You are on page 1of 22

BAB I

PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN


TEGANGAN TINGGI AC

1.

TUJUAN PERCOBAAN
Tegangan tinggi bolak balik diperlukan antara lain untuk pengujian rugi rugi

dielektrik. Pengujian korona, pengujian dielektrik dan pengujian ketahanan peralatan terhadap
tegangan tinggi bolak balik. Selain untuk pengujian, tegangan tinggi bolak balik
dibutuhkan juga untuk pembangkitan tegangan tinggi searah dan pembangkitan tegangan
tinggi impuls. Untuk membangkitkan tegangan tinggi AC digunakan trafo uji.

Tujuan percobaan ini adalah :


1.

Untuk menentukan hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder


trafo uji. Dengan demikian dapat ditentukan besar tegangan pada primer trafo uji
untuk membangkitkan tegangan tinggi yang dibutuhkan. Sebagai contoh : berapa
dibuat nilai tegangan di primer trafo uji untuk membangkitkan tegangan 57 kV/50
Hz ?

2.

2.

Membandingkan hasil pengukuran dari berbagai alat ukur tegangan tinggi AC.

3.

Menentukan faktor k dari trafo uji.

RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN

AT = Autotrafo
TU = Trafo Uji
EB = Elektroda bola standar
Rp = Tahanan peredam

Gambar 1.1 Rangkaian Pengukuran Dengan Sela Bola

Prosedur percobaan :
1.

Suhu dan tekanan udara diukur dan faktor koreksi ( ) dihitung.

2.

Mula mula jarak sela bola dibuat 1 cm. Dari tabel standar ditentukan tegangan
tembus sela bola untuk jarak sela 1 cm, misalkan = Vs. Seandainya nanti sela bola
tembus listrik maka tegangan pada sela bola saat itu adalah :

= Vs .

3.

Saklar utama ( ) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya nol.

4.

Kemudian saklar sekunder ( ) ditutup.

5.

Input tegangan TU dinaikan secara bertahap sampai terjadi percikan pada sela bola.
Terjadinya percikan pertanda bahwa tegangan yang dibangkitkan sudah mencapai
(

).

6.

Pada saat yang bersamaan, tegangan primer trafo uji dicatat, misalkan

7.

Saklar utama ( ) dan saklar sekunder ( ) dibuka. Prosedur di atas diulang empat
kali lagi, sehingga diperoleh lima harga

8.

untuk menghasilkan

Setelah prosedur di atas selesai, dilakukan lagi pengukuran untuk jarak sela bola 1,2
cm, dan 1,4 cm.

9.

Hasil pengukuran dicatat dalam tabel.

10. Harga rata rata tegangan primer trafo uji ( ) dihitung, sehingga diperoleh data
yang menyatakan hubungan tegangan primer dengan tegangan sekunder.
11. Setelah selesai, saklar primer ( ) dibuka.

3.

HASIL PENGUKURAN
T = 25,5 C

= 0,98

P = 759,1 mmHg
(V)

S (cm)

Vs (kV)

(kV)
1

Rata rata

31,7

31,066

37

42

42

37

42

40

1,2

37,4

36,652

45

45

47

47

45

45,8

1,4

42,9

42,042

55

56

57

52

56

55,2

4.

ANALISIS DATA
Menentukan hubungan tegangan primer dan sekunder trafo uji dengan elektroda bola

standar.
Mencari nilai K

K=1

Dimana : a = 2,2 x

= 0,585

= 0,568

= 0,596
= 0,583

K rata rata =

5.

KESIMPULAN
Jika jarak sela bola semakin besar maka tegangan tembus akan semakin besar.
Tegangan primer berbanding lurus dengan tegangan sekunder.
Nilai K rata rata = 0,583

GRAFIK
Berikut adalah grafik yang mempresentasikan Tabel 1.

55,2

50

40

40
30
20

V1

10

54,4

60

45,8
Tegangan (KV)

60
Tegangan (V)

6.

50
40

31,06

36,65

30
20

V2

10

0
1

1,2

1,4

S= Jarak Sela Bola(cm)

1,2

S= Jarak Sela Bola(cm)

(a)

(b)
Gambar 1.2. Grafik : (a).

