Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
TRB III merupakan salah satu tugas rancang di Teknik Kelautan ITS
Surabaya. TRB III ini adalah lanjutan dari TRB II, dimana pada TRB II telah
dirancang sebuah Jacket Platform yang telah dihitung dengan menggunakan
analisis statis untuk mengetahui kekuatan struktur dari beban-beban lateral
maupun transversal. Sedangkan pada TRB III ini akan dilakukan analisis dinamis,
yang meliputi analisis seismik, fatigue dan loadout, terhadap struktur yang telah
dibuat pada TRB II. Analisis dinamis dilakukan agar struktur jacket yang dibuat
memenuhi tiga faktor yang diperlukan yaitu: keamanan (safety), fungsi
(performance) dan ketahanan (reliability). Tujuan dari analisis dinamis terhadap
suatu struktur adalah untuk mengetahui besarnya respon dinamis struktur terhadap
pembebanan yang merupakan fungsi waktu seperti displacement, atau perilaku
dinamis struktur seperti frekuensi natural struktur atau periode natural struktur.
Analisis seismik/beban gempa dilakukan tergantung dimana struktur
jacket yang kita buat ditempatkan. Analisis seismik sangat perlu dilakukan bila
jacket struktur ditempatkan pada daerah rawan gempa, akan tetapi meskipun tidak
ditempatkan pada daerah yang rawan gempa analisis seismik ini juga perlu
dilakukan untuk menambah keamanan struktur jacket yang telah kita buat.
Kemudian dilakukan analisa fatigue yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa lama ketahanan bangunan tersebut akibat semua gaya yang terjadi.
Peluang kerusakan karena fatigue ini bertambah besar seiring dengan kualitas
fabrikasi yang jelek, umur bangunan laut yang semakin tua, dan korosi terjadi
pada bangunan laut tersebut. Oleh karena itu biaya untuk menangani kerusakan
bangunan laut banyak difokuskan pada fatigue. Kelelahan (fatigue) adalah gejala
pada bagian (member) dari struktur saat mengalami kegagalan/kerusakan setelah
mengalami pembebanan yang dinamis, meskipun besar tegangan yang diakibatkan
oleh beban ini masih berada di bawah tegangan ijin. Beban dinamis adalah beban
yang besarnya berubah-ubah dan terjadi berulang-ulang pada struktur anjungan
lepas pantai. Beban-beban dinamis berupa beban lateral seperti beban gelombang,
gempa bumi, angin dan arus. Keberadaan fenomena fatigue ini pada akhirnya
akan menentukan umur operasi dari sebuah struktur anjungan lepas pantai.
Setelah proses fabrikasi jacket selesai, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis terhadap metode yang sesuai untuk melakukan loadout
struktur jacket tersebut. Dalam tahap desain, sebenarnya sudah dipertimbangkan
metode loadout yang akan digunakan, karena dalam proses loadout banyak faktor
yang dapat menjadi kendala, misalnya faktor keterbatasan sarana yang bisa
digunakan untuk loadout, faktor keamanan, faktor ekonomis dan faktor alam.
Sehingga, proses loadout sendiri harus mendapat perhatian yang besar.
1.1
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Perancangan Dinamis
2.
Berapakah umur kelelahan (Fatigue Life) dari critical member pada struktur?
3.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam mengerjakan Tugas
2.
3.
1.3
Deskripsi Struktur
1. Nama Struktur
Production Platform
2. Jenis Struktur
Jacket Platform
3. Kedalaman Perairan :
185 ft
4. Orientasi Platform
5. Jumlah kaki
3 kaki
6. Jumlah crane
1 buah
7. Jumlah Deck
4 (empat) deck
Main Deck, Mezzanine Deck, Cellar Deck,
Helicopter Deck.
Main Deck
Panjang
56.00 ft
Lebar
68.00 ft
Luas
3808.00 ft2
Elevasi
+87.25 ft
Cellar Deck
Panjang
56.00 ft
Lebar
68.00 ft
Luas
3808.00 ft2
Elevasi
+57.25 ft
Mezanine
Panjang
56.00 ft
Lebar
44.65 ft
Luas
2500.00 ft2
Elevasi
+39.25 ft
Heli Deck
Panjang
47.00 ft
3
Lebar
47.00 ft
Luas
2209.00 ft2
Elevasi
+113.25 ft
Section
Label
Jenis
Label
Perhitungan
analisa
dinamis
MG1
W6X25
SG1
W10X30
MG2
W12x230
SG2
W24x192
MG3
W30X526
SG3
W18X234
MG4
W40X531
SG4
W14X233
1.4
2. Pada analisis seismik tipe tanah yang digunakan adalah Tipe A, effective
ground acceleration terhadap g adalah 0.015g, damping ratio adalah 4%,
CQC dynamic loading X, Y, Z adalah 1.0, 1.0 dan 0.5;
3. Pada analisis fatigue, umur kelelahan dihitung menggunakan metode
deterministik.
4. Pada analisis load out hanya dilakukan pada jacket, sedangkan load out
untuk deck tidak dilakukan analisis, besar biaya tidak diperhitungkan.
