You are on page 1of 77

Invertebrate Akuatik di Banyumas dan Pantai Sodong Cilacap

Oleh :
Linda Elina Oktavia

H1H014009

Afief Achyad Kurniadi

H1H014011

Anggraini Dwi Nilamsari

H1H014015

Muhammad Hanif S.

H1H014016

Astri Nurhayati

H1H014017

Muhamad Imam Rifai

H1H014023

Ike Yuliana Farida

H1H014027

Anandiyani Pangestika

H1H014029

Dimas Tri Utomo

H1H014031

Handhita Artya P.

H1H014039

Muhammad Zamzam F. N.

H1H014042

Desita Rahmah Putri

H1H014045

Satrio Haryu Wibowo

H1H014046

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS TERSTRUKTUR
AVERTEBRATA AKUATIK TAHUN 2015
Oleh :
Kelompok 1
Linda Elina Oktavia

H1H014009

Afief Achyad Kurniadi

H1H014011

Anggraini Dwi Nilamsari

H1H014015

Muhammad Hanif S.

H1H014016

Astri Nurhayati

H1H014017

Muhamad Imam Rifai

H1H014023

Ike Yuliana Farida

H1H014027

Anandiyani Pangestika

H1H014029

Dimas Tri Utomo

H1H014031

Handhita Artya P.

H1H014039

Muhammad Zamzam F. N.

H1H014042

Desita Rahmah Putri

H1H014045

Satrio Haryu Wibowo

H1H014046

Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas terstruktur mata kuliah Avertebrata Akuatik
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disetujui
Tanggal, 06 Juni 2015

Dosen Pengampu,

Asisten,

Drs. Setijanto, MSc. St.

Dara Astri Nurazizah

NIP. 195507191987031001

NIM. H1H013024

BAB I
SINOPSIS

I.

SINOPSIS

Pengambilan biota avertebrata dilakukan di daerah Banyumas dan pantai Sodong,


Cilacap. Kolam dan sawah di daerah Kampus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Jenderal Soedirman dengan titik koordinat Latitude 7.41049 S dan Longitude
109.25085 E. Sungai Banjarin dengan titik koordinat Latitude 7.45737 S dan Longitude
109.2176 E. Habitat mangrove Cilacap dengan titik koordinat Latitude 7.66861 dan S
Longitude 109.17394 E. Rawa Pasang Surut Desa Sodong Cilacap dengan koordinat
Latitude 7.0403 S dan Longitude 109.074604 E dan di Pantai Sodong Cilacap denngan
titik koordinat Latitude 7.3928 S dan Longitude 109.06052. Pengambilan sampel ini
dilakukan sebanyak satu kali pemberangkatan. Biota ini diambil secara langsung
menggunakan tangan atau hand sorting, jala surber, eckman grab, dan plankton net. Tempat
dan biota yang didapat langsung difoto menggunakan camera digital, setelah itu
dimasukkan ke dalam wadah dan diberi formalin. Biota diawetkan agar tidak bau dan
mudah untuk diidentifikasi. Biota yang diperoleh sebanyak 21 spesies yaitu,
Pilsbryoconcha exilis dari famili Unionidae, Orthetrum sabina dari famili Libellulidae,
Pomacea flagellata dari famili Ampullariidae, Birgella subglubosa dari famili
Hydrobiidae, Parathelpusa convexa dari famili Gecarcinucidae, Lumbricidae sp

dari

famili Lumbricina, Eremopyrgus eganensis dari famili Hydrobiidae, Stenomelania


rufescens dari Thiaridae, Scylla sp. dari famili Portunidae, Polymesoda sp dari famili
Cordiculidae, Neritina natalensis dari famili Neritidae, Telescopium telespocium dari
famili Potamididae, Clithon chlorostoma dari famili Neritidae, Faunus ater dari famili
Pachychilidae, Haliotis rufescens dari famili Haliotididae, Chrysallida excavata dari famili
Pyramidellidae, Coenobita violascens dari famili Coenobitidae, Cerithidea quadrata dari
famili Potamididae, Natica unifasciata dari famili Naticidae, Penaeus merguiensis dari
famili Penaeidae, dan Cyclops sp. dari famili Cyclopidae.
Kondisi geologi daerah Banyumas Struktur geologi dikontrol oleh tenaga endogen /
tektonik dari dalam bumi. Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian
berupa, Struktur Lipatan. Struktur lipatan pada umumnya berkembang pada batuan
berumur Tersier (Formasi Tapak,Formasi Kumbang,Formasi Halang dan Formasi Pemali)
membentuk perbukitan dengan relief rendah dan terjal. Struktur sesar, struktur sesar ini
juga banyak dijumpai pada batuan berumur Tersier, dimana struktur sesar trsebut akan
membentuk gawir yang sangat curam.

Kondisi Geologi dari Cilacap adalah Secara umum kondisi topografi Kabupaten
Cilacap bila dilihat dari arah barat laut merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian
lebih dari 100 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan puncak tertinggi berada di G.
Subang (1.210 meter dpl) yang berada di Kecamatan Dayeuhluhur. Selanjutnya ke arah
tenggara terbagi menjadi dua kawasan bentang alam, di bagian utara berupa pegunungan
dan di bagian selatan berupa dataran miring landai ke arah baratdaya Selatan, berelevasi
kurang dari 100 meter dpl dan berbatasan dengan Pantai Segara Anakan. Bagian paling
timur berupa dataran dan di bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Pulau Nusakambangan memanjang dengan jarak kurang lebih 30 km dari barat ke timur,
membatasi Segara Anakan dan Samudera Hindia, pulau tersebut memiliki bentang alam
pegunungan namun tidak begitu tinggi (kurang dari 100 meter dpl). Kabupaten Cilacap
mempunyai topografi yang beragam namun kondisi topografi rata-rata merupakan dataran
rendah. Kondisi ini juga didukung oleh letak Kabupaten Cilacap yang berada pada daerah
pesisir yang merupakan daerah pantai.

Table of Specimens
No
1.
2.
3.
4.
5.

Family
Ampullariidae
Coenobitidae
Cordiculidae
Gecarcinucidae
Haliotididae

6.

Hydrobiidae

7.
8.
9.

Libellulidae
Lumbricina
Naticidae

10.

Neritidae

11.
12.
13.
14.

Pachychilidae
Penaeidae
Portunidae

15.
16.
17.

