Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Oktober, 2013
ii
JUDUL
Saya
Mengaku kebenaran proyek penelitian (Sarjana S1) ini disimpan di perpustakaan dengan syaratsyarat kegunaan sebagai berikut:
1. Proyek Penelitian adalah hak milik Dili Institute of Technology
2. Perpustakaan dibenarkan memperbanyak untuk tujuan kajian saja
3. Perpustakaan dibenarkan membuat salinan proyek penelitian ini sebagai bahan
pertukaran antara institusi perguruan tinggi
Silahkan tandai ()
PENTING
TERBATAS
TDK TERBATAS
Disahkan oleh:
_______________________________
TANDA TANGAN PENULIS
________________________________
TANDATANGAN PERPUSTAKAAN
Alamat tetap
Aldeia Farol, Motael
(Geraldo Belo)
Nama Petugas Perpustakaan
iii
PENGESAHAN PEMBIMBING
NIM
Jurusan
: Teknik Sipil
Telah mengikuti ujian laporan proyek penelitian sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Bachelor of Engineering in Civil Engineering
Pada hari
Dan dinyatakan
: Telah Lulus
Tim Pembimbing:
Pembimbing I
Pembimbing II
iv
PENGESAHAN PENGUJI
Kami Tim penguji school Teknik Dili Institute of Technology mengakui bahwa
kami telah membaca karya ini dan pada pandangan kami memutuskan karya ini adalah
sesuai ruang lingkup dan kualitas untuk tujuan penganugrahan ijasah Sarjana. Sesuai
dengan keputusan ini kami menyatakan bahwa:
Nama
NIM
Jurusan
: Teknik Sipil
Telah mengikuti ujian laporan proyek penelitian sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Bachelor of Civil Engineering
Pada hari
Dan dinyatakan
: Telah Lulus
Tim Penguji:
Penguji I
(Paulo da Silva, M.Eng.)
Penguji II
Penguji III
PERNYATAAN TUJUAN
Laporan proyek ini disampaikan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh Ijasah Sarjana Penuh (S1) dan dengan ini saya mengakui dan menyatakan
dengan sesungguhnya bahwa laporan proyek penelitian dengan judul: Analisis
konstruksi dan system penanganan Banjir pada sungai Becora, Dili, Timor Leste
adalah hasil karya saya sendiri termasuk kutipan-kutipan dan ringkasan dari tiap-tiap
sumber telah saya jelaskan.
vi
PENGAKUAN
Tandatangan : _________________________
Pemilik
vii
PERSEMBAHAN
Ayahanda dan Bunda yang telah banyak mencurahkan segala pengorbanan dan kasih
sayang serta mendidik anaknya supaya menjadi seorang yang berilmu, beramal dan
berbakti, tampa pengorbanan ayahanda dan bunda anaknya mungking tidak akan
berpeluang untuk memegan segulung ijazah sarjana muda dari Institute Dili Institute of
Technology. Perjuangan ini akan aku teruskan hingga ke akhir hayat.
viii
MOTTO
Abinodfs
ix
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan Tugas
Akhir saya ini dengan judul Analisis konstruksi dan system penanganan Banjir pada
sungai Becora, Dili, Timor Leste Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Teknik Sipil di Dili Institute of
Technology.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari berbagai pihak yang
telah membantu, baik yang bersifat material maupun non material. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor Dili Institute of Technology, Bapak Estanislau S. Saldanha; B.Eng.,
M.Tech
2. Pro-Rektor Akademik Dili Institute of Technology, Bapak Salustiano
D.R.Piadade, M.Sc.
3. Pembimbing I, Bapak Anuciano D.P. Guterres; M.Tech
4. Direktur School of Engineering and Science, Marito de Menezes, M,Eng.
5. Pembimbing II, Ibu Aderita dos Santos Takeleb, S.T., M.Eng.
6. Koordinator Jurusan Teknik Sipil, Ibu Ana Godinho S.T.
7. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen beserta sivitas akademik yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorongan sehingga bisa terselesainya Tugas Akhir ini.
8. Sahabat seperjuangan ku angkatan 2009 yang banyak memberikan motivasi
senhingga dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
9. Kepada warna biru Almamater tercintaku.
Saran dan kritikan yang konstruktif sangat diharapkan demi kemajuan dan
kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi
yang membacanya.
Terima kasih banyak
Dili, 21 Oktober 2013
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Essa atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dapat melaksanakan Tugas Akhir dengan judulAnalisis Konstuksi dan
system penangulangan Banjir pada sungai Becora, Dili, Timor Leste
Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk melengkapi persyaratan untuk
memperoleh gelar Bachelor of Engineering (S-1) in Civil Engineering pada Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Dili Institute of Technology.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan terlaksana tanpa
dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik dari segi saran, petunjuk,
bimbingan, material, maupun fasilitas non-teknis lainnya yang sangat berguna bagi
penyelesaian tugas akhir yang sangat melelahkan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
2.
Sra.Ir. Aderita dos Santos Takeleb, M.Tech, selaku Pembimbing kedua dalam Tugas
Akhir ini
3.
Sr. Ir. Marito de Menezes M.tech selaku Direktur School of Engineering and Science
4.
Sra. Ir. Ana Godinho. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Dili
Institute of Technology.
5.
Kedua orang tuaku Bapak Armindo Quito dan Mama Martinha da Costa Guterres
yang selalu memberi dukungan.
xii
6.
Om Apolinario Guterres dan Tante Tinha, Om Joo Aparicio dan Tante Ana, Om
Mario beserta keluarga Tiu Julio beserta keluarga, dan Tiu Sico beserta keluarga
yang selalu memberi dukungan moril, maupun Material.
7.
Avo Joo Gomez yang selalu memberiku dorongan semangat dan doa.
8.
Adik-adik ku Joozinho, Jorginho, Ele dan Isa, Primu Julio Guterres, alin Hernania,
Anobi, Ino, Dioman, selalu memberiku dukungan dan semangat.
9.
Teman teman seperjuangan teknik sipil angkatan 2009; Julio, Mary, Gil, Edu,
Agus, Bony, Sanes, Olan, Rony, Micky dan lain lain.
Dili, 2013
Penulis
xiii
ABSTARK
Timor Leste sebagian besar terdiri dari daerah pengunugan yang membentangi
dari barat hingga timur. Bentangan-bentangan dari pengunungan ini akan di batasi oleh
lembah-lembah serta jurang yang dalam kemudian di tengah-tengah jurang-jurang
tersebut akan di aliri perairan yakni di sebut sungai. Akan tetapi air sungai ini akan
menjadi suatu perkara bila tidak di tata dengan baik oleh manusia sebagai mana mestinya.
Sungai Becora merupakan sala satu sungai yang cukup besar di ibu kota negara Timor Leste ini.
Sungai ini setiap tahun mengalami limpasan banjir khususnya pada musim penghujan. Hal ini
telah mengakibatkan rusaknya infrastruktur di sepanjang sungai Becora. Oleh karena itu perlu
adanya analisis konstruksi dan system penaganan banjir untuk mengetahui letak letak titik rawan
banjir pada sungai tersebut. Tjuan dari penelitian ini juga untuk mengetahui Untuk menganalisis
sistem konstruksi dan system penaganan banjir pada sungai Becora. Sungai Becora telah
di bangun beberapa system konstruksi pengendali banjir namun system-sistem konstrksi
ini sebagian telah mengalami kerusakan pada strukturnya sehingga tidak menangulagi
bahaya banjir ini dengan baik. Jenis-jenis konstruksi penagulangan yang terdapat pada
sungai tersebut meliputi: Bendungan (penghambat arus), dam (penambahan elevasi muka
air), Perkuatan tebing (tembok penahan, bronjon dan tangul). Jenis-jenis kerusakan pada
konstruksi-konstruksi tersebut meliputi: longsor, geser, retak, kupas dan guling.
Dalam penelitian ini data curah hujan harian yang di gunakan adalah diperoleh dari SAS
(Servios da Agua e Saneamento) Dili Timor Leste dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Data
yang diperoleh di analisa dengan analisis frekuensi dengan dimulai dari penentuan parameter
statistik, pemilihan distribusi dan pengujian distribusi. Dalam pemilihan distribusi untuk periode
ulang 5 th, 10 th, 20 th dan 50 th adalah distribusi Log Pearson Type III. Untuk mengetahui debit
rencana periode ulang 5 th, 10 th, 20 th dan 50 th pada tiap satasium pengamatan Sungai, di dapat
dari Waktu Konsentrasi (Tc), Intensitas Curah hujan (I), Koefisien Pengaliran (C) dan daerah
DAS (Daerah Aliran Sungai). Hasil debit rencan (Qt) periode ulang 5 tahun pada stasium
pengamatan pertama (Sta 1.000) daerah hilir, merupakan merupakan debit terbesar sebesar
18.265 m3/dtk, dan debit terkekil pada stasium pengamatan terakhir (Sta 5.500) daerah hulur
xiv
dengan debir 3.848 m3/dtk berdasarkan analisis debit rencana pada tiap stasium pengamatan
menunjukkan bahwa pada stasium pengamatan (Sta 1.000) dan (Sta 1.500) menunjukkan
bahwa terjadi limpasan sehingga pada kedua satasium tersebut dikatakan daerah rawan banjir,
sebab konstruksi penangulangan pada stasium pengamatan tersebut tidakmampu menagulangi
debit banjir.
