You are on page 1of 63

1

BAB I
PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah

Unit

Pelaksana

Teknis

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan


di

wilayah

kerjanya.

Puskesmas

berperan

menyelenggarakan

upaya

kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup


sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan optimal.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari upaya
kesehatan wajib dan usaha kesehatan pengembangan.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas
harus melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan
luaran puskesmas secara efektif dan efisien. Manajemen puskesmas terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan pertanggung
jawaban.

Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling

terkait dan berkesinambungan.


Menurut Kemenkes No 128 tahun 2004 terdapat 7 masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan program Puskesmas untuk mencapai target
program, diantaranya sistem manajemen puskesmas yang diselenggarakan
melalui mekanisme perencanaan mikro (microplanning) yang kemudian
menjadi perencanaan tingkat puskesmas, penggerakan pelaksanaan (P2)
yang diselenggarakan melalui mekanisme loka karya mini (mini workshop)
serta pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) yang diselenggarakan
melalui mekanisme stratifikasi puskesmas yang menjadi penilaian kinerja
puskesmas, dengan berlakunya prinsip otonomi yang perlu disesuaikan.
Masalah lainnya yaitu kegiatan yang dilaksanakan puskesmas kurang
berorientasi pada masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.
Selama ini semua puskesmas dimanapun berada menyelenggarakan upaya
kesehatan yang sama.
2 RUMUSAN MASALAH
1
Bagaimana peran serta setiap bagian dalam struktur organisasi di
2

Puskesmas Tulang Bawang I?


Bagaimana penerapan sistem manajemen Puskesmas Tulang Bawang
I?

3 TUJUAN
1 TUJUAN UMUM
a. Untuk meningkatkan kemapuan manajemen di Puskesmas Tulang Bawang
I

dalam

melaksanakan

perencanaan,

pelaksanaan,

pengendalian,

pengawasan dan pertanggung jawaban berdasarkan fungsi dan azas


pelaksanaannya.
b. Untuk meningkatkan mutu kualitas pelayanan Puskesmas Tulang Bawang I
2 TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui peran serta setiap bagian dalam struktur organisasi di
Puskesmas Tulang Bawang I
b. Mengetahui penerapan sistem manajemen Puskesmas Tulang Bawang I
4 MANFAAT
1 Meningkatkan kemapuan manajemen di Puskesmas Tulang Bawang I dalam
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan
dan pertanggung jawaban berdasarkan fungsi dan azas pelaksanaannya.
2 Meningkatkan mutu kualitas Puskesmas Tulang Bawang I

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

KONSEP DASAR PUSKESMAS

2.1.1 Pengertian
Puskesmas

adalah

unit

pelaksana

teknis

dinas

kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan


kesehatan di suatu wilayah kerja.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan
di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab
utama
penyelenggaraan
pembangunan

kesehatan

di

wilayah

seluruh

kabupaten/kota

adalah

upaya
Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab


hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW).

Masing-masing

puskesmas

tersebut

secara

operasional

bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


2.1.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
menurut Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan.

2.1.3 Misi
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan
ditempuh melalui misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
2.1.4 Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas
adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
2.1.5 Fungsi
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan

memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat


dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap

program

pembangunan

di

wilayah

kerjanya.

Khusus

untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah


mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran,

kemauan,

dan

kemampuan

melayani

diri

sendiri

dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan


kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas
kesehatan

bertanggungjawab

tingkat

pertama

menyelenggarakan

secara

menyeluruh,

pelayanan

terpadu

dan

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi


tanggungjawab puskesmas meliputi:
1) Pelayanan kesehatan perorangan.
Pelayanan kesehatan perorangan

adalah

pelayanan

yang

bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan


penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit.

Pelayanan

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu


ditambah dengan rawat inap.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat

adalah

pelayanan

yang

bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan


meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan
kesehatan

penyakit

masyarakat

dan

pemulihan

tersebut

antara

kesehatan.

lain

promosi

Pelayanan
kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,


peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
2.2 KEDUDUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA
2.2.1 Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan
Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem
Pemerintah Daerah:
a. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
sebagai

sarana

pelayanan

kesehatan

strata

pertama

yang

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan


upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang

bertanggungjawab

menyelenggarakan

sebagian

pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

tugas

c. Sistem Pemerintah Daerah


Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.
d. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah
sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk
upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti
posyandu, polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya
masyarakat adalah sebagai pembina.
2.2.2 Organisasi
a. Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Tulang Bawang 1

Keterangan :

KESLING
P2M
GHTR
FARMAKMIN
K3
P.A.L
SATGAS

:
:
:
:
:
:
:

Kesehatan Lingkungan
Pemberatasan Penyakit Menular
Gigitan Hewan Tersangka Rabies
Farmasi, Makanan dan Minuman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Practical Approach Lung Health
Satuan Tugas

b. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas
disesuaikan

dengan

puskesmas.

Khusus

tugas

dan

untuk

tanggungjawab

Kepala

masing-masing

Puskesmas

kriteria

unit

tersebut

dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum


pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
c. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala

Puskesmas

adalah

penanggungjawab

pembangunan

kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut


dan

besarnya

peran

Kepala

Puskesmas

dalam

penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan, maka jabatan Kepala


Puskesmas setingkat dengan eselon III-B. Dalam keadaan tidak tersedia
tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B,
ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas
yakni seorang sarjana di bidang kesehatan kesehatan yang kurikulum
pendidikannya

mencakup

bidang

kesehatan

masyarakat,

dengan

kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.


2.2.3 Tata Kerja
a. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan
kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di
tingkat

kecamatan.

Koordinasi

tersebut

mencakup

perencanaan,

penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian.


Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh
puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan
fasilitasi.
b. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas
Kabupaten/Kota,

adalah
dengan

unit

pelaksana

demikian

secara

teknis

Dinas

teknis

dan

Kesehatan

administratif,

puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina
serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
c. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola
oleh lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama
termasuk

penyelenggaraan

diselenggarakan.

rujukan

Sedangkan

dan

sebagai

memantau

Pembina

kegiatan

upaya

yang

kesehatan

bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan teknis,


pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
d. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan
berbagai

pelayanan

kesehatan

rujukan.

Untuk

upaya

kesehatan

perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai


sarana

pelayanan

(kabupaten/kota)

kesehatan

dan

perorangan

berbagai

balai

seperti

kesehatan

rumah

sakit

masyarakat

(balai

pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata masyarakat, balai


kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai
kesehatan

jiwa

Sedangkan

untuk

diselenggarakan

masyarakat,
upaya
dengan

balai

kesehatan
berbagai

kesehatan

indra

masyarakat,
sarana

masyarakat).

jalinan

pelayanan

kerjasama
kesehatan

masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik


Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut

diselenggarakan melalui

penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota.
e. Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan

sebagian

tugas

pembangunan

kesehatan

yang

dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil


yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus
dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di
tingkat

kecamatan.

Diharapkan

di

satu

pihak,

penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan dari

10

berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang


diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak positif
terhadap kesehatan.
f.

Dengan Masyarakat
Sebagai

penanggungjawab

penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif


dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif
tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta dunia
usaha.

BPP

tersebut

berperan

sebagai

mitra

puskesmas

dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan.


2.3 UPAYA DAN AZAS PENYELENGGARAAN
2.3.1 Upaya
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
a. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan

komitmen

nasional,

regional

dan

global

serta

yang

mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan


masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib
tersebut adalah:
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Upaya Kesehatan Lingkungan
3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4) Upaya Perbaikan Gizi
5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6) Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

11

masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.


Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya
Upaya

Kesehatan Sekolah
Kesehatan Olah Raga
Perawatan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Kerja
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Mata
Kesehatan Usia Lanjut
Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat


serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena
ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib
dan upaya pengembangan puskesmas.
Perawatan

kesehatan

masyarakat

merupakan

pelayanan

penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan


pengembangan.

Apabila

perawatan

kesehatan

masyarakat

menjadi

permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai


salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat
upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas
yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya
inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
puskesmas

bersama

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

dengan

mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan


dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana
secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu
pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan
pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas
dapat

pula

ditetapkan

sebagai

penugasan

oleh

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota.
Apabila

puskesmas

belum

mampu

menyelenggarakan

upaya

kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka


Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

bertanggunjawab

dan

wajib

12

menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu


dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan
rawat inap. Untuk ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat
inap

tersebut,

yang

dalam

pelaksanaannya

harus

memperhatikan

berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang


telah ditetapkan.
Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam
keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas dapat dikembangkan
pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan
maupun

rawat

inap.

Keberadaan

pelayanan

medik

spesialistik

di

puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada


masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis
yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga
tetap

fungsional

puskesmas

yang

diatur

oleh

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat.
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan
fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama

yang

bertanggungjawab

menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah


kerjanya.
2.3.2 Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan

upaya

kesehatan

wajib

dan

upaya

kesehatan

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara


terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari
ketiga

fungsi

menerapkan

puskesmas.
prinsip

dasar

Dasar
dari

pemikirannya
setiap

fungsi

adalah

pentingnya

puskesmas

dalam

menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib


maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan puskesmas
yang dimaksud adalah:
a. Azas pertanggungjawaban wilayah

13

Azas

penyelenggaraan

puskesmas

yang

pertama

adalah

pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
1) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
2) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
3) Membina

setiap

upaya

kesehatan

strata

pertama

yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya


4) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya

upaya

kesehatan

strata

pertama

oleh

puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai


upaya kesehatan di luar gedung puskesmas lainnya (outreach activities)
pada

dasarnya

merupakan

realisasi

dari

pelaksanaan

azas

pertanggungjawaban wilayah.
b. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Azas

penyelenggaraan

puskesmas

yang

kedua

adalah

pemberdayaan masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan


perorangan,

keluarga

dan

masyarakat,

agar

berperan

aktif

dalam

penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi


masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
1) Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga
Balita (BKB)
2) Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3) Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi)
4) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)

14

5) Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa


Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
6) Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
7) Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
8) Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
10)

Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana

sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan


c. Azas Keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan.
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua
macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:
1) Keterpaduan Lintas Program
Keterpaduan
penyelenggaraan

lintas

program

berbagai

adalah

upaya

upaya

kesehatan

memadukan

yang

menjadi

tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara


lain:
a) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
b) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
c) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
d) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
2) Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan

lintas

sektor

penyelenggaraan

upaya

inovasi)

berbagai

dengan

puskesmas
program

adalah

upaya

(wajib,
dari

memadukan

pengembangan

sector

terkait

dan

tingkat

15

kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.


Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
a) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
b) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
c) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
d) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
e) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
f) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
d. Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki
langsung

oleh

puskesmas

dengan

terbatas.

masyarakat

Padahal
dengan

puskesmas
berbagai

berhadapan

permasalahan

kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai


masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan

16

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus


penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu
kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya
ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal
maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya
memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga
macam:
a) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(biasanya operasi) dan lain-lain.
b) Rujukan

bahan

pemeriksaan

(spesimen)

untuk

pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap.


c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih

kompeten

untuk

melakukan

bimbingan

kepada

tenaga

puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di


puskesmas.
2) Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
Cakupan
masalah

rujukan

kesehatan

pelayanan

masyarakat,

kesehatan
misalnya

masyarakat

kejadian

luar

adalah
biasa,

pencemaran lingkungan, dan bencana.


Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila
satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila
suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan
masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga
macam:
a) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan
bahan makanan.
b) Rujukan

tenaga

antara

lain

dukungan

tenaga

ahli

untuk

penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah

17

hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena


bencana alam.
c) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat

(antara

lain

Upaya

Kesehatan

Sekolah,

Upaya

Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air


bersih)

kepada

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Rujukan

operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.


2.4 MANAJEMEN PUSKESMAS
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan
puskesmas,

perlu

ditunjang

oleh

manajemen

puskesmas

yag

baik.

Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja


secara

sistematik untuk

menghasilkan

luaran

puskesmas

yang

efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh


puskesmas

membentuk

fungsi-fungsi

manajemen.

Ada

tiga

fungsi

manajemen pusksesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan


Pengendalian, serta Pengawasan dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi
manajemen

tersebut

harus

dilaksanakan

secara

terkait

dan

berkesinambungan.
2.4.1 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja pusksesmas. Rencana
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan
upaya

kesehatan

wajib.

Kedua,

rencana

tahunan

upaya

kesehatan

pengembangan.
a. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas,
yakni Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak
termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Langkah-langkah
perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah sebagai berikut:

18

1) Menyusun Usulan Kegiatan


Langkah

pertama yang

dilakukan

oleh puskesmas adalah

menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan


yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah
sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di
puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart)
yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan
(volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap
kegiatan.
Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan (RUK)
No

Upaya
Puskesm
as

Kegiata
n

Tujuan

Sasar
an

Targe
t

Wakt
u

Volume
Kegiatan

Loka
si

Perkiraa
n Biaya

Hasil yang
diharapka
n

Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan


puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan
kabupaten/kota dengan mengikut sertakan BPP serta dikoordinasikan
dengan camat.
2) Mengajukan Usulan Kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan
usulan kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin,
sarana

dan

prasarana,

dan

operasional

puskesmas

beserta

pembiayaannya.
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Langkah

ketiga

yang

dilakukan

oleh

puskesmas

adalah

menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of
Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan
pemetaan wilayah (mapping).
Contoh Gantt Chart Rencana Pelaksanaan (POA)
Upaya kesehatan

19

Kegiat

Sasar

Targe

Volume

Rincian

Lokasi

Tenaga

Jadwal

Kebutuha

an

an

Kegiat

Pelaksana

Pelaksana

Pelaksan

an

an

an

Pelaksana
an

Contoh pemetaan wilayah upaya kesehatan puskesmas (mapping)

b. Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan


Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang
dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya laboratorium
kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus
dilakukan untuk kelengkapan upaya-upaya puskesmas. Langkah-langkah
perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh
puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya
kesehatan

pengembangan

yang

akan

diselenggarakan

oleh

20

puskesmas.

Identifikasi

ini

dilakukan

berdasarkan

ada/tidaknya

masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan


pengembangan tersebut. Apabila puskesmas memiliki kemampuan,
identifikasi

masalah

dilakukan

bersama

masyarakat

melalui

pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei Mawas Diri).


Survei Mawas Diri merupakan Kegiatan pengumpulan data untuk
mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang
dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Tahapan pelaksanaan:
a) Pengumpulan

data

cepat

berupa

data

primer

yakni

yang

dikumpulkan langsung dari sumber data atau data sekunder yakni


yang berasal dari catatan yang ada.
b) Pengolahan data
c) Penyajian data berupa data masalah dan potensi
Tetapi
masyarakat

apabila
tersebut

kemampuan
tidak

dimiliki

pengumpulan
oleh

data

puskesmas,

bersama
identifikasi

dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh


petugas puskesmas dengan mengikut sertakan Badan Penyantun
Puskesmas.
Delbecq Technique adalah Perumusan masalah dan identifikasi
potensi melalui kesepakatan sekelompok orang yang memahami
masalah tersebut. Tahapan pelaksanaan:
a)
b)
c)
d)

Pembentukan tim.
Menyusun daftar masalah
Menetapkan kriteria penilaian masalah
Menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan criteria penilaian
dilengkapi dengan uraian tentang potensi yang dimiliki.
Di samping itu identifikasi upaya kesehayan pengembangan

dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum
dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan
dikembangkan

sendiri

sesuai

dengan

masalah

dan

kebutuhan

masyarakat serta kemampuan puskesmas.


2) Menyusun Usulan Kegiatan
Langkah

kedua

yang

dilakukan

o2leh

puskesmas

adalah

menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan

21

sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan


kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk
matriks

(Gantt

Chart).

pengembangan

Penyusunan

rencana

dilakukan

melalui

program

pada

tahap

pertemuan

awal
yang

dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat.
3) Mengajukan Usulan Kegiatan
Langkah

ketiga

yang

dilakukan

oleh

puskesmas

adalah

mengajukan usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk


pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke
Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain. Apabila dilakukan
ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi dengan uraian
tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya
upaya pengembangan tersebut.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah
menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

atau

penyandang

dana

lain

(Rencana

Kerja

Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang


dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan rencana
pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan
rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib.
2.4.2 Pelaksanaan dan Pengendalian
Pelaksanaan

dan

pengendalian

adalah

proses

penyelenggaraan,

pemantauan serta penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan


puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana
tahunan

upaya

kesehatan

pengembangan,

dalam

mengatasi

masalah

kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan


pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Pengorganisasian

22

Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas, perlu


dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang
harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk
setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian
habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh
petugas

puskesmas

dengan

mempertimbangkan

kemampuan

yang

dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui


pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan.
Contoh Gantt Chart Pembagian Beban Tugas dan Wilayah Kerja
N
o

Nama
petugas

Upaya
kegiatan

Sasara
n

Target

Jadwal kerja

Lokasi
kegiatan

Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim


secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang
dapat dilakukan :
1) Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua
sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja
pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
2) Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar
berbagai sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor
pendidikan,

sektor

agama,

sektor

kecamatan

pada

waktu

menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.


Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:
a) Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait
b) Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan
koordinasi kecamatan
b. Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya
adalah menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada
pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan
kegiatan sebagai berikut:

23

1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama


yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi
wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.
2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai
dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan
puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.
3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pada waktu menyelenggarakan kegiatan puskesmas harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Azas penyelenggaraan puskesmas
Penyelenggaraan kegiatan puskesmas harus menerapkan keempat
azas penyelenggaraan puskesmas yakni azas pertanggungjawaban
wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan
azas rujukan.
b) Berbagai standar dan pedoman pelayanan puskesmas.
Pada saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai standar dan
pedoman pelayanan puskesmas sebagai acuan penyelenggaraan
kegiatan

puskesmas

yang

harus

diperhatikan

pada

waktu

menyelenggarakan kegiatan puskesmas.


Standar dan pedoman tersebut adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Standar dan pedoman bangunan puskesmas


Standar dan pedoman peralatan puskesmas
Standar manajemen peralatan puskesmas
Standar dan pedoman ketenagaan puskesmas
Pedoman pengobatan rasional puskesmas
Standar manajemen obat puskesmas
Standar dan pedoman teknis pelayanan berbagai upaya kesehatan
perorangan

dan

upaya

kesehatan

masyarakat

yang

diselenggarakan oleh puskesmas


h) Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
i) Pedoman perhitungan satuan biaya pelayanan puskesmas
4) Kendali Mutu
Penyelenggaraan

kegiatan

puskesmas

harus

menerapkan

program kendali mutu. Prinsip program kendali mutu adalah kepatuhan


terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi,
yang memuaskan pemakai jasa pelayanan. Kendali Mutu merupakan
upaya

yang

dilaksanakan

secara

berkesinambungan,

sistematis,

obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab


masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,

24

menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai


dengan kemampuan yang tersedia serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun

saran

tindaklanjut

untuk

lebih

meningkatkan

mutu

pelayanan. Prinsip kendali mutu adalah mengikuti siklus pemecahan


masalah (problem solving cycle), dilaksanakan melalui kerjasama tim
(team based), sesuai sumber daya yang tersedia (resource based).
5) Kendali Biaya
Penyelenggaraan

kegiatan

puskesmas

harus

menerapkan

program kendali biaya. Prinsip program kendali biaya adalah kepatuhan


terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan serta etika profesi,
yang

terjangkau

merupakan

oleh

upaya

pemakai

yang

jasa

pelayanan.

dilaksanakan

secara

Kendali

biaya

berkesinambungan,

sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan kebijakan dan


tatacara penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta

memantau

pelaksanaannya

sehingga

terjangkau

oleh

masyarakat. Tahapan pelaksanaan:


a) Menetapkan

upaya

kesehatan

yang

diselenggarakan

lengkap

dengan rincian pembiayaannya.


b) Menjabarkan kebijakan dan tatacara penyelenggaraan (standar,
pedoman, dan nilai etika) yang mendukung
c) Melaksanakan upaya kesehatan yang sesuai dengan kebijakan dan
tatacara penyelenggaraan
d) Menampung dan menyelesaikan keluhan masyarakat yang terkait
dengan masalah biaya
e) Menyempurnakan penyelenggaraan

upaya

kesehatan

dengan

dengan

kegiatan

memperhatikan keluhan biaya dari masyarakat.


c. Pemantauan
Penyelenggaraan
pemantauan

yang

kegiatan

dilakukan

harus

secara

diikuti

berkala.