5. Pemodelan jacket menggunakan SACS 5.3 dan pemodelan barge untuk
analisis loadout menggunakan MOSES 7.
BAB II
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
2.1 Ringkasan
2.1.1 Analisa Seismik
a. Semua member stress telah memenuhi persyaratan berdasarkan API RP 2A
- WSD. Baik pada analisis Seismik (TRB-3), member stress UC memenuhi
kriteria berdasarkan API-RP 2A UC<1.
Tabel 2.1 Member kritis
No
Grup ID
1 MG2
2 MG4
3 SG2
4 HB
5 MG3
6 LG2
7 DL
8 PL1
9 SG1
10 SG3
Member Kritis
UC
0136-0100
0002-0029
0144-0136
101L-102L
0060-0186
0136-0199
703L-0002
003P-103P
0145-0154
0186-0086
0.57
0.56
0.54
0.53
0.42
0.38
0.37
0.35
0.27
0.19
memenuhi
CHORD BRACE
UC
GEOMETRI
102L
202L
101L
0.194
201L
301L
202L
0.193
602L
502L
503L
0.186
203L
103L
201L
0.183
103L
203L
102L
0.178
Pile Axial
pada
Seismik
Pile
joint
Pile
group
Pile
Pile axial
penetration capacity
Pile
axial
load
(ft)
(Kips)
(kips)
Safety
factor
001P
PL1
75
3343.2
392.1
8.53
002P
PL1
75
3343.2
565.2
5.92
003P
PL1
75
3356.3
872.4
3.85
PILE
JT
GROUP
PILEHEAD
WEIGHT
PENETRATION
O.D
THICKNESS
UNITY
(IN)
(IN)
KIPS
FT
CHECK
001P
PL1
34.00
79.4
75
0.23
002P
PL1
34.00
79.4
75
0.34
003P
PL1
34.00
79.4
75
0.52
2.1.2
Analisis Fatigue
Platform Production Platform didisain selama 15 tahun layanan hidup.
Dari analisis Fatigue yang dilakukan, tidak ada joint yang memiliki Fatigue Life
kurang dari 30 tahun. Dari hasil analisa, Platform Production Platform mampu
beroprasi dengan Design Loading yang telah di tetapkan dan dapat beroperasi
selama lebih dari 30 tahun.
Member
Grup
ID
Fatigue
Results (years)
OD
WT
Service Life
602L
601L-602L
HB
30 in
0.2 in
32.21207
201L
203L-201L
HB
30 in
0.2 in
32.37227
203L
103L-203L
LG2
39 in
1 in
36.72153
203L
203L-201L
HB
30 in
0.2 in
37.0929
201L
101L-201L
LG2
39 in
1 in
38.66764
2.1.3
dilakukan adalah analisis stabilitas dan proses ballasting. Analisis ini dimulai
dengan pemilihan barge yang sesuai dengan panjang dan lebar struktur
jacket yang akan dipindahkan, berdasarkan perhitungan dipilihlah BOA
BARGE 17.
Analisis proses ballasting disimulasikan pada software MOSES dengan
membagi tahapannya menjadi tujuh step, dimulai dari step 1 yang
menjelaskan keseluruhan struktur jacket masih berada di atas jetty hingga
step 7 yang menjelaskan keseluruhan struktur jacket telah berada di atas
barge dengan COG jacket dan barge (sumbu Z) terletak dalam satu garis
vertikal. Masing-masing step disimulasikan pada software MOSES dengan
memasukkan data beban self weight dan COG jacket pada tiap step.
Berdasarkan perhitungan MOSES, maka dapat disimpulkan bahwa barge
mampu untuk menjaga posisi agar tetap evenkeel dan mampu melakukan
proses load out.
2.2 Kesimpulan
Hasil analisis In-place (pada TRB-2) , Seismik, dan Fatigue yang
dilakukan pada TRB 3, menunjukkan bahwa perancangan Platform
Production Platform mampu menahan beban-beban
yang direncanakan
(Design Loads), dan mampu beroperasi selama lebih dari Design Service Life
(30 tahun). Dari hasil Analisis Loadout di dapat metode loud out yang
digunakan yaitu metode skidding dengan Tipe barge yang digunakan untuk
load out jacket adalah tipe Boa Barge 17.
BAB III
KRITERIA DESAIN
3.1 Beban-Beban (loadings)
Beban-beban yang dipertimbangkan dalam analisis dijabarkan di bawah ini :
1. Beban Mati Struktur (Structural Dead Loads);
2. Topside Loads :
a. Equipment Load;
b. Live Loads and Piping load of Deck ;
c. Crane Loads.
3. Environmental Loads.
3.1.1. Structural Dead Loads (Loadcn 1)
Beban mati dari struktur baja termasuk bouyancy dari struktur baja utama dan kedua
(Secondary Beam) yang di modelkan di Program SACS 5.3 akan otomatis digenerate oleh SACS
5.3 dan diberikan factor 1.00.
