You are on page 1of 18

ACARA I

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR EMPEDU)
A. PELAKSANAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mempelajari sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu).
2. Waktu Praktikum
Senin, 13 April 2015
3. Tempat Praktikum
Laboratorium Kimia Dasar, lantai III, Fakultas MIPA, UniversitasMataram.
B. LANDASAN TEORI
Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan
diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu
saluran. Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar
saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan
utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium,
Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS),
Fosfat, Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein
yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C,
beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan
kortisol. Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang secara
kuantitatif penting adalah -Amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin
(Almatsier, 2010: 276).
Peruabahan molekul dalam komposisi cairan tubuh dapat berfungsi sebagai petunjuk
proses seluler saat stress akut ataupun kronis. Dalam perubahan ini, bentuk yang berubah
dari ekspresi protein sekretori, dapat diukur melalui cairan oral. Komposisi protein saliva
mencerminkan proses seluler yang dihasilkan dari pengaruh lingkungan sehari-hari serta
dari stress akut atau kronis. Subjek individu lingkungan atau rangsangan fisiologi
menunjukkan perubahan spesifik cairal oral. Komponen saliva, dapat berfungsi sebagai
penanda (biomarker) karena komposisi cairan oral responsive terhadap perilaku, mekanika,
genetic atau rangsangan ontogenetic. Penggunaan saliva (air liur) untuk menguji penanada
genetik dan obat-obatan yang telah diketahui (Hand, 2011).
Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan
kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan
bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva dan berasal dari

kelenjar saliva. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,67,0 dengan
rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan ada pH
saliva antara lain18 rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut,
dan kapasitas buffer saliva. Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan
bakteri 6,57,5 dan apabila rongga mulut pH-nya rendah antara 4,55,5 akan
memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan
Lactobacillus (Diyatri, 2011).
Pengeluaran dalam tubuh yang utama adalah kolesterol hati membentuk cairan
empedu, dikeluarkan ke dalam usus dan selanjutnya kolesterol bersama asam empedu
keluar bersama feses, sedangkan pengeluaran lainnya adalah bersama mukosa usus dan
kulit bergabung dengan hormon-hormon steroid dan dikeluarkan bersama urin. Penurunan
kadar kolesterol HDL darah dapat disebabkan oleh 1) aliran masuknya kolesterol dari
liprotein yang potensial kolestrolnya rendah (LDL) menuju membran sel, 2) penggunaan
HDL untuk sintesis senyawa steroid seperi hormon atau garam empedu di hati. High
Density Lipoprotein (HDL) adalah satu lipoprotein yang berfungsi sebagai alat pengangkut
kolesterol dari sel tepi menuju ke sel hati dan kelenjar tubuh lainnya. HDL berfungsi
mentransport fosfolipida dan kolestrol ester dari jaringan perifer kembali ke hati untuk
diubah kembali menjadi asam empedu (Nangoy, 2014).
Organ tubuh yang terbesar adalah hati. Hati merupakan organ pensekresi cairan
empedu. Empedu sendiri bukan sejenis enzim yang dapat mengkatalis reaksi dalam tubuh.
Komposisi empedu terdiri dari air, garam empedu, pigmen empedu, kolestrol, lisitin,
garam anorganik. Dari semua komposisi tersebut, yang paling penting dalam pencernaan
lemak adalah efek hidrotropiknya. Tegangan permukaan rendah dari lemak dan sebgian
bartanggung jawab untuk emulsifikasi lemak sebelum dicerna dan diabsorpsi di dalam usus
halus. Selain untuk absorpsi lemak empedu juga penting untuk proses absorpsi vitaminvitamin yang larut dalam dalam lemak (Vitamin A,D,E, dan K). Garam empedu berfungsi
sebagai penetral asam lambung yang masuk ke dalam deudenum. Asam empedu
merangsang produksi garam-garam empedu (Harper, 2001 : 324).
Penyakit obesitas, diabetes, dan sindrom metabolic semakin diakuis sebagai masalah
kesehatan di dunia. Kelebihan gizi dan resistensi insulin adalah penyebab utama dari
diabetes hiperglikemia dan hiperlipidemia pada manusia. Penelitian dalam satu dekade
terakhir membuktikan bahwa asam empedu berperan memfasilitasi penyerapan usus, tetapi
juga penting dalam metabolik regulator glukosa dan homeostasis lipid. Perubahan