Kegiatan

pemantauan

mencakup hal-hal sebagai berikut:


1) Melakukan analisis penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
yang dibedakan atas dua hal, yaitu analisis internal, yakni telaahan
bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan.
Data yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku. SIMPUS merupakan suatu tatanan

25

yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan


keputusan

dalam

melaksanakan

manajemen

puskesmas

dalam

mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi yang didapat dari :


a) SP2TP
- Catatan: kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku
b)
c)
d)

register
Laporan: bulanan, tahunan dan KLB.
Survei lapangan
Lapoaran lintas sector
Laporan sarana kesehatan swasta
Kesimpulan dirumuskan dalam dua bentuk. Pertama, kinerja

puskesmas yang terdiri dari cakupan (coverage), mutu (quality) dan


biaya (cost). Kedua, masalah dan hambatan yang ditemukan pada
waktu penyelenggaraan kegiatan puskesmas. Telaahan bulanan ini
dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan puskesmas.
2) Analisis eksternal yakni telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai
oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor
lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas. Telaahan triwulan ini
dilakukan dalam Lokakarya Mini Triwulan puskesmas secara lintas
sektor.

2.4.3 Pengawasan dan Pertanggungjawaban


Pengawasan
kepastian

atas

danpertanggungjawaban

kesesuaian

adalah

penyelenggaraan

proses

dan

memperoleh

pencapaian

tujuan

puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundangan-undangan serta


kewajiban

yang

berlaku.

Untuk

terselenggaranya

pengawasan

dan

pertanggungjawaban dilakukan kegiatan sebagai berikut:


a. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal
dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan
langsung.

Pengawasan

eksternal

dilakukan

oleh

masyarakat,

dinas

kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait.


Pengawasan

mencakup

aspek

administratif,

keuangan

dan

teknis

pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan,


baik

terhadap

rencana,

standar,

peraturan

perundangan-undangan

26

maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala puskesmas harus
membuat

laporan

pelaksanaan

pertanggungjawaban

kegiatan,

serta

perolehan

tahunan
dan

yang

mencakup

penggunaan

berbagai

sumberdaya termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan kepada


Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

serta

pihak-pihak

terkait

lainnya,

termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila


terjadi penggantian kepala puskesmas, maka kepala puskesmas yang
lama diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.
2.4.4 Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu
ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada
beberapa sumber pembiayaan puskesmas, yakni:
a. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah kabupaten/kota. Di
samping itu puskesmas masih menerima dana yang berasal dari
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni :
1) Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan
gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat.
2) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan
gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya
operasional.
Setiap

tahun

kedua

anggaran

tersebut

disusun

oleh

Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan


ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersana DPRD
kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan
untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen
keuangan diturunkan secara bertahap ke puskesmas melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk beberapa mata anggaran tertentu,

27

misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan


alat,

anggaran

tersebut

dikelola

langsung

olen

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota atau oleh pemerintah kabupaten/kota.


Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima puskesmas
adalah kepala puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan
oleh pemegang keuangan puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan kepala puskesmas.
Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui
dengan

memperhatikan

berbagai

ketentuan

peraturan

perundang-

undangan yang berlaku.


b. Pendapatan puskesmas
Sesuai
kewajiban

dengan

kebijakan

membiayai

pemerintah,

upaya

kesehatan

masyarakat

dikenakan

perorangan

yang

dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh pemerintah daerah


masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang
terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari penyelenggraan
upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
1) Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala puskesmas menyetor langsung seluruh dana
retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
2) Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan
sebagian dari dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar antara 25 50% dari
total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan
untuk membiayai kegiatan operasional puskesmas. Penggunaan dana
tersebut secara berkala dipertanggungjawabkan oleh puskesmas ke
pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas
menggunakan seluruh dana yang diperolehnya dari penyelenggaraan
upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan operasional
puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan
dana seperti ini disebut puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai
dengan

kebijakan

dasar

puskesmas

yang

juga

harus

28

menyelenggarakan

upaya

kesehatan

masyarakat

yang

dananya

ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi puskesmas swakelola.


Dengan perkataan lain puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi
swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni
untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi
tanggungjawab pemerintah.

29

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada mini project ini adalah metode
deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Menurut Sukmadinata, N. S,
(2011),

penelitian

deskriptif

ditujukan

untuk

mendeskripsikan

atau

menggambarkan fenomena- fenomena yang ada. Fenomena yang dijelaskan


bertujuan

untuk

menggambarkan

karakteristik

individual,

situasi

dan

kelompok tertentu secara akurat.


Pada Mini project ini yang memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu
Puskesmas Tulang Bawang I maka diharapkan jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian yang memiliki dampak terhadap peningkatan mutu
puskesmas tersebut. Maka penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik
yang berorientasi pemecahan masalah.
3.2 POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah semua elemen yang berada di
Puskesmas Tulang Bawang I yaitu seluruh pegawai di Puskesmas Tulang
Bawang I yang berjumlah 71 orang.
3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu penelitian : Oktober 2014 - Januari 2015
Tempat penelitian : Puskesmas Tulang Bawang I
3.4 INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Penilaian Kinerja Puskesmas Tulang Bawang I tahun 2014
3.4.2 Perencanaan Tingkat Puskesmas Tulang Bawang I tahun 2014
3.4.3 Plan of Action
3.4.4 Laporan Bulanan
3.4.5 Laporan Register Kunjungan Pasien ke Puskesmas Tulang Bawang I
tahun 2014
3.4.6 Sistem Manajemen di tempat lain

30

3.5 ALUR KEGIATAN


Identifikasi dan perumusan
Penentuan
masalah
metode penelitianData
Analisis data dan pembahasan
Kesimpulan dan saran

Tinjauan pustaka dan hipotesis

Observasi

Kuesioner

Dokumentasi

Pengumpulan Data

Masalah di puskesmas

Upaya Pemecahan Masalah

Hasil Pemecahan Masalah

31

BAB IV
PROFIL PUSKESMAS
4.1

PROFIL KOMUNITAS UMUM

Seluruh penduduk yang berada di wilayah Kecamatan Banjar Agung berjumlah


35.650 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang 1 meliputi 11 (sebelas) kampung,
dan kampung yang paling padat penduduknya adalah Kampung DWT Jaya dengan
jumlah penduduk sebanyak 8.335 jiwa. (PKP PKM TB 1 2014 & Laporan Data
Kependudukan Kec. Banjar Agung Th 2012-2014).
4.2

DATA GEOGRAFIS
Puskesmas Tulang Bawang I terletak dikampung Tunggal Warga

Kecamatan Banjar Agung dengan jarak

27 km dari ibu kota Kabupaten

Tulang Bawang yaitu Menggala. Luas wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang
1adalah 9.772 Ha dengan batas :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kibang Budi
Jaya
b. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Gedung Aji
Lama
c. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Penawarjaya
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Banjar Baru
Wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang I sebagian besar berupa
dataran rendah

yang meliputi areal pemukiman dan daerah transit yang

padat dan sibuk karena merupakan jalur strategis antar kabupaten dan antar
propinsi, perkebunan dan perladangan milik penduduk dan sebagian kecil
milik perusahaan, meliputi 11 desa (kriteria biasa) yaitu :
1. Banjar Agung
2. Banjar Dewa
3. Tunggal Warga
4. Warga Makmur Jaya
5. Warga Indah Jaya
6. Dwi Warga Tunggal Jaya
7. Tri Tunggal Jaya
8. Moris Jaya
9. Tri Mukti Jaya
10.Tri Darma Wira Jaya

32

11.Tri Mulya Jaya

4.3 DATA DEMOGRAFIK


Keadaan Puskesmas Tulang Bawang I sebagian besar dataran yang
merupakan perkebunan dan peladangan.
Tabel 1
Data Jumlah Penduduk Per Desa Kec. Banjar Agung Tahun 2012 - 2014
No
Desa
2012
2013
2014
1
Tunggal Warga
4711
4776
4830
2
Warga Makmur Jaya
2385
2675
2703
3
Warga Indah Jaya
716
1202
775
4
DWT Jaya
8027
8259
8335
5
Tri Tunggal Jaya
4378
5400
5434
6
Banjar Agung
2969
3239
3302
7
Banjar Dewa
2450
2484
2535
8
Moris Jaya
3916
3256
3302
9
Tri Mukti Jaya
1014
1056
1110
10 Tri Darma Wira Jaya
1689
1979
2024
11 Tri Mulya Jaya
1238
1243
1300
JUMLAH
33.493 jiwa
35.569 jiwa
35.650 jiwa
Sumber : PKP PKM TB 1 2014 & Laporan Data Kependudukan Kec. Banjar Agung Th 20122014

Grafik 1
Persebaran Penduduk per Desa Wilayah Kerja Puskesmas Tulang Bawang I Tahun 2014

2024 1300
Warga Makmur
Jaya

Tunggal Warga

1110

Warga Indah Jaya


4830

2703
775

3302
2535
Tri Tunggal Jaya 3302
Banjar Agung

Banjar Dewa

8335

5434

Tri Mukti Jaya

DWT Jaya

Tri Darma WJ

Tri Mulya Jaya

Moris Jaya

33

Grafik 2.PERBANDINGAN JUMLAH PENDUDUK KEC.BANJAR AGUNG


PER TAHUN

2012
2013

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tabel 2
Jarak dan Waktu Tempuh ke Desa dari
Luas
Jarak
Wilaya
Tempuh
Desa
h
(Kilomete
(Hektar
r)
)
Banjar Agung
484
5
Banjar Dewa
467
8
Tunggal Warga
757
3
Warga Makmur 763
5
Jaya
Warga
Indah 759
8
Jaya
DWT Jaya
753
4
Tri Tunggal Jaya 1.219
7
Moris Jaya
1.450
10
Tri Mukti Jaya
851
12
Tri
Darma 754
14
Wirajaya
Tri Mulya Jaya
751
16
9.772

Ja
ya
ya
M
ul

Tr
i

Tr
i

M
uk
ti
Ja
ya

a
D
ew
ja
an
B

gg
Tr
i

Tu
n

al

Ja
ya
h
da

W
ar
ga

In

al
gg
Tu
n

N
o

Ja
ya

2014

W
ar
ga

Jumlah jiw a

9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0

Puskesmas Tulang Bawang 1


Waktu
Tempuh
(menit)

Alat Transportasi
Roda 2

Roda 4

12
20
7
12

20

10
17
25
30
35

40

Sumber : Persetujuan Jarak Tempuh PKM Tulang Bawang 1 dengan Kec. Banjar Agung 2013

Melihat tabel 1 dan grafik 2 di atas maka dapat dilihat perbandingan


jumlah penduduk Kecamatan Banjar Agung tahun 2012 s/d 2014. Terjadi
perubahan jumlah penduduk, dengan kenaikan 15 % pada tahun 2013 dan
kenaikan 9 % pada tahun 2014. Prosentase ini termasuk kategori besar
karena Kecamatan banjar Agung adalah daerah semi urban dan pusat
perekenomian bagi Kabupaten Tulang Bawang.

