Professional Documents
Culture Documents
MATERI AJAR
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
(AMDAL) SEBAGAI KELAYAKAN LINGKUNGAN
DARI SUATU KEGIATAN BERDAMPAK
Materi disiapkan dari berbagai rujukan dan hasil pelatihan untuk mahasiswa
Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Mutu
dokumen AMDAL yang dihasilkan dari waktu ke waktu memang mengalami perbaikan
namun berlangsung dalam kecepatan yang amat lambat.
Salah satu faktor yang dipandang turut memberi kontribusi terhadap hal tersebut adalah
mutu kajian aspek AMDAL ( aspek sosial budaya kesehatan masyarakat, aspek fisikkimia, serta aspek biologi. Dalam studi AMDAL, aspek tersebut cenderung belum dikaji
sebagai satu kesatuan dan belum diarahkan secara sistematis. Bahkan berkembang
persepsi bahwa kajian aspek AMDAL akan semakin bermutu bila jumlah sampel yang
diukur semakin besar. Berkembangnya persepsi semacam ini jelas memprihatinkan.
Oleh karena pembelajaraan akan AMDAL tidak hanya akan mempengaruhi kondisi
pengelolaan lingkungan secara keseluruhan tapi juga akan memperparah keberadaa
sumber daya alam yang ada.
Mendasari situasi tersebut maka dirasa perlu dikembangkan pembelajaran AMDAL yang
di dalamnya memuat tentang pendekatan, metode dan praktek-praktek kajian aspek yang
relevan untuk penyusunan AMDAL didalam matakuliah rekayasa ilmu lingkungan .
1.2.
Tahap-tahap pembangunan proyek, sejak perencanaan hingga tahap pasca operasi, pada
dasarnya membentuk suatu siklus kegiatan yang satu sama lain saling terpaut. Tahapan
dimaksud adalah:
a.
Tahap Perencanaan
b.
Tahap Konstruksi
c.
Tahap Operasi
d.
konsumen/kota. Alternatif lokasi juga bisa berupa alternatif ruas jalan yang akan
dibangun, misal: melalui daerah berbukit dengan jarak tempuh lebih singkat, atau
melalui daerah datar dengan jarak tempuh lebih lama.
Alternatif teknologi yang akan digunakan, misal: menggunakan teknologi hemat air
namun biaya investasi tinggi atau teknologi konsumtif air namun biaya investasi
rendah.
Alternatif yang paling layak dari segi teknis dan finansial adalah alternatif yang layak
untuk diteruskan ke tahap perencanaan berikutnya.
BAB II
PENGERTIAN, LINGKUP & SIFAT KAJIAN
ASPEK ASPEK AMDAL
2.1. ASPEK FISIK-KIMIA
2.1.1. Pengertian Aspek Fisik-Kimia
Pengertian aspek fisik kimia adalah Kajian aspek fisik- kimia AMDAL adalah analisis
secara sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan fisik kimia dari lokasi rencana
kegiatan dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL,
aspek fisik kimia adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek sosial.
Dalam AMDAL, dampak fisik-kimia dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi
fisik-kimia dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without
project).
2.1.2.
Transportasi mencakup pengangkutan material dari quarry dan borrow area yang
melewati lokasi suatu jaringan jalan.
6.
Kualitas udara dan kebisingan, mencakup kadar CO, NO2, SO2, debu, dan tingkat
bising.
7. Perubahan Ruang, lahan dan tanah, sesuai dengan arahan konsep tata ruang yang ada..
2.2. ASPEK BIOLOGI
sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan biologi dari lokasi rencana kegiatan
dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL, aspek
biologi adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek social dan fisikkimia..
Dalam AMDAL, dampak biologi
biologi dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).
2.2.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia
Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna
darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan
luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.
Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air
fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi
sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random
sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda.
1. Biota darat meliputi flora dan fauna yang akan terkena proyek.
2. Jenis tanaman dan hewan langka/dilindungi.
3. Biota air (plankton dan benthos).
komponen demografi,
b.
komponen ekonomi,
c.
Dalam batasan ini aspek kesehatan tidak termasuk dalam kajian aspek sosial AMDAL.
Komponen sosial tersebut diidentifikasi lebih rinci, dideskripsikan, diprakirakan
perubahannya, dan dievaluasi secara sistematis dalam dokumen Kerangka Acuan (KA),
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Kajian aspek sosial AMDAL pada dasarnya dianalisis dengan melibatkan pakar ilmu
sosial dengan menggunakan metode AMDAL dan metode-metode ilmu sosial.
Perbedaannya, dengan penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, terletak pada sifat kajian
aspek sosial AMDAL sebagai berikut ini.
2.3.3. Sifat Kajian Sosial
1) Berorientasi pada keputusan
Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, peneliti sosial umumnya berkepentingan untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan pema-haman tentang gejala-gejala atau
Apakah dampak lingkungan yang bersifat negatif penting yang diakibatkan oleh
proyek melampaui dampak positif penting yang dapat diterima oleh masyarakat?
Alternatif kegiatan manakah dari rencana kegiatan/usaha tersebut yang lebih layak
diterima dari segi lingkungan, termasuk dalam hal ini masyarakat sekitar?
Adakah rencana kegiatan atau usaha yang akan dibangun mengubah secara
fundamental sendi-sendi utama kehidupan masyarakat?
Secara lebih spesifik, kajian aspek sosial juga diarahkan untuk menjawab :
Dampak lingkungan yang bersifat negatif penting dapat dicegah, dikurangi dan
dikendalikan?
Sehubungan dengan itu, tingkat kedalaman dan keakurasian data dan informasi yang
diperlukan untuk kajian aspek sosial AMDAL berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu sosial
umumnya. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, aspek-aspek sosiologis yang tercipta
karena jalinan hubungan sosial antara individu dengan kelompok dan antara kelompok
Karakter dampak lingkungan yang diduga akan timbul (dampak sosial, fisik, kimia,
biologi, kesehatan);
Relevansi dan kecukupan data dan informasi untuk pengambilan keputusan atas
kelayakan lingkungan dari proyek.
2)
Mengingat AMDAL ditujukan untuk pengambilan keputusan atas layak tidaknya rencana
kegiatan atau usaha yang akan dibangun dari segi lingkungan hidup, maka kajian aspek
sosial AMDAL bersifat antisipatori, yakni mengantisipasi dampak atau konsekuensi
sosial yang akan timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan atau usaha.
Bagi pakar ilmu-ilmu sosial kajian semacam ini merupakan suatu tantangan karena pada
saat kajian dilakukan rencana kegiatan atau usaha masih berada pada tahap rancangan.
Sehingga belum dapat diukur dampak sosial yang timbul sebagai akibat dari operasi
proyek.
10
Lain halnya dengan kajian aspek sosial AMDAL, metode yang digunakan dipilih
berdasarkan relevansinya dengan lingkup dan karakter dampak sosial yang diteliti, serta
ketersediaan waktu dan dana. Sehingga metode yang digunakan dalam kajian aspek
sosial AMDAL mungkin tidak seelegan seperti yang digunakan dalam penelitian ilmuilmu sosial.
Khusus mengenai faktor waktu, faktor ini merupakan pembatas utama bagi kajian aspek
sosial AMDAL.
4) Sebagai bagian integral dari studi (AMDAL) yang bersifat holistik dan ekologis
Dalam penyusunan AMDAL, dampak lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha
dikaji dari berbagai aspek, seperti aspek fisik, kimia, biologi, sosial, maupun kesehatan.
Berbagai aspek tersebut dikaji keterkaitan dan pola hubungannya satu sama lain sehingga
diperoleh suatu hasil yang bersifat komprehensif atau holistik.
Dalam studi AMDAL, salah satu alat analisis yang dipandang efektif untuk
mengintegrasikan berbagai aspek atau dampak lingkungan yang saling ter-kait tersebut
adalah dengan menggunakan pendekatan ekologi. Perspektif ekologi yang digunakan
untuk ini adalah jalinan hubungan memangsa dan dimangsa sehingga membentuk
jaring pangan (food web). Dalam studi AMDAL fenomena yang analog dengan jaring
pangan tersebut adalah pola aliran dampak primer, sekunder, tersier dan selanjutnya
sehingga membentuk suatu jaringan aliran dampak lingkungan (impacts web).
Makna penting yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa, dalam konteks studi
AMDAL kajian aspek sosial tidak boleh berdiri sendiri atau dikaji tanpa memperhatikan
11
keterkaitannya dengan dengan aspek yang lain. Sehingga dalam kajian aspek sosial
AMDAL, penting untuk diketahui terlebih dahulu dimana saja posisi dan apa saja aspekaspek sosial yang terlibat di dalam jaringan aliran dampak (impacts web) yang terbentuk
akibat rencana kegiatan atau usaha. Posisi dan aspek sosial yang dikaji ini dapat berbedabeda dari suatu lokasi ke lokasi lain, atau dari suatu jenis proyek ke proyek yang lain.
Digunakan pendekatan ekologis dalam studi AMDAL membawa implikasi bahwa anlisis
jender ini akan dapat diketahui apkah laki-laki dan perempuan memperoleh manfaat
yang adil dari hail pembangunn serta sejauh mana laki-laki dan perempuan berpartisipasi
secara seimbang dan adil dalam proses pembangunan termasuk pengambilankeputusan.
Sehingga dengan dengan adanya analisis jender ini dapt dihindari pengambilan yang
kurang tepat berkenaan dengan kelayakan lingkungan proyek pembangunan khususnya
dalam pengelolaan lingkungan.
5) Menggunakan multi metode
Mengingat pendekatan holistik dan ekologis merupakan ciri utama penyusunan AMDAL,
maka peneliti aspek sosial AMDAL harus mampu melakukan dua hal berikut ini
sekaligus:
a.
Sejauh mungkin hindari penggunaan satu metode untuk pengumpulan atau analisa
data. Sebaiknya gunakan secara simultan berbagai metode ilmu-ilmu sosial agar
diperoleh data dan informasi yang sahih. Sebagai contoh, untuk mengumpulkan
data sikap penduduk asli terhadap pendatang, digunakan 3 metode sekaligus, yakni:
wawancara, observasi secara visual, serta mendengar
komunitas. Kombinasi metode semacam ini, atau yang dikenal pula sebagai metode
triangulasi, penting untuk diterapkan mengingat terbatasnya waktu studi AMDAL.
b.
12
6)
Evaluator kajian aspek AMDAL berasal dari berbagai profesi dan bidang
keilmuan
Dokumen AMDAL dievaluasi atau ditelaah oleh Komisi Pusat atau Daerah, yang
anggotanya terdiri dari instansi yang berwenang, pakar bidang keahlian tertentu dan
wakil masyarakat yang ditunjuk atau diangkat untuk keperluan itu. Mereka ini berasal
dari berbagai disiplin ilmu dan turut mengevaluasi kecukupan dan kualitas dari kajian
aspek AMDAL. Bahkan sering dijumpai Tim Teknis Komisi Pusat atau Daerah yang
bertugas mengevaluasi dokumen AMDAL, termasuk kajian aspek sosial AMDAL di
dalamnya, berasal dari luar disiplin sosial misalnya..
Lampiran 1. Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.
Daftar komponen, sub-komponen dan parameter sosial
Komponen
Parameter
1. Demografi
1. Struktur penduduk
a. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, jender,
pekerjaan, pendidikan, agama.
b. Kepadatan penduduk
2. Perkembangan penduduk
2.1. Pertumbuhan penduduk
a. Angka kelahiran
b. Angka kematian anak/balita
c. Angka kematian
d. Pola pertumbuhan
2.2. Mobilitas penduduk
a. Jumlah penduduk yang datang
b. Jumlah penduduk yang keluar
c. Pola perpindahan penduduk (sirkuler, permanen, komuter)
3. Angkatan kerja
a. Tingkat partisipasi tenaga kerja
b. Angka/tingkat pengangguran
2. Ekonomi
13
14
Sumber:
Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial
dalam AMDAL.
15
BAB III
PELINGKUPAN
PENGERTIAN, TUJUAN & MANFAAT PELINGKUPAN
3.1. PENGERTIAN
b)
c)
Isu utama
menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan distudi. Sedang time
boundary akan dipergunakan untuk memprakirakan berapa lama dampak akan
berlangsung. Menurut Burdge et al (1998) tujuan dari pelingkupan adalah
mengidentifikasi :
a)
b)
c)
d)
e)
Rencana kerja.
Memang hasil
16
diatas bisa dirangkum bahwa terdapat tiga aspek pelingkupan yakni: mengidentifikasi
issues dan concerns, menentukan wilayah studi, dan menetapkan jangka waktu untuk
memprakirakan berlangsungnya dampak (time frame).
Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-229/11/1996, pelingkupan adalah proses
awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting
potensial yang timbul sebagai akibat rencana usaha atau kegiatan.
3.2. TUJUAN PELINGKUPAN
Tujuan pelingkupan adalah untuk :
a)
b)
penting, berdasarkan hasil diskusi dengan pemrakarsa, pakar, instansi pemerintah dan
masyarakat.
c)
d)
e)
Menelaah kegiatan atau usaha lain yang terkait dan berlokasi dekat dengan rencana
Dampak penting terhadap lingkungan yang dipandang relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen
lingkungan yang dipandang kurang atau penting ditelaah;
b)
17
c)
Kedalaman studi ANDAL yang antara lain mencakup metoda yang digunakan,
jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan
sumberdaya yang tersedia (dana dan waktu).
Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah studi ANDAL yang akan
dilakukan.
a)
Penyusunan ANDAL dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok
bahasan.
b)
c)
Biaya, tenaga dan waktu untuk penyusunan ANDAL dapat dicurahkan lebih efektif
dan efisien.
d)
3.4.
Di Indonesia dikenal dua macam proses pelingkupan dalam rangka penyusunan dokumen
KA ANDAL, yakni:
a)
pokok lingkungan yang perlu ditelaah dalam ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal
sebagai pelingkupan dampak penting)
b)
Proses pelingkupan untuk menetapkan wilayah studi yang akan digunakan untuk
keperluan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal sebagai pelingkupan
wilayah studi).
Selain melalui literatur, kedua macam proses pelingkupan tersebut juga dapat dipelajari
dalam Pedoman Umum Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL sebagaimana terdapat
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 1994, Lampiran I.
Pelingkupan dampak penting dilakukan melalui serangkaian proses dengan tahapan
sebagai berikut:
a)
b)
c)
b)
Penelaahan pustaka (buku teks, dokumen AMDAL sejenis, dan laporan penelitian
yang berhubungan dengan studi ANDAL yang dilakukan)
c)
d)
Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brain storming, dan lain-lain). Metode ini
banyak digunakan dalam proses pelingkupan terutama sejak diterbitkannya
19
dipandang penting oleh suatu kelompok masyarakat di suatu daerah bisa berbeda dengan
kelompok lain di daerah yang sama. Demikian pula apa yang dipandang penting oleh
masyarakat bisa jadi berbeda dengan yang ada di benak pemerintah.
Untuk mengurangi subyektivitas tentang ukuran penting tidaknya dampak, di Indonesia
telah ditetapkan Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-056/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting. Pedoman ini memuat serangkaian kriteria tentang
pada kondisi apa dan bagaimana suatu komponen lingkungan akan mengalami perubahan
mendasar (dampak penting) akibat adanya rencana kegiatan/usaha.
Selain itu dengan diterbitkannya Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000, yang
antara lain mengatur tentang keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan
penilaian dokumen Kerangka Acuan, penetapan atas penting tidaknya suatu komponen
lingkungan terkena dampak tidak hanya menjadi lebih tajam dan relevan, tetapi juga
mempunyai legitimasi.
20
yang
dilakukan
pada
tahap
ini
bertujuan
untuk
Keterkaitan antara rencana usaha atau kegiatan dengan komponen lingkungan yang
b)
Lokasi pengukuran.
21
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi
ANDAL dengan mempertimbangkan: hasil pelingkupan dampak penting, keterbatasan
sumberdaya, waktu dan tenaga.
Dalam membatasi wilayah studi, peneliti harus mampu menentukan batas geografis studi
sehingga ia bisa mengkonsentrasikan pada wilayah yang paling penting. Wilayah studi
dapat berupa dukuh, desa, kecamatan atau kabupaten; atau dapat pula suatu Daerah
Aliran Sungai, tergantung pada fenomena dampak lingkungan yang akan timbul.
Untuk menentukan wilayah dampak diatas, beberapa informasi yang diperlukan antara
lain:
a)
Lokasi dimana aktivitas rencana kegiatan/usaha akan dilakukan. Peta rencana lokasi
kegiatan yang secara tematik menggambarkan pula situasi kondisi lingkungan fisik
dan sosial penduduk akan merupakan informasi yang berharga untuk penetapan
batas wilayah studi.
b)
Sebaran dampak misalnya seberapa jauh bising terdengar, kemana limbah cair
dibuang. Informasi ini menggambarkan sejauh mana limbah atau emisi
tertransportasi atau terbawa oleh media lingkungan ke sekitar rencana
usaha/kegiatan. Informasi ini dapat diperoleh dari anggota tim fisik kimia yang
didukung dengan review literatur.
c)
Batas komunitas sosial dari sudut pandang masyarakat yang bersangkutan. Batas
komunitas sosial ini terutama diverifikasi oleh orang-orang yang dianggap
mengenali dengan baik tatanan dan kehidupan sosial setempat (knowledgeable
people).
Sebuah contoh, masyarakat di suatu dukuh secara administratif menjadi bagian dari
kelurahan A, tetapi dalam kegiatan sehari-hari, penduduk di dukuh tersebut lebih
banyak melakukan kontak (interaksi sosial) dengan penduduk dari kelurahan lain
karena mempunyai ikatan kekerabatan.
22
d)
Waktu, tenaga dan dana yang tersedia. Tersedianya waktu, dana dan tenaga akan
mempengaruhi cakupan studi baik dalam artian banyaknya komponen yang akan
dikaji dan luasnya wilayah studi.
Batas proyek
b)
Batas ekologis
c)
Batas sosial
d)
Batas administrative
Apakah di dalam batas proyek terdapat komunitas atau warga masyarakat yang
mata pencaharian dan/atau pendapatan rumah tangganya berpotensi berubah secara
mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha?
b)
Apakah di dalam batas proyek ada komunitas atau warga masyarakat yang struktur
sosial dan atau nilai-nilai sosial budaya yang dikandungnya berpotensi berubah
secara mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha? Struktur sosial yang
dimaksud disini dapat berupa :
Struktur
perekonomian
masyarakat
setempat
(pertanian,
perkebunan,
Struktur kekerabatan;
Struktur pemilikan atau penguasaan sumber daya alam baik yang bersifat
formal maupun yang diakui/diatur oleh adat setempat (hak ulayat);
23
c)
Apakah didalam batas proyek tersebut terdapat situs purbakala atau hal-hal lain
yang berkaitan dengan kehidupan religi masyarakat setempat?
Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas proyek, maka lokasi pemukiman atau lokasi
kegiatan terpola dari komunitas atau kelompok masyarakat tersebut dapat dipandang
sebagai batas sosial.
ad. b. Batas Ekologi
Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu
rencana usaha atau kegiatan menurut media transportasi limbah atau emisi (air, udara,
organisma), sehingga proses alami yang berlangsung didalam ruang tersebut berpotensi
mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini
rencana usaha atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas
usaha atau kegiatan.
Setelah batas ekologis ditetapkan, selanjutnya perlu diidentifikasi apakah di dalam batas
ekologis tersebut terdapat potensi timbulnya dampak sosial dengan menelaah, antara lain:
a)
Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat
yang kebutuhan domestiknya (rumah-tangga) seperti kebutuhan air bersih untuk
konsumsi, mandi, cuci dan kakus, berpotensi terkena dampak penting akibat
rencana kegiatan/usahal?
b)
Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat
yang mata pencahariannya atau aktivitas sosial-ekonominya menjadi terhambat atau
terganggu sebagai akibat pencemaran atau kerusakan yang akan timbul?
c)
Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat
yang struktur sosial dan nilai-nilai sosial-budayanya berpotensi terkena dampak
penting akibat rencana usaha atau kegiatan?
Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas ekologi, maka ruang atau lokasi kegiatan
terpola dari komunitas atau warga masyarakat tersebut dapat dipandang sebagai batas
sosial.
24
a)
proyek akibat:
Pencemaran lingkungan yang tersebar melalui media air, udara, tanah atau
biologi (organisma), dan/atau
Proses sosial, kepentingan, manfaat sosial, ekonomi dan budaya yang telah
ada sebelumnya mengalami perubahan.
b)
Batas sosial untuk warga masyarakat yang terkena dampak umumnya dapat digambarkan
secara spasial dalam peta dengan batas proyek dan batas ekologis, namun batas sosial
bagi warga masyarakat pemerhati lingkungan umumnya tak dapat digambarkan di dalam
25
peta batas wilayah studi. Walau tak dapat digambar di peta, kelompok atau warga
masyarakat pemerhati lingkungan ini tetap harus dipandang sebagai batas sosial yang
ditelaah dalam studi ANDAL.
Skema di halaman berikut ini membantu mempermudah cara penetapan batas sosial
dimaksud.
Warga yang
Berkepentingan
Warga masyarakat
pemerhati lingkungan
Komunitas/kelompok/lapisan
sosial yang terkena dampak
proyek
Komunitas/kelompok/lapisan
sosial yang terkena dampak
proyek
Gambar :
Tetapkan unit
analisis variabel
yang hendak
diteliti
Tinjau ulang
Diagaramaspek
alir Batas
sosial Sosial
yang akan
ditelaah
(dokumen KA)
Tetapkan jenis
data aspek
sosial yang
perlu
dikumpulkan &
dianalisis
Langkah
Penyusunan
slide no: 6
slide no: 4 - 5
26
Dengan memahami batas administrasi ini akan dapat diidentifikasi apa saja
peraturan perundangan daerah atau sektor yang harus ditaati berkenaan dengan
pengelolaan lingkungan hidup.
Mengingat dampak lingkungan tersebar secara ekologis melalui media air atau udara,
maka ada kemungkinan batas ekologi menyebar di dua atau lebih daerah administratif
dan masing-masing memiliki peraturan perundangan pengelolaan lingkungan hidup yang
berbeda.
Batas wilayah studi ANDAL selanjutnya ditetapkan sebagai batas terluar dari
himpunan batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administratif --atau
dengan kata lain merupakan amalgamasi dari empat batas wilayah dimaksud-- plus
ketersediaan dana, waktu dan tenaga.
27
28
Lampiran 2. Contoh Daftar Uji Kuesioner yang Dikembangkan oleh Bank Dunia,
1974 (dalam Soemarwoto, 1997)
PARIWISATA
A. Lingkungan/kaitan dengan sumberdaya
1. Konsekuensi lingkungan apakah yang diperkirakan akan terjadi karena
perubahan pola tataguna lahan dan perpindahan penduduk sebagai akibat adanya
atau/dan operasi proyek?
2. Apakah proyek akan menyebabkan kedatangan banyak orang untuk mencari
pekerjaan? Jika ya, masalah lingkungan/sosial apa yang diprakirakan akan
terjadi?
3. Apakah para wisatawan akan menciptakan kondisi yang membahayakan
perlindungan atau pengelolaan aspek lingkungan alamiah yang penting?
4. Apakah akan timbul kegiatan dan fasilitas yang tidak diingini di sekitar proyek?
Bagaimana kegiatan ini akan ditangani?
5. Peraturan apa yang berlaku, antara lain, perencanaan tataguna lahan, zonasi dan
undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya, yang dapat
menjamin tidak rusaknya nilai pariwisata?
29
C. Operasi
1. Apakah ada
30
atau
seluruh daya
tarik
proyek,
apakah
perlindungan
atau
Aspek Kesehatan
1. Apakah sarana dan tenaga pelayanan kesehatan yang sudah ada cukup untuk
melayanikebutuhan yang meningkat?
2. Apakah sarana dan tenaga tersebut memenuhi standar untuk melayani para
wisatawan?
3. Apakah sarana keadaan darurat (pemadam kebakaran, ambulans, SAR)
mencukupi syarat?
F.
31
Lampiran 3.
Keterangan: Tabel ini hanya mencantumkan sebagian dari daftar uji Schaeman, yang dalam
daftar aslinya dimuat 47 faktor.
Bidang dan Sub-bidang
Ukuran yang disarankan
I.
Alternatif ukuran
EKONOMI LOKAL
Neraca fiskal
1. Perubahan netto dalam arus fiskal
(pendapatan dikurangi
pengeluaran)
Lapangan pekerjaan
2. Perubahan dalam persen dan
jumlah orang yang bekerja,
menganggur, tidak bekerja
penuh, menurut tingkat
keterampilan.
Kekayaan
3. Perubahan dalam nilai lahan
II
LINGKUNGAN ALAM
Kualitas udara
Kesehatan
4. Perubahan dalam kadar zat
pencemar menurut frekuensi
kejadian dan jumlah orang yang
terkena risiko.
5.
Gangguan
Perubahan dalam kejadian
gangguan visual (asap, kabut)
atau gangguan alfaktoris (bau)
dan jumlah orang yang terkena.
4a.
4b.
5a.
32
Lampiran 4.
No.
Komponen Lingkungan
Pengupasan
tanah/
pasir
penutup
PemisahPemeliha- Perbaikan
PengePemuatan Mobilisasi
an tanah &
raan
&
rukan
pasir
& demopasir &
kebersih- perawatan
tanah/pasir
tailing ke
bilisasi
pencucian
an kapal
kapal
& timah
tongkang
personil
timah
keruk
keruk
A. FISIK KIMIA
1. Arus perairan
2. Pasang surut
3. Gelombang
4. Salinitas perairan
5. Suhu perairan
6. Batimetri
B. BIOTA
19. Vegetasi pantai/ mangrove
33
34
Lampiran 5. Contoh aplikasi Metode Bagan Alir Dampak pada Proyek Pengembangan Minyak Lepas Pantai
Kualitas Udara
dan Kebisingan
Bentang Alam
Vegetasi
Darat
Vegetasi
Laut
Arus
Kesempatan Kerja
Kualitas Air
Laut
Struktur dan
Interaksi
Sosial
Biota Laut
Hak
Ulayat
Perekonomian Lokal
35
Keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL --termasuk dalam hal ini proses
pelingkupan-- menurut Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 diatur sebagai
berikut.
Tahap
Penyusunan KA
Penilaian KA
Penilaian ANDAL,
RKL dan RPL
BAB IV
PENGERTIAN & LANGKAH PENYUSUNAN RONA LINGKUNGAN
4.1. PENGERTIAN
Penyusunan rona lingkungan merupakan upaya menggambarkan kondisi lingkungan di
wilayah studi ANDAL, terutama aspek-aspek terkait yang menurut dokumen Kerangka
Acuan (KA) terkena dampak penting dari rencana usaha atau kegiatan.