3.1.2. Topside Load
Topside Load di dapat dari perhitungan manual dan data-data awal.
All Equipment
= 1141.76 kips
All Equipment
= 984.55 kips
All Equipment
Total
409.7 kips
= 2536.8 kips
Perpipaan (Loadcn 4)
Beban perpipaan pada PSR platform total dari 3 deck adalah 290.75299 kips.
10
Kedalaman Perairan
Dalam Analisis Seismik dan Fatigue, kedalaman peraiaran yang digunakan
adalah 185 ft.
Angin
Beban angin yang bekerja pada struktur bangunan Platform Prime adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Beban Angin
Beban Angin
Kondisi Operasi
60 mph
Kondisi Badai
80 mph
11
Profil Arus
Profil arus yang bekerja pada daerah operasi bangunan lepas pantai adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.2 Beban Arus
Kriteria Arus Kondisi Operasi (Kecepatan)
Arus Permukaan
3,0 knots
0,75 knots
2,1 knots
0,75 knots
Tropical Storm
Marine Growth
Marine growth yang diasumsikan bekerja pada pada analisis bangunan laut ini
adalah 2.5 inchi.
Koefisien Hidrodinamika
Koefisien hidrodinamika yang digunakan pada analisis bangunan laut ini
(kaki 3) adalah :
Tabel 3.4 Koefisien Hidrodinamika
Cd
Cm
Smooth
0.65
1.6
Rough
1.05
1.2
12
0,015
Damping ratio
Cx, Cy, Cz
4%
Seismic
Pre-service analysis
Ductility Level
1.70
1.00
13
BAB IV
CODES, STANDARD, SPECIFICATIONS, REFERENCES
CODES/ STANDARRD:
AISC ASD 9th: AISC Manual of stell construction- 9th edition allowable
stress design
14
vt = total
motion
K
v = relative
= Spring Constants
C
=
Constants
Damping
Relative
vg = ground
Gambar 4.1 Model SDOF terhadap Respon Gempa Bumi (Craig, 1981)
Dari persamaan Spectral Velocity di atas, maka ada 3 faktor yang
mempengaruhi besarnya spectral tersebut, yaitu :
1. Karakteristik dari ground motion v g
2. Damping ratio dari struktur
3. Frekuensi sirkular dari struktur
15
Gambar 4.2 Spektrum respon untuk Gempa (API RP2A WSD, 2000)
Respon maksimum total dapat diperoleh dengan melakukan superposisi
terhadap respon-respon satuan setiap model. Metode yang digunakan dalam
analisa adalah CQC (Complete Quadratic Combination. CQC (Complete
Quadratic Combination) - Korelasi yang bersebrangan antara semua model
dalam perhitungan.
R=
i =1
j =1
1/ 2
Ri ij R j
dimana,
r=
i = Frekuensi natural ke I
n i = Modal damping ratio ke I
ij =
8 ni n j (ni + n j )r 3 / 2
(1 r ) + 4n n r (1 + r ) + 4(n
2
+ n 2j r 2
16
catatan : jika
model model) maka matrik tersebut akan sama dengan matrik hasil perhitungan
memakai metode RMS.
BEBAN AKSIAL
BEBAN AKSI
OUT OF PLANE
BENDING
IN PLANE BENDING
BRACE
BRACE
t
CHORD
L
Gambar 4.3. Parameter Tubular Joint
Keterangan :
D = diameter luar chord
L = panjang chord
d = diameter luar brace
T = ketebalan chord
t = ketebalan brace
Keterangan :
Beban out-of plane bending, beban yang bekerja tegak lurus sumbu
chord
SCF merupakan factor konsentrasi tegangan pada titik pemusatan tegangan
(Hot Spot Stress). Biasanya lokasi Hot Spot Stress adalah pada sambungan
(chord-brace intersection) dimana terjadi perubahan geometri yang mendadak.
Perubahan geometri yang mendadak (abrupt change) mengakibatkan terjadinya
konsentrasi tegangan (stress consentration). Stress Concentration factor (SCF)
merupakan parameter terhadap kekuatan sambungan yang nilainya akan berbeda
tergantung geometrinya.
7
Gambar 4.4. T or Y joint geometry
18
7 40
0.2 0.8
0.3 0.8
0.02 1.0
8.3 33.3
300 900
Jika range parameter tubular joint telah dipenuhi maka SCF bisa dihitung.
