You are on page 1of 14

AMBLYOPIA

I.PENDAHULUAN
Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan, dapat unilateral dan bilateral
(jarang) yang tidak berhubungan langsung dengan kelainan struktural mata maupun jaras
penglihatan posterior. Klasifikasi amblyopia dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu amblyopia
strabismik, amblyopia anisometropik, amblopia isometropia, dan amblyopia deprivasi. 1
Amblopia, yang dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye), adalah masalah
dalam penglihatan yang hanya mengenai 2-3% populasi, tetapi bila dibiarkan akan sangat
merugikan nantinya bagi kehidupan penderita. Amblyopia tidak dapat sembuh dengan
sendirinya, dan amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan
permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka
penderita akan bergantung pada penglihatan buruk pada mata yang terkena amblyopia, oleh
karena itu, amblyopia harus diterapi sedini mungkin.2
Hampir seluruh amblyopia dapat dicegah dan bersifat reversible dengan deteksi dini dan
intervensi yang tepat.2,3 Anak dengan amblyopia atau yang beresiko amblyopia yang dapat
diidentifikasi pada usia dini prognosisnya akan lebih baik.1

II.DEFINISI
Amblyopia berasal dari bahasa Yunani, yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan).
Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas.2 Amblyopia merupakan suatu keadaan dimana
pemeriksa tidak melihat apa-apa dan pasien melihat sangat sedikit (The observer see nothing and
the patient very little).4
Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan, dapat unilateral dan bilateral
(jarang) yang tidak berhubungan langsung dengan kelainan struktural mata maupun jaras
penglihatan posterior.1
1

III.EPIDEMIOLOGI
Prevalensi amblyopia di Amerika Serikat berkisar antara 1 - 3,5% pada anak yang sehat
sampai 4 5,3% pada anak dengan masalah mata. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2%
dari keseluruhan populasi menderita amblyopia.3,5,6 Di Cina, menurut data bulan Desember tahun
2005, sekitar 3 5% atau 9 hingga 5 juta anak menderita amblyopia.2
Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Resiko meningkat pada anak yang
perkembangannya terlambat, prematur dan / atau dijumpai adanya riwayat keluarga amblyopia.3

IV.PATOFISIOLOGI
Pada amblyopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah
penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta
studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka
dalam berkembangnya keadaan amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan
sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh
rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum, periode
kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia.
Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya amblyopia ketika periode kritis lebih
singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisometropia.1
Periode kritis tersebut adalah :3
1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6), yaitu
pada saat lahir sampai usia 3 5 tahun.
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya amblyopia deprivasi,
yaitu usia beberapa bulan hingga usia 7 8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan amblyopia masih dapat dicapai, yaitu sejak
terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab amblyopia masih belum jelas, studi
eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium
pada manusia dengan amblyopia telah memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan
2

menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan
pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan
dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masih responsif
fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral.
Keterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.1
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi kompetitif
antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang hingga dewasa.7
Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi mereka harus belajar bagaimana menggunakan mata
mereka. Mereka harus belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara menggunakan kedua
mata bersamaan.8
Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila
bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras
penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk.9 Bila hal ini terjadi,
otak akan mematikan mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu
mata untuk melihat.8

V.KLASIFIKASI
Amblyopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan yang
menjadi penyebabnya.1
AMBLYOPIA STRABISMIK
Amblyopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang berdeviasi konstan.
Konstan, tropia yang tidak bergantian (nonalternating, khusunya esodeviasi) sering
menyebabkan amblyopia yang signifikan.1 Amblyopia umumnya tidak terjadi bila
terdapat fiksasi yang bergantian, sehingga masing masing mata mendapat jalan/akses
yang sama ke pusat penglihatan yang lebih tinggi, atau bila deviasi strabismus
berlangsung intermiten maka akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal
sehingga kesatuan sistem penglihatan tetap terjaga baik.10
3

Amblyopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya interaksi


antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang
akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi dan
lama kelamaan terjadi penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.1
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan binokular ini
tampaknya merupakan faktor utama terjadinya amblyopia strabismik, namun pengaburan
bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga menjadi faktor
tambahan.10
Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan
diplopia dan konfusi.11 (konfusi adalah melihat 2 objek visual yang berlainan tapi
berhimpitan, satu diatas yang lain).12
Ketika kita menyebut amblyopia strabismik, kita langsung mengacu pada esotropia,
bukan eksotropia. (Tabel 1.1) Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia primer,
bukan eksotropia, yang sering diasosiasikan dengan amblyopia. Hal ini disebabkan
karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan/atau deviasi altrenat dibanding
deviasi unilateral konstan, yang merupakan prasyarat unutk terjadinya amblyopia.4

