Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Linda Elina Oktavia
H1H014009
H1H014011
H1H014015
Muhammad Hanif S.
H1H014016
Astri Nurhayati
H1H014017
H1H014023
H1H014027
Anandiyani Pangestika
H1H014029
H1H014031
Handhita Artya P.
H1H014039
Muhammad Zamzam F. N.
H1H014042
H1H014045
H1H014046
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS TERSTRUKTUR
AVERTEBRATA AKUATIK TAHUN 2015
Oleh :
Kelompok 1
Linda Elina Oktavia
H1H014009
H1H014011
H1H014015
Muhammad Hanif S.
H1H014016
Astri Nurhayati
H1H014017
H1H014023
H1H014027
Anandiyani Pangestika
H1H014029
H1H014031
Handhita Artya P.
H1H014039
Muhammad Zamzam F. N.
H1H014042
H1H014045
H1H014046
Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas terstruktur mata kuliah Avertebrata Akuatik
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disetujui
Tanggal, 06 Juni 2015
Dosen Pengampu,
Asisten,
NIP. 195507191987031001
NIM. H1H013024
BAB I
SINOPSIS
I.
SINOPSIS
dari
Kondisi Geologi dari Cilacap adalah Secara umum kondisi topografi Kabupaten
Cilacap bila dilihat dari arah barat laut merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian
lebih dari 100 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan puncak tertinggi berada di G.
Subang (1.210 meter dpl) yang berada di Kecamatan Dayeuhluhur. Selanjutnya ke arah
tenggara terbagi menjadi dua kawasan bentang alam, di bagian utara berupa pegunungan
dan di bagian selatan berupa dataran miring landai ke arah baratdaya Selatan, berelevasi
kurang dari 100 meter dpl dan berbatasan dengan Pantai Segara Anakan. Bagian paling
timur berupa dataran dan di bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Pulau Nusakambangan memanjang dengan jarak kurang lebih 30 km dari barat ke timur,
membatasi Segara Anakan dan Samudera Hindia, pulau tersebut memiliki bentang alam
pegunungan namun tidak begitu tinggi (kurang dari 100 meter dpl). Kabupaten Cilacap
mempunyai topografi yang beragam namun kondisi topografi rata-rata merupakan dataran
rendah. Kondisi ini juga didukung oleh letak Kabupaten Cilacap yang berada pada daerah
pesisir yang merupakan daerah pantai.
Table of Specimens
No
1.
2.
3.
4.
5.
Family
Ampullariidae
Coenobitidae
Cordiculidae
Gecarcinucidae
Haliotididae
6.
Hydrobiidae
7.
8.
9.
Libellulidae
Lumbricina
Naticidae
10.
Neritidae
11.
12.
13.
14.
Pachychilidae
Penaeidae
Portunidae
15.
16.
17.
Pyramidellidae
Thiaridae
Unionidae
Potamididae
Spesies
1. Pomacea flagellata
2. Coenobita violascens
3. Polymesoda sp.
4. Parathelpusa convexa
5. Haliotis rufescens
6. Birgella subglubosa
7. Eremopyrgus eganensis
8. Orthetrum sabina
9. Lumbricidae sp.
10.Natica unifasciata
11. Neritina natalensis
12. Clithon chlorostoma
13. Faunus ater
14.Penaeus merguiensis
15. Scylla sp
16. Telescopium telespocium
17. Cerithidea quadrata
18. Chrysallida excavata
19. Stenomelania rufescens
20. Pilsbryoconcha exilis
BAB II
Peta Lokasi
Sawah dan
Kolam Kampus
FPIK UNSOED
Sungai
Mangrove
BAB 3
BIODIVERSITAS
MAKRO INVERTEBRATA
III.