Dengan adanya stasium-stasium pengamatan yang dinyatakan rawan banjir ini, maka
perlu adanya pemeliharaan, perbaikan dan perhatian pada konstruksi dan system penagulangan
banjir yang baik pada stasium-stasium tersebut.
Kata kunci: banjir, konstruksi penagulangan banjir dan system penagulangan banjir.
xv
REZUMO
Timor Leste em grande parte composta de rea montanhas que fica no oeste
para o leste. Trechos das montanhas at o limite por vales e ravinas profundas, em
seguida, no meio das ravinas ser nas guas passa chamado de rio. No entanto, a gua do
rio haver um caso quando no est em adequadamente pelo sistema humano como
deveria. Sala Becora rio um rio significativa na capital do Estado de Timor-Leste. Este
rio escoamento inundaes experincia de cada ano, especialmente na poca das chuvas.
Isso resultou em danos infra-estrutura ao longo do rio Becora. Da a necessidade de
construo e anlise do sistema para localizar atendemento inundao local inundveis do
ponto no rio. Objetivo deste estudo tambm para determinar o sistema analisado para a
construo e inundaes no rio Becora. Rios Becora ter construdo vrios sistema de
construo de controle de inundaes, mas o sistema em grande parte do sistema
construo sofreu danos em sua estrutura de modo que o risco de inundao bem. Os
tipos de construo penagulangan contidos no rio incluem: Dam (inibidores atuais),
barragem (a adio do nvel de gua), Fortalecimento do penhasco (muros de arrimo,
bronjon e tangul). Os tipos de danos a construes incluem: slide, sliding, crack,
descascar e refora.
Neste estudo, os dados dirios de precipitao utilizados foram obtidos a partir da
SAS (Servicos da Agua e Saneamento) Dili Timor Leste desde 2003 at 2012. Os dados
obtidos foram analisados por anlise da frequncia, com o incio da determinao dos
parmetros estatsticos, a seleco e distribuio da distribuio do teste. Nas eleies
para o perodo de re-distribuio da 5 , 10 , 20 e 50 a distribuio Log Pearson Tipo
III. Para determinar a descarga de retorno perodo de 5 , 10 , 20 e 50 de cada
observao Stao River, na lata do Tempo de Concentrao (Tc), a intensidade da chuva
(I), coeficiente de drenagem (C) e rea da Watershed rio/DAS (daerah aliran Sungai).
Resultados plano de alta que (Qt), perodo de retorno de 5 anos na primeira observao
Stao (Sta 1,000) a jusante, uma descarga de 18.265 m3/dtk maior e dbito minimu a
xvi
ltima Stao observao (Sta 5,500) rea hulur com 3.848 m3 Debir / anlise do fluxo
de seg com base em cada plano de observaes Stasium indicam que a observao Stao
(Sta 1,000) e (Sta 1,500) mostrou que o segundo turno, que ocorre no segundo Stao
disse reas sujeitas a inundaes, porque a construo penangulangan na observao
Stao no consegue descarga inundaes.
Com as Stao observaes afirmou esta inundveis, da a necessidade de
manuteno, reparos e ateno construo e sistema de penagulangan bom inundao
no Staes.
xvii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL
.......................................................................................................... i
.......... ii
..................................................................... iii
PENGESAHAN PENGUJI
.................................................................................. iv
PERNYATAAN TUJUAN
................................................................................... v
PENGAKUAN
DEDIKASI
............................................................................................... vi
........................................................................................................... vii
PENGHARGAAN
.............................................................................................. viii
MOTTO
.......................................................................................................... ix
ABSTRAK
......................................................................................................... xi
REZUMO
.......................................................................................................... xiii
KATA PENGANTAR
.................................................................................. xv
.............................................................................................. xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................. xxiv
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latarbelakang .. 1
1.2.
Pertanyaan penelitian .. 2
1.3.
TujuanPenelitian
.. 2
1.4.
ManfaatPenelitian
. 3
2.1.
Pengertian
2.2.
2.3.
2.4.
2.2.2. Konstruksisungai
... 6
.. 9
.. 10
10
Banjir .. 14
2.3.1. Penyebab Banjir
.. 14
... 15
Analisis Hidrology
.. 23
.. 38
Analisis Hidrolika
51
. 51
xix
2.5.2. Sifat-sifatAliran.. 52
2.5.3. Bentukdan Penampang Melintang
2.5.4. Dimensi Saaluran
. 53
.. 48
3.1.
Pengantar
3.2.
3.3.
3.4.
RancanganPenelitian .. 59
3.5.
. 62
3.6.
TeknikPengolahan Data
. 62
3.7.
TenikAnalisa Data
. 63
3.8.
..... 63
.. 57
.. 66
.. 66
. 69
.. 69
. 87
.. 88
xx
.. 89
. 92
93
94
95
95
.. 97
97
99
.. 102
...
103
.. 109
xxi
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1: Penampang melintang sungai ... 9
Gambar 2.2: Meander Sungai
... 11
.. 12
. 12
........................................................
.. 13
...
13
16
....
17
. 18
31
. 31
....
32
. 32
33
34
. 50
. 57
58
67
68
69
Gambar 4.4: Diagram system konstuksi penaganan banjir pada sungai Becora 70
xxii
.. 71
. 74
.. 76
.. 77
... 78
.. 79
.. 84
... 87
.. 89
90
91
.. 92
Gambar 4.25: Diagram debit rencana 5 tahun pada setiap Stasium pengamatan .. 94
Gambar 4.26: Diagram debit rencana 10 tahun pada setiap pengamatan Stasium.. 95
Gambar 4.27: Diagram debit rencana 20 tahun pada setiap Stasium pengamatan.. 95
Gambar 4.28: Diagram debit rencana 50 tahun pada setiap Stasium pengamatan.. 96
Gambar 4.29: penampang sungai tertimbung
.. 99
.. 100
xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Nilaikritis Do untukuji Smirnov-Kolmogorov
Tabel 2.2: Tata gunalahan
44
.. 48
. 53
.. 73
Table 4.2: system Konstruksi Penagulangan Banjir pada tiap stasium pengamatan 78
Table 4.3:Jenis-jeniskerusakan
Tabel 4.3:Ujikecocokan
. 86
. 88
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peneliti sedang mengkur penampang sungai .. 109
2. Peneliti menetukan Stasium Pengamatan
.. 109
.. 109
. 110
.. 110
.. 111
... 112
... 113
xxv
DAFTAR SIMBOL
DNGRA
Qp
= Debit Puncak
= Jumlah data
Tc
= Waktu konsentrasi
= Lamanya hujan
R24
Xbar
Sd
= Simpanan baku
Cv
= Koefisisen variasi
Cs
= Koefisien kemiringan
Ck
= Koefisien kurtosis
xxvi
= Phi
= Rata-rata nilai x
XT
KT
= Faktor frekuensi
P (X)
Xh2
= Jumlah sub-kelompok
Oi
Ei
Tc
= Waktu konsentrasi
xxvii
Ro
Qp
tg
= Waktu konsentrasi
Tr
Tp
Qt
= Debit ordinat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Timor Leste mempunayai berbagai macam potensi alam, di antaranya memiliki Garis
pantai yang cukup panjang dan luas, wilayah daratannya berfariasi dari pantai hingga
pengunungan, mempunyai banyak aliraan sungai, memiliki kekayaan barang-barang
mineral, baik di daratan maupun di lautan. Timor Leste memiliki luas darantan seluas
+14.874 km2, berdasarkan topografi daerah Timor Leste sebagian besar terdiri dari
daerah pengunugan yang membentangi dari barat hingga timur. Bentangan-bentangan
dari pengunungan ini akan di batasi oleh lembah-lembah serta jurang yang dalam
kemudian di tengah-tengah jurang-jurang tersebut akan di aliri perairan yakni di sebut
sungai. Sungai sungai ini akan di aliri oleh perairan dari tempat yang begitu tinggi
menuju daerah yang lebih renda hingga sampai ke laut. Akan tetapi air yang berlebihan
juga akan menjadi suatu perkara yang membahayakan untuk kelangsungan makhaluk
hidup apabila tidak di tata dengan baik oleh manusia sebagai mana yang di alami oleh
berbagai negara termasuk Timor Leste permasalahan lingkungan yang sering terjadi di
negra kita hampir setiap tahun pada saat musim hujan adalah banjir (Forum
Positif/Dahlanforum).
