You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI DAN ELEKTRIFIKSI PERTANIAN


ENERGI BIOMASSA

Oleh:
Atika Faiqoh
NIM. A1H012030

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi di era globalisasi menyebabkan pertambahan konsumsi
energi di berbagai sektor kehidupan. Bukan hanya negara-negara maju, tapi hampir
semua negara mengalami. Termasuk Indonesia, walaupun terkena dampak krisis
ekonomi, tetap mengalami pertumbuhan konsumsi energi. Hal itu terlihat dari
pemakaian energi di Indonesia pada 2004 yang telah mencapai lebih dari 453 juta
SBM (setara barel minyak), jauh lebih tinggi dari pada sebelum krisis (1997).
Sementara cadangan energi nasional akan semakin menipis apabila tidak ditemukan
cadangan energi baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan untuk
mencegah terjadinya krisis energi.
Mengantisipasi hal itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan blueprint
pengelolaan energi nasional 2005 - 2025. Kebijakan ini ditekankan pada usaha
menurunkan ketergantungan penggunaan energi hanya pada minyak bumi. Salah satu
energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di Indonesia adalah biomassa. Hal
ini tercantum dalam Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi
Energi (energi hijau) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, yang dimaksud
energi biomassa meliputi kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen
organik dari industri dan rumah tangga.
Biomassa dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas, panas,
dan listrik. Teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar padat, cair, dan gas,
antara lain teknologi pirolisa (bio-oil), esterifikasi (bio-diesel), teknologi fermentasi

(bio-etanol), anaerobik digestion (biogas). Teknologi konversi biomassa menjadi


energi panas yang kemudian dapat diubah menjadi energi mekanis dan listrik, antara
lain, teknologi pembakaran dan gasifikasi.

Teknologi konversi termal biomassa

meliputi pembakaran langsung, gasifikasi, dan pirolisis atau karbonisasi. Masingmasing metode memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari komposisi udara dan
produk yang dihasilkan.
Praktikum acara 3 mengenalkan kepada mahasiswa tentang bagaimana
mengetahui besar energi yang dihasilkan dari energi biomassa. Selain itu juga besar
energi yang dibutuhkan biomassa pada saat pembakaran berlangsung melalui
persamaan-persamaan yang telah diketahui untuk malkukan perhitungan.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara menghitung energi kalor keluar
2. Mengetahui cara menghitung energi kalor masuk
3. Menghitung efisiensi pembakaran pada tungku biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA

Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik,


baik berupa produk maupu buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak.
Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak
nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber
energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa
yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya.
Biomassa adalah bahan hayati yang dianggap sebagai sampah dan sering
dimusnahkan dengan cara dibakar (Subroto 2007). Sedangkan menurut Silalahi
(2000), biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri
dari karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa mineral lain yang jumlahnya sedikit
seperti sodium, fosfor, kalsium, dan besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah
karbohidrat (berat kering kira-kira sampai 75%), lignin (sampai dengan 25%), dimana
dalam beberapa tanaman komposisinya berbeda-beda. Biomassa merupakan produk
fotosintesis, dimana sel hijau daun menyerap energi matahari dan mengkonversi
karbon dioksida dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen.
Senyawa tersebut menyerap energi yang dapat dikonversi menjadi produk lain. Hasil
konversi senyawa tersebut dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter, dan
sebagainya.

