Professional Documents
Culture Documents
mencari larva lebah. Babirusa menyukai buah-buahan seperti mangga, jamur, dan
dedaunan. Satwa langka endemik Indonesia ini suka berkubang dalam lumpur
sehingga menyukai tempat-tempat yang dekat dengan sungai. Babirusa termasuk
binatang yang pemalu dan selalu berusaha menghindar jika bertemu dengan
manusia. Namun jika merasa terganggu, hewan endemik Sulawesi ini akan
menjadi sangat buas. Babirusa betina hanya melahirkan sekali dalam setahun
dengan jumlah bayi satu sampai dua ekor sekali melahirkan. Masa kehamilannya
berkisar antara 125 hingga 150 hari. Selah melahirkan bayi babirusa akan disusui
induknya selama satu bulan. Setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan
bebas. Hewan endemik ini dapat bertahan hingga berumur 24 tahun (Admin3,
2013).
Babirusa (Babyrousa babyrussa) tersebar di seluruh Sulawesi bagian utara,
tengah, dan tenggara, serta Pulau sekitar seperti Togian, Sula, Malenge, Buru, dan
Maluku. Satwa langka endemik ini menyukai daerah-daerah pinggiran sungai atau
kubangan lumpur di hutan dataran rendah. Beberapa wilayah yang diduga masih
menjadi habitat babirusa antara lain Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan
Cagar Alam Panua. Sedangkan di Cagar Alam Tangkoko, dan Suaka Margasatwa
Manembo-nembo satwa unik endemik Sulawesi ini mulai langka dan jarang
ditemui (Admin3, 2013).
Berdasarkan persebarannya yang terbatas oleh IUCN redlist satwa
endemik ini didaftarkan dalam kategori konservasi Vulnerable (Rentan) sejak
tahun 1986 (IUCN, 2008). Menurut CITES binatang langka dan dilindungi inipun
didaftar dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diburu dan diperdagangkan
dan berdasarkan PP Indonesia babirusa termasuk salah satu fauna yang dilindungi.
Berkurangnya populasi babirusa diakibatkan oleh perburuan untuk
mengambil dagingnya yang dilakukan oleh masyrakat sekitar. Selain itu
deforestasi hutan sebagai habitat utama hewan endemik ini dan jarangnya
frekuensi kelahiran membuat satwa endemik ini semakin langka (Admin3, 2013).
Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang
ada diambang kepunahan. Dengan hanya sekitar 50 ekor individu di alam liar,
spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam
Daftar Merah IUCN dan Apendiks 1 pada CITES. Sejak IUCN menyatakan badak
jawa yang terdapat di Taman Nasional Cat Tien Vietnam punah pada akhir tahun
2011, kini satu-satunya populasi badak jawa di dunia hanya ada di Semenanjung
Ujung
Kulon,
Taman
Nasional
Ujung
Kulon
(TNUK).
Status badak Jawa dilindungi sejak 1931 di Indonesia, yang diperkuat dengan
penetapan Ujung Kulon di barat daya pulau Jawa sebagai taman nasional sejak
1992.
Deskripsi Fisik
1. Cula kecil dengan panjang sekitar 25 cm untuk badak jantan sementara
badak betina hanya memiliki cula kecil atau tidak sama sekali.
2. Berat badan antara 900 2.300 kg, dengan panjang badan 2 4 meter dan
tinggi 1.7 meter.
3. Berwarna abu-abu dengan tekstur kulit yang tidak rata dan berbintik.
4. Badak jantan mencapai fase dewasa setelah 10 tahun, sementara betina
pada usia 5 sampai 7 tahun dengan masa mengandung selama 15 16
bulan.
5. Bagian atas bibirnya meruncing untuk mempermudah mengambil daun
dan ranting.
2)
gempa).
Persaingan makanan
Pada taman nasional ujung kulon, terdapat pula spesies yang memiliki
pola makan seperti badak, yaitu Bos javanicus, dimana poulasi jenis
tersebut lebih banyak, sehingga memungkinkan badak mengalami
3)
Deskripsi Fisik
Memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang
panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai
ekor.
Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.
Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan
simpanse. Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia,
memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan
tangan yang dapat melakukan genggaman
Orangutan liar sumatera di rawa Souq Balimbing telah diamati orangutan akan
mematahkan dahan pohon yang panjangnya sekitar satu kaki, kemudian
tongkatnya akan digunakan untuk menggali lubang pohon untuk mengambil
rayap. Mereka juga akan menggunakan tongkat untuk menyodok dinding sarang
lebah, dan mengambil madunya. NHNZ memfilmkan orangutan sumatera untuk
pertunjukan nya Liar Asia: Dalam Realm of the Red Ape; itu menunjukkan salah
satu dari mereka menggunakan alat sederhana, ranting, untuk membongkar
makanan dari tempat-tempat yang sulit. Ada juga urutan binatang menggunakan
daun besar sebagai payung dalam hujan badai tropis.