1,4

, (b).

1. Gambar kurva yang menyatakan hubungan tegangan primer trafo uji dengan hasil
pengukuran elektroda bola standar.
-

Terlampir

2. Dengan mengacu kepada hasil tersebut pada butir 1 di atas, hitunglah faktor k,
induktansi bocor dan kapasitansi trafo uji.
-

Berdasarkan analisa data nilai k = 0,583.

3. dasdasd
4. Sebutkan faktor faktor yang mempengaruhi ketelitian pengukuran dengan elektroda
bola standar, pembagi tegangan resistif, kapasitif, dan metode Chubb & Fortesque.

Elektroda bola standar


o

Jarak sela dan diameter bola

Permukaan elektroda tidak boleh berdebu.

Permukaan elektroda bola harus licin dan bersih.

Hasil pengukuran dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

Pembagi tegangan resistif


o

Hasil pengukuran dipengaruhi oleh induktansi dan kapasitansi sasar pada


resistor tegangan tinggi.

Arus bocor yang mengalir melalui isolasi resistor.

Pembagi tegangan kapasitif


o

Hasil pengukuran dipengaruhi oleh kapasitansi kabel ukur ; kapasitansi sasar


antara kondensator tegangan tinggi dan tanah ; serta kapasitansi sasar antara
kapasitor dengan selubung kabel.

Chubb & Fortesque


o

Hasil pengukuran tergantung pada harga rata rata arus dan bentuk
gelombang.

Tergantung pada frekuensi.

5. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing masing metode pengukuran.

Elektroda bola standar

Keuntungan

- Harganya murah
- Sudah ada standart pengukuran
- Tidak membutuhkan perhitungan rumit

Kerugian

- Hasil pengukuran dipengaruhi oleh udara


- Hasil pengukuran tidak kontinu
- Tidak dapat digunakan untuk jarak sela lebih besar dari diameter bola.

Pembagi tegangan resistif

Keuntungan

- Tidak dipengaruhi suhu dan tekanan


- Pengukuran dapat berlangsung kontinu dan teliti
Kerugian

- Tegangan tinggi yang diukur terbatas, karena terbatasnya arus yang mengalir
melalui resistor.
- Adanya arus bocor
- Kesalahan ukur terjadi karena resistor tidak murni da mengandung
kapasitansi sasar.

Pembagi tegangan kapasitif

Keuntungan

- Menunjukkan hasil yang kontinu


- Tidak dipengaruhi suhu dan tekanan
- Lebih teliti
Kerugian

- Pengukuran dipengaruhi oleh kapasitansi kabel


- Harga mahal
- Terdapat kapasitansi sasar.

Chubb & Fortesque

Keuntungan

Menunjukkan hasil yang kontinu

Tidak dipengaruhi suhu dan tekanan

Kerugian

Dibutuhkan frekuensi meter

Pengukuran tidak dapat digunakan jika bentuk gelombang tegangan


mempunyai punuk

6. Pada pengukuran Chubb & Fortesque :


a.

Apa yang terjadi jika dioda


Jika dioda

tidak ada ?

tidak ada, maka dioda

akan memikul tegangan reverse yang

sama dengan tegangan sumber sehingga


tidak ada pada dioda
b.

dapat rusak. Juga karena tegangan

sehingga tegangan tinggi sangat membahayakan.

Apa yang terjadi jika kedua dioda tidak dipasang anti pararel?
Akan mengalir arus dikedua dioda, sehingga arus yang di ukur ammeter menjadi
tidak akurat dan tidak teliti akibat adanya arus yang terbagi.

c.

Apa yang terjadi jika dioda

terhubung singkat ?

Maka seluruh arus akan mengalir pada dioda yang terhubung singkat, akibatnya
amperemeter akan menunjukkan angka nol.

7. Dalam metode Chubb & Fortesque, arus pemuat maksimal 1,5 mA. Jelaskan mengapa
besar arus pemuat tersebut harus dibatasi.
-

Arus pemuat harus dibatasi karena apabila arus pemuat terlalu besar, maka mili
amperemeter yang digunakan akan rusak karena melebihi nilai arus yang mampu
diukurnya.

