You are on page 1of 25

Survei Avifauna di Kawasan Lahan Basah

Lebok Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat

By Muhamad Salamuddin Yusuf

Komunitas Hijau Biru


2007

1. Pendahuluan
Lebok Taliwang merupakan kawasan lahan basah (wetland habitat) yang potensial
dan penting untuk daerah Sumbawa Barat. Selain sebagai reservoir juga berfungsi sebagai
daerah perikanan airtawar.

Banyak jenis-jenis burung air menjadikan Lebok sebagai

habitat mencari makan maupun tempat tinggal. Bahkan beberapa burung migran
menjadikan Lebok sebagai tempat persinggahan sebelum bermigarasi ke tempat lain.
Lebok Taliwang juga menjadi satu-satunya tempat yang dikenal sebagai habitat kura-kura
air tawar Cuora amboinensis di Sumbawa (Monk et al.,1997), yang populasinya saat ini
belum begitu diketahui.
Dewasa ini, Lebok Taliwang ditenggarai mengalami ancaman sedimentasi yang
tentunya akan memberi pengaruh pada fungsinya sebagai reservoir dan habitat bagi fauna.
Pengelolaan ke depan harus menjadi perhatian, tentunya dengan menggunakan data-data
valid yang ada termasuk dari penelitian ini.
Lebok Taliwang yang berlokasi di 8 41 56.02 LS dan 116 51

23.13 BT ini

mempunyai potensi menjadi daerah wisata berbasis ekologi (ekoturisme) dengan fauna
sebagai nilai jual, seperti yang dikembangkan di daerah lain di kawasan Jawa Bali dan
Wallacea. Lebok Taliwang berada pada ketinggian 13 meter dari permukaan laut dengan
kedalaman mencapai 3 meter dan luas 1.406 ha (Monk et al., 1997), lebih luas dari Danau
Segara Anak di Gunung Rinjani. Bahkan luas Lebok Taliwang dapat mencapai 10.000 ha
pada puncak musim hujan (Sarnita dalam Monk et al., 1997) menjadikannya sebagai danau
air tawar terluas di Nusa Tenggara Barat.
Tujuan dan manfaat survei ini adalah:

Melakukan identifikasi Avifauna penting di kawasan Lebok Taliwang terutama pada saat
musim hujan ketika burung migran biasa bermigrasi.

Untuk mencari kemungkinan dilakukannya kegiatan konservasi fauna oleh pemuda


sekitar

Lebok Taliwang yang sangat terkait dengan potensi Lebok sebagai daerah

Ekoturisme (wisata berbasis ekologi).

Penelitian ini juga menjadi sarana bagi Komunitas Hijau Biru melakukan transfer
pengetahuan kepada pemuda sekitar lebok dalam hal penelitian ekologi.

Data-data penelitian dapat dijadikan dasar kebijakan dalam pengelolaan Lebok


Taliwang pada masa mendatang, terutama dalam terkait dengan lingkungan dan
pariwisata

(ekoturisme).

2. Metode
2.1. Survei Lapangan
Metode yang dilakukan adalah menggunakan metode survei (jelajah) dengan cara
membuat transek melintasi dan di sekeliling lebok untuk mengamati jenis-jenis burung di
lebok. Tiga buah titik awal transek ditentukan disekitar lebok, ditambah dengan satu
transek di hutan riparian sekitar lebok dan serta satu transek mengelilingi lebok dengan
perahu. Pengamatan dilakukan pagi dan sore untuk masing-masing transek. Semua jenisjenis yang teramati dicatat dalam tabel dan dihitung jumlahnya. Identifikasi jenis burung
menggunakan Coates & Bishop (1997).

Gambar 1. Team survei berada di tengah-tengah Lebok Taliwang.


Survei dilakukan pada tanggal 11-12 November 2006 dan 20-27 January 2007.
Team survei fauna Lebok Taliwang terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

M. Salamuddin Yusuf, Leader, Ecologist, Komunitas Hijau Biru Mataram


Hairuddin, Asisten, Komunitas Hijau Biru Simpul KSB
Herman, Komunitas Hijau Biru simpul KSB
Sukiman, Komunitas Hijau Biru Simpul KSB
Bambang Supriadi, Komunitas Hijau Biru Simpul KSB
M. Rusli Budiawan DISHUTBUNTAN KSB
Makka, assisten lapangan, lokal Taliwang
Bangsawan, asisten lapangan, lokal Taliwang

Sumber data juga diambil dari wawancara terhadap masyarakat yang tinggal di
daerah sekitar Lebok, yang dipilih secara random baik usia, pekerjaan maupun jenis
kelamin. Pertanyaan yang disampaikan difokuskan pada: (1) jenis-jenis burung yang
pernah dilihat di lebok, terutama jenis-jenis khas burung air. (2) Kondisi ekologi lebok pada
periode lampau dibandingkan dengan saat ini, dan hubungannya dengan populasi burung.
Konfirmasi jenis dilakukan terhadap jawaban responden dengan menggunakan gambargambar dari Coates & Bishop (1997) dan Strange (2001), serta berdasarkan pustaka dan
catatan survei-survei terdahulu di wilayah Pulau Sumbawa seperti BKSDA NTB (2000;
2004), Phill and Charlote Benstead (2001), Trainor 2002 dan CBES (2005).