Orangutan sumatera juga lebih arboreal dibandingkan orangutan yang lain;
ini mungkin karena adanya pemangsa besar seperti Harimau Sumatera. Bergerak
melalui
pohon-pohon
dengan
penggerak
quadrumanous
dan
sebesar 10-15% tiap tahunnya untuk dijadikan sebagai area penebangan dan
sebagai kawasan pertanian.
Perburuan
Ancaman juga terjadi akibat perburuan liar dan perdagangan bebas. Menurut
WWF, pada tahun 1985-1990 saja sekitar 1000-an lebih orangutan sumatera telah
dijual ke Taiwan. Secara teori, orangutan telah dilindungi di Sumatera dengan
peraturan perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki,
membunuh atau menangkap orangutan. Tetapi pada prakteknya, para pemburu
masih sering memburu mereka, kebanyakan untuk perdagangan hewan. Pada
hukum internasional, orangutan masuk dalam Appendix I dari daftar CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species) yang melarang
dilakukannya perdagangan karena mengingat status konservasi dari spesies ini
dialam bebas. Namun, tetap saja ada banyak permintaan terhadap bayi orangutan,
baik itu permintaan lokal, nasional dan internasional untuk dijadikan sebagai
hewan peliharaan.
brachiation
(berayun
melalui
pohon-pohon
dengan
lengannya)
(MacDonald, 2001).
Kera ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil semacam keluarga inti,
terdiri dari pasangan hewan jantan dan betina, dengan satu atau dua anak-anaknya
yang masih belum dewasa. Owa jawa merupakan pasangan yang setia, monogami.
Rata-rata owa betina melahirkan sekali setiap tiga tahun, dengan masa
mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan
terus bersama keluarganya sampai dewasa, yang dicapainya pada umur sekitar 8
tahun. Owa muda kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya
sendiri.
Owa jawa adalah hewan diurnal dan arboreal, sepenuhnya hidup di atas
tajuk pepohonan.
Terutama
kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan
berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan mengandalkan kelincahan dan
kekuatan lengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg.
Kelompok ini akan berupaya mempertahankan teritorinya, biasanya
luasnya mencapai 17 hektare, dari kehadiran kelompok lain. Pagi-pagi sekali, dan
juga di waktu-waktu tertentu di siang dan sore hari, owa betina akan
memperdengarkan suaranya untuk mengumumkan wilayah teritorial keluarganya.
Dari suara yang bersahut-sahutan antar kelompok, dan terdengar hingga jarak
yang jauh ini, para peneliti dapat memperkirakan jumlah kelompok owa yang ada,
dan selanjutnya menduga jumlah individunya.
Status Owa Jawa (Hylobates moloch) pada CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) adalah
appendiks I. Appendiks I adalah yang terancam punah bila perdagangan tidak
dihentikan. Perdagangan spesimen dari spesies yang ditangkap di alam bebas
adalah ilegal (diizinkan hanya dalam keadaan luar biasa).
Penyebab utama semakin langkanya Owa Jawa adalah berkurangnya
habitat akibat kerusakan hutan (deforestasi) dan konversi lahan pertanian. Padahal
Owa Jawa termasuk satwa yang sangat menyukai teritorialnya meskipun
wilayahnya (teritorial) mulai habis primata yang nyaris punah ini tetap bergeming
dan tidak mau berpindah. Hal ini berpotensi membuat Owa Jawa mati kelaparan
(Endah, 2010).
Selain hilangnya hutan sebagai habitat Owa Jawa, perburuan liar juga
memjadi penyebab semakin langkanya Owa Jawa. Seringkali perburuan dilakukan
dengan cara menembak mati induk Owa Jawa untuk mengambil anaknya (Endah,
2010).
Distribusi owa jawa saat ini hanya terbatas di Taman Nasional Ujung
Kulon, Halimun Salak dan Pangrango, Priangan Timur, Ciremai, Dieng dan
Gunung Slamet (BBKSDA, 2013).
Menurut data BBKSDA (2013), Jawa Barat lokasi sebaran Owa Jawa di
Jawa Barat adalah adalah :
Sumedang)
CA. GN. Burangrang
CA. GN. Tangkuban Perahu
TWA. Kawah Tangkuban
Perahu
CA. Junghun
CA. Papandayan
TWA. Papandayan
CA. Kawah Kamojang
TWA. Kawah Kamojang
TWA. Gunung Guntur
CA. Talaga Bodas
TWA. Talaga Bodas
CA. Leuweung Sancang
CAL. Leuweung Sancang
SM. Gunung Sawal
CA. Nusa Gede Panjalu
CA. Pananjung Pangandaran
CAL.