API RP 2A WSD 2007 pada section C5.3.2 memberikan beberapa persamaan
Kuang and wordsworth SCFs guna memperoleh faktor konsentrasi tegangan
(SCF) sebagai berikut :
19
20
Umur kelelahan dari sebuah sambungan yang dilas bergantung pada banyak
faktor, antara lain karakteristik material, cacat las, retak mikro, bentuk geometris
las dan lainya. Kerusakan kumulatif dihitung dengan Palmgren-Miner Rule
m
n
n
n
n
n
D = i = 1 + 2 + 3 + ......... m
N1 N 2 N 3
Nm
i =1 N i
(4.1)
21
ni
yang ditimbulkan oleh beban dari gelombang dengan karakteristik tinggi H i (m)
dan periode T i (detik) dapat dihitung dari persamaan
Ni =
(4.2)
Pi T
Ti
T adalah umur
PT
P T
PT
P1T
+ 2 + 3 + ........ m = 1
N 1T1 N 2 T2 N 3T3
N m Tm
(4.3)
Selanjutnya dari hubungan persamaan 4.3 tersebut bisa diturunkan umur kelelahan
struktur dengan satuan tahun dengan persamaan berikut
(4.4)
dengan :
22
= Kerusakan pertahun
ni
tegangan (i)
NI
Pi
karakteristik tinggi Hi (m) dan periode Ti (detik) yang menyebabkan timbulnya tegangan HSS.
T
SF
= Safety factor
T dsg
23
24
BAB V
PEMODELAN KOMPUTER
Pemodelan komputer dilakukan pada software SACS 5.3, tampilan
pemodelannya 3 dimensi dan 2 dimensi ditunjukkan sebagai berikut :
5.1 Tampak Isometri
25
26
27
28
29
5 ft
- 45 ft
- 45 ft
-90 ft
-90ft
- 135 ft
- 135 ft
-180 ft
-194.25 ft
-180 ft
-194.25 ft
30
BAB VI
ANALISA SEISMIK
6.1 Umum
6.1.1 Dasar Teori Melakukan Analisis Seismik
Analisa seismik adalah menghitung respon struktur terhadap beban gempa yaitu
dengan mengetahui unity check nya. Analisa seismik digunakan untuk memastikan bahwa
tidak terjadi kerusakan sturktur akibat goncangan gempa. Salah satu beban dinamis yang
bekerja pada suatu struktur anjungan lepas pantai adalah beban gempa. Untuk memastikan
struktur telah mempunyai ukuran elemen untuk menerima beban gempa.
Penting kiranya untuk melakukan investigasi karakteristik getaran struktur lepas
pantai untuk menjamin keberhasilan dalam desain. Finite element adalah metode yang sangat
cocok untuk perhitungan frekuensi natural, tetapi ada beberapa aspek yang belum diketahui
seperti massa tambah kaki jacket dalam air dan kondisi tumpuannya. Walaupun beban
dinamis yang bekerja pada sistem struktur bisa diabaikan oleh salah satu dari mekanisme
sumber yang berbeda, termasuk angin ataupun ombak, tipe masukan dinamis yang paling
penting bagi ahli struktur yang tidak dapat diragukan lagi adalah yang ditimbulkan oleh
gempa bumi.
6.1.2 Dasar Teori Pengambilan Metode Analisis Seismik
Ahli struktur memperhatikan bahwa efek lokal gempa terbesar dimana gerak tanah
cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan struktur (McClleland, 1986). Adapun tujuan dari
analisis dinamis terhadap suatu struktur adalah untuk mengetahui besarnya respon dinamis
struktur terhadap pembebanan yang merupakan fungsi waktu seperti displasement, atau
perilaku dinamis struktur seperti frekuensi natural struktur atau periode natural struktur.
Hasil dari analisa seismik dapat dilihat dalam member check, joint check, dan piles
check capacity. Pada member check dan joint check dengan melihat unity check pada member
dan joint kritis tidak boleh lebih dari satu. Pada piles check capacity dengan melihat faktor
keamanannya yang harus lebih dari 2 sesuai dengan API RP2A.
6.2 Beban (loading)
Beban yang digunakan dalam analisis seismik diantaranya beban statis yang
merupakan akumulasi beban struktur dan peralatan. Seperti yang terdapat pada API
RP2A WSD bahwa beban-beban yang terdapat pada pemodelan seismik antara lain
adalah beban struktur, topside, equipment dan apurtenance, beserta beban lingkungan
31
(complete
quadratic
combination)
bisa
digunakan
untuk
menggabungkan modal response, dan SRSS (Square Root of the Sum of the
Squares) bisa digunakan untuk menggabungkan directional response.
4. Beban gempa harus digabungkan dengan beban gravitasi, buoyancy, dan
tekanan hidrostatik.
5. Beban
gravitasi
meliputi
berat
platform
(berat
struktur,
peralatan,
Penjelasan mengenai input beban statis dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6.1 Beban dari in-place yang diperhitungkan pada analisa seismik
32
LOADCN
SELF
Self Weight
PLMD
PLCD
PLMZ
DLHL
Heli Deck
LOADCN FX
LOADCN FY
Beban dinamis yang diperlukan sesuai dengan data awal beban sesimik terdiri dari
percepatan gempa (PGA), dumping rasio, dan respon spektrum gempa yang besarnya
masing-masing sebagai berikut :
PGA : 0.012 g
Dumping ratio : 5 %
33
Static
Analysis
Dynamic
Analysis
Tidak
ya
Member
check
Joint check
Pile check
Finish
Superelement creation
SACS Model dari In-Place Model dalam kondisi operasi, diterapkan vertikal / beban
gravitasi, tidak ada beban lingkungan dan beban lateral ditambahkan pada self weight di X
dan Y serta data tanah (PSIINP) dari Analisis In-place digunakan dengan kasus Loadcase
Superelement tambahan. Output dari program ini adalah DYNSEF.