8. Buktikan bahwa pada pengukuran tegangan tinggi bolak balik dengan metode Chubb
& Fortesque, tegangan yang diukur adalah :

V=
Tentukanlah spesifikasi kapasitor jika alat ukur ini dirancang untuk mengukur
tegangan 100 kV dan arus pengukuran tidak boleh melebihi 1,5 mA.

( )
)

Vmax = Veff x
C=

= 1,06 X

9. Mengapa susunan elektroda bola yang digunakan dalam pengukuran tegangan tinggi
disusun vertikal, bukan horizontal?
-

Dengan menyusun elektroda bola secara vertikal, maka kita dapat meminimalisir
kapasitansi sasar sehingga hasil pengukuran lebih akurat.

(a)

(b)

Gambar 1.3 : (a).Elektroda Horizontal, (b).Elektroda Vertikal

BAB II
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN
TEGANGAN TINGGI DC

1.

TUJUAN PERCOBAAN
Tegangan tinggi arus searah diperlukan antara lain untuk pengujian korona, pengujian

kekuatan dielektrik dan pengujian ketahanan peralatan terhadap tegangan tinggi arus searah.
Selain untuk pengujian. Tegangan tinggi arus searah dibutuhkan juga untuk pembangkitan
tegangan tinggi impuls. Tegangan tinggi searah diperoleh dengan menyearahkan tegangan
tinggi bolak balik.
Tegangan tinggi searah dapat dibangkitkan dengan :
1.

Rangkaian setengah gelombang tanpa kondensator perata.

2.

Rangkaian setengah gelombang dengan kondensator perata.

Ada tiga cara mengukur tegangan tinggi searah, yaitu dengan :


1.

Elektroda bola standar.

2.

Elektroda Jarum Piring

3.

Pembagi tegangan kapasitif.

4.

Metode ammeter.

Ada tiga hal yang akan diamati dalam percobaan ini, yaitu :
1.

Membangkitkan tegangan tinggi DC dengan penyearah setengah gelombang tanpa


kondensator perata dan mengukur tegangan keluarannya dengan elektroda bola
standart. Hasil pengukuran digunakan untuk mengetahui hubungan antara tegangan
primer trafo uji dengan tegangan keluaran penyearah pada keadaan beban tertentu.

2.

Mengukur tegangan keluaran penyearah dengan metode pembagi tegangan resistif


dan metode ammeter. Hasil pengukuran kedua metode ini dibandingkan dengan hasil
pengukuran dengan elektroda bola standar.

3.

Membandingkan

tegangan

keluaran

penyearah

setengah

gelombang

tanpa

kondensator perata dengan penyearah setengah gelombang tanpa kondensator perata.

2.

RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN

(a)

(b)

Gambar 2.1. Pengukuran Tegangan Keluaran Penyearah tanpa Kondensator Perata


(a) Polaritas Jarum Positif , (b) Polaritas Jarum Negatif

Prosedur Percobaan :
1.

Rangkai percobaan seperti pada gambar 2.1.

2.

Mula mula buat jarak elektroda jarum piring 1 cm.

3.

Tegangan keluaran penyearah dinaikan perlahan sampai elektroda jarum piring


tembus listrik. Lalu catat tegangan pada saat tembus listrik terjadi.

3.

4.

Kemudian pengukuran diulang lagi.

5.

Selanjutnya prosedur di atas dilakukan untuk jarak sela elektroda 1,2 cm dan 1,4 cm.

HASIL PENGUKURAN

Polaritas Jarum Positif


S (cm)

(kV)
1

Rata - rata

95,3

97

97

99,1

99,4

97,56

1,2

101,3

107,4

100,8

111,9

113,4

106,96

1,4

106,4

104,9

109,1

108,3

107,2

107,18

Tabel 2.1 Polaritas Jarum Positif

Polaritas Jarum Negatif


S (cm)

(kV)
1

Rata - rata

121,8

123,7

121,5

126,2

124,8

123,6

1,2

141,4

145,8

151,9

150,6

148,9

147,72

1,4

163,1

164,5

163,0

169,7

162,1

164,48

Tabel 2.2 Polaritas Jarum Negatif

4.