Pyramidellidae
Thiaridae
Unionidae

Potamididae

Spesies
1. Pomacea flagellata
2. Coenobita violascens
3. Polymesoda sp.
4. Parathelpusa convexa
5. Haliotis rufescens
6. Birgella subglubosa
7. Eremopyrgus eganensis
8. Orthetrum sabina
9. Lumbricidae sp.
10.Natica unifasciata
11. Neritina natalensis
12. Clithon chlorostoma
13. Faunus ater
14.Penaeus merguiensis
15. Scylla sp
16. Telescopium telespocium
17. Cerithidea quadrata
18. Chrysallida excavata
19. Stenomelania rufescens
20. Pilsbryoconcha exilis

BAB II
Peta Lokasi

Sawah dan
Kolam Kampus
FPIK UNSOED

Sungai

Gambar 1. Peta wilayah Kabupaten Banyumas

Mangrove

Rawa Pasang Surut


dan Pantai Sodong

Gambar 2. Peta wilayah Kabupaten Cilacap

BAB 3
BIODIVERSITAS
MAKRO INVERTEBRATA

III.

BIODIVERSITAS MAKRO INVERTEBRATA

III. I. KOLAM
1. Kerang Kijing

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalvia

Ordo

: Eulamellibranchiata

Famili

: Unionidae

Genus

: Pilsbryoconcha

Spesies

: Pilsbryoconcha exilis
http://www.iucnredlist.org/details/171874/0

Nama Daerah : Kerang Kijing


Deskripsi
:
Kulitnya
berwarna kuning ada
juga
bagian
yang
berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.
Habitat

Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan
pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar
tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.
https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar
Suhu yang optimal adalah 11-29C dan untuk kandungan oksigen terlarutnya adalah
kurang lebih 15 mg/l, serta dengan pH antara 4,8-9,8.
https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse

2. Odonata

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Odonata

Famili

: Libellulidae

Genus

: Orthetrum

Spesies

: Orthetrum Sabina
http://www.iucnredlist.org/details/165470/0

Nama Daerah : Larva capung


Deskripsi
terbang

: Hewan ini memiliki tubuh yang kecil, dan memiliki sayap untuk

Habitat

Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang sesuai untuk kehidupannya, antara lain
adalah temperatur, salinitas, pH, dan kelembaban udara. Temperatur yang sesuai untuk
larva capung ini adalah 28,3-32,1C dan juga salinitas tidak ada. Hewan ini dapat hidup
pada pH yang netral yaitu 7, dan kelembaban udara yang mencapai 42-68%.
www.academia.edu/4976064/jurnal-capung.html

III. II. SAWAH


1. Pomacea Flagellata

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Mesogastropoda

Famili

: Ampullariidae

Genus

: Pomacea

Spesies

: Pomacea flagellata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=741238

Nama Daerah : Apple Snail


Deskripsi
: Siput ini memiliki tubuh yang bulat dan ukuran tubuhnya kecil
seperti kelereng.
Habitat

Siput ini menyukai daerah yang berawa, parit dan kolam, serta sungai dan danau.
Siput ini juga senang berada pada suhu tidak dibawah 10C. Siput ini yang memiliki nama
daerah apple snail atau yang dapat kita artikan dalam bahasa indonesia yaitu siput apel.
Insang mencermikan adaptasi oksigen miskin kondisi air.
http://applesnail.net/content/ecology.php#habitat

2. Birgella subglubosa

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Mesogastropoda

Famili

: Hydrobiidae

Genus

: Birgella

Spesies

: Birgella subglubosa
http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Birgella+subglobosa

Nama Daerah : Siput lumpur


Deskripsi
kerikil

: Siput ini memiliki ukuran yang kecil, dan warnanya menyerupai

Habitat

Birgella subglubosa atau siput lumpur ini hidup di daerah perairan tawar, biasanya
hidup pada sungai-sungai yang besar. Siput ini juga biasanya berada di dasar perairan
ataupun perairan yang cukup dalam.
http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Birgella+subglobosus+
Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang
disukai oleh hewan ini adalah 7,8 8,0. Serta temperatur sekitar 23C. Siput lumpur ini
juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum
diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar.
( Pyron, Mark, 2009 )

3. Yuyu

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Gecarcinucidae

Genus

: Parathelphusa

Spesies

: Parathelphusa convexa
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=440703

Nama Daerah : Yuyu ( kepiting sawah )


Deskripsi
: Kepiting ini memiliki 5 pasang kaki, diantara 5 pasang kaki
tersebut terdapat capit. Ukuran tubuh dari kepiting ini cukup besar kurang lebih dua
kepal tangan.
Habitat

Kepiting sawah atau biasa juga disebut yuyu, hewan ini kerap didapati di sungaisungai, danau, dan persawahan. Kepiting sawah ini merupakan jenis kepiting yang
bercangkang lembut, biasanya kepiting ini juga dipakai sebagai umpan untuk memancing
ikan gabus. Selain itu, yuyu juga bisa didapatkan dipinggiran kali kecil, perbatasan air dan
tanah, yang tanahnya basah dan banyak airnya.
http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/umpan-hidup-untuk-wild-fishing/
Faktor lingkungan yang mendukung untuk kepiting sawah ini ialah dari pH,
oksigen terlarut, salinitas, temperatur, dan lain-lain. Kepiting sawah dapat hidup pada pH
7,5 dan oksigen terlarut dari kepiting ini 9,33 mg/l. Sedangkan salinitas bagi kepiting ini
cukup kecil, yaitu 1,33 ppt dan suhu yang optimal untuk kepiting ini 28,7C. Alkalinitas
yang sesuai atau yang optimum adalah 162 mg/l.
http://www.slideshare.net/putranana/laporan-monitoring-residu-20008

4. Cacing

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Annelida

Kelas

: Clitellata

Ordo

: Haplotaxida

Famili

: Lumbricina

Genus

: Lumbricidae

Spesies

: Lumbricidae sp.
http://www.gbif.org/species/110601560

Nama Daerah : Cacing Tanah


Deskripsi
: Cacing ini memiliki panjang tubuh hampir mencapai 1 meter,
cacing ini memiliki warna merah kemerahan dengan ukuran tubuhnya tidak lebih
dari jari kelingking.
Habitat

Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing
tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan
mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16C untuk menetas.
Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen
terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH
yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup
pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31C. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai
dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat
yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan
parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

III. III. SUNGAI


1. Eremopyrgus

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Neotaenioglossa

Famili

: Hydrobiidae

Genus

: Eremopyrgus

Spesies

: Eremopyrgus eganensis
http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Eremopyrgus+eganensis