III. I. KOLAM
1. Kerang Kijing
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Eulamellibranchiata
Famili
: Unionidae
Genus
: Pilsbryoconcha
Spesies
: Pilsbryoconcha exilis
http://www.iucnredlist.org/details/171874/0
Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan
pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar
tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.
https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar
Suhu yang optimal adalah 11-29C dan untuk kandungan oksigen terlarutnya adalah
kurang lebih 15 mg/l, serta dengan pH antara 4,8-9,8.
https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse
2. Odonata
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Odonata
Famili
: Libellulidae
Genus
: Orthetrum
Spesies
: Orthetrum Sabina
http://www.iucnredlist.org/details/165470/0
: Hewan ini memiliki tubuh yang kecil, dan memiliki sayap untuk
Habitat
Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang sesuai untuk kehidupannya, antara lain
adalah temperatur, salinitas, pH, dan kelembaban udara. Temperatur yang sesuai untuk
larva capung ini adalah 28,3-32,1C dan juga salinitas tidak ada. Hewan ini dapat hidup
pada pH yang netral yaitu 7, dan kelembaban udara yang mencapai 42-68%.
www.academia.edu/4976064/jurnal-capung.html
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Ampullariidae
Genus
: Pomacea
Spesies
: Pomacea flagellata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=741238
Siput ini menyukai daerah yang berawa, parit dan kolam, serta sungai dan danau.
Siput ini juga senang berada pada suhu tidak dibawah 10C. Siput ini yang memiliki nama
daerah apple snail atau yang dapat kita artikan dalam bahasa indonesia yaitu siput apel.
Insang mencermikan adaptasi oksigen miskin kondisi air.
http://applesnail.net/content/ecology.php#habitat
2. Birgella subglubosa
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Hydrobiidae
Genus
: Birgella
Spesies
: Birgella subglubosa
http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Birgella+subglobosa
Habitat
Birgella subglubosa atau siput lumpur ini hidup di daerah perairan tawar, biasanya
hidup pada sungai-sungai yang besar. Siput ini juga biasanya berada di dasar perairan
ataupun perairan yang cukup dalam.
http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Birgella+subglobosus+
Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang
disukai oleh hewan ini adalah 7,8 8,0. Serta temperatur sekitar 23C. Siput lumpur ini
juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum
diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar.
( Pyron, Mark, 2009 )
3. Yuyu
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Gecarcinucidae
Genus
: Parathelphusa
Spesies
: Parathelphusa convexa
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=440703
Kepiting sawah atau biasa juga disebut yuyu, hewan ini kerap didapati di sungaisungai, danau, dan persawahan. Kepiting sawah ini merupakan jenis kepiting yang
bercangkang lembut, biasanya kepiting ini juga dipakai sebagai umpan untuk memancing
ikan gabus. Selain itu, yuyu juga bisa didapatkan dipinggiran kali kecil, perbatasan air dan
tanah, yang tanahnya basah dan banyak airnya.
http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/umpan-hidup-untuk-wild-fishing/
Faktor lingkungan yang mendukung untuk kepiting sawah ini ialah dari pH,
oksigen terlarut, salinitas, temperatur, dan lain-lain. Kepiting sawah dapat hidup pada pH
7,5 dan oksigen terlarut dari kepiting ini 9,33 mg/l. Sedangkan salinitas bagi kepiting ini
cukup kecil, yaitu 1,33 ppt dan suhu yang optimal untuk kepiting ini 28,7C. Alkalinitas
yang sesuai atau yang optimum adalah 162 mg/l.
http://www.slideshare.net/putranana/laporan-monitoring-residu-20008
4. Cacing
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Annelida
Kelas
: Clitellata
Ordo
: Haplotaxida
Famili
: Lumbricina
Genus
: Lumbricidae
Spesies
: Lumbricidae sp.
http://www.gbif.org/species/110601560
Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing
tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan
mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16C untuk menetas.
Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen
terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH
yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup
pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31C. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai
dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat
yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan
parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Neotaenioglossa
Famili
: Hydrobiidae
Genus
: Eremopyrgus
Spesies
: Eremopyrgus eganensis
http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Eremopyrgus+eganensis
Deskripsi
: Hewan ini memiliki bentuk tubuh seperti terompet kecil, dengan
bagian ujungnya agak runcing dan warna dari cangkangnya sedikit pudar.