Static Analysis
SACS Model dari model Superelement digunakan dengan beberapa modifikasi; Option
pada Superelement diubah menjadi Superelement Input (menggunakan DYNSEF dari
Superelement Creation) dan tidak ada beban lateral dari Selfweight. Output dari program ini
adalah PSICSF.
Dynamic analysis
Extract Mode Shape dihitung dengan menggunakan program SACS DYNPAC. Program
ini menghasilkan 2 (dua) file; file masa yang berisi sifat-sifat masa struktur (added mass), dan
File Mode yang berisi karakteristik dinamik struktur. Kedua file yang digunakan dalam
perhitungan frekuemsi natural struktur. Output dari program ini adalah DYNLIST,
DYNMAS dan DYNMOD.
Earthquake analysis
Analisis gempa pada struktur dihitung dengan menggunakan respon Dynamic Input
(DYRINP); Damping Ratio 5 %, input respon spektrum, input PGA dan faktor pembebanan:
X-Dir = 1.0, Y-Dir = 1.0 dan Z-Dir = 0,5 dan dengan menggabungkan DYNMOD dan
Dynmas dari hasil output Extract Mode Shape. Output dari program ini adalah DYRLIST dan
Dynamic Respon Common Solution (DYRCSF).
Member Check
Member dihitung menggunakan post Input (PSTINP) dan Dynamic Respon Common
Solution (DYRCSF). Output dari program ini adalah post Output List (PSTLST) dan Post
Common Solution File (PSTCSF).
35
Joint Check
Element stress dihitung menggunakan joint Input (JCNINP) dan Dynamic Respon
Common Solution (DYRCSF). Output dari program ini adalah joint List (JCNLST).
Pile Check
Analisis Single Pile dihitung menggunakan data Pile Soil Interaction Input (PSIINP)
untuk setiap Pile, Gaya Dukung Compression / Axial Load Capacties. Output dari program
ini adalah PILLST.
Hasil
Ringkasan hasil dari analisis seismik disajikan dalam bentuk periode alami, base shear,
member unity check yang nilainya kurang dari 1, joint unity check yang besarnya kurang dari
1, dan pile check dengan melihat safety factornya yang nilainya lebih dari 2 dan pile unity
check yang besarnya kurang dari 1.
6.3.2 Analisa Gempa Pada Struktur
Sebagian besar penyelesaian persamaan gerak atau penentuan respon struktur akibat
gempa, biasanya hanya ditentukan dengan besar respon yang maksimum, seperti fungsi
kecepatan. Harga maksimum dari fungsi respon ini disebut Spectral Velocity atau lebih
akurat jika disebut Spectral Pseudo-Velocity, sebab tidak sepenuhnya sama dengan
kecepatan maksimum pada sistem teredam. Ada 3 faktor yang mempengaruhi besarnya
spectral tersebut, yaitu :
1. Karakteristik dari ground motion v g
2. Damping ratio dari struktur
3. Frekuensi sirkular dari struktur
Kemudian, untuk beberapa masukan gempa dan damping ratio, maka memungkinkan
untuk menentukan spectral velocity sebagai fungsi frekuensi struktur atau periode struktur T
= 2 / . Beban gempa dengan spektrum respon rancangan untuk desain pada bangunan
lepas pantai terpancang, mengacu pada kriteria yang diberikan oleh American Petroleum
Institute (API RP 2A WSD), yang dipengaruhi oleh beberapa aspek berikut :
1. Harga gravitasi bumi di lokasi studi
2. Damping kritis diambil 5 %, dengan menghitung damping ratio
36
Kriteria kondisi
Seismic
API RP 2A WSD
C
20T
2.5
38
0.8/T
SV
(T/2) S A
SD
(T2/42) S A
PGA
0.012g
0.515ft/s2
5%
Damping Ratio
CQC dynamic loading,
X
1.0
1.0
0.5
Dari hasil running eigenvalue yang dilakukan dengan menggunakan SACS, diperoleh
periode natural struktur yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
39
Gambar 6.6 Hasil output dari response dinamis struktur searah sumbu x
40
Gambar 6.7 Hasil output dari response dinamis struktur searah sumbu y
Gambar 6.8 Hasil output dari response dinamis struktur searah sumbu z
41
Grafik di atas hanya untuk redaman kritis 5% untuk perhitungan pada redaman lain
dapat digunakan faktor koreksi D sesuai code API RP2A WSD 1st:
, dengan (persen) = nilai modal damping
Faktor nilai D digunakan untuk pengali ordinat respon yang pada gambar grafik dan dari
grafik tersebut dapat dicari nilai dari S A , S V , S D pada mode 1-24 dengan menggunakan
persamaan:
-
: 20xDxT
: 2.5 x D
: 0,8 x D/T
Dengan D = 2.5
42
Dari tabel diatas dapat dimasukkan pada grafik untuk mengetahu respon struktur
dibawah ini:
43
e. Base shear
Base shear merupakan total gaya gempa yang terjadi pada struktur yang bekerja di
permukaan tanah. Gaya gempa pada dasarnya merupakan gaya inersia yang terjadi karena
adanya percepatan gempa yang bekerja pada massa struktur.