Air sungai tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya apabila tak ada cukup peluang
lahan aliran sehingga memberikan pengaruh cukup dominan terhadap banjir, misalnya
terhalangnya celah celah sungai akibat sampah , urungan dan pembangunan pada aluralur sungai, urungan pada cekungan tanah dimana dapat menghambat alur sungai dan
pembuatan sudetan-sudetan dan berbagai macam penyebab lainya. Dengan adanya banjir
ini yang terjadi pada tiap musim hujan akan mempengaruhi potensi sumber daya alam di
Timor Leste dan akan berpengaruh terhadap kegiatan social ekonomi. Bencana banjir
merupakan bencana alam yang hampir saja terjadi pada setiap datangnya musim
penghujan di seluruh wilayah Timor Leste.
Banjir sungai yang terjadi di berbagai daerah Timor Lesste, Khususnya di ibukota
Dili merupakan permasalahan yang kompleks di antaranya desa Bidau Santana yang
menerima Mata air Sungai dari sungai Becora, sehingga mendorong beberapa pihak
untuk memberikan gagasan dan mencari solusi penagulanganya. Oleh karena itu
permasalahan yang kompleks begitu besar tidak mungking di kaji atau di kendalikan oleh
satu atau dua metode espesifik saja. Dalam hal ini, teori system mempernyatakan bahwa
kesisteman adalah suatu meta konsep atau meta disiplin, di mana formalitas dan proses
keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan dapat di padukan dengan berhasil.
Maka dari itu penulis dengan uraian di atas akan melakukan penulisan skripsi dengan
judul
ANALISIS KONSTRUKSI DAN SISTEM PENANGANAN BANJIR PADA SUNGAI
BECORA, DILI, TIMOR LESTE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Air adalah suatu sumber daya alam yang sangat tak terbatas karena selalu dapat
diperbaharui untuk proses kelangsungan hidup seluruh makhluk yang di bumi dan
merupakan ciptaan Tuhan yang harus di jaga kelangsungannya agar dapat di gunakan
dengan baik, sebab air satu-satunya sumber utama dan aset seluruh makhluk, tanpa air
makhluk hidup yang di bumi tidak akan bisa bertahan hidup lebih dari tujuh hari. Akan
tetapi, air yang berlebihan juga dapat menjadi suatu perkara bahaya yang dahsyat untuk
kelangsungan hidup makhluk hidup apabila tidak di tata dengan baik oleh manusia
sebagaimana yang dialami seluruh negara termasuk Timor Leste. Di bumi terdapat kira
kira sejumlah air dianatar 1,3-1,4 milyard km3 air: 97,5% adalah air laut, 1,75%
berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau air tanah dan
sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap di udara. Air di bumi ini mengulangi terus
menerus sirkulasi penguapan dan dan presipitasi dan penganliran keluar. Air melalui
beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan udara dan
sebagian tibah ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian kan tertahan
tubuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh dan
mengalir melalui dahan-dahan dan ke permukaan tanah. (Kiyotoka, 2003).
Pengendalian banjir merupakan bagian dari pengelolaan sunber daya air yang lebih
spesifik untuk mengendalikan debit banjir umumnya melalui dam-dam pengendali banjir,
peningkatan system pembawa (sungai, drinase) dan pencegahan hal yang berpotensi
merusak dengan cara mengelola tata guna lahan dan daerah banjir (flood palains).
Berbagai bentuk penanganan telah dilakukan tetapi sifatnya masih setengah-setengah
dan tidak maksimal sehingga tidak teratasi dengan tuntas. Untuk itu di perlukan
1. Normalisasi
Normalisasi sungai adalah menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan
kedalaman tertentu agar sungai mampu mengalirkan air sehinga tidak terjadi
luapan pada sungai tersebut. Kegiatan normalisasi sungai berupa membersihkan
sungai dan endapan lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam
menampung air dapat meningkat hal inidi lakukan dengan cara mengeruk sungai
tersebut di titik titik rawan tersembunyi alira air upaya pemulihan lebar sungai
merupakan bagian penting dari program normalisasi sungai karena meningkatkan
kapasitas sungai dan menampung dan mengalirkan ke laut.
2. Krib
Krib adalah bangunan yang di buat mulai dari tebing sungai ke arah tengah,
guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah:
a. Mengatur arah arus sungai
b. Mengatur kecepatan arus sungai
c. Mempercepat sendimentasi
d. Menjamin keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan
e. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai
f. Mengonsentrasisak arus sungai
4. Tanggul
Tnaggul adalah bangunan air yaitu semacam baik buatan maupun alami di
pergunakan untuk muka air biasanya terbuat dari tanah dan seringkali di bangun
sejajar badan sungai
Fungsi dari pembuatan tangul adalah untuk mencegah banjir di dataran yang
di lindunginya. Bagaimanapun tangul juga mengungkung aliran air sungai,
menghasilkan aliran air yang lebih cepatdan muka air yang lebih tingg.
5. Pintu air
Bangunan yang ikut mnegatur dan mengendalikan sistemm aliran air agar
aman. juga sebagai bangunan yang di gunakan untuk mencegah suatu aliran
masuk ke system aliran atau kawasan lain.
8. Situs pompa
Sutus pompa, adalah pompa air sungai yang di gunakan untuk menyedot air
sungai ke laut agar air tidak berimbas ke warga.
Bantaran sungai
= Lahan pada dua sisi ini sepanjang palung sungai di hitung dari
tepi sampai dengan kaki tangul sebelah dalam.
Sapadan Sungai
10
terdapat dalam arus sungai berangsur-angsur di endapkan. Karena itu ukuran butir
sendimen yang mengedap di bagian hulu sungai lebih besar daripada di bagian hilirnya.
(Kiyotoka, 2003).
Dengan terjadinya perubahan kemiringan mendadak pada saat alur sungai keluar dari
daerah pengunungan yang curan adan memasuki daratan yang lebih renda, maka lokasi
ini menjadi proses pengedapan yang sangat intensif yang menyebabkan mudah
berpindahnya alur sungai tersebut, yang di sebut dengan kipas pengedapan. Pada lokasi
tersebut sungai bertambah lebar dan dangkal, erosi dasar sungai tidak lagi dapat terjadi,
bahkan sebaliknya terjadi pengedapan yang sangat intensif. Dasar sungai secara terus
menerus naik, dan sendimen yang hanyut terbawa arus banjir. Bersama dengan luapan air
banjir terbesar, dan mengedap secara luas membentuk dataran alluvial. Pada daerah
dataran yang yang rata alur sungai tidak stabil dan apabila sungai membelok maka terjadi
erosi pada tebing belokan luar yang berlangsung secara intensif, sehinga terbentuklah
meander seperti yang tertera pada gambar di bawa ini.
pengaliran
sebuah
sungai
adalah
daerah
tempat
prespitasi
itu
11
batas daerah pengaliran. Luas daerah pengaliran di perkitakan dengan pengukuran daerah
itu pada topografi. Daerah pengaliran, topografi, tumbuhan-tumbuhan dan geology
mempunyai pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir, debit pengaliran dasar dan
seterusnya.
12
13
2.3. Banjir
Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang
(kali) atau terhambatnya aliran di dalam aliran pembuangan. Banjir merupakan peristiwa
alam yang dapat merugikan kerugian harta benda penduduk serta dapat pula
menimbulkan korban jiwa . di katakana banjir apabila terjadi luapan atau jebolan dan air
banjir di sebabkan oleh kurangnya kapasitas penampang saluran pembuang banjir di
bagian hulu biasanya arus banjirnya deras, daya desusnya besar tetapi durasinya pendek.
Sedangkan di bagian hilir rusnya tidak deras tetapi durasi banjirnya panjang.
Beberapa karakteristik yang berkaitang dengan banjir, di antaranya:
a. Banjir datang secara tiba-tiba dengan intensitas besar namun dapat lansung
mengalir
b. Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genagan yang lama (berharihari atau bermingu-mingu) di daerah depresi.
c. Banjir dating secara perlahan namun intensitas hujannya sedikit.
d. Pola banjirnya musiman
e. Akibat yang di butuhkan adalah terjadinya genangan erosi dan sendimentasi.
Sedangkan akibat lainnya terisolasinya daerah pemukiman dan di perlukan
evakuasi penduduk.
b.
Pembuangan sampah
c.
d.
e.
14
f.
Curah hujan
g.
h.
i.
j.
k.
Drainase lahan
l.
2.3.2.1.
15
serta pengendalian banjir. Ada beberapa contoh bangunan pengendali banjir pada
sungai yang di maksud yaitu:
a) Bendungan (Dam)
Bendungan adalah suatu penghalang yang melintang pada suatu sungai yang
berfungsi untuk mengarahkan dan memperlambat arus, dan juga untuk menciptakan
reservoir dan danau. Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola
distribusi aliran sungai.