Berkenaan
dengan pengertian tersebut maka dalam penyusunan rona lingkungan perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini:
a.
b.
Contoh untuk komponen lingkungan sosial yang diteliti harus bersifat spesifik
lokasi, sehingga tidak selalu seluruh komponen aspek sosial yang terdapat dalam
Pedoman Umum Penyusunan AMDAL (Keputusan Menteri Negara LH Nomor 09
Tahun 2000), dan yang terdapat dalam Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial
AMDAL (Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1994), diteliti untuk setiap
usaha atau kegiatan wajib AMDAL.
c.
d.
Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL adalah yang terletak dalam
lingkup wilayah studi sebagaimana diamanatkan dalam dokumen Kerangka Acuan
(KA);
e.
f.
Dampak penting aspek sosial dari suatu rencana usaha atau kegiatan pada umumnya tidak
menyebar secara merata di seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Dengan demikian
dalam menetapkan/memilih metode pengumpulan dan analisis data yang relevan, baik
yang bersifat kuantitatif atau kualitatif, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini:
a.
Satuan analisis (rumah tangga, desa, kabupaten, propinsi) yang akan diukur.
b.
c.
d.
wawancara
langsung yang disertai pedoman pertanyaan atau kuesioner dari pada dengan
kelompok diskusi terfokus.
Beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penyusunan aspek
sosial AMDAL diantaranya adalah:
a.
Wawancara
b.
Observasi/pengamatan lapangan
c.
d.
e.
b.
c.
Ketrampilan
wawancara
berkenaan
dengan
pendekatan
yang
dilakukan
oleh
pewawancara kepada nara sumber atau responden. Pendekatan yang baik adalah yang
menggunakan bahasa responden. Pewawancara juga diharapkan mampu membawa diri
yang tercermin dalam tutur kata, penampilan dan cara berpakaian. Penampilan
Tidak langsung di mana kuesioner dibagikan pada responden. jika telah diisi
lengkap, kuesioner dikirim kembali kepada peneliti atau si peneliti yang
mengambilnya dari responden.
b.
Menurut
terbuka. Tertutup jika jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner telah disiapkan dengan
beberapa pilihan. Disebut terbuka, jika setiap butir pertanyaan belum disediakan
jawaban. Responden dapat menyatakan pen-dapat sesuai dengan keyakinanya, lalu
peneliti membuat kategori kemudian.
Beberapa prinsip dalam menyusun pertanyaan dalam kuesioner:
a.
Pertanyaan harus jelas artinya mudah dipahami oleh responden dan tidak
mengandung arti ganda,
b.
c.
Jangan mengulang pertanyaan. Jika suatu pertanyaan telah diajukan pada satu
bagian, sebaiknya tidak ditanyanyan pada bagian lain,
d.
e.
f.
g.
Dengan tetap menjaga rapport dan kesopanan, pewawancara yang baik adalah yang bisa
mengungkap lebih dalam tentang informasi yang disampaikan responden, melalui :
Keunggulan dari metode wawancara yang dipandu dengan kuesioner ini antara adalah:
a.
b.
c.
menyerahkan saja
jawabanya kepada pewawancara. Atau juga pertanyaan tentang seberapa besar tingkat
kegotong-royongan
masyarakat,
responden
akan
menjawab
sesuatu
yang
menyenangkan artinya responden tidak ingin diketahui tentang sesuatu yang kurang
baik tentang lingkunganya.
Wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang dianggap
mengetahui tentang kondisi masyarakat setempat, dengan menggunakan pedoman
pertanyaan. Dalam konteks aspek sosial AMDAL metode ini digunakan untuk menelaah
secara mendalam suatu issu atau masalah tertentu di suatu kelompok atau golongan
masyarakat tertentu secara mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan senantiasa
diarahkan untuk menggali dan mendalami seputar issu atau masalah tertentu yang akan
ditelaah. Sehingga dalam metode ini pertanyaan yang diajukan dapat terus berkembang
dan pihak yang diwawancara dapat berkembang sesuai data dan informasi yang telah
terkumpul, sampai pada tahap dipandang cukup oleh peneliti. Teknik ini disebut juga
sebagai teknik bola saju bergelinding (snow balling techniques). Metode ini umumnya
digunakan bersamaan dengan metode observasi-partisipasi.
Ad.b. Observasi atau Pengamatan Langsung
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala
yang diamati. Observasi yang dilakukan dalam studi aspek sosial AMDAL biasanya
adalah observasi langsung dimana para peneliti, sembari mengadakan wawancara
melakukan pengamatan tentang lingkungan secara umum dan lingkungan dari responden
yang diwawancarai. Pengamatan juga dilakukan ketika peneliti melakukan pra-survai
dalam rangka pelingkupan. Observasi sebagai teknik menghimpun data, sangat efektif
digunakan dalam memahami pola hubungan sosial. Misalnya melalui media temu warga
yang diselenggarakan sebulan sekali. Peneliti hadir dalam temu warga tersebut dan
melakukan observasi bagaimana para warga berinteraksi satu dengan yang lain,
bagaimana pola hubungan sosialnya sehingga bisa disimpulkan tentang tingkat kohesi
masyarakat. Bentuk-bentuk observasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
Gambar: Bentuk-bentuk Observasi
Outsider
(Pihak Luar)
Recognized Outsider
(Pihak Luar yang
Dikenal)
Marginal
Participant
(Partisipan
Terbatas)
Full Participant
(Partisipan Penuh)
Outsider (pihak luar) adalah bentuk pengamatan dimana peneliti tidak melakukan kontak
dengan kelompok atau masyarakat yang diteliti. Peneliti berada diluar social setting dari
kelompok yang diteliti. Ia mengamati, mencatat dan menyusun interpretasi. Tingkat
presisi interpretasi sangat tergantung pada pemahaman awal peneliti terhadap subyek
yang diteliti. Makin tinggi tingkat pemahamanya makin dekat interpretasinya dengan
makna yang ditafsirkan oleh masyarakat. Peran outsider (pihak luar) mengandung resiko
berupa bias interpretasi oleh peneliti.
Observasi yang dilakukan oleh Recognized Outsider
Hubungan antara peneliti dengan masyarakat bersifat formal dan temporer. Peneliti
berada dilapangan dalam waktu sangat pendek, sekedar menghimpun data. Dalam
kondisi seperti ini, data yang diperoleh peneliti tidak optimal.
bersifat
formal
dan
dalam
waktu
yang
pendek,
Karena hubunganya
masyarakat
kadang-kadang
melakukan prasurvai.
Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk mengetahui rona lingkungan awal saat
studi dilakukan. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara, survai/ observasi,
pengukuran, dan pengambilan sampel di lokasi yang telah ditetapkan berdasarkan lokasi
tapak proyek dan radius atau arah sebaran dampak sesuai dengan batas wilayah studi.
Metoda pengumpulan data primer untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut.
1. Aspek Fisik-Kimia
Jenis data primer aspek fisik-kimia yang dikumpulkan meliputi: morfologi, gejala erosi,
air, udara, dan kebisingan. Data morfologi dan gejala erosi dikumpulkan dengan cara
inventarisasi secara visual. Sampel air diambil dengan menggunakan water sampler.
Sampel udara menggunakan multiple impinger, sedangkan sampel kebisingan dilakukan
dengan cara pengukuran memakai sound level meter. Contoh Metoda pengumpulan data
primer pada aspek fisik-kimia secara lebih rinci disajikan pada Tabel 3.1 dengan kasus
ANDAL Waduk misalnya :.
Tabel 3.1. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Fisik-Kimia
No
Jenis Data
Jumlah
Lokasi
Metoda
.
yang
Sampel
Sampling
Pengumpulan
Dikumpulkan
Data
1 Morfologi
6 titik DTA,
rencana Inventarisasi
lokasi bendung, (visual)
DI
2 Gejala Erosi
6 titik DTA,
rencana Inventarisasi
lokasi bendung, (visual)
DI
3 Kualitas Air
3 titik Hulu, as bendung Pengukuran,
dan hillir
sampling, dan
analisis
laboratorium
4. Kualitas Udara 2 titik As bendung dan
Pengukuran,
dan
hulu / hillir
sampling, dan
Kebisingan
analisis
laboratorium
2. Aspek Biologi
Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna
darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan
luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.
Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air
fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi
sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random
sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda. Cara pelaksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:
Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat
Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan
memakai sampling plot dengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis
pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan
ukuran 1 m x 1 m.
Pengambilan Sampel Fauna
Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)
untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi
kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan
populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk
hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan
fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.
Pengambilan Sampel Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,
kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4%
sebagai bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu
Embung, lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).
Pengambilan Sampel Benthos
Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar
perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1
mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol
sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan
sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.
Metoda pengumpulan data primer pada aspek biologi pada contoh ANDAL Waduk
meliputi: jenis data, jumlah sampel, lokasi sampel, dan metoda pengumpulan data secara
lebih rinci disajikan pada Tabel 3.2 misalnya :
Sumber Data
Jumla
h
Sampel
Lokasi
Sampling
Metoda Pengumpulan
Data
Kependudukan
- jumlah penduduk
- kepadatan pddk
- pertumbuhan pddk
- pendidikan
- ketenagakerjaan
- mobilitas
Kab. Grobogan
Dalam Angka
125
Tapak proyek
dan sekitarnya
sesuai
batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader, informal
leader dan masyarakat
biasa)
Sosial-Ekonomi
- matapencaharian
- pemilikan lahan
- pendapatan
- pengeluaran
- pusat kegiatan
- infrastruktur
Kab. Grobogan
Dalam Angka
125
Tapak proyek
dan sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader, informal
leader dan masyarakat
biasa)
Sosial-Budaya
- adat-istiadat
- pola pemilikan
lahan
- interaksi sosial
- peninggalan sejarah
Data primer
125
Tapak proyek
dan sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader, informal
leader dan masyarakat
biasa)
4.
Kesehatan Masy.
- kondisi fisik rumah
- pemenuhan air
bersih dan MCK
- pola penyakit
- jenis penyakit
- fasilitas kesehatan
Kab. Grobogan
Dalam Angka
125
Tapak proyek
dan sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader, informal
leader dan masyarakat
biasa)
Persepsi Masy.
- persepsi terhadap
rencana kegiatan
Embung
- persepsi terhadap
perubahan dan
inovasi
Data primer
125
Tapak proyek
dan
sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader, informal
leader dan masyarakat
biasa)
5.
Monografi Desa
dan Kecamatan
Data primer
Monografi Desa
dan Kecamatan
Data primer
Monografi Desa
dan Kecamatan
Puskesmas Kec.
Pulokulon
Data primer
Kedua, persoalan
reliabilitas data yang dipublikasikan. Peneliti aspek sosial AMDAL perlu kritis benar
terhadap mutu data statistik yang ingin digunakan sehingga bila perlu lakukan uji
reliabilitas data sekunder yang diperoleh. Contoh data sekunder untuk ANDAL Waduk
misalnya :
2.
Metoda Konstruksi
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10
11
12
Hidrologi
13
14
Status Tanah
Flora Darat
15
Flora Air
16
Fauna Darat
7.
b.
c.
Kedalaman analisis yang ingin diperoleh, semakin dalam analisis yang diinginkan
semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.
pengamatan di sepanjang jalan yang dilalui dan wawancara dilakukan dengan orang atau
responden yang kebetulan berjumpa di jalan. Penelitian semacam ini menurut Chambers
mempunyai kelemahan:
Lemah
a.
mengungkapkan
yang
sebenarnya
terjadi.
b.
malahan lebih banyak berbicara dan menggurui (menganggap lebih tahu dari
responden).
c.
d.
a.
terminal dan sepanjang jalan besar ketimbang mengunjungi lokasi yang jauh di
pedalaman dan tidak bisa diakses dengan baik oleh kendaraan roda empat.
Padahal penduduk miskin banyak yang tinggal di tempat terpencil jauh dari kota,
terminal dan jalan besar.
Bias Proyek. Peneliti umumnya hanya memfokuskan diri
b.
c.
umumnya mereka yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik ketimbang yang
tidak, lebih banyak responden laki-laki ketimbang perempuan, lebih banyak
ditujukan kepada responden yang hidup cukup ketimbang yang miskin, dan yang
kepada orang lebih berkuasa ketimbang rakyat biasa.
Bias Musim.
d.
musim kemarau ketimbang musim hujan sebab jalan sulit dilalui (longsor, becek)
dan tidak senang terkena hujan dan kedinginan. Padahal di musim hujan justru
banyak dapat dijumpai kondisi sebenarnya dari kehidupan desa (paceklik, banjir,
banyak penyakit).
Bias Protokoler. Karena peneliti ingin sopan, tidak ingin
e.
menyinggung tata krama (protokoler) dan waktu terbatas, maka peneliti enggan
menanyakan hal-hal yang sensitif seperti kemiskinan atau berkunjung ke orangorang miskin.
Sehingga penelitian yang dilakukan dengan pola wisata ini sering menghasilkan
kesimpulan yang salah tentang kehidupan masyarakat desa (rapid is often wrong).
Chambers menjuluki wisata penelitian ini sebagai penelitian yang bersifat quick and
dirty. Walau tidak diketahui secara pasti, namun diduga cukup banyak penelitian aspek
sosial AMDAL yang dijalankan dengan cara wisata penelitian semacam ini.
Kutub lainnya adalah penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lama.
Kelemahan yang dijumpai dalam penelitian semacam ini adalah:
Penelitian berlangsung dalam waktu yang lama dan
a.
menelan biaya yang besar, namun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
curahan waktu, biaya dan tenaga yang diberikan.