Jenis Strabismus Primer dan Ada atau Tidaknya Amblyopia4


Esotropia Primer

Eksotropia Primer

Intermiten

tidak ada amblyopia

Alternating

tidak ada amblyopia

Konstan unilateral (sering)

Amblyopia

Intermiten

tidak ada amblyopia

Alternating

tidak ada amblyopia

Konstan unilateral (jarang)

Amblyopia
4

AMBLYOPIA ANISOMETROPIK
Terbanyak kedua setelah amblyopia strabismik adalah amblyopia anisometropik, terjadi
ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan
bayangan pada satu retina tidak fokus.1
Jika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan
karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi rintangan
untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih ametropik akan menghalangi
pembentukan bayangan (form vision).12
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan kabur pada
perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat, dan sebagian lagi kompetisi
interokular atau inhibisi yang serupa (tapi tidak harus identik) dengan yang terjadi pada
amblyopia strabismik.1
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigma (1-2 D) dapat menyebabkan
amblyopia ringan. Myopia anisometropia ringan (< -3 D) biasanya tidak menyebabkan
amblyopia, tapi myopia tinggi unilateral (-6 D) seirng menyebabkan amblyopia berat. 1
Begitu juga dengan hyperopia tinggi unilateral (+6 D). Tapi pada beberapa pasien
(kemungkinan terjadi pada usia lanjut) dengan ganguan penglihatan adalah ringan. Bila
gangguan penglihatan amat sangat besar, sering didapati adanya malformasi atau
perubahan degeneratif pada mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional
atau menambah faktor amblyopiagenik.10
AMBLYOPIA ISOMETROPIA
Amblyopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi, yang
ukurannya hamper sama pada mata kanan dan mata kiri.1 Dimana walaupun telah
dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Tajam
penglihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa
bulan). Khas untuk amblyopia tipe ini yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi
dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan factor
penyebab.4 Mekanismenya hanya karena akibat bayangan retina yang kabur saja.1 Paa
5

amblyopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam
hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran.4
Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10 D beresiko menyebabkan bilateral
amblyopia.1,14
AMBLYOPIA DEPRIVASI
Istilah lama amblyopia ex anopsia atau disuse amblyopia sering masih digunakan untuk
amblyopia deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan media kongenital atau
dini1, akan menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya
menimbulkan amblyopia.14 Kasus amblyopia ini sedikit kita jumpai namun merupakan
kasus yang paling parah dan sulit diperbaiki.1 Amblyopia tipe ini lebih parah
dibandingkan dengan tipe yang lain.14
Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat/ total yang menempati daerah
sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus dianggap dapat menyebabkan amblyopia
berat. Kekeruhan lensa yang sama terjadi pada usia > 6 tahun tidak berbahaya.1
Amblyopia oklusi adalah bentuk amblyopia deprivasi disebabkan karena penggunaan
patch (penutup mata) yang berlebihan.1 Amblyopia berat dilaporkan dapat terjadi 1
minggu setelah penggunaan patching unilateral pada usia < 2 tahun sesudah menjalani
operasi ringan pada kelopak mata.10
VI.DIAGNOSIS
Amblyopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat
dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang dapat menyebabkan
amblyopia.1
ANAMNESIS
Bila menemui pasien amblyopia, ada 4 pertnayaan penting yang harus kita tanyakan dan
harus dijawab dengan lengkap, yaitu :4

1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan amblyogenik? (seperti strabismus,


anisometropia, dll)
2. Kapan pertama kali dilakukan terapi?
3. Terapi apa yang telah dilakukan?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap terapi itu?
Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat
prognosisnya.4
Jelek s/d sedang