Habitat
Hewan ini menyukai perairan yang bersih, faktor lingkungan yang sesuai
untuk kehidupan hewan ini adalah suhu sebesar 28C. Dan salinitas yang optimal untuk
hewan ini yaitu kurang dari 26,4%. Hewan ini biasanya ditemukan di danau, sungai,
estuari, kolam, dan juga danau di pinggir laut. Selain itu hewan ini juga ditemukan di
bawah ataupun dasar pasir yang berlumpur. Gastropoda ini juga dapat hidup walaupun di
tempat yang keruh bahkan hewan ini bisa hidup dalam kondisi yang tidak memungkinkan,
seperti hidup di saluran pembuangan dan pada sistem pencernaan beberapa spesies ikan.
http://el.erdc.usace.army.mil/ansrp/AN
SIS/html/potamopyrgus_antipodarum_
new_zealand_mud_snail.htm
2. Stenomelania rufescens
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Caenogastropoda
Famili
: Thiaridae
Genus
: Stenomelania
Spesies
: Stenomelania rufescens
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=835428
Nama Daerah : -
Deskripsi
: Keong ini memiliki ukuran yang kecil, dan warna dari
cangkangnya kehitam hitaman
Habitat
Gastropoda ini menyukai tempat tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga
sungai sungai besar. Namun selain di daerah daerah tersebut, hewan ini juga menyukai
tempat seperti rawa rawa dan kawasan mangrove.
http://eol.org/pages/4874408/data
Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara
lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah
satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini
adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur
yang mendukung sebesar 16C. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan
anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Portunidae
Genus
: Scylla
Spesies
: Scylla sp.
http://www.sms.si.edu/irlspec/Scylla_serrata.htm
2. Kerang totok
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Veneroidea
Famili
: Cordiculidae
Genus
: Polymesoda
Spesies
: Polymesoda sp.
http://eol.org/pages/4757172/names
Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah
di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur.
Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga
32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda.
Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan
bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk
kerang totok adalah 28C sampai dengan 29C. Kerang ini hidup di daerah substrat
berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan
16,4 %.
( Suryono dan Irwani, 2006 ).
3. Neritina natalensis
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Cycloneritimorpha
Famili
: Neritidae
Genus
: Neritina
Spesies
: Neritina natalensis
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206842
Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di
pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur
dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di
daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat.
Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang
jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna
cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang
berada pada daerah tersebut.
http://www.sms.si.edu/irlspec/Neriti_virgin.htm
4. Telescopium telescopium
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Caenogastropoda
Famili
: Potamididae
Genus
: Telespocium
Spesies
: Telescopium telespocium
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=215140
Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan
mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat
dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak
memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.
Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor
lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32C. Sedangkan
salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong
bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25
mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).
5. Nerita chlorostoma
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Cycloneritimorpha
Famili
: Neritidae
Genus
: Clithon
Spesies
: Clithon chlorostoma
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=737544
6. Sumpil
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Caenogastropoda
Famili
: Pachychilidae
Genus
: Faunus
Spesies
: Faunus ater
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=581169
Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo Pasifik Barat, hewan ini umumnya
ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang
dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat
berpasir dan bebatuan.
http://www.iucnredlist.org/details/175104/0
Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung
kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28C. Sedangkan faktor lainnya
adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH
yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen
terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.
( Saenab, Sitti, 2013 )
7. Haliotis rufescens
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Archaeogastropoda
Famili
: Haliotididae
Genus
: Haliotis
Spesies
: Haliotis rufescens
http://www.anakpintar.web.id/2012/03/abalon.html
Hewan ini mendiami daerah berbatu dengan rumput laut, hewan ini jarang berada
di zona intertidal rendah. Pada suhu yang optimum, abalon dapat berkembang biak yaitu
pada suhu 14-16C.
http://www.eeb.ucsc.edu/pacificrockyintertidal/target/target-species-haliotis-rufescens.html
Temperatur perairan yang sesuai untuk hewan ini adalah kisaran 21-31C. Selain itu
ada faktor lingkungan yang lain, yaitu salinitas dan pH. Red abalone ini memiliki salinitas
rata-rata antara 27 32 %. Sedangkan pH yang sesuai untuk hewan ini adalah 7-8. Oksigen
terlarut yang mendukung bagi kehidupan hewan ini adalah sebesar 5,1 8,51 mg/l.
