Professional Documents
Culture Documents
I.
TOPIK
Latihan Pengamatan Stereosopik
II.
III.
IV.
TUJUAN
1.
2.
3.
4.
2.
Stereogram (template)
DASAR TEORI
Teramat sulit untuk mengamati foto secara stereoskopik tanpa
bantuan alat optik, meskipun beberapa orang dapat melakukannya.
Disamping merupakan cara kerja yang tidak lazim, salah satu masalah
utama yang berhubungan dengan pengamatan stereoskopik tanpa alat optik
ialah bahwa mata terfokuskan ke foto, sementara pada saat yang sama otak
mendapat kesan sudut paralaktik yang cenderung membentuk model stereo
pada kedalaman di luar foto, suatu situasi yang paling tidak dapat
dikatakan mengacaukan. Kesulitan dalam pengamatan stereoskopik dapat
diatasi dengan menggunakan instrumen yang disebut stereoskop
(stereoscope).
V.
CARA KERJA
1.
2.
3.
VI.
HASIL PRAKTIKUM
1.
2.
3.
4.
5.
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan mempelajari bagaimana cara
menggunakan alat optik yang bernama stereoskop untuk keperluan
pengamatan stereoskopik. Pada praktikum ini, praktikan menggunakan
stereoskop saku, yaitu stereoskop yang paling murah dan sederhana.
Namun penggunaan dan kegunaan dari stereokop ini hampir sama dengan
stereoskop yang lain.
Sebelum melakukan pengamatan stereoskopik praktikan melkukan
pengukuran basis mata dan basis alat terlebih dahulu dan dilakukan
masing-masing sebanyak tiga kali. Hal ini agar didapat nilai rata-rata,
karena dalam setiap pengukuran akan mendapatkan nilai yang berbeda.
Untuk yang pertama adalah praktikan melakukan pengukuran basis mata
dengan bantuan praktikan lain. Basis mata itu sendiri adalah jarak kedua
pupil mata kita. Pada saat dilakukan pengukuran, didapat nilai 6,2 cm, 6
cm, dan 6,4 cm, sehingga nilai rata-rata dari basis mata praktikan adalah
6,2 cm.
Selanjutnya praktikan melakukan pengukuran terhadap basis alat
yang digunakan oleh praktikan. Cara menghitung basis alat, pertama
adalah membuat garis lurus sepanjang 10 cm. Kemudian meletakan
sembarang titik pada garis tersebut. Setelah itu dengan menggunakan
stereoskop saku, praktikan mengamati titik tersebut kemudian dengan
menggunakan pensil titik tersebut kita tandai lagi. Didapat bahwa titik
yang kita silang tadi ternyata memeliki jarak yang berbeda dengan pada
saat kita amati dengan stereoskop. Jarak itulah yang disebut basis alat dan
nilai yang didapat adalah 4,3 cm, 5,1 cm, dan 5,2 cm. Sehingga nilai ratarata basis alatnya adalah 5,1 cm.
Setelah itu praktikan melakukan pengamatan terhadap stereogram
dengan menggunakan stereoskop saku. Pada stereogram tampak tiga buah
bola basket yang akan masuk kedalam ring. Jika dilihat dengan mata
telanjang ketiga bola tersebut saling bergandengan secara tidak jelas.
Namun setelah diamati dengan stereoskop tampak bola tersebut tidak
menjadi satu malainkan sendiri-sendiri. Dan dari pengamatan tersebut
terlihat adanya kesan kedalaman, ada bola yang dekat dengan mata kita
dan ada bola yang jauh dari mata kita.
Hal tersebut juga terjadi pada pengamatan yang kedua, yaitu
mengamati tiga buah gunung yang bila dilihat dengan mata telanjang
nampak ketiganya sejajar. Namun setelah diamati dengan stereoskop
tampak bahwa gununggunung tersebut berurutan, dari yang jauh dari
mata hingga yang dekat dengan mata.
Pengamatan selanjutnya adalah mengamati beberapa gambar yang
saling bertampalan. Dari gambar tersebut praktikan mengukur secara
manual dengan menggunakan penggaris berapa jarak gambar yang sama
pada lingkaran yang berbeda. Setelah itu hasil pengukuran tersebut
diurutkan dari yang terpendek hingga yang terlebar. Lalu obyek yang
memeliki lebar terpendek dan terbesar dibandingkan dengan menggunakan
stereoskop. Didapat bahwa semakin pendek jarak obyek yang sama maka
kesan kedalamannya semakin jelas terlihat.