34

Dari Tabel 2 terlihat bahwa dengan luas wilayah kerja Puskesmas


Tulang Bawang 1 9.772 Ha, jarak desa terjauh dari Puskesmas Tulang Bawang
1 16 km dengan jarak tempuh 40 menit, dengan kondisi berupa dataran
rendah, melewati banyak daerah perkebunan rakyat, dan sebagian kecil jalan
yang dilalui berupa jalan batu kasar (onderlaag).
4.4

SUMBER DAYA KESEHATAN PUSKESMAS TULANG BAWANG 1


Tenaga medis dan non medis di Puskesmas Tulang Bawang 1 sampai

dengan akhir tahun 2014 berjumlah 75 orang.


Tabel . Data Ketenagaan PKM Tulang Bawang 1 th 2014
N
O

JENIS
PENDIDIKAN

Sarjana Strata 1

Diploma III

Diploma 1

Umum

JUMLAH

JENJANG
Dokter
Dokter Gigi
Apoteker
SKM
S.Keperawatan
S.Nurse
S. ST
Umum
AKPER
AKBID
AKPAR
AKZI
APK
AKL
AKPRO
AAK
AKG
Umum
Rekam Medik
ATEM
Bidan
SPPH
SPPM
SPAG
SMAK
SPRG
SPK
PEKES
SMA+
Farmasi
SMA
SMK
SMP+
SD

PN
S
2
1
1
4
1
4
3
13
7

JUMLAH
PT
PH
T
L

TK
S

KETERANGA
N

2
7

4
9

1
1

1
1
3
1

46

1
1
1
1
19

Sumber : Database Kepegawaian PKM Tulang Bawang 1 tahun


2014

35

4.5

SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS

TULANG BAWANG 1
4.5.1 Keadaan Fasilitas Kesehatan
Tabel
Data Faskes/Penunjang di Wilayah Kerja PKM Tulang Bawang 1
Tahun 2014
No Fasilitas
Jumlah
Kesehatan/Penunjang
1
Puskesmas Induk
1
2
Puskesmas Pembantu
1
3
Gudang Obat
1
4
Laboratorium sederhana
1
5
Poskesdes
11
6
Rumah Bersalin
1
7
Klinik
2
8
Praktek dokter swasta
4
9
Apotek
10
10 Rumah Sakit swasta
11 Mobil Ambulans
1
Sumber : Laporan SP2TP PKM TB 1 th 2014

4.5.2 Keadaan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat


Tabel
UKBM di Wilayah Kerja PKM Tulang
No Jenis UKBM
1
KPKIA
2
Posyandu Balita
3
PSI
4
BKB
5
Posyandu Usila
6
TOGA
7
Desa P4K
8
Posbindu
9
Kelas Ibu Hamil

Bawang 1 Tahun 2014


Jumlah
15
15
11
1
11
12
11
2
11

Sumber : Laporan SP2TP PKM TB 1 th 2014

Tabel
Posyandu Balita di Wilayah Kerja PKM Tulang Bawang 1 Tahun 2014
No
Desa
Jumlah
1
Banjar Agung
2
2
DWT Jaya
3
3
Tunggal Warga
1
4
Moris Jaya
1
5
Tri Darma Wira Jaya
1
6
Banjar Dewa
1
7
Warga Makmur
1
8
Warga Indah Jaya
1
9
Tri Tunggal Jaya
2
10
Tri Mulya Jaya
1
11
Tri Mukti Jaya
1
JUMLAH
15
Sumber : Laporan LB3 KIA PKM TB 1 th 2014

4.5.3 Keadaan Peralatan Kesehatan

36

Tabel . Data Keadaan Peralatan Kesehatan PKM Tulang Bawang 1 Tahun 2014
KEADAAN
N
O

NAMA ALAT

SATUA
N

VOL

TAHU
N

ASAL
DANA

Bai
k

Kuran
g baik

Rusa
k
bera
t

Pemeriksaan Umum
1

Tiang infus stainless steel 5 kaki

buah

2013

Instrumen troley

buah

2013

Examination table

unit

2013

Tabung Oksigen 1 meter kubik

unit

2013

Regulator O2

unit

2013

Regulator O2

unit

2014

Tensimeter Dewasa (adult)+ manset

buah

2013

8
9

Tensimeter Dewasa (adult) Air Raksa


Tensimeter Dewasa (adult) Jarum

buah
buah

2
2

2014
2014

10

Instrument cabinet

buah

2013

11

Termometer Digital

buah

2013

12

Timbangan Nenonatus Digital

buah

2013

13

Stetoskop Dewasa (adult)

buah

2013

14

Stetoskop Dewasa (adult)

buah

2014

15

Stetoskop paediatric

buah

2013

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Alat Ukur Tinggi Badan


Timbangan
Phantom Gigi medium
Tang Gigi Dewasa
Tang Gigi Anak
Canula O2 Dewasa
Canula O2 Anak
Canula O2 Bayi (infant)
Ambubag infant
Bed Patient umum
Tiang infus stainless steel 5 kaki
Brankard
Alat USG Mindray DP 10
Alat PAL
Peak Flow Meter
Optichamber with metered dose inhaler
Nebulizer
Pemeriksaan Gynekolog

buah
buah
buah
set
set
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
unit

3
1
1
1
1
2
1
1
1
12
10
1
1

2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014

DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
JKN
DAK
Dinkes
JKN
JKN
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
JKN
DAK
Dinkes
JKN
JKN
JKN
JKN
JKN
JKN
JKN
JKN
JKN

2014

JKN

buah
buah
unit

2
2
1

2011
2011
2011

GF
GF
GF

32

Spekulum Sims S

buah

2013

33

Spekulum Sims M

buah

2013

34

Spekulum Sims L

buah

2013

35

Klem kasa (korentang)

buah

2013

36

Bengkok

buah

2013

37

Spekulum Cocor Bebek Grave S

buah

2013

29
30
31

DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK

37

38

Spekulum Cocor Bebek Grave M

buah

2013

39

Spekulum Cocor Bebek Grave L

buah

2013

40

Sterilisator kering

buah

2013

buah

2013

Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes

Pemeriksaan Obstetri
41

Doppler Fetal Detector

DAK
Dinkes

Peralatan PONED
42

Nebulizer Ultrasonic

unit

2013

43

Kit Resusitasi dewasa

set

2013

unit

2013

44

Patient bed+matras (2 crank)+bedside


cabinet
Persalinan Normal

45

Gunting Episiotomi 145 mm

buah

2013

46

Gunting Tali Pusat 160 mm

buah

2013

47

Hb Test System Motor

unit

2014

DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
DAK
Dinkes
JKN

Sumber : Laporan Inventaris Barang PKM TB 1 s/d Desember 2014

Dalam tabel di atas terlihat data keadaan peralatan kesehatan yang


tersedia di Puskesmas Tulang Bawang 1. Data ini diinput menggunakan
laporan inventaris barang di Puskesmas Tulang Bawang 1 sampai dengan
November 2014, yang bersumber dari DAK Dinkeskab, JKN dan Global Fund
(GF) UI. Puskesmas Tulang Bawang merupakan puskesmas yang memiliki
fasilitas rawat inap dan juga Puskesmas Mampu PONED, maka banyak
tersedia alat kesehatan yang mendukung.
4.5.4 Pemenuhan Kebutuhan Obat
Tabel . Ketersediaan Dan Kebutuhan Obat PKM Tulang Bawang 1 Tahun 2014
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

NAMA OBAT
Obat Umum
Albendazol
Alopurinol
Aminofilin injeksi
Aminofilin
Amlodipin
Amlodipin
Amoksisilin
Antasida DOEN
Antifungi DOEN kombinasi
Anti malaria DOEN kombinasi
(Pirimetamin 25 mg, Sulfadoksin
500 mg)
Aqua pro injeksi steril
Asam askorbat (Vit C)
Asiklovir krim 5 %
Asiklovir
Asiklovir

JENIS SEDIAAN

JUMLA
H

tablet 400 mg
tablet 100 mg
ampul 24 mg/ml-10 ml
tablet 200 mg
tablet 5 mg
tablet 10 mg
kapsul 250 mg
tablet kunyah
pot @ 30 mg
tablet

4.470
3.000
150
1.800
150
120
7.080
1.000
48
300

vial
tablet 50 mg
tube @ 5 g
tablet 200 mg
tablet 400 mg

50
8.000
75
300
250

38

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Atropin sulfat injeksi


Betametason krim 0,1 %
Deksametason injeksi
Deksametason
Difenhidramin HCl Injeksi
Digoksin
Domperidon
Ekstrak Belladona
Etakridin (Rivanol) larutan 0,1 %
Fenobarbital injeksi
Fitomenadion (Vit K1) injeksi
Furosemid

28

Garam Oralit

29
30
31
32
33
34

Gentamicin injeksi
Glibenklamid
Gliseril Guaiakolat
Glukosa larutan infus 10 % steril
Glukosa larutan infus 40 % steril
Glukosa larutan infus 5 % steril

35

Griseofulvin

36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Haloperidol
Hidroklortiazid (HCT)
Hidrokortison krim 2,5 %
Ibuprofen
Isosorbid Dinitrat Sublingual
Kaptopril
Kaptopril
Ketorolac injeksi
Klindamisin
Kloramfenikol
Kloramfenikol tetes telinga 3 %
Klorfeniramin Maleat (CTM)
Klorpromazin HCl injeksi
Klorpromazin HCl injeksi
Klorpromazin
Kotrimoxazol Kombinasi
(Sulfametoxazol 400 mg +
Trimetropim 80 mg)
Kuinin (Kina)
Lidokain Komp. Injeksi
Magnesium Sulfas injeksi 20 %
Magnesium Sulfas injeksi 40 %
Metampiron (Antalgin) injeksi
Metampiron (Antalgin)
Metilergometrin Maleat injeksi
Metoklopramid injeksi
Metoklopramid
Metronidazol
Mineral Mix kombinasi
Natrium Diklofenak
NaCl larutan infus 0,9 % steril
Nifedipin
Nystatin
Oksitetrasiklin HCl salep mata 1 %
Papaverin injeksi
Papaverin
Parasetamol
Parasetamol
Piracetam

