Professional Documents
Culture Documents
SEMESTER 4 / KELOMPOK B
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
PENENTUAN KADAR AIR..............................................................................1
ANALISIS GARAM BERIODIUM ..................................................................8
PENENTUAN KADAR PATI METODE LUFF SCHOORL ........................12
PENENTUAN KADAR SUKROSA METODE LUFF SCHOORL...............18
PENENTUAN KADAR LAKTOSA METODE LUFF SCHOORL ..............27
PENENTUAN KADAR GULA METODE SPEKTROFOTOMETER
(FENOL SULFAT) .............................................................................................34
ANALISIS MINYAK PANGAN
(PENENTUAN BILANGAN ASAM) ................................................................38
ANALISIS MINYAK PANGAN
(PENENTUAN BILANGAN IODIUM METODE HANUS) ..........................44
ANALISIS MINYAK PANGAN
(PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA) ....................................................49
ANALISIS MINYAK PANGAN
(PENENTUAN BILANGAN PERSABUNAN) ................................................54
1.
Hari, Tanggal
2.
Tujuan
3.
Metode
4.
Prinsip
Tinjauan Pustaka
Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zat-zat
gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam
pangan dapat diketahui dengan melakukan pemanasan terhadap
bahan pangan yangingin diketahui kandungan airnya. Penetapan
kandungan air dapat dilakukan dengan menggunakan metode oven.
Pada oercobaan penetapan kadar air dengan menggunakan metode
oven, pertama-tama bahan pangan dipanaskan pada suhu 100 0 C.
Biasanya pengeringan dilakukan pemanasan, bahan dimasukkan ke
dalam oven lebih kurang selama 6 jam, kemudian didinginkan ke dalam
desikator dengan SiO3 pekat sebagai pengering hingga mencapai berat
yang konstan. Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air
bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan
kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau
terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakincepat
pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan
mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya
masih ada (Ihma 2010).
1
pengeringan lebih
b e r s i f a t h i d r o s k o p i s d a r i p a d a b a h a n a s a l n ya . O l e h k a r e n a
itu
atau
desikator
yang
telah
Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat,
silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida.
Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan
bahantersebut sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh
akan berwarna merah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru.
Menurut Haryanto tahun 1992 kadar air merupakan banyaknya air
yangterkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air
jugamerupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan
pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta
ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir
untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan
p a d a b a h a n p a n g a n . Metode oven biasa merupakan salah satu metode
pemanasan langsung d a l a m p e n e t a p a n k a d a r a i r s u a t u b a h a n
p a n g a n . D a l a m m e t o d e i n i b a h a n dipanaskan pada suhu tertentu
sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan
setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat b a h a n ya n g t e r j a d i
menunjukkan
jumlah
air
ya n g
2
terkandung.
Metode
Alat
Bahan
7.
Prosedur
A. PERSIAPAN SAMPEL
1. Untuk sampel kering dengan kadar air kurang dari 10% seperti tepung,
susu bubuk, biji-bijian, dan bahan kering lainnya, timbang sampel 2
gram.
2. Untuk sampel yang banyak mengandung air seperti daging, sayuran,
dan buah segar, timbang sampel 20 gram.
3. Sampel cair seperti kecap, sari buah, dll umumnya perlu diuapkan
terlebih
dahulu
sebelum
dimasukkan
ke
dalam
oven
untuk
mengentalkan sampel.
4. Sampel produk padat harus dihaluskan terlebih dahulu hingga ukuran
20-40 mesh.
B. PERSIAPAN OVEN
1. Pastikan suhu di dalam oven konstan sesuai dengan suhu yang
ditunjukkan secara digital.
2. Atur suhu pada oven dan biarkan stabil selama 15 menit sebelum
digunakan.
C. PROSEDUR KERJA (SNI 01-2891-1992)
1. Cawan porselin dan tutup dikeringkan dalam oven udara selama 15
menit (tutup diletakkan disampingnya), dan didinginkan dalam
desikator selama 20 menit. Timbang berat cawan porselin tersebut dan
catat. Lakukan langkah tersebut berulang, hingga diperoleh berat cawan
porselin yang tetap.