16
Dam
atau
disebut
juga
bending
penahan
berfungsi
untuk
17
d) Bendung (Weir)
Bendung adalah suatu konstruksi untuk menaikan elevasi muka air. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe bendung adalah sebagi berikut:
a. Sifat dan kekuatan tanah dasar.
b. Jenis material yang diangkut oleh aliran sungai.
c. Keadaan / kondisi daerah aliran sungai di bagian hulu, tengah dan hilir.
d. Tinggi muka air banjir maksimum yang pernah terjadi.
18
memperbesar kapasitas tamping sungai dan memperlancar aliran. Analisa yang harus
diperhitungkan adalah analisa hidrologi, hidrolika dan analisa sedimentasi.
d. Perkuatan Tebing
Pekuatan tebing adalah bagunan yang di designe untuk memperkuat tebing sungai
yang mengalami perubahan kontur akibat longsoran yang di sebabkan gerusan air sungai.
19
f. Pengendalian Sedimen
Mencegah terjadinya proses sedimentasi adalah suatu hal yang tidak mungkin
dapat dilakukan karena sedimentasi adalah
kompleks di atas permukaan bumi ini. Akan tetapi intensitas proses sedimentasi tersebut
secara teknis dapat diperlambat mencapai tingkat yang tidak menbahayakan .
a. Pengolahan DAS
Pengolahan DAS berhubungan erat dengan peraturan, perencanaan, pelaksanaan,
dan pelatihan. Kegiatan pengelolaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan
menyimpan air dan konservasi tanah. Pengolahan DAS mencakup aktivitas-aktivitas
berikut:
20
21
22
23
2.4.1.1.
Krakteristik hujan
a. Durasi
Durasi adalah lama kejadian hujan (menitan, jam jaman, harian) di peroleh
terutama dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis. Dalam perencanaan
draainase durasi hujan ini sering di kait kan dengan waktu konsentrasi.
24
dari tempat yang paling jauh (Hulu DAS) ke titikpengamatan aliran air (outlet).
Hal ini terjadi ketika tanah sepanjang kedua titik tersebut telah jenuh dan semua
cekungan bumi lainya telah terisi oleh air hujan.
Diasumsikan bahwa bila lama waktu hujan sama dengan Tc berarti seluruh
bagian DAS tersebut telah ikut berperan untukterjadinya aliran air yangsampai ke
titik pengamatan. Salah satu teknik untuk menhitung Tc yang paling umum
dilakukan adalah persamaan matematik yangkikembangkan oleh Kirpich (1940).
Debit maksimum suatu DAS dapat dicapai pada saat seluruh bagian DAS telah
memberikan kontribusinya. Hal ini berarti, bahwa air hujan yang jatuh di tempat
dalam DAS yang terjauh dari titik control telah sampai di tititk tersebut.
Penetapan waktu konsentrasi tidak terlalu mudah akan tetapi pada dasarnya dapat
ditetapkan dengan mengunakan persamaa-persamaan hidraulika, atau dengan
menggunakan persamaan-persamaan emperik. Persamaancukup dikenal adalah
persamaan Kirpich, Harto (2000) dalam Gama J. (2012).
tc = 3.97 L0.77 S-0.385.................................................................................... (2.1)
Dimana:
tc
c. Intensitas
Intensitas adalah jumlah hujan yang dinyataan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadian. Intensitas hujan di
peroleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statis maupun
secara empiris.
25
Menurut [s.n], 1997, data curah hujan dalam suatu waktu tertentu
(bebrapa menit) yang trecatat pada alat otomatik dapaat di ubah menjadi intensitas
curah hujan per jam.
Umpamanya untuk megubah hujan 5 menit menjadi Intensitas cura hujan
per jam, maka curah hujan ini harus di kalikan dengan 60/5. Demikian pula untuk
hujan 10 minit di kalikan dengan 60/10.
Intensitas hujan (I) di dalam rumus rasional dapat di hitung dengan rumus:
(2.2)
Dimana:
R = Curah hujan rancangan setempat (mm)
Tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
I = intensitas hujan (mm/jam)
26
20 = 200 tahun, yang kedua (maksimun) sekali dalam 200 x = 100 tahun yang
ke tiga (maximum) sekali dalam 200 x 1/3 = 67 tahun.(Kiyatoka, 2003)
Menurut (Suripin, 2004), frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu
besaran hujan di samai atau di lampaui. Sebaliknya kala ulang (Return period)
adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan satu besaran tertentu akan akan di
samai atau di lampaui. Dalam hal ini tidak terkandung pengertian, kejadian
tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulng tersebut. Misalnya hujan
dengan kala ulang 10 tahun, tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahunakan
tetapi ada kemungkinan dalam angka 1000 tahun akan terjadi 100 kali kejadian
hujan 10 tahunan. Ada kemungkinan selama kurung waktu 10 tahun terjadi hujan
10-tahunan lebih dari 1 kali, atau sebaliknya tidak terjadi sama sekali.
Cara ini adalah cara yang apling sederhana, tampa peneyelesaian secara statik.
Penerapan cara ini dapat di adakan untuk daerah yang mempunyai kondisi
meteorologi yang sama, bukan seperti daerah pengunungan.
27
Dari gambar-gambar ini dapat dilihat bahwa distribusi curah hujan adalah
distribusi asymmetris, meskipun distribusi curah hujan jangka waktu yang panjang
seperti curah hujan tahunan hampir mendekati distribusi symmetris. Setelah fungsi
distribusi yang paling cocok untuk distribusi itu didapat, maka hal-hal sebagai berikut
dapat diketahui: berapa panjang rata-rala perioda kejadian atau berapa banyak kali ratarata terjadinya suatu curah hujan harian melampaui suatu harga tertentu dalam suatu
periode tertentu.
Kemungkinan terlampau dan kemungkinan tak terlampau (probability of exceedance
and non-exceedance) Kemungkinan W(x1) data hidrologi (curah hujan, debit dan lainlain) (x) melampaui suatu harga tertentu (x1), disebut kemungkinan terlampau dari (x1),
dan kemungkinan S(x) data (x) tidak melampaui suatu nilai tertentu (x 1), disebut
kemungkinan tidak terlampau dari (x1). Umpama suatu data curah hujan tahunan telah
dicatat selama z tahun. Data ini disusun mulai dari harga terbesar sampai harga terkecil,
kemudian dibuatkan kurva frekwensi sesuai cara yang dikemukakan dalam (l). Kurva ini
disebut kurva kemungkinan kerapalan (probability censity curve) dan fungsi yang sesuai
dengan kurva ini disebut fungsi kemungkinan kerapatan. Umpamanya fungsi itu
adalah/(x). Kemungkinan terlampau dari (x1), W(x1) adalah luas bagian bergaris.
28
=
Dimana:
Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan
cara lain, jika titik pengamatan itu banyak dan tersebar merata di seluruh daerah itu.
Keuntungan cara ini ialah bahwa cara ini adalah obyektif yang berbeda dengan umpama
cara isohiet, di mana faktor subyektif turut menentukan.
29
2. Cara Thiessen
Jika titik-titik pengamatafi di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan mgmperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan. Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
=
(2.4)
=
Dimana:
R1, R2.Rn
A1, A2 . An
Bagian-bagian daerah A1, A2, . . . . An, ditentukan dengan cara seperti berikut:
1) Cantumkan titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah itu pada peta
topografi skala 1: 50.000, kemudian hubungkan tiap titik yang berdekatan dengan
sebuah garis lurus (dengan demikian akan terlukis jaringan segi tiga yang
menutupi seluruh daerah).
2) Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam poligon-poligon yang didapat dengan
menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga tersebut di atas. Curah
30
hujan dalam tiap poligon itu dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik
pengamatan dalam tiap poligon itu (lihat gambar. 2.12). Luas tiap polygon itu
diukur dengan planimeter atau dengan cara lain.
Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari pada cara aljabar rata-rata.
Akan tetapi, penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan
mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Kerugian yang lain ialah umpamanya
untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada
salah satu titik pengamatan.
31
... (2.5)
R=
Dimana:
R
A1, A2,. An
R1, R2, Rn
Cara ini adalah cara rasionil yang terbaik jika garis-garis isohiet dapat digambar
dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak dan variasi curah hujan di
daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohiet ini akan terdapat kesalahan
pribadi (individual error) sipembuat peta. Jika tiap pengamatan mencakup beberapa ratus
km2 maka penggunaan peta topografi skala l/20.000 sampai U500.000 adalah kira-kira
cukup. Peta itu harus mencantumkan antara lain sungai-sungai utamanya dan garis-garis
kontur yang cukup. Pada pembuatan peta isohiet, maka topografi, arah angin dan lainlain
di daerah bersangkutan harus turut dipertimbangkan. Jadi untuk membuat peta isohiet
yang baik, diperlukan pengetahuan/keahlian yang cukup.