Penelitian dilakukan dengan metode survei yang penyakit
b.
umumnya adalah:
Akibat dari penelitian yang dijalankan dengan cara semacam itu adalah banyak data
yang tidak diolah ketika memasuki tahap pengolahan data.
tersebut tidak dianalisa.
Kalaupun kemudian ditulis, hasil itu tidak dibaca. Kalaupun dibaca, tidak dimengerti.
Kalaupun dimengerti, ternyata tidak berguna karena hasil penelitian ternyata tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan. Dengan kata lain long is often lost!
Mengingat kelemahan-kelemahan penelitian sosial tersebut, maka Chambers
menawarkan metode Penilaian Cepat Pedesaan (rapid rural appraisal, atau PCP) untuk
penelitian-penelitian yang menggunakan pedesaan sebagai subyek atau obyek penelitian.
Dalam PCP pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan mengkombinasikan
berbagai metode penelitian (wawancara, grup diskusi, observasi, dan data sekunder).
Sehingga data yang diperoleh dapat lebih dipertanggung-jawabkan dan menyorot
berbagai sisi kehidupan pedesaan secara komprehensif.
b.
dari masyarakat setempat, atau dalam hal ini responden dan tokoh-tokoh
masyarakat setempat.
Identifikasi dan manfaatkan indikator-indikator sosial atau
c.
d.
e.
f.
benar seluk beluk kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan riwayat daerah yang
diteliti.
Lakukan wawancara grup dengan cara menyelenggarakan
g.
h.
Dengan teknik pengumpulan data semacam itu -menurut Chambers- penelitian akan
berlangsung secara fairly-quick dan hasilnya fairly-clean.
4.4.2. METODE ANALISA DATA
Data yang terkumpul dapat dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Perlu diketahui
bahwa metode analisis kuantitatif terutama ditujukan untuk data yang bersifat kuantitatif.
Demikian pula untuk analisis data kualitatif. Dengan demikian sejak awal proses
pengumpulan data sesungguhnya sudah harus ditetapkan terlebih dahulu apakah data
yang hendak dikumpulkan bersifat kualitatif atau kuantitatif. Data kuantitatif menuntut
metode pengumpulan data yang berbeda dengan metode yang bersifat kualitatif. Berikut
diutarakan metoda analisis data dimaksud.
Metode kuantitatif dapat digunakan untuk berbagai kajian aspek sosial AMDAL.
Dalam ilmu-ilmu sosial analisa kuantitatif umumnya dilakukan melalui analisa tabulasi
silang (cross tabulation) atau melalui analisa statistika.
Analisa tabulasi silang dibangun untuk menggambarkan hubungan antara peubah bebas
(independent variables) dengan peubah tak bebas (dependent variables). Tabel silang
yang dibangun umumnya tidak berukuran besar untuk memudahkan analisa. Kolom
tabel menunjukkan peubah bebas (atau peubah sebab) dan baris tabel menunjukkan
peubah tak bebas (atau peubah akibat).
Alat analisis yang lebih handal untuk data yang lebih kompleks adalah analisis statistika.
Data demografi, kependudukan dan ekonomi merupakan jenis-jenis data yang dapat
dianalisis dengan kaedah-kaedah statistika. Disamping itu analisis statistik juga dapat
dilakukan untuk aspek sosial budaya yang bersifat deskriptif. Analisis yang relevan
untuk data sosial budaya semacam ini adalah analisis statistika non-parametrik. Namun
perlu diketahui bahwa bila akan dilakukan analisis statistika non parametrik, maka sejak
awal penelitian (pengumpulan data) data sosial tersebut harus didisain berukuran ordinal
agar dapat dianalisis dengan model-model statistika non parametrik. Analisa statistika
non parametrik ini sangat bermanfaat untuk keperluan kajian aspek sosial AMDAL. Bagi
yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut analisa statistika non parametrik dapat
mempelajari pustaka terlampir.
Analisis kuantitatif lainnya adalah metode valuasi (valuation) ekonomi sumber daya
alam.
Sumberdaya alam yang tak dapat dinilai secara moneter (intangible) dinilai dengan
berbagai metode teknik pendekatan, yakni:
1) Penggunaan secara langsung berdasarkan harga pasar atau produktivitas (marketbased methods). Ada tiga jenis metode dengan pendekatan ini:
2) Penggunaan pengganti harga pasar (surrogate market value). Metode ini ada empat
jenis, yakni :
3)
Untuk indikator ekonomi yang nilai moneternya tidak bisa dianalisis dengan akurat,
diperlukan value judgement dari penyusunan AMDAL. Caranya antara lain dengan
menggunakan analogi terhadap fenomena-fenomena dampak penting yang timbul
menurut dokumen AMDAL sejenis.
Perlu diketahui: penetapan penggunaan metode valuasi ekonomi ini harus dilakukan sejak dini, yakni sejak
disusunnya dokumen Kerangka Acuan. Sehingga peneliti dapat memper-siapkan sejak dini apa saja
variabel yang harus dikumpulkan, ukuran-ukuran dan teknik analisis yang akan digunakan.
Metode kualitatif memiliki keunggulan dalam menggambarkan secara rinci dan utuh
deskripsi suatu peristiwa, proses, fenomena atau hubungan-hubungan sosial yang
dilandasi oleh persepsi, sikap, etika, sistem nilai dan norma yang dianut oleh suatu
komunitas masyarakat. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode analisa kualitatif
ini dapat diambil contoh metode analisa yang digunakan untuk studi ANDAL Waduk
sebagai berikut :
1. Aspek Fisik- Kimia
Metoda analisis dan peralatan yang digunakan untuk sampel air dan udara mengacu
kepada Keputusan Gubernur KDH Propinsi Jawa Tengah Nomor 660.1/26/1990
(Lampiran I) tanggal 1 Juni 1990. Parameter-parameter air seperti pH, suhu, DO dan
sulfida diukur secara langsung di lapangan, sedangkan parameter air lainnya dianalisis di
dalam laboratorium setelah sebelumnya diberi bahan pengawet (seperti H2SO4, HNO3
atau HgCl2). Parameter yang lain dianalisis di laboratorium rujukan yang telah
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah
Nomor 660.1/29/1990 tanggal 27 Juni 1990 tentang Penunjukan Laboratorium Penguji
Kualitas Air, Udara dan Bising. Metoda dan peralatan analisis udara dan bising serta air
disajikan pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.
Parameter
SO2
NO2
O3
CO
6
7
Bising
Debu
Satuan
3
gr/m
3
gr/m
3
gr/m
3
gr/m
dBA
3
gr/m
Metoda
Pararosanilin
Peralatan
Spektrofotometer
Saltzman
Spektrofotometer
Kemiluminens
Spektrofotometer
NDIR
Spektrofotometer
L eq
Gravimetri
Parameter
Temperatur
2
3
Residu terlarut
Daya hantar
listrik
pH
Ca
4
5
Satuan
o
C
mg/l
mhos/cm
Metoda
Pemuaian
Peralatan
Termometer
Gravimetri
Potensiometri
Timbangan analitik
Conductivity meter
mg/l
Titrimetri EDTA
pH meter
Buret
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Mg
Fe
Mn
Cd
Cu
Pb
Cr
Hg
Sulfida
Amonia Bebas
Nitrat
Nitrit
DO
BOD
COD
Fosfat
Sulfat
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Titrimetri EDTA
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Titrimetri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Spektrofotometri
Titrimetri
Titrimetri
Titrimetri
Titrimetri
Gravimetri
Buret
Spektrofotometer
Spektrofotometer
AAS
AAS
AAS
AAS
AAS
Buret
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Buret
Buret
Buret
Buret
Spektrofotometer
2. Aspek Biologi
Analisis Sampel Vegetasi
Analisis sampel vegetasi dilakukan dengan jalan menghitung besarnya Nilai penting
dengan menjumlahkan kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif. Frekuensi
relatif (FR), kerapatan relatif (KR) dan dominansi relatif (DR) dinyatakan dengan luas
bidang dasar memakai rumus Cox (1967):
Frekuensi
x 100%
KR =
x 100%
Dominasi = Total basal area dari suatu species yang dihitung dari diameter
pohon.
Total basal area tiap jenis
DR = -------------------------------------------- x 100%
Jumlah basal area semua jenis
Indek Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR
Analisis Sampel Fauna
Analisis data fauna dilakukan dengan menghitung jumlah jenis, dominansi atau frekuensi
keberadaan fauna.
Analisis Sampel Plankton dan Benthos
Analisis sampel plankton dilakukan dengan jalan identifikasi di laboratorium sampai
tingkat genus dengan menggunakan buku acuan Davis (1965) dan APHA (1981).
Perhitungan untuk kelimpahan plankton memakai rumus konversi Lackey Drop Microtransect Counting dari APHA (1992) :
N = T/L x P/p x V/v x 1/w
keterangan:
N =
Jumlah plankton per liter
T
P
=
=
L
p
V
v
w
=
=
=
=
=
2
Luas gelas penutup, (mm )
Jumlah plankton tercacah
2
Luas lapang pandang (mm )
Jumlah lapang pandang yang diamati
Volume sampel yang diamati (ml)
Volume sampel di bawah gelas penutup (ml)
Volume air yang disaring (ml).
i=1
keterangan:
H' =
nilai indeks keanekaragaman jenis
Pi =
ni/N
ni =
jumlah individu jenis ke i
N =
jumlah total individu
Indeks Keseragaman
E
H' / H'maks.
keterangan:
E
= nilai indeks keseragaman jenis
H'maks = ln S
S
= jumlah jenis
BAB V
Dampak lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu
komponen lingkungan tertentu pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat adanya
kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat bersifat alami, seperti letusan gunung merapi,
gempa bumi, semburan gas beracun dari kawah dan lain sebagainya, yang pada dasarnya
mengakibatkan perubahan yang cukup mendasar pada lingkungan disekitarnya.
Kegiatan yang menimbulkan dampak juga dapat disebabkan oleh kegiatan manusia,
seperti misalnya pembangunan industri pupuk, pembangunan waduk, atau pembangunan
pemukiman transmigrasi. Dalam proses AMDAL dampak lingkungan yang dikaji adalah
dampak lingkungan yang akan timbul akibat adanya kegiatan yang direncanakan oleh
manusia, yang dalam hal ini sering diistilahkan sebagai (proyek) pembangunan.
Di dalam analisis dampak lingkungan dikenal dua jenis pengertian atau batasan tentang
dampak lingkungan, yakni (Soemarwoto, 1988):
a.
b.
Dalam proses penyusunan AMDAL, batasan yang digunakan adalah yang batasan kedua
(batasan b). Untuk mudahnya, batasan yang kedua tersebut dapat disederhanakan sebagai
berikut:
Dampak lingkungan =
Kondisi lingkungan
dgn proyek di masa
mendatang
Kondisi lingkungan
tanpa proyek di
masa mendatang
Sedang dampak
sekunder umumnya timbul sebagai akibat adanya proses atau produk (product) dari
rencana kegiatan. Dampak primer umumnya relatif lebih mudah diukur, sedang dampak
sekunder lebih sulit. padahal umumnya dampak sekunder inilah yang sering lebih nyata
(significant) dibandingkan dengan dampak primer. Sebagai contoh, dampak primer suatu
kegiatan adalah perubahan komposisi jenis vegetasi, namun dampak sekundernya jenis
satwa liar.
sosial/ekonomi/budaya
pembangunan,
tetapi
juga
yang
akan
harus
terjadi
bila
ada
memprakirakan
proyek
kondisi
Ini sungguh
merupakan suatu tantangan karena umumnya pakar ilmu sosial relatif lebih
mengetahui perilaku perubahan sosial akibat adanya proyek pembangunan,
ketimbang memprakirakan perubahan yang akan terjadi bila tanpa ada proyek
pembangunan.
Prinsip 2, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka Acuan (KA).
Prakiraan dampak
d.
Evaluasi atas mendasar tidaknya atau penting tidaknya dampak lingkungan yang
akan timbul bagi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi.
Kajian yang pertama pada dasarnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah
dampak yang akan timbul berskala besar atau kecil (big or little magnitude of impact),
dan bersifat positif atau negatif?
seberapa jauh perubahan atau dampak lingkungan yang akan timbul itu bersifat penting
atau mengubah secara mendasar aspek-aspek tertentu dari kehidupan sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan dan ekologi. Dengan perkataan lain kajian tentang penting dampak
berkenaan dengan sejauh mana kepentingan manusia dan kepentingan kehidupan ekologi
berubah mendasar sebagai akibat adanya proyek.
Berdasarkan Prinsip Pertama tersebut, maka untuk mengetahui seberapa besar dampak
lingkungan yang akan timbul pada dasarnya harus diukur selisih antara:
a.
terjadi di waktu mendatang sebagai akibat adanya proyek (sebagai misal, tingkat
pendapatan penduduk sekitar proyek tujuh tahun setelah proyek beroperasi)
Kondisi lingkungan yang diprakirakan akan terjadi di
b.
ruang dan waktu tertentu tanpa adanya kegiatan proyek (sebagai misal, tingkat
pendapatan penduduk pada tujuh tahun mendatang bila tidak ada proyek).
Pada Gambar 1 secara grafis diilustrasikan (besar) dampak Proyek A dan Proyek B
terhadap pendapatan penduduk sekitarnya yang diukur dalam bentuk pendapatan setara
beras per jiwa per tahun. Kedua proyek didirikan pada tahun T1 di dua lokasi yang
berbeda. Berdasarkan konsep dampak lingkungan yang telah diutarakan, besar dampak
lingkungan ketika Proyek A memasuki tahun T2 adalah selisih antara O1 dan O2 dan
sebesar O4 - O5 ketika memasuki tahun T3. Adapun pada Proyek B, dampak yang timbul
pada tahun T2 adalah sebesar O1 - O2 dan ketika memasuki tahun T3 sebesar O4 - O5.