2. Timbang dengan seksama sampel yang dilektakkan pada cawan
porselin yang telah dikeringkan (seperti pada prosedur kerja no.1),
tanpa tutup. Untuk sampel berupa cairan, cawan porselin dilengkapi
dengan pengaduk dan pasir kuarsa / kertas saring berlipat.
3. Keringkan cawan porselin berisi sampel sampel pada oven udara
dengan suhu 105C selama 3 jam. Peletakkan cawan porselin berisi
sampel dalam oven harus diperhatikan agar tidak sampai menyentuh
dinding oven, serta tutup diletakkan di sampingnya.
4. Buka oven, tutup cawan porselin berisi sampel, keluarkan dari oven
udara. Dinginkan dalam desikator selama 20 menit (tutup diletakkan di
samping), kemudian timbang beratnya.
5. Ulangi prosedur 3-4 hingga diperoleh berat konstan.
6. Kerjakan secara minimal duplo dengan perbedaan hasil tidak lebih dari
5%.
8.
Perhitungan
Kadar air (%) =
Keterangan :
9.
:
100% =
100%
W0
W1
W2
Hasil Analisis
A. Persiapan sampel :
: 51,5790 g
Penimbangan cawan 2
: 51,2624 g
Penimbangan cawan 1
: 11,8056 g
Penimbangan cawan 2
: 10,7893 g
53,3255 g
2.
53,0211 g
13,7762 g
2.
12,7467 g
53,3230 g
2.
53,0191 g
13,7721 g
2.
12,7436 g
B. Perhitungan
I. Kadar air pada tepung (%) =
100% =
(Duplo)
1. Ka tepung (%) =
100% =
100% =
100%
100%
100%
= 12,5726 %
2. Ka tepung (%) =
= 12,5933 %
Rata-rata Ka tepung =
100% =
100% =
= 1,94 %
2. Ka garam (%) =
= 1,89 %
Rata-rata Ka garam =
10. Kesimpulan
= 12,583 %
100% =
(Duplo)
1. Ka garam (%) =
100%
100%
100%
= 1,92 %
2. Tujuan
: Titrasi Iodometri
4. Prinsip
Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan iodium yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam
beriodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung iodium sebesar
30-80 ppm. Namun pada kenyataannya di Indonesia masih banyak
ditemukan kasus penyakit akibat kekurangan garam beriodium. Fungsi
dari garam beriodium adalah mencegah terjadinya penyakit gondok
(GAKY), mencegah pertumbuhan kerdil (kretinisme), meningkatkan
kecerdasan otak, dan mencegah penurunan dini fungsi tubuh.
Zat iodium yang difortifikasikan (ditambahkan) ke dalam garam dalam
bentuk KIO3, bersifat sangat stabil, mudah menguap, dan mudah larut
dalam air. Umumnya garam beriodium kemasan berkadar 40 ppm. Namun,
penyimpanan dan pengemasan yang salah (seperti terkena panas, udara,
cahaya, dan udara lembab) dapat menyebabkan penurunan kadar iodium
dalam garam beriodium kemasan.
Analisa kuantitatif kadar iodium dalam garam didasarkan pada reaksi
redoks antara iodium dan natrium tiosulfat. KIO3 pada garam beriodium
akan membebaskan iodium apabila ditambahkan KI dalam suasana asam
kuat (iodium yang dibebaskan berasal dari KI bukan dari garam
beriodium). Iodium yang dibebaskan kemudian akan bereaksi dengan
natrium tiosulfat dalam titrasi iodometri.
6. Reagen
a. KI kristal
b. Asam Fosfat 85%
c. Na2S2O3.5H2O 0,005 N
d. KI 10%
e. Indikator amilum 1%
7. Alat
a.
Neraca Analitik
b.
Labu Iod
c.
Labu ukur
d.
Pipet volum 10 mL
e.
Gelas ukur
f.
Buret
: IO + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O ... (1)
8. Reaksi
9. Prosedur
1.
2.
Tambahkan 2,5 mL asam fosfat 85% dan 0,1 gram KI kristal. Inkubasi
dalam ruang gelap.
3.
4.