farmokologi pada metabolism asam empedu atau jalur sinyal asam empedu seperti
menggunakan asam empedu sebagai reseptor agonis atau pengikat resin mungkin menjadi
strategi terapi yang menjanjikan untuk pengobatan obesitas dan diabetes. Asam empedu
hanya diproduksi di hati sebagai produk akhir dari katabolisme kolesterol. Selain memiliki
fungsi klasik seperti sebagai fasilitas hepatobilier dalam sekresi metabolite endogen,
xenobiotik dan penyerapan usus terhadap nutrisi lipofilik, asam empedu juga berperan
penting dalam mengendalikan metabolism glukosa dan lipid dalam sisitem enterohepatik
dan pelepasan energy di jaringan perifer (Chiang, 2011).
C. ALAT dan BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Tabung reaksi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Penjepit tabung reaksi


Pipet volume 2 mL
Pipet volume 5 mL
Rubber bulb
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas kimia 250 mL
Gelas kimia 600 mL
Corong kaca 75 mm
Spatula
Kertas saring
pH Stick

2. Bahan-bahan Praktikum
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Air liur
Empedu
NaOH 10%
CuSO4 0,1 M
Reagen Molisch
H2SO4 Pekat
HNO3 Pekat
CH3COOH 2M
HCl 1M
BaCl2 2%
Sukrosa 5%
Minyak Goreng
Aquades

D. SKEMA KERJA
1. Air Liur
a. Penetapan PH air liur

Air liur

Diukur pH dengan pH stik

Hasil
b. Uji Biuret
2 mL (30 tetes) air liur
Dimasukkan dalam tabung reaksi
+ 2 mL NaOH 10%
Hasil
+ beberapa tetes CuSO4 0,1 M
Hasil
c. Uji Molish
2 mL (30 tetes) air liur

Di masukkan dalam tabung reaksi


+ 2 tetes pereaksi molisch dan dicampur dengan

baik
Hasil
Dimiringkan tabung reaksi
+ 2 ml H2SO4pekat melalui dindingtabung
Hasil
d. Uji Presipitasi
2 mL (30 tetes) air liur
Disaring
+ 1 tetes asam asetat encer
Dicampurdenganbaik
Hasil
e. Uji Sulfat
2 mL (30 tetes) air liur
Dimasukkan dalam tabung reaksi
+ 3-5 tetes HCl 1 M
Hasil
+ 5-10 tetes BaCl2 2 %
Hasil
2. Empedu
a. Sifat empedu
Empedu

Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu

Hasil
b. Preparasi Empedu
Empedu

Dilumatkan
+ aquades
Disaring

Hasil
c. Uji Gmelin
TabungReaksi
3 ml HNO3 pekat
+ 3 mL larutan empeduencer (melalui dinding
tabung)
Hasil
d. Uji Pettenkofer
5 mLEmpedu Encer
Dimasukkan dalam tabung reaksi
+ 5 tetes sukrosa 5 %
Hasil
+ 3 mLH2SO4 pekat (melaluidindingtabung)
Hasil
e. Fungsi Empedu sebagai Emulgator
2 TabungReaksi
Tabung 1
+ 3 mL aquades
+ 3 tetes minyakgoreng
+ 3 ml larutan empedu
Dikocok

Tabung 2
+ 3 mL aquades
+ 3 tetesminyakgoreng
Dikocok
Hasil

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji sifat fisik dan kimia Air Liur
Air Liur
N
o