2.2. Analisa Data


Data ditabulasi dalam lembar excell, lalu dilakukan pengecekan error dan
inkonsistensi sebelum dianalisa. Data jenis-jenis burung selama survei dimasukkan dalam
tabel dan dibandingkan dengan data-data pada survei terdahulu untuk kemudian dijadikan
kurva jenis kumulatif. Data-data dari survei-survei sebelumnya dimasukkan dalam tabel
sehingga jumlah spesies dapat diakumulasi. Untuk jenis-jenis yang diperoleh dari hasil
interview dibuat dalam tabel tersendiri namun tidak dimasukkan dalam grafik kumulatif.

3. Kondisi Habitat
Kondisi cuaca selama survei relatif kering meskipun hujan sempat turun selama
beberapa hari pada awal Desember dan awal Januari. Hujan tidak turun lagi sampai survei
dilaksanakan pada akhir January 2007.

Hal ini mengakibatkan sebagian besar daerah

Lebok Taliwang dalam kondisi kering, baik pada saat survei November 2006 maupun
Januari 2007. Daerah yang berair berada ditengah-tengah lebok meski kedalaman kolom
air tidak lebih dari 50 cm diatas permukaan sedimen. Sedimen dibagian tepi mulai
tersingkap dan kering, namun tidak cukup kuat untuk dipijak. Ketebalan sedimen berkisar
30-100 cm tergantung lokasi titik sampling. Pada beberapa bagian di tengah lebok
terbentuk dataran sedimen lumpur yang luas (mudflat) yang dijadikan feeding habitat oleh
burung air. Pada lokasi yang didominasi oleh tanaman lotus, diatas sedimen lumpur
umumnya ditutupi oleh serasah yang cukup rapat dari tanaman tersebut.
Vegetasi lebok didominasi oleh tanaman Lotus berbunga putih (Nelumbo nucifera)
yang dikenal dengan nama tonyong dan kelompok rumput rawa Cyperaceae dan
Graminae. Tanaman dari kelompok Hydrocharitaceae dan Leguminosae ditemukan dalam
jumlah cukup banyak di daerah yang berbatasan dengan persawahan. Bagian luar Lebok
merupakan daerah pertanian (padi), kebun kelapa dan perbukitan karst yang merupakan
hutan riparian dan hutan dataran rendah.
Kondisi habitat saat ini sangat berbeda dibandingkan tahun 2000 dimana Lebok
Taliwang masih dalam dan dapat dilalui oleh perahu dengan cara didayung (KSDA NTB
2000). Gambaran perubahan habitat lebok dapat dilihat pada foto berikut ini.

Gambar 2. Kondisi Lebok Taliwang pada November 2000 ( BKSDA NTB 2000)

Gambar 3. Dominasi tanaman Seroja atau Lotus (Nelumbo nucifera) telah menurunkan produksi
ikan di Lebok Taliwang sejak beberapa tahun lalu. Kondisi saat survey November 2006
(gambar kiri) lebih kering dan dangkal dibanding kondisi pada Maret 2005 (gambar
kanan).

Gambar 3. Level air sangat rendah dan serasah Nelumbo nucifera mempercepat
pendangkalan Lebok Taliwang, January 2007.

4. Hasil Survei
4.1. Jenis-jenis burung di Lebok Taliwang
Sebanyak 62 jenis burung dari 28 famili ditemukan selama survei ini. Empat puluh
empat jenis teramati pada November 2006 dan 56 jenis pada Januari 2007.

Burung-

burung di Lebok secara umum dibagi menjadi :


1. Burung yang mencari makan di dataran lumpur dengan berjalan seperti Ardeidae
dan Ciconiidae (kuntul, bangau, blekok), Rallidae (mandar, tikusan), Jacanidae dan
Scolopacidae (trinil dan kedidi).
2. Burung

perenang

dan

penyelam

seperti

kelompok

Anatidae

(itik),

Dendrocygnatidae (belibis), Phalacrocoracidae (pecuk).