32
33
R=
... (2.6)
A1, A2,. An
R1, R2, Rn
cara ini adalah cocok untuk menentukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti
curah hujan bulanan, curah hujan tahunan dan sebagainya. Kadang-kadang oleh keadaan
pegunungan dan arah angin, hubungan antara dalamnya curah hujan dan elevasi itu
berbeda-beda dari daerah yang satu ke daerah yang berikut. Jika terdapat keadaan ini,
maka daerah itu harus dibagi dalam bagian-bagian daerah yang kecil, sehingga hubungan
antara dalamnya curah hujan dan elevasi itu kira-kira dapat diterapkan. curah hujan pada
tiap-tiap bagian daerah yang kecil ini kemudian dihitung lalu dirata-ratakan.
34
..... (2.7)
q+bh (2.8)
Jadi jika a, b dan h didapat, maka R dapat dihitung. cara ini adalah cocok untuk
perhitungan curah hujan jangka waktu yang panjang dan cara dalam-elevasi curah hujan
yang dikemukakan pada (5).
35
.... (2.9)
Keterangan:
= rata-rata hitung
n
= jumlah data
Xi
.. (2.10)
Keterangan:
S
= deviasi standar
Xi
= nilai variat
= jumlah data
= nilai
36
distribusi
tidak
simetri
atau
menceng.
Umumnya
ukuran
= jumlah data
.. (2.12)
(Soeworno, 1995)
37
1. Distribusi Normal
Distribusi normal banyak digunakan dalam analisis hidrologi misalnya dalam analisis
frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi rata-rata curah hujan tahunan, debit
rata-rata tahunan dan sebagainya. Soewarno (1995) dengan persamaan :
. (2.13)
Dimana :
P (x)
= 3.14156
= 2.71828
= Rata-rata nilai x
38
Dengan:
XT
tahunan,
J
= tahunan,
KT
= Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.
Nilai faktor frekuensi KT umumnya sudah tersedia dalam tabel untuk mempermudah
perhitungan, Gauss (variable reduced Gauss) Soewarno (1995).
2. Distribusi Log Normal
Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, yaitu
dengan merubah nilai varian x menjadi nilai logaritmik varian x1 Soewarno (1995)
dengan persamaan :
39
. (2.15)
Dengan:
P(X)
= Deviasi standar
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas peluang logaritmik akan merupakan
persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai model matematik dengan
persamaan :
(2.16)
Dengan:
Y = Nilai logaritmik nilai X atau ln X
= Rata-rata hitung nilai Y
S = Deviasi standar nilai Y
K = Karakteristik distribusi peluang log-normal.
3. Distribusi Gumbel
Soewarno (1995), mengungkapkan bahwa distribusi Gumbel banyak digunakan
untuk analisis data maksimum, seperti untuk analisis frekuensi banjir. Distribusi Gumbel
40
menggunakan harga exstrim untuk menunjukan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim
X1, X2, X3... Xn mempunyai fungsi distribusi eksponensial ganda. Fungsi densitas
komulatif mempunyai bentuk:
.. (2.17)
Jika diambil Y = a (X-b), maka:
(2.18)
Dengan:
e = 2.7182818
Y = Faktor reduksi Gumbel
Apabila jumlah populasi yang terbatas (sampel), maka dapat didekati dengan persamaan :
X=
Dengan:
X = Nilai rata-rata sampel
S = Standar deviasi sampel
4. Distribusi Log Person Tipe III
Distribusi log pearson tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi
terutama dalam analisis data maksimum dan minimum dengan nilai ekstrem. Bentuk
distribusi log person tipe III merupakan hasil dari distribusi person tipe III dengan
menggantikan variant menjadi nilai logaritmik, Soewarno (1995). Parameter statistik
yang diperlukan untuk menghitung distribusi log pearson tipe III adalah:
41
a. Mean
b. Standar Deviasi
c. Koefisien Kemencengan
Berikut ini langkah-langkah penggunaan pola distribusi log pearson tipe III:
Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X
Hitung nilai rata-rata:
... (2.20)
Hitung nilai simpangan baku:
.... (2,20)
... (2.21)
Hitung koefisisen kemencengan:
........ (2.22)
Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
............... (2.23)
Menurut Triatmodjo (2008), penentuan distribusi yang sesuai dengan data
dilakukan dengan mencocokkan parameter statistik dengan syarat masing-masing jenis
distribusi
42
a. Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi
yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter Xh2 yang dapat dihitung, dengan
Persamaan: (Suripin, 2004)
........ (2.24)
Dengan:
Xh
Oi
Ei
43
b. Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering di sebut juga uji kecocokan non
parametric, karena pengujiannya tdk mengunakan fungsi distribusi tertentu prosedur
pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
1. urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya, dan tentukan besarnya
peluang masing-masing
X1 = P (X1)
X2 = P (X2)
X3 = P (X3) dan seterusnya
Tabel. 2.1: Nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov
N
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0.2
0,45
0,32
0,27
0,23
0,21
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15
derajat kepercayaan,
0.1
0.05
0,51
0,56
0,37
0,41
0,30
0,34
0,26
0,29
0,24
0,27
0,22
0,24
0,20
0,23
0,19
0,21
0,18
0,20
0,17
0,19
N>50
Sumber: (Suripin, 2004)
44
0.01
0,67
0,49
0,40
0,36
0,32
0,29
0,27
0,25
0,24
0,23
45
pengaliran dapat di lakukan dengan pendekatan nilai C gabungan atau C rata-rata dan
intensitas hujan di hitung berdasarkan waktu konsentrasi yang terpanjang. (Kamiana,
2010)
Rumur dari Metode racional adalah:
Q = 0,0278 x C * I * A ..... (2.25)
Ket:
Q
46
Ket:
QT
tc =
Ket:
tc
= Panjang lintasan air dari titik terjauh sapai di titik yang di tinjau
(km)
..... (2.29)
td =
ket:
47
S = Kemiringan Lahan
L = Panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/dtk)
Koefisien Pengaliran (C), di defenisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan
terhadap intensitas hujan. Karena koefisien ini antara lain bergantung dari:
1. Kehilangan air akibat imfiltrasi, penguapan, tampungan permukaan.
2. Intensitas dan lama hujan.
Dalam perhitungan darinase permukaan, penentuan nilai C di lakukan melalui
pendekatan yaitu berdasarkan karak ter permukaan. Sebagai contoh dapat di lihat
pada Table (2.2).
Tabel. 2.2: Tata guna lahan
No
48
C
0.5-0.10
0.10-0.15
0.15-0.20
0.13-0.17
0.18-0.22
0.25-0.35
0.75-0.95
0.50-0.70
0.30-0.50
0.40-0.60
0.60-0.70
0.25-0.40
0.50-0.70
0.50-0.80
Daerah berat
5 Pertamanan, Kuburan
6 Tempat bermain
7 Halaman kereta api
8 Derah yang tidak di kerjakan
Jalan
Beraspal
9
Beton
Baru
10 Untuk berjalan dan naik kuda
11 Atap
Sumber:[s.n]1997.
0.60-0.90
0.10-0.25
0.20-0.35
0.20-0.40
0.10-0.30
0.70-0.95
0.80-0.95
0.70-0.85
0.75-0.85
0.75-0.95
Dalam buku Drainage master Plan, (1994) menuliskan bahwa koefisien limpasan
ditentukan oleh kondisi fisik dan karakteristik permukaan tanah daerah tangkapan air
hujan. Nilai Koefisien limpasan untuk berbagai karakteristik permukaan tanah
disesuaikan oleh hubungan antara Intensitas hujan dan karakteristik permukaan tanah
daerah tangkapan air seperti pada (gambar 2.18) berikut ini
49
.. (2.31)
50
51
a. Aliran Laminer
Menurut (s.n) 1997; aliran laminar apabilah gaya kekentalan relatif sangat besar
dibandingkan dengan inersia sehingga kekentalan berpengaruh besar terhadap
perilaku aliran. Butir-butir air bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau
lurus dan selapis cairan tipis seolah-olah menggelincir diatas lapisan lain
52
b. Aliran Turbulen
Aliran saluran terbuka dikatakan turbulen apabila gaya kekentalan relatif lemah
dibandingkan dengan gaya inersia. Butir-butir air bergerak menurut lintasan yang
tidak teratur, tidak lancar dan tidak tetap, walaupun butir-butir tersebut tetap bergerak
maju dalam aliran secara keseluruhan, (s.n)1997.
c. Aliran Transisi
Diantara keadaan laminar dan turbulen terdapat suatu campuran antara aliran
laminar dan aliran turbulen yang disebut aliran transisi. Pengaruh kekentalan terhadap
kelembaman dapat dinyatakan dengan. (s.n)1997
1.
Penampang melintang
Luas
(A)
2.
3.
4.
Setengah lingkaran
5.