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

Penetapan pH Air liur


Diukur pH air liur tanpa

pH = 7

Warna awal air liur putih keruh,


Setelah ditambah larutan NaOH

penyaringan.
2

Uji Biuret
2 ml air liur
+ 2 ml NaOH 10%

warna menjadi bening di bagian


bawah dan bagian atas kental seperti

+ CuSO4,

gumpalan.
Seperti gumpalan, larutan menjadi
ungu kebiruan

Uji Molisch
2 ml air liur + 2 tetes pereaksi

Warna air liur krem namun tidak


bercampur

molisch

sempurna

terdapat

gumpalan berwarna coklat


+ 2 ml H2SO4 melalui dinding
tabung

Kemudian terbentuk larutan warna


merah keunguan, terasa panas pada
tabung

Uji Presipitasi
2 ml Air liur yang sudah
disaring

endapan putih dimana warna larutan

CH3COOH

tetap.

encer
Uji Sulfat
1 ml air liur yang telah
disaring + 3-5 tetes HCl
+ 5-10 tetes BaCl2 2%

Warna air liur bening, terdapat

Warna air liur putih keruh,

Setelah ditambah BaCl2 larutan tetap


putih keruh dan terdapat gumpalan
putih

2. Uji sifat fisik dan kimia Empedu Ayam


Empedu
N
o
1

Langkah kerja
Sifat Empedu

Hasil Pengamatan

Warna hijau tua, terbungkus oleh


kantung

yang

berisi

cairan

Preparasi Empedu
Dilumatkan

Ditambahkan aquades

Disaring

empedu.
Bau amis
Ada selaput warna kuning

Warna empedu setelah dilumatkan

adalah hijau tua.


Setelah ditambah aquades warna

empedu tetap namun lebih encer.


Warna empedu menjadi lebih
muda dari sebelumnya

Uji Gmelin
3 ml HNO3 pekat

+ 3 ml empedu melalui
dinding tabung reaksi

Warna awal HNO3 adalah bening


Setelah ditambahkan 3ml larutan
empedu,

kemudian terbentuk 5

lapisan. Lapisan bawah berwarna


bening , kemudian bening, orange,
coklat, ungu, dan hijau pada
bagian

atas.

warna

larutan

Setelah

dikocok

menjadi

coklat

muda.
4

Uji Pattenkofer
5 ml empedu encer + 5 tetes

Warna larutan empedu tetap hijau

sukrosa 5 %
+ 3 ml asam H2SO4 pekat

tua (tidak terjadi perubahan).


Setelah ditambahkan asam sulfat

pekat, terdapat 3 lapisan

yaitu

kuning bening, hitam dan hijau


lumut. Setelah dikocok terbagi
menjadi 2 lapisan yaitu hitam dan
hijau tua serta terdapat cincin.
5

Fungsi

Empedu

sebagai

emuglator

Tabung 1 : 3 ml air suling +


3 ml minyak goreng

Warna awal aquades bening dan


warna awal minyak goreng kuning
bening, kemudian setelah aquades
dan minyak goreng dicampur dan
dikocok, terbentuk 2 lapisan yang

Campuran minyak dan

tidak saling bercampur. Setelah


ditambahkan

larutan

empedu

air ditambahkan 3ml

,terdapat 3 lapisan yaitu minyak

larutan empedu

air bagian atas, minyak bagian

Tabung II : 3 ml air suling +

tengah dan empedu bagian bawah.


Warna awal aquades bening dan

1 tetes minyak

warna awal minyak goreng kuning


bening, kemudian setelah aquades
dan minyak goreng dicampur dan
dikocok, terbentuk 2 lapisan yang
tidak saling bercampur karena
perbedaan

kepolaran.

Minyak

bagian atas dan aquades bagian


bawah.

F. ANALISIS DATA
Air Liur
1. Uji Biuret

HO
O
R

O - Na
+

NaOH

CH

O
R

NH3 +

CH
NH3 +

OO
R

CH
NH3 +

2. UjiMolish

CuSO4

Larutan ungu

O
HO

OH

OH

H2SO4

fulfural

OH

OH
naftol

pentosa

O
H
HO
H
H

OH
H
OH
OH
OH
heksosa

H2SO 4

HO

O
O
Hidroksimetilfulfural

OH
naftol

OH
O
H

HO

H 2SO4

SO3 H

O
OH

Hidroksi metil furfural

OH

naftol

O
cincin ungu

3. UjiPresipitasi

O - Na

O - CH3 COONa
+ CH3 COOH

O
R

O
R

CH

CH
NH3 +

NH3 +

penggumpalan/endapan putih

Na+ + CH3COOH CH3COONa (mengendap)