Bedanya, sepanjang tahun T1 hingga T2 dan T3 Proyek A menimbulkan dampak positif,
yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan setara beras per jiwa per tahun,
dibandingkan bila tanpa proyek. Adapun Proyek B sebaliknya, pada tahun T2 proyek
menimbulkan dampak positif sebesar O1 - O2 namun pada tahun T3 mengakibatkan
dampak negatif sebesar O4 - O5.
positif
pada
awal
dimulainya
namun
pada
tahun-tahun
selanjutnya
Kondisi
dengan
proyek
350
O4
O1
320- B
250
O5
Kondisi
tanpa
proyek
O2
O6
O3
T1
Proyek A
mulai
Area
besar
dampak
T2
T3
Umur
proyek
(Proyek A)
Kondisi
dengan
proyek
Pendapatan
setara beras
(kg/jiwa/thn)
350 A
Kondisi
tanpa
proyek
O1
O4
320- B
C
O3
250
Area
besar
dampak
O2
T1
Proyek B
mulai
T2
(Proyek B)
O5
T3
Umur
proyek
Dengan asumsi ini pula ketika Proyek B memasuki tahun T2 diprakirakan timbul dampak
positif sebesar O1 O3 (seharusnya O1 - O2), dan ketika memasuki tahun T3 timbul
dampak positif sebesar O4 O5. Padahal ketika memasuki T3 Proyek B sesungguhnya
menimbulkan dampak negatif sebesar O4 O5.
Hal lain yang perlu diketahui adalah, prakiraan dampak sangat terkait dengan dimensi
ruang dan waktu berlangsungnya dampak. Sehingga dapat dikatakan dampak lingkungan
suatu rencana usaha/kegiatan bersifat unik dan khas, yakni hanya berlaku untuk ruang
dan waktu tertentu akibat aktivitas tertentu dari rencana usaha/kegiatan.
Sehingga dalam konteks prakiraan dampak aspek sosial harus dapat dianalisis:
Siapa yang terkena dampak (who are going to be
a.
affected). Siapa menunjuk pada berapa orang yang terkena, ciri-ciri mereka
bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Siapa disini juga
bisa menunjukkan satuan analisa: individu, keluarga atau masyarakat.
Dalam bentuk apa (in what way) mereka terkena dampak.
b.
Misalnya, penduduk yang tinggal disepanjang rute menuju ke proyek, akan terkena
dampak dari aktivitas transportasi peralatan. Aktivitas ini akan menimbulkan bising
dan debu.
Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak bising dan
c.
debu akan berlangsung selama masa konstruksi. Penyusun studi bisa menghitung
berapa lama masa konstruksi itu berjalan.
Langkah prakiraan atau proyeksi sangat dekat dengan pelingkupan dan identifikasi
rona lingkungan. Dalam pelingkupan, para peneliti menentukan ruang lingkup studi
(space and time boundaries, key topics dan unit of analysis) melalui pengkajian kegiatan
proyek dan kondisi masyarakat. Jika para peneliti telah melakukan dua proses ini dengan
baik, tahap prakiraan dampak akan mudah dilakukan.
Prakiraan dampak lingkungan memiliki perbedaan yang mendasar dengan evaluasi
dampak lingkungan.
respon atau perubahan setiap komponen lingkungan lingkungan yang berpotensi terkena
dampak, maka dalam evaluasi dampak lingkungan yang dikaji adalah totalitas respon
dari berbagai komponen lingkungan yang pada ruang dan waktu tertentu terkena dampak
dari proyek.
Dari Gambar 1 tersebut tampak bahwa dalam prakiraan dampak yang diukur adalah
seberapa besar dampak lingkungan (magnitude of impact) yang akan timbul sebagai
akibat adanya proyek.
memberi nilai penting yang berbeda-beda terhadap perubahan stabilitas dan kepulihan
ekosistem, serta kehidupan sosial ekonominya. Perbedaan ini muncul karena adanya
perbedaan dalam latar belakang budaya, serta perbedaan ruang dan waktu. Dengan
demikian "nilai penting" ini bersifat dinamis, sesuatu yang dipandang penting saat ini
oleh suatu kelompok masyarakat dapat berubah menjadi tidak penting pada beberapa
tahun mendatang, demikian pula sebaliknya.
Disamping faktor budaya, penting tidaknya dampak pada kehidupan sosial juga dapat
berbeda-beda tergantung pada lapisan sosial (misal kaya, menengah atau miskin), dan
golongan sosial yang terkena dampak (misal, kalangan pemerintah, masyarakat sekitar
proyek, kalangan pakar, kalangan LSM). Misalnya, suatu rencana usaha/kegiatan diduga
akan menimbulkan dampak penting positif terhadap pendapatan dikalangan penduduk
yang memiliki ketrampilan yang menunjang kegiatan proyek, namun dampak penting
positif ini tidak berlaku bagi lapisan sosial masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan.
CONTOH PENGGUNAAN METODA PRAKIRAAN DAMPAK PADA KASUS
ANDAL WADUK MISALNYA
Langkah awal dalam memprakirakan dampak adalah dengan mengidentifikasi dampak
kegiatan proyek terhadap komponen lingkungan. Proses identifikasi dampak dilakukan
dengan menggunakan metoda cheklist yang dituangkan dalam matriks interaksi antara
komponen kegiatan dan komponen lingkungan. Proses selanjutnya adalah melakukan
pelingkupan untuk menentukan jenis kegiatan dan komponen lingkungan yang benarbenar mempunyai kaitan yang sangat kuat yang nantinya akan diprediksi dan dievaluasi
dampaknya. Selain identifikasi, dalam memprediksi dampak juga dibuat diagram alir
dampak untuk memperlihatkan alur dampak, sehingga akan terlihat gradasi dampak
yang meliputi dampak primer, sekunder, dan tersier.
Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan ini adalah pendekatan dengan
perhitungan
matematik.
Dengan
metoda
ini,
hubungan
sebab
akibat
yang
Polutan
1.
2.
3.
4.
SO2
NO2
CO
Partikulat/Debu
Faktor Emisi
(kg/satuan waktu)
7,9544
9,2103
36,4226
2,0095
2. Kebisingan
= Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, sumber bising, dBA
L1
Ae
3. Sedimentasi
Volume sedimentasi lebih banyak diakibatkan oleh adanya erosi permukaan (sheet
erossion). Dengan adanya Waduk, bahan erosi yang terangkut oleh sungai (angkutan
sedimen) akan tertahan dan terendapkan di kolam Waduk
Peningkatan volume sedimentasi di kolam Embung :
Vol. Sedimen (di Embung) = (laju erosi x luas DTA) x Trap-efficiency
Besarnya angkutan sediment di hilir bendungan adalah :
Vol. Sedimen (di hilir) = (laju erosi x luas DTA) x (100% - Trap-efficiency)
Pada saat pelaksanaan konstruksi, peningkatan angkutan bahan sedimen dapat dilakukan
pengamatan. Persamaan untuk menghitung angkutan sedimen berdasarkan pengamatan
ini adalah :
0,0864 Ci.Qwi
---------------------------- t
i=1
24
n
Qs =
Keterangan
Qs
Ci
Qwi
4. Erosi
Dengan adanya perubahan coverage lahan, maka akan menyebabkan perubahan laju erosi
permukaan. Besarnya erosi permukaan dihitung dengan menggunakan rumus USLE :
E= RLKSP
Keterangan :
= erosivity hujan
= kemiringan lahan
5. Banjir
Aspek banjir akibat adanya Embung dapat dilihat mengenai pengurangan debit puncak
banjir, perlambatan waktu terjadinya debit puncak, dan pengurangan daerah genangan.
Pengurangan debit Puncak banjir ( dalam %) =
(Debit puncak awal Debit puncak setelah adanya Struktur) x 100
(Debit puncak awal)
Perlambatan Datangnya debit Puncak banjir ( dalam %) =
(T puncak awal T puncak setelah adanya Struktur) x 100
(T puncak awal)
6. Aliran Sungai
Kestabilan aliran sungai dapat dilihat dari perubahan flow regime (Qr) rumus berikut :
Debit _ Maksimum
Qr =
Debit _ min imum
3.3.2.
awal
Debit _ Maksimum
Metoda Informal
Prakiraan dampak rencana kegiatan pembangunan Embung Coyo terhadap
komponen lingkungan ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
profesional para ahli yang tergabung dalam tim studi ini, studi analogi, nara
sumber lain dan/atau sumber lain. Pendekatan ini digunakan terutama bila studi
ini terbentur pada keterbatasan data dan informasi dalam penerapan metoda
formal. Beberapa komponen/parameter lingkungan yang diprakirakan dengan
pendekatan informal disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Metoda Pendekatan Informal
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Komponen/Parameter
Lingkungan
Tingkat Bising
Debu
Kuantitas Air
Flora-fauna darat
Persepsi Masyarakat
Kesempatan Kerja
Pendapatan
Kesehatan Masyarakat
Kenyamanan/ keamanan
Tataguna Lahan
Pendekatan Informal
Analogi kegiatan sejenis maupun literatur
Analogi kegiatan sejenis maupun literatur
Penilaian Profesional
Literatur
Penilaian Profesional dan Analogi
Penilaian Profesional
Penilaian Profesional
Literatur/ Analogi
Penilaian Profesional
RUTRD
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk mengukur sejauh mana perubahan lingkungan bersifat mendasar, telah diterbitkan
ketentuan tentang tolok ukur dampak penting, yakni Keputusan Kepala BAPEDAL No.
KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Keputusan
tersebut menyatakan bahwa ukuran dampak penting terhadap lingkungan ditetapkan
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.
2.
3.
Di dalam KEP-056 Tahun 1994 tersebut untuk setiap faktor penentu dampak (jumlah
manusia terkena dampak, luas wilayah persebaran dampak, dan 4 faktor lainnya), dimuat
tolok ukur atau standar dampak penting. Setiap pihak dengan demikian dapat
menggunakan Keputusan tersebut sebagai rujukan formal untuk menetapkan penting
tidaknya suatu dampak lingkungan.
Dalam hal Proyek A dan B yang telah dicontohkan di muka, evaluasi sifat penting
terhadap dampak lingkungan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan Garis
Kemiskinan sebagai kriteria sifat penting. Menurut kriteria ini, seseorang tergolong
miskin bila pendapatannya dalam setahun kurang dari setara beras 320 kg. Berdasarkan
kriteria ini tampak bahwa dampak positif Proyek A bersifat penting terhadap pendapatan
penduduk ketika menginjak tahun T2n dan seterusnya (lihat Gambar 2). Merujuk pada
KEP-056 Tahun 1994, dampak ini tergolong sebagai penting dari segi intensitas dampak.
Pada tahun T1 sampai T2n, Proyek A memang menimbulkan dampak positif terhadap
pendapatan penduduk tetapi perubahan tersebut belum mendasar, atau dengan kata lain
penduduk masih tetap di bawah garis kemiskinan.
Berbeda halnya dengan Proyek B, dampak positif yang bersifat penting diprakirakan
timbul pada pasca tahun T1 hingga tahun T2n. Namun setelah tahun T2n Proyek B
menimbulkan dampak negatif yang bersifat penting terhadap pendapatan penduduk
sekitar. Dalam kasus Proyek B ini tampak bahwa mula-mula Proyek B mengentaskan
kemiskinan penduduk di sekitarnya namun selanjutnya B justru menjadi penyebab
turunnya pendapatan penduduk hingga di bawah Garis Kemiskinan (lihat Gambar 2).
Dampak ini --merujuk pada KEP-056 Tahun 1994-- tergolong sebagai dampak penting
dari segi intensitas dampak.
Pendapatan
setara beras
(kg/jiwa/thn)
350
320
Kondisi
dengan
proyek
Garis
kemiskinan
O4
B
O1
250
O2
T1
Proyek A
mulai
T2
(Proyek A)
Area besar
dampak
O5
O6
O3
Area
dampak
penting
T2n
T3
Kondisi
tanpa
proyek
Umur
proyek
Garis
kemiskinan
Pendapatan
setara beras
(kg/jiwa/thn)
Area
dampak
penting
350 A
Kondisi
tanpa
proyek
O4
O1
320 B
250
O2
Area besar
dampak
O3
T1
Proyek B
mulai
T2
O5
T2n
T3
Kondisi
dengan
proyek
Umur
proyek
(Proyek B)
Gambar 2.
b.
Dua metode ini dapat digunakan untuk memprakirakan besar dampak sosial, termasuk
aspek sosial yang memiliki nilai moneter. Berikut diutarakan macam metode formal dan
non-formal untuk memprakiraan dampak sosial.
Ad.a. Metoda Formal
Metode formal adalah metode untuk memprakirakan (besar) dampak dengan
menggunakan formula, rumus atau model-model kuantitatif yang telah tersedia (hasil
pengembangan/temuan pakar lain) atau dikembangkan sendiri oleh pakar aspek sosial
AMDAL. Hasil prakiraan dampak ini bersifat kuantitatif dan umumnya didukung oleh
tabulasi data, grafik atau referensi spasial/geografis.
Oleh karena sifatnya yang kuantitatif, akuntabilitas metode ini umumnya lebih tinggi
ketimbang metode non-formal. Namun demikian, metode ini harus hati-hati digunakan
karena sering terdapat asumsi atau koefisien teknis yg tidak relevan dgn kondisi
Indonesia.