( Jurnal Perikanan Kelautan Vol. 4, 2013 )
8. Chrysallida excavata
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Heterostropha
Famili
: Pyramidellidae
Genus
: Chrysallida
Spesies
: Chrysallida excavata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=140909
Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau
memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor
lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen
terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17C dengan
kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar
5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari
gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.
http://eol.org/pages/4812424/details#habitat
9. Coenobita violascens
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Coenobitidae
Genus
: Coenobita
Spesies
: Coenobita violascens
http://www.gbif.org/species/5716745
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Caenogastropoda
Famili
: Potamididae
Genus
: Cerithidea
Spesies
: Cerithidea quadrata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=456559
Hewan ini banyak melimpah di lingkungan air payau dan juga lumpur. Biasanya
hewan ini terlihat pada daerah muara dan rawa rawa bakau dekat pasang tinggi, spesies
ini dapat hidup pada kedalaman 0 2 m. Hewan ini biasanya ditemukan di dalam lumpur
dan berada di dasar. Spesies ini sangat bergantung pada kehadiran vegetasi, oleh karena itu,
diperlukan pemeliharaan rawa rawa untuk keberlangsungan hidupnya.
http://www.iucnredlist.org/details/189357/0
Faktor lingkungan yang dapat membantu kehidupan bagi gastropoda ini ada
temperatur atau suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan juga pH. Temperatur atau suhu yang
optimal berkisar antara 25 53 C, oksigen terlarut yang sesuai 3,2 3,3 ppm ( Fikri,
Nurul 2014 ).
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Littorinimorpha
Famili
: Naticidae
Genus
: Natica
Spesies
: Natica unifasciata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=575231
Nama Daerah : Moon Snail
Deskripsi
: Siput ini memiliki bentuk tubuh seperti bulan dan juga warna
cangkang dari hewan ini sedikit belang.
Habitat
Moon snail didistribusikan secara luas di dunia, dan biasanya ditemukan di daerah
yang tropis. Meskipun begitu, siput ini juga banyak terdapat di daerah kutub utara dan
perairan Amerika. Moon snail hidup di substrat berpasir, diberbagai kedalaman tergantung
pada spesiesnya. Siput ini biasanya sebagai predator dan memakan bivalvia.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi dari kehidupan Moon Snail atau Natica
unifasciata ada temperatur, salinitas, pH, dan lain-lain. Moon snail menyukai temperatur
yang optimum sekitar 19-24C dan juga salinitas berkisar antara 19-37 ppt. Selain itu,
moon snail menyukai perairan dengan pH 6,2 sampai dengan 9,2.
http://mollus.oxfordjournals.org/content/early/2013/07/15/mollus.eyt023.full
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
Ordo
: Eulamellibranchiata
Famili
: Unionidae
Genus
: Pilsbryoconcha
Spesies
: Pilsbryoconcha exilis
Deskripsi
:
Kulitnya
berwarna kuning ada
juga
bagian
yang
berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.
Habitat
Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan
pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar
tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.
https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar
Suhu yang optimal adalah 11-29C dan untuk kandungan oksigen terlarutnya adalah
kurang lebih 15 mg/l, serta dengan pH antara 4,8-9,8.
https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Spesies
: Penaeus merguiensis
http://marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=210377
Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia.
Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang
ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan
dirinya di dasar perairan.
https://id.scribd.com/doc/13294838/Dinamika-Populasi-udang-putih-Penaeus-merguiensisudang-krosok-Penaeus-semisulcatus-di-JATIM
Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27C, sedangkan faktor
lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi
udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).
LAMPIRAN
`
LAMPIRAN 1
Kijing atau Pilsbryoconcha exilis tergolong dalam moluska yang hidup di
dasar perairan dan makan dengan cara menyaring makanan yang ada di dalam air
atau filter feeder. Hewan ini berbentuk simetri bilateral yang terdiri dari dua cangkang.