Biomassa adalah sumber energi terbarukan tetapi ini tidak berarti biomassa
adalah sumber energi yang benar-benar ramah lingkungan. Pertanyaan apakah kita
harus menggunakan biomassa atau tidak telah menimbulkan banyak kontroversi di
beberapa tahun terakhir. Para penentang mengatakan bahwa biomassa dapat
menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari pembakaran kayu), bahkan lebih
besar daripada gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar
batubara.
Biomassa dianggap sebagai karbon netral, ini berarti biomassa mengambil
karbon dari atmosfer pada saat tanaman tumbuh, dan mengembalikannya ke udara
ketika dibakar. Karena itulah, setidaknya menurut teori, terjadi siklus karbon tertutup
tanpa peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer.
Biomassa tersebut dapat diolah menjadi briket biomassa, yang merupakan
bahan bakar yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Biomassa yang dibuat briket pada umumnya berbentuk
serpihan atau serbuk-serbuk kecil. Beberapa potensi limbah biomassa yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam rangka penyediaan energi alternatif.
Salah satu contoh potensi limbah biomassa yang dijadikan briket adalah
serbuk gergaji. Serbuk gergaji merupakan hasil samping dari kegiatan bahan
biomassa kayu atau berserat lignoselulosa.

Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan


sumber energi yang dapat diperbarui (renewable) sehingga dapat menyediakan
sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Di Indonesia, biomassa

merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer
sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk
memnuhi kebetuhuan domestik juga diekspor dan menjadi tulang punggung
penghasil devisa negara.
Briket dalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi
biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya
menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya
batubara saja yang bisa dibuat briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam,
serbuk gergaji, serbuk kayu dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan
briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.

III.
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Tungku pembakaran
2. Kakao
3. Termometer infrared
4. Panci
5. Air
6. Timbangan
7. Kompor
8. Gas
9. Kalkulator
10. Stopwatch
B. Prosedur Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyiapkan alat dan bahan


Mengukur diameter panci kemudian menambahakan air dan menimbangnya
Mengukur suhu awal air
Mengukur suhu awal panci
Menimbang biomassa (kakao)
Memasukkan kakao kedalam tungku dengan pemancing api menggunakan kertas

yang dibakar agar kakao menghasilkan bara api


7. Memasak air sampai mendidih saat tungku sudah menyala, sambil menghitung
waktunya dengan stopwatch
8. Saat sudah mendidih, mengukur suhu air, suhu panci luar dan suhu panci dalam
9. Menimbang kakao yang tersisa, dan kakao yang terbakar dalam tungku namun
tidak habis terbakar
10. Melakukan perhitungan Quse dan Qloss

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Data pengamatan praktikum :


Massa air

: 1025 g = 1,025 kg

Massa air akhir

: 950 g = 0,95 kg

Massa air yang menguap

: 75 g = 0,075 kg

Massa biomassa

: m biomassa awal sisa tidak habis terbakar


= 270 g 195 g 105 g = 90 g = 0,09 kg

Suhu air awal

: 28,8 0C

Suhu air akhir

: 91,8 0C

Luas panci

: d = 23 cm
A = r2 = 3,14 x 11,52 = 415,265 cm2 = 0,0415265 m2

Ketebalan plat

: 0,3 cm = 0,003 m

Suhu panci awal

: 30,4 0C

Suhu panci akhir

: luar = 49,3 0C
Dalam = 72,2 0C

Cp air

: 4180 J/ 0C kg

: 15 W/m 0C

: 3800 W/m 0C

: 2260 W/m 0C

LHV

: kakao = 4060 kal / gram ; briket = 3300 kkal / kg

1) Quse

ma .C p . T + ma L
mk LHV
3

0,95 kg x 4180 J / C kg x(91,828,8)+0,075 kg x 2260.10 J / kg


0,09 kg x 4060 kal/ kg

0,95 kg x 4180 J /C kg x 63 C+ 0,075 kg x 2260. 103 J /kg


0,09 kg x 4060 kal /kg

250173 J +169500 J
365,4 kal

= 1148,53 J/kal
2) Qloss
Q konduksi =
=

kA

( Tx )

15 x 0,0415265

63
( 0,003
)

= -0,623 x 21000
= -13083 J/kal
Q konveksi = h x A (TW - T)
= 3800 x 0,0415265 (128 91,8)
= 157,8 x 36,2
= 5712,36 J/kal
Q loss

