkan juga
bahwa beberapa produk pangan
tidak perlu mencantumkan tanggai
kadaluwarsa: yaitu (i) sayur dan
buah segar, (ii) minuman beralkohol
jenis anggur, (iii) minuman yang
mengandung alkohol lebih dari

10%, (iv) vinegar atau cuka, (v) gula


(sukrosa), (vi) roti dan kue yang
mempunyai masa simpan kurang atau
sama dengan 24 jam, dan (bahan
tambahan pangan yang mempunyai
masa simpan lebih dari 18 bulan.
Namun demikian, pada produkproduk yang tidak perlu dicantumkan
tanggai kadaluwarsa tersebut harus

Dengan semakin berkembangnya ilmu


pengatahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya pangan dalam
kaitannya dengan kesehatan dan
kebugaran tubuh, maka peranan
pengemasan pangan pada masa yang
akan datang akan semakin penting.
Secara khusus; saat ini berkembang
pula active packaging dan intelegent
packaging.
Active packaging. Pada dasarnya
pengemas disebut sebagai pengemas
aktif (active packaging) jika pengemas
tersebut tidak sekadar berfungsi
memberikan hambatan (barrier) pada
bahan pangan terhadap pengaruh
eksternalnya, tetapi juga pengemas
tersebut mampu mengendalikan,
atau bahkan ikut bereaksi, berbagai
fenomena (fisik, kimia, biokimia dan
mikrobiologi) yang terjadi di lingkungan
dalam kemasan. Dalam hal ini, active
packaging berpengaruh (memanipulasi)
kondisi lingkungan dalam kemasan,
untuk tujuan meningkatkan mutu dan
keamanan pangannya. Contoh-contoh
active packaging adalah (i) sistem
pengemasan yang mampu memodifikasi
kondisi atmosfir (modified atmosphere
packaging) untuk produk-produk
segar, (ii) sistem pengemasan dengan
menggunakan microwave susceptors;
untuk keseragaman pemanasan; (iii)
sistem pengemasan dengan pemakaian
"oxygen scavenger, "moisture
absorber atau (iv) sistem pengemas
yang menginkorporasikan sistem
antimikroba; sehingga sekaligus mampu

mengendalikan pertumbuhan mikro


oragnisme pada makanan yang dikemas.
Intelligent packaging. Pengemas
pintar atau "intelligent package
adalah suatu sistem pengemasan yang
mampu memanfaatkan dan mengolah
informasi yang ada untuk memberikan
status tentang keamanan atau mutu
produk pangan yang dikemas kepada
konsumen. Contohnya adalah
sistem pengemasan yang dilengkapi
dengan time-temperature indicator
(TTI) dimana TTI berdasarkan pada
perubahan tertentu (perubahan warna
TTI, misalnya) memberikan status
keamanan produk pangan tersebut.
Atau, sistem pengemas yang dilengkapi
dengan biosensor yang akan mengukur
dan memberikan informasi kepada
konsumen mengenai pertumbuhan
mikroorganisme pada produk yang
dikemas.
Dengan semakin meningkatnya
tuntutan konsumen atas tersedianya
produk pangan yang lebih sehat, lebih
aman, maka peranan kemasan pangan
di masa yang akan datang akan semakin
penting. Kemasan pangan. tidak hanya
akan semakin sulit dipisahkan dari
proses produksi pangan, tetapi sekaligus
juga merupakan satu kesatuan dengan
indentitas produk pangan, branding dan
marketing yang sangat penting bagi
bisnis pangan.
Sekali lagi, 'you don't get second
chance to make a first impression'.
Dalam kaitannya dengan pangan,
kesan pertama (first impression) tidak
bisa dilepaskan dengan mutu, gizi dan
keamanan pangan.

DIREKTORI 2008 - INDUSTRI KEMASAN INDONESIA

dicantumkan tanggai pembuatan dan


atau pengemasan.(lihat: Beberapa hal
mengenai Masa Kadaluwarsa).
Masa depan pengemasan pangan

You might also like