Kijing memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan asam lemak tak jenuh yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kijing dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang biasa
dijadikan kerupuk oleh masyarakat, namun produksi kijing belum banyak dimanfaatkan
masyarakat walaupun kijing memiliki potensial yang besar sebagai bahan pangan yang
bergizi tinggi. Penentuan karakteristik kijing ditujukan supaya kita mengetahui ukuran,
rendemen, komposisi kimia dan kemunduran mutu yang bermanfaat dalam menentukan
besar kecilnya nilai gizi yang dikandung kijing untuk dijadikan bahan pangan. Dalam
praktikum ini menunjukkan nilai-nilai yang terkandung dalam kijing antara lain, yaitu
ukuran dan berat kijing, rendemen kijing,komposisi kimia kijing dan kemunduran mutu
kijing. Berat total rata-rata kijing sebesar 27.5 gr, panjang total rata-rata kijing sebesar
92.46 mm, tinggi total rata-rata kijing sebesar 16.86 mmdan lebar total rata-rata kijing
sebesar 41.54 mm. Rendemen atau bagian tubuh yang dimanfaatkan pada kijing didapat
yang terbesar pada cangkang yaitu 54.12%, sedangkan pada daging dan jeroan masingmasing sebesar 20.19% dan 25.69%. Kandungan proksimat padakijing berupa kadar air
yang didapat dari hasil pengamatan yaitu sebesar 8208%, kadar abu didapat sebesar 2,74%,
protein didapat sebesar 8,20%, lemak sebesar 1,44% dan kandungankarbohidrat didapat
sebesar 5,54%. Pada tahapan yang terakhir diketahui nilai kemunduranmutu yang diamati
setiap hari selama satu minggu. Diperoleh hasil bahwa kijing kecil tanpa jeroan lebih cepat
mengalami kemunduran mutu daripada kijing kecil utuh dan kijing besar utuhlebih cepat
mengalami kemunduran mutu daripada kijing besar tanpa jeroan.
https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar
Suhu
Suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, biologi badan air dan jugakehidupan biota
yang ada di dalamnya. Peningkatan suhu mengakibatkanviskositas, reaksi kimia,
evaporasi, dan volatilisasi juga meningkat, tetapimenurunkan kelarutan gas dalam air.
Dekomposisi bahan organik dalam perairanoleh mikroba juga meningkat dengan
meningkatnya suhu. Peningkatan suhu perairan sebesar 10C meningkatkan konsumsi
oksigen oleh organisme akuatiksekitar 2-3 kali.
Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanamandan hewan dalam
air. Kehidupan makhluk hidup dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen minimum yang dibutuhkan untuk kehidupannya.
Oksigen di perairan bersumber dari difusi udaradan hasil dari proses fotosintesis oleh
organisme nabati, seperti fitoplankton dantumbuhan air di zona eufotik (Effendi 2003).
https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse
LAMPIRAN 2
Capung merupakan jenis serangga yang hidup dekat air, tempat mereka bertelur
dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh
dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur.Telurnya diletakkan pada
tetumbuhanyang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang
menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya diair yang agak
deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya
di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir
antara 1- 3 cm.Capung merupakan seranggayang menarik, memiliki 4 sayap yang
berselaput dan banyak sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar
pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan
kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi
memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik.
http://www.academia.edu/4976064/Jurnal-Capung
LAMPIRAN 3
Apple snails inhabit a wide range of ecosystems from swamps, ditches and ponds to
lakes and rivers. Not every species has similar preferences. However, most apple snails
prefer lentic waters above turbulent water (rivers).Click here to see a photograph of the
natural habitat of Pomacea canaliculata (province of Buenos Aires, Argentina).
The lung/gills combination reflects an adaptation to oxygen poor water conditions often
present in swamps and shallow water. Oxigen is reduced by to decay of organic materials
like dead vegetation and high temperatures. Their lung prove very useful to survive in
these
harsh
conditions.
The shell door (operculum) / lung combination increases the ability to survive periods of
drought not uncommon in swamps and small ponds in dry seasons. The snails bury
themselves into the substrate decrease their metabolism and enter a period of aestivation.
Some genera like Felipponea and Asolene in South America and somePila species in Asia
have thick and heavy shells as adaptation to streaming habitats.
One thing all apple snail have in common: the need (sub-)tropical temperatures (also see
the map at the species section). No Ampullarriidae species survives in area's were the
temperature
drops
below
10C
in
the
winter
months.