Nama Daerah : Steptoe Hydrobe

Deskripsi
: Hewan ini memiliki bentuk tubuh seperti terompet kecil, dengan
bagian ujungnya agak runcing dan warna dari cangkangnya sedikit pudar.
Habitat

Hewan ini menyukai perairan yang bersih, faktor lingkungan yang sesuai
untuk kehidupan hewan ini adalah suhu sebesar 28C. Dan salinitas yang optimal untuk
hewan ini yaitu kurang dari 26,4%. Hewan ini biasanya ditemukan di danau, sungai,
estuari, kolam, dan juga danau di pinggir laut. Selain itu hewan ini juga ditemukan di
bawah ataupun dasar pasir yang berlumpur. Gastropoda ini juga dapat hidup walaupun di
tempat yang keruh bahkan hewan ini bisa hidup dalam kondisi yang tidak memungkinkan,
seperti hidup di saluran pembuangan dan pada sistem pencernaan beberapa spesies ikan.
http://el.erdc.usace.army.mil/ansrp/AN
SIS/html/potamopyrgus_antipodarum_
new_zealand_mud_snail.htm

2. Stenomelania rufescens

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Thiaridae

Genus

: Stenomelania

Spesies

: Stenomelania rufescens
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=835428

Nama Daerah : -

Deskripsi
: Keong ini memiliki ukuran yang kecil, dan warna dari
cangkangnya kehitam hitaman
Habitat

Gastropoda ini menyukai tempat tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga
sungai sungai besar. Namun selain di daerah daerah tersebut, hewan ini juga menyukai
tempat seperti rawa rawa dan kawasan mangrove.
http://eol.org/pages/4874408/data
Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara
lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah
satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini
adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur
yang mendukung sebesar 16C. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan
anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).

III. IV. MANGROVE


1. Kepiting Bakau

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Portunidae

Genus

: Scylla

Spesies

: Scylla sp.
http://www.sms.si.edu/irlspec/Scylla_serrata.htm

Nama Daerah : Kepiting Bakau


Deskripsi
: Kepiting ini memiliki 5 pasang kaki, diantaranya ada kaki renang,
kaki jalan dan capit. Kepiting ini juga memiliki warna yang unik dengan bintik
bintik di kakinya.
Habitat

Kepiting bakau hidup di daerah mangrove, kepiting ini membutuhkan faktor


lingkungan yang sesuai, antara lain harus memiliki suhu, salinitas, DO, pH yang optimal.
Suhu yang optimal untuk hewan ini adalah 24,4-35C. Salinitas sebesar 25-37%, dan juga
oksigen terlarut sebesar 0,96 8,01 ppm. Dan pHnya 7-8.
www.academia.edu/3020064/html.

2. Kerang totok

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalvia

Ordo

: Veneroidea

Famili

: Cordiculidae

Genus

: Polymesoda

Spesies

: Polymesoda sp.
http://eol.org/pages/4757172/names

Nama Daerah : Kerang totok


Deskripsi
: Kerang totok ini memili ukuran tubuh yang cukup besar, dan warna
dari kerang ini kuning cerah. Kerang ini juga merupakan salah satu kerang
konsumsi.
Habitat

Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah
di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur.
Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga
32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda.
Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan
bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk
kerang totok adalah 28C sampai dengan 29C. Kerang ini hidup di daerah substrat
berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan
16,4 %.
( Suryono dan Irwani, 2006 ).

3. Neritina natalensis

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Cycloneritimorpha

Famili

: Neritidae

Genus

: Neritina

Spesies

: Neritina natalensis
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206842

Nama Daerah : Siput Zebra


Deskripsi
: Siput ini memiliki warna yang agak belang belang dan juga
bentuk tubuhnya seperti batu kerikil
Habitat

Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di
pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur
dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di
daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat.
Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang
jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna

cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang
berada pada daerah tersebut.
http://www.sms.si.edu/irlspec/Neriti_virgin.htm

4. Telescopium telescopium

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Potamididae

Genus

: Telespocium

Spesies

: Telescopium telespocium
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=215140

Nama Daerah : Keong bakau


Deskripsi
: Keong bakau ini memiliki ukuran yang besar dan bentuknya
mengerucut seperti piramid.
Habitat

Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan
mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat
dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak
memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.
Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor
lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32C. Sedangkan
salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong

bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25
mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).

5. Nerita chlorostoma

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Cycloneritimorpha

Famili

: Neritidae

Genus

: Clithon

Spesies

: Clithon chlorostoma
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=737544

Nama Daerah : Deskripsi


: Hewan ini memiliki warna kehitaman seperti biji buah salak dan
juga berbentuk bulat kecil seperti kelereng.
Habitat
:
Gastropoda ini menghuni daerah muara yang menuju ke arah laut dan biasanya
spesies ini mendiami sungai, serta ditemukan di zona intertidal dimana aliran memenuhi
pantai, serta rataan terumbu karang. Kerang ini juga hidup pada perairan tawar dan laut.
http://www.iucnredlist.org/details/189453/0
Hewan ini juga hidup di daerah pasang surut sangat tinggi, hal ini disebabkan
karena tempat tersebut merupakan tempat berlindung dan juga tempat untuk mencari
makan bagi hewan ini. Suhu air yang sesuai untuk hewan ini adalah 35C, pHnya sebesar
6. Selain itu ada salinitas yang mendukung kehidupan dari hewan ini, yaitu 33 %.
Sedangkan untuk oksigen terlarutnya sebesar 4,67 ppm.
digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16124-paper.pdf

6. Sumpil

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Pachychilidae

Genus

: Faunus

Spesies

: Faunus ater
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=581169

Nama Daerah : Sumpil


Deskripsi
: Hewan ini biasa disebut dengan sumpil, memiliki warna coklat
agak kehitaman dan juga bentuk tubuhnya seperti silinder dan mengerecut
Habitat

Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo Pasifik Barat, hewan ini umumnya
ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang
dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat
berpasir dan bebatuan.
http://www.iucnredlist.org/details/175104/0
Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung
kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28C. Sedangkan faktor lainnya
adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH
yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen
terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.
( Saenab, Sitti, 2013 )