ANALISIS DATA

(a)

(b)

Gambar 2.2 : (a) Jarum Positif, (b) Jarum Negatif

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa daerah AB memiliki garis medan yang lebih rapat
daripada garis medan di daerah BC, sehingga kuat medan di daerah AB lebih besar
dibandingkan di daerah BC.
Pada suatu saat daerah AB sudah terionisasi, maka terjadi banjiran elektron dan ion
positif. Sedangkan pada daerah BC belum terjadi. Karena elektron lebih ringan dari pada
muatan positif, maka kecepatannya juga lebih besar sehingga akan meninggalkan ion positif
pada daerah AB dan membentuk banjiran ion positif. Hal ini seakan akan menambah
muatan positif pada jarum , sehingga pada jarum positif

lebih besar. Maka tegangan

tembus yang di butuhkan akan lebih kecil.


Pada jarum negatif

lebih kecil sehingga

juga lebih kecil dan tegangan tembus

yang dibutuhkan lebih besar.


Untuk polaritas jarum positif dan negatif, tegangan tembus pada jarum negatif lebih besar
daripada jarum positif untuk jarak yang sama.

5.

KESIMPULAN

Untuk elektroda jarum piring, polaritas jarum positif memiliki tegangan tembus yang
lebih kecil di bandingkan tegangan tembus polaritas jarum negatif.

GRAFIK

180

164,48

160
140
Tegangan Tembus (kV)

6.

142,72
123,6

120

106,96

107,18

97,56
100
Jarum Positif

80

Jarum Negatif

60
40
20
0
1

1,2

1,4

Gambar 2.3. Grafik Hasil Percobaan

s (cm)

7.

TUGAS
4. Gambar perbandingan tegangan keluaran penyearah tanpa kondensator perata dengan
penyearah memakai kondensator perata. Berikan kesimpulan yang diperoleh dar
gambar tersebut.
Jawaban :

a. Tanpa Kondensator Perata.

b. Dengan Kondensator Perata.

Hasil keluaran penyearah dengan kondensator lebih rata bila dibandingkan dengan
penyearah tanpa kondensator.

5. Ada empat hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang suatu penyearah yaitu
faktor cacat lama diode berkonduksi, tegangan balik dan tegangan keluaran rata-rata
jelaskan apa yang dimaksud dengan keempat hal tersebut dan hitung besar pada
masing masing penyearah jika dirancang untuk membangkitkan tegangan rata rata
50 kV , 10 mA

Jawaban :

Faktor cacat adalah faktor yang mempengaruhi ketidakrataan tegangan keluaran,


yaitu:
(

Tegangan rata rata 50 kV dan arus 10 mA:


(

Waktu konduksi yaitu lamanya dioda melakukan arus dalam satu periode (td).

Tegangan balik dioda adalah tegangan yang dipikul dioda saat dioda tidak
melakukan arus untuk penyearah tanpa kondensator.

Untuk penyearah dengan kondensator :

Tegangan rata rata keluaran yaitu harga rata rata keluaran dari penyearah :

6. Apa yang mempengaruhi cacat tegangan keluaran penyearah dan bagaimana usaha
untuk memperkecilnya ?
Jawaban :
Yang mempengaruhi cacat tegangan keluaran penyearah adalah :
-

Frekuensi

Kapasitansi

Arus beban

Usaha yang dilakukan untuk memperkecilnya adalah dengan cara memperbesar


frekuensi, memperbesar kapasitansi kondensator dan memperkecil arus beban.

BAB III
PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN
TEGANGAN TINGGI IMPULS

1.

TUJUAN PERCOBAAN
Tegangan tinggi impuls diperlukan untuk pengujian peralatan tegangan tinggi dan

penyelidikan mekanisme tembus listrik bahan dielektrik.


Dilihat dari komponen rangkaian, ada dua jenis pembangkit tegangan impuls yaitu :
generator impuls RC dan generator impuls RLC. Sedang dilihat dari tingkat tegangan yang
dibangkitkan, pembangkit tegangan impuls dibagi menjadi dua jenis yaitu : generator impuls
satu tingkat dan generator impuls bertingkat multi ganda.
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan efisiensi generator impuls rangkaian RLC
satu tingkat.