4. UjiSulfat
BaCl2 + SO42-

Penguraiannya:
BaCl2 + HCl
Ba2+ + SO42-

HCl

BaSO4(s) + 2 Cl-

Ba2+ + 3Cl- + H+
BaSO4(s) (endapan putih)

Empedu
1. Sifat-sifat empedu
a. Berbentuk bulat memanjang (seperti kantong)
b. Terdapat cairan hijau kehitaman (hijau pekat) di dalamnya dengan ditutupi oleh
selaput bening bagian luarnya.

c. Berbau amis jika didiamkan beberapa jam.


2. Uji Gmelin
Bilirubin + HNO3 komplekssenyawawarna-warni

3. Uji Pattenkofer
O
OH
HO

OH

O H

H
OH

O
O

H
HO

terhidrolisis

HO
OH

HO
H

OH

OH

OH
H

OH

OH

H
OH

sukrosa

glukosa

O
H
HO

OH
H

OH

OH

H2SO 4

H2C
OH

CH

CH CH

OH
5-hidroksimetil furfural
glukosa

garam empedu

H2SO4(l)

asam empedu

O
O
H2C
OH

CH

asam-asam empedu

kompleks coklat kehitaman (merah bata)

CH CH

5-hidroksimetil furfural

4. Fungsi Empedu sebagai Emulgator


Garam-garam empedu + minyak micelles
Micelles + air larut
G. PEMBAHASAN
Di dalam tubuh, reaksi-reaksi biokimiawi terjadi melalui mekanisme yang
kompleks. Berlangsungnya reaksi-reaksi tersebut tidak terlepas dari peran cairan-cairan
tubuh yang mengandung enzim-enzim yang berfungsi untuk mempercepat reaksi-reaksi
biokimia di dalam tubuh. Dalam praktikum ini, cairan tubuh yang dipelajari adalah air
liur (saliva) dan empedu. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat
fisik dan kimia cairan tubuh, yakni air liur (saliva) dan empedu.
Air liur, air ludah, atau saliva adalah cairan bening yang dihasilkan dalam
mulut manusia dan disekresikan dari kelenjar ludah . Saliva terdiri atas 99,24% air dan
0,58% terdiri atas Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42- dan zat-zat organik
seperti musin dan ptyalin. Musin ialah suatu glukoprotein dan ptyalin sebagai ezim
amylase. Sedangkan cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak
kental dan mempunyai rasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik
yaitu, HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organik, yaitu asam-asam empedu, bilirubin
dan kolestrol (Poedjiadi, 2007: 244).
Untuk masing-masing cairan tubuh tersebut dilakukan beberapa uji untuk
menentukans sifat fisik dan sifat kimianya. Misalnya pada saliva, dilakukan 5 uji. Uji
yang pertama adalah uji atau penentua nilai pH dari saliva dengan menggunakan pH
stik, diperoleh pH dari air liur adalah 7. Hal ini menunjukkan bahwa air liur tersebut