Macam metode formal ini adalah:
a.
b.
c.
d.
Tidak semua jenis metode formal yang diutarakan di atas dapat digunakan atau sesuai
untuk keperluan prakiraan dampak aspek sosial. Dari empat macam Metode Formal di
atas, hanya model matematik dan model analisis statistika yang disinggung dalam modul
ini karena kedua model lainnya lebih relevan untuk aspek fisik-kimia dan atau biologi.
Prakiraan dengan model matematik dilakukan dengan menggunakan model yang sudah
tersedia atau mengembangkan/membuat model sendiri yang khusus dibuat oleh pakar
bersangkutan. Asumsi dasar dari model matematik ini adalah, model yang kita gunakan
disusun/diformulasikan berdasarkan pengetahuan
a priori
bagaimana dinamika atau gerak tatanan atau kehidupan sosial yang kita telaah.
Berdasarkan asumsi atas pengetahuan tersebut selanjutnya secara induktif dikembangkan
model hubungan antar variabel dalam bentuk persamaan matematik.
Pengembangan
model, formula dan perhitungan matematik ini kini menjadi lebih leluasa dilakukan oleh
para ahli berkat adanya dukungan komputer. Dalam aspek sosial, model matematik ini
banyak digunakan untuk prakiraan dampak di bidang ekonomi dan demografi. Dua
bidang dimana aspek sosial banyak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat kuantitatif.
Model matematik tersebut antara lain adalah:
Model simulasi
Model proyeksi
persamaan atau formula dikembangkan secara deduktif dari fenomena yang atau karakter
kehidupan aspek sosial tertentu yang telah diketahui. Model statistik ini dapat digunakan
untuk memprakirakan dampak proyek terhadap ekonomi, kependudukan dan juga
bidang-bidang sosial seperti nilai budaya, sikap dan persepsi. Model-model statistik
tersebut antara lain adalah:
Berikut selanjutnya diutarakan beberapa contoh prakiraan dampak aspek sosial dengan
menggunakan metode formal.
Pemindahan penduduk adalah dampak langsung dari suatu proyek pembangunan.
Pembangunan suatu dam akan membebaskan tanah pada gilirannya akan memindahkan
penduduk. Beberapa dampak lanjutan yang akan timbul diantaranya kehilangan
pekerjaan, menurunnya keterikatan sosial, keterikatan keluarga dan juga stress,
kecemasan akan adanya perubahan cara hidup (disruption of way of life). Menurut
Armour (1986) tingkat kesulitan (hardship) yang dialami penduduk karena perpindahan
ini sangat tergantung pada karakteristik penduduk (tingkat pendidikan, tingkat sosialekonomi, jenis pekerjaan, kerentanan sosial) dan juga karakteristik individu seperti usia,
keterikatan terhadap tempat tinggal, lama tinggal di daerah yang bersangkutan. Intensitas
dampak tidak akan segera dapat diprediksi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh
penduduk akan pindah (apakah penduduk bisa pindah disekitar daerah proyek atau
daerah lain yang tidak jauh atau harus transmigrasi), kecukupan kompensasi (fairness
and equity) dan ketepatan waktu relokasi dan pemberian kompensasi.
Potensi dampak yang berhubungan dengan pemindahan penduduk dapat berupa:
a.
Waktu, tenaga dan uang yang dikeluarkan untuk mencari pemukiman baru.
b.
c.
Disrupsi pola hubungan sosial, karena harus berpindah ketempat lain dan
memulai lagi dengan ikatan sosial yang baru.
d.
e.
f.
g.
h.
Di kota-kota besar, masyarakat lapisan bawah merasa enggan untuk pindah ke tempat
lain karena merasa takut kehilangan akses ke tempat kerja. Di pemukiman baru yang jauh
dari tempat kerja, mereka harus membayar biaya transport untuk ke tempat kerja.
Pengalaman seperti ini terjadi pada pemindahan penduduk dari bantaran Kaligarang
Semarang ke Sadeng, wilayah pinggiran barat daya kota. Juga terjadi pada penduduk
disekitar Kali Banger, Semarang yang akan terkena proyek normalisasi sungai tersebut.
Untuk bisa memprakirakan dampak yang akan terjadi, peneliti harus memiliki data dari
penduduk yang akan dipindahkan. Data ini diambil dari rona lingkungan sosial
(profiling). Data dimaksud diantaranya adalah:
a.
b.
c.
Keterikatan sosial penduduk yang tercermin dalam kegiatan sosial penduduk seperti
kebiasaan saling membantu antar tetangga, gotong royong, sambatan, temu warga,
arisan, dsb.).
d.
Rencana pemukiman baru (di pemukiman pengganti disekitar tempat tinggal lama,
transmigrasi, dsb.).
Contoh 1: Model Prakiraan Kenaikan Kepadatan Penduduk
catatan di kantor desa atau kecamatan. Garis dasar (base line) untuk kepadatan
penduduk dihitung dengan rumus:
Po (1 + rtp)t
Dtp =
-----------------Ltot
dimana,
Dtp
Po
rtp
Ltot
Nilai r dapat didapatkan dari laporan statistik. Jika ini tidak ada, r dapat dihitung
dari pencatatan jumlah penduduk pada waktu yang berbeda. Walaupun r dapat
dihitung dari pencatatan jumlah penduduk dalam dua tahun yang berurutan, tetapi
seyogyanya perhitungan itu dilakukan untuk periode yang lebih panjang, misalnya
10 tahun.
Kepadatan penduduk desa dengan proyek dihitung dari rumus:
Ddp
Po (1 + rdp)t
= ----------------Ltot - Li
dimana,
Ddp =
Po
rdp =
Li
Pt = Po (1 + r)t
log Pt log Po
Log (1 + r) = -----------------t
log 7.680 log 6.000
Log (1 + r) = --------------------------
10
r = 2,5 % per tahun
Dengan demikian kepadatan penduduk desa tersebut tanpa proyek pada tahun
1995 ialah:
Po (1 + rtp)t
Dtp = --------------- orang/km2
Ltot
9381
= ----------- orang/km2
10
= 983 orang/km2
Data historis proyek-proyek yang sejenis di daerah lain menunjukkan laju
pertumbuhan penduduk mula-mula meningkat perlahan-lahan kemudian naik
dengan pesat. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi antara 3,5 % per tahun
sampai 6,0 % per tahun dengan nilai rata-rata 4,5 % per tahun. Angka rata-rata ini
digunakan sebagai prakiraan laju pertumbuhan penduduk dengan proyek,
sehingga kepadatan penduduk dengan proyek ialah:
Po (1 + rdp)t
Ddp = --------------- orang/km2
Ltot - Li
11.927
Ddp = ------------- orang/km2
8,5
= 1.403 orang/km2
Besar dampak proyek industri terhadap kepadatan penduduk desa dengan demikian
adalah sebesar:
Ddp Dtp = (1.403 983) orang/km2
= 420 orang/km2
Dampak tergolong penting dari segi intensitas karena kenaikan kepadatan penduduk
akibat proyek tergolong besar (sekitar 50%). Dampak juga bersifat penting dari
segi tidak terbalikkannya dampak (irreversible).
Contoh 2: Prakiraan Dampak Penggusuran Penduduk
Contoh 2 ini dipetik dari contoh prakiraan dampak terhadap penggusuran penduduk
yang telah sedikit diubah dari Soemarwoto (1988).
Jumlah kepala keluarga (KK) dan jiwa yang tergusur oleh proyek dapat dihitung
dengan melakukan survei di dalam batas daerah proyek. Akan tetapi yang terkena
proyek sebenarnya tidak terbatas pada keluarga yang tinggal di dalam daerah
proyek saja, melainkan juga sejumlah keluarga diluar daerah tersebut. Contoh ialah
buruh tani, pedagang hasil bumi dan buruh pengangkut hasil bumi yang tinggal di
luar daerah proyek, tetapi bekerja di dalam daerah proyek. Mereka tidak tergusur
secara fisik, melainkan secara ekonomi. Mengingat hal tersebut orang yang terkena
dampak ialah:
y = Pf + Pe
dimana,
y
Pf
Pe
= jumlah orang yang tergusur secara ekonimi, keduanya pada waktu ti.
terkena dampak suatu proyek yang luas dan batasnya tidak teratur (misal, batas
proyek waduk mengikuti garis kontur), dapat dilakukan dengan peta udara skala
besar yang memuat garis kontur (orthophoto map). Batas proyek diidentifikasi dari
potret udara tersebut. Jumlah rumah di dalam daerah proyek juga dihitung dari
potret udara dan jumlah jiwa dihitung dari jumlah rumah kali rata-rata jiwa per
rumah.
Aplikasi Contoh 2
Dengan menelaah peta proyek dan melakukan survei lapang diketahui, pada tahun
1985 penduduk yang tinggal di dalam daerah proyek berjumlah 200 KK yang
terdiri atas 1.000 jiwa. Di samping itu dari survei diketahui 150 KK terdiri atas
750 jiwa- yang berada di luar daerah proyek menggantungkan kehidupannya dari
lahan pertanian yang terkena proyek.
Karena pengambil-alihan lahan oleh industri dilakukan pada tahun 1990 pada
waktu konstruksi akan dimulai, maka dampak dihitung untuk tahun 1990.
Walaupun konstruksi baru akan dimulai, namun kegiatan survei dan perencanaan
proyek diprakirakan telah meningkatkan laju pertumbuhan penduduk dari 2,5 %
menjadi 4,5 %.
Pt = Po (1 + r)5 = 1.000 (1 + 0,045)5 = 1.246 orang
Pt = Po (1 + r)5 = 750 (1 + 0,045)5
935 orang
n
= lj Prj
J=1
Prtp
n
= ltpj Prtpj
J=1
Pro
n
= (ltpj lind j) Prdp j
J=1
dimana:
l
Pr
= produksi (Rp/ha)
Ltp dan Prtp = berturut-turut luas & produksi pada waktu t j tanpa
proyek
lind
= jenis tanaman
Produksi pertanian pada waktu tj diprakirakan tidak sama dengan pada waktu
penelitian to, oleh karena adanya intensifikasi pertanian. Dampak industri terhadap
produksi pertanian dengan demikian dapat diukur sebagai berikut:
Pr = Prdp - Prtp
Aplikasi Contoh 3
Perhitungan Besar Bampak
Hasil survei menunjukkan, daerah pertanian di sekitar proyek mencapai luas 800 ha.
Sekitar 400 ha merupakan lahan berpengairan teknis sehingga dapat ditanami dengan
padi dua kali setahun. Sekitar 200 ha sawah tadah hujan, dengan pola tanam padi
pada musim hujan dan jagung pada musim kemarau. Sisanya, 200 ha lahan kering,
ditanami singkong sekali setahun. Di desa tersebut terdapat pula 100 ha pekarangan.
Produktivitas padi pada tahun 1985 mencapai 3 ton/ha, jagung 1,5 ton/ha dan
singkong 9 ton/ha. Dengan adanya intensifikasi padi, produksi padi antara 1975-1985
meningkat sebesar 3% per tahun. Produksi jagung dan singkong menunjukkan
keadaan yang statis. Data statistik tentang produksi pekarangan tidak ada dan
dianggap produksinya tidak meningkat.
Dengan menumpang-tindihkan peta desa dan peta proyek diketahui, industri dengan
prasarananya mencapai luas total 150 ha, akan menempati lahan sawah dengan
pengairan teknis 100 ha, sawah tadah hujan 25 ha, lahan pertanian kering 15 ha dan
pekarangan 10 ha.
Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan besar dampak pada tahun 1995
sebagai berikut:
a) Produksi padi
Tahun 1985 = Pr (400 x 2 + 200)ha x 3 ton/ha = 3000 ton
Tahun 1995 = Prtp = 3000 x (1+0,03)10 ton = 4032 ton
Prdp = [1000 - (2x100+25)] ha x 3 x 1,0310 ton/ha
= 3125 ton
Dampak industri terhadap produksi padi ialah:
Prdp - Prtp = (3125 4032) ton = (907) ton
Harga padi di tingkat desa adalah Rp. 150/kg sehingga bila dihitung secara
moneter dampak yang akan terjadi adalah:
(907000) x Rp. 150 = (Rp. 136.050.000)
Tampak bahwa akibat beroperasinya industri pada tahun 1995 produksi padi di
desa sekitar proyek turun sebesar 907 ton/tahun atau Rp. 136.050.000,-/tahun
b) Produksi jagung
d) Produksi pekarangan
Pekarangan ialah lahan di sekitar rumah yang ditanami dengan berbagai jenis
tanaman.
masing tanaman, melainkan produksi per satuan luas lahan dalam rupiah.
Wawancara dengan penduduk menunjukkan hasil bersih rata-rata pekarangan
ialah Rp. 45/m2/ha.
Rp. 151.450.000,-/tahun
Dengan
diperolehnya nilai K akan diketahui berapa besar tenaga kerja yang akan diserap oleh
kegiatan perekonomian secara keseluruhan, sebagai akibat adanya penambahan 1 tenaga
kerja di sektor basis. Sehingga bila proyek diteliti tergolong sebagai sektor basis, akan
dapat dihitung besar tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor non-basis sebagai akibat
beroperasinya sektor basis tersebut.
