You are on page 1of 4

Analisis Abu

Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan komponenkomponen organik dalam bahan pangan. Jumlah dan komposisi abu dalam mineral tergantung
pada jenis bahan pangan serta metode analisis yang digunakan.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu.
Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut.
Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis
elemen-elemen mineral (individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu pengabuan
basah dan pengabuan kering.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:
1.

Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan

Dalam penggilingan gandum, misalnya apabial masih banyak katul atau lembaga yang terikut
maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tingggi.
2.

Mengetahui jenis bahan yang digunakan

Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan
dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau
membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis
3.

Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan.

Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya
pasir atau kotoran yang lain.
Untuk melakukan analisis kadar abu suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan tiga
metode yaitu metode kering, metode basah dan metode pengabuan plasma temperature rendah.
1. Pengabuan Basah (Wet Oxidation/Wet Digestion) / Cara Tidak Langsung
Prinsip : mengoksidasi substansi organik dgn menggunakan asam nitrat untuk
mendestruksi zat organik pada suhu rendah untuk menghindari kehilangan mineral akibat
penguapan. Digunakan untuk menganalisis Arsen, tembaga, timah hitam, timah putih dan
seng
Keuntungan
1. Mineral tetap dalam bentuk larutan

2. Sedikit atau tidak mengalami penguapan (suhu rendah)


3. Waktu oksidasi sebentar
4. Membutuhkan penutup kepala, hot plate, penjepit panjang & peralatan safety
Kerugian
1.
2.
3.

Membutuhkan perhatian lebih


Membutuhkan corrosive agents
Hanya sedikit sampel yang bisa dilakukan pada satu waktu

2. Pengabuan Kering / Cara Langsung


Prinsip pembakaran pada suhu tinggi (550C atau lebih) di dalam tanur (muffle
furnace). Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil
pembakaran
Kelebihan metodenya aman, tidak membutuhkan pereaksi & blanko substrat, dan
tidak memerlukan perhatian khusus
Kekurangan memerlukan waktu panjang (8-18 jam/semalam), memerlukan peralatan
yang mahal, dapat menghilangkan element volatil (As, B,Cd, Cr, Cu, Fe, Pb, Hg, Ni, P, V,
Zn), & dapat menyebabkan interaksi antara komponen mineral
3. Pengabuan Plasma Temperatur Rendah
Prinsip : mengoksidasi substansi organik di dalam partial vaccum oleh oksigen yang
dihasilkan dari medan electromagnetic (generator)
Kelebihan
1. Mengurangi kehilangan trace element karena penguapan pada teknik pengabuan
kering
2. Suhu rendah (150C atau kurang) mempertahankan struktur kristal & mikroskopik
sampel
Kekurangan : kapasitas sampel sedikit dan peralatan mahal

Analisis Mineral
Mineral yang terkandung dalam bahan pangan terbagi menjadi 4, yaitu:
1.

Garam organik: garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat

2.

Garam anorganik: garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat

3.

Senyawa komplek: klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dll

4.

Kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya.

Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan 3 cara yaitu secara
gravimetric,volumetric, dan secara kolorimetri.
1. Secara Gravimetri
Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan
elektrolisis.
a)

Metode Pengendapan

Suatu sampel yang akan ditentukan seara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan
reagen tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi sarat yaitu memiliki
kelarutan sangat kecil sehingga bisa mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan
cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring
(kertas saring), kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang
mengandung ion sejenis dengan ion endapan.
b)

Metode Penguapan

Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponenkomponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam
metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan
suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau
penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah
menguap.
c)

Metode Elektrolisis

Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi
endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus
listrikndengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi
menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.
2. Secara Volumetri
a)
Titrasi Kompleksometri (dg EDTA)
Prinsip : Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan

jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks.
b) Titrasi Reduksi-Oksidasi (dg KMnO4)
Prinsip : reaksi oksidasi reduksi pada suasana asam yang melibatkan electron dengan
jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam (H2SO4) untuk mencapai tingkat oksidasi dari
KMnO4 yang paling tinggi dan bilangan oksidasi +7 menjadi +2.
c) Titrasi Presipitasi (dg Ag)
Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pengendapan, seperti:
Ag+ + Cl AgCl (s)
Ag+ + I AgI (s)
Zat yang biasa digunakan sebagai baku primer adalah NaCl, NaBr, KBr, atau KCl dengan
kemurnian yang tinggi. Sebagai baku sekunder digunakan larutan AgNO3.
3. Secara Kolorimetri
Berdasarkan reaksi pembentukan warna yang dapat menyerap atau meneruskan sinar pada
panjang gelombang tertentu.
PENETAPAN MINERAL DENGAN SPEKTROFOTOMETER ABSORPSI ATOM (AAS)
Digunakan untuk menentukan kadar kalsium, tembaga, besi, magnesium, mangan, kalium,
natrium & seng
Prinsip sesudah pengabuan kering, residu dilarutkan dlm asam encer. Larutan disebarkan
dalam nyala api yg ada di dlm alat AAS sehingga absorpsi atau emisi logam dapat dianalisa &
diukur pd panjang gelombang tertentu.

You might also like