VIII. KESIMPULAN
1.
2.
3.
Semakin dekat jarak suatu obyek yang saling bertampalan maka kesan
kedalamannya semakin jelas terlihat.
4.
5.
Alat
optis
yang
digunakan
dalam
pengamatan
stereoskopis
DAFTAR PUSTAKA
Lillesand, T.M & Kiefer, R.W. 1979. Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Peta
(terj. Sutanto, dkk). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Wolf, Paul R. 1983. Elemen Fotogrametri (terj. Sutanto, dkk). Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Zuharnen. 1995. Petunjuk Praktikum Fotogrametri Dasar. Yogyakarta : Fakultas
Geografi, Universitas Gadjah Mada.
HASIL PENGAMATAN
Pengukuran Basis Mata :
1. Pengukuran pertama 6,2 cm.
2. Pengukuran kedua 6 cm.
3. Pengukuran ketiga 6,4 cm.
Rata-rata pengukuran basis mata adalah 6,2 cm.
Pengukuran Basis Alat :
1. Pengukuran pertama 4,9 cm.
B
A
Pengamatan Segitiga :
1. Gunung yang terdepan adalah gunung B
2. Gunung yang di tengah adalah gunung A
3. Gunung yang paling belakang adalah gunung C
C
B
MACAM-MACAM STEREOSKOP
1. Stereoskop Saku/ Lensa
Stereoskop saku/ lensa merupakan stereoskop yang paling murah dan paling
biasa digunakan. Stereoskop ini terdiri dari dua lensa cembung yang sederhana
yang dipasang pada sebuah kerangka. Jarak antara lensa dapat bervareasi
untuk akomodasi basis mata. Kakinya terlipat atau dapat dipindah sehingga
instrumen ini mudah disimpan dan dibawa, suatu hal yang menyebabkan
stereoskop saku ideal untuk kerja medan.
2. Stereoskop Cermin
Stereoskop cermin memungkinkan dua foto terpisah sama sekali pada saat
diamati secara stereoskopik. Ini berarti menghapus masalah satu foto yang
menutup foto lain pada sebagian daerah tampalan. Di samping itu juga
memungkinkan untuk mengamati seluruh daerah stereomodel secara serentak.
Stereoskop cermin memlki dua cermin samping yang luas dan dua cermin
pengamat (eyepiece) yang ukurannya lebih kecil, semua dipasang menyudut
45 terhadap bidang horizontal.
3. Stereoskop Penyiaman Old Delft
Stereoskop ini merupakan salah satu jenis dari stereoskop cermin dan
memiliki banyak keunggulan. Foto diamati melalui okuler via suatu jalur optik
prisma atau lensa. Okuler dapat difokuskan secara individual dan dapat dipilih
perbesaran 1,5X atau 4,5X. Pada salah satu perbesaran ini medan pandang
hanya meliput sebagian kecil model stereoskop atau foto. Pengamatan seluruh
model stereo dilekukan dengan memutar tombol untuk memutar prisma pada
kedua jalur optik, sehingga memungkinkan penyiaman model stereo baik pada
arah X maupun Y. Dengan memutar satu prisma maka dapat dihapuskan
sedikit sisa paralaks y.
4. Stereoskop Zoom
Jenis stereoskop ini dibuat dengan menyajikan halkhusus seperti perbesaran
zoom berkesinambungan hingga 120X, kemampuan untuk memutar foto
secara optik (yang memungkinkan koreksi secara enak atas scrab atau
kelurusan foto), akomodasi berbagai ukuran format, dan fokus individual serta
perbesaran sehingga dua foto yang skalanya berbeda dapat diamati secara
stereoskopik. Untuk pengamatan stereoskopik secara langsung atas negatif,
stereoskop ini dapat dipasang pada sebuah meja sinar dan dilengkapi dengan
sebuah mekanisme penyiaman khusus. Pada dua ujuna meja sinar dipasang
sebuah gulungan film dan sebuah gulungan penarik. Dengan memutar engkol
(crank), kerangka film dapat disetel posisinya untuk pengamatan.