10. Perhitungan
x 0,1784 x
Keterangan :
Ka
x 1000
g/mol.ek
= 0,00891 g
Massa penimbangan = 0,0092 g
N
sebenarnya =
= 0,0052 N
N2 x V2
N2 x V2
= 0,0046 N
- Titrasi I
Massa sampel garam = 25,0241 g
Kadar air garam grosok = 1,92 %
Volum titran = 3,93 mL
Kadar iodium (ppm)=
=
x 0,1784 x
,
x 0,1784 x
= 26,280 ppm
- Titrasi II
Massa sampel garam = 25,0058 g
Kadar air garam grosok = 1,92 %
Volum titran = 3,72 mL
10
x
,
x 1000
,
x 1000
x 0,1784 x
,
x 0,1784 x
= 24,895 ppm
Jadi kadar iodium rata-rata =
12. Kesimpulan
x 1000
,
x 1000
= 25,587 ppm
11
2. Tujuan
4. Prinsip
Pada penentuan kadar pati metode Luff Schoorl, pati terlebih dahulu
dihidrolisis menjadi monosakrida pembentuknya yaitu glukosa. Hidrolisis
menggunakan asam kat dan yang umum digunakan adalah asam klorida.
Waktu hidrolisis harus diperhatikan dengan baik. Apabila hidrolisis
dilakukan terlalu cepat, maka dikhawatirkan pati belum terkonversi
sempurna menjadi glukosa. Apabila hidrolisis dilakukan terlalu lama,
maka dikhatirkan monosakarida hasil konversi pati akan berubah menjadi
furfural.
Sebelum dilakukan hidrolisis pada bahan pangan, terlebih dahulu
karbohidrat non pati yang umumnya berupa gula sederhana (monosakarida
dan disakarida) dihilangkan dengan cara dilarutkan pada aquades dingin.
Hal ini didasarkan pada perbedaan kelarutan pati dan gula sederhana
dalam air dingin. Gula sederhana larut pada air dingin.
Setelah pati terhidrolisis sempurna menjadi glukosa, kemudian glukosa
akan mereduksi Cu2+ (dalam larutan Luff Schoorl) menjadi Cu+ yang
berupa endapan. Cu2+ yang tersisa kemudian direaksikan dengan kalium
12
iodida dalam suasana asam kuat, dan membebaskan I2. Pada titrasi
iodometri I2 tersebut akan bereaksi dengan natrium tiosulfat sebagai titran.
Jumlah CuSO4 yang bereaksi dengan glukosa hasil hidrolisis ekuivalen
dengan jumlah CuSO4 awal (titrasi blanko) dan jumlah CuSO4 sisa (titrasi
sampel). Kadar glukosa yang dihitung kemudian dikonversi menjadi kadar
pati dengan mengalikannya dengan faktor konversi.
Faktor konversi dihitung berdasarkan persamaan :
Faktor konversi =
6. Reagen
= 0,9
:
a. HCl 3%
b. NaOH 30%
c. Indikator Fenolftalein (PP)
d. Larutan KI 20%
e. Larutan H2SO4 25%
f. Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N
g. Indikator amilum 0,5%
h. Larutan Luff Schoorl
Larutkan 143,8 g Na2CO3 anhidrat dalam 300 mL akuades. Aduk dan
tambahkan 50 g asam sitrat yang telah dilarutkan dengan 50 mL
akuades. Tambahkan 25 g CuSO4.5H2O yang telah dilarutkan dengan
100 mL akuades. Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1 L,
tambahkan akuades hingga tanda garis, kocok. Biarkan semalam dan
saring bila perlu. Larutan Luff Schoorl harus mempunyai pH 9,3-9,4.
7. Alat
a.
Neraca Analitik
b.
Erlenmeyer
c.
d.
Pendingin tegak
e.
f.
Corong
g.
h.
Pemanas air
13
i.
Gelas ukur
j.
Buret
k.
Pipet tetes
8. Reaksi
1.
2.
3.
4.
9. Prosedur
1.
2.
Saring suspensi dengan kertas saring dan cuci dengan akuades hingga
volum filtrat 250 mL. Filtrat ini mengandung karbohidrat larut air
(non pati) dan dibuang.
3.
4.
5.
6.
7.
14
8.