Base shear diperoleh dengan menjumlahkan gaya inersia struktur pada seluruh mode
yang ditinjau pada arah X, Y, dan Z dengan metoda tertentu, dalam hal ini CQC (Complete
44
Quadratic Combination). Besarnya base shear akibat gempa disajikan pada hasil output
berikut ini :
X direction base shear
= 95,9
Kips
= 117
Kips
Base shear ductility level besarnya sekitar dua kali lipat base shear strength level. Hal ini
memungkinkan terjadi karena PGA ( Peak Ground Acceleration) kondisi ductility level
sebesar 2 kali lebih besar daripada untuk strength level. Base shear ini akan didistribusikan
ke massa strukutur menjadi beban gempa. Output dari nilai base shear seperti pada gambar di
bawah :
45
BAB VII
ANALISA FATIGUE
7.1
Umum
Struktur anjungan lepas pantai tipe jacket ini menerima beban gelombang
Struktur yang telah di buat dari TRB II dilakukan running punching shear check
SAC 5.3 dengan dikenai pembebanan gelombang. Setelah itu bisa didapat tegangantegangan nominal yang memiliki UC (Unity Check) tertinggi dan terjadi pada membermember yang berada sepanjang jacket leg, yaitu pada 5 joint yang paling kritis. Berikut
diberikan data.
47
7.2.3
Dalam codes API RP-2A WSD tubular joint dapat diklasifikasikan menjadi tipe K, T,
Y, dan X.
BEBAN AKSIAL
BEBAN AKSIAL
OUT OF PLANE
BENDING
IN PLANE BENDING
BRACE
BRACE
t
CHORD
L
Gambar 7.1 Parameter Tubular Joint
Keterangan :
D = diameter luar chord
L = panjang chord
d = diameter luar brace
T = ketebalan chord
t = ketebalan brace
Keterangan :
Beban out-of plane bending, beban yang bekerja tegak lurus sumbu
chord
Selanjutnya dengan mengetahui nilai parameter tubular joint tersebut, nilai Stress
Concentration Factor (SCF) dari lokasi dimana terjadi pemusatan tegangan (HSS)
dapat ditentukan.
48
7.2.4
Spot Stress). Biasanya lokasi Hot Spot Stress adalah pada sambungan (chord-brace
intersection) dimana terjadi perubahan geometri yang mendadak. Perubahan geometri
yang mendadak (abrupt change) mengakibatkan terjadinya konsentrasi tegangan
(stress consentration).
Stress Concentration factor (SCF) merupakan parameter terhadap kekuatan
sambungan yang nilainya akan berbeda tergantung geometrinya.
7 40
0.2 0.8
0.3 0.8
0.02 1.0
8.3 33.3
300 90
Jika range parameter tubular joint telah dipenuhi maka SCF bisa dihitung. API
RP 2A WSD 2007 pada section C5.3.2 memberikan beberapa persamaan Kuang and
wordsworth SCFs guna memperoleh faktor konsentrasi tegangan (SCF) sebagai
berikut :
50
51
BRACE
JOINT
****
OD
IN
CHORD
WT
IN
****
OD
IN
****
WT
IN
BRACE
LIMIT
****
LIMIT
101L
201L
102L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
ALPHA
0.2
4.431
0.25
8
1
40
101L
201L
103L
39
39
39
1
1
1
30
30
30
0.2
0.2
0.2
OFF
OFF
OFF
TAU
ALPHA
GAPRAT
0.2
4.431
-0.586
0.25
8
0.01
1
40
1
101L
201L
203L
39
39
1
1
21
21
0.6
0.6
OFF
OFF
ALPHA
GAPRAT
4.431
-0.586
8
0.01
40
1
102L
202L
101L
39
39
39
1
1
1
30
30
30
0.2
0.2
0.2
OFF
OFF
OFF
TAU
ALPHA
GAPRAT
0.2
4.431
-0.583
0.25
8
0.01
1
40
1
102L
202L
103L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
ALPHA
0.2
4.431
0.25
8
1
40
102L
202L
201L
39
39
1
1
21
21
0.6
0.6
OFF
OFF
ALPHA
GAPRAT
4.431
-0.583
8
0.01
40
1
103L
203L
102L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
ALPHA
0.2
4.405
0.25
8
1
40
52
BRACE
JOINT
****
OD
IN
39
CHORD
WT
IN
1
****
OD
IN
30
****
WT
IN
0.2
BRACE
LIMIT
****
LIMIT
OFF
GAPRAT
-0.581
0.01
103L
203L
101L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
ALPHA
0.2
4.405
0.25
8
1
40
103L
203L
202L
39
39
1
1
21
21
0.6
0.6
OFF
OFF
ALPHA
GAPRAT
4.405
-0.581
8
0.01
40
1
201L
301L
202L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
GAPRAT
0.2
-0.576
0.25
0.01
1
1
201L
301L
203L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
GAPRAT
0.2
-0.424
0.25
0.01
1
1
201L
101L
102L
39
21
0.6
OFF
GAPRAT
-0.576
0.01
201L
301L
303L
39
21
0.6
OFF
GAPRAT
-0.424
0.01
202L
302L
201L
39
39
1
1
30
30
0.2
0.2
OFF
OFF
TAU
GAPRAT
0.2
-0.419
0.25
0.01
1
1
202L
302L
203L
39
30
0.2
OFF
TAU
0.2
0.25
53
7.2.5
tegangan nominal yang terjadi pada joint-joint kritis di sepanjang jacket leg. Pemusatan
tegangan terjadi akibat adanya perubahan geometri mendadak.