= Q konduksi + Q konveksi
= -13083 + 5712,36
= -7370,64 J/kal
B. Pembahasan

Biomassa adalah bahan hayati yang dianggap sebagai sampah dan sering
dimusnahkan dengan cara dibakar (Subroto 2007). Sedangkan menurut Silalahi

(2000), biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri
dari karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa mineral lain yang jumlahnya sedikit
seperti sodium, fosfor, kalsium, dan besi.
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis,
baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian dan limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak
(Abdullah, et al. 1998).
Menurut Abdullah, et al. (1998), selain digunakan untuk tujuan primer (serat,
bahan pangan, pakan ternak, minyak/lemak, bahan bangunan dan sebagainya),
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang
digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Biomassa terutama dalam
bentuk kayu bakar dan limbah pertanian merupakan sumber energi yang tertua.
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan sebagai
bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian
tumbuhan hidup. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis (Hamilton dan King, 1988).
Penerapan teknologi gasifikasi biomas untuk pemanas dapat dikelompokkan
menurut ukurannya menjadi skala besar dan skala kecil. Gasifikasi biomassa dapat
didefinisikan sebagai proses konversi bahan selulosa dalam suatu reactor gasifikasi

(gasifier) menjadi bahan bakar. Pada skala besar penerapan utamanya ialah
pembakaran gas untuk ketel uap untuk catu energi mekanik melalui turbin uap yang
kemudian dapat digunakan untuk pembangkit listrik maupun untuk pemakaian tenaga
mekanik secara langsung dalam proses industri. Pemanfaatan gas biomas untuk
pemanas pada skala kecil antara lain adalah untuk bahan bakar kompor masak dan
untuk beberapa macam industri pengolahan yang menggunakan panas.
Penerapan gas biomas untuk pemanas antara lain dikembangkan oleh IRRI pada
tahun 1986 (Belonio, 2005) dengan menggunakan bahan bakar sekam. Namun
rancangan tersebut belum bisa digunakan secara operasional karena masih
menyisakan beberapa kendala teknis. Gambar 1 dan 2 memperlihatkan rancangan
sistem kompor gas yang dikembangkan IRRI tersebut.

Gambar 1. Foto sistem kompor gas sekam buatan IRRI memperlihatkan komponen
pendingin dan kompor pembakar gas (Belonio, 2005).

Gambar 2. Skema sistem kompor gas sekam buatan IRRI (Belonio, 2005).
Pada tahun 1989, Central Philippines University (CPU) juga mengembangkan
rancangan reaktor gas sekam untuk bahan bakar kompor (Belonio, 2005). Skema
rancangan tersebut diperlihatkan pada gambar 3.

Gambar 3. Skema sistem kompor gas sekam buatan CPU (Belonio, 2005).
Pada saat ini di Cina sudah cukup banyak dikembangkan sistem reaktor dan
kompor gas biomas yang sebagian sudah tersedia di perdagangan, bahkan sudah ada
distributor di Indonesia yang menawarkan teknologi tersebut melalui internet.
Gambar 4 - 5 memperlihatkan rancangan reaktor-kompor gas biomas dari Cina yang
ditawarkan di Indonesia melalui internet.

Gambar 4. Kompor gas Cina yang ditawarkan di internet.

Gambar 5. Kompor gas Cina yang ditawarkan di internet.


Salah satu penerapan termal teknologi gasifikasi adalah untuk pengopenan roti
(Panwar et al 2009), untuk sterilisasi media tumbuh jamur (Tippayawong et al 2011).
Gambar 6 dan 7 memperlihatkan reaktor pada sistem teknologi gasifikasi biomas
untuk pengopenan roti, sedang gambar 8 memperlihatkan sistem teknologi gasifikasi
biomas untuk sterilisasi media tumbuh jamur.

Gambar 6. Skema sistem teknologi gasifikasi biomas untuk pengopenan roti (Panwar
et al 2009).

