Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh
Nurul Agnia Hasanah
1100023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul PEWARNA
MAKANAN
Makalah ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas kimia umum dan
untuk menambah wawasan tentang pewarna makanan yang sangat sering ditanbakan
pada makanan yang kita konsumsi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
Daftar Isi
BAB
Halaman
ii
I.
II.
III.
Pendahuluan
1. Latar belakang ............................................................................
2. Tujuan .........................................................................................
Pembahasan
1. Apa itu pewarna makanan? ......................................................
18
19
21
22
24
Penutup
Kesimpulan ............................................................................................
28
Saran ......................................................................................................
28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk menggugah
selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik.
Zat pewarna sendiri secara luas digunakan di seluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu
orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami,
misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk
warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni
ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan
untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan
meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna
alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi
pangan pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang
sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan
demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik
perhatian konsumen.
Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan (Syah et al.
2005) :
1. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.
3. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini
penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu
produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang
berbahaya.
4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang
ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama
produk disimpan.
Zat pewarna pada makanan secara umum digolongkan menjadi dua kategori yaitu zat
pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang
berasal dari tanaman atau buah-buahan. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami
yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan
yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur
dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih
pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat
ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (Lee 2005).
Zat pewarna sintesis merupakan zat pewarna buatan manusia. Zat pewarna sintetis
seharusnya telah melalui suatu pengujian secara intensif untuk menjamin keamanannya.
Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan
memilliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Di samping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung
berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan
dengan zat pewarna alami. Para konsumen pun hendaknya selalu mendapatkan informasi
tentang komponen-komponen yang terkandung dalam zat pewarna sintetis tersebut (Lee
2005).
Lebih cerah
Lebih pudar
Lebih homogen
Tidak homogen
Variasi warna
Banyak
Sedikit
Harga
Lebih murah
Lebih mahal
Ketersediaan
Tidak terbatas
Terbatas
Kestabilan
Stabil
Kurang stabil
Pemerintah sendiri telah mengatur penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun
demikian masih banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan
zat-zat pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya rhodamine B
sebagai pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya mempunyai warna yang lebih
cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah dan produsen pangan belum
menyadari bahaya dari pewarna tersebut.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis pewarna makanan yang
sering digunakan dan juga membahas kelebihan maupun kekurangan dari penambahan
pewarna makanan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Pewarna Makanan
1. Apa itu pewarna makanan ?
Bahan
pewarna secara
sederhana
dapat
kimia terhadap
Bahan
pewarna
benda
pada
yang
umumnya
Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang
gelombang tertentu dari cahaya.
Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak
memiliki afinitas terhadap substrat.
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur Tengah, pewarna
telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh
dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak
memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan
pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu,daun, dan kayu.
Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Karena zat pewarna yang diperoleh dari alam pilihan warnanya sangat sedikit, maka
dicari alternatif lain untuk memproduksi zat-zat pewarna tersebut dilaboratorium maupun
dalam skala insdustri yang dikenal sebagai pewarna sintetik. Zat warna sintetik ditemukan
William Henry Perkins tahun 1856, namun baru mulai digunakan sejak tahun 1956 dan
saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan
maupun dalam laboratorium.
Ada banyak faktor yang mendukung kita untuk menambahkan pewarna makanan ke
dalam makanan yang kita buat, diantaranya :
Mengurangi atau mencegah hilangnya warna makanan yang disebakan oleh adanya
paparan sinar matahari, suhu yang ekstrem, kelembaban, dan kondisi penyimpanan.
Melindungi flavor dan vitamin yang dapat dipengaruhi oleh sinar matahari selama
penyimpanan.
1) Dye
Dye merupakan zat pewarna makanan yang umum larut dalam air. Dye
biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Zat warna
ini stabil untuk berbagai macam penggunaan dalam pangan. Dalam bentuk kering, zat
ini tidak memperlihatkan adanya kerusakan. Namun, warna ini dapat berubah menjadi
tidak stabil apabila dalam pangan tersebut terkandung bahan-bahan pereduksi atau
bahan tersebut berprotein dan diproses dalam suhu tinggi, juga jika zat warna tersebut
mengalami kontak dengan logam.
7
2) Lake
Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh
suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna
kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau
produk yang mengandung lemak dan minyak.
Lake dibuat melalui proses pengendapan dan absorpsi dyes pada radikal (Al
atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium hidrat (Alumina). Lapisan alumina ini
bersifat tidak larut dalam air dan bersifat stabil pada pH 3,5-9,5. Dibandingkan
dengan dyes, lake cenderung lebih stabil terhadap cahaya, kimia, dan panas, sehingga
harganya lebih mahal dibandingkan dengan dyes. Karena lake tidak larut dalam air
dan lebih baik dalam lemak dengan demikian, mereka harus diuji keberhasilannya
sebelum digunakan di dalam makanan.
Biru No. 1 Pewarna ini bisa ditemukan di dalam minuman bersoda, gula pelapis,
permen, sirop dan makanan penutup.