Lingkaran
6.
Parabola
7.
Lengkung hidrolis
B = 2h
h
.h
r2
.
1,3959.h
53
Qs > Qt (2.32)
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapatdiperoleh dengan menggunakan rumus
seperti di bawah ini:
Qs = A x V ... (2.33)
Dimana:
Q
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Pengantar
56
3.3.
57
Mulai
Koleksi Data
Survei Lapanagan
Pembagian Sta Pengamatan
Konstruksi penanganan banjir
Penampang sungai
Daerah rawan banjir
Pengumpulan data
Data curah hujan
Data DAS
Kajian Literatur
Analisa Data
Analisa Hidrology
Analisa hidrolika
Ya
tdk
Laporan
Selesai
58
3.4.
Rancangan Penelitian
Berikut adalah gambaran umum penelitian yang akan mencapai tujuan tertentu,
yang akan di sajikan dalam suatu kesatuan naskah yang ringkasdan utuh.
Rancangan penelitian merupakan adanya format penulisan yang di susun secara
sistematis dan operasional mengikuti langkah-langkah dan tahapan yang harus di
jalani oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian meliputi berbagai kegiatan berikut ini:
59
60
b. Analisis Hidrolika
Analisis hidrolika, adalah analisis yang di gunakan untuk mengetahui
kemampuan penampaang dalam menampung debit rencana,
61
3.6.
Teknik penegelolahan data dalam penelitian ini akan dibahas secara berurutan sebagai
berikut:
3.6.1. Data Hidrologi
62
3.7.
Teknik analisa data dalam penelitian ini akan dibahas secara berurutan sebagai berikut:
3.7.1. Analisis Data Hidrologi
Analisis hidrologi yaitu
3.8.
a. Bahan
Bahan yang di perlukan dalam penelitian adalah berupa data, dan data-data yang di
perlukan meliputi:
63
(1) Data curah hujan harian selama 10 tahun terakhir (2003-2012) yang diperoleh dari
Derao Nacional dos Recuro de Agua (DNGRA) dan Airoportu Presidente
Nicolao Labato Comoro, Dili, Timor Leste. Data curah hujan yang diambil yaitu
dari stasiun Airoporto Comoro, Dili.
(2) Peta DAS peta Topografi, diperoleh dari Deracao Nasional dos Recurco de Agua
(DNGRA)
b. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) Perlengkapan kerja seperti alat tulis, kalkulator, komputer program M.s Excel
(2) Alat ukur
(3) Dokumentasi
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengantar
Dalam bab ini akan membahas tentang hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan
sebagai mana untuk memberikan jawaban kepada tujuan dari penelitian yang telah di
singund dalam bab I. selanjutnya ada beberapa aspek yang akan di bahas dalam bab ini,
meliputi:
4.1.1. System konstruksi penanganan banjir pada sungai Becora.
4.1.2. Letak titik rawan banjir pada sungai Becora.
4.2.
66
Untuk lebih muda dalam pengamatan ini maka peneliti membagikan sungai
tersebut (sungai Becora) dalam beberapa stasium yang meliputi Sta 0.000 s/d Sta
5.500, namun peneliti hanya mengamati dari Sta 1.000 hingga Sta 5.500, untuk lebih
jelas dapat di lihat pada (gambar 4.2).
67
68
4.3.
69
Gambar 4.4: Diagram system konstuksi penaganan banjir pada sungai Becora
Sumber: Hasil anlisis 2013
a. Dinding Penahan
Adalah suatu konstruksi yang bertujuan untuk menahan tanah agar tidak
terjadi longsoran pada tebing sungai. Berikut (gambar 4.4) merupakan dinding
penahan (tembok penahan) yang terdapat pada satasium pengamatan (Sta 2.500)
tembok penahan di bangun pada kedua tebing sungai dengan luas sungai 21.5
meter tinggi tembok 1.5 meter sepanjan sungi.
70
71
d. Bendung (Weir)
Bendung (Weir), di bangun untuk menaikan elevasi muka air pada sungai.
Terdapat pada stasium pengamatan (Sta 2.500) sungai Becora, di banguan
sebuah Bendung (Weir) untuk menaikan muka air sungai berhubungan dengan
kondisi setempat kondisi sungai cukup miring sehingga di bangunnya suatu
Bendung untuk menaikan elevasi muka air sungai. Bendung di bangun dengan
ukuran tinggi 1 meter lebar 21 meter dibangun melintangi sungai, dengan lebar
sungai sebesar 21 meter lihat (gambar 4.8).
72
e. Bendungan (dam)
Bendungan adalah suatu penghalang yang melintang pada suatu sungai yang
berfungsi untuk mengarahkan dan memperlambat arus, dan juga untuk
menciptakan reservoir dan danau. Bendungan digunakan untuk menampung dan
mengelola distribusi aliran sungai (Kamiana 2011). Berdasrkan pengamatan
peneliti, tepatnya pada satasium pengamatan (Sta 5.000) terdapat suatu
konstruksi bendungan (lihat gambar 4.9) dengan tinggi bangunan 5 meter dan
lebar bangunan 50 meter melintangi sungai (lihat gambar 4.9).
73
No
Sta.
Penampang
(A) (m)
1
1.000
26.4
2
1.500
34.2
3
2.000
43.13
4
2.500
41.19
5
3.000
49.63
6
3.500
55.4
7
4.000
97.5
8
4.500
64.28
9
5.000
20.85
10
5.500
17.3
Sumber: Survey 2013
74
Kemirigan
(So)
Jenis Konstruksi
Penangulangan di pakai
0.0054
0.0078
0.0018
0.0522
0.0264
0.0096
0.0186
0.0288
0.0228
0.0096
Tembok penahan
Tembok penahan, tamgul
Bronjong, tembok penahan
Tembok Penahan, dam
Bronjong, dam
Tembok penahan
Tembok penahan
Tembok penahan
bendung
-
pengamatan (Sta 1.500) pada tebing kiri sungai sepanjang 50 meter, dengan
tinggi tangul 1.20 meter. Pada (gambar 4.9.b) terdapat system perkuatan tebing
dengan mengunakan konstruksi tembok penahan, didapatkan pada stasium
pengamatan (Sta 2.000) den lebar sungai 20 meter perkuatan di bangun pada
kedua tebing sungai dengan tinggi kos truksi 2 meter sepanjang 500 meter. Selain
itu terdapat pula system
bronjong, pada (gambar 4.9.c) didapatkan pada stasium pengamatan (Sta 3.000)
dengan luas sungai 24 meter perkuatan di bangun pada keduatebind sepanjang
sungai. Di ataranya sebagai berikut:
a. Tangul
b. Tembok Penahan
c. Bronjom
75
(a)
Tangul
(b)
Tembok penahan
(c)
Bronjon
g
System perkuatan tebing pada sungai Becora terdapat tiga jenis tersebut di
atas (gambar 4.10) pada ketiga jenis system perkuatan tebing tersebut tangul
merupakan perkuatan yang strukturnya kurang kokoh dalam system pegendalian
banjir tersebut. Maka dari itu konstruksi perkuatang tebing yang lebih aman
dalam system konstruksi pengendali banjir adalah dengan struktur tembok
penahan dan bronjong.
76
pengendali banjir pada stasium pengamatan (Sta 2.500), dengan tinggi konstruksi
1 meter, panjang 17.5 meter, konstruksi terbuat dari susunan bronjong.
77
Tidak berbedah jauh dengan kondisi yang di amati oleh peneliti pada (Sta
5.000), namu pada (Sta 2.500 dan Sta 3.000) juga terdapat kemiringan sungai
yan cukup miring sehingga di bangunjuga system penambahan elevasi muka air
sebagai mana fungsinya tidak berbeda jauh dengan system pengham bat alirang
namu dengan konstruksi yang lebih kecil dan ekonomis di banding dengan system
penghambat arus (dam).
Penambahan elevasi muka air tepatnya di bangun pada aliran-aliran sungai
yang mempunyai permukaan terlalu mirin, sebab akan berpengaruh pada
kecepatan aliran sehingga bisa menyebabkan debit yang semakin deras dan akan
merusak bangunan pengendali banjir yang lainnya.
System penanganan banjir pada sungai Becora dapat di lihat pada tabel
dan diagram berikut.
78
sta
1
1.000
2
1.500
3
2.000
4
2.500
5
3.000
6
3.500
7
4.000
8
4.500
9
5.000
10
5.500
Sumber: Survey 2013
perkuatan tebing
pekuatan tebing
perkuatan tebing
perkuatan tebing, penambah elevasi
perkuatan tebing, penambah elevasi
perkuatang tebing
perkuatang tebing
perkuatang tebing
penghambat arus
-
System penaganan banjir pada sungai Becora dapat di lihat pada Diagram di
bawah ini (gambar 4.13)
79
Dari diagram tersebut di atas (gambar 4.13) menunjukkan bahwa ada tiga jenis
system penaganan banjir yang terpakai dalam sungai Becora. Dari ketiga jenis system
penaganan ini sisten penaganan yang banyak di pakai adalah system perkuatang
tebing, system perkuaatang tebing ini hapir di pakai pada seluruh tebing sungai dan
memiliki persentasinya adalah 73% kemudian system penambahan elevasi di pakai
denanyak 18% dan penghambat arus adalah 9%.