Pananjung
Pangandaran
SML. Sindang Kerta
TWA. Linggar Jati
Gambar Peta Penyebaran Owa Jawa di Jawa Barat dan Jawa Tengah
http://home.bbksda-jabar.com/
Harimau tersebar luas di Asia, mulai dari Turki kearah timur, populasi
terbanyak terdapat di Asia tenggara. Harimau biasanya memburu mangsa yang agak
besar seperti rusa, kijang, babi, kancil, tetapi akan memburu hewan kecil seperti
landak apabila mangsa yang agak besar itu tidak ada (Raharyono,2002).
dengan singa ukurannya, walaupun sedikit lebih berat. Beda subspesies harimau
memiliki karakteristik yang berbeda juga, pada umumnya harimau jantan memiliki
berat antara 180 dan 320 kg dan betina berbobot antara 120 dan 180 kg. Panjang
jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan betina antara 2,3 dan 2,75 meter. Di antara
subspesies yang masih hidup, Harimau Sumatra adalah yang paling kecil dan Harimau
Siberia yang paling besar (Hamid, 1992).
Bentuk dan kepadatan lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang lain, tapi
hampir semua harimau memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau Jawa yang sekarang
sudah punah kemungkinan memiliki loreng yang lebih banyak lagi. Pola loreng unik
setiap harimau, dan dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain.
Bagaimanapun juga, metode pengidentifikasian yang disarankan, terkait kesulitan
untuk merekam pola loreng pada harimau liar. Sepertinya fungsi loreng adalah untuk
kamuflase, untuk menyembunyikan mereka dari mangsanya (Hamid,1992).
antaranya masih hidup pada masa sekarang. Tiga subspesies harimau selebihnya telah
dianggap punah secara resmi. Berdasarkan warna harimau dapat dikelompokan
menjadi 4 kelompok, harimau warna normal, harimau putih berloreng, harimau putih
seluruhnya (pure white), harimau warna mas (golden tiger) (Hamid, 1992).
Salah satu jenis Harimau (Panthera Tigris) yang masih bertahan hidup di
dunia adalah Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae). Harimau
Sumatera merupakan harimau yang habitat aslinya berada di Pulau Sumatera,
Indonesia. Harimau Sumatera memiliki ciri-ciri fisik, yaitu (Saputra, 2014):
Memiliki warna yang paling gelap dari seluruh spesies harimau, mulai dari
kuning kemerah-merahan hingga orange tua.
Pola warna hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet.
Harimau Sumatera betina rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198
cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg.
Sebagai
predator
utama
dalam
rantai
makanan,
harimau
daerah sebarannya seperti blok blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan
hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan lahan pertanian dan
perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan
jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau ini terpaksa
memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali harimau ini
ditangkap dan dibunuh karena tersesat memasuki daerah pemukiman warga atau
akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia (Saputra, 2014).
adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak
harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada
hari kesepuluh, meskipun di kebun binatang pernah tercatat ada anak harimau yang
lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8
minggu pertama, sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka
masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan
sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada usia 6 bulan. Anak harimau ini
dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau
dapat berdiri sendiri atau mandiri. Harimau Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di
alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan (Saputra, 2014).
merupakan salah satu yang paling terancam punah. Seperti baru-baru 100 tahun yang
lalu, ada sebanyak 100.000 harimau liar yang hidup di Asia. Enam subspesies harimau
terus bertahan, tapi tiga telah punah dalam 80 tahun terakhir. Subspesies yang ada
adalah Bengal, Indocina, Sumatera, Amur, Malaya, dan subspesies Selatan-Cina
(meskipun tidak ada tanda-tanda subspesies Selatan-Cina telah dicatat di alam liar
dalam 10 tahun terakhir). Tiga subspesies punah termasuk Jawa (terakhir tercatat di
tahun 1970-an), Caspian (hilang di tahun 1950) dan subspesies Bali (hilang di tahun
1930-an).
punah dan banyak peneliti yang masih meneliti harimau dengan mengkonservasinya
dengan cara ex-situ sehingga Panthera tigris ini masih tergolong hewan yang masuk
kedalam kategori Appendix 1. Meskipun jenis Panthera tigris ini mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, tetapi masih menghadapi permasalahan
dan mendapatkan ancaman dari manusia. Kerusakan habitat yang mengakibatkan
menurunnya mangsa, perburuan dan perdagangan merupakan ancaman potensial bagi
Panthera tigris. Faktor-faktor itulah yang juga menyebabkan seperti harimau jawa
yang pernah hidup di pulau Jawa mengalami kepunahan. Hewan ini pun juga
termasuk satwa dilindungi UU No.5 tahun 1990 dan PP. no.7 tahun 1999 (Ario, 2011).
Sumber :
Admin.
2014.
Rencana
pembangunan
populasi
badak
jawa.
Admin3.
2013.
Babi
Rusa
(Babyrousa
babyrussa).
Ario,
A.
2011.
Kucing
Besar.
http://www.conservation.org/global/indonesia/fmg/articles/Pages/Kucingbesa
r.aspx. Diakses 14 April 2015 pukul 23.14 WIB
http://irmawijayanti26.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.panthera.org/node/9
http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_jawa/
IUCN.
2008.
Panthera
tigris
ssp
Sumatrae.
IUCN.
2008.
Babyrousa
babyrussa.
Saputra,
R.
2014.
Harimau
Sumatera
Panthera
tigris.