Gambar 7. Reaktor pada sistem teknologi gasifikasi biomas untuk pengopenan roti
(Panwar et al 2009).

Gambar 8. Sistem teknologi gasifikasi biomas untuk sterilisasi media tumbuh jamur
(Tippayawong et al, 2011).

Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain


merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (sustainable). Selain itu
biomassa dapat dijumpai di hampir seluruh permukaan bumi serta tidak
membutuhkan biaya investasi yang tinggi untuk eksplorasinya. Biomassa sebagai
sumber energi di Indonesia umumnya diperoleh dari areal hutan (limbah, tebangan,
patahan cabang dan ranting serta tumbuhan bawah tanaman pokok pada hutan
produksi tetap), pertanian (limbah pertanian), perkebunan (pohon/tanaman yang
diremajakan, limbah pasca panen dan limbah pengolahan), areal pemukiman (pohon,
tanaman kayu, tinja dan sampah), peternakan (kotoran ternak) dan limbah dari
beberapa jenis industri.

Tabel 1. Potensi limbah biomassa

Pada saat pelaksanaan praktikum, untuk mengukur suhu air, suhu panci baik
sebelum dipanaskan atau sesudah dipanaskan menggunakan termometer inframerah.
Termometer inframerah menawarkan kemampuan untuk mendeteksi temperatur
secara optik selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan
disajikan sebagai suhu. Metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek
dari kejauhan dan tanpa disentuh situasi ideal dimana objek bergerak cepat, jauh
letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya

kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan,


produk atau test, dll.).
Termometers inframerah mengukur suhu menggunakan radiasi kotak hitam
(biasanya inframerah) yang dipancarkan objek. Kadang disebut termometer laser jika
menggunakan laser untuk membantu pekerjaan pengukuran, atau termometer tanpa
sentuhan untuk menggambarkan kemampuan alat mengukur suhu dari jarak jauh.
Dengan mengetahui jumlah energi inframerah yang dipancarkan oleh objek dan emisi
nya, Temperatur objek dapat dibedakan. Desain utama terdiri dari lensa pemfokus
energi inframerah pada detektor, yang mengubah energi menjadi sinyal elektrik yang
bisa ditunjukkan dalam unit temperatur setelah disesuaikan dengan variasi temperatur
lingkungan. Konfigurasi fasilitas pengukur suhu ini bekerja dari jarak jauh tanpa
menyentuh objek. Dengan demikian, termometer inframerah berguna mengukur suhu
pada keadaan dimana termokopel atau sensor tipe lainnya tidak dapat digunakan atau
tidak menghasilkan suhu yang akurat untuk beberapa keperluan.
Cara menggunakan temometer infrared atau inframerah adalah dengan
menghidupkan termometer dengan menekan tombol kemudian sinar yang muncul
diarahkan ke bahan atau benda yang ingin diukur suhunya. Pada saat menembakkan
sinar, tekan tombol sambil ditahan, maka akan muncul suhu dari benda atau bahan
tersebut.
Berdasarkan praktikum biomassa diperoleh perhitungan Quse dan Qlose. Hasil
untuk perhitungan Quse adalah 1148,53 J/kal. Untuk nilai

Qlose

adalah -7370,64

J/kal, diperoleh dari Q konveksi ditambah dengan Q konduksi. Dari kedua nilai

tersebut yaitu Quse dan Qlose terdapat perbedaan yang cukup besar. Nilai tidak sama
antara energi yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Perbedaan nilai Q use dan Q
loss disebabkan karena rumus yang digunakan untuk perhitungan berbeda sehingga
parameter yang digunakan juga berbeda.
Alat dan bahan yang dipakai pada praktikam energi biomassa anatara lain :
1. Tungku biomassa digunakan untuk membakar bahan yang akan diarangkan.