bersifat netral. Kondisi ini sesuai dengan pH kerja enzim amylase, dimana air liur
memiliki range pH antara 5,75-7,05. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal
antara 5,67,0 dengan rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain18 rata-rata kecepatan aliran saliva,
mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva. Derajat keasaman (pH)
saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,57,5 dan apabila rongga mulut pH-nya
rendah antara 4,55,5 akan memudahkan pertumbuhan kuman asidogenik
seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus
Selanjutnya, uji Biuret pada air liur dilakukan untuk mengetahui adanya
protein dalam air liur. Prinsip uji Biuret ialah ion Cu2+ dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi Biuret positif terhadap
dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau
dipeptida, yaitu dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin, dan treonin. Reaksi
pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH 2NH2,
-CSNH2, -C(NH)NH2, dan CONH2. Fungsi dari uji Biuret adalah untuk membuktikan
adanya molekul-molekul peptida dari protein. reaksi Biuret menggunakan beberapa
reagen, yaitu CuSO4 dan NaOH. CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang
nantinya akan membentuk komplesk dengan protein yaitu CO dan NH2 pada asam
amino dalam protein sehingga membentuk kompleks berwarna. Sementara
penambahan NaOH berfungsi untuk menyediakan basa dan untuk menghidrolisis
protein, di mana protein yang terdapat dalam air liur akan bereaksi dengan ion Na +
membentuk garam.. Suasana basa akan membantu membentuk Cu(OH)2 yang nantinya
akan menjadi Cu2+ dan 2OH-. Pada uji Biuret, hasil positif adanya protein akan
ditunjukkan dengan terbentuknya kompleks berwarna biru atau ungu. Berdasarkan
hasil percobaan, penambahan NaOH pada air liur menyebabkan campuran menjadi
bening, tetapi ada gumpalan di lapisan atas. Kemudian, setelah ditambahkan CuSO 4
campuran menjadi berwarna ungu bening dan terdapat endapan biru di dasar tabung.
Terbentuknya warna kompleks biru ini menunjukkan bahwa air liur tersebut
mengandung protein. Protein yang ada dalam air liur ini berasal dari enzim yang
dikandungnya yaitu enzim amilase yang berfungsi untuk memecah molekul amilum
menjadi maltose.

Pengujian ketiga adalah uji molisch yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya karbohidrat yang terkandung di dalam air liur. Uji pereaksi molisch terdiri dari
larutan 10% -naftol. Karbohirat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa
furfural. Senyawa furfural dengan pereaksi -naftol menghasilkan persenyawaan
berwarna (warna ungu). Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh
asam sulfat pekat. Uji positif didapat jika cincin ungu yang merupakan kondensasi antara
furfural atau hidroksi furfural dengan -naftol dalam pereaksi molish. Penambahan
larutan H2SO4 pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik (ikatan antara monosakarida
satu dengan monosakarida lainnya), menghasilkan monosakarida selanjutnya yang
didehidrasi menjadi furfural dan turunan karbohidrat dalam uji molisch. Sedangkan,
penambahan H2SO4 melalui tepi dinding karena larutan tersebut bersifat eksotermis
sehingga panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung reaksi. Dehidrasi
heksosa-heksosa ini akan menghasilkan hidroksimetilfurfural yang merupakan derivat
furfural. Sedangkan untuk karbohidrat dengan lima atom karbon dehidrasi pentosa ini
akan menghasilkan furfural (reaksi pembentukan furfural). Reaksi furfural dan
hidroksimetilfurfural ini dapat membentuk senyawa berwarna apabila direaksikan dengan
- naftol dan akan membentuk cincin ungu yang merupakan suatu senyawa kompleks.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah air liur ditambahkan reagen molisch maka
terbentuk campuran yang kental dan terdapat gumpalan cokelat. Penambahan H2SO4
menyebabkan terbentuknya perubahan warna menjadi merah keunguan. Karena terdapat
cincin yang berwana ungu sehingga pada air liur positif mengandung karbohidrat.
Berdasarkan hasil percobaan ini, karbohidrat oleh asam sulfat pekat dihidrolisis menjadi
monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat pekat dan menjadi furfural. Furfural
tersebut kemudian ditambah dengan -naphtol akan terkondensasi dan membentuk
senyawa komplekas berwarna ungu.
Pengujian berikutnya untuk air liur yaitu uji presipitasi. Pengujian ini harus
mengunakan air liur yang disaring dimana tujuan dari dilakukannya penyaringan pada
proses ini adalah untuk memisahkan saliva dari zat lain (sisa makan yang masih tersisa di
dalam mulut), sehingga nantinya akan memudahkan dalam proses pengamatan. Tujuan
dilakukan pengujian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya protein yang terkandung
di dalam air liur. Saliva mengandung ion Na+ yang mampu berikatan dengan senyawa
protein. Protein akan mengalami denaturasi jika ditambahkan dengan asam sehingga
terbentuk suatu endapan dan protein tersebut mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil
pengamatan, diperoleh larutan yang keruh. Kekeruhan ini merupakan indikasi bahwa di