3. Burung-burung yang mencari makan di sawah-sawah

atau padang rumput di

sekitar lebok baik secara bergerombol dalam jumlah banyak atau soliter seperti
kelompok Estridinae (bondol) dan Passerinae.
4. Burung-burung aerial yang selalu terbang di udara (kelompok walet dan layanglayang).
5. Burung-burung pemangsa (raptor).
6. Burung-burung yang umum ditemukan di sekitar hutan namun sering dijumpai di
pohon, semak dan rumput di tepi lebok.
Ardeidae merupakan famili yang dominan

di lebok. Jenis Egretta intermedia dan

Egretta garzeta teramati terbang secara berkelompok dalam jumlah ratusan ke Lebok
untuk mencari makan pada dataran lumpur yang berada di tengah lebok. Pada sore hari,
kelompok ini akan meninggalkan lebok untuk kembali bertengger di pohon-pohon sekitar
lebok. Blekok sawah (Ardeola speciosa) , bambangan merah (Ixobrychus cinnamomeus)
dan bambangan kuning (sinensis) sering dijumpai mencari makan diantara tanaman seroja
(Nelumbo nucifera) berbaur dengan kedidi (Scolopacidae), Jacanidae dan Rallidae. Bangau
sandang lawe (Ciconia episcopus), cangak abu (Ardea cinerea) dan cangak merah (Ardea

purpurea) termasuk

jenis yang umum teramati meskipun jumlahnya tidak sebanyak

Egretta spp. Ibis roko-roko (Plegadis falcinellus) yang pernah tercatat pada 12 October
2001 (Benstead, 2001) tidak teramati dalam survei ini.
Famili Rallidae yang umum dijumpai adalah mandar batu (Gallinula chloropus), Mandar
besar (Porphyrio porphyrio), kareo padi (Amarournis phoenicurus) dan tikusan alis putih
(Poliolimnas cinerea) yang sering berbaur dengan burung sepatu jengger (Irediparra

gallineca) dari famili Jacanidae.

Porzana fusca teramati dua ekor dan kemungkinan

merupakan catatan baru untuk daerah ini. Scolopacidae dijumpai dalam jumlah banyak
terutama Trinil semak (Tringa glareola) dengan jumlah lebih dari 500 individu .
Burung pelikan (Pelecanus conspicillatus) yang merupakan burung migran, tidak
teramati di Lebok baik pada bulan November 2006 maupun Januari 2007. Namun dua ekor
pelikan teramati pada Agustus 2004 (BKSDA NTB 2004) dan dilaporkan teramati juga di
sekitar desa Dasan Jereweh pada April 2006 (Rizal, komunikasi pribadi). Pecuk padi hitam
(Phalacrocorax sulcirostris) teramati pada bulan November 2006 namun tidak terlihat pada
survei Januari 2007. Masyarakat setempat menyebut jenis ini dengan ngara besi dan bukan
termasuk target buruan. Jenis ini sudah lama tidak terlihat sejak mengeringnya Lebok
Taliwang, namun teramati pada November 2006. Sementara jenis pecuk padi belang
(Phalacrocorax melanoleucos) relatif sering dijumpai dan merupakan burung penetap di
kawasan ini.
Empat jenis itik dan belibis dapat ditemukan di Lebok Taliwang, namun saat survei
hanya ditemukan tiga jenis yaitu itik benjut (Anas gibberifrons), belibis kembang
(Dendrocygna arquata) dan belibis batu (Dendrocygna javanica).

Itik gunung (Anas

superciliosa) tidak teramati namun ditemukan pada catatan survei terdahulu (Benstead
2001 and BKSDA NTB 2004).
Kelompok burung bondol dan pipit (Estridinae) merupakan burung yang umum di
kawasan sekitar Lebok, yang merupakan daerah persawahan dan padang rumput. Empat
jenis teramati langsung dan sering bergerombol dalam jumlah besar yaitu bondol kepala
pucat, bondol peking, bondol taruk dan bondol pancawarna. Sedangkan pipit zebra atau
dikenal dengan nama lokal ketinting tercatat dalam survei BKSDA tahun 2000. Hal menarik
adalah ditemukannya burung manyar jambul (Ploceus manyar) baik usia dewasa maupun
anakan di daerah lebok menjadi catatan baru untuk kawasan Pulau Sumbawa. Anggota
familia Passerinae ini, umum dijumpai di Jawa dan Bali, serta tersebar di beberapa tempat
di Lombok (McKinnon 1993).

Manyar jambul juga menjadi komoditas perdagangan yang

umum dijumpai di pasar burung Cakranegara Lombok (pengamatan pribadi). Sementara,


burung gereja erasia (Passer montanus) banyak dijumpai pada rumah-rumah penduduk di
sekitar kawasan lebok. Burung gelatik jawa (Padda oryzifora) tidak teramati, namun
pernah tercatat pada tahun 2000, dan dipastikan sebagai jenis introduksi atau lepasan.
Burung aerial Apodidae dan Hirundinidae yang teramati adalah walet sapi (Collocalia

esculenta), walet sarang putih (Aerodramus fuciphagus), layang-layang api (Hirundo


rustica), Layang-layang batu (Hirundo tahitica) dan layang-layang loreng (Hirundo
striolata). Kawasan karst dengan tebing dan rongga-rongga (gua) di perbukitan sekitar
Lebok Taliwang sangat mendukung keberadaan burung walet sarang putih, meskipun
menurut

masyarakat

sekitar

produksinya

tidak

begitu

besar.