52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72

ampul 0,25 mg/ml-1 ml


tube @ 5 ml
ampul, 5 mg/ml-1 ml
tablet 0,5 mg
ampul 10 mg/ml-1 ml
tablet 0,25 mg
tablet 10 mg
tablet 10 mg
botol 300 ml
ampul 50 mg/ml-2ml
ampul 10 mg/ml-1 ml
tablet 40 mg
bungkus untuk 200 ml
air
ampul 40 mg/ml
tablet 5 mg
tablet 100 mg
flabot 500 ml
flash 25 ml
flabot 500 ml
tablet 125 mg
micronized
tablet 5 mg
tablet 25 mg
tube 5 g
tablet 200 mg
tablet 5 mg
tablet 12,5 mg
tablet 25 mg
ampul 10 mg/ml-1 ml
kapsul 300 mg
kapsul 250 mg
botol 5 ml
tablet 4 mg
ampul 25 mg/ml-1 ml
ampul 5 mg/ml-2 ml
tablet salut 100 mg
tablet
tablet 200 mg
ampul
vial 25 ml
vial 25 ml
ampul 250 mg/ml-2 ml
tablet 500 mg
ampul 200 mg-1 ml
ampul 5 mg/ml
tablet 10 mg
tablet 500 mg
bungkus
tablet 50 mg
flabot 500 ml
tablet 10 mg
tablet salut 500.000 IU
tube @ 3,5 g
ampul 40 mg/ml
tablet 40 mg
tablet 100 mg
tablet 500 mg
tablet 400 mg

60
100
100
3.800
150
1.000
1.300
400
44
30
50
300
300
160
3.000
10.000
180
15
100
800
400
1.000
96
800
400
2.200
800
25
500
3.000
24
10.000
30
30
400
5.800
60
300
65
42
60
3.100
60
10
200
200
200
4.000
120
500
700
75
100
200
1.400
5.800
200

39

73
74

Piracetam
Pirantel syrup 125 mg/ 5 ml

75

Pirantel tab score (base)

76
77
78
79
80
81
82
83

Pridoksin HCl (Vit. B6)


Piroksikam
Povidon Iodida larutan 10 %
Povidon Iodida larutan 10 %
Prednison
Primakuin
Propiltiourasil
Ringer Laktat larutan infus steril

84

Salbutamol

85

Salbutamol

86
87
88
89
90
91
92

Sefadroksil
Sianokobalamin (Vit. B12) injeksi
Sianokobalamin (Vit. B12)
Tetrasiklin HCl
Thiamin HCl/Mononitrat (Vit.B1)
Triheksifenidil HCl
Vitamin B Komplek
Vaksin dan Serum
Serum Anti Tetanus (ATS) injeksi
Vaksin Rabies Verorab
Obat Gigi
Etil Klorida spray
Bahan Habis Pakai
Alat suntik sekali pakai (ADS) 2,5 ml
Alat suntik sekali pakai (ADS) 5 ml
Benang Catgut No. 2/0 - 3/0
Infusion set anak (paed)

93
94
95
96
97
98
99
10
0
10
1
10
2
10
3
10
4
10
5
10
6
10
7
10
8
10
9

tablet 800 mg
botol 60 ml
tablet 125 mg, 25x4
tab
tablet 10 mg
tablet 20 mg
botol 30 ml
botol 300 ml
tablet 5 mg
tablet 15 mg
tablet 100 mg
flabot 500 ml
tablet 2 mg (sbg
sulfat)
tablet 4 mg (sbg
sulfat)
kapsul 500 mg
ampul 500 mcg-ml
tablet 50 mcg
kapsul 500 mg
tablet 50 mg
tablet 2 mg
tablet
ampul 1500 IU
vial
botol 100 ml

24 x 70 cm
set

200
70
600
5.000
900
41
26
6.000
1.000
700
260
700
1.800
3.400
300
1.000
2.000
1.000
300
3.000
15
4
6
1.300
400
360
30

Infusion set dewasa (adult)

set

IV cateter no.20

buah

50

IV cateter no.22

buah

50

Kapas pembalut/absorben 250 gr

127

Plester 5 yard x 2 inchi

rol

Urine bag

set

90

Wing needle No. 21 G

buah

200

Wing needle No. 23 G

buah

100

Wing needle No.25 G

buah

100

Wing needle No.27 G

buah

100

Obat Tambahan
11
0
11
1

Cefotaxim injeksi

vial 1 g

22

Ceftriaxon injeksi

vial 1 g

56

Sumber : LPLPO PKM TB 1 s/d November 2014

Dari tabel

di atas mengenai ketersediaan obat di Puskesmas Tulang

Bawang 1 terlihat adanya jumlah, jenis dan sediaan obat yang bervariasi.

40

Data ini di input menggunakan Laporan Pemakaian Obat Dan Lembar


Permintaan Obat (LPLPO) gudang obat sampai dengan November 2014.
Jumlah angka yang ada di kolom ke tiga merupakan sisa stock obat/Bahan
Habis Pakai yang tersedia untuk keperluan pelayanan medis di Puskesmas
Tulang Bawang 1. Obat-obatan ini merupakan subsidi dan didistribusikan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang yang bersumber dari APBD
I/APBD II/DAK/ASKES atau sumber lain. Dalam 1 tahun berlangsung 3 4
kali pendistribusian obat, yang berarti jumlah total per item rata-rata 3 kali
lipat, sesuai permintaan/kebutuhan pemakaian obat dari puskesmas.
4.6
DATA KESEHATAN MASYARAKAT
4.6.1 Angka Kematian
N
O
1
2
3

Tabel . Angka Kematian Bayi, Balita dan Ibu PKM Tulang Bawang 1
ANGKA KEMATIAN
JUMLAH
TAHUN
BAYI
BALITA
IBU
2012
0
0
0
0
2013
1
1
0
2
2014
3
0
0
3
Sumber ; Laporan KIA SP2TP PKM TB 1 th 2014 & PKP PKM TB1 TH 2014

Tahun 2013 terdapat 1 kasus kematian bayi dengan penyebab BBLR


(Berat Badan Bayi Lahir Rendah), 1 kasus kematian ibu dengan penyebab
atonia uteri. Tahun 2014 terdapat 3 kasus kematian bayi dengan penyebab 1
kasus BBLR, 1 kasus asfiksia, dan 1 kasus kelainan kongenital.

4.6.2 Angka Kesakitan


Grafik 3. 10 PENYAKIT TERBANYAK PKM TB 1 TAHUN 2012
2846
2259 2115

2022 1950

1014 982

li

tu

A
ku
s

it
is

te
e

ri
n
D

ia

a
h

m
a

to

id

e
yp
H

R
e

rt
e

A
rt
it
is

si

ld

1432 1263

n
m
o
m
o
C

Jumlah pasien

3000
2500
2000
1500
1000
500
0

Sumber : PTP PKM TB 1 Th 2012

667

41

Grafik 4. 10 PENYAKIT TERBANYAK PKM TB 1 TH 2013


1855 1795

1606 1586

623

G
s
ri
e

R
h

ia

m
a

te

id
to

m
m
o
C

750

ig

s
tu
e

li

A
rt
ri

o
C
n
o

a
G

1036 1012
885

ti
s

ld

1262

st
ri
ti
s

Jumlah Pasien

2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

Sumber : PTP PKM TB 1 Th 2013

Tabel
Data 10 Penyakit Terbanyak PKM Tulang Bawang 1 Th 2014
N
DIAGNOSA PENYAKIT
ICD X
JUMLAH
O
1
Common Cold
J.00
1498
2
Gastritis
K.29.7
1406
3
Hipertensi
I.10
1313
4
Gastroenteritis
A.09
877
5
Influenza
J.11.8
694
6
Non Insulin Dependent DM
E.11
690
7
Rheumatoid
M.069
498
8
Asma Bronchiale
J.45.9
342
9
Pharyngitis Acute
J.02.9
316
10 Bronchitis Acute
J.20.9
229
Sumber : Laporan LB3 Penyakit dan Register Pasien Instalasi Perawatan PKM TB

Grafik 5. 10 PENYAKIT TERBANYAK PKM TB 1 TH 2014

it
is

id

n
ry
a
h
P

m
a

to

za
n
In

f
u

e
rt
e
H
ip

R
h

m
m
o

co

ld

Junlah Penderita

si

1600 14981406
1313
1400
1200
877
1000
694 690
800
498
600
342 316
400
229
200
0

Terjadi beberapa pergeseran posisi pola penyakit utama dalam 10


penyakit terbanyak di Puskesmas Tulang Bawang 1. Untuk tahun 2012 dan

42

2014 urutan pertama adalah common cold, sedangkan tahun 2013 gastritis
menduduki urutan pertama. Data ini belum valid dan akurat karena belum
semua data penyakit di lingkup wilayah kerja puskesmas masuk dalam
rekapan, sehingga belum dapat menggambarkan pola penyakit tahunan.
Penyakit Menular
a. Malaria
Grafik 6. TEMUAN KASUS MALARIA KLINIS PKM TB 1
250
207

200
150

Tr
i

2014

M
uk
ti
Ja
ya

Tr
i

Tu
n

54

Tr
i

Ja
ya

00
gg

ur
M
ak
m

1717

al

Ja
ya

Ja
ya
a
W
ir

gg
Tu
n

an

ja

al

Ag
u

W
ar
ga

ng

W
ar
ga

Jumlah Penderita

2013

45
24 1822 22 14
8
6 126
1

50 38

D
ar
m

2012

102

85

100

Sumber : Laporan P2 Malaria SP2TP PKM TB 1 th 2012-2014

Berdasarkan data dalam grafik 6 Temuan kasus malaria klinis, terlihat


adanya penurunan jumlah kasus malaria klinis terutama tahun 2014.
Sebagian besar kasus malaria klinis ini berasal dari luar wilayah kerja
Puskesmas Tulang Bawang 1, karena Kecamatan Banjar Agung bukan daerah
endemis malaria.
b. Demam Berdarah