2.

RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan

Prosedur Percobaan :
1.

Buat tegangan pemuat (

) = 0,8 Vp.

2.

Sela bola dipicu 10 kali, dan diamati berapa kali sela bola tembus.

3.

Buat tegangan pemuat (

4.

Sela bola dipicu 10 kali, dan diamati berapa kali sela bola tembus.

) = 1,2 Vp.

3.

HASIL PENGUKURAN

1. Menentukan Efisiensi Generator Impuls


T = 25,5 C

P = 758,9 mmHg

Vs = 31,7 kV

Vp = 31,1 kV

Tegangan Uji

= 0,98

10

= 24,88

= 37,32

(kV)

2. Menentukan Tegangan Lewat Denyar Impuls Isolator


39 kV

38 kV

37 kV

36 kV

O
X

O
O

35 kV

O
X

34 kV
33 kV

X
X

Ket : O ( Tembus )
X ( Tidak Tembus )

4.

ANALISIS DATA

1. Menentukan Efisiensi Generator Impuls


Menentukan Tegangan

=
=
= 31,1 kV

( dengan metode Interpolasi )

Menentukan Efisiensi Generator Impuls

x 100 % = 100 %

2. Menentukan Tegangan Lewat Denyar Impuls


Tembus

39

38

37

o
o

Tegangan (kV)

=
=

= 38,25 3 (0,706)
= 36,132 kV

+3

= 38,25 + 3 (0,706)
= 40,368 kV

( )

( )

= 38,25 kV

= 0,706
o

( )

5.

KESIMPULAN
Pada percobaan ini terlihat bahwa tagangan tembus yang dapat ditahan oleh
isolator adalah 38,25 kV.
Efisiensi generator impuls mencapai 100 %.

6.

TUGAS

1.

Hitunglah efisiensi generator impuls menurut teori.

2.

Hitung tegangan tembus impuls


untuk membangkitkan tegangan

x 100 % = 100 %

. Tentukan nilai tegangan kapasitor pemuat


. Berapa efisiensi generator menurut

percobaan?
=

kV

= 36,132 kV

= 100 %

3.

Gambarkan karakteristik dari tegangan impuls standart IEC untuk tiruan :


a. Tegangan impuls petir.

b. Tegangan impuls surja hubung (switching).

4.

Jelaskan mengapa tegangan tembus impuls suatu dielektrik bersifat statistik?


Waktu kritis (Tk) adalah waktu kurun dimana kuat medan elektrik lebih besar dari
kekuatan dielektrik bahan isolasi (Ek). Waktu kritis ini tidak berubah sepanjang
bentuk tegangan yang dikenakan kepada bahan isolasi tidak berubah. Yang berubah
nilainya adalah waktu tunda tembus (td). Jika waktu tunda tembus (td) lebih besar
dari waktu kritis (tk), maka bahan isolasi tidak akan tembus listrik. Jadi, tembus
listrik suatu bahan isolasi bila dikenai tegangan impuls yang singkat adalah bersifat
statistic, sehingga kuat medan listrik yang menimbulkan tembus listrik dinyatakan
dalam suatu harga statistic, yaitu harga yang memberikan probabilitas tembus 50%.

BAB IV
TEGANGAN TEMBUS (BREAKDOWN) AC
DIELEKTRIK UDARA

1. TUJUAN PERCOBAAN
Udara adalah bahan dielektrik yang banyak digunakan sebagai isolasi peralatan tegangan
tinggi. Karakteristik tembus listrik udara perlu diamati, karena karakteristik tersebut
menentukan karakteristik dari peralatan yang menggunakan udara sebagai bahan isolasi.
Sebagai contoh, karakteristik pengaman sela batang tergantung kepada karakteristik tembus
listrik udara yang terdapat di antara selanya.
Dalam percobaan ini akan diamati : tegangan tembus udara sebagai fungsi jarak
elektroda, masing masing untuk susunan elektroda bola bola, piring piring, jarum
piring, dan susunan batang batang.

2. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN

(a)

(b)

Gambar 4.1. Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus Udara


(a) elektroda bola bola, (b) elektroda jarum jarum

Prosedur Percobaan :
1. Diukur suhu, tekanan, dan kelembaban udara.
2. Jarak sela elektroda bola bola dibuat 1 cm.
3. Tegangan trafo uji dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1 kV/detik sampai
udara pada sela bola tembus listrik.
4. Dicatat tegangan pada saat terjadi tembus listrik tersebut. Hal ini diulangi 5 kali.

3. HASIL PENGUKURAN

T = 25,6 C

1.

S (cm)

= 0,98

P = 757,1 mmHg

Dengan Menggunakan Elektroda Bola bola


(kV)
1

Rata - rata

22,3

22,7

21

22,7

22,7

22,28

1,5

33

33,3

32

33,2

33,5

33

40,5

42,2

42

41,3

42,2

41,64

2.

S (cm)

Dengan Menggunakan Elektroda Jarum jarum


(kV)
1

Rata - rata

10,3

10,5

10,7

10,8

10,26

1,5

11

11,6

11,6

11,5

11,7

11,48

13,3

13,2

13,3

13,3

13,2

13,26

4. ANALISIS DATA

Analisis elektroda Bola bola dan Jarum.


Bola bola

Gambar 4.2 Ilustrasi Elektroda Bola Bola

Pada sela elektroda bola kerapatan medan listrik tidak serapat dibandingkan
dengan elektroda jarum jarum. Kerapatan dari medan listrik pada bola bola lebih
kecil daripada jarum jarum. Oleh karena itu nilai E relatif lebih kecil, karena nilai

lebih kecil maka nilai a (percepatan) elektron lebih kecil yang membuat terjadinya
ionisasi lebih kecil sehingga dibutuhkan tegangan yang lebih besar untuk membuat
udara breakdown.
Jarum jarum

Gambar 4.3. Ilustrasi Elektroda Jarum - Jarum


Pada sela elektroda jarum jarum, kerapatan medan listrik jauh lebih rapat
dibandingkan dengan elektroda bola bola. Sehingga nilai E relatif lebih besar
dibandingkan dengan E pada bola bola. Hal ini membuat nilai F semakin besar,
maka nilai a (percepatan) elektron lebih besar yang membuat kemungkinan terjadinya
ionisasi lebih besar. Hal ini mengakibatkan tegangan tembus elektroda jarum jarum
lebih kecil daripada elektroda bola bola.

5. KESIMPULAN
Tegangan tembus elektroda bola bola lebih besar dari jarum jarum karena rapat
muatan elektroda bola bola lebih kecil daripada elektroda jarum jarum sehingga kuat
medan listrik pada elektroda bola bola lebih kecil, sehingga tegangan tembusnya lebih
besar.

6. GRAFIK

45

41,64

40
33

TEgangan Tembus (kV)

35
30
25

22,28

Elektroda Bola - Bola

20
15

11,48

10,26

13,26

Elektroda Jarum Jarum

10
5
0
1

1,5

s (cm)

Gambar 4.4 Tabel Hasil Pengukuran

7. TUGAS

1. Gambar kurva yang menyatakan hubungan tegangan tembus dengan jarak sela untuk
keempat susunan elektroda. Berikan tanggapan saudara atas kurva tersebut.
Bagaimana mekanisme tembus listrik dalam pengujian ini?
Gambar kurva Terlampir.
Pada jarak sela yang sama, tegangan tembus elektroda jarum jarum lebih kecil
daripada elektroda bola bola.
Mekanisme tembus listrik pada pengujian ini adalah mekanisme Townsend.
2. Jelaskan mengapa tegangan tembus elektroda batang batang lebih rendah dari
tegangan tembus elektroda bola bola pada jarak sela yang sama.
Tegangan tembus elektroda batang batang lebih rendah dari bola bola karena rapat
muatan elektroda bola bola lebih kecil daripada elektroda batang batang sehingga
kuat medan listrik pada elektroda bola bola lebih kecil, sehingga tegangan
tembusnya lebih besar.

You might also like