1. Longsor
Longsor yang terjadi pada tiapa tebing sungai merupakan erosi yang di
sebabkan oleh aliran air permukaan, atau air hujan dan sungai, sehingga
menyebabkan pergerakan massa. Pada (gaambar 4.14) peneliti melakukan
pengamatan pada stasium pengamatan (Sta 1.500) terjapat longsoran pada sebelah
kiri tebing sungai, sepanjamg 150 meter dengan tinggi longsoran setinggi 1.5 meter.
80
81
Kerusakan geser disebakan oleh gaya pada arah horisontal/ datar. Geser
seperti ini cukup membahayakan bila tidak segera di tangani, karena bisa
menyebakan konstruksi roboh dan tidak mampu menopang beban
yang di
terimanya. Hal ini de sebabkan oleh kualitas material konstruksi yang sangat
minim.
3. Retak
Retak amerupakan
konstruksi akan rusak, pada umumnya akan mengalami retak pada bagian
strukturnya, sehingga tidak lama kelamaan tidak terutuh lagi. Kerusakan akibat
retak dapat di lihat pada (gambar 4.16), terdapat pada (Sta 1.500) kerusakan
sepanjang 50 meter.
82
83
Kerusakan akibat guling terjadi karena tekanan tanah lateral yang diakibatkan
oleh tanah urugan di belakang dinding penahan cenderung menggulingkan dinding
dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pondasi. Momen penggulingan ini,
dilawan oleh momen akibat berat sendiri dinding penahan dan momen akibat berat
tanah di atas plat pondasi
5. Kupas
Kerusakan kupas terjadi akibat gerusan debit air sungai sehingga terjadinya
struktur konstruksi pengendali Banjir terkupas. Pada (gambar 4.18) peneliti
mengamati pada stasium pengamatan (Sta 5.000) terdapat jenis kerusakan kupas
pada dasar struktur bangunan penghambat arus.
84
Kerusakan ini terjadi karena adanya gerusan air banjin yang deras,
sehingga dapat juga mengakibatkan sobeknya permukaan struktur hingga lama
kelamaan akan roboh.
Tingkat kerusakan Pada sungai bekora dapat di lihat pada garfik berikut:
85
Pada diagram di atas (gambar 4.19) dapat di baca bahwa jenis kerusakan
pada konstruksi pengendali banjir pada sungai Becora terdapat jenis kerusakan
berupa kupas menjadi tingkat kerusakan yang lebir besar (32%) dan yang
menunjukan tingkat yang terkecil adalah kerusankan dengan longsor (11%).
Jenis-jenis kerusakan pada setiap stasium pengamatan dapat di lihat pada (table
4.2).
sta
1
1.000
2
1.500
3
2.000
4
2.500
5
3.000
6
3.500
7
4.000
8
4.500
9
5.000
10
5.500
Sumber: Survey 2013
86
Dari data curah hujan di atas (gambar 4.20), curah hujan yang paling tinggi adalah
curah hujan yang terjadi pada tahun 2010 dengan curah hujan sebesar 360 mm/dtk dan
yang paling terkecil adaalah curah hujan yang terjadi pada tahun 2009 dengan senilai
34.6 mm/dtk.
87
Nilai label
X2 = 3.841
D=0,41
Nilai hitung
X2=3
D=0,11656
Denagan demikian dari hasil pada tabel di atas dapat di lihat bahwa dengan uji
Chi-Kuadrat pemperoleh nilai X2
nilai D
tabel
> D
hitung
tabel
> X2
hitung
probabilitas distribusi Log Person tipe III tepat untuk distribusi curah hujan sungai
Becora.
88
Waktu konsentrasi (tc) adalah perjalanan yang di butuhkan oleh air dari dari
tempat yang paling jauh (hulu DAS) ke titik pengamatan aliran air. Waktu konsentrasi
(tc) dapat di hitung dengan mengunakan persamaan (2.1) atau dengan mengunakan
persamaan (2.24 2.26).
Pada diagram tersebut di atas (gambar 4.21), merupana waktu konsentrasi (tc)
pada tiap masimg-masing satasium pengamatan. Pada tiap masing-masing stasium
pengamatan memiliki waktu konsentrasi masing-masing, berhubungan dengan kondisi
sasing masing. Waktu konsentrasi yang paling besar, merupan daerah alirang yang sangat
datar sehingga membutukan waktu untuk pengaliran, sebaliknya daerak aliran yang telalu
miring cukup membutuhkan waktu konsentrasi yang sedikit. Pada diagram terbaca bahwa
waktu konsentrasi yang paling besar adalah 5.42 menit (Sta 2.000) dan yang paing kecil
adalah 1.48 menit (Sta 2.500).
89
Dari diagram di atas (gambar 4.22), menunjukan bahwa curah hujan paling tinggi
terjadi pada (Sta 1.000) merupakan daerah hilir yang menerima volumen curah hujan
paling banyak sebesar 53.03 mm/jam, sebab intensitas curah hujan yang terjadi pada (Sta
5.500) daerah hulur sebesar 22.34 mm/jam, kemudian perlahan-lahan intensitas curah
hujan menjadi besar hingga pada stasium pengamatan pertama.
90
Dari garfik pada (gambar 4.23), terbaca bahwa debit rencana 5 tahun (Q5), pada
setiap stasium pengamatan mulai dari daerah hulur pengamatan yaitu (Sta 5.500)
dengan debit rencana 5 tahun (Q5), sebesar 3.848 m3/dtk kemudian mengalir dari daerah
hulur perlahan debint menjadi bertambah hingga pada stasium pengamatan awal (Sta
1.000) debit rencana bertambah sebesar (Q5) 18.265
91
Dari diagram tersebut di atas (gambar 4.24) menunjukakan bahwa ada beberapa
volumen panampang sungai yang wangat berukuran kecil sehingga dapat di prediksikan
tidak akan mampu menangulangi debit rencana (Qt) yang akan melalui penempang
tersebut. Volumen penampang sungai pada tiap stasium pengamatan dapat di hitung
dengan persamaan (2.33). dar hasil perhitungan berdasarkan pula kondisi keadaan pada
lokasi survey yang menunjukkan bahwa pada derah yang ver penampang sangata jurang,
seperti pada (Sta 4.000) menunjukkan bahwa tersebut merupakan volumen penampang
92
yang paling besar yaitu 58.500 m3 dan yang paling kecil atau penampang yang di katakan
derah rawan yaitu pada penampang pada kedua Sta terakhir pada daerah hulur (Sta
5.000 dan 5.500 yang bervolume 12.510 m3 dan 10.380 m3). Juga volumen penampang
yang paling kecil di temukan juga pada (Sta 1.000) dengan volumen sebesar 15.840.
Sta
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
5 tahun
18.27
10.33
9.40
8.91
8.91
7.52
7.14
6.88
6.72
3.85
Qt
10 tahun 20 tahun
33.42
55.61
20.17
34.95
18.35
31.80
17.40
30.15
17.40
30.15
14.68
20.36
13.94
19.32
10.07
18.61
9.84
18.20
8.45
15.62
93
50 tahun
94.95
61.39
55.86
52.96
52.96
37.24
35.35
34.04
33.29
28.58
QS (m)
15.84
20.52
25.88
24.71
29.78
33.24
58.50
38.57
12.51
10.38
Gambar 4.25: Diagram debit rencana 5 tahun pada setiap Stasium pengamatan
Sumber: Hasil analisis 2013
Pada (gambar 4.25) menjelaskan bahwa pada tiap penampang sungai di setiap
stasium pengamatan memiliki debit debit rencana yang berbeda-beda, di antarnya mulai
dari daerah hulur degan debit yang kecil, kemudian perlahan debit mengalir menuju hilir
dan aliran tersebut bertambah menjadi besar.
Dari diagram tersebut juga (gambar 4.25) menjelaskan bahwa pada stasium
pengamatan (Sta 1.000) kapasitas tampungan sungai (Qs) tidak mampu menangulangi
banjir yaitu Qs=18.27 dan Qt=15.84 sehingga dikatakan Qs > Qt sehingga terjadi
limpasan pada statium tersebut.
94
4.5.4.
