Professional Documents
Culture Documents
lebih
mengenal
organisasinya.
1.1.3 Proses Pelatihan SDM
Terdapat empat tahap pada proses pelatihan yaitu; penilaian, perancangan,
penyampaian, dan evaluasi. Penggunaan dari proses tersebut akan mengurangi
terjadinya usaha-usaha pelatihan yang tidak terencana, tidak terkoordinasi, dan
serampangan. (Mathis, 2006)
2. Pembelajaran
tambahan
ketrampilan
dan
pengetahuan
baru
yang
ini
menganalisis,
meramalkan
dan
menyebutkan
kebutuhan
organisasional untuk sumber daya manusia pada saat ini dan masa yang akan
datang
2. Menyebutkan kapabilitas yang penting
Setelah tahapan perencanaan, menentuan kapabilitas yang dibutuhkan
pada organisasi di masa yang akan datang sangat diperlukan seperti kapabilitas
dalam pembuatan keputusan yang berkualitas, nilai etika, keterampilan teknis dan
lain-lain.
8
b. Pengujian Psikologis
Pengujian ini digunakan untuk menentukan potensial dan kebutuhan
pengembangan para karyawan.
c. Penilaian Kinerja
Data kinerja tentang produktivitas, hubungan karyawan, pengetahuan
pekerjaan dapat diketahui.
5. Melaksanakan rencana pengembangan untuk organisasional dan individual
Melakukan
rencana
pengembangan
baik
pengembangan
secara
Hal tersebut dapat dilihat secara rinci pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan
PELATIHAN
Mempelajari perilaku dan
tindakan tertentu ;
Fokus
mendemonstrasikan
teknik-teknik dan proses-
Jangka Waktu
Pengukuran
proses
Lebih pendek
Penilaian kinerja, tes
Efektivitas
kelulusan, sertifikasi
PENGEMBANGAN
Memahami konsep dan konteks
informasi;mengembangkan
penilaian;memperluas kapasitas
untuk tugas-tugas
Lebih panjang
Tersedia orang-orang yang
memenuhi syarat ketika
dibutuhkan, promosi dari dalam
bila memungkinkan,
keunggulan kompetitif berbasis
10
SDM
Sumber : Mathis (2006)
1.4 Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Kegiatan pelatihan berdasarkan tempat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. On the Job
2. Off the Job
Berikut adalah penjelasan dari metode pelatihan :
1. On-the-Job Training
On-the-Job
Training
memungkinkan
(OJT)
karyawan
merupakan
untuk
metode
mempelajari
informal
tugas-tugas
yang
dengan
11
pegawai. Karena JIT adalah suatu teknik bukan program, ini dapat
disesuaikan dengan usaha latihan bagi semua pegawai dalam program off
the job maupun on the job.
JIT terdiri dari 4 langkah :
1) Seleksi dan persiapan yang teliti dari pelatih dan peserta latihan untuk
pengalaman belajar yang akan diikuti
2) Penjelasan penuh dan demonstrasi oleh peserta latihan dari pekerjaan
yang akan dilakukan
3) Kinerja on the job percobaan oleh peserta latihan
4) Sessi umpan balik yang mendalam untuk mambahas kinerja peserta
latihan dan persyaratan kerja
b. Magang
Magang adalah suatu proses terstruktur dimana orang menjadi pekerja yang
terampil melalui kombinasi dari pelajaran di kelas dan pelatihan langsung di
pekerjaan. Biasanya magang digunakan sebagai salah satu cara dalam
rekruitmen terutama mahasiswa untuk bekerja di sebuah organisasi.
c. Rotasi pekerjaan
Metode pelatihan dimana karyawan berpindah dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lainnya untuk memperluas pengalaman.
d. Pelatihan pemula
Kombinasi instruksi kelas dan pengerjaan tugas secara langsung. Metode ini
umum digunakan pada pekerjaan yang melibatkan ketrampilan seperti
tukang listrik.
2. Off The Job Training
Off The Job Training merupakan metode informal dimana karyawan
mempelajari tugas-tugas dengan tidak mengerjakannya secara langsung
pada saat bekerja. Beberapa contoh off the job training yaitu :
12
a. Permainan peran
Perrmainan peran adalah metode pelatihan dan pengembangan dimana para
peserta diminta untuk merespons permasalahan - permasalahan khusus yang
mungkin muncul dalam pekerjaan mereka dengan meniru situasi-situasi
dunia nyata atau dikenal dengan istilah learning by doing.
b. Pelajaran yang terprogram
Pelajaran yang terprogram atau instruksi yang terprogram adalah metode
belajar sendiri langkah demi langkah yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Menyikapi pertanyaan, fakta, atau permasalahan kepada orang yang
belajar.