Hirundo rustica atau barn swallow mulai terlihat bermigrasi ke daerah Sumbawa sekitar
akhir Agustus 2006 dan umumnya kembali ke utara (asia) menjelang akhir musim hujan
(april-mei). Jenis migran lainnya adalah kirik-kirik australi (Merops ornatus) dan kirik-kirik
laut (Merops philippinus).
Dua jenis raptor ditemukan saat survei yaitu Elang bondol (Haliastur Indus) dan Elang
tikus (Elanus caeruleus). Jenis yang paling sering dijumpai di kawasan lebok adalah Elang
bondol. Jenis lain yang pernah tercatat adalah Elang-alap cokalat (Accipiter fasciatus) dan
alap-alap sapi (Falco moluccensis) (BKSDA NTB 2000). Meskipun tidak banyak jenis raptor
yang teramati namun dipercaya bahwa beberapa jenis raptor lainnya yang menghuni
daerah perbukitan sekitar lebok, terkadang menjadikan lebok sebagai tempat mencari
makan (hasil wawancara dengan masyarakat).
Beberapa jenis burung penghuni hutan seringkali mengunjungi kawasan lebok terutama
daerah tepi lebok yang ditumbuhi pohon-pohon kelapa, asam, bungur, dan pohon besar
lainnya. Jenis yang ditemukan selama survei ini antara lain burung cabai (Dicaeum),
burung madu (Nectariniidae), isap-madu Australia (Lichmera indistincta), ayam hutan
(Gallus varius), kutilang (Pycnonotus aurigaster). Kutilang merupakan jenis introduksi yang
dapat beradaptasi dengan baik di kawasan lebok serta dijumpai pula dibeberapa kawasan
lain di bagian barat daya Sumbawa seperti Maluk, Jereweh, Taliwang, terutama daerah
yang masih berdekatan dengan pemukiman (pengamatan pribadi).

4.2. Catatan baru untuk burung di Lebok Taliwang


Tiga jenis baru tercatat untuk pertama kalinya di Sumbawa Barat yaitu Manyar
jambul (Ploceus manyar) dan tikusan merah (Porzana fusca). Dua jenis ini belum pernah
tercatat sebelumnya baik oleh BKSDA NTB maupun dalam survey-survey yang dilakukan di
Batu Hijau (CBES 2005). Manyar jambul kemungkinan besar merupakan jenis burung
peliharaan yang terlepas atau sengaja diintroduksi ke kawasan lebok.

4.3. Perkembangan Survei Burung di Lebok Taliwang


Tidak banyak survei terdahulu dilakukan di kawasan Lebok Taliwang. Sejauh ini
hanya tiga catatan penting yang dapat dikumpulkan yaitu (1) Laporan Penilaian Potensi
Obyek Wisata Alam di Danau Rawa Taliwang, BKSDA NTB pada November 2000,

(2)

Laporan Perjalanan Pengamatan Burung di Indonesia oleh Phil dan Charlote Benstead,
Norfolk Inggris yang menyempatkan datang ke Lebok pada 12 Oktober 2001, dan (3)
Inventarisasi burung air di Danau Rawa Taliwang oleh BKSDA NTB pada Agustus 2004.

Perkembangan jumlah jenis dari beberapa survei di Lebok Taliwang dapat dilihat
pada grafik berikut ini.

Jumlah Species Burung di Lebok Taliwang dan sekitarnya


100

81

80
species

total kumulatif
69

60
44

40
33

20

15

Jan
KHB

KHB Nov

NTB

NTB

Gambar 4. Grafik perkembangan jumlah jenis burung di Lebok Taliwang tahun 2000-2007
Grafik diatas menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap jumlah jenis
burung yang teridentifikasi. Sampai saat ini, sebanyak 81 jenis burung dari 39 familia yang
telah tercatat di Kawasan Lebok Taliwang dan sekitarnya. Sebagai perbandingan, jumlah
burung-burung di Batu Hijau yang telah tercatat mencapai 180-an jenis (CBES 2006), 221
burung yang ditemukan di pulau Sumbawa, 174 jenis di Pulau Lombok dan 88 jenis di
Pulau Moyo (Trainor 2002).
Jumlah yang rendah pada survei-survei terdahulu oleh BKSDA NTB (2000, 2004)
dan Benstead (2001), lebih disebabkan fokus pemantauan yang hanya pada burungburung air serta periode pengamatan yang singkat. Komunitas Hijau Biru melakukan
pemantauan lebih lama dan mencakup mencakup area yang lebih luas, sehingga
kemungkinan ditemukannya lebih banyak jenis burung menjadi lebih besar.