Biru No. 2 Makanan ringan, permen dan es krim serta makanan yang dipanggang
Merah No. 40 Agar-agar, puding, es krim, produk susu dan berbagai minuman
Merah No. 3 Ceri, salad buah, produk susu, makanan yang dipanggang dan
makanan ringan
Kuning No. 5 Sereal, makanan yang diawetkan, puding susu, minuman, es krim
Beberapa zat pewarna yang diperoleh dari tumbuhan dapat dilihat pada tabel.
Warna
Sumber
Hijau
Daun pandan
Kuning
Kunyit
Coklat
Buah coklat
Merah
Daun jati
Kuning kemerahan
Wortel
folat.
Manfaatnya
antara
lain
membantu
10
11
12
2. Antosianin
Mencakup warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada
mahkota bunga dan buah-buahan. Misalnya bunga mawar, pacar air,
kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, dan
buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis dan
umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga
belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna
alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk
makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).
3. Kurkumin
Menghasilkan warna kuning yang diisolasi dari tumbuhan kunyit.
4. Klorofil
Mencakup warna hijau yang di peoleh dari tumbuhan yang berwarna
hijau. Misalnya daun suji dan daun pandan, daun katuk yang digunakan
sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar.
Selain menghasilkan warna hijau yang menarik, ketiganya memiliki wangi
yang khas.
5. Biksin
Biksin memberikan warna kuning seperti mentega dan sering
digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad
dressing. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di
daerah tropis
6. Karamel
Karamel berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis
(pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel
terdiri dari 3 jenis, yaitu :
13
Meskipun zat warna alami secara kuantitas lebih banyak kekurangan, namun
secara kualitas zat warna alami lebih banyak baik dibandingkan zat warna lainnya.
14
Warna ini dihasilkan dengan cara sintesis kimia, bukan dengan cara ekstraksi
atau isolasi. Jadi pewarna identik alami adalah pigmen-pigmen yang dibuat secara
sintetis yang struktur kimianya identik dengan pewarna-pewarna alami. Yang
termasuk golongan ini adalah karotenoid murni antara lain :
canthaxanthin (merah)
apo-karoten (merah-oranye)
15
beta-karoten (oranye-kuning)
Beta-Karoten / -Karoten merupakan senyawa organik dan
diklasifikasikan sebagai suatu terpenoid. Ini adalah pigmen merah-oranye
sangat berwarna berlimpah pada tanaman dan buah-buahan.
Sebagai karoten dengan beta-cincin di kedua ujungnya, itu adalah
bentuk paling umum dari karoten. Ini adalah prekursor (bentuk tidak aktif)
vitamin A.Struktur ini disimpulkan oleh Karrer et al. pada tahun 1930.
Di alam, -karoten adalah prekursor vitamin A melalui aksi betakaroten 15. -Karoten juga merupakan substansi dalam wortel yang warna
oranye mereka. -Karoten biosynthesized dari pirofosfat geranylgeranyl.
Menjadi sangat terkonjugasi, hal ini sangat berwarna, dan sebagai
kelompok fungsional hidrokarbon kurang, sangat lipofilik.
Karotenoid tanaman adalah sumber makanan utama pro-vitamin A di
seluruh dunia, dengan -karoten sebagai yang paling terkenal pro-vitamin A
karotenoid. Lainnya inlcude --karoten dan cryptoxanthin. Karotenoid
diserap ke dalam usus kecil oleh difusi pasif. Satu molekul -karoten dapat
dibelah oleh enzim usus spesifik menjadi dua molekul vitamin A.
Efisiensi penyerapan diperkirakan antara 9-22%. Penyerapan dan
konversi karotenoid mungkin tergantung pada bentuk bahwa -karoten
dalam (sayuran dimasak vs mentah, dalam suplemen)
16
Karena zat pewarna yang diperoleh dari alam pilihan warnanya sangat sedikit,
maka dicari alternatif lain untuk memproduksi zat-zat pewarna tersebut
dilaboratorium maupun dalam skala insdustri yang dikenal sebagai pewarna
sintetik. Zat warna sintetik ditemukan William Henry Perkins tahun 1856, namun
baru mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat
warna buatan digunakan untuk industri makanan maupun dalam laboratorium.
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan
yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung
pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan
yaitu :
17
Kelebihan
pewarna
buatan
dibanding
pewarna
alami
adalah
dapat
menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang
digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap
cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan
disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna
tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan.
Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun
dilarang) diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi
melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan
makanan.
Berikut
ini
adalah
kutipan
SK
Menteri
Kesehatan
RI
No.
722/MenKes/Per/VI/88 pasal 2 :
Pasal 2
(1) Pada kemasan atau bungkus luar pewarna makanan harus dicantumkan secara
jelas tanda khusus untuk pewarna makanan;
(2) Selain tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 79/Menkes/Per/III/78 tentang Label dan
Periklanan
Makanan
serta
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
f. Kode produksi;
g. Takaran penggunaannya dalam makanan;
h. Nomor pendaftaran produk;
i. Nama dan alamat perusahaan;
j. Nomor pendaftaran produsen.