9.
x 100%
xN
W1
fp
= Faktor pengenceran
g/mol.ek
15
= 0,35667 g
Massa penimbangan = 0,35889 g
sebenarnya =
= 0,1006 N
1) Titrasi I
N1 x V1
N2 x V2
N2 x V2
Volum titran :
Titrasi blanko : 1) 25,21 mL
: 2) 25,23 mL
Vrata-rata Na2S2O3.5H2O = 25,22 mL
Titrasi sampel :
b.
Titrasi I :
1) VI
= 5,53 mL
2) VII
= 5,67 mL
Titrasi II :
1) VI
= 14,22 mL
2) VII
= 14,48 mL
16
= 0,0960 N
= 18,84 mL y (I)
-
0,0960 N
Interpolasi :
=
,
x = (47,1 + 2,436) mg
x = 49,536 mg = w1 (I)
= 10,44 mL y (II)
-
0,0960 N
Interpolasi :
=
,
,
,
,
x = (25,0 + 1,144) mg
x = 26,144 mg = w1 (II)
x 100%
,
x 100%
= 82,55 % (I)
Kadar Glukosa (%) =
=
x 100%
,
x 100%
= 87,13 % (II)
Kadar Pati (%)
17
= 74,295 %
Kadar Pati (%)
= 5,55 %
x 100 %
2.
3.
4.
18
2. Tujuan
4. Prinsip
Pada analisis kadar sukrosa metode Luff Schoorl, kadar karbohidrat selain
sukrosa (yang umumnya berupa gula sederhana), dihitung tersendiri yaitu
mereaksikan contoh dengan Luff Schoorl. Kemudian kadar gula total
dihitung dengan menghidrolisis sukrosa menjadi gula invert, yang dapat
mereduksi Cu2+ (dalam larutan Luff Schoorl) menjadi Cu+ yang berupa
endapan. Cu2+ yang tersisa kemudian direaksikan dengan kalium iodida
dalam suasana asam kuat, dan membebaskan I2. Pada titrasi iodometri I2
tersebut akan bereaksi dengan natrium tiosulfat sebagai titran. Jumlah
CuSO4 yang bereaksi dengan gula invert ekuivalen dengan jumlah gula
invert pada contoh. Nilainya didapatkan dari pengurangan jumlah CuSO4
awal (titrasi blanko) dan jumlah CuSO4 sisa (titrasi contoh).
Kadar gula invert dihitung berdasarkan perbedaan antara kadar gula total
(dengan hidrolisis) dan kadar gula sederhana (tanpa hidrolisis). Karena
adanya perlakuan hidrolisis dari sukrosa menjadi gula invert, maka kadar
sukrosa didefinisikan sebagai kadar gula invert dikalikan dengan faktor
konversi.
6. Reagen
a. NaOH 30%
b. Larutan Luff Schoorl
19
a.
Neraca Analitik
b.
Pendingin tegak
c.
d.
e.
Pipet volum
f.
Pemanas listrik
g.
Gelas ukur
h.
Gelas beaker
i.
Pipet tetes
j.
Buret
8. Reaksi
1.
2.
3.
9. Prosedur
A. PENIMBANGAN SAMPEL
1.
20
2.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
21
10. Perhitungan
1.
2.
x 100%
xN
3.
Kadar Sukrosa
x 100%
=
xN
= 0,95
Keterangan :
W
W1
W2
fp
= Faktor pengenceran
TG
GS
g/mol.ek
= 0,3567 g
Massa penimbangan = 0,3566 g
N
sebenarnya =
22
= 0,099 N
= 0,096 N
Volum titran :
Titrasi blanko : 1) 25,21 mL
: 2) 25,01 mL
Vrata-rata Na2S2O3.5H2O = 25,11 mL
Titrasi sampel :
a.
Titrasi I :
Sebelum inversi / hidrolisis :
Volum Na2S2O3 0,1 N =
=
= 3,72 mL y
-
Interpolasi :
=
,
,
,
,
=
x
= 9,0 mg = w1
Kadar GS (%) =
x 100%
23
0,0960 N
= 44,91 %
x 100%
= 1,69 mL y
-
0,0960 N
Interpolasi :
=
,
= 4,056 mg = w2
Kadar TG (%) =
=
x 100%
,
x 100%
= 40,48 %
Kadar Sukrosa (%) = (TG GS) x faktor konversi (0,95)
= (40,48% 44,91%) x 0,95
= (-) 4,43%
b.