Secara rinci,

jenis-jenis burung yang ditemukan selama survei dapat dilihat pada Lampiran 1.
Wawancara yang dilakukan terhadap kelompok masyarakat mengenai jenis-jenis
burung yang pernah ada menunjukkan beberapa jenis burung yang dahulu menjadi target
buruan sekarang sudah tidak atau sulit ditemukan. Misalnya: Kakatua kecil jambul kuning
(Cacatua sulphure parvula) dan bertong (Megapodius reindwardti). Kakatua menempati
hutan sekitar Desa Seloto yang berbatasan dengan Lebok Taliwang, namun saat ini tidak
pernah teramati lagi. Sedangkan bertong umumnya diburu untuk diambil telurnya.

5. DISKUSI
Kemarau yang panjang di daerah Sumbawa dan pesatnya pertumbuhan tanaman
seroja menyebabkan ketinggian muka air lebok menurun. Sedimentasi semakin meningkat
bahkan di beberapa bagian lebok, ketebalan sedimen mencapai 1 meter. Selain karena
kemarau yang panjang, pendangkalan ini sangat terkait dengan aktivitas di hulu sungai
yang masuk ke Lebok dan makin meluasnya daerah persawahan disekeliling lebok. Jika
bukaan lahan di hulu semakin luas, proses penggerusan permukaan tanah oleh aliran
permukaan akan semakin tinggi. Hasil erosi tanah akhirnya terbawa oleh aliran sungai dan
terakumulasi di lebok.
Persawahan di sekitar lebok dapat berperan terhadap pendangkalan lebok melalui
pemupukan yang tidak tepat/berimbang yang akhirnya sebagian hara akan masuk ke
dalam lebok. Ini berakibat pada peningkatan kesuburan lebok yang berimbas pada makin
luasnya area tutupan seroja/tonyong dan

tumbuhan lainnya.

Dengan tipe akar

rimpang/stolon, perkembangan tonyong dapat begitu masif memenuhi badan lebok. Selain
itu, akibat sedimentasi, lahan persawahan menjadi makin luas dan ini dapat mengurangi
luas TWA Lebok Taliwang dibandingkan luas awal saat ditetapkan. Ini berpotensi
menyebabkan

konflik

lahan

jika

tidak

ditangani

dengan

baik

oleh

Pemerintah.

Berkurangnya kawasan lindung karena tekanan dari masyarakat merupakan hal yang
umum terjadi, seperti halnya di kawasan cagar Candi Dieng yang menyempit karena
meluasnya sawah/kebun masyarakat disekitarnya (pengamatan pribadi 2006).
Kondisi lebok saat ini menjadi dilema tersendiri bagi penduduk sekitar yang
menggantungkan hidup pada hasil perikanan air tawar. Jumlah tangkapan ikan menurun
termasuk pada beberapa kolam uji yang saat survei sudah tidak berfungsi lagi. Ancaman
terhadap penurunan populasi ikan diperparah dengan aktivitas penangkapan ikan
menggunakan alat setrum yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, terutama untuk
menangkap ikan lele dan gabus.
Pendangkalan lebok menyebabkan ikan-ikan dan biota lebok semakin mudah
terlihat, terutama yang berkuran kecil. Ini menguntungkan bagi burung seperti Egret,
Heron, Rallidae dan Scolopacidae, namun tidak begitu baik bagi burung penyelam seperti
pecuk, pelikan, itik dan belibis. Pada January 2007 teramati Tringa glareola dalam jumlah
besar sekitar 500-an ekor bermigrasi ke Lebok. Pelikan australia tidak pernah dijumpai
dalam

jumlah

besar

seperti

periode

1970

sampai

1980-an

(hasil

wawancara).

Ancaman perburuan burung dengan senapan angin diperkirakan masih berlangsung


meskipun telah ada himbauan dari Bupati untuk tidak melakukan perburunan burung di
lebok. Belum ada studi tentang ini, namun diperkirakan frekuensi perburuan relatif
menurun dibandingkan dua atau tiga tahun lalu. Jenis yang paling sering diburu untuk
dimakan

adalah

itik,

belibis

dan

mandar

batu.

KESIMPULAN
Hasil survey burung di Lebok Taliwang pada bulan November 2006 dan Januari
2007 telah berhasil mencatat lebih dari 60 jenis burung. Dua jensi baru tercatat untuk
pertama kalinya di Sumbawa Barat yaitu Manyar jambul (Ploceus manyar) dan tikusan
merah (Porzana fusca). Secara keseluruhan dari hasil pemantauan Komunitas Hijau Biru
dan pemantauan-pemantauan sebelumnya, sebanyak 81 jenis burung telah teridentifikasi
di Lebok Taliwang.
Tingkat sedimentasi di Lebok Taliwang menyebabkan penurunan
kemampuan lebok sebagai reservoir dan sumber perikanan air tawar yang penting bagi
Kabupaten Sumbawa Barat, yang pada akhirnya berpengaruh pada komunitas burungburung air di Lebok Taliwang.

