You are on page 1of 2

Media tempat bercampurnya udara dan bensin disebut karburator.

Setelah
bercampur dikeluarkan dalam bentuk gas menuju ruang bakar. Setelah masuk
ruang bakar, piston kemudian ditekan sampai pada volume kecil dan kemudian
campuran dibakar oleh percikan api yang dihasilkan dari busi. Pembakaran campuran udara dan gas
ini tidak hanya diakibatkan oleh percikan api di busi tetapi sebab lain juga. Ketika piston ditekan
sampai pada volume kecil akan menghasilkan tekanan yang besar, sehingga mengakibatkan
pembakaran sebelum percikan api dari busi keluar. Karena pembakaran inilah, dapat mengakibatkan
knocking (ketukan didalam mesin). Apabila knocking terjadi secara terus menerus, dapat
mengakibatkan mesin cepat rusak. Bilangan oktan dalam bensin merupakan angka yang
menunjukkan seberapa besar tekanan yang diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan.
Semakin tinggi bilangan oktan, maka resiko terjadinya pembakaran spontan semakin kecil walaupun
diberikan tekanan (kompresi) sampai pada volume kecil.
Dalam undang-undang LLAJ Pasal 24 no 14 tahun 2002 menyatakan bahwa sepeda motor dan
kendaraan pribadi dilakukan pengujian seperti pada KBWU umumnya (kendaraan bermotor wajib uji),
,meskipun baik sepeda motor dan mobil pribadi bukan termasuk KBWU. Akan tetapi dalam
pelaksanaanya di lapangan pada waktu itu, pengujian kendaraan sepeda motor dan mobil pribadi
tidak ada.
Dalam undang-undang tahun 2009 tidak disebutkan bahwa sepeda motor wajib melakukan pengujian.
Pengujian hanya dilakukan untuk kendaraan pribadi dimana dilaksanakan oleh dinas perhubungan
dan pihak kepolisian. Namun sampai saat ini, pengujian sepeda motor secara terbuka (umum) dalam
penyelenggaraannya tidak ada.
Pengujian ambang batas emisi gas buang, untuk kendaraan transportasi masal berbahan bakar baik
premium dan solar dilakukan saat mesin dalam keadaan stasioner/idle. Artinya bahwa ketika
dilakukan pengujian, mesin dalam keadaan hidup tanpa ada akselerasi/percepatan. Pada kendaraan
berbahan bakar premium, pengujian emisi gas dalam hal ini berupa pengujian kadar CO dan HC.
Sedangkan untuk kendaraan berbahan bakar solar berupa uji ketebalan asap. Berdasarkan
kenyataan dilapangan, untuk uji emisi gas buang menggunakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
no 5 tahun 2006 dengan uraian sebagai berikut :
No

Uraian/ Bahan Bakar

Tahun

Bensin
Metode uji : idle

< 2007

Solar
Metode uji : percepatan
bebas

< 2010

2007
2010

Parameter
CO (%)
4,5
1,5

HC (PDM)
1200
200

Opasitas (%)
-

70
50

Berdasarkan peraturan kementerian lingkungan hidup no 35 tahun 1993 pasal 2 ayat 1d,
kendaraan bermotor selain sepeda motor 2 (dua) langkah dengan bahan bakar solar disel
dengan bilangan setana 45 ditentukan maksimum ekivalen 50% Bosch pada diameter 102
mm atau 25% opasiti untuk ketebalan asap. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan
saat ini, dimana KBWU (kendaraan bermotor wajib uji) berbahan bakar solar, mengikuti
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no 5 tahun 2006. Yaitu kendaraan yang diproduksi
dibawah tahun 2010 dan diatas sama dengan tahun 2010 dinyatakan lolos uji jika opasitasnya

(ketebalan asap) berturut-turut sebesar 70 % dan 50%. Dalam Permen tersebut, tidak
disebutkan secara spesifik mengenai seberapa besar bilangan setana dalam solar.

Untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya, pengujian kendaraan masal / transportasi umum berbahan
bakar premium dilakukan di UPTD Wiyung, sedangkan untuk kendaraan berbahan bakar solar
dilakukan di UPTD Tandes. Tata cara melakukan uji emisi adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kendaraan dalam posisi datar


Kendaraan buang gas 3 kali
Gigi kendaraan dalam keadaan netral dan menarik rem tangan
Mencolokkan prop kedalam knalpot sepanjang 30 cm
Menekan pedal gas hingga kecepatan 2900-3100 rpm
Menarik prob
Menunggu hasil pengujian ambang batas pada layar monitor

Dalam pasal 4 Peraturan Kementrian Lingkungan hidup no 35 tahun 1993, disebutkan bahwa
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor ditinjau kembali sekurang- kurangnya
dalam 5 (lima) tahun sekali. Akan tetapi untuk pelaksanaan saat ini, KBWU (kendaraan
bermotor wajib uji) wajib melakukan pengujian setiap 6 bulan secara berkala atau dua kali dalam
setahun. Apabila dalam pengujian, tidak memenuhi kriteria maka akan diberikan surat keterangan
tidak lolos uji. Selanjutnya, dalam surat keterangan tersebut terdapat informasi mengenai ketentuan
waktu untuk pengujian kembali. Jika tidak lolos uji, resiko yang harus diterima adalah penilangan
dijalan.

You might also like