2. Mengizinkan orang yang belajar untuk memberikan respons.
3. Memberikan timbal balik untuk mendapatkan jawaban yang akurat.
Keuntungan dari pelajaran yang terprogram adalah dapat menggunakan
waktu pelatihan dengan optimal (tidak perlu waktu yang lama). Pelatihan ini
juga memberikan pembelajaran karena membiarkan orang-orang yang
dilatih belajar sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dan dapat
memberikan timbal balik antara pelatih dan orang yang dilatih.
c. Pelatihan dengan peralatan audiovisual
Pelatihan dengan peralatan audiovisual dinilai sebagai pelatihan yang sangat
efektif seperti, film, power point, video konferensi, kaset audio dan kaset
video.
13
14
dan meningkatkan motivais orang yang dilatih (hasil dari proses timbal
balik)
e. Pelatihan Jarak Jauh Berbasis Internet
1) Teletraining
Melalui teletraining seorang pelatih pusat dapat mengajar kelompokkelompok karyawan di lokasi yang jauh melalui sambungan televisi.
2) Video konferensi
Video konferensi mengizinkan orang dalam satu lokasi untuk
berkomunikasi langsung melalui sebuah kombinasi dari peralatan
audio dan visual dengan orang di kota atau negara lain. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan sebelum mengajar di depan kamera.
Sebagai contoh, karena pelatihannya jarak jauh, sangatlah penting
untuk menyiapkan panduan pelatihan jauh sebelum waktu dimulai
pelatihan khususnya naskah yang akan digunakan pelatih.
15
BAB II
TRAINING NEED ASSESSMENT
2.1 Pengertian Training Need Assessment
Training Needs Assessment(TNA) atau analisis kebutuhan pelatihan adalah
suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan
bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh gambaran
komprehensif tentang materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran
yang sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan agar pelatihan
bermanfaat bagi peserta pelatihan. Dari analisis ini akan diketahui pelatihan apa
saja yang relevan bagi suatu organisasi pada saat ini dan juga dimasa yang akan
datang.
Organisasi
menganalisis dahulu kebutuhan dan tujuan apa yang ingin dicapai. Penilaian
kebutuhan merupakan road map untuk mencapai tujuan organsasi.
2.2 Pentingnya Training Needs Assessment
Kebutuhan menurut Briggs (dalam AKD LAN 2005) adalah ketimpangan
atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya. Gilley dan
Eggland (AKD LAN, 2005 ) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kesenjangan
antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat
kondisi yang diharapkan. Kebutuhan pelatihan dapat diketahui sekiranya terjadi
ketimpangan antara kondisi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) yang senyatanya
ada dengan tujuan-tujuan yang diharapkan tercipta pada suatu organisasi.
Kebutuhan pendidikan (education needs) atau kebutuhan pelatihan (training
needs) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara hasil-hasil yang ada sekarang
dan hasil-hasil yang diinginkan atau dipersyaratkan. Tidak semua kesenjangan
atau kebutuhan mempunyai tingkat kepentingan yang sama untuk segera dipenuhi.
16
Maka antara kebutuhan yang dipilih dengan kepentingan untuk dipenuhi kadang
terjadi masalah atau selected gap.
Analisis Kebutuhan Pelatihan menurut Rosset dan Arwady menyebutkan
bahwa Training Needs Assessment (TNA) adalah suatu istilah yang dipergunakan
dalam analisis untuk memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang
berkaitan dengan penerapan teknologi baru.
Analisis kebutuhan pelatihan memegang peran penting dalam setiap
program pelatihan, sebab dari analisis ini akan diketahui pelatihan apa saja yang
relevan bagi suatu organisasi pada saat ini dan juga dimasa yang akan datang,
yang berarti dalam tahap analisis kebutuhan pelatihan ini dapat diidentifikasi jenis
pelatihan apa saja yang dibutuhkan oleh pegawai dalam pengemban
kewajibannya.
Fungsi Training Need Assessment :
1. Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja
2. Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context
3. Mendefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang
operasional
4. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan
5. Memberi data untuk keperluan perencanaan
2.3 Tahap Training Needs Assessment (TNA)
1. Analisis organisasi
Analisis organisasi menentukan dimana pelatihan dapat dilakukan dan
dimana seharusnya dilakukan. Analisis ini memfokuskan pada organisasi secara
keseluruhan mencakup analisis tujuan organisasi, sumber daya, iklim organisasi,
serta analisis lingkungan eksternal dan internal organisasi. Analisis ini bertujuan
memperoleh informasi tentang organisasi yang digunakan untuk menentukan
tujuan pelatihan yang hendak dicapai. Sebagai tahap awal perlu adanya upaya
mengkaitkan penilaian kebutuhan pelatihan dengan pencapaian tujuan organisasi.
17
18
menentukan
kebutuhan
pelatihan. Yang
perlu
diperhatikan
jika
BAB III
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN dan PELATIHAN SDM
Salah satu implementasi dari kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM
di bidang kesehatan yaitu Pelatihan Leadership bagi Pimpinan di Rumah Sakit.
