Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Atika Faiqoh
NIM. A1H012030
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi di era globalisasi menyebabkan pertambahan konsumsi
energi di berbagai sektor kehidupan. Bukan hanya negara-negara maju, tapi hampir
semua negara mengalami. Termasuk Indonesia, walaupun terkena dampak krisis
ekonomi, tetap mengalami pertumbuhan konsumsi energi. Hal itu terlihat dari
pemakaian energi di Indonesia pada 2004 yang telah mencapai lebih dari 453 juta
SBM (setara barel minyak), jauh lebih tinggi dari pada sebelum krisis (1997).
Sementara cadangan energi nasional akan semakin menipis apabila tidak ditemukan
cadangan energi baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan untuk
mencegah terjadinya krisis energi.
Mengantisipasi hal itu, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan blueprint
pengelolaan energi nasional 2005 - 2025. Kebijakan ini ditekankan pada usaha
menurunkan ketergantungan penggunaan energi hanya pada minyak bumi. Salah satu
energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di Indonesia adalah biomassa. Hal
ini tercantum dalam Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi
Energi (energi hijau) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, yang dimaksud
energi biomassa meliputi kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen
organik dari industri dan rumah tangga.
Biomassa dikonversi menjadi energi dalam bentuk bahan bakar cair, gas, panas,
dan listrik. Teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar padat, cair, dan gas,
antara lain teknologi pirolisa (bio-oil), esterifikasi (bio-diesel), teknologi fermentasi
meliputi pembakaran langsung, gasifikasi, dan pirolisis atau karbonisasi. Masingmasing metode memiliki karakteristik yang berbeda dilihat dari komposisi udara dan
produk yang dihasilkan.
Praktikum acara 3 mengenalkan kepada mahasiswa tentang bagaimana
mengetahui besar energi yang dihasilkan dari energi biomassa. Selain itu juga besar
energi yang dibutuhkan biomassa pada saat pembakaran berlangsung melalui
persamaan-persamaan yang telah diketahui untuk malkukan perhitungan.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara menghitung energi kalor keluar
2. Mengetahui cara menghitung energi kalor masuk
3. Menghitung efisiensi pembakaran pada tungku biomassa
Biomassa adalah sumber energi terbarukan tetapi ini tidak berarti biomassa
adalah sumber energi yang benar-benar ramah lingkungan. Pertanyaan apakah kita
harus menggunakan biomassa atau tidak telah menimbulkan banyak kontroversi di
beberapa tahun terakhir. Para penentang mengatakan bahwa biomassa dapat
menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari pembakaran kayu), bahkan lebih
besar daripada gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar
batubara.
Biomassa dianggap sebagai karbon netral, ini berarti biomassa mengambil
karbon dari atmosfer pada saat tanaman tumbuh, dan mengembalikannya ke udara
ketika dibakar. Karena itulah, setidaknya menurut teori, terjadi siklus karbon tertutup
tanpa peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer.
Biomassa tersebut dapat diolah menjadi briket biomassa, yang merupakan
bahan bakar yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Biomassa yang dibuat briket pada umumnya berbentuk
serpihan atau serbuk-serbuk kecil. Beberapa potensi limbah biomassa yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam rangka penyediaan energi alternatif.
Salah satu contoh potensi limbah biomassa yang dijadikan briket adalah
serbuk gergaji. Serbuk gergaji merupakan hasil samping dari kegiatan bahan
biomassa kayu atau berserat lignoselulosa.
merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer
sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk
memnuhi kebetuhuan domestik juga diekspor dan menjadi tulang punggung
penghasil devisa negara.
Briket dalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi
biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya
menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya
batubara saja yang bisa dibuat briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam,
serbuk gergaji, serbuk kayu dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan
briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
III.
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Tungku pembakaran
2. Kakao
3. Termometer infrared
4. Panci
5. Air
6. Timbangan
7. Kompor
8. Gas
9. Kalkulator
10. Stopwatch
B. Prosedur Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
IV.