REKOMENDASI
1)

Survei burung di daerah Lebok perlu dilakukan secara berkesinambungan


sehingga jumlah jenis burung yang ditemukan di Lebok semakin banyak dan
lengkap. Selain itu, perlu digiatkan survei menyeluruh tentang kekayaan hayati
Lebok baik flora dan faunanya termasuk kura-kura Cuora amboinensis yang
sampai saat ini tidak begitu diketahui populasinya.

2)

Perlu dilakukan workshop/diskusi komprehensif diantara para stakeholders dalam


hal perencanaan pengelolaan Lebok Taliwang, terkait statusnya sebagai TWA
(cagar alam) dan rencana menjadikan Lebok sebagai tujuan wisata, maupun
solusi pemecahan maslah yang dihadapi Lebok saat ini.

3)

Lebok Taliwang dapat dijadikan sebagai salah satu lokasi tujuan wisata khusus
birdwatching di Indonesia. Oleh karenanya diperlukan beberapa hal yang harus
disiapkan:
a). Penyebaran informasi mengenai keanekaragaman burung di Lebok Taliwang
kepada komunitas birdwatching di Indonesia dan Dunia.
b). Penyiapan pemandu birdwatching melalui pelatihan pengamatan burung
yang diutamakan bagi pemuda/anak sekolah di sekitar Lebok Taliwang (atau
KSB).
c). Pembuatan buku petunjuk pengamatan burung di Lebok Taliwang yang
dilengkapi dengan foto-foto jenis burung. Field guide semacam ini sudah
menjadi hal yang umum bagi suatu daerah tujuan wisata.

4)

Lebok Taliwang perlu memiliki beberapa menara pandang yang dapat digunakan
untuk keperluan pengamatan burung, fotografi dan wisata. Lokasi menara
pandang dibuat ditempat yang strategis untuk keperluan survey/wisata.

5)

Pemetaan ulang luas kawasan Lebok saat ini dibandingkan dengan luas awal saat
ditetapkan sebagai TWA. Hal ini perlu dilakukan sebagai langkah antisipasi dini
jika terjadi konflik penggunaan lahan TWA oleh masyarakat sekitar Lebok
Taliwang.

PUSTAKA
Benstead, P and C. Benstead. 2001. Indonesia 2001. A Report from birdtours.co.uk
http://www.birdtours.co.uk/tripreports/indonesia/tour2/indonesia2001.htm
phil.benstead@tesco.net. Norfolk, UK
BKSDA NTB. 2000. Laporan Penilaian Potensi Obyek Wisata Alam di Danau Rawa Taliwang,
November 2000
BKSDA NTB. 2004. Inventarisasi burung air di Danau Rawa Taliwang, Agustus 2004
CBES. 2005. Forest Bird and Bat Monitoring Program with Yellow-crested Cockatoo
Observation. 2005 Annual Report. Prepared for PTNNT. Mataram
Coates, B.J., K.D. Bishop and D. Gardner.1997. A guide to the Birds of Wallacea: Sulawesi,
The Moluccas and Lesser Sunda Islands, Indonesia. Dove Publications Pty.Ltd.
Anderley
Coates, B.J., K.D. Bishop and D. Gardner 2000. Panduan Lapangan Burung-Burung di
Kawasan Wallacea: Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Birdlife InternationalIndonesia Programme.cetakan pertama.Desa Putra, Bogor, Indonesia.
Lapage, D. 2007. Avibase. Bird Checklist of the World: Sumbawa. Bird Studies Canada.
MacKinnon, J., Phillips, K. 1993. Field guide to the Birds of Sumatera, Borneo, Java and Bali
(The greater Sunda Islands). Oxfor University Press. Oxford.
Monk, K.A., Y. De Fretes and G.R-Lilley.1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku.
Dalhouse University. Periplus editions.
Strange, M. 2001. A photographic guide to the birds of Indonesia. Periplus edition. HK.Ltd
Trainor, C.R. 2002. Birds of Gunung Tambora, Sumbawa, Indonesia: effect of altitude, the
1815 cataclysmic volcanic eruption and trade. In Forktail 18 (2002): 49-61

1
2
3

Podicipedidae
Fregatidae
Phalacrocoracidae

Titihan telaga
Cikalang besar
Pecuk-padi hitam

Red-throated ruficollis
Great Frigatebird
Little Black Cormorant

Phalacrocoracidae

Pecuk-padi belang

Little Pied Cormorant

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Pelecanidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ciconiidae

Australian Pelican
Grey Heron
Purple Heron
Great Egret
Intermediate Egret
Little Egret
Cattle Egret
Javan Pond-heron
Little Heron
Black-crowned Night-heron
Yellow Bittern
Cinnamon Bittern
Milky Stork