Titrasi II :
Sebelum inversi / hidrolisis :
Volum Na2S2O3 0,1 N =
=
= 3,25 mL y
-
Interpolasi :
=
,
,
,
,
=
x
= 7,83 mg = w1
24
0,0960 N
Kadar GS (%) =
x 100%
,
= 39,07 %
x 100%
0,0960 N
= 1,61 mL y
-
Interpolasi :
=
,
= 3,864 mg = w2
Kadar TG (%) =
x 100%
,
x 100%
= 38,56 %
Kadar Sukrosa (%) = (TG GS) x faktor konversi (0,95)
= (38,56% 39,07%) x 0,95
= (-) 0,51%
Kadar sukrosa tidak dirata-rata karena nilainya terpaut jauh
dan hasil yang minus.
Faktor kesalahan =
( ) ,
% ( ) ,
( ) ,
= 7,69 %
x 100 %
25
nilainya yang berbeda jauh, yaitu dengan faktor kesalahan sebesar 7,69%.
Sedangkan faktor kesalahan seharusnya tidak boleh > 5,0%.
13. Daftar pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
26
2. Tujuan
Untuk
menentukan
kadar
laktosa
dalam
bahan
pangan
(susu),
4. Prinsip
a.
NaOH 30%
b.
27
Larutan KI 20%
d.
e.
f.
g.
Ragi
7. Alat
a.
Neraca Analitik
b.
c.
Pendingin tegak
d.
e.
Corong
f.
g.
Pemanas listrik
h.
Gelas ukur
i.
Buret
j.
Kapas
8. Reaksi
1.
2.
3.
9. Prosedur
1.
2.
3.
28
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan :
x 100%
=
xN
W1
fp
= faktor pengenceran
29
g/mol.ek
= 0,35667 g
Massa penimbangan = 0,3568 g
N
sebenarnya =
= 0,1000 N
1) Titrasi I
N1 x V1
N2 x V2
N2 x V2
= 0,096 N
Volum titran :
Titrasi blanko : 1) 25,03 mL
: 2) 25,18 mL
Vrata-rata Na2S2O3.5H2O = 25,10 mL
Titrasi sampel :
1) VI = 17,63 mL
2) VII = 17,71 mL
30
0,0960 N
= 7,17 mL y (I)
-
Interpolasi :
=
,
,
,
,
x = 26,43 mg = w1 (I)
= 7,094 mL y (II)
-
0,0960 N
Interpolasi :
=
,
x = 26,13 mg = w1 (II)
x 100%
,
x 100%
= 10,02 % (I)
Kadar Laktosa (%) =
=
x 100%
,
x 100%
= 9,91 % (II)
Jadi kadar laktosa rata-rata susu kental manis =
Sampel : Susu Murni
A. Titrasi Penetapan Kadar Laktosa
-
31
= 9,965 %
Volum titran :
Titrasi blanko : 1) 25,03 mL
: 2) 25,18 mL
Vrata-rata Na2S2O3.5H2O = 25,10 mL
Titrasi sampel :
1) V1 = 22,98 mL
2) V2 = 22,69 mL
= 2,035 mL y (1)
-
0,0960 N
Interpolasi :
=
,
, ,
x = 7,43 mg = w1 (1)
= 2,314 mL y (2)
-
Interpolasi :
=
,
, ,
x = 8,46 mg = w1 (2)
x 100%
,
x 100%
= 3,697 % (1)
Kadar Laktosa (%) =
x 100%
32
0,0960 N
x 100%
= 4,226 % (2)
12. Kesimpulan
2.
3.
33
2. Tujuan
4. Prinsip
Tetapi,
absorbtivitas
dari
karbohidrat
berbeda
akan
(HMF).
Senyawa-senyawa
furfural
tersebut
34
dapat bereaksi dengan fenol dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna
oranye kekuningan yang stabil.
Perhitungan menggunakan metode fenol adalah konsentrasi gula dalam
contoh ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara
konsentrasi gula standar dengan absorbans) dan memperhitungkan
pengenceran yang dilakukan. Rumus perhitungannya dapat ditulis sebagai
berikut.