60
Pada analisa fatigue ini, kurva yang dipilih adalah kurva X, karena struktur
tubular yang kami analisa memiliki tebal brace lebih dari 0.625 inch namun kurang
dari 1 inch sesuai dengan yang disyaratkan dalam API RP 2A WSD. Sehingga dalam
penentuan nilai N sebagai representasi matematis dari S-N curve, digunakan nilai ref
= 14.5 ksi dan nilai m = 4.38.
61
struktur lebih dari 1 second. Didapatkan data periode natural struktur dari perhitungan
di seismic 2.3018124.
(To/ T )
DAF
3,3
0.04
0.697
1.936
0.04
0.575
1.491
6,4
0.04
0.359
1.147
10
6,8
0.04
0.338
1.128
11
0.04
0.328
1.120
62
D=
i =1
ni
ni
n
n
n
n
= 1 + 2 + 3 + ......... m
N i N1 N 2 N 3
Nm
= jumlah siklus (rentang) tegangan dengan harga S i yang sebenarnya terjadi pada
sambungan akibat beban eksternal (gelombang)
= rentang tegangan; 2 (dua) kali amplitudo tegangan yang terjadi pada sambungan
Sedangkan besarnya jumlah siklus tegangan n i untuk tiap-tiap tegangan S i yang
ditimbulkan oleh beban dari gelombang dengan karakteristik tinggi H i (m) dan periode
T i (detik) dapat dihitung dari persamaan
Ni =
Pi T
Ti
PT
P T
P1T
PT
+ 2 + 3 + ........ m = 1
N 1T1 N 2 T2 N 3T3
N m Tm
63
Selanjutnya dari hubungan persamaan 7.3 tersebut bisa diturunkan umur kelelahan
struktur dengan satuan tahun dengan persamaan berikut
( )
dengan :
D
ni
= Jumlah cycles yang terjadi per tahun dalam range tegangan (i)
NI
= Jumlah cycles dalam range tegangan (i) yang diperlukan untuk menyebabkan
fatigue
m
Pi
SF
= Safety factor
T dsg
64
ITS KELAUTAN
ID=00000000
FATIGUE INPUT
* * * MEMBER FATIGUE REPORT * * *
(DAMAGE ORDER)
ORIGINAL
JOINT
MEMBER
CHORD
GRUP
TYPE
OD
WT
JNT
MEM
LEN.
GAP
ID
ID
(IN)
(IN)
TYP
TYP
(FT)
(IN)
602L
601L-602L
HB
TUB
30
0.2
BRC
27.41
201L
203L-201L
HB
TUB
30
0.2
BRC
29.94
203L
103L-203L
LG2
TUB
39
CHD
29.76
203L
203L-201L
HB
TUB
30
0.2
BRC
29.76
201L
101L-201L
LG2
TUB
39
CHD
29.94
-16.53
-22.47
LOC
FATIGUE
RESULTS
SVC
LIFE
0.465664
32.21207
5.53
0.46336
32.37227
8.32
9.93
0.360166
36.72153
5.96
5.95
5.97
0.353651
37.0929
10.77
8.37
9.95
0.467128
38.66764
AXCR
2.47
3.15
1.84
3.41
5.38
5.48
5.25
8.89
10.77
5.96
8.93
65
BAB VIII
ANALISA LOADOUT
Skidding
Deck/jacket diletakkan di atas skid, kemudian ditarik dengan winch dan
pengaturan rigging sedemikian rupa sehingga skid akan bergeser pada
skidway sembari mengangkat deck/jacket hingga ke atas barge. Metode
ini unggul terutama untuk deck/jacket yang tergolong sangat berat (>
2000 MT), dimana tidak mungkin dilakukan operasi loadout dengan
dua metode yang lain.
Gambar 8.1. Metode Skidding (Kuliah Perancangan Bangunan Laut II, Murdjito)
67
Trailer
Deck/jacket dipindahkan sedemikian rupa menggunakan dolly atau
trailer hingga ke atas barge. Metode ini sangat tergantung dengan
ketersediaan dolly/trailer di fabrikasi (tidak semua punya) dan
kapasitas angkut dolly atau trailer itu sendiri.