Gamabar 9. Tungku biomassa


2. Termometer infrared digunakan untuk mengukur suhu bahan
Gambar 10.
3. Oven digunakan untuk
mengurangi kadar air

Gambar 11. Oven


4. Panci digunakan sebagai tempat perebusan air.

Termometer infrared
mengeringkan bahan atau
bahan

Gambar 12. panci


5. Timbangan digunakan untuk menguhitung massa bahan.

Gambar 13. Timbangan


6. Kulit kakao sebagai bahan utama pembakaran

Gambar 14. Kulit kakao


Pelaksanaan praktikum tentang biomassa diawali dengan menyiapkan alat dan
bahan. Kemudian menimbang kakako sebagai bahan baku biomassa. Untuk menguji
energi panas atau kalor yang dihasilkan yaitu dengan memasak air. Air yang
dimasukkan ke dalam panci diukur volumenya. Sebelumnya suhu panci diukur
dengan termometer inframerah dan suhu air sebelum dimasak juga diukur. Luas panci
yang yang digunakan untuk memasak juga diukur serta ketebalan plat atau panci.
Kakao dimasukkan ke dalam tungku biomassa, agar dapat menyala dengan membakar
kertas yang dimasukkan agar kakao juga terbakar. Setelah menyala, panci berisi air
diletakkan diatas tungku sampai air mendidih. Kemudian mengukur suhu air saat
mendidih dan juga dinding panci. Mengukur volume air kemudian dihitung massa air
yang menguap. Biomassa yang tidah habis terbakar ditimbang kembali. Tahap

terakhir yang dilakukan dengan melakukan perhitungan untuk mencari Quse dan Qloss
sesuai dengan persamaan yang telah ada.
Sangat penting bagi kita untuk mengembangkan energi biomassa karena energi
biomassa merupakan energi alternatif sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
yang bersifat tidak dapat diperbaharui. Biomassa sebagai energi yang dapat
terbarukan dapat menggantikan bahan bakar fosil apabila bahan bakar tersebut telah
habis. Energi biomassa juga sangat penting karena dapat mengurangi jumlah limbah
biomassa yang ada sehingga akan mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan
karena terlalu banyak limbah. Selain itu dengan mengembangkan energi biomassa
akan memberikan teknologi yang ramah lingkungan dan memberikan dampak positif
tidak hanya manusia tetapi juga semua kehidupan makhluk hidup.
Kendala yang dihadapi pada saat praktikum adalah pada saat akan membakar
biomassa, kakao agak sulit untuk menyala. Kendala lain yaitu penghitungan kakao
yang digunakan agak membingungkan karena harus berulang kali menimbang kakao
yang tidak terpakai dan tidak terbakar habis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Cara menghitung energi kalor keluar pada saat pembakaran yaitu dengan
menggunakan persamaan : Q loss= Q konduksi + Q konveksi
2. Cara menghitung energi kalor masuk pada saat pembakaran yaitu dengan

menggunakan persamaan :

ma .C p . T + ma L
mk LHV

B. Saran
Sebaiknya fasilitas dan prasarana untuk praktikum lebih diperbanyak lagi
sehingga praktikum dapat berjalan dengan maksimal serta masing-masing praktikan
dapat melaksanakan praktikum dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., dkk. 1998. Energi dan Listrik Pertanian. JICADGHE, IPB Project,
ADAET, IPB.
Belonio, A.T. 2005. Rice Husk Gas Stove Handbook. Appropriate Technology Center,
Department of Agricultural Engineering and Environmental Management,
College of Agriculture, Central Philippine University, Iloilo City, Philippines.
Indergaard, M. 1982. The Aquatic Resource. In Biomass Utilizition (ed. W. A. Cote)
Plenum Press. New York, pp. 137 168
Tippayawong, N., C. Chaichana, A. Promwungkwa, P. Rerkkriangkrai. 2011. Clean
Energy from Gasification of Biomass for Sterilization of Mushroom Growing
Substrates. International Journal Of Energy. Issue 4, Vol. 5, 2011.

You might also like