Total gula (%) = ((GxFP)/W)x100
Dimana:
G
FP
= faktor pengenceran
a. Fenol 5%
b. H2SO4 pekat
7. Alat
a.
Spektrofotometer UV-VIS
b.
Vortex
c.
Erlenmeyer
d.
Tabung
8. Prosedur
A. Penyiapan Sampel
1.
35
2.
B. Prosedur Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dan absorbansi
glukosa), untuk
mendapatkan
konsentrasi gula.
9. Perhitungan
36
b.
c.
11. Kesimpulan
Kurva standar dan hasil absorbansi sampel tidak dapat dibuat dikarenakan
terdapat masalah teknis pada alat spektrofotometer.
Berikut merupakan lampiran gambar larutan standar dan sampel yang telah
direaksikan dengan pereaksi phenol dan sulfat :
1.
2.
37
2. Tujuan
4. Prinsip
38
Asam
lemak
bebas
merupakan
hasil
degradasi/
deesterifikasi/
6. Reagen
a. KOH 0,1 N
b. Indikator PP
c. Etanol 95% netral
d. Netralkan etanol 95% dengan penambahan alkali menggunakan
indikator PP hingga diperoleh warna larutan merah muda
7. Alat
a.
Neraca Analitik
b.
Erlenmeyer 250 mL
c.
d.
Pipet volum 10 mL
e.
Gelas ukur
f.
Buret 50 mL
g.
Pipet tetes
39
8. Reaksi
:
enzim
A. Penimbangan Sampel
Sampel yang akan dianalisis ditimbang dengan jumlah seperti pada
tabel :
Bilangan asam yang diharapkan
Berat sampel
<1
20
1-4
10
4-15
2,5
15-75
0,5
> 75
0,1
2.
3.
4.
10. Perhitungan
BE
40
= 0,1 N x 0,1 L x
= 0,6302 g
g/mol.ek
= 0,1005 N
N2 x V2
N2 x V2
= 0,0828 N
Penimbangan sampel :
Titrasi sampel :
41
V1 = 2,70 mL
V2 = 2,75 mL
Perhitungan :
= 0,6993
= 0,7150
,
,
= 0,7150
= 0,00127
= 0,00129
,
,
= 0,00128
= 0,00122
= 0,00123
12. Kesimpulan
,
,
= 0,00123
42
1.
2.
IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3.
43
2. Tujuan
: Metode Hanus
4. Prinsip
44
a. Pereaksi Hanus
Larutkan 13,2 g I2 dalam 1 L asam asetat glacial. Jika seluruh iodium
sudah larut dan larutan telah dingin, tambahkan brom (Br2)
secukupnya, umumnya 3 mL.
b. Kloroform
c. Larutan KI 15%
d. Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N
e. Indikator amilum
7. Alat
a.
Neraca Analitik
b.
c.
d.
Pipet volum 10 mL
e.
Gelas ukur
f.
Buret 50 mL
g.
Pipet tetes
8. Reaksi
A. Penimbangan Sampel
Sampel ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel :
Bilangan Iod yang diharapkan (g
Iod / 100 g)
45
10,58-8,46
10
3,17-2,54
20
1,59-1,27
40
0,79-0,63
80
0,40-0,32
120
0,26-0,21
160
0,20-0,16
200
0,16-0,13
Vb
Vc
g/mol.ek
= 0,35667 g
Massa penimbangan = 0,3568 g
N
sebenarnya =
= 0,1000 N
1) Titrasi I
N1 x V1
N2 x V2
N2 x V2
= 0,0861 N
Titrasi blanko :
Titrasi sampel :
47
Vs = 11,85 mL = 0,01185 L
Perhitungan :
Bilangan iod (g Iod / 100 g) =
=
( ,
)
)
= 7,692
12. Kesimpulan
2.
IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3.
48
2. Tujuan
: Titrasi Iodometri
4. Prinsip
49
6. Reagen
a. Kloroform p.a
b. Asam asetat glasial p.a
c. KI jenuh (p.a)
d. Larutan Na2S2O3.5H2O 0,1 N (yang dibuat menggunakan akuades
bebas CO2)
e. Indikator amilum 1%
7. Alat
a.