Lifting Method
Deck/jacket dengan pengaturan rigging sedemikian rupa sehingga
deck/jacket diangkat menggunakan crane dan dipindahkan hingga ke
atas barge. Metode ini digunakan dengan memperhatikan kapasitas
crane (baik kapasitas angkat, maupun panjang jangkauan crane boom)
yang tersedia di fabrikasi. Satu atau beberapa crane secara simultan
dapat digunakan untuk operasi ini.
Ballasting
Ballasting atau sistem ballast adalah proses pengisian tangki ballast dengan
air laut bertujuan untuk mengimbangkan stabilitas kapal atau vessel.
Adapun cara kerjanya dengan mengisi tangki ballast dengan air ballast
menggunakan pompa hingga kondisi kapal seimbang.
Tangki Ballast sendiri terbagi atas beberapa compartment yaitu ballast tank
yang terbagi menjadi beberapa ruas untuk mengatur stabilitas sesuai arah
miringnya kapal. Berikut contoh gambar ruas compartment barge BOA 1718:
68
Stabilitas
Stabilitas adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kemampuan sebuah
kapal untuk kembali kedudukan semula karena terkena gaya - gaya dari luar
yang mengakibatkan kapal bergerak osilasi. Adapun gerakan osilasi ini
diakibatkan oleh gaya dari luar seperti angin, gelombang, dll. Gerakan
osilasi ini terdiri 6 (enam) macam gerakan, yang dapat dikategorikan dalam
3 (tiga) gerakan translasional dan 3 (tiga) gerakan rotasional. Macammacam gerakan ini meliputi:
a. Surging
b. Swaying
c. Heaving
d. Rolling
e. Pitching
f. Yawing
69
1. Stabilitas Positif adalah stabilitas kapal dimana titik G berada di bawah titik
M ( Stable Equilibrium ) Penyebabnya yaitu penempatan muatan di bagian
bawah > penempatan muatan di bagian atas
2. Stabilitas Netral adalah stabilitas kapal dimana titik G berimpit dengan
titik M ( Neutral Equilibrium )
3. Stabilitas Negatif adalah stabilitas kapal dimana titik G berada di atas titik
M (Unstable Equilibrium). Penyebabnya yaitu penempatan muatan di
bagian bawah penempatan muatan di bagian atas ( Top Heavy )
Di mana:
G atau titik berat adalah suatu titik tangkap dari sebuah titik pusat dari
seluruh gaya berat yang menekan ke bawah
M atau titik Metacentre adalah titik potong antara garis lurus ke atas yang
melewati titik B dengan bidang centre line
B atau titik apung adalah titik tangkap dari seluruh gaya yang bekerja
vertikal ke atas
Bidang center Line adalah bidang tegak yang membagi lebar kapal menjadi
dua sama besar
70
Harga
79.2
22
5.2
0.72
4
Satuan
m
m
m
m
m
1680
5191
2318
695
m2
ton
ton
ton
71
8.3 Pemodelan
72
73
74
75
76
77
Dari prosedur yang telah dikerjakan pada bab sebelumnya maka akan
didapat kondisi barge saat loadout terjadi. Adapun prosesnya terbagi atas
beberapa tahapan mulai dari jacket akan diangkut hingga berada di atas
barge secara keseluruhan yang programnya telah dibuat menggunakan
MOSES sesuai prosedur sebelumnya, maka didapat hasil sebagai berikut:
78
Pada tahap ini barge dalam kondisi kosong dan jacket masih berada di luar
barge.
Pada tahapan ini sebagian kaki jaket sudah berada di atas barge dengan titik
berat J_step1 seperti terlihat pada gambar.
79
Secara perlahan Jacket bergerak dari tahapan sebelumnya yaitu titik berat
Jacket atau J_stepyang sebelumnya berada di atas kolom pertama mulai
bergeser ke kolom 2. Dari sini dapat disimpulkan bahwa secara perlahan
keseluruhan badan Jacket mulai masuk ke atas barge.
80
81
82
pompa
ballasting
menambah
dan
mengurangi
isi
Pada tahap ini menunjukkan barge saat kondisi stabil dimana Jacket
masih berada di luar barge. Beberapa bagian barge terisi dikarenakan
83
P
41.70%
0.00%
0.00%
15.5%
C
0.00%
0.00%
0.00%
S
41.10%
0.00%
0.00%
12.00%
84
85
86
87
88
89
1
4
5
6
P
11.00%
0.00%
0.00%
0.00%
C
0.00%
0.00%
0.00%
S
10.50%
0.00%
0.00%
0.00%
90
Kesimpulan
Dari hasil yang didapat, dapat di ketahui bagaimana karakteristik barge
saat Loadout terjadi. Selain dalam bentuk gambar, Output yang
dihasilkan dari program MOSES juga berupa data sebagai berikut:
91
92
yaitu mendeskripsikan berapa banyak volume yang tidak terisi air ballast
pada sebuah Compartment.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Terjadi perubahan volume ballast pada 1P, 1S, 6P, dan 6S sesuai
yang telah diperintahkan.
93
DAFTAR PUSTAKA
94