Respiration isn't the only function of the lung, it also enables the snails to adjust the
buoyancy level (floating level). Without a filled lung, the gracious movements of the snails
under water would be impossible. The weight of the shell would let them sink to the
bottem like a stone. When the oxygen tension of the water drops and the snails are forced
to use aerial respiration, apple snails often start to float to remain at the surface.
http://applesnail.net/content/ecology.php#habitat
LAMPIRAN 4
Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang
disukai oleh hewan ini adalah 7,8 8,0. Serta temperatur sekitar 23C. Siput lumpur ini
juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum
diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar. ( Pyron, Mark, 2009 ).
Habitat Type: Freshwater
Non-Migrant: N
Locally Migrant: N
Long Distance Migrant: N
Riverine Habitat(s): BIG RIVER
Lacustrine Habitat(s): Deep water
Habitat Comments: This is a deep water species found only in large lakes and large rivers
(Clarke, 1981); as such it is often collected as beach drift (Berry, 1943).
http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Birgella+subglobosus+
LAMPIRAN 5
Kepiting sawah atau anakan yuyu merupakan sejenis kepiting bercangkang lembut,
embes bulu. Biasa dipakai sebagai umpan untuk mancing ikan gabus. Yuyu biasanya
terdapat di pinggiran kali kecil, perbatasan antara air dan tanah, yang tanahnya basah dan
banyak airnya (biasanya dia bikin lubang di situ).
http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/umpan-hidup-untuk-wild-fishing/
LAMPIRAN 6
Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing
tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan
mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16C untuk menetas.
Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen
terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH
yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup
pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31C. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai
dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat
yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan
parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik
LAMPIRAN 7
New Zealand mud snails are live bearers (they release embryos and not eggs), and
therefore, the presence of newly released young may indicate a possible
population (Fig. 6) (other genera that include live-bearing snails in the western
United States are Tryonia, Eremopyrgus, andMelanoides)
Habitat Characteristics
Preferred Environment
Lakes, ponds, streams, rivers, lagoons, estuaries, canals, ditches, water tanks, and
reservoirs
Temperature
Salinity
Populations in saline conditions produce fewer offspring, grow more slowly, and
undergo longer gestation periods
Water Quality
Able to tolerate turbidity, clear water, and degraded conditions (including sewage
and may pass through the digestive tracts of many fish species).
http://el.erdc.usace.army.mil/ansrp/ANSIS/html/potamopyrgus_antipodarum_new
_zealand_mud_snail.htm
LAMPIRAN 8
Gastropoda ini menyukai tempat tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga
sungai sungai besar. Namun selain di daerah daerah tersebut, hewan ini juga menyukai
tempat seperti rawa rawa dan kawasan mangrove.
http://eol.org/pages/4874408/data
Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara
lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah
satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini
adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur
yang mendukung sebesar 16C. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan
anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).
LAMPIRAN 9
Kadar karbohidrat yang tinggi dalam pakan dapat merangsang proses hidrolisis
enzimatik karbohidrat berlangsung maksimal pada saluran pencernaan. Glukosa yang telah
masuk kedalam sel akan segera dimetabolisme untuk mencukupi kebutuhan energi
sehingga menghindari penggunaan sejumlah asam amino sebagai sumber energi metabolik.
Keadaan inipada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan deposisi materi
pertumbuhan sepertiprotein dan lemak. Melakukan analisis aktivitas glikolisis dan
glukoneogenesis
secara tidak
langsung dengan
mengukur
aktivitas enzim
hati
kadar karbohidrat
dibandingkan
protein
pakan
dan
aktivitas
glukoneogenesis dapat dikurangi mulai dari 20 sampai 30% untuk setiap peningkatan
kadar karbohidrat dibanding protein pakan. Produk hidrolisis karbohidrat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh dan kebutuhan energi, setelah terpenuhi akan
merangsang terjadinya proses glikogenesis dan lipogenesis (Stryer, 2000). Glikogenesis
adalah perubahan
hepatopankreas
bentuk glukosa
dan
otot.
menjadi glikogenseperti
Peningkatan
aktivitas
yang
terjadi
glikogenesis
dalam
inilahyang
menyebabkan meningkatnya kadar glikogen hepatopankreas dan otot pada kepiting bakau
yang diberi
pakan
dengan
kadar karbohidrat
yang
ditambak
berkisar
antara
15-30
ppt,
sedangkan
suhu
optimum untuk pertumbuhan adalah 26-32oC. Hasil penelitian Karim (2008a) dan salinitas
optimum
untuk
pertumbuhan
kepiting
adalah
25oC.
http://www.academia.edu/3020064/RESPON_MOLTING_PERTUMBUHAN_DAN_KO
MPOSISI_KIMIA_TUBUH_KEPITING_BAKAU_PADA_BERBAGAI_KADAR_KAR
BOHIDRAT-LEMAK_PAKAN_BUATAN_
LAMPIRAN 10
Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah
di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur.
Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga
32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda.
Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan
bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk
kerang totok adalah 28C sampai dengan 29C. Kerang ini hidup di daerah substrat
berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan
16,4 %.
( Suryono dan Irwani, 2006 ).
LAMPIRAN 11
Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di
pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur
dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di
daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat.
Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang
jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna
cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang
berada pada daerah tersebut.
http://www.sms.si.edu/irlspec/Neriti_virgin.htm
LAMPIRAN 12
Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan
mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat
dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak
memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.
Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor
lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32C. Sedangkan
salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong
bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25
mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).
LAMPIRAN 13
Range Description:
This species is widespread across the Pacific (Cowie 1998). It has been found on the islands of
Pentecost and Efate, Vanuatu and the Nagura Estuary, Ishigaki Island of the Ryukyu Islands
and the on Amami-oshima Island in the Nansei-shoto Islands of Japan (Haynes 2000, Kano et
al. 2003, Ohgaki and Kosuge 2005). It has also been recorded on the Makatea Atoll and Tahiti,
part of French Polynesia, Samoa and Taiwan Province of China (Montaggioni, 1987, Haynes
1988, Lee and Chao 2003). Recently it has been noted in Khao Bae Na and Laem Yong Lam,
Thailand (Nakaoka et al. 2002).
Habitat and
Ecology:
This species inhabits rivers and is also found in an intertidal zone where
streams meet the beach, as well as reef flats (Montaggioni 1987, Haynes
2000, Kano et al. 2003).
Systems:
Freshwater; Marine
http://www.iucnredlist.org/details/189453/0
LAMPIRAN 14
Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo Pasifik Barat, hewan ini umumnya
ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang
dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat
berpasir dan bebatuan.
http://www.iucnredlist.org/details/175104/0
Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung
kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28C. Sedangkan faktor lainnya
adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH
yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen
terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.
( Saenab, Sitti, 2013 )
LAMPIRAN 15
Description
Shell exterior is brick red to pink and commonly overgrown with epiphytes reaching a
maximum of 30 cm. There are usually 3-4 oval, open respiratory pores which are
externally raised above the shells surface. The shell interior is iridescent with a large, oval
muscle scar. (Morris et al. 1980). The mantle and tentacles are black and the underside of
the foot is yellowish.
Habitat and Geographic Range
Red abalone inhabit rocky areas with kelp. They are uncommon in the low intertidal zone
and more abundant subtidally to around 40 m depth (up to 180 m). Their current range is
from Oregon to Baja (California Fish and Game Commission 2005).
Similar species
Haliotis cracherodii, (black abalone), is the primary species encountered in the intertidal,
and has a smooth dark shell with 5-9 round, flat shell holes. Pink (H. corrugata) and green
(H. fulgens) abalone occasionally occur in the intertidal. Pinks are dull green to reddish
brown, highly corrugated, with 2-4 large, elevated holes, and the edge of the shell is
usually quite scalloped. Greens are olive green to reddish brown, with numerous, broad,
flat-topped ribs, and 5-7 small, circular, slightly elevated holes.
http://www.eeb.ucsc.edu/pacificrockyintertidal/target/target-species-haliotis-rufescens.html
LAMPIRAN 16
Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau
memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor
lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen
terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17C dengan
kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar
5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari
gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.
http://eol.org/pages/4812424/details#habitat
LAMPIRAN 17
Distribution: West coast of America from Mexico (Lower California) to Chile.
Only species definitely known from American West Coast, and restricted to this coast.
Records from the Indo-West Pacific are misidentifications
Habitat: Up to 1 km inland, mostly within 100 m of shore; sandy beaches, moist, heavily
vegetated.