Neraca Analitik
b.
c.
d.
Pipet volum 10 mL
e.
Gelas ukur
f.
Buret 50 mL
g.
Pipet tetes
h.
Vortex
8. Reaksi
1.
2.
3.
4.
9. Prosedur
A. Penimbangan Sampel
Sampel ditimbang dengan jumlah seperti pada tabel :
Tabel. Jumlah penimbangan sampel untuk analisis bilangan peroksida
pada minyak pangan
Bilangan Peroksida yang
diharapkan (meq/kg)
0-12
5,0-2,0 (0,001 g)
12-20
2,0-1,2 (0,001 g)
20-30
1,2-0,8 (0,001 g)
30-50
0,8-0,5 (0,001 g)
50
50-90
0,5-0,3 (0,001 g)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Perhitungan
Vb
Vc
g/mol.ek
= 0,35667 g
Massa penimbangan = 0,3568 g
N
sebenarnya =
51
= 0,1000 N
N2 x V2
N2 x V2
= 0,0861 N
m = 2,5233 g = 0,00252 kg
Titrasi sampel :
Sampel minyak X bagus (minyak sebelum pemakaian)
Vs = 0,58 mL
Perhitungan :
Bilangan peroksida (meq O2 / kg) =
=
=
( ,
= 19,82 meq O2 / kg
Penimbangan sampel :
Titrasi sampel :
52
Perhitungan :
Bilangan peroksida (meq O2 / kg) =
=
=
( ,
= 86,1 meq O2 / kg
12. Kesimpulan
2.
IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3.
53
2. Tujuan
: Titrasi Acidimetri
4. Prinsip
Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan antara satu dengan yang
lain, berdasarkan sifat-sifat fisiknya. Bilangan persabunan dipergunakan
untuk memperkirakan berat molekul suatu lemak atau minyak secara
kasar. Berat molekul merupakan salah satu identitas dari suatu jenis
lemak/minyak.
Minyak/lemak yang disusun oleh asam-asam lemak berantai pendek akan
mempunyai berat molekul yang relatif kecil, sehingga akan memiliki
bilangan penyabunan yang besar. Sebaliknya, minyak/lemak yang tersusun
atas asam-asam lemak berantai panjang, akan mempunyai berat molekul
yang relatif kecil.
Proses persabunan adalah proses reaksi antara asam lemak dan alkali,
membentuk gliserol dan sabun. Reaksi persabunan ditunjukkan pada
reaksi :
O
CH2 O C R1
CH O C R2
CH2 O C R3
+ KOH
54
CH2 OH R1COOK
CH OH + R2COOK
CH2 OH R3COOK
a. Alkohol netral
b. Lindi alkohol
Larutkan 40 gram KOH dalam 1 L alkohol 96%
c. HCl 0,5 N
d. Indikator MO
7. Alat
a.
Neraca Analitik
i.
Erlenmeyer
b.
j.
Pendingin tegak
c.
d.
Pipet volum 10 mL
e.
Gelas ukur
f.
Buret 50 mL
g.
Pipet tetes
h.
Vortex
8. Reaksi
O
CH2 O C R1
CH O C R2
CH2 O C R3
1.
2.
+ KOH
55
CH2 OH R1COOK
CH OH + R2COOK
CH2 OH R3COOK
9. Prosedur
2.
3.
4.
5.
10. Perhitungan
Bilangan Persabunan =
Keterangan :
Vb
Vs
BE
= 0,2 N x 0,1 L x
= 3,8137 g
g/mol.ek
sebenarnya =
N2 x V2
N2 x V2
56
= 0,2005 N
= 0,1465 N
Penimbangan sampel :
Titrasi blanko :
V1 = 16,43 mL
V2 = 16,55 mL
Vrata-rata blanko = 16,49 mL
Titrasi sampel :
Perhitungan :
)
,
= 1,4598
2) Bilangan persabunan =
=
=
)
,
= 1,5151
57
= 1,4875
12. Kesimpulan
2.
IUPAC methods (Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and
Derivatives 7th Revised and Erlarged Edition).
3.
4.
58