Berikut adalah contoh dari kegiatan pelatihan di Rumah Sakit,
LATAR BELAKANG
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi/usaha. Kepemimpinan yang
19
efektif,
membawa
pengelolaan
organisasi
ke
arah
kesuksesan.
Tanda
20
menuntut manusia untuk bekerja serta menyesuaikan diri dan membangun dirinya
untuk menghadapi rintangan dan tantangan. Akibatnya semua orang harus
memiliki kemampuan untuk mengolah situasi dan informasi untuk menjadi solusi.
Semua orang harus berpikir kreatif untuk memecahkan persoalan dan yang pada
akhirnya juga akan meningkatkan kredibiltas. Tingginya kredibilitas akan
mendukung kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk menghadapi tantangan yang
lebih besar. Terlebih lagi di rumah sakit dengan segala macam kompleksitas
permasalahan yang ada. Institusi RS adalah wadah kegiatan pelayanan publik
yang padat modal, padat IPTEK dan padat karya. Di sana bergabung banyak SDM
dari berbagai profesi dan motivasi kerja, sehingga para manajer dan pimpinan RS
memang seharusnya menguasai manajemen SDM secara praktis, efektif, dan
efisien. Pimpinan rumah sakit di semua level haruslah mampu untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang diembannya sebagai seorang pemimpin.
Salah satu kunci penting untuk menjadi pemimpin yang efektif adalah
kemampuan untuk melihat persoalan dan masalah dari kacamata yang berbeda.
Kemudian kemampuan untuk mengambil jalan pemikiran yang berbeda dari jalan
pemikiran yang biasa diambil. Pola pikir ini sering disebut sebagai pola berpikir
kreatif. Berpikir kreatif akan membawa seorang pemimpin menjadi penggagas
dan dengan kreatifitas akan mewujudkan gagasan ke dalam kenyataan.
Tugas utama seorang pemimpin adalah menciptakan mimpi indah bagi
organisasi dan membangun komitmen pengikutnya untuk mewujudkan mimpi
tersebut. Kreatifitas merupakan kekuatan daya cipta yang mewujudkan karya dan
kerja yang bertumpu pada inovasi. Jalinan yang terjadi antara konsep berpikir
kreatif dan kreatifitas dilakukan dengan dua tahap berbeda; berpikir lalu berbuat.
21
Aspek-aspek pengelolaan sumber daya, salah satu yang utama adalah SDM dan
seluruh kemampuan organisasi untuk secara optimal diberdayakan untuk
mencapai tujuan organisasi adalah yang paling penting, namun sulit. Dengan
peningkatan berpikir kreatif maka kreatifitas tidak akan berhenti.
Untuk itu guna meningkatkan kompetensi pimpinan rumah sakit di semua
tingkatan, memberikan pemahaman, pengetahuan tentang potensi diri individu
maka perlunya diselenggarakan Bimbingan Teknis Leadership bagi Pimpinan di
Rumah Sakit
TUJUAN
Pimpinan Rumah Sakit
1. Mengenali prinsip-prinsip dasar dalam teori kepemimpinan
2. Mengenali tipe / gaya kepemimpinan
3. Mengenali perubahan dan mampu melakukan perubahan
4. Berkomunikasi secara efektif dan rethorika seorang pemimpin
5.Meningkatkan keterampilan analitis yang akan berdampak kepada
berpikir kreatif untuk membangun kreatifitas kerja sehingga terbentuk
motivasi positif dalam bekerja.
6. Memahami konsep kepemimpinan dan proses penerapannya
7. Memahami perilaku dan attitude para follower dan membangkitkan
motivasi serta gairah dalam bekerja
8. Mampu melakukan negosiasi secara efektif terhadap pihak internal
maupun eksternal perusahaan.
22
3. Memimpin / Leading
Agenda ini mengarahkan peserta pada
kemampuan untuk
23
retorika
pemimpin
dalam
upaya
mendukung
terciptanya
3.
24
4.
DAFTAR PUSTAKA
Struktural
Kesehatan.
Diunduh
dari
http://www.lrckesehatan.net/evenpenting/rakon/2011/panel-2/Rancang
an%20pelatihan%20bagi%20pejabat%20struktural%20kes.ppt
pada
25
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara
IMRS PERSI. 2011. Bimbingan Teknis Leadership bagi Pimpinan di Rumah
Sakit. Diunduh dari http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/tor_maret11.pdf
pada tanggal 11 April 2011.
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan
2. Jakarta : Erlangga.
Mathis R.L dan Jackson J.H, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.
Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid I Edisi 10.
Jakarta : Erlangga
Sudayat, Ridhwan Iskandar. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Diunduh
dari
http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/6-
26