Professional Documents
Culture Documents
PEMBEKUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum acara III Pembekuan yaitu :
1. Mempelajari pengaruh penyimpanan pada suhu beku terhadap kualitas
bahan.
2. Mempelajari pengaruh pengemasan terhadap kualitas bahan yang
ditentukan.
3. Mempelajari pengaruh pembekuan terhadap jamur tempe.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Labu adalah buah yang bergizi, karena sebagai bahan pangan rendah
kalori, serta mengandung vitamin dan senyawa lain yang berguna bagi tubuh.
Penampakan fisik labu jepang cukup menarik, di mana warnanya kebanyakan
jingga, ukurannya kecil sampai sedang dengan berat bervariasi dan
mempunyai kulit yang tidak terlalu tebal dan keras (Anonimous 2003).
Menurut Budiman et al. (1984), salah satu keunggulan buah labu jepang
dibandingkan buah lainnya adalah memiliki umur simpan cukup lama dan
dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu kamar. Selain itu tanaman labu
dapat tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lingkungan.Salah satu
alternatif proses pengolahan yang dapat diterapkan adalah pengolahan dengan
suhu rendah, khususnya teknologi pembekuan. Menurut Haryadi (1995),
penyimpanan pada suhu rendah akan menekan laju respirasi, laju pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk, dan laju kerusakan lainnya (Kusbiantoro, 2005).
Pembekuan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi kerusakan
buah mangga, sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama. Teknologi ini
cukup sederhana dan tidak menyita waktu serta dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, kapang maupun kamir pada produk pangan, yang
mempercepat proses kebusukan. Dengan pembekuan, makanan akan lebih
awet karena aktivitas mikroba terhenti dan aktivitas enzim juga terhambat.
Dibandingkan dengan pengalengan, teknologi pembekuan lebih dapat
dengan
suhu
rendah,
khususnya
teknologi
pembekuan.
spora), tidak berarti makanan beku selalu steril yang terbukti dengan
terjadinya proses pembusukan pada produk beku (Mulyawanti, 2008).
Pada prinsipnya, pembekuan adalah sutu usaha untuk mengurangi
kadar air produk bahan pangan sampai serendah mungkin. Pada umumnya,
produk perikanan memiliki kandungan air sekitar 70-80% sehingga sangat
cocok bagi kehidupan dan perkembangan berbagai mikroorganisme yang dpat
merusak dan menurunkan mutu produk perikanan tersebut. Pengawetan
dilakukan agar terjadi keseimbangan antara tekanan uap air dalam larutan dan
tekanan uap air murni pada suhu yang sama (Kanna, 2005).
Pembekuan bahan pangan merupakan suatu proses yang kompleks.
Kristal-kristal es yang terbentuk dalam bahan pangan lama kelamaan
menyusun suatu struktur jaringan dari Kristal es, dan dalam proses ini
akhirnya kebebasan gerak dari molekul-molekul air yang belum membeku
akan terhambat. Apabila suhu penyimpanan beku cukup rendah dan perubahan
kimiawi selama pembekuan dan penyimpanan beku dapat dipertahankan
sampai batas minimum, maka mutu makanan beku dapat dipertahankan untuk
jangka waktu yang cukup lama (Afrianti, 2013).
Dibandingkan dengan jenis ikan lele lain, ikan lele dumbo memiliki
keunggulan yaitu pertumbuhannya relatif lebih cepat, mudah berkembang
biak, cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, dan selalu merespon pakan
yang diberikan. Ada beberapa kendala yang sering ditemukan dalam mencapai
target produksi, salah satunya masalah penyakit. Bakteri Edwardsiella tarda
merupakan penyebab utama penyakit Edwardsiellosis yang telah dikenal
sebagai patogen utama pada budidaya catfish di USA. Pada umumnya
perkembangan dari Edwardsiella tarda sangat lambat. Pada beberapa kasus
kematian ikan akibat serangan bakteri ini sangat rendah yaitu kurang dari 5 %,
tetapi pada saat ini gejala penyakit tampak nyata dan menimbulkan kematian
hingga 50 %. Salah satu faktor terjadinya serangan Edwardsiella tarda adalah
karena ikan stress, terutama akibat padat tebar tinggi, kualitas air yang jelek,
dan tingginya kandungan bahan organik di air. Infeksi Edwardsiella tarda
pada ikan sidat di alam, penyakit Edwarsiellosis dapat menyebabkan
mortalitas sampai dengan 80 %.Pengiriman lele beku ukuran konsumsi ke
daerah-daerah
ini
berpeluang
membawa
dan
menyebarkan
bakteri
3. Cara kerja
a. Pembekuan buah atau sayur segar
Perlakuan thawing
Berat
1
Tidak
dikemas
71,
421
68,74
1
68,9
08
Labu
kuning
Tidak
dikemas
47,
413
45,08
6
45,0
43
Labu
kuning
Tidak
dikemas
68,
486
65,50
5
65,7
67
Labu
kuning
Dikemas
52,
1
51,29
5
51,7
80
Labu
kuning
Dikemas
82,,
776
86,,9
86
81,6
15
Labu
kuning
Dikemas
41,
359
40,42
6
40,1
27
K
el
Nama
Perlakuan
Labu
kuning
Warna
0
1
2
+
+
+
+
++
+
+
++
+
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+
++
+
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+
+
Tekstur
0
1
2
+
+
++ ++
+
++ ++
+
+
++ ++
+
++ ++
+
+
++ ++
+
++ ++
+
+
++ ++
+
++ ++
+
+
++ ++
+
++ ++
+
+
++ ++
+
++ ++
++++
= Sangat cerah
Tekstur:
+++
= Cerah
+++
= Keras
++
= Agak cerah
++
= Agak keras
= Pudar
= Lunak
tetapi
tidak
dapat
mensterilkan
makanan
dari
mikroba
(Frazier, 1977).