7. Haliotis rufescens

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Archaeogastropoda

Famili

: Haliotididae

Genus

: Haliotis

Spesies

: Haliotis rufescens
http://www.anakpintar.web.id/2012/03/abalon.html

Nama Daerah : Red abalone


Deskripsi
: Hewan ini menyerupai bebatuan di sekitar pantai dengan warna
yang agak kusam kehijauan.
Habitat

Hewan ini mendiami daerah berbatu dengan rumput laut, hewan ini jarang berada
di zona intertidal rendah. Pada suhu yang optimum, abalon dapat berkembang biak yaitu
pada suhu 14-16C.
http://www.eeb.ucsc.edu/pacificrockyintertidal/target/target-species-haliotis-rufescens.html
Temperatur perairan yang sesuai untuk hewan ini adalah kisaran 21-31C. Selain itu
ada faktor lingkungan yang lain, yaitu salinitas dan pH. Red abalone ini memiliki salinitas
rata-rata antara 27 32 %. Sedangkan pH yang sesuai untuk hewan ini adalah 7-8. Oksigen
terlarut yang mendukung bagi kehidupan hewan ini adalah sebesar 5,1 8,51 mg/l.
( Jurnal Perikanan Kelautan Vol. 4, 2013 )

8. Chrysallida excavata

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Heterostropha

Famili

: Pyramidellidae

Genus

: Chrysallida

Spesies

: Chrysallida excavata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=140909

Nama Daerah : Tomb Shell


Deskripsi
: Hewan ini memiliki bentuk tubuh yang unik dengan mengerucut ke
atas dan juga agak membulat pada setiap cangkangnya, seperti bersegmen.
Habitat

Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau
memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor
lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen
terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17C dengan
kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar
5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari
gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.
http://eol.org/pages/4812424/details#habitat

9. Coenobita violascens

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Coenobitidae

Genus

: Coenobita

Spesies

: Coenobita violascens
http://www.gbif.org/species/5716745

Nama Daerah : Kelomang


Deskripsi
: Kelomang ini memiliki ukuran yang cukup besar, dan memiliki
kaki yang banyak. Cangkang dari kelomang ini memiliki warna yang berbeda
dengan warna batu pada bagian atas dan kuning pada bagian bawah.
Hewan ini terlihat di dekat pantai, dan juga berada pada di batu-batuan serta puingpuing laut. Hewain ini juga memiliki habitat berada pada mangrove dekat dengan sungai.
Hewan ini kadang memiliki kesulitan dalam molting.
http://coenobitaspecies.com/coenobita-compressus/
Kelomang yang hidup pada daerah mangrove ini, menyukai suhu rata rata sebesar
27,56C. Selain itu, ada pH yang mempengaruhi kehidupan kelomang ini yaitu kurang
lebih 6,67. Sedangkan salinitas yang optimum untuk kehidupan hewan ini adalah kurang
lebih 21 % .
https://id.scribd.com/doc/167422988/Kompisisi-Keberadaan-Krustasea-Di-MangroveDelta-Mahakam-Kaltim-Rianta-Pratiwi

10. Cerithidea quadrata

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Caenogastropoda

Famili

: Potamididae

Genus

: Cerithidea

Spesies

: Cerithidea quadrata
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=456559

Nama Daerah : Horn Shell


Deskripsi
: Hewan ini merupakan hewan yang berada pada daerah mangrove,
dan memiliki warna hitam pekat, serta bagian cangkangnya yang seperti terlihat
retak. Cangkangnya juga seperti tanduk.
Habitat

Hewan ini banyak melimpah di lingkungan air payau dan juga lumpur. Biasanya
hewan ini terlihat pada daerah muara dan rawa rawa bakau dekat pasang tinggi, spesies
ini dapat hidup pada kedalaman 0 2 m. Hewan ini biasanya ditemukan di dalam lumpur
dan berada di dasar. Spesies ini sangat bergantung pada kehadiran vegetasi, oleh karena itu,
diperlukan pemeliharaan rawa rawa untuk keberlangsungan hidupnya.
http://www.iucnredlist.org/details/189357/0
Faktor lingkungan yang dapat membantu kehidupan bagi gastropoda ini ada
temperatur atau suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan juga pH. Temperatur atau suhu yang
optimal berkisar antara 25 53 C, oksigen terlarut yang sesuai 3,2 3,3 ppm ( Fikri,
Nurul 2014 ).

11. Natica unifasciata

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Ordo

: Littorinimorpha

Famili

: Naticidae

Genus

: Natica

Spesies

: Natica unifasciata

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=575231
Nama Daerah : Moon Snail
Deskripsi
: Siput ini memiliki bentuk tubuh seperti bulan dan juga warna
cangkang dari hewan ini sedikit belang.
Habitat

Moon snail didistribusikan secara luas di dunia, dan biasanya ditemukan di daerah
yang tropis. Meskipun begitu, siput ini juga banyak terdapat di daerah kutub utara dan
perairan Amerika. Moon snail hidup di substrat berpasir, diberbagai kedalaman tergantung
pada spesiesnya. Siput ini biasanya sebagai predator dan memakan bivalvia.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi dari kehidupan Moon Snail atau Natica
unifasciata ada temperatur, salinitas, pH, dan lain-lain. Moon snail menyukai temperatur
yang optimum sekitar 19-24C dan juga salinitas berkisar antara 19-37 ppt. Selain itu,
moon snail menyukai perairan dengan pH 6,2 sampai dengan 9,2.
http://mollus.oxfordjournals.org/content/early/2013/07/15/mollus.eyt023.full

III. V. RAWA PASANG SURUT


1. Kerang Kijing

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Mollusca

Kelas

: Bivalvia

Ordo

: Eulamellibranchiata

Famili

: Unionidae

Genus

: Pilsbryoconcha

Spesies

: Pilsbryoconcha exilis

Nama Daerah : Kerang Kijing

Deskripsi
:
Kulitnya
berwarna kuning ada
juga
bagian
yang
berwarna biru kehitaman. Kulitnya keras seperti marmer licin tapi tidak berbulu.
Habitat

Kerang Kijing atau kerang air tawar tergolong filter feeder, kerang ini ditemukan
pada perairan yang jernih dan mengalir tetapi tidak begitu deras. Biasanya sebagian besar
tubuhnya masuk kedalam lumpur dengan perairan beroksigen tinggi.
https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar
Suhu yang optimal adalah 11-29C dan untuk kandungan oksigen terlarutnya adalah
kurang lebih 15 mg/l, serta dengan pH antara 4,8-9,8.
https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse

III. VI. PANTAI SODONG


1. Udang Putih

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Penaeidae

Genus

: Penaeus

Spesies

: Penaeus merguiensis
http://marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=210377

Nama Daerah : Udang Putih


Deskripsi
: Udang ini memiliki bagian pada ekornya yang berwarna putih dan
juga ukuran tubuhnya yang sangat kecil.
Habitat

Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia.
Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang
ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan
dirinya di dasar perairan.
https://id.scribd.com/doc/13294838/Dinamika-Populasi-udang-putih-Penaeus-merguiensisudang-krosok-Penaeus-semisulcatus-di-JATIM
Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27C, sedangkan faktor
lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi
udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).