Sedang s/d baik

Baik s/d sempurna

Onset anomali

Lahir s/d usia 2

2 s/d4 tahun

4 s/d 7 tahun

amblyopia

tahun

Onset terapi

>3 tahun

1 s/d 3 tahun

1 tahun

Bentuk dan

Koreksi optikal

Koreksi optikal dan

Koreksi optikal

keberhasilan dari

kemajuan VA

patching

penuh patching

terapi awal

minimal

kemajuan VA
signifikan
Latihan
akodomodasi,
koordinasi matatangan,& fiksasi
adanya stereopsis &
Alternasi

Kepatuhan

Tidak s/d kurang

Lumayan s/d cukup

Cukup s/d sangat


patuh

VA = visual acuity = tajam penglihatan

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita strabismus
atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan presdiposisi seorang anak menderita
amblyopia.3 strasbismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi. Ferkuensi strabismus
yang wariskan berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung,
dimana pada orangtua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang
tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%.4
TAJAM PENGLIHATAN
Penderita amblyopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan
mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan
yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu
subnormal.10
Telah diketahui bahwa penderita amblyopia sulit mengidentifikasi huruf yang tersusun
linier (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat dilakukan dengan
meletakkan balok di sekitar huruf tunggal. Hal ini disebut crowding phenomenon
terkadang mata amblyopia dengan tajam penglihatan 6/6 pada huruf isolasi dapat turun
hingga 6/30 bila ada interaksi bentuk (countour interaction). Perbedaan yang besar ini
terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang diobati, dimana tajam
penglihatannya jauh lebih baik pada huruf isolasi daripada huruf linier. Oleh karena itu,
amblyopia sangat efektif dan efisien pada anak anak.
Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat dites dengan kartu Snellen standar.
Untuk non verbal Snellen yang banyak digunakan adalah tes E dan tes HOTV.10 Tes
lain adalah dengan simbol LEA. Bentuk ini mudah bagi anak usia 1 tahun (todler) dan
mirip dengan konfigurasi huruf snellen caranya dengan HOTV.10

NEUTRAL DENSITY (ND) FILTER TEST


Tes ini digunakan untuk membedakan ambyopia fungsional dan organik. Filter densitas
netral (Kodak no.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup untuk menurunkan
tajam penglihatan mata normal dari 6/6 menjadi 6/12 ditempatkan didepan mata yang
8

amblyopic.10,12 Bila pasien menderita amblyopia, tajam penglihatan dengan NDF tetap
sama dengan visus semula atau sedikit membaik.7
Jika ada amblyopia organic, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila digunakan
filter,12,14 misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian tangan. 7 Keuntungan
tes ini bias digunakan untuk screening secara cepat sebelum, dikerjakan terapi oklusi,
apabila penyebab amblyopia tidak jelas.12
MENENTUKAN SIFAT FIKSASI
Pada pasien amblyopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan sentral terletak pada
foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah retina
parafoveal hal ini sering dijumpai pada pasien dengan strabismik amblyopia daripada
anisometropik amblyopia.14 Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200
(6/60) atau lebih buruk lagi.1,14 Tidak cukup kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada
posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan
dapat didokumentasi dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat
untuk fiksasi eksentrik bilateral.12
o Visuskop
Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan target
fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target
fiksasi ke dekat makula, dan pasien mengarahkan pandagannya ke tanda bintik hitam
(asterisk / *).12,14
Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali untuk
menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. 12 Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak
di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga asterisk bergerak ke daerah
ekstrafoveal dari fiksasi retina.14
o Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral
Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan terjadi pada
pasien pasien dengan amblyopia kongenital keduabelah mata dan dalam hal ini pada
penyakit makula bilateral dalam jangka lama.12 Misalnya bila kedua mata ekstropia atau
esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi
9

semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan. Tes visuskop akan menunjukkan
adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah mata.14

VII. PENATALAKSANAAN
Amblyopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu
dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula
peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin
penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap
untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).10
Penatalaksanaan amblyopia meliputi langkah langkah berikut1 :
1. Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak
2. Koreksi kelainan refraksi
3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata
yang lebih baik
PENGANGKATAN KATARAK
Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda
tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan, sangat penting
dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval
operasi pada mata yang pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya
katarak traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam
beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan.1 Yang mana katarak traumatika
itu sangat bersifat amblyopiogenik. Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki
optikal, dan penggunaan reguler mata yang terluka, akan mengakibatkan amblyopia berat dalam
beberapa bulan, selambat lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.10
KOREKSI REFRAKSI
Bila amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi
dengan kacamata atau lensa kontak.2 Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia diberi dengan
koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia.1
10

Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila
memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. 10 Karena kemampuan
mata amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia tidak dapat
mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak normal. Koreksi
aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan terjadinya deprivasi
penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit optikal berat. Amblyopia anisometropik dan
amblyopia isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama
beberapa bulan.1
VIII. KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN
Semua bentuk penatalaksanaan amblyopia memungkinkan untuk terjadinya amblyopia
pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus dipantau
dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan
setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk
anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering
oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.1
Hasil akhir terapi amblyopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat,
tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata.1
Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut1 :

Derajat amblyopia

Pilihan terapeutik yang digunakan

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

Usia pasien

Semakin berat amblyopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang lebih
lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan amblyopia strabismik berat
dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang memakai penutup
hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk
dapat berhasil.1

11

IX. KEKAMBUHAN (REKURENSI)


Bila penatalaksanaan amblyopia dihentikan setelah perbaikan penuh atau masih sebagian
tercapai, sekitar setengah dari pasien-pasien akan mengalami kekambuhan, yang selalu dapat
disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. Kegagalan dapat dicegah dengan memakai
pengaturan pada penglihatan, seperti patching selama 1 3 jam per hari, penalisasi optikal
dengan kacamata, atau penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1 atau 2 hari per minggu.
Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman penglihatan telah stabil tanpa terapi lain selain
kacamata biasa. Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodik sampai usia 8 10 tahun.
Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan untuk follow-up dapat dilakukan tiap 6
bulan.1
X. PROGNOSIS
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi
pertama.3 Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal
ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat
dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.17 Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah
sebagai berikut3 :
Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik prognosisnya
paling baik.
Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis semakin
baik.
Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan awal
pada mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 : Amblyopia;
Section 6; Basic and Clinical Science Course; 2004 2005; p.63 70
2.

Lee,J;

Bailey,G;

Thompson,

V;

Amblyopia

(Lazy

Eye).

Available

at

http://www.allaboutvision.com/conditions/amblyopia.htm
3. Yen, K.G ; Amblyopia. Available at : http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm
4. Ciufrfreda, K.J; Levi,D.M ; Selenow, A ; Amblyopia Basic and Clinical Aspects, Butterworth
Heinemann; 1991
5. Amblyopia in Common Eye Conditions Disorders and Diseases. Available at:
http://www.middleseweye.com/eye_conditions.htm
6. Leske,M.C ; Hawkins, B.S ; Screening: Relationship to diagnosis and therapy in Duanes
Clinical Ophthalmology; Chapter 54; Volume 5; Revised Edition; Lippincott Williams &
Wilkins; 2004; p.11
7. American Academy of Ophthalmology ; International Ophthalmology; Chapter 10:
Amblyopia; Section 13; Basic and Clinical Science Course; 2004 2005; p111-119
8.

Amblyopia

Treat

Lazy

Eye

in

early

childhood.

Available

at:

http://www.eyesite.ca/english/public-information/eyeconditions/pdfs/amblyopia.pdf#search=amblyopia
9. Amblyopia

in Children: What

It Is

and How

It

Is Treated. Available

at:

http://familydoctor.org/460.xml?printxml
10. Greenwald, M.J; Parks, M.M; in Duanes Clinical Ophthalmology; Volume 1; Revised
Edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2004; Chapter 10 p.1-19; Chapter 11 p1-8
11. Henkind, P; Priest, R.S; Schiller, G; Compendium of Ophthalmolgy; J.B.Lippincott
Company; Philadelphia and Toronto; 1983; p 78-93
12. Noorden,G.K.V; Atlas Strabismus; Edisi 4; EGC; Jakarta; 1988; p78-93
13. Cleary, M ; Efficacy of Occlusion for Strabismic Amblyopia : Can an optimal duration be
identified?. Available at : http://www.bjo.com
14. Langston, D.P; Manual of OcularDiagnosis and Therapy; 5thEdition; Lippincott Wlliams
& Wilkins; Philadelphia; p 344-346
15. Mims,J.L ; Treatment of Amblyopia Secondary to a Refractive Error in Decision Making
13

in Ophthalmolgy;Mosby ; 2000; p 138


16. Amblyopia. Available at : http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID=64
17.

Medical

Encyclopedia

Amblyopia.

Available

at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001014.htm

14

You might also like