: 1025 g = 1,025 kg
: 950 g = 0,95 kg
: 75 g = 0,075 kg
Massa biomassa
: 28,8 0C
: 91,8 0C
Luas panci
: d = 23 cm
A = r2 = 3,14 x 11,52 = 415,265 cm2 = 0,0415265 m2
Ketebalan plat
: 0,3 cm = 0,003 m
: 30,4 0C
: luar = 49,3 0C
Dalam = 72,2 0C
Cp air
: 4180 J/ 0C kg
: 15 W/m 0C
: 3800 W/m 0C
: 2260 W/m 0C
LHV
1) Quse
ma .C p . T + ma L
mk LHV
3
250173 J +169500 J
365,4 kal
= 1148,53 J/kal
2) Qloss
Q konduksi =
=
kA
( Tx )
15 x 0,0415265
63
( 0,003
)
= -0,623 x 21000
= -13083 J/kal
Q konveksi = h x A (TW - T)
= 3800 x 0,0415265 (128 91,8)
= 157,8 x 36,2
= 5712,36 J/kal
Q loss
= Q konduksi + Q konveksi
= -13083 + 5712,36
= -7370,64 J/kal
B. Pembahasan
Biomassa adalah bahan hayati yang dianggap sebagai sampah dan sering
dimusnahkan dengan cara dibakar (Subroto 2007). Sedangkan menurut Silalahi
(2000), biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri
dari karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa mineral lain yang jumlahnya sedikit
seperti sodium, fosfor, kalsium, dan besi.
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis,
baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian dan limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak
(Abdullah, et al. 1998).
Menurut Abdullah, et al. (1998), selain digunakan untuk tujuan primer (serat,
bahan pangan, pakan ternak, minyak/lemak, bahan bangunan dan sebagainya),
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang
digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Biomassa terutama dalam
bentuk kayu bakar dan limbah pertanian merupakan sumber energi yang tertua.
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan sebagai
bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian
tumbuhan hidup. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis (Hamilton dan King, 1988).
Penerapan teknologi gasifikasi biomas untuk pemanas dapat dikelompokkan
menurut ukurannya menjadi skala besar dan skala kecil. Gasifikasi biomassa dapat
didefinisikan sebagai proses konversi bahan selulosa dalam suatu reactor gasifikasi
(gasifier) menjadi bahan bakar. Pada skala besar penerapan utamanya ialah
pembakaran gas untuk ketel uap untuk catu energi mekanik melalui turbin uap yang
kemudian dapat digunakan untuk pembangkit listrik maupun untuk pemakaian tenaga
mekanik secara langsung dalam proses industri. Pemanfaatan gas biomas untuk
pemanas pada skala kecil antara lain adalah untuk bahan bakar kompor masak dan
untuk beberapa macam industri pengolahan yang menggunakan panas.
Penerapan gas biomas untuk pemanas antara lain dikembangkan oleh IRRI pada
tahun 1986 (Belonio, 2005) dengan menggunakan bahan bakar sekam. Namun
rancangan tersebut belum bisa digunakan secara operasional karena masih
menyisakan beberapa kendala teknis. Gambar 1 dan 2 memperlihatkan rancangan
sistem kompor gas yang dikembangkan IRRI tersebut.
Gambar 1. Foto sistem kompor gas sekam buatan IRRI memperlihatkan komponen
pendingin dan kompor pembakar gas (Belonio, 2005).
Gambar 2. Skema sistem kompor gas sekam buatan IRRI (Belonio, 2005).
Pada tahun 1989, Central Philippines University (CPU) juga mengembangkan
rancangan reaktor gas sekam untuk bahan bakar kompor (Belonio, 2005). Skema
rancangan tersebut diperlihatkan pada gambar 3.
Gambar 3. Skema sistem kompor gas sekam buatan CPU (Belonio, 2005).
Pada saat ini di Cina sudah cukup banyak dikembangkan sistem reaktor dan
kompor gas biomas yang sebagian sudah tersedia di perdagangan, bahkan sudah ada
distributor di Indonesia yang menawarkan teknologi tersebut melalui internet.