Ecology: Mostly nocturnal, terrestrial
Ontogeny from egg release to final form: compressus passes through four or five laval
stages, maximum time 31 days. Megalopa stage lasts 27-32 days. [4]
Characteristics: Juvenile compressus are often green or blue and the big pincer is tan. Legs
often have dark stripes and the tips will begin to turn tan. As compressus grows its color
becomes rich oranges and browns. The big pincer has noticeable stitch marks. They eyes
are elongated. Unlike rugosus, there is no black marking on the eye stalk. The eyes are
sometimes reddish in color like clypeatus. Behind the antenna on the carapace there is a
black diagonal marking.
Behavior:
Compressus are notorious for being very picky about shells as they like a D shaped
opening. This is the smallest of the species and does not grow much bigger than a ping
pong ball. Compressus is fast no matter which direction they are running and is capable of
chirping and seem to do so more readily than other species. Several hermit crab owners
have noted this species has a specific molting difficulty which causes them to become
trapped in their exo, unable to fully shed and therefore dying.
Ovigerous females often hide during the day, only becoming active at night. Small sized
compressus are much more sensitive to desiccation than larger animals and great
aggregations can be found under ledges and in caves where there is slightly more moisture.
http://coenobitaspecies.com/coenobita-compressus/
LAMPIRAN 18
This species is common on the Gulf Coast (Rothschild 2004), although at other
sites it has been recorded in only low densities (e.g., Minello 2000). In the San Andres, La
Mancha, Carmen Machona and Tampamachoco lagoons in Mexico this species is among
the most abundant molluscs (Contreras and Castaeda 2004). This species lives at depths
of 0 to 2 m on intertidal salt flats, marshes, and mangroves (Rosenberg 2009). It is usually
found in mud at the bases of Salicornia (and less oftenSpartina and Juncus) stalks where it
grazes on filamentous algae, rarely climbing vegetation (Martin 2003, Rothschild 2004). In
Texas, this species is parasitized by several species of trematode worms (Rothschild 2004).
It is tolerant to variations in salinity (Longoria et al. 2009), and can withstand long periods
of tidal submersion (Martin 2003). Freshwater; Marine.
http://www.iucnredlist.org/details/189357/0
LAMPIRAN 19
Predatory naticid gastropods typically attack other infaunal molluscs by drilling
holes that record their activities in the shells of their prey. Other modes of naticid
predation, which need not leave complete boreholes, have been noted in the literature and
may complicate interpretation of the record of naticid predation in fossil and modern
assemblages. Smothering is an alternative form of predation that has never been defined
clearly with respect to naticid gastropods. Feeding occurs in the absence of a completed
drillhole; in most cases suffocation is implied, but reported deaths may be linked to an
array of mechanisms (e.g. direct feeding, anaesthetizing mucus). We examine the
pervasiveness of alternative modes of predation employed by naticids reported in the
literature and offer recommendations regarding the terminology used in referring to such
mechanisms. Because it is unclear if predatory behaviours such as suffocation are common
in natural settings or are mostly artefacts of laboratory conditions such as insufficient
substrate, we examined experimentally the influence of different sediment depths on
drilling vs suffocation of Mercenaria mercenaria prey by Neverita duplicata. More than
99% (n = 404) of the clams recorded as consumed in our experiments were drilled,
regardless of sediment depth, with <1% (n = 3) noted as cases of potential suffocation. Our
results indicate that shallower sediment depths do not affect drilling in this species.
Analysis of previous studies indicates that prey health and other laboratory effects are
likely responsible for many instances of suffocation reported in the literature. Thus
concerns regarding use of drillholes as an indicator of predation by naticids in modern and
fossil deposits should be alleviated. Future work on other alternative modes of predation by
naticids, in both laboratory and field experiments, should focus on validating reported
occurrences of such predation and identifying different mechanisms that may be involved.
http://mollus.oxfordjournals.org/content/early/2013/07/15/mollus.eyt023.full
LAMPIRAN 20
Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia.
Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang
ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan
dirinya di dasar perairan.
https://id.scribd.com/doc/13294838/Dinamika-Populasi-udang-putih-Penaeus-merguiensisudang-krosok-Penaeus-semisulcatus-di-JATIM
Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27C, sedangkan faktor
lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi
udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).