43

Grafik 7. TEMUAN KASUS DBD PKM TB 1


90

85

80
70
60
Jumlah Penderita
2012

50
40

45
2013

2014

30

20

20
10
0
TAHUN

Sumber : Laporan P2 DBD SP2TP PKM TB 1 th 2012-2014

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas


Tulang Bawang 1 memperlihatkan gambaran penurunan jumlah kasus pada
tahun 2014 dibandingkan periode 2 tahun sebelumnya. Hal ini dapat
disebabkan

karena

meningkatnya

pengetahuan

masyarakat

tentang

pentingnya gerakan 3 M plus, bisa pula karena cepatnya antisipasi


pencegahan meluas dan mewabahnya kasus karena berjalannya sistem
Pengawasan Wilayah Setempat oleh kegiatan surveilans puskesmas.

c. Diare

44

Grafik 8. TEMUAN KASUS DIARE PKM TB 1


2000

1596

1500
Jumlah Penderita

2012
2013
2014

941

1000

652

500
0
1

TAHUN
Sumber : Laporan P2 Diare SP2TP PKM TB 1 th 2012-2014

Grafik 9. Pola Maksimal & Minimal Kasus Diare PKM TB 1


350
308

300
250

219

200
150 152 151
Penderita

100

76

50

98

125
65

122 120

95

65

A
g

us
tu
s

Ju
ni

ri
l
A
p

ru
ar
i
Fe
b

er
b
em

D
es

O
kt
ob

er

Sumber : Laporan P2 Diare PKM TB 1 th 2014

Grafik

memperlihatkan

data

temuan

kasus

penyakit

diare

(Gastroenteritis) di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang 1.Dalam 3 tahun


terakhir ini grafiknya meningkat dan melonjak tajam pada tahun 2014, dapat
disebabkan minimnya kemauan dan pengetahuan warga mengikuti pola
hidup bersih sehat plus mencuci tangan dengan air bersih mengalir, atau juga
makin

sedikitnya

kesempatan

warga

memperoleh

air

bersih

karena

peningkatan jumlah penduduk dan berkurangnya daerah resapan air. Dalam


grafik 9 terlihat pola maksimal dan minimal penyakit diare, yaitu kasus lebih

45

banyak terjadi pada awal bulan Juli sampai dengan Sepetember yang
merupakan puncak musim kemarau.
d. Campak
Grafik 10. CAKUPAN KASUS CAMPAK PKM TB 1
2.5
2

2012

2013

1.5
Jumlah Penderita

1
0.5
0

0
2014

Sumber : Laporan Surveilans PKM TB 1 th 2012-2014

Cakupan kasus campak seperti ditunjukkan dalam grafik 10, hampir


menunjukkan keadaan yang stagnan pada tahun 2012 dan 2013. Mengingat
bahwa setelah eradikasi campak pada beberapa tahun lalu, dengan
gencarnya dan diwajibkannya imunisasi campak pada balita di Indonesia,
seharusnya sudah tidak ditemukan lagi kasus tersebut dalam minimal 1
dasawarsa ini. Untuk tahun 2014 sampai dengan bulan November, belum
ditemukan 1 kasus pun.
e. TB Paru

46

A
na
k
TB

B
TA

()R

B
TA

(+
)

(+
)

Grafik 11. TEMUAN KASUS & PENGOBATAN TB PARU PKM TB 1


38
40
35
28
28
30
25
16
15
2012
20
13
9
15
2013
3
Jumlah Kasus 10
2
2014
5
0

Sumber : Laporan P2 TB Paru SP2TP PKM TB 1 th 2012-2104

Penyakit TB Paru sampai saat ini masih merupakan penyakit infeksi di


derah tropis yang sulit diberantas. Terlihat dalam grafik 11, diawali dengan
tiadanya data CDR, mempengaruhi data kasus BTA (+) yang sempat baik
cakupannya di tahun 2012, menurun di tahun 2013 sampai 2014. Demikian
juga BTA (-) R (+) pola grafiknya naik, turun dan naik lagi, kasus TB Anak
yang sempat tinggi cakupannya tahun 2012 dan anjlok drastis di 2 tahun
berikutnya. Hal ini dikarenakan screening / penjaringan kasus pasien TB Paru
klinis tidak berjalan baik, terlalu banyak kasus yang loss karena kurang
cermat dalam pemeriksaan awal, termasuk SDM nya yang kurang dalam segi
kompetensinya.
f. HIV
Grafik 12. CAKUPAN KASUS HIV PKM TB 1
1
0.8
0.6
Jumlah Penderita

0.4
0.2
0

0
2012

0
2013

0
2014

47

Sumber : Laporan P2 HIV SP2TP PKM TB th 2012 - 2014

Kasus HIV maupun HIV AIDS di Kecamatan Banjar Agung masih amat
sangat jarang ditemukan, seperti diperlihatkan dalam grafik 12. Kalaupun ada
kasusnya, biasanya sudah dalam kondisi atau stadium yang mengharuskan
pasien dirawat lebih lanjut di Rumah Sakit. Nihilnya data cakupan kasus juga
disebabkan masih enggannya pihak pasien atau keluarga untuk melaporkan
ke puskesmas, atau rasa malu karena menganggap penyakit tersebut sebagai
aib.

g. Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR)


Grafik 13. TEMUAN KASUS GHTR PKM TB 1
10

9
8
7
6
Jumlah Penderita

7
5

2012
2013
2014

4
3
2
1
0
Sumber : Laporan GHTR SP2TP PKM TB 1 th 2012-2014

Terjadi peningkatan jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies pada


tahun 2014, dibandingkan tahun 2012 dan 2013. Kasus ini bersifat insidentil,
spontanitas, tanpa adanya pola tertentu di setiap tahunnya. Kebanyakan
kasusnya, hewan tersangkanya bukan hewan liar, banyak sekali yang belum
divaksin di mantri/dokter hewan atau di puskeswan.
h. Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas (ISPA)

48

Grafik 14. TEMUAN KASUS ISPA PKM TULANG BAWANG 1


1189
1200
1000
800
Jumlah Penderita

600
400

169

213

2012

2013

200
0

2014

Sumber : Laporan P2 ISPA SP2TP PKM TB 1 th 2012-2014

Dalam grafik 14, terlihat bahwa terjadi lonjakan drastis kasus ISPA di
tahun 2014 sebesar lebih dari 200 %, dibandingkan tahun 2013. Hal ini
mungkin karena terjadi penularan secara sporadis, pergantian musim yang
panjang, ataupun kurangnya antisipasi penyuluhan penyakit ISPA oleh
petugas kesehatan.
Penyakit Tidak Menular
Grafik 15. CAKUPAN KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR
PKM TB 1

JK

St
ro
ke

O
K
P
P

2014

H
ip

er
te
ns
i

Jumlah Penderita

700 609
600
500
364
400
300
130127
200
43
100
0

Sumber : Laporan PTM SP2TP PKM TB 1 th 2014

Hipertensi masih menjadi penyakit tidak menular di urutan pertama


dalam grafik 15 cakupan penyakit tidak menular., Diabetes berada di urutan
kedua. Hal ini menunjukkan, bahwa penyakit degeneratif atau pun metabolik
tidak menjadi monopoli penduduk perkotaan. Didaerah semi urban seperti di

49

Kecamatan Banjar Agung, terjadi banyak perubahan pola dan gaya hidup,
cenderung banyak mengkonsumsi makanan instan berkolesterol tinggi atau
berkabohidrat berlebih, kurang aktifitas olah raga. Program Penyakit Tidak
Menular (PTM) ini baru aktif terlaksana di tahun 2014, sehingga data tahun
sbelumnya tidak ada.
4.6.3 Status Gizi
a. Status Gizi Balita
Grafik 16. STATUS BALITA KEKURANGAN ENERGI PROTEIN PKM TB 1
5
4

2014

2013

3
Penderita 2
1
0

Sumber : Laporan Gizi PKM TB 1 th 2013 2014

Tabel 5.
Data Pencapaian Program Gizi PKM Tulang Bawang 1 th 2012-2014
N
o

JENIS KEGIATAN

INDIKATOR

Pertambahan
pertumbuhan Balita

Pelayanan Gizi

Penyuluhan
perilaku
sehat
Penyelenggaraan
kewaspadaan gizi

N/D
BGM
D/S
Balita mendapat Vit A 2 kali/th
Cakupan Bumil mendapat Fe
Cakupan MP-ASI
Balita Gizi Buruk mendapat
Perawatan
Bayi dengan ASI Ekslusif
Desa dengan garam yodium
baik
Kecamatan bebas rawan gizi
Kampung KLB Gizi ditangani <
24 jam

2012
(%)

2013
(%)

2014
(%)

75
2,22
75
100
75
100
100

85
1,95
85
100
80
100
100

90
3
66
90
82
100
100

76
80

79
85

61
100

89
100

92
100

100
100

Sumber : LaporanProg. Gizi PKM TB 1 tahun 2014

50

Grafik 17. DATA CAKUPAN BUMIL KEK DAN BUMIL ANEMIA PKM TUBA 1 TH 2014
6

5.8

5.5
Prosentase

5
4.5
Bumil KEK

Bumil Anemia

Sumber : Laporan Surveilans Gizi dan KIA PKM TB 1 tahun 2014

Grafik

16

status

balita

kekurangan

energi

protein

(KEK)

menggambarkan keadaan status gizi pada balita, dengan manifestasi berupa


status gizi yang kurang atau gizi buruk. Berdasarkan teori dan literatur, masih
belum terdapat satu pun kasus gizi buruk, yaitu marasmus, kwashiokor, atau
marasmic-kwashiokor. Banyak laporan dari pihak luar puskesmas ataupun
Dinkeskab mengenai gizi buruk, setelah di observasi dan klarifikasi, hanyalah
kasus gizi kurang, ataupun gizi kurang akibat kelainan kongenital dari
neonatus.
Pada tabel 5 terurai menjadi 4 jenis kegiatan, yaitu pertambahan
pertumbuhan

balita,

pelayanan

gizi,

penyuluhan

perilaku

sehat,

dan

penyelenggaraan kewaspadaan gizi. Secara rata-rata selama 3 tahun


terakhir,

terjadi

peningkatan

indikator

leberhasilan

cakupan

program

tersebut, walaupun ada nilai yang stagnan.