Metode ini didasarkan pada model peramalan kecenderungan dan umumnya banyak
digunakan untuk aspek demografi. Beberapa pakar memadukan metode ini dengan
teknik analogi dalam mana para ahli mengestimasi masa depan dengan menarik
pengalaman tentang pembangunan sejenis di tempat lain. Para pakar ini berpendapat
bahwa masyarakat yang terkena dampak (affected community) merupakan sumber
informasi yang penting untuk memprakirakan apa yang akan terjadi dan apa yang mereka
harapkan untuk terjadi.
Ad. b. Metoda Non Formal
Pada situasi tertentu seringkali dijumpai hambatan untuk memprakirakan dampak sosial
secara formal, baik melalui model statistik maupun matematik. Hal ini dapat terjadi
karena:
a.
b.
Metode yang tersedia mensyaratkan kebutuhan data dan informasi tertentu yang
tidak dapat dipenuhi oleh peneliti yang bersangkutan.
Jalan keluar untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan metode yang bersifat nonformal. Beberapa metode non-formal yang dapat digunakan antara lain adalah:
a.
b.
Metode ad-hoc
c.
d.
Teknik analogi
e.
Metoda delphi
Melalui teknik ini prakiraan dampak lingkungan didasarkan pada penilaian para ahli.
Penilaian yang dilakukan oleh seorang ahli dapat dikatakan merupakan pendekatan yang
paling bersifat non-formal. Secara bertahap penilaian para ahli dapat bersifat semakin
formal bila ditempuh hal-hal sebagai berikut:
a.
melakukan
justifikasi
atas
ungkapan
atau
deskripsi
matematis
yang
b.
c.
pandangan-pandangan mereka atas dampak yang akan terjadi. Cara ini misalnya
dapat ditempuh melalui lokakarya atau seminar.
Meminta kepada grup para ahli untuk secara formal
d.
Dalam upaya
memprakirakan respon atau perubahan lingkungan yang akan terjadi, metode analisis
verbal ini digunakan dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman empiris, kejadiankejadian historis, fakta-fakta ilmiah, serta kekuatan intuisi dari peneliti yang
bersangkutan. Dapat dikatakan metode deskritif-verbal ini banyak digunakan oleh para
penyusun ANDAL di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah terbatasnya data
dan informasi yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan penerapan
metode-metode yang bersifat formal.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memprakirakan (besar) dampak
sosial adalah dengan penggunaan teknik analogi. Melalui metode ini masalah-masalah
lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya aktivitas sejenis di daerah lain, dikaji
guna dijadikan basis dan atau bahan pertimbangan untuk memprakirakan dampak
lingkungan yang akan timbul di daerah studi.
kewaspadaan dalam memilih aktivitas yang sejenis yang digunakan sebagai analogi bagi
rencana kegiatan yang diteliti, mengingat adanya perbedaan ruang, waktu dan kondisi
lingkungan sosial.
Melalui pendekatan ini besar dampak suatu rencana usaha atau kegiatan (disimbolkan P)
terhadap suatu kelompok masyarakat (disimbolkan Xp), diukur dengan cara mengukur
dampak yang telah terjadi pada kelompok masyarakat yang berciri sama dengan
masyarakat Xp (disimbolkan sebagai masyarakat Xp*), yang terkena proyek serupa
(disimbolkan P*) yang telah beroperasi di lokasi lain. Besar dampak proyek P* terhadap
masyarakat Xp* digunakan sebagai dasar analogi bagi penyusun ANDAL untuk
memprakirakan dampak proyek P terhadap masyarakat Xp. Ilustrasi berikut memperjelas
hal dimasud.
Masyarakat Xp*
saat tanpa proyek
P*
Proyek P*
Masyarakat Xp*
dengan proyek P*
Selisih Xp - Xp*=
Dasar Prakiraan
Dampak
Masyarakat Xp saat
tanpa proyek P
Masyarakat Xp tanpa
proyek P, di lokasi
ANDAL
Prakiraa
n
Dampak
Masyarakat Xp
dengan proyek P
WAKTU
Saat Lalu
BAB VI
EVALUASI DAMPAK
6.1. PENGERTIAN
Saat mendatang
dampak besar dan penting negatif yang akan ditimbulkan oleh usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak dapat ditanggulangi oleh
teknologi yang tersedia, atau
biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih besar dari
pada manfaat dampak besar dan penting positif yang akan ditimbulkan
oleh usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan,maka instansi yang
bertanggung jawab memberikan keputusan bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak layak lingkungan
Informasi tentang alternatif rencana usaha/kegiatan ini umumnya tersedia pada tahap
studi kelayakan. Bila penyusunan AMDAL dilakukan setelah proyek melewati tahap
studi kelayakan, maka penyusun AMDAL kehilangan momentum penting untuk
mengambil keputusan atas rencana kegiatan/usaha yang paling layak dari segi
lingkungan.
Environmental Resource Limited (1981) mengemukakan bahwa evaluasi dampak
bertujuan untuk menentukan apakah dampak suatu alternatif kegiatan lebih mendasar
dibanding alternatif lainnya (untuk proyek yang sama). Sebagai misal, dampak suatu
rencana kegiatan terhadap ekosistem sawah (alternatif 1) mencapai luas 100 ha; sedang
pada alternatif 2, dampak penting yang ditimbulkan mencapai luas 200 ha; maka menilik
hal ini tampak bahwa alternatif 1 merupakan alternatif yang lebih layak untuk dipilih.
Namun pada kenyataannya persoalan yang dihadapi tidak semudah seperti yang
diilustrasikan, untuk menilai suatu alternatif kegiatan lebih layak dibandingkan lainnya
terkadang banyak digunakan pertimbangan pakar (value judgement). Agar evaluasi
kelayakan lingkungan dapat dilakukan secara sistematis dan lebih akuntabel, maka
dikembangkan berbagai metode evaluasi kelayakan lingkungan atau yang dikenal sebagai
merode evaluasi dampak.
Metode evaluasi dampak ini juga dapat membantu menentukan besarnya biaya-manfaat
yang harus ditanggung oleh masyarakat yang terkena dampak, dan besarnya populasi
(masyarakat) yang terkena dampak.
Dalam proses AMDAL di Indonesia, evaluasi dampak terhadap aspek sosial tidak
dianalisis secara terpisah dengan komponen aspek fisik-kimia dan biologi. Aspek sosial
yang terkena dampak penting dianalisis secara integral sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan aspek fisik-kimia dan biologi yang juga terkena dampak penting.
Oleh karena evaluasi yang dilakukan bersifat holistik/komprehensif, maka tidak ada
metode khusus untuk evaluasi kelayakan lingkungan dari sudut sosial.
Dari uraian tersebut tampak bahwa evaluasi dampak yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (akuntabel), akan sangat menentukan apakah keputusan yang
diambil oleh para pengambil keputusan tepat atau tidak. Disamping sudah barang tentu
berperan besar terhadap kualitas dokumen ANDAL yang dihasilkan.
Sehingga menjadi penting artinya untuk mengetahui metode evaluasi dampak macam apa
sajakah yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan lingkungan dari alternatif
rencana usaha dan/atau kegiatan?
6.2. MACAM DAN METODE EVALUASI DAMPAK
Sejak pertama kalinya ANDAL diterapkan dunia (di Amerika Serikat pada 1
Januari 1970) telah berkembang beragam jenis metode evaluasi dampak. Namun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa beragam metode evalusi dampak yang telah
dikembangkan tersebut merupakan variasi dari 4 metode dasar, yaitu (Bisset, 1984,
Suratmo, 1989) :
1.
2.
3.
Metode matrik
4.
2.
3.
Fleksibel, dalam arti bahwa metode yang digunakan dapat dipakai untuk
mengevaluasi dampak lingkungan dari berbagai aspek yang satu sama lain memiliki
ukuran atau unit satuan yang berbeda-beda, dan karakteristik dampak yang
berbeda-beda pula.
4.
Dinamis : dapat menampung "input" dari berbagai bidang keahlian yang terkait dan
mengintegrasikannya secara keseluruhan dalam satu kesatuan analisis.
5.
Dapat memberikan arahan bagi pengambilan keputusan. Dalam hal ini metode yang
dipilih harus mampu memberi telaahan terhadap:
Evaluasi terhadap alternatif rencana kegiatan atau proyek
a.
yang diusulkan.
Usaha-usaha yang perlu ditempuh untuk mencegah atau
b.
c.
6.
Bila metode yang dipilih menggunakan skala dan/atau bobot, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
a.
b.
(1)
konversi dari
(3)
Metode penampalan dikembangkan oleh McHarg, I.L (1969). Teknik ini pertama kali
digunakan oleh McHarg guna memilih rute jalan raya. McHarg mengidentifikasi faktorfaktor yang penting dalam kontruksi jalan raya, baik faktor fisik yang secara tradisional
selalu dipehitungkan oleh para insinyur sipil, maupun faktor biologi dan sosial ekonomi,
misalnya: kemiringan lereng, drainage permukaan, kepekatan terhadap erosi, nilai tanah,
nilai sejarah, nilai rekreasi dan nilai pemukiman.
Menurut McHarg faktor lingkungan yang kurang sesuai untuk rencana kegiatan akan
menaikan biaya kontruksi jalan. Disamping itu, faktor sosial, ekonomi dan biologi yang
tidak sesuai dengan rencana kegiatan, juga akan merupakan biaya sosial yang harus
diperhitungkan disaat konstruksi jalan. Berdasarkan pola pikir ini, untuk menentukan
rute jalan raya yang biayanya terendah digunakan peta-peta tematik yang masing-masing
menggambarkan kualitas faktor-faktor lingkungan tertentu yang digambar pada bahan
transparan (tembus cahaya). Setiap peta memberikan informasi mengenai tiga zona,
yakni:
1.
2.
3.
Transportasi
2. Peta tematik nilai lahan
1. Peta Lingkungan
tematik kemiringan lereng
(2)
(3)
Sosiologi
(4)
Ekonomi.
A
5. Peta tematik nilai bentang lahan
Tabel 1 merupakan contoh metode Adkins dan Burke dalam studi ANDAL.
Dua
alternatif rute jalan dievaluasi berdasarkan ukuran (ordinal) -5 sampai +5. Ringkasan
penilaian yang dipaparkan pada Tabel 1 merupakan rata-rata dampak relatif dari kedua
alternatif tersebut, yang ditunjukkan oleh nisbah antara skala positif dan skala negatif.
Nisbah ini dihitung berdasarkan perhitungan aritmatik.
Tabel 2 menunjukkan gabungan hasil analisis daftar uji keempat kelompok komponen
(transportasi, lingkungan, sosiologi dan ekonomi) terhadap alternatif-alternatif proyek
yang disusun menjadi nilai komprehensif dampak.
memiliki kelemahan, yakni: ukuran bersifat subyektif dan asumsi bahwa segenap dampak
sama pentingnya.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Tabel 1.
No.
Komponen Lingkungan
A. Masyarakat (Lokal)
1. Kebisingan
-2
-1
+3
+1
+2
+1
+5
+2
Keterangan
Nilai tiap
Alternatif
PPM 20 - 8
Adanya lalu lintas
jalan.
Adanya lalu lintas jalan.
3. Drainase
+1
PPM 20 - 8
Bercampur dengan pergerakan dan level air bumi.
0
0
0
0
5. Buangan Sampah
+5
+2
dst.
4. Penyediaan Air
a. Pencemaran air
b. Kualitas air
8. Taman
9. Tempat piknik/bermain
dst.
+5
dst.
dst.
dst.
dst.
+2
+1
dst.
dst.
+3
+1
dst.
dst.
dst.
+3
+2
+1
0
dst.
dst.
14. Keselamatan
a. Lalu lintas
b. Penyeberangan
c. Lain-lain
dst.
dst.
dst.
+3
+5
-
+1
+1
-
dst.
dst.
dst.
Lanjutan Tabel 1.
No.
Komponen Lingkungan
Nilai tiap
Alternatif
1
+3
-1
+1
c. Panorama
+1
+3
d. Daerah berbahaya
+1
-1
Keterangan
Alternatif ke 1 lebih
terang & indah
Alternatif ke-2
memberikan pandangan
khusus ke belokan.
Alternatif ke-2 bagus,
alternatif ke-1 masuk
pusat kota.
Alternatif ke-1akan
menghindarkan bahaya,
Alternatif
Jumlah Nilai +
Alternatif
15
12
0,94
0,86
Rata-rata Nilai
44
14
2.75
1.00
2.
3.
Kelompok Komponen
Transportasi
1.1 Lokasi
Alt 1
Alt - 2
1.2 Metropolitan
Alt 1
Alt - 2
Lingkungan
Alt 1
Alt - 2
Sosiologi
3.1 Pedesaan
Alt 1
Alt - 2
3.2 Kota besar
Alt 1
Jumlah
Nilai +
Jumlah
Nilai -
Total
Nilai
Jumlah
Nilai +
Ratio Nilai
Rata-rata
Nilai
Rata-rata
7
6
6
2
13
6
18
1
0.54
0.67
1.38
0.17
8
6
0
1
8
7
34
7
1.00
0.86
4.25
1.00
15
12
1
2
16
14
44
14
0.94
0.86
2.75
1.00
9
6
2
3
11
9
27
-1
0.82
0.67
2.46
-0.11
31
1.00
3.44
4.
Alt - 2
0.86
1.00
Ekonomi
Alt 1
Alt - 2
15
14
14
14
29
28
27
-11
0.52
0.50
0.93
-0.39
Jumlah Penilaian
Alt 1
Alt - 2
63
48
23
23
86
71
188
17
0.73
0.68
2.10
0.24
v.