Gambar 4 - 5 memperlihatkan rancangan reaktor-kompor gas biomas dari Cina yang
ditawarkan di Indonesia melalui internet.
Gambar 6. Skema sistem teknologi gasifikasi biomas untuk pengopenan roti (Panwar
et al 2009).
Gambar 7. Reaktor pada sistem teknologi gasifikasi biomas untuk pengopenan roti
(Panwar et al 2009).
Gambar 8. Sistem teknologi gasifikasi biomas untuk sterilisasi media tumbuh jamur
(Tippayawong et al, 2011).
Pada saat pelaksanaan praktikum, untuk mengukur suhu air, suhu panci baik
sebelum dipanaskan atau sesudah dipanaskan menggunakan termometer inframerah.
Termometer inframerah menawarkan kemampuan untuk mendeteksi temperatur
secara optik selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan
disajikan sebagai suhu. Metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek
dari kejauhan dan tanpa disentuh situasi ideal dimana objek bergerak cepat, jauh
letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya
Qlose
adalah -7370,64
J/kal, diperoleh dari Q konveksi ditambah dengan Q konduksi. Dari kedua nilai
tersebut yaitu Quse dan Qlose terdapat perbedaan yang cukup besar. Nilai tidak sama
antara energi yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Perbedaan nilai Q use dan Q
loss disebabkan karena rumus yang digunakan untuk perhitungan berbeda sehingga
parameter yang digunakan juga berbeda.
Alat dan bahan yang dipakai pada praktikam energi biomassa anatara lain :
1. Tungku biomassa digunakan untuk membakar bahan yang akan diarangkan.
Termometer infrared
mengeringkan bahan atau
bahan
terakhir yang dilakukan dengan melakukan perhitungan untuk mencari Quse dan Qloss
sesuai dengan persamaan yang telah ada.
Sangat penting bagi kita untuk mengembangkan energi biomassa karena energi
biomassa merupakan energi alternatif sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
yang bersifat tidak dapat diperbaharui. Biomassa sebagai energi yang dapat
terbarukan dapat menggantikan bahan bakar fosil apabila bahan bakar tersebut telah
habis. Energi biomassa juga sangat penting karena dapat mengurangi jumlah limbah
biomassa yang ada sehingga akan mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan
karena terlalu banyak limbah. Selain itu dengan mengembangkan energi biomassa
akan memberikan teknologi yang ramah lingkungan dan memberikan dampak positif
tidak hanya manusia tetapi juga semua kehidupan makhluk hidup.
Kendala yang dihadapi pada saat praktikum adalah pada saat akan membakar
biomassa, kakao agak sulit untuk menyala. Kendala lain yaitu penghitungan kakao
yang digunakan agak membingungkan karena harus berulang kali menimbang kakao
yang tidak terpakai dan tidak terbakar habis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Cara menghitung energi kalor keluar pada saat pembakaran yaitu dengan
menggunakan persamaan : Q loss= Q konduksi + Q konveksi
2. Cara menghitung energi kalor masuk pada saat pembakaran yaitu dengan
menggunakan persamaan :
ma .C p . T + ma L
mk LHV
B. Saran
Sebaiknya fasilitas dan prasarana untuk praktikum lebih diperbanyak lagi
sehingga praktikum dapat berjalan dengan maksimal serta masing-masing praktikan
dapat melaksanakan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K., dkk. 1998. Energi dan Listrik Pertanian. JICADGHE, IPB Project,
ADAET, IPB.
Belonio, A.T. 2005. Rice Husk Gas Stove Handbook. Appropriate Technology Center,
Department of Agricultural Engineering and Environmental Management,
College of Agriculture, Central Philippine University, Iloilo City, Philippines.
Indergaard, M. 1982. The Aquatic Resource. In Biomass Utilizition (ed. W. A. Cote)
Plenum Press. New York, pp. 137 168
Tippayawong, N., C. Chaichana, A. Promwungkwa, P. Rerkkriangkrai. 2011. Clean
Energy from Gasification of Biomass for Sterilization of Mushroom Growing
Substrates. International Journal Of Energy. Issue 4, Vol. 5, 2011.