Grafik 17 memperlihatkan data cakupan ibu hamil kurang energi kalori
(KEK) dan ibu hamil dengan anemia. Walaupun data angkanya terlihat kecil
5,8 % dan 5 %, namun tetaplah hal tersebut dianggap kesenjangan yang
sebisa

mungkin

ditekan

menjadi

nihil.

Penyebabnya

mungkin

masih

rendahnya kesadaran ibu hamil untuk menjaga kesehatan pribadinya, atau


kurangnya

motivasi,

konsultasi,

kesehatan.
4.6.4 Kesehatan Lingkungan

informasi

dan

edukasi

dari

petugas

51

Grafik 21. CAKUPAN KEGIATAN KESLING PKM TB 1 TH 2012


75.5
80
70
60
50

46.55

52.5

58.73
Cakupan

40
Prosentase

SPM

30
20
10
0
SPAL

75.5
JAGA

74.4
SAB

Sumber : Laporan Kesling SP2TP PKM TB 1 th 2012

Grafik 22. CAKUPAN KEGIATAN KESLING PKM TB 1 TH 2013


78.6
78.6
77.2
80
70
60

60.1
48

53.5

50

Cakupan
SPM

Prosentase 40
30
20
10
0
SPAL

JAGA

SAB

Sumber : Laporan Kesling SP2TP PKM TB 1 th 2013

52

Grafik 23. CAKUPAN KEGIATAN KESLING PKM TB 1 TH 2014


81.4

90

81.4

80
70
60

50.8

56.6

80.3
61.8
Cakupan

50

SPM

40
30
20
10
0
SPAL

JAGA

SAB

Sumber : Laporan Kesling SP2TP PKM TB 1 th 2014

Cakupan kegiatan kesehatan lingkungan (Kesling) pada variabel sistem


pengolahan air limbah

(SPAL) meningkat rata-rata 2 % sejak tahun 2012

sampai 2014. Variabel jamban keluarga (JAGA) meningkat 1 3 % sejak tahun


2012 sampai 2014. Dan variabel sarana air bersih pun meningkat 1 1,5 %
sejak tahun 2012 sampai 2014. Walaupun prosentasenya kecil, namun hal ini
menunjukkan kestabilan kinerja petugas kesling dengan berbagai kendala
yang dihadapi. Identifikasi masalahnya dapat dilihat di BAB III.

Grafik 24. DATA CAKUPAN RUMAH SEHAT PKM TB 1 PER TAHUN


50
45
40
35
30
Prosentase

25
20
15
10
5
0
36 50
49 Kesehatan
Rumah Memenuhi
Syarat

Sumber : Laporan Kesling SP2TP PKM TB 1 th 2012 - 2014

2012
2013
2014

53

Cakupan rumah sehat rata-rata menunjukkan progres meningkat,


walau sempat turun 1 % di tahun 2014. Hal ini disebabkan luasnya sasaran,
dan minimnya jumlah petugas pelaksana.
4.6.5 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Tabel. Pencapaian Upaya Kesehatan Keluarga PKM Tulang Bawang 1 Th 2014
SPM KAB
PENCAPAI
N
INDIKATOR KINERJA
KESENJAN
(%) th
AN (%) th
O
PROG KIA
GAN
2014
2014
1 K4
79,6
14,4
94
2 Komplikasi Obst ditangani
86,17
-8,17
78
Pertolongan persalinan oleh
3
80,8
8,2
nakes
89
4 Cakupan pelayanan nifas
79,21
9,79
89
Neonatus komplikasi
5
64,5
24,5
ditangani
89
6 Cakupan kunjungan bayi
78,7
15,3
94
Sumber : Laporan LB3 Ibu Anak kumulatif PKM TB1 Tahun 2014

Grafik 25. PENCAPAIAN UPAYA KESGA PKM TB 1 TH 2014 PER SPM


94
79.6

86.17
78

89
80.8

89
79.21

89

94
78.7

ko
m
pl
ika
si
eo
na
tu
s
N

Pe
rt
ol
on
ga
n

pe
rs
al
in
an

ol
eh

na
ke
s

di
ta
ng
an
i

64.5

K4

Prosentasee

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Pencapaian upaya kesehatan keluarga seperti ditunjukkan tabel 11 dan


grafik 25 di atas menunjukkan hasil pencapaian program KIA di Puskesmas
Tulang Bawang 1 tahun 2014. Secara umum prosentase pencapaian variabel
kegiatan per SPM telah menunjukkan hasil yang cukup baik, bahkan melebihi
SPM pada variabel komplikasi obstetri ditangani (86,17 %). prosentase

54

terendah di variabel neonatus komplikasi yang ditangani yang berkisar 64,5


% (kesenjangannya 24,5%), dengan kemungkinan penyebab masih kurang.

4.6.6 Promosi Kesehatan


Tabel 22. Cakupan Kegiatan PROMKES PKM Tulang
CAKUPAN
N
KEGIATAN
O
2012
2013
Pembinaan
1 UKBM
93,3
79,3
Penyuluhan
2 PHBS
55
61
Penyuluhan
3 NAPZA

Bawang 1
2014
68,12
52,8
70

Sumber : Laporan PROMKES,PKP PKM TB 1 th 2012 2014

Grafik 34. CAKUPAN KEGIATAN PROMKES PKM TB 1


70

Penyuluhan NAPZ A

59

Penyuluhan PHBS Tempat Kerja

73.2

Penyuluhan PHBS TTU

Prosentase

2012
60

Penyuluhan PHBS Sarkes

2013
2104

65

Penyuluhan PHBS Sekolah


7.2

Penyuluhan PHBS RT

61
55
68.12
79.3
93.3

Pembinaan UKBM
0

50

100

Sama halnya dengan permasalahan di program imunisasi, dalam


program Promosi Kesehatan (Promkes) ini juga data cakupannya tidak
lengkap, dikarenakan beberapa kali sempat terjadi pergantian penanggung
jawab program Promkes, sehingga data yang terkumpul pun belum tentu
akurat dan kebanyakan nihil (terutama tahun 2012-2013). Prosentase
terendah (7,2 %)di tahun 2014 adalah di kegiatan penyuluhan PHBS rumah
tangga, ini menjadi catatan penting bagi pengelola program Promkes untuk
meningkatkan cakupannya, mengingat kegiatan PHBS yang terutama adalah
di tatanan rumah tangga.
4.6.7 Balai Pengobatan

55

Tabel. Data Kunjungan Pasien Rawat Jalan PKM Tulang Bawang 1


JUMLAH KUNJUNGAN
N
BULAN
O
2012
2013
2014
1 TOTAL
14068 17705 10645
Sumber : Register Pendaftaran, BP PKM TB 1 th 2012 2014

Grafik 35. KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PKM TB 1


17705

20000
14068
15000

10645

Jumlah Kunjungan 10000


5000
0
2012

2103

2014

Melihat angka kunjungan pasien rawat jalan di puskesmas Tulang


Bawang

1,

terjadi

penurunan

jumlah

kunjungan,

39,8

%.

Sejak

diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) awal Januari


2014,

terjadi

sedikit

penurunan

jumlah

kunjungan,

karena

mungkin

masyarakat awam masih bingung dalam menanggapi program baru tersebut,


walaupun telah dilakukan beberapa kali sosialisasi JKN oleh puskesmas
ataupun BPJS.
4.6.8 Instalasi Rawat Inap
Grafik 37. CAKUPAN KEGIATAN INSTALASI RAWAT INAP
PKM TB 1 TH 2014

as
ie
n

ra
w
at

in
ap

AV
LO
S

9.26

A
sk
ep

Prosentase

100

B
O
R

120
100
80
60
40
20
0

Sumber : Laporan Form DO PKP PKM TB 1 th 2014

56

Bed Occupancy Ratio (BOR) adalah prosentase pemakaian tempat tidur


di rawat inap pada satuan waktu tertentu. Angka idealnya adalah 60-85 %,
dilihat dari grafik 36 dimana BOR nya hanya 9,26 % maka masih sangat jauh
dari ideal. Masih banyak bed atau tempat tidur yang tidak dipergunakan
karena jumlah pasien rawat inap per bulan rata-rata 10-15 pasien.
Average Length of Stay (AVLOS) adalah rata-rata lama (hari) rawat
seorang pasien di rawat inap. Angka idealnya adalah 6-9 hari. Di Puskesmas
Tulang Bawang 1, sangat sering terjadi seorang pasien tidak mau dirawat
lama-lama lebih dari 1 hari, lebih sering pulang paksa (pulpak) ataupun
pulang atas permintaan sendiri (APS).
4.6.9 Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Grafik 38. PROPORSI PEMBINAAN DAN KEGIATAN KELOMPOK USILA PKM TB 1 TH 2014

Pembinaan
kelompok Usila

52.3

137.5

Pemantauan
kesehatan kel Usila

Sumber : Form DO PKP PKM TB 1 th 2014 dan Laporan Prog. Usila PKM TB 1 th 2014

Dalam upaya kesehatan usia lanjut (Usila), hanya mencakup 2 kegiatan


pokok yaitu pembinaan kelompok Usila dan pemantauan kesehatan kelompok
Usila. Terdapat 11 kelompok Usila di tiap desa di wilayah kerja Puskesmas
Tulang Bawang 1, setiap kelompok mempunyai jadwal kegiatan pembinaan
tersendiri tiap bulan. Kegiatan pembinaannya berupa penyuluhan, kunjungan
rumah. Kegiatan pemantauan kesehatan kelompok Usila yaitu berupa senam
Usila/Prolanis, pemeriksaan tanda vital ataupun gula darah sewaktu, dan lainlain.
4.6.10 Kesehatan Jiwa

57

Grafik 39. CAKUPAN KEGIATAN KESWA PKM TB 1 TH 2014


18.5

15.2

20
15
10
5
0

1.7

rd

te

ay

ks
i

ke

lM

m
u

sy

ka

ra

su

ka

Prosentase

m
b

Sumber : Form DO PKP PKM TB 1 th 2014

Kegiatan Kesehatan Jiwa (Keswa) seperti terlihat dalam grafik 38,


hanya mencakup 4 kegiatan yaitu pemberdayaan kelompok masyarakat,
penemuan kasus dan rujukan, penanganan kasus keswa, dan deteksi
penemuan kasus. Nilai prosentase terendah ada di variabel kegiatan
pemberdayan

masyarakat

(0

%),

dikarenakan

kurangnya

sosialisasi,

konsultasi, informasi dan edukasi oleh petugas kesehatan ke kelompok


masyarakat. Imbasnya, salah satunya adalah rendahnya angka deteksi
penemuan kasus.
4.6.11

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi


Grafik 40. CAKUPAN KESEHATAN GIGI PKM TB 1 TH 2014
Gigi Tetap Ditambal Permanen0

100

Gigi Tetap Dicabut

31

Murid SD/MI yg dpt perawatan Gigi


Perawatan Kes Gigi SD/MI

125

Sikat Gigi Massal SD

125
22

Pembinaan Kes Gigi TK


Pembinaan Kes Gigi Posyandu0

20 40 60 80 100120140

Prosentase

Sumber : Form DO PKP PKM TB 1 th 2014 dan Laporan Poli Gigi PKM TB 1 th 2014

Di program pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi, seperti


terlihat pada grafik 39, memperlihatkan prosentase terendah di variabel
kegiatan penambalan gigi tetap permanen dan pembinaan kesehatan gigi di

58

posyandu.