dalam larutan tersebut terbentuk endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa air liur yang
dianalisis mengandung protein.
Pada percobaan terakhir, yaitu uji sulfat dilakukan bertujuan untuk mengetahui
adanya zat anorganik sulfat di dalam saliva. Berdasarkan konsepnya, untuk pengujian
sulfur, dengan adanya penambahan BaCl2 ke dalam sampel yang telah diberikan HCl,
akan menyebabkan terjadinya disosiasi atau penguraian dari BaCl2 menjadi ion-ionnya
yaitu Ba2+ dan Cl-, dengan adanya ion sulfat di dalam saliva akan menyebabkan
terjadinya suatu reaksi antara ion SO 42- dengan Ba2+ membentuk BaSO4 yang berupa
endapan putih. Hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif, ditandai dengan
adanya gumpalan putih, dimana gumpalan ini merupakan gumpalan BaSO4. Hal ini
dikarenakan dalam air liur juga terkandung ion sulfat.
Percobaan kedua adalah menguji sifat fisik dan kimia dari empedu. Empedu
yang dianalisis merupakan empedu ayam yang berbentuk lonjong, terbungkus oleh
kantung yang berisi cairan empedu yang agak kental berwarna hijau kehitaman (hijau
pekat) dan berbau amis.Warna hijau kehitaman ini disebabkan oleh adanya pigmen
biliverdin, yaitu zat warna empedu yang berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir
sel darah merah. Empedu berbau amis dikarenakan empedu banyak mengandung
garam-garam anorganik, kolesterol, lemak dan pigmen-pigmen yang bercampur
menjadi satu sehingga menghasilkan bau yang amis. Cairan empedu bersifat kental
karena banyaknya zat-zat yang terkandung dalam empedu.
Pengujian sifat kimia empedu dilakukan dengan tiga jenis pengujian, yakni uji
Gmelin, uji pettenkofer dan uji fungsi empedu sebagai emulgator. Uji Gmelin
didasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna yang akan menghasilkan
serangkaian warna hasil oksidasi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya
kandungan bilirubin dalam cairan empedu.Prinsip pengujiannya meliputi reaksi antara
bilirubin dengan HNO3 yang akan menghasilkan larutan berwarna sesuai dengan
konsentrasi HNO3 yang dipakai. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah ditambahkan
beberapa tetes HNO3 pekat terbentuk 5 lapisan yakni Lapisan bawah berwarna bening ,
kemudian bening, orange, coklat, ungu, dan hijau pada bagian atas , namun setelah
beberapa lama dibiarkan diudara larutan berubah berwarna coklat. Terjadinya
perubahan warna dan adanya cincin berwarna tersebut menunjukkan adanya bilirubin.
Uji kedua pada empedu adalah uji pettenkofer. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui adanya garam empedu dalam cairan empedu. Garam empedu bereaksi
dengan asam sulfat membentuk asam empedu sedangkan heksosat dari sukrosa, jika