18

Ciconiidae

19
20
21
22
23
24

Threskiornithidae
Accipitridae
Accipitridae
Accipitridae
Falconidae
Dendrocygnidae

Undan kacamata
Cangak abu
Cangak merah
Kuntul besar
Kuntul perak
Kuntul kecil
Kuntul kerbau
Blekok sawah
Kokokan laut
Kowak-malam abu
Bambangan kuning
Bambangan merah
Bangau Bluwok
Bangau Sandang
Lawe
Ibis roko-roko
Elang tikus
Elang bondol
Elang alap coklat
Alap-alap sapi
Belibis kembang

Local name

Species

bango

Tachybaptus ruficollis
Fregata minor
Phalacrocorax sulcirostris
Phalacrocorax
melanoleucos
Pelecanus conspicilatus
Ardea cinerea
Ardea purpurea
Egretta alba
Egretta intermedia
Egretta garzetta
Bubulcus ibis
Ardeola speciosa
Butorides striatus
Nycticorax nycticorax
Ixobrychus sinensis
Ixobrychus cinnamomeus
Myterea cinerea

Woolly-necked Stork

memarung

Ciconia episcopus

Glossy ibis
Black-winged Kite
Brahminy Kite
Brown Goshawk
Spotted Kestrel
Wandering Whistling-Duck

Lilit
kaleang
Kasipal
Lilit
belibis

Plegadis falcinellus
Elanus caeruleus
Haliastur indus
Accipiter fasciatus
Falco moluccensis
Dendrocygna arquata

ngara
Ngara besi
Ngara besi
belang
pelikan
Bango
Bango
Blokok putih
Blokok putih
Blokok putih
Blokok rope
Blokok sawah

KHB Jan 2007

English name

KHB Nov 2006

Indonesian name

BKSDA NTB
Aug 2004

Familia

Benstead,
12 Oct 2001

No

BKSDA NTB
Nov 2000

LAMPIRAN 1. Daftar jenis burung di Lebuk Taliwang

x
x
x
x

x
x
x

x
x

x
x
x

x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x

x
x
x

x
x
x
x
x

25
26
27
28
29
30*
31
32
33
34

Dendrocygnidae
Anatidae
Anatidae
Phasianidae
Phasianidae
Rallidae
Rallidae
Rallidae
Rallidae
Rallidae

35

Jacanidae

36

Rostratulidae

37
38
39
40
41
42

Charadriidae
Charadriidae
Scolopacidae
Scolopacidae
Scolopacidae
Scolopacidae

43

Sterninae

44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

Columbidae
Columbidae
Columbidae
Columbidae
Psittacidae
Psittacidae
Centropodidae
Apodidae
Apodidae
Alcenidae
Alcenidae
Meropidae

Belibis batu
Itik Benjut
Itik gunung
Ayam hutan hijau
Gemak loreng
Tikusan merah
Tikusan alis putih
kareo padi
Mandar batu
Mandar Besar
Burung-sepatu
jengger
Berkik kembang
besar
Trulek topeng
Cerek Kalung Kecil
Trinil kaki-hijau
Trinil semak
Berkik rawa
Kedidi ekor tajam
Dara Laut sayap
hitam
Dederuk Jawa
Tekukur biasa
Perkutut Jawa
Perkutut Loreng
Perkici pelangi
Nuri pipi merah
Bubut alang-alang
Walet sarang-putih
Walet sapi
Raja-udang biru
Raja-udang erasia
kirik-kirik laut

x
x
x
x

tengkuah / troak
Reke
Namang

Dendrocygna javanica
Anas gibberifrons
Anas superciliosa
Gallus varius
Turnix suscitator
Porzana fusca
Poliolimnas cinerea
Amaurornis phoenicurus
Gallinula chloropus
Porphyrio porphyrio

pio piring

Irediparra gallinacea

Lesser Whistling-Duck
Sunda Teal
Pacifiic black duck
Green Junglefowl
Barred Button-quail
Ruddy-breasted Crake
White-browed Crake
White-breasted Waterhen
Common Moorhen
Purple Swamphen

belibis
Ngara
Ngara
ayam hutan
puyuh/bubut

Comb-crested Jacana

x
x
x
x

x
x

x
x
x

x
x
x
x

Greater painted Snipe

Rostratula benghalensis

Masked Lapwing
Little ringe Plover
Common Greenshank
Wood Sandpiper
Swinhoe's Snipe
Sharp-tailed Sandpiper