Pembekuan
merupakan
salah
satu
cara
untuk mengantisipasi
kerusakan buah mangga, sehingga mangga memiliki umur simpan yang lebih
lama. Teknologi ini cukup sederhana dan tidak menyita waktu serta dapat
dengan
proses
memerlukan waktu relatif lebih singkat. Dengan titik didih suhu -195,8C,
nitrogen cair mempunyai kemampuan membekukan bahan organik relative
lebih efektif dibandingkan dengan pendingin berbahan amoniak maupun
freon.
sehingga jumlah inti kristal yang terbentuk banyak dan kecil. Pada
pembekuan pangan, kristal es yang semakin kecil agar dapat terdistribusi
lebih merata sangat diharapkan, sehingga tidak merubah struktur jaringan
(Khadatkar et al., 2004).
Pada labu kuning dengan perlakuan tanpa dikemas pada kel 1, 2 dan 3
dapat dilihat bahwa berat bahan menurun dengan sangat cepat dibandingkan
dengan kelompok 4, 5 dan 6 yang mengalami penurunan berat yang tidak
terlalu banyak. Perubahan berat atau susut berat pada komoditi yang
dibekukan disebabkan karena kandungan air yang ada pada bahan keluar
selama proses pembekuan dan menuju ke kristal es yang sedang terbentuk
sehingga bagian dalam es akan kosong. Proses ini terjadi karena kristal es
memiliki tekanan uap air yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan
didalam sel sehingga air dalam sel akan menuju kristal dan hilang pada saat
proses thawing dilakukan. Pada perlakuan tidak dikemas banyak air yang
keluar menuju kristal sedangkan dengan perlakuan pengemasan tidak.
Pada labu kuning dengan perlakuan tanpa dikemas pada kel 1, 2 dan 3
dapat dilihat bahwa warna bahan sedikit memudar dibandingkan dengan
kelompok 4, 5 dan 6. Perubahan warna disebabkan karena terjadi reaksi
enzimatis (pencoklatan) yang disebabkan karena aktivitas enzim peroksidase,
katalase yang menghasilkan warna coklat, degradasi karoten dan degradasi
pigmen klorofil yang menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning
kecoklatan karena adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi
terbuka akibat dari efek suhu pembekuan dan kristal es. Menurut Dragon
(2008) Kerusakan ini terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa dibungkus atau
yang dibungkus dengan pembungkus yang kedap uap air serta waktu
membungkusnya masih banyak ruang-ruang yang tidak terisi bahan. Jadi pada
praktikum kali ini sesuai teori karena pada labu kuning yang dikemas sangat
sedikit mengalami perubahan warna dibandingkan dengan yang tanpe
dikemas.
Pada labu kuning dengan perlakuan tanpa dikemas pada kel 1, 2 dan 3
dapat dilihat bahwa tekstur
yang mempercepat
proses
Kesegaran
0
2
+++
+
++
+++
+
++
+++
+
+
+++
+
+
+++
+
+++
+++
+
+++
Perlakuan
Tidak
dikemas
Tidak
dikemas
Dikemas
Dikemas
Tidak
dikemas
Tidak
dikemas
5
6
Tekstur
0
2
Warna
0
2
Kenampakan
0
2
++
++++
++++
++
++++
+++
++
++++
++++
++
+++
+++
++
++++
++++
++
+++
+++
++
++++
++++
++
+++
+++
++
++++
++++
++
+++
+++
++
++++
++++
++
+++
+++
Tekstur:
+++
= Hitam
+++
= Keras
++
= Hitam pucat
++
= Agak keras
= Pucat
= Lunak
+++
= Segar
+++
= Utuh
++
= Agak segar
++
= Agak kisut
= Tidak segar
= Kisut
tetapi
(Frazier, 1977).
tidak
dapat
mensterilkan
makanan
dari
mikroba
Pada kelompok 1-6 dapat dilihat bahwa ikan lele yang disimpan
mengalami penurunan kesegaran diakibatkan lama penyimpanan dan suhu
yang tidak sesuai dengan bahan. Pada kelompok 1-6 dapat dilihat bahwa ikan
lele yang disimpan mengalami pengerasan diakibatkan kandungan air di dalam
ikan mengkristal yang tentu saja mengakibatkan tekstur mengeras. Pada
kelompok 1-6 dapat dilihat bahwa ikan lele yang disimpan mengalami
pemucatan, hal ini disebabkan oleh suhu yang tidak sesuai dengan bahan dan
kondisi bahan yang kurang steril. Pada kelompok 1-6 dapat dilihat bahwa ikan
lele yang disimpan memiliki kenampakan yang tidak jauh berbeda pada saat
baru dibekukan.