Hal

ini

dapat

disebabkan

karena

kurangnya

intensitas

sosialisasi/penyuluhan dari petugas, kurangnya variasi tambahan kegiatan


program gigi & mulut, belum jelasnya koordinas lintas program. Selain itu
terdapat beberapa prosentase variabe kegiatan yang melampaui target yaitu
perawatan kesehatan gigi di SD/MI, dan sikat gigi massal di SD. Untuk kedua
variabel

kegiatan

ini,

selalu

rutin

dilakukan

setiap

tahun,

sehingga

cakupannya bisa cukup tinggi.

4.6.12

Bina Kesehatan Tradisional


Grafik 41. CAKUPAN KEGIATAN TOGA-BATRA PKM TB 1 TH 2014
45

Pembinaan BATRA lainnya

58

Pembinaan BATRA dg Ketrampilan


Pembinaan BATRA yg menggunakan TOGA

5
55

Pembinaan TOGA

0 10 20 30 40 50 60

Prosentase

Sumber : Form DO PKP PKM TB 1 tahun 2014

Cakupan kegiatan program bina kesehatan pengobatan tradisional


(Batra), hanya memperlihatkan 4 variabel kegiatan, yang kesemuanya
bersifat pembinaan. Prosentase terendah ada di variabel pembinaan Batra
yang murni menggunakan tanaman obat keluarga (TOGA), hanya mencapai 5
%. Hal ini dikarenakan kurangnya intensitas petugas penanggung jawab
program Batra untuk aktif membina pengobat tradisional maupun per
kelompok.
4.7 Faktor Determinan
4.7.1 Manajemen Kesehatan

59

Suatu organisasi membutuhkan fungsi manajemen yang terorganisir


dengan baik, karena dengan manajemen yang baik dalam suatu organisasi
maka perencanaan pengorganisasian penggerakan dan evaluasi program bisa
dilakukan dengan tepat, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Demikian
halnya di Puskesmas Tulang Bawang I, sebagai suatu organisasi dibidang
pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan manajemen yang baik agar
fungsinya sebagai pusat kesehatan masyarakat dapat terwujud.
Manajemen Puskesmas Tulang Bawang I telah berjalan walau dalam
bentuk sederhana. Fungsi manajemen diaplikasikan melalui rapat koordinasi
setiap bulan baik lintas sektoral maupun lintas program, serta lokakarya mini
yang dilakukan tiap bulan dan setiap triwulan.
a Perencanaan
Perencanaan kegiatan dilakukan baik per bulan dalam bentuk Plan
of Action (POA) per program, maupun per tahun berupa Perencanaan
Tingkat Puskesmas (PTP), POA Bantuan Operasional Kesehatan (POA BOK),
POA Jaminan Kesehatan Nasional (POA JKN). Dalam proses penyusunan
perencanaan tersebut diawali dengan Lokakarya mini (Lokmin). Hasil
Lokmin tersebut diagendakan dan diarsipkan dalam bentuk notulensi,
yang akan menjadi dasar dan acuan penyusunan POA bulanan. Setiap
triwulan terakhir dalam tiap tahun, mulai dilakukan proses penyusunan
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP), dan juga PTP. POA BOK dan POA JKN
sudah mulai disusun minimal 2 bulan sebelum akhir tahun kegiatan
berakhir, disesuaikan dengan akan dimulainya Tahun Anggaran baru.
Semua proses penyusunan perencanaan ini tentu saja melibatkan semua
unsur pegawai puskesmas, dan mengikuti alur sistem manajemen
b

puskesmas yang baku dan standar.


Loka Karya Mini
Pertemuan periodik bulanan/rutin

maupun

triwulanan

yang

diadakan di lingkup puskesmas. Puskesmas Tulang Bawang dalam 1 tahun


terakhir ini melakukan Lokmin bulanan hampir setiap bulan, minimal
dilakukan 10 kali. Berbagai macam pembahasan evaluasi kegiatan, baik
pelayanan kesehatan, program maupun koordinasi lintas didiskusikan.
Setelah dievaluasi, dilanjutkan dengan diskusi mencari alternatif solusi,
menggali semua potensi sumber daya yang ada. Kemudian didiskusikan
mengenai apa yang akan direncanakan bulan berikutnya.
Puskesmas Tulang Bawang 1 telah melakukan 1 kali Lokmin
Triwulanan yang bersamaan dengan kegiatan Rapat Koordinasi Bimbingan

60

Teknis Aparatur Daerah di lingkup Kecamatan Banjar Agung. Dibahas


berbagai

macam

hal

kegiatan,

khusus

untuk

bidang

kesehatan

dikemukakan permasalahan percepatan pencapaian goals of MDGs


c

untuk tahun 2015, dengan meminta bantuan koordinasi lintas sektoral.


Monitoring dan Evaluasi Program Puskesmas
Monitoring dan evaluasi program telah dilakukan setiap bulan dalam
pertemuan Lokmin bulanan. Namun dalam keadaan tertentu Kepala UPT
Puskesmas Tulang Bawang 1 juga dapat melakukan monitoring evaluasi
diluar jadwal lokmin tersebut, baik secara spontan maupun secara
periodik. Dari pihak Dinas Kesehatan pun juga kerap berkunjung ke
puskesmas untuk melakukan Monitoring Evaluasi (MONEV) dan Bimbingan
Teknis (Bimtek) per program.

4.7.2 Analisa Lingkungan


a. Lingkungan Fisik
Lingkungan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang 1
secara fisik lebih menggambarkan suatu daerah semi urban. Kecamatan
Banjar Agung adalah suatu daerah penyangga perekonomian Kabupaten
Tulang Bawang, jalur transit dan jalur yang sangat strategis karena
menjadi pilihan utama untuk perjalanan darat antar kabupaten dan antar
propinsi. Menilik data kependudukan Kecamatan Banjar Agung, untuk
tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah penduduk 9 %, sehingga
sekarang

jumlah

totalnya

mencapai

35.650

jiwa,

yang

terpusat/bertumpuk di lingkungan Puskesmas Tulang Bawang 1. Tentu saja


ini

menimbulkan

meningkatnya

masalah

masalah

serius,

karena

kebersihan

dan

efek

sampingnya

kesehatan

adalah

lingkungan

kenyamanan, kesejahteraan, keamanan dan multiple problem lainnya.


b. Lingkungan Biologis
Dengan jumlah penduduk tersebut, akan sangat mempengaruhi
kualitas hidup per individu. Kepadatan hunian yang meningkat berimbas
kepada konsumsi air bersih atau air layak minum, meningkatkan resiko
tertular penyakit, kekurangan zat gizi tertentu, meningkatkan resiko
penyakit degeneratif atau pun metabolik, menurunkan angka harapan
hidup, mengubah tatanan pola hidup bersih dan sehat yang telah ada
sebelumnya, mempengaruhi pola pikir dan kecenderungan dari tiap
individu dan komunitas, dan lain-lain.
c. Lingkungan Sosial Ekonomi

61

Grafik 18. DATA JUMLAH PENDUDUK MISKIN


KEC. BANJAR AGUNG 2014

2313.00%; 23%
6476.00%; 65%

1211.00%; 12%

Pddk Miskin
Jamkesmas
Jumlah Pddk Total

Sumber : Laporan Kependudukan Kec.Banjar Agung 2014, Laporan Jamkesmas PKM TB 1

4.7.3 Analisa Perilaku


Sejak memasuki awal tahun 2014, mulai diberlakukan program
pelayanan kesehatan baru yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
merupakan salah satu produk pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Pada dasarnya program ini bukan suatu program yang baru,
hanya berpola lebih mirip sistem asuransi kesehatan dimana pihak/orang
yang sehat akan menanggung proses pelayanan kesehatan orang lain yang
sakit. Klasifikasi kriteria yang menjadi tertanggung dalam program ini adalah
peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang nota bene adalah
jumlah masyarakat miskin pemegang kartu Jamkesmas, peserta Jaminan
Kesehatan Semesta (Jamkesta), dan peserta mandiri. Peserta Jamkesmas
merupakan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibayarkan premi nya oleh
pemerintah pusat, peserta Jamkesta merupakan PBI yang premi nya
dibayarkan oleh pemerintah daerah. Berikutnya kriteria Non PBI yaitu
Penerima Upah (Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi
Republik Indonesia (POLRI), Jamsostek) dan Bukan Penerima Upah (peserta
mandiri baik dari swasta, per orangan maupun kelompok/komunitas).
4.7.4 Analisa Kependudukan
Total Jumlah Penduduk Kecamatan Banjar Agung (s/d September 2014)
adalah 35.650 jiwa.

62

Grafik 19. PROPORSI PENDUDUK PER JENIS KELAMIN

Laki-laki

49.38

50.62

Perempuan

Sumber : Data Dasar Sasaran Program PKM TB 1 th 2015

Grafik 20. PROSENTASE DATA SASARAN PENDUDUK UNTUK 2015


30

26.3

25
20
15

11.7

13.9

Prosentase 10
5

1.94

6.87

4.5

2.14 2.05

Sumber ; Data Dasar Sasaran Program PKM TB 1 th 2015

U
si
la

B
ul
in

il
B
um

W
U
S

U
S
P

B
at
it
a
B
al
it
a

B
ay
i

63

BAB V

You might also like