LAMPIRAN
`

LAMPIRAN 1
Kijing atau Pilsbryoconcha exilis tergolong dalam moluska yang hidup di
dasar perairan dan makan dengan cara menyaring makanan yang ada di dalam air
atau filter feeder. Hewan ini berbentuk simetri bilateral yang terdiri dari dua cangkang.
Kijing memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan asam lemak tak jenuh yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kijing dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang biasa
dijadikan kerupuk oleh masyarakat, namun produksi kijing belum banyak dimanfaatkan
masyarakat walaupun kijing memiliki potensial yang besar sebagai bahan pangan yang
bergizi tinggi. Penentuan karakteristik kijing ditujukan supaya kita mengetahui ukuran,
rendemen, komposisi kimia dan kemunduran mutu yang bermanfaat dalam menentukan
besar kecilnya nilai gizi yang dikandung kijing untuk dijadikan bahan pangan. Dalam
praktikum ini menunjukkan nilai-nilai yang terkandung dalam kijing antara lain, yaitu
ukuran dan berat kijing, rendemen kijing,komposisi kimia kijing dan kemunduran mutu
kijing. Berat total rata-rata kijing sebesar 27.5 gr, panjang total rata-rata kijing sebesar
92.46 mm, tinggi total rata-rata kijing sebesar 16.86 mmdan lebar total rata-rata kijing
sebesar 41.54 mm. Rendemen atau bagian tubuh yang dimanfaatkan pada kijing didapat
yang terbesar pada cangkang yaitu 54.12%, sedangkan pada daging dan jeroan masingmasing sebesar 20.19% dan 25.69%. Kandungan proksimat padakijing berupa kadar air
yang didapat dari hasil pengamatan yaitu sebesar 8208%, kadar abu didapat sebesar 2,74%,
protein didapat sebesar 8,20%, lemak sebesar 1,44% dan kandungankarbohidrat didapat
sebesar 5,54%. Pada tahapan yang terakhir diketahui nilai kemunduranmutu yang diamati
setiap hari selama satu minggu. Diperoleh hasil bahwa kijing kecil tanpa jeroan lebih cepat
mengalami kemunduran mutu daripada kijing kecil utuh dan kijing besar utuhlebih cepat
mengalami kemunduran mutu daripada kijing besar tanpa jeroan.
https://id.scribd.com/doc/46192216/Perkembangbiakan-Kerang-Air-Tawar

Suhu
Suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, biologi badan air dan jugakehidupan biota
yang ada di dalamnya. Peningkatan suhu mengakibatkanviskositas, reaksi kimia,
evaporasi, dan volatilisasi juga meningkat, tetapimenurunkan kelarutan gas dalam air.
Dekomposisi bahan organik dalam perairanoleh mikroba juga meningkat dengan
meningkatnya suhu. Peningkatan suhu perairan sebesar 10C meningkatkan konsumsi
oksigen oleh organisme akuatiksekitar 2-3 kali.
Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanamandan hewan dalam
air. Kehidupan makhluk hidup dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen minimum yang dibutuhkan untuk kehidupannya.
Oksigen di perairan bersumber dari difusi udaradan hasil dari proses fotosintesis oleh
organisme nabati, seperti fitoplankton dantumbuhan air di zona eufotik (Effendi 2003).
https://id.scribd.com/doc/212202808/C09rse

LAMPIRAN 2
Capung merupakan jenis serangga yang hidup dekat air, tempat mereka bertelur
dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Kehidupan capung tidak pernah jauh
dari air. Insekta ini berkembang biak dengan bertelur.Telurnya diletakkan pada
tetumbuhanyang berada di air. Ada jenis capung yang senang menaruh telurnya di air yang
menggenang, namun ada pula jenis capung yang senang menaruh telurnya diair yang agak
deras. Setelah terjadi perkawinan, telur hasil perkawinan akan kelihatan keesokan harinya
di permukaan air kolam. Bentuknya seperti telur kodok yang dibaluti lendir panjang lendir
antara 1- 3 cm.Capung merupakan seranggayang menarik, memiliki 4 sayap yang
berselaput dan banyak sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar
pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan
kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi
memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik.
http://www.academia.edu/4976064/Jurnal-Capung

LAMPIRAN 3
Apple snails inhabit a wide range of ecosystems from swamps, ditches and ponds to
lakes and rivers. Not every species has similar preferences. However, most apple snails
prefer lentic waters above turbulent water (rivers).Click here to see a photograph of the
natural habitat of Pomacea canaliculata (province of Buenos Aires, Argentina).
The lung/gills combination reflects an adaptation to oxygen poor water conditions often
present in swamps and shallow water. Oxigen is reduced by to decay of organic materials
like dead vegetation and high temperatures. Their lung prove very useful to survive in
these
harsh
conditions.
The shell door (operculum) / lung combination increases the ability to survive periods of
drought not uncommon in swamps and small ponds in dry seasons. The snails bury
themselves into the substrate decrease their metabolism and enter a period of aestivation.
Some genera like Felipponea and Asolene in South America and somePila species in Asia
have thick and heavy shells as adaptation to streaming habitats.
One thing all apple snail have in common: the need (sub-)tropical temperatures (also see
the map at the species section). No Ampullarriidae species survives in area's were the
temperature
drops
below
10C
in
the
winter
months.
Respiration isn't the only function of the lung, it also enables the snails to adjust the
buoyancy level (floating level). Without a filled lung, the gracious movements of the snails
under water would be impossible. The weight of the shell would let them sink to the
bottem like a stone. When the oxygen tension of the water drops and the snails are forced
to use aerial respiration, apple snails often start to float to remain at the surface.
http://applesnail.net/content/ecology.php#habitat