Pengaruh proses pembekuan pada dagung yaitu dapat
menghambat
yang mempercepat
proses
Perlaku
an
Calon
tempe
Calon
tempe
Miselia
0
1
2
Tekstur
0
1
2
++
++
+++
+
+++
+
+++
+
+++
+
Warna
0
1
2
++
+
++
+
Kekompakan
0
1
2
+++
+
+++
+
++
Calon
tempe
Tempe
Tempe
Tempe
+
+
+
+
++
+
++
++
+
+
+
+
+
+
+
+
++
++
+
++
+
++
+
+++
+
+++
+
+++
+
+++
+
+++
+
+++
+
++
+
++
+
++
+
+++
+++
++
++
+
++
+
++
+
++
+
++
+
++
+
++
+
++
+
+
++
+
++
+
+
++
++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+
++++ = Putih
Tekstur:
Miselia:
+++
= Putih kekuningan
+++
= Banyak
++
= Kuning
++
= Agak banyak
= Coklat
= Sedikit
+++
= Segar
+++
= Kompak
++
= Agak segar
++
= Agak kompak
= Tidak segar
Kurang
kompak
tetapi
tidak
dapat
mensterilkan
makanan
dari
mikroba
(Frazier, 1977).
Pada kelompok 1-6 dapat dilihat bahwa tidak terjadi pertumbuhan
miselia diakibatkan miselia hanya tumbuh optimal pada suhu 30 0C, hal ini
sesuai dengan teori (Dwinaningsih, 2010) menyatakan bahwa miselia akan
tumbuh secara optimal pada suhu 30C, pH awal 6.8 dan kelembaban 70-80%.
Pada kelompok 1-6 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penyimpanan
pada kondisi beku maka teksturpun juga semakin keras. Pada kelompok 1-3
dapat dilihat bahwa warna dari calon tempe menjadi kecoklatan hal ini
mungkin diakibatkan karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi
terbuka akibat dari efek suhu pembekuan dan kristal es, sedangkan pada tempe
kelompok 4-6 tidak dijumpai perubahan warna. Pada kelompok 1-3 dapat
dilihat bahwa kekonmpakan dari calon tempe meningkat hal ini disebabkan air
yang keluar saat pembekuan sehingga antara satu bulir kedelai dengan yang
lain semakin menyatu sedangkan pada tempe kelompok 4-6 tidak dijumpai
perubahan yang signifikan.
Pertumbuhan miselian selama proses pembekuan menurut pengamatan
yang sudah dilakukan tidak terlalu banyak, hal ini sesuai dengan teori karena
menurut (Dwinaningsih, 2010) menyatakan bahwa miselia akan tumbuh
secara optimal pada suhu 30C, pH awal 6.8 dan kelembaban 70-80%. Maka
dengan penyimpanan dengan suhu yang sangat rendah yang mengakibatkan
pembekuan merupakan kondisi yang sangat tidak cocok bagi miselis tumbuh.
Keuntungan Pembekuan dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
kapang maupun kamir pada produk pangan,
yang mempercepat
proses
diblansir
dahulu
untuk
Afrianti, Dr. Ir. Leni Herliani, MS. 2013. Teknologi Pengawetan Pangan.
Bandung: Alfabeta.
Afrianto, Ir. Eddy dan Ir. Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Jogjakarta: Kanisius.
Dewandari, KT. 2009. Pembekuan Cepat Puree Mangga Arumanis dan
Karakteristiknya Selama Penyimpanan. J.Pascapanen 6(1) 2009: 27-33
Dewantari, K. T. dkk. 2009. Pembekuan Cepat Puree Mangga Arumanis dan
Karakteristiknya Selama Penyimpanan. J.Pascapanen 6(1) hal : 27-33.
Bogor.
Kanna, Iskandar, A. Md. 2005. Seri Budi Daya Bullfrog: Pembenihan Dan
Pembesaran. Jorjakarta: Kanisius.
Kusbiantoro, dkk. 2005. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Penstabil
terhadap Mutu Produk Velva Labu Jepang. J. Hort. Vol. 15 No. 3, 2005.
Koswara, Ir. Sutrisno, MSi. 2009. Pengolahan Pangan Dengan Suhu Rendah.
Mulyawanti, Ika. 2008. Pengaruh Waktu Pembekuan dan Penyimpanan Terhadap
Karaktaresistik Mangga Arum manis Beku. J.Pascapanen 5(1) 2008 51-58
Supriadi, Iwan, dkk. 2014. Viabilitas Dan Patogenitas Edwardsiella tarda Pada
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Dibekukan Pada Suhu -20 C.Jurnal
0
Usmiati, Sri dkk. 2005. Karakteristik Serbuk Labu Kuning (Curcubita moschata).
Jurnal Teknol. Dan Industri Pangan, Vol XVI No. 2. Bogor.