bereaksi dengan asam sulfat akan membentuk hidroksimetilfural. Asam empedu akan
bereaksi dengan fulfural atau hidroksimetilfulfural membentuk kompleks merah di
antara 2 lapisan yang terbentuk. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah ditambahkan
sukrosa 5% pada empedu encer tidak menghasilkan perubahan warna yakni tetap hijau
tua. Ketika ditambahkan H2SO4 pekat dinding tabung reaksi terasa panas. Hal ini
menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi termasuk reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm ini
terjadi bila reaksi kimia melepaskan kalor ke sekelilingnya. Untuk mencegah reaksi
hebat yang ditimbulkan dari H2SO4 pekat ini maka penambahan H2SO4 pekat pada air
liur harus dilakukan dengan memiringkan tabung reaksi. Hasilnya diperoleh 3 lapisan,
lapisan atas berwarna hijau, lapisan tengah menyerupai cincin berwarna hitam, dan
lapisan bawah kuning bening. Setelah dikocok warna larutan menjadi hitam dan hijau
tua. Hasil ini menunjukkan bahwa empedu tersebut positif mengandung garam
empedu.
Uji terakhir pada empedu adalah menguji fungsi empedu sebagai emulgator.
Pada pengujian ini dibandingkan hasil reaksi pada tabung reaksi 1 dengan tabung
reaksi 2. Tahap pertama dalam pengujian ini adalah pencampuran aquades dengan
minyak goreng ke dalam dua tabung reaksi tersebut.Berdasarkan hasil pengamatan,
baik pada tabung reaksi 1 maupun tabung reaksi 2 terdapat gumpalan-gumpalan
minyak yang tidak dapat bercampur dengan aquades. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan massa jenis yang sangat besar antara minyak dengan air sehingga air dan
minyak tidak dapat bercampur. Selain itu, adanya perbedaan kepolaran antara minyak
dengan air, dimana air bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar inilah yang
juga menyebabkan kedua zat ini tidak dapat bercampur..Perlakuan berbeda dilakukan
pada tabung reaksi 2, yakni dengan menambahkan empedu encer kedalam campuran
minyak dan aquades.Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat campuran tersebut dapat
sedikit bercampur ditandai dengan minyak yang terpecah dan terdapat sisa gumpalan
minyak di lapisan atasnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari cairan
empedu yang berfungsi sebagai emulgator. Sifat ini berkaitan dengan fungsi empedu
dalam proses pencernaan makanan di dalam tubuh yaitu sebagai pencerna lemak.
Lemak akan mudah di hidrolisisdengan cara mengubah bentuknya menjadi emulsi. Zat
yang berperan disini adalah enzim lipase. Pada proses pembentukan emulsi ini bagian
yang hidrofob atau tidak suka air masuk kedalam lemak, sedangkan ujung yang
bermuatan negatif ada dibagian luar. Oleh karena adanya gaya tolak muatan listrik

negatif ini, maka akan mnyebabkan minyak terpecah menjadi menjadi partikel-partikel
kecil yang bertambah banyak.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sifat fisik
dan kimia cairan tubuh berupa air liur (saliva), yaitu memiliki sifat fisik berupa cairan
bening yang lebih kental dan licin daripada air biasa, pH air liur (saliva) diperoleh sebesar
7 (netral), adapun sifat kimia air liur dapat dilakukan dengan uji biuret, uji molisch, uji
presipitasi dan uji sulfat. Pada uji biuret, air liur (saliva) positif mengandung protein,
ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna biru. Pada uji molisch, saliva positif
mengandung karbohidrat jika membentuk kompleks ungu yang berupa cincin di antara 2
lapisan. Pada uji presipitasi, saliva positif mengandung protein jika larutan semakin keruh
daripada sebelumnya setelah ditambahkan asam asetatencer. Pada uji sulfat, saliva positif
mengandung ion sulfat jika menunjukkan terbentuknya gumpalan yang berwarna putih.
Sedangkan untuk empedu, mempunya sifat fisik berupa bentuk lonjong, terbungkus oleh
kantung yang berisi cairan empedu yang agak kental berwarna hijau kehitaman (hijau
pekat) dan berbau amis. Adapun sifat kimia empedu diketahi dengan uji Gmelin, uji
Peetnkofer, dan uji emulgator. Pada uji gmelin, empedu positif mengandung bilirubin jika
terbentuknya cincin berwarna kecoklatan pada larutan. Pada uji pettenkofer, empedu
positif mengandung garam empedu jika terbentuknya cincin yang berwarna coklat tua di
antara 2 lapisa, dan empedu mempunyai sifat sebagai emulgator.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.


Chiang, John Y. L., and Tiangang Li. 2011. Bile Acid Signaling in Liver Metabolism and
Diseases. Northeast Ohio Medical University: Ohio.
Diyatri, Indeswati, dkk. 2011. Peranan Sorbitol dalam

Mempertahankan Kestabilan

pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies. Surabaya: Universitas Airlangga.


Hand, Arthur R., dkk. 2011. Secretory proteins in the saliva of children. USA: University
of Connecticut School of Dental Medicine.
Harper, Murray, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Kedokteran EGC.
Nangoy, Fredy J., dkk. 2014. Efektifitas Penambahan Tepung Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb ) dan Temu Putih (Curcuma zedoria Rosc) dalam Ransum terhadap

High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL) dan Berat Organ
dalam pada Ayam Broiler. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

You might also like