LAMPIRAN 4
Gastropoda ini atau siput ini menyukai keadaan lingkungan, dimana pH yang
disukai oleh hewan ini adalah 7,8 8,0. Serta temperatur sekitar 23C. Siput lumpur ini
juga hidup dengan oksigen terlarut sebesar 8 mg/l. Salinitas untuk hewan ini belum
diketahui, karena siput ini hidup pada perairan tawar. ( Pyron, Mark, 2009 ).
Habitat Type: Freshwater
Non-Migrant: N
Locally Migrant: N
Long Distance Migrant: N
Riverine Habitat(s): BIG RIVER
Lacustrine Habitat(s): Deep water
Habitat Comments: This is a deep water species found only in large lakes and large rivers
(Clarke, 1981); as such it is often collected as beach drift (Berry, 1943).
http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Birgella+subglobosus+

LAMPIRAN 5
Kepiting sawah atau anakan yuyu merupakan sejenis kepiting bercangkang lembut,
embes bulu. Biasa dipakai sebagai umpan untuk mancing ikan gabus. Yuyu biasanya
terdapat di pinggiran kali kecil, perbatasan antara air dan tanah, yang tanahnya basah dan
banyak airnya (biasanya dia bikin lubang di situ).
http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/umpan-hidup-untuk-wild-fishing/

LAMPIRAN 6
Cacing tanah hidup ditemukan di tempat seperti kebun, tegalan, dan sawah. Cacing
tanah hidup di tempat atau tanah yang terlindung dan sinar matahari, lembap, gembur, dan
mengandung banyak serasah. Suhu ideal dari cacing ini adalah 6-16C untuk menetas.
Salinitas yang optimal bagi kehidupan cacing tanah ini antara 28-33 ppt, lalu oksigen
terlarut atau DO yang sesuai bagi cacing ini berkisar antara 5,9-7,5 mg/l. Selain itu, pH
yang sesuai atau yang optimal untuk cacing ini 7,9 8,1. Cacing tanah ini dapat hidup
pada suhu yang hangat, yaitu antara 29-31C. Kandungan amonianya sebesar 0,002 sampai
dengan 0,006 mg/l. Cacing tanah ini juga memiliki parameter nitrat dan nitrit, untuk nitrat
yang optimal bagi cacing ini adalah 0,005 sampai dengan 0,027 mg/l. Sedangkan
parameter nitrit dari cacing ini adalah 0,001 sampai 0,199 mg/l.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

LAMPIRAN 7

New Zealand mud snails are live bearers (they release embryos and not eggs), and
therefore, the presence of newly released young may indicate a possible
population (Fig. 6) (other genera that include live-bearing snails in the western
United States are Tryonia, Eremopyrgus, andMelanoides)

Habitat Characteristics

Preferred Environment

From eutrophic mud bottoms to rocky bottomed, clear running waters

Lakes, ponds, streams, rivers, lagoons, estuaries, canals, ditches, water tanks, and
reservoirs

Occupies a wide variety of substrates including silt, sand, mud, concrete,


vegetation, cobble, and gravel

Temperature

Capable of tolerating a wide range of temperatures with upper thermal limits of


28C and lower thermal limits near freezing

Salinity

Wide range tolerance from saline and brackish to fresh

Salinity tolerance of <26.4%

Populations in saline conditions produce fewer offspring, grow more slowly, and
undergo longer gestation periods

Water Quality

Able to tolerate turbidity, clear water, and degraded conditions (including sewage
and may pass through the digestive tracts of many fish species).

http://el.erdc.usace.army.mil/ansrp/ANSIS/html/potamopyrgus_antipodarum_new
_zealand_mud_snail.htm

LAMPIRAN 8
Gastropoda ini menyukai tempat tempat seperti pantai, perairan tawar, dan juga
sungai sungai besar. Namun selain di daerah daerah tersebut, hewan ini juga menyukai
tempat seperti rawa rawa dan kawasan mangrove.
http://eol.org/pages/4874408/data

Hewan ini memiliki faktor lingkungan yang mendukung bagi kehidupannya. Antara
lain, pH, oksigen terlarut, temperatur atau suhu, kandungan organik dan anorganik. Salah
satu faktor lingkungannya adalah pH, pH yang sesuai untuk kehidupan gastropoda ini
adalah 8,6. Sedangkan oksigen terlarut yang optimal sebesar 2 mg/l dan juga temperatur
yang mendukung sebesar 16C. Kandungan organiknya kurang lebih 0,69 dan
anorganiknya 0,1 ( Syafaat, 2012 ).

LAMPIRAN 9

Kadar karbohidrat yang tinggi dalam pakan dapat merangsang proses hidrolisis
enzimatik karbohidrat berlangsung maksimal pada saluran pencernaan. Glukosa yang telah
masuk kedalam sel akan segera dimetabolisme untuk mencukupi kebutuhan energi
sehingga menghindari penggunaan sejumlah asam amino sebagai sumber energi metabolik.
Keadaan inipada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan deposisi materi
pertumbuhan sepertiprotein dan lemak. Melakukan analisis aktivitas glikolisis dan
glukoneogenesis

secara tidak

langsung dengan

mengukur

aktivitas enzim

hati

yang berperan,yaitu PK (pyruvate kinase), FBPase (fructose 1.6 bis-phosphatase) dan


G6PDH (glukosa 6-phosphate dehydrogenase). Aktivitas glikolisis meningkat dengan
bertambahnya

kadar karbohidrat

dibandingkan

protein

pakan

dan

aktivitas

glukoneogenesis dapat dikurangi mulai dari 20 sampai 30% untuk setiap peningkatan
kadar karbohidrat dibanding protein pakan. Produk hidrolisis karbohidrat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh dan kebutuhan energi, setelah terpenuhi akan
merangsang terjadinya proses glikogenesis dan lipogenesis (Stryer, 2000). Glikogenesis
adalah perubahan
hepatopankreas

bentuk glukosa
dan

otot.