(3) Tanda khusus tidak perlu dicantumkan pada kemasan, apabila pewarna tersebut
dijual eceran dengan kemasan yang disertai bungkus luar.
Perilaku hiperaktif pada anak-anak ternyata terkait dengan pewarna makanan dan
pengawet sodium benzoat, sebut penelitian yang diterbitkan The Lancet, baru-baru ini.
Dampak zat-zat tersebut sangat luas, kata para peneliti. Mereka menyarankan para
orangtua mengatur makanananak-anak mereka, karena langkah itu ternyata cara mudah
untuk menangani perilaku hiperaktif.
19
Satu grup diberi Campuran A, minuman yang mengandung pewarna buatan yang biasa
ada dalam permen ukuran dua kantong 56 gram. Grup lainnya diberi Campuran B,
dengan tingkat pewarna yang lebih tinggi, setara empat kantong permen itu. Kedua
minuman campuran itu punya takaran sodium benzoat yang sama. Sebelum percobaan
selama enam pekan itu dilakukan, para peneliti minta orangtua dan guru menilai anakanak mereka dalam segi overaktif, impulsif dan perilaku kurang memerhatikan, yang
semuanya adalah ciri-ciri hiperaktif.
Penilaian juga dilakukan oleh para pengamat terlatih (bahkan oleh para sarjana
psikologi), yang duduk di kelas dan mencatat perilaku masing-masing anak, sesuai
ukuran-ukuran yang berlaku secara internasional. Selama sepekan pertama pecobaan,
anak-anak menerima makanan biasa. Setelah itu, semua permen-permen dan minuman
yang menggunakan pengawet tidak lagi diberikan, lalu para orangtua diminta
menggantinya dengan minuman percobaan dalam botol tersebut.
Peringatan mengenai zat tambahan pada makanan serta akibatnya terhadap kesehatan
anak-anak sudah disampaikan sejak tiga puluh tahun lalu, namun bukti konkret mengenai
peringatan itu selalu dinyatakan masih kurang atau tidak ilmiah.
20
1. Setiap kali membeli produk makanan, baca jenis dan jumlah pewarna yang
digunakan
2. Perhatikan label pada setiap kemasan produk. Pastikan di label itu tercantum izin dari
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis: POM dan Nomor izin
pendaftaran. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah tangga maka harus ada
nomor pendaftarannya yang tertulis : P-IRT dan nomor izin pendaftaran.
3. Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya pilih makanan
atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok, karena kemungkinan warna
tersebut berasal dari bahan pewarna bukan makanan (non food grade) seperti pewarna
tekstil.
21
41000
Alkanet
75520
Butter Yellow
11020
27755
77491
11270
14270
12156
10
16045
11
13015
12
42085
13
69800
14
42510
15
Methanyl Yellow
13065
16
12100
17
12170
18
11380
19
11390
20
16230
21
15980
22
15970
23
24
16155
25
14700
26
16290
27
45170
28
12055
29
14815
30
Violet 6B
42640
23
24
Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti
triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan
keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-Ndietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi.
Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya
kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya
efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah
termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan
menyebabkan toksik dan karsinogen.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena
mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan
sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B.
Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut
adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam
struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen
adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian
senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai
kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita
sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri
adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin berasal
dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin
mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl)
dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air,
meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan
manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk
sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan
disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun berbahaya, jika terkena akan
mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.
25
26
BAB III
PENUTUP
27
KESIMPULAN
Penambahan zat pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan menarik
bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna dan menutupi
perubahan warna selama penyimpanan. Penambahan zat pewarna rhodamine B pada
makanan terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak
organ tubuh dan berpotensi memicu kanker. Oleh karena itu rhodamine B dinyatakan sebagai
pewarna berbahaya dan dilarang penggunannya. Pemerintah sendiri telah mengatur
penggunaan zat pewarna dalam makanan. Namun demikian masih banyak produsen
makanan, terutama pengusaha kecil, yang menggunakan zat-zat pewarna yang dilarang dan
berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil atau cat yang pada umumnya
mempunyai warna yang lebih cerah, lebih stabil dalam penyimpanan, harganya lebih murah
dan produsen pangan belum menyadari bahaya dari pewarna-pewarna tersebut.
SARAN
Alternatif lain untuk menggantikan penggunaan zat pewarna sintetis adalah dengan
menggunakan pewarna alami seperti ekstrak daun suji, kunyit dan ekstrak buah-buahan yang
pada umumnya lebih aman. Di samping itu masih ada pewarna alami yang diijinkan
digunakan dalam makanan antara lain caramel, beta-karoten, klorofil dan kurkumin.
28
Daftra Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarna
http://www.slideshare.net/darono/bahan-tambahan-makanan
http://materismansa.blogspot.com/2011/06/zat-warna-pada-makanan
http://doktermu.com/Nutrisi/jenis-jenis-pewarna-makanan-buatan.html
http://smk3ae.wordpress.com/2008/10/16/mengenal-sekilas-tentang-zat-aditif-pewarna-makanan/
http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html
http://konsultansi-agroindustri.blogspot.com/2010/06/tabel-pewarna-makanan-yang-dilarang.html
29