You are on page 1of 19

Amalgam

Amalgam
Pengertian amalgam
Amalgam adalah alloi yang berisi merkuri yang menjadi pasta keperak-perakan yang
lunak ketika dicampur dan kemudian akan mengeras. Sedangkan alloi (logam campur) sendiri
berarti suatu produk yang dibentuk oleh penggabungan dua logam atau lebih yang sama-sama
larut dalam air dan biasanya disuplay dalam bentuk bubuk dan dicampur dengan merkuri.
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini
dapat bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah
beradaptasi dengan cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai
masalah efek samping yang ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan
karena masih ada anggapan bahwa amalgam berbahaya bagi kesehatan tubuh
pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri. Merkuri dalam
keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh oleh
karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini
tidak hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap
merkuri yang terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek
toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan
dan lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi
biologi. Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang merupakan
interaksi antara sifat fisika atau mekanik dan sifat kimia melalui degenerasi sel,
kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan biokompatibilitas adalah untuk
mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan jaringan rongga mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak
lingkungan biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi
adalah:

1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.


2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi
dalam sistem sirkulasi.
3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.
Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki
kekuatan untuk menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama
dengan merkuri untuk keperluan kedokteran gigi biasanya disebut dengan dental
amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk alloy membentuk suatu bahan
plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah dipreparasi.
Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis bahan tumpatan
untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing,
triturasi,

kondensasi,

mempengaruhi

triming

sifat-sifat

dan

fisisnya

karving

seperti

serta

tekanan

polishing

yang

dapat

kondensasi

yang

tinggi

menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

Proses amalgamasi
Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut
amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam
kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.
Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas amalgam tergantung dari tekanan
yang terjadi antara alu dan lumpang. Tekanan yang berbeda beda dari operator menyebabkan
kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang baik. Lain halnya
dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan amalgam yang
homogen.

Klasifikasi Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Berdasarkan kandungan tembaga, yaitu:
a. Low Copper Alloys : mengandung kurang dari 6% tembaga.
b. High Copper Alloys : mengandung lebih dari 6% tembaga.
High copper alloys dapat diklasifikasikan lagi atas:
Admixed alloy powder
Single composition (unicompositional) alloy powder
2. Berdasarkan kandungan seng, yaitu:
a. Zinc-containing alloy : mengandung lebih dari 0.01% zinc
b. Zinc-free alloy : mengandung kurang dari 0.01% zinc
3. Berdasarkan bentuk dan ukuran partikel alloy, yaitu:
a. Lathe cut alloys
b. Admixed alloys
c. Spherical alloys
4. Berdasarkan jumlah alloy, yaitu :
a. Binary alloys, terdiri dari logam silver dan tin.
b. Ternary alloys, terdiri dari logam silver, tin dan copper.
c. Quartenary alloys, terdiri dari logam silver, tin, copper dan indium.
5. Berdasarkan ukuran dari alloy, yaitu:
a. Microcut , yaitu alloy dengan ukuran kecil
b. Macrocut, yaitu alloy dengan ukuran besar.

A. Sifat Fisik Amalgam


1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap
yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan
mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI ADA specification no.1
menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan

mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan
tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh
lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa
mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :
Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal.(Com be, 1992)
Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan
marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979)
Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)
2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan
kemudian tetap stabil.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula
expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
2. Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya
3. Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total area
permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercury
dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan
kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.
4. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi,
maka expansi akan lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi
kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.
3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan

koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan
mikroleakage dan sekunder karies.
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam
4. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang
mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

B. Sifat Mekanik Amalgam


1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut
tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya.
Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
1. Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy
tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi
dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi
lebih rapuh.
2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.
Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih
kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.
3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang
kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.
4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.
Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah
teknik triturasi yang baik.

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak
kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi
Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda dengan
amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan diantaranya :
1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur amalgam,
waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang maupun yang berlebih
akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang
tinggi
2.

Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah kandungan
merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus dicampur dengan logam
campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya
amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh
merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu
menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi.
Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya
kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.

3.

Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya
mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam campurlathecut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan
awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan
menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi
diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut.
Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai
kekuatan yang baik.

4.

Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.

5.

Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh dokter
gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit
setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah amalgam
sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada kemungkinan bahwa
persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan
secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80
MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan
tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004)

C. Sifat Kimia Amalgam


1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis
dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah
permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi
secara in vivo . Untuk restorasi amalgam amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling
tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya
semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic
yang dihasilkan.
2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat
mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan.
(Marke, 1992)
Solusi;

1.memoles tumpatan amalgam


2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.
3. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat
menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan
copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.

D. Sifat Biologi Amalgam


1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan
rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak
atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling
mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi
yang di rawat.(Anusavice, 2004)
Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)

2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai
dipertanyakan. Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis
pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan
dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan
dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari
permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi
air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan;

Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari
senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang
mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru- paru oleh
sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi
senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada janin.
Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi yang akan
dilahirkan.
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau pembuangan
tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat
mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008)
Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas.
2. Menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. Pemilihan tipe lantai yang cocok
4. Penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia
5. Jangan disentuh dengan tangan
6. Menggunakan masker
7. Memakai teknik hand condensor
8. Ruang tidak berkarpet

Pemanipulasian Amalgam
Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy amalgam dengan
merkuri. Rasio powder alloy amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1.1-3 Pada
alloy spherical, rasio powder : liquid biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar
45%.
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan powder dengan liquid yang dapat dilakukan
secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara mekanis menggunakan
amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang
disebut amalgam.

Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam carrier


dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang besar menggunakan
amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding kavitas. Kondensasi yang baik perlu
dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri yang berlebihan dapat
melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan porositas pada amalgam.
Prosedur selanjutnya adalah carving yang dilakukan untuk mendapatkan kontur, kontak
dan anatomi yang sesuai sehingga mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya.
Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) dengan burnisher untuk meminimalisir korosi dan
mencegah perlekatan plak. Pemolesan dilakukan 24 jam setelah penambalan, setelah tambalan
cukup kuat.

Reaksi Pengerasan Amalgam


Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah alloy dan merkuri dicampur. Pencampuran
ini menyebabkan lapisan luar partikel alloy larut dalam merkuri dan membentuk dua fase baru
yang solid pada temperatur kamar. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ag3Sn + Hg
+ merkuri
powder

liquid

Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn(7-8)Hg


+ 1 + 2
alloy yang tidak matriks

bereaksi
Tidak semua partikel alloy akan larut dalam merkuri. Struktur bahan setelah reaksi
pengerasan berupa struktur inti ( yang tidak bereaksi), 1 dan 2 yang secara mikroskopis
membentuk suatu susunan jala yang tidak terputus-putus
Menurut ANSI/ADA specificatin no.1, kekerasan maksimal amalgam dicapai setelah 24 jam
pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan pemampatan yang cukup akan mencegah
terjadinya ekspansi maupun kontraksi yang tidak diinginkan. Ekspansi maupun kontraksi
tersebut merupakan manifestasi dari perubahan dimensi.
Pada high-copper amalgam, tembaga akan terdisitribusi secara merata. Peningkatan
kandungan tembaga dalam alloy akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Sehingga untuk

amalgam tipe high copper terdapat reaksi sekunder yang berlangsung setelah reaksi pertama.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 + Ag-Cu Cu6Sn5 + 1
Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak mengandung atau sedikit mengandung
fase .
Modifikasi reaksi pengerasan yang terjadi pada amalgam tipe high copper menghasilkan
beberapa kelebihan, yaitu:
a. Compressive strength lebih tinggi
b. Final strength terjadi lebih cepat
c. Meminimalisasi creep
d. Meminimalisasi korosi
e. Hardness yang lebih tinggi

Kelebihan dan Kekurangan Amalgam


Kelebihan :

Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan
dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian
dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik)
asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya
lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique
sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam
salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal
resin komposit.

Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan :.

Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga
tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.

Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi
sehingga tampak membayang kehitaman.

Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan
pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau
dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang
setelah pasien dapat beradaptasi.

Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

Sering menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies. Solusinya enggunakan


cavity varnish yang mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang
menguap misalkan eter dan harus tahan air.

Mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan
logam lain. Solusinya dengan melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan
amalgam.

Sifat dan Komposisi Amalgam

Sifat Amalgam
A. Sifat Fisik Amalgam
1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara
bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan
amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA
specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam dengan
kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah,
beberapa bahkan kurang dari 0,1%.
2.