menjadi glikogenseperti

Peningkatan

aktivitas

yang

terjadi

glikogenesis

dalam

inilahyang

menyebabkan meningkatnya kadar glikogen hepatopankreas dan otot pada kepiting bakau
yang diberi

pakan

dengan

kadar karbohidrat

lebih tinggi. Nilai

yang

didapat menurundengan berkurangnya karbohidrat pakan. Peningkatan komposisi kimia


tubuh, serta kadar glikogen hepatopankreas dan otot dengan meningkatnya karbohidrat
pakan juga ditemukanpada spesies ikan lain., 2005; dan Aslamyah, 2006).Kondisi kualitas
air yang ekstrim dan fluktuatif (Tabel 5), terutama salinitas dan suhupada lokasi percobaan
kurang mendukung pemeliharaan kepiting bakau. Akibatnya,dibandingkan beberapa hasil

penelitian terdahulu, waktu yang dibutuhkan untuk menginduksimolting pada penelitian


ini relatif lebih lama. Menurut Kuntinyo bahwa salinitas optimal untuk budidaya kepiting
bakau

ditambak

berkisar

antara

15-30

ppt,

sedangkan

suhu

optimum untuk pertumbuhan adalah 26-32oC. Hasil penelitian Karim (2008a) dan salinitas
optimum

untuk

pertumbuhan

kepiting

adalah

25oC.

http://www.academia.edu/3020064/RESPON_MOLTING_PERTUMBUHAN_DAN_KO
MPOSISI_KIMIA_TUBUH_KEPITING_BAKAU_PADA_BERBAGAI_KADAR_KAR
BOHIDRAT-LEMAK_PAKAN_BUATAN_
LAMPIRAN 10
Hewan ini senang di tempat-tempat yang berlumpur, hewan ini banyak melimpah
di hutan mangrove, biasanya hewan ini menyembunyikan dirinya dibalik lumpur-lumpur.
Kerang totok banyak hidup di salinitas yang berbeda, yaitu 13 ppt, 15 ppt, 30 ppt, dan juga
32 ppt, dari salinitas yang berbeda tersebut didapatkan pula ukuran yang berbeda-beda.
Kondisi salinitas menunjukkan angka yang berbeda-beda, tetapi temperatur lingkungan
bagi kerang totok ini relatif konstan. Temperatur ataupun suhu air yang sesuai untuk
kerang totok adalah 28C sampai dengan 29C. Kerang ini hidup di daerah substrat
berpasir, dimana bahan organik dari substrat dasar berkisar antara 14,9 % sampai dengan
16,4 %.
( Suryono dan Irwani, 2006 ).

LAMPIRAN 11
Gastropoda ini biasanya ditemukan pada rawa mangrove dan juga danau di
pinggir laut. Hewan ini juga banyak ditemukan di daerah intertidal , termasuk dasar lumpur
dan akar tumbuhan terkait. Neritina menyukai suhu tropis, karena biasanya ia ditemukan di
daerah-daerah tropis. Hal ini menunjukkan bahwa neritina lebih suka air yang hangat.
Neritina berada pada perairan yang payau, namun hewan ini sering berada di sungai yang
jauh dari asalnya. Salinitas berpengaruh terhadap warna cangkang dari hewan ini, warna
cangkangnya terlihat lebih gelap dan kusam dibandingkan gastropoda yang lain yang
berada pada daerah tersebut.
http://www.sms.si.edu/irlspec/Neriti_virgin.htm

LAMPIRAN 12
Keong bakau merupakan salah satu gastrpoda yang hidup di air payau atau hutan
mangrove. Hewan ini juga hidup atau ditemukan pada daerah pertambakan yang dekat
dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1-2 ppt. Hewan ini lebih banyak
memendamkan diri di dalam lumpur yang kaya bahan organik daripada di atas lumpur.
Kebanyakan hewan ini bersifat detritus di daerahnya. Hewan ini juga membutuhkan faktor
lingkungan yang mendukung, untuk suhu yang sesuai adalah kisaran 26-32C. Sedangkan
salinitas yang optimal untuk keong ini adalah 12 28 ppt dan pH yang sesuai untuk keong
bakau ini adalah 8 -8,5. Oksigen terlarut yang optimal bagi keong ini adalah kurang dari 25
mg/l, lalu untuk kadar nitratnya kurang dari 100 mg/l ( Jurnal Akuakultur, 2002 ).

LAMPIRAN 13
Range Description:
This species is widespread across the Pacific (Cowie 1998). It has been found on the islands of
Pentecost and Efate, Vanuatu and the Nagura Estuary, Ishigaki Island of the Ryukyu Islands
and the on Amami-oshima Island in the Nansei-shoto Islands of Japan (Haynes 2000, Kano et
al. 2003, Ohgaki and Kosuge 2005). It has also been recorded on the Makatea Atoll and Tahiti,
part of French Polynesia, Samoa and Taiwan Province of China (Montaggioni, 1987, Haynes
1988, Lee and Chao 2003). Recently it has been noted in Khao Bae Na and Laem Yong Lam,
Thailand (Nakaoka et al. 2002).
Habitat and
Ecology:

This species inhabits rivers and is also found in an intertidal zone where
streams meet the beach, as well as reef flats (Montaggioni 1987, Haynes
2000, Kano et al. 2003).

Systems:

Freshwater; Marine
http://www.iucnredlist.org/details/189453/0

LAMPIRAN 14
Spesies ini secara luas tersebar di daerah Indo Pasifik Barat, hewan ini umumnya
ditemukan di mulut dan hilir sungai air tawar, bahkan berada pada muara sungai yang
dangkal dan kolam air tawar, serta parit. Hewan ini atau Sumpil hidup pada substrat
berpasir dan bebatuan.
http://www.iucnredlist.org/details/175104/0
Faunus ater atau sumpil, memiliki faktor lingkungan untuk mendukung
kehidupannya, suhu yang optimal untuk sumpil adalah 28C. Sedangkan faktor lainnya
adalah salinitas, dengan salinitas sebesar 20 %. Selain itu, ada pH dan oksigen terlarut, pH
yang optimal ataupun yang sesuai untuk kehidupan dari sumpil adalah 7,27. Oksigen
terlarutnya adalah 6,9 ppm. Hewan ini biasanya juga hidup pada rawa mangrove.
( Saenab, Sitti, 2013 )

LAMPIRAN 15
Description
Shell exterior is brick red to pink and commonly overgrown with epiphytes reaching a
maximum of 30 cm. There are usually 3-4 oval, open respiratory pores which are
externally raised above the shells surface. The shell interior is iridescent with a large, oval
muscle scar. (Morris et al. 1980). The mantle and tentacles are black and the underside of
the foot is yellowish.
Habitat and Geographic Range
Red abalone inhabit rocky areas with kelp. They are uncommon in the low intertidal zone
and more abundant subtidally to around 40 m depth (up to 180 m). Their current range is
from Oregon to Baja (California Fish and Game Commission 2005).