Vanellus miles
Charadrius dubius
Tringa nebularia
Tringa glareola
Gallinago megala
Calidris acuminata

x
x

Sooty Tern

Camar

Sterna fuscuta

Island Collared Dove


Spotted Dove
Zebra Dove
Barred Dove
Rainbow Lorikeet
red-cheeked parrot
Lesser Coucal
Edible-nest Swiftlet
Glossy Swiftlet
Small Blue Kingfisher
Common Kingfisher
Blue-tailed Bee-eater

tekukur
tekukur
kolo
kolo sumbawa
pring
kuing
telutuk
walet
walet
Cakir
pio uyang

Streptopelia bitorquata
Streptopelia chinensis
Geopelia striata
Geopelia maugei
Trichoglossus haematodus
Geoffroyus geoffroyi
Centropus bengalensis
Aerodramus fuciphagus
Collocalia esculenta
Alcedo coerulescens
Alcedo atthis
Merops philippinus

x
x

x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x

x
x
x

x
x
x
x

x
x
x
x
x

x
x

x
x
x
x
x
x

56
57
58
59
60
61
62
63

Meropidae
Pittidae
Hirundinidae
Hirundinidae
Hirundinidae
Motacillidae
Pycnonotidae
Dicruridae

64

Oriolidae

65
66
67
68
69
70
71

Turdidae
Sylviidae
Citiscolidae
Laniidae
Meliphagidae
Meliphagidae
Nectariniidae

72

Nectariniidae

73
74
75
76*
77
78
79
80
81

Dicaeidae
Passerinae
Passerinae
Passerinae
Estridinae
Estridinae
Estridinae
Estridinae
Estridinae

Kirik-kirik australia
Paok la'us
layang-layang api
Layang-layang batu
layang-layang loreng
Apung tanah
cucak kutilang
Srigunting
Kepodang kuduk
hitam
Decu belang
Kerakbasi ramai
Cici padi
Bentet kelabu
koakiu
Isap-madu australia
Burung madu kelapa
Burung madu
Sriganti
Cabai dahi-hitam
Burung gereja-erasia
Gelatik Jawa
Manyar Jambul
Pipit zebra
Bondol taruk
Bodol peking
Bondol pancawarna
Bondol kepala pucat

kutilang
Srigunting

Merops ornatus
Pitta elegans
Hirundo rustica
Hirundo tahitica
Hirundo striolata
Anthus novaeseelandiae
Pynonotus aurigaster
Dicrurus densus

Black-naped Oriole

Kesenang

Oriolus chinensis

Pied Bushchat
Clamorous Reed-warbler
Zitting Cisticola
Long-tailed Shrike
Helmeted Friarbird
Brown Honeyeater
Brown-throated Sunbird

Decu

Saxicola caprata
Acrocephalus stentoreus
Cisticola juncidis
Lanius schach
Philemenon buceroides
Lichmera indistincta
Anthreptes malacensis

Rainbow Bee-eater
Elegant pitta
Barn Swallow
Pacific Swallow
Striated Swallow
Richard's Pipit
Sooty-headed Bulbul
Wallacean Drongo

Pentet
koak kaok

Olive-backed Sunbird

Black-fronted Flowerpecker
Tree Sparrow
Java Sparrow
Streak Weaver
Zebra Finch
Black-faced Munia
Scaley-breasted Munia
Five-coloured Munia
Pale-headed Munia
Total Bird Records
Total cummulative
* Ruddy-breasted Crake and Streak Weaver:: new record of Sumbawa

burung gereja
gelatik
manyar
ketinting
kedit bubit
kedit
kedit Keleang
kedit

x
x
x

x
x
x

x
x
x
x

x
x

x
x
x
x

x
x

x
x

Nectarinia jugularis

Dicaeum igniferum
Passer montanus
Padda oryzivora
Ploceus manyar
Taeniopygia guttata
Lonchura molucca
Lonchura punctulata
Lonchura quinticolor
Lonchura pallida

x
x

x
x

x
x
x

x
15
15

x
19
33

20
44

x
x
x
x
44
69

x
x
x
x
56
81

LAMPIRAN 2. Beberapa jenis burung yang dapat ditemukan di Lebok


Taliwang

Foto 1. Belibis kembang (Dendrocygna arquata)

Foto 2. Mandar batu (Gallinula Chloropus)

Foto 3. Itik benjut (Anas gibberifrons)

Foto 4. Elang Bondol (Haliastur indus)

Foto 5. Bubut alang-alang (Centropus bengalensis)

Foto 6. Bangau Sandang Lawe (Ciconia episcopus)

Foto 7. Blekok Sawah (Ardeola speciosa)

Foto 8. Kokokan laut (Butorides striatus)

Foto 9. Kirik-kirik laut (Merops philippinus)

Foto 10. Kiri: Bambangan merah (Ixobrychus cinnamomeus) dan Kanan:


Bambangan kuning (Ixobrychus sinensis)

Foto 11. kiri: Pipit Zebra (Taeniopygia guttata) dan kanan: perkutut loreng (Geopelia
maugei)

Foto 12. Tekukur (Streptopelia chinensis)

You might also like