Stabilitas Dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan pada dimensinya dan


kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional
jangka panjang.
1)

Perubahan dimensional
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya,
idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksinya yang hebat dapat
menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder.
Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam
tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA
no.1 menyebutkan bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari
20 m/cm, diukur pada 300C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi
dengan alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5 m.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah :

a.

Komposisi Alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih
besar pula expansi yang terjadi.
b.
Rasio mercury:alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat
expansinya.
c.
Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut,
maka total area permukaan alloy akan meningkat.
d. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama
waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.
e.
Tekanan kondensasi : Jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi,
akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury
ke alloy.
3. Difusi termal

Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin
sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang
mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies.
4. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan,
yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.
B. Sifat Mekanik Amalgam
1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur
tersebut
tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan
struktur yang
lainnya.
Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam
lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik
untuk
mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang
memperbesar
kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.
Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
a.

Rasio mercury:alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel
alloy
tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan
bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat
amalgam menjadi lebih rapuh.

b.

Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.


Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi
lebih
kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.

c.

Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel
yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

d.

Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.


Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting
adalah
teknik triturasi yang baik.
Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam
yang
tidak kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya.

1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam
campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator.
2. Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontril kekuatan adalah
kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup haris
dicampur dengan logam camput untuk menutupi partikel-partikel logam campur
dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing
partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri. Bila tidak, akan terbentuk
adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan
permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi.
Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.
3. Efek Kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel campur, semuanya
mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam
campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan
kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam).Teknik kondensasi
yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase
matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk
mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut.
Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan rignan akan
mempunyai kekuatan yang baik.

4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresi minimal adalam 80 Mpa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari
amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.
C. Sifat Kimia Amalgam
1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau
alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah saliva . Besarnya arus
galvanis
dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak dan
daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi
secara in vivo . Untuk restorasi amalgamamalgam , perbedaan potensial korosi
sebelum
berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang
mana
paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya
semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil
arus galvanic
yang dihasilkan.
2.

Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur


dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical.
Korosi dapat
mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan
penggunaan.
3.

Tarnish

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang
terlihat dapat
menyebabkan tarnish.
campuran silver

Penyebab

discoloration

yang

paling

terkenal

adalah

dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
D. Sifat Biologi Amalgam
1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai
dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain.
Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek
samping
fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi
oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat.
2.

Toksisitas

Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai
dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa keracunan air raksa dari
tambalan
gigi adalah penyebab dari penyakit-penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas
dan ada
bahaya bagi dokter gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama
pengadukan
penempatan dan pembuangan.
Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis
pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang
turut
berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan
keracunan
dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa
yang larut

dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling


menonjol bagi
asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya.
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau
pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses
pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang .
Komposisi Amalgam
Alloy
Presentase Berat (%)
Silver

65 (maksimum)

Tin

29 (maksimum)

Copper

6 (maksimum)

Zinc

2 (maksimum)

Mercury

3 (maksimum)

Palladium

0,5

Fungsi dari tiap unsur diatas yaitu :


1.
a.
b.
c.
d.
e.

Silver.

Memutihkan alloy.
Menurunkan creep.
Meningkatkan strength.
Meningkatkan setting expansion.
Meningkatkan resistensi terhadap tarnish.
2.

Tin

a.
b.

Mengurangi strength dan hardness.


Mengendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu
cepat terjadi dan setting expansion tidak dapat ditoleransi.
c. Menigkatkan kontraksi.
d. Mengurangi resistensi terhadap tarnish dan korosi.
3.
a.
b.

Copper

Meningkatkan ekspansi saat pengerasan.


Meningkatkan strength dan hardness.
4.

Zinc

a.

Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila campuran
amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses pemanipulasiannya.
b. Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan sifat-sifat
amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer selama proses
pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsure-unsur penting
seperti silver, copper, ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih
rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi
kurang plastis.
5.

Mercury

Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam
alloy. Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat
menghasilkan reaksi yang lebih cepat.
6.
a.
b.

Palladium

Mengeraskan alloy.
Memutihkan alloy
Sumber :
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/54133743?
extension=pdf&ft=1337953671&lt=1337957281&uahk=GTCKoMIb09vBqroli7d7h9H
HQFA
http://repository.usu.ac.id//bitstream/123456789/23800/3/Chapter%20II.pdf

You might also like