Similar species
Haliotis cracherodii, (black abalone), is the primary species encountered in the intertidal,
and has a smooth dark shell with 5-9 round, flat shell holes. Pink (H. corrugata) and green
(H. fulgens) abalone occasionally occur in the intertidal. Pinks are dull green to reddish
brown, highly corrugated, with 2-4 large, elevated holes, and the edge of the shell is
usually quite scalloped. Greens are olive green to reddish brown, with numerous, broad,
flat-topped ribs, and 5-7 small, circular, slightly elevated holes.
http://www.eeb.ucsc.edu/pacificrockyintertidal/target/target-species-haliotis-rufescens.html

LAMPIRAN 16

Gastropoda ini memiliki variasi yang berbeda-beda untuk ketahanan hidupnya, atau
memiliki faktor lingkungan yang sesuai agar gastropoda ini dapat bertahan hidup. Faktor
lingkungan dari gastropoda ini adalah temperatur, kandungan nitrat, salinitas, oksigen
terlarut, dan lain-lain. Temperatur yang sesuai untuk gastropda ini adalah 15-17C dengan
kandungan nitrat antara 0,2-0,53. Dan juga oksigen terlarut dari gastropoda ini sebesar
5,51-5,54 ml/l serta salinitas yang sesuai berkisar 37-38 pps. Habitat yang disukai dari
gastropoda ini adalah di laut, dengan kedalaman sekitar 3,5 m.
http://eol.org/pages/4812424/details#habitat

LAMPIRAN 17
Distribution: West coast of America from Mexico (Lower California) to Chile.
Only species definitely known from American West Coast, and restricted to this coast.
Records from the Indo-West Pacific are misidentifications
Habitat: Up to 1 km inland, mostly within 100 m of shore; sandy beaches, moist, heavily
vegetated.
Ecology: Mostly nocturnal, terrestrial
Ontogeny from egg release to final form: compressus passes through four or five laval
stages, maximum time 31 days. Megalopa stage lasts 27-32 days. [4]
Characteristics: Juvenile compressus are often green or blue and the big pincer is tan. Legs
often have dark stripes and the tips will begin to turn tan. As compressus grows its color
becomes rich oranges and browns. The big pincer has noticeable stitch marks. They eyes
are elongated. Unlike rugosus, there is no black marking on the eye stalk. The eyes are
sometimes reddish in color like clypeatus. Behind the antenna on the carapace there is a
black diagonal marking.
Behavior:
Compressus are notorious for being very picky about shells as they like a D shaped
opening. This is the smallest of the species and does not grow much bigger than a ping
pong ball. Compressus is fast no matter which direction they are running and is capable of
chirping and seem to do so more readily than other species. Several hermit crab owners
have noted this species has a specific molting difficulty which causes them to become
trapped in their exo, unable to fully shed and therefore dying.
Ovigerous females often hide during the day, only becoming active at night. Small sized

compressus are much more sensitive to desiccation than larger animals and great
aggregations can be found under ledges and in caves where there is slightly more moisture.
http://coenobitaspecies.com/coenobita-compressus/

LAMPIRAN 18
This species is common on the Gulf Coast (Rothschild 2004), although at other
sites it has been recorded in only low densities (e.g., Minello 2000). In the San Andres, La
Mancha, Carmen Machona and Tampamachoco lagoons in Mexico this species is among
the most abundant molluscs (Contreras and Castaeda 2004). This species lives at depths
of 0 to 2 m on intertidal salt flats, marshes, and mangroves (Rosenberg 2009). It is usually
found in mud at the bases of Salicornia (and less oftenSpartina and Juncus) stalks where it
grazes on filamentous algae, rarely climbing vegetation (Martin 2003, Rothschild 2004). In
Texas, this species is parasitized by several species of trematode worms (Rothschild 2004).
It is tolerant to variations in salinity (Longoria et al. 2009), and can withstand long periods
of tidal submersion (Martin 2003). Freshwater; Marine.
http://www.iucnredlist.org/details/189357/0

LAMPIRAN 19
Predatory naticid gastropods typically attack other infaunal molluscs by drilling
holes that record their activities in the shells of their prey. Other modes of naticid
predation, which need not leave complete boreholes, have been noted in the literature and
may complicate interpretation of the record of naticid predation in fossil and modern
assemblages. Smothering is an alternative form of predation that has never been defined
clearly with respect to naticid gastropods. Feeding occurs in the absence of a completed
drillhole; in most cases suffocation is implied, but reported deaths may be linked to an
array of mechanisms (e.g. direct feeding, anaesthetizing mucus). We examine the
pervasiveness of alternative modes of predation employed by naticids reported in the
literature and offer recommendations regarding the terminology used in referring to such
mechanisms. Because it is unclear if predatory behaviours such as suffocation are common
in natural settings or are mostly artefacts of laboratory conditions such as insufficient
substrate, we examined experimentally the influence of different sediment depths on
drilling vs suffocation of Mercenaria mercenaria prey by Neverita duplicata. More than
99% (n = 404) of the clams recorded as consumed in our experiments were drilled,
regardless of sediment depth, with <1% (n = 3) noted as cases of potential suffocation. Our
results indicate that shallower sediment depths do not affect drilling in this species.
Analysis of previous studies indicates that prey health and other laboratory effects are
likely responsible for many instances of suffocation reported in the literature. Thus
concerns regarding use of drillholes as an indicator of predation by naticids in modern and
fossil deposits should be alleviated. Future work on other alternative modes of predation by
naticids, in both laboratory and field experiments, should focus on validating reported
occurrences of such predation and identifying different mechanisms that may be involved.
http://mollus.oxfordjournals.org/content/early/2013/07/15/mollus.eyt023.full

LAMPIRAN 20
Udang putih ini merupakan udang yang banyak tersebar di pesisir samudera Hindia.
Hewan ini biasanya hidup di dasar perairan berlumpur antara 10 hingga 45 meter, udang
ini biasanya aktif pada malam hari, karena sepanjang hari ikan ini akan memendamkan
dirinya di dasar perairan.
https://id.scribd.com/doc/13294838/Dinamika-Populasi-udang-putih-Penaeus-merguiensisudang-krosok-Penaeus-semisulcatus-di-JATIM
Udang putih ini menyukai temperatur air yang mencapai 27C, sedangkan faktor
lainnya yang mendukung kehidupan udang ini ada salinitas. Salinitas yang optimum bagi
udang ini kurang lebih sebesar 34,9 % ( Budi, 2011 ).

You might also like