Gambar 4.26: Diagram debit rencana 10 tahun pada setiap pengamatan Stasium
Sumber: Hasil analisis 2013
Gambar 4.27: Diagram debit rencana 20 tahun pada setiap Stasium pengamatan
Sumber: Hasil analisis 2013
95
Gambar 4.28: Diagram debit rencana 50 tahun pada setiap Stasium pengamatan
Sumber: Hasil analisis 2013
Diagram pada (gambar 4.28), juga menjelaskan bahwa limpasan terjadi pada 6
stasium pengamatan yaitu terjadi pada stasium pengamatan pertama hingga
stasium ke enam (Sta 1.000 s/d Sta 3.500).
96
4.6.
Solusi
penahan, bronjon dan tangul), penghambat arus (dam), penambahan elevasi muka
air (weir), dari ketiga jenis system konstruksi tersebut, terdapat beberapa
kerusakan meliputi:
a. Kupas
Jenis kerusakan kupas pada konstruksi pengendali banjir, merupakan
persen kerusakan yang paling besar hingga mencapai 32%. Dengan adanya
kerusakan kupas pada struktur di sebabkan karena adanya aliran banjir mengerus
permukaan konstruksi sehingga menjadi terkupas, oleh kerena itu:
perrlu adanya sestem penghambat arus agar mengurangi gerusan air yang
terjadi pada permukaan konstruksi
b. geser
kerusakan akibat geser,kerusakan ini terjadi pada system penaganan banjir
pada sungai becora, memiliki persentase sebesar 11%, kerusakan ini di sebabkan
oleh gaya pada arah horizontal/datar. Hal ini juga di sebabkan oleh kualitas
material minim sehingga tidak mampu menompang beban yang di terimanya.
Maka dari itu, perlu adanya kualitas material yang baik dalam pengunaan
konstruksi.
97
c. Longsor
Kerusakan akibat longsor terjadi sebesar 11% pada sungai Becora
kerusakan ini pada umumnya terjadi pada tebing sungai. Kerusakan longsor
terjadi pada saat cura hujan relatif tinggi, sehingga pada tebing yang berbentuk
terjal akan terjadi kelongsoran pada waktu itu. Untuk menagani kerusakan ini,
perlu adanya peghijauan, atau penanaman pohon pada tebing sehingga tidak
terjadi lagi permasalahan tersebut pada saat curah hujan yang tinggi.
d. Retak
Kerusakan akibat retak terjadi pada perkuatang tebing yang mengunakan
beton kerusakan ini terjadi karena kurang nya kualitas beton. Sehingga pada saat
terjadi adanya pergeseran tanah pada tebing, akan terjadi keretakan pada
perkuatan tersebut, maka perlu adanya:
e. Guling
Kerusakan akibat guling terjadi karena tekanan tanah lateral yang
diakibatkan oleh tanah urugan di belakang dinding penahan cenderung
menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pondasi.
Momen penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat sendiri dinding
penahan dan momen akibat berat tanah di atas plat pondasi, maka dari itu perlu
adanya:
98
beberapa kasus
99
Pada stasium pengamatan (Sta 1.500) perkuatang tebing kanan dengan tangul di
perlukan adanya perbaikan struktur sehingga dapat menampung aliran banjir dengan
baik. Pada stasium tersebut di atas pada tebing tersebut harusnya memakai struktur
perkuatan tebing yang harusnya lebih baik laigi dan lebih kokok lagi di antaranya bisah
mengunakan perkuatan tebing bronjong atau bisa juga mengunakan struktur tembok
penahan.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di bab IV, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa:
1) System konstruksi pengendalian banjir yang di pakai dalam sungai Becora
terdapat tiga jenis konstruksi system pengendalian banjir yaitu
a. System perkuatang tebing
Ada tiga jenis system perkuatan tebing yaitu :
Tembok penahan
Bronjong
Tangul
102
2) Pada ketiga jenis system pengendalian banjir tersebut di atas terdapak beberapa
jenis kerusakan yang ada pada konstruksi konstruksi tersebut, sehingga perlu
adanya perawwatan dan pemeliharaan pada system-system tersebut. Jenis-jenis
kerusakan tersebut diantaranya: kerusakan akibat Longsor (11%), Geser (11%),
Retak (26%), Guling (21%) dan kupas (32%).
3) Berdasarkan anaalisis hidrology dan hidrolika, pada debit rencana periode ulang 5
tahun dan 10 tahun menunjukan pada stasium pengamatan (Sta 1.000 dan Sta
1.500) menunjukan bahwa pada stasium pengamatan tersebut terjadi limpasan
dehingga dikatan sebagai daerah titik rawan pada sungai tersebut. Dari analisi ini
juga dapat di simpulkan bahwa jangankan debit rencana periode ulang 10 tahun,
20 tahun dan 50 tahun, tetapi pada debir rencana periode ulang 5 tahunpun telah
terjadi limpasan pada stasium-stasium pengamatan tertentu senhingga perlu
adanya perawatan system konstruksi penagulangan banjir pada tiap periode 5
tahun.
5.2. Saran
1) Perlu adanya perawatan system konstruksi sungai secara rutin, agar bahaya
banjir selau terkendali,
103
104
DAFTAR PUSTAKA
Dias, M.M., (2011), studi kapasitas saluran drainase daerah Colmerah-dili, Timor
Leste, Tugas Akhir Teknik Sipil Fakultas Teknik Dili Institue of Technology,
Timor Leste.
Gama, (2012), Analisa Debit Rancangan Das Comoro Untuk Pengendalian Banjir di
Dili Timor Leste, Tugas Akhir Teknik Sipil Fakultas Teknik Dili Institue of
Technology, Timor Leste.
Hasmar, (2012), Drainase terapan, Yogyakarta.
Kamiana, (2011), Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air, Yogyakarta,
Edisi Pertama.
Kiotoka, (2003), Hidrologi untuk pengairan
Soewarno, (1995), Hidrologi Bandung, jilid 1.
Soewarno, (1995), Hidrologi Bandung, Jilid 2.
Soedrajat, (1983), Mekanika Fluida dan Hidrolika bandung 1983.
Suripin, (2004), Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi. Yogyakarta.
S.N. (1997), Drainase Perkotaan Penerbit: GUNADARMA
Triotmodjo, (2008), Hdrolika II Cetakan ke tujuh.
Triotmodjo, (2010), Hidrologi Terapan Cetakan ke dua.
106
Wesli, (2008), Drainase Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama.
Wilson, (1993),Hidrologi Teknik edisi ke empat, penerbit ITB Bandung.
___ (2003), Water Supply and Sanitation Rehabilitation Project on Urban Drainage and
Wastewater Strategy, Dili, Diresaun Nasional Saneamento Basico (DNSB).
___ (2008), Kamus istilah Bidan Pekerjaan Umum (BPU).
___ www//http//wilkipedia 2013//konstruksi penaganan banjir.
107
LAMPIRAN
1
5
No
sta
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
5.500
Penampang Subgai
Luas
Luas atas
Tinggi
Bawa
21
21
20
21.5
24.7
20.5
26
21.2
14.5
13.4
18
18
17
17.5
20.6
24.5
23
18.7
14.5
13.4
1.2
1.5
2
1.5
2
2
4
1
1
1
A (m)
QS
(m)
26.40
34.20
43.13
41.19
49.63
55.40
97.50
64.28
20.85
17.30
15.84
20.52
25.88
24.71
29.78
33.24
58.50
38.57
12.51
10.38
110
elevasi
elv. Hul
elv. Hil
14.1
16.8
16.8
20.7
20.7
21.6
21.6
47.7
47.7
60.9
60.9
65.7
65.7
75
75
89.4
89.4
100.8
100.8
105.6
0.016636364
kemirigan
tc
0.0054
0.0078
0.0018
0.0522
0.0264
0.0096
0.0186
0.0288
0.0228
0.0096
3.67
3.18
5.59
1.53
1.99
2.94
2.28
1.92
2.11
2.94
Uji Smienov
111
113
RIWAYAT PENULIS
Amaro Bino da Costa Fernandes di lahirkan di Caicasalare Subdistrito Uato Carbau, Distrito Viqueque, Timor Leste, 30 agustus
1988. Sebagai anak pertama dari ke lima bersaudara, dari pasangan
Armindo Quito dan Martinha da Costa Guterres, penulis mulai
menjengjang pendidikan sekolah dasar di (SDN 01) Uato Carbau
pada tahun 1996 sampai dengan 2002. Dari tahun 2002 sampai
dengan 2005 penulis melanjutkan pendidikan di sekolah tingkat pertama (SMPN 01)
Uato Carbau. Kemudian pada tahun 2005 sampai 2008 penulis menjenjang
pendidikannya di sekolah technology menengah Catolik di Colegio Don Bosco
Fatumaca, jurusan pembangunan. Dan pada tahun 2008 berhubungan dengan ekonomi
keluarga maka, penulis berhenti dari semua hal pendidikan dan pulang kembali ke
kampung halaman untuk membantu orang tuanya. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan
pendidikan Bachelor of Engineering (S-1) di JurusanTeknik Sipil Fakultas Teknik
Institute Dili Institute of Technology (DIT).
115