Fasilitas dan aktivitas buatan manusia (6 parameter)
Interaksi Ekologi (7 parameter)
Besar dampak dinyatakan dalam ukuran ordinal dengan nilai terendah satu (1) dan
tertinggi sepuluh (10). Nilai 1 menunjukkan (besar) dampak yang ditimbulkan oleh suatu
aktivitas proyek tergolong sangat kecil atau rendah; nilai 5 menunjukkan (besar) dampak
tergolong sedang; sedangkan nilai 10 menunjukkan (besar) dampak tergolong sangat
besar atau tinggi.
ditetapkan berdasarkan evaluasi secara obyektif atas fakta yang diperoleh. Selain itu
Leopold menyarankan pula, bila dipandang perlu, dicantumkan arah dampak yang
timbul. Bila dampak yang timbul diprakirakan bersifat negatif, maka pada bagian atas
diagonal dapat dicantumkan tanda "-", sedang bila sebaliknya cantumkan tanda "+".
Langkah ketiga adalah penetapan tingkat penting dampak (importance of impacts).
Tingkat penting dampak juga ditetapkan dengan ukuran ordinal dengan nilai numerik
terendah bernilai satu (1) dan tertinggi sepuluh (10). Nilai 10 menunjukkan bahwa
dampak yang timbul tergolong sangat penting atau sangat mendasar; sedangkan nilai 1
menunjukkan dampak tergolong tidak penting. Dalam tingkat penting dampak tidak
dicantumkan tanda negatif atau positif. Untuk menentukan tingkat penting dampak
digunakan pertimbangan para pakar yang tergabung dalam tim studi ANDAL.
Beberapa kelemahan pokok dari matrik Leopold ini adalah: (1) tidak adanya kejelasan
tentang kriteria besar dan pentingnya dampak; (2) para pengguna matrik Leopold (atau
yang telah dimodifikasi) cenderung untuk melakukan operasi aritmatik pada ukuran
ordinal (tambah, kurang, kali, bagi), yang sesungguhnya tidak dapat dibenarkan.
25
5
1
2
-1
-6
2
3
3
75
100
+1
+2
4
5
3
2
5
7
M
88
1
M = Magnitude of impact (besar dampak)
I
Metode matrik Leopold ini relatif cukup banyak digunakan dalam berbagai studi
ANDAL, dan sering dimodifikasi atau diubah oleh tim penyusun ANDAL. Pengubahan
ini umumnya dilakukan dengan cara mengurangi jumlah dan mengubah jenis kegiatan
proyek, dan atau mengurangi jumlah dan jenis komponen lingkungan yang terkena
dampak. Selain itu modifikasi matrik Leopold juga dilakukan dengan cara memperkecil
ukuran ordinal yang digunakan. Ukuran ordinal untuk besar dan pentingnya dampak
diperkecil menjadi nilai 1 sampai 3 atau 5.
Metode Matrik Fisher dan Davies
Matrik yang dikembangkan oleh Fisher dan Davies (1973) terdiri atas tiga (tahap) matrik,
yakni:
(1)
(2)
(3)
Pada tahap pertama dilakukan : (1) identifikasi komponen lingkungan yang dipandang
penting dan saat ini masih terdapat di daerah studi; (2) evaluasi terhadap kondisi
komponen (penting) lingkungan tersebut; (3) evaluasi atas kepekaan komponen (penting)
lingkungan tersebut. Pada matrik tahap pertama (lihat Tabel 4) dicantumkan ukuran
ordinal 1 sampai 5, dengan nilai 1 menunjukkan hierarki yang terendah dan nilai 5
merupakan hierarki yang tertinggi. Hanya komponen lingkungan yang memperoleh nilai
4 dan 5 saja yang akan dianalisis dalam matrik selanjutnya (tahap kedua).
Pada tahap kedua disusun matrik dampak lingkungan yang menggambarkan interaksi
antara jenis kegiatan proyek (kolom), dan jenis komponen lingkungan yang terkena
dampak (baris). Jumlah jenis kegiatan proyek dan jenis komponen lingkungan yang
terkena dampak pada matrik Fisher dan Davis ini tidak sebanyak seperti matrik Leopold.
Dampak lingkungan dievaluasi dengan cara: (1) tetapkan arah dampak: (+) untuk
manfaat atau dampak positif, dan (-) untuk biaya atau dampak negatif; (2) tetapkan besar
dampak dengan ukuran ordinal 1 (rendah) sampai 5 (tertinggi); (3) tetapkan lama waktu
berlangsungnya dampak dengan memberi S (Short) untuk dampak yang berlangsung
singkat, dan tanda L (long) untuk dampak yang berlangsung lama (lihat Tabel 5).
Komponen lingkungan yang terkena dampak dengan derajat nilai 4 dan 5 dianalisis lebih
lanjut ke matrik tahap tiga.
Komponen
Lingkungan
Skala Kepekaan
Terhadap
Pengelolaan
Skala Keadaan
Sekarang
Skala Kepentingan
1
BIOTA
1.
2.
3.
FISIK & KIMIA
1.
2.
3.
BUDAYA
1.
2.
3.
Tabel 5.
Evaluasi
Proyek
Pabrik
Perdagangan
Pemukiman
Pertania
n
Energi
Transportasi
Konstruksi
Komponen
Lingkungan
BIOTA
1.
2.
3.
FISIK & KIMIA
1.
2.
3.
BUDAYA
1.
2.
3.
Dampak lingkungan dievaluasi dengan cara: (1) tetapkan arah dampak: (+) untuk
manfaat atau dampak positif, dan (-) untuk biaya atau dampak negatif; (2) tetapkan besar
dampak dengan ukuran ordinal 1 (rendah) sampai 5 (tertinggi); (3) tetapkan lama waktu
berlangsungnya dampak dengan memberi S (Short) untuk dampak yang berlangsung
singkat, dan tanda L (long) untuk dampak yang berlangsung lama (lihat Tabel 5).
Komponen lingkungan yang terkena dampak dengan derajat nilai 4 dan 5 dianalisis lebih
lanjut ke matrik tahap tiga.
Pada tahap ketiga disusun matrik keputusan. Pada matrik keputusan ini diintegrasikan
hasil penilaian dari tahap pertama dan kedua, dengan cara memasukkan segenap
komponen lingkungan yang berukuran 4 dan 5 baik dari matrik tahap pertama maupun
tahap kedua (lihat Tabel 6). Komponen lingkungan dari tahap pertama, yang bernilai 4
dan 5, diklasifisikan sebagai kondisi tanpa proyek (without project). Sedang komponen
lingkungan dari tahap kedua, yang bernilai 4 dan 5, diklasifikasikan sebagai kondisi
dengan proyek (without project). Melalui cara ini diharapkan dapat diambil keputusan
atas kelayakan lingkungan proyek pembangunan.
Pada metode ini tidak ada upaya amalgamasi dari seluruh nilai skore dampak. Agaknya
Fisher dan Davis menyadari bahwa amalgamasi dari skor dampak, yang berukuran
ordinal, secara ilmiah tidak dapat dibenarkan. Pengambilan keputusan atau evaluasi
kelayakan lingkungan dari proyek, ditempuh dengan cara membandingkan perbedaan
skor with and without project (dengan dan tanpa proyek).
Tabel 6. Matrik Tahap Ketiga Fisher dan Davis
Kriteria Keputusan
BIOTA
1.
2.
Tanpa proyek
Dengan proyek
3.
FISIK & KIMIA
1.
2.
3.
BUDAYA
1.
2.
3.
b.
c.
d.
e.
f.
Pada kolom matrik cantumkan pentingnya dampak menurut sifat dan ukurannya
dengan mengacu pada Pedoman Ukuran Dampak Penting (Keputusan Kepala BAPEDAL
Nomor 056 Tahun 1994). Evaluasi sifat penting dampak disimbolkan dalam ukuran
sebagai berikut :
(4)
1 : Dampak Penting
0 : Dampak Tidak Penting
Sifat dan ukuran penting dampak yang dicantumkan pada matrik pada dasarnya diperoleh
dari hasil telaahan sebelumnya yakni pada evaluasi sifat penting dampak (Tabel 7)
Metode yang menggunakan matrik dan bagan alir untuk keperluan evaluasi dampak
lingkungan dikembangkan oleh Adiwibowo pada tahun 1988 dengan mengambil Kasus
Pengembangan Lapangan Minyak di Riau. Prosedur analisis matrik Adiwibowo adalah
sebagai berikut:
(1)
Komponen atau parameter lingkungan yang bersifat penting (berdasarkan hasil
analisis) dicantumkan pada bagian kolom dari matrik.
(2)
Faktor penentu atau sifat dampak penting dicantumkan pada bagian baris dari matrik, dan diletakkan pada sisi kanan matrik. Faktor penentu dampak penting yang
digunakan dalam matrik mengacu pada PP 27 Tahun 1999, yakni meliputi:
TANAH
UDARA
AIR
BIOTA
FAKTOR
SOSIAL
PENENTU
DAMPAK
1
Tahap Konstruksi
o Sumur lap Kurau
o Fasilitas Pem. Minyak
o Lap. Padang Selatan di
P. Padang dan Selat
Panjang (MSN)
x
x
o
Tahap Operasi
Pemeliharaan
o Sumur lap Kurau
o Fasilitas Pem. Minyak
o Lap. Padang Selatan di
P. Padang dan Selat
Panjang (MSN)
x
x
x
o
x
o
x
x
x
x
x
o
x
o
o
x
o
o
o
o
O
O
O
o
o
o
O
O
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
x
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
O
O
O
x
x
o
o
o
x
o
o
x
o
x
x
o
o
x
o
o
x
x
x
O
O
o
o
o
o
o
o
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
o
x
o
o
x
x
o
x
o
o
x
x
x
x
x
x
x
x
o
o
o
o
o
o
Keterangan :
Tanah
Air
o = Tidak Penting 1 = Keamblesan Tanah 1 = Pola Drainase
x = Penting
2 = Fisik Kimia Tanah
2 = Debit Sungai/Saluran
3. = Kebakaran Gambut 3 = Muka Air Tanah
4 = Sifat Fisik Air Permukaan
Udara
5 = Sifat Fisik Air Selat Panjang
1
2
3
4
5
x
x
o
x
7 KOMPONEN
LINGKUNGAN
o
o
x
x
x
x
x
o
x
o
o
x
o
x
x
o
x
x
x
x
o
x
x
o
x
x
x
x
x
x
Biota
= Potensi Vegetasi
= Struktur & Komp. Vegetasi
= Habitat Mamalia
= Habitat Burung Darat
= Habitat Burung Air
1
2
3
4
5
Sosial
= Tenaga Kerja
= Peluang Usaha
= Gerak Penduduk
= Land Use
= Aksesibilitas
1
2
= Iklim Mikro
= Kualitas Udara
6 = Sikap
Hewan
Bercangkang
Komersial
Perubahan
Tempat Hewan
Bercangkang
Pemindahan
Material
Dasar
Memindahkan
Endapan &
Lumpur
Endapan
Navigasi
Meningkatkan
Kedalaman Air
Tambang
Rumput Laut
Penggalian
Kualitas Air
Membentuk
Saluran Baru
Lubang/Celah
di Dasar
Pemeliharaan
Pantai
Limbah yang
Mengganggu
Material Hasil
Penggalian
Pembuangan
Limbah Padat
Meningkatkan
Lumpur Hewan
Bercangkang
Merusak
Habitat Ikan
Mengurangi
Pencemaran
Nutrisi
Menghentikan
Pertumbuhan &
Gangguan
Menghalangi
Pertumbuhan
Rumput Laut
Merubah
Salinitas
Mengurangi
Pencemaran
Rumput Laut
Kualitas Umum
Industri Laut
Meningkatkan
Lahan Organik
yang Busuk
Merusak Lahan
Basah
Penimbunan
Lahan
Menimbulkan
Bau yang
Merangsang
Pembuangan
Air
Memperbaiki
Navigasi
Memperbaiki
Sirkulasi Air
Kualitas Umum
Membentuk
Lahan Pantai
Menutup
Habitat Kerang
Kualitas Umum
Fasilitas
Rekreasi
Perikanan
Kualitas Umum
Perdagangan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kegiatan
Kegiatan Lapangan
Lapangan Minyak
Minyak
Kualitas Air
Permukaan
Potensi
Vegetasi
Kualitas
Air Selat
Panjang
Struktur &
Komposisi
Jenis Veg.
Potensi &
Kualitas
Ikan
Habitat
Mamalia
Pola
Drainase &
Debit
Iklim
Mikro
Muka
Air
Tanah
Penyerapan
Tenaga
Kerja
Sifat Fisik
Kimia Tanah
Kualitas
Udara
Habitat
Burung
Perairan
Keterbukaa
n Wilayah
Subsidensi
Tanah
Peluang
Berusaha
Dampak
sekunder
Gerak
Penduduk &
Migrasi
Dampak
tersier
Penggunaa
n Lahan
Nilai
Lahan
Sikap
Terhada
p Proyek
Limbah akibat kegiatan
konstruksi dan produksi MSN (offhore)
-
Dampak
primer
Iklim
Dampak
kuarter
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
c.
d.
Chambers, R., 1985. Shortcut methods in social information gathering for rural
development projects. Dalam: Cernea, M. M., ed., Putting people first, hal. 399415. Oxford Univ. Press.
e.
Finterbusch, Kurt et.al., 1983. Social Impact Assessment Methods. Beverly Hills:
Sage Publications.
f.
Finterbusch, Kurt and Wolf, C.P (eds),. 1977. Methodology of Social Impact
Assessment. Strounburg, PA: Downden, Huchitson and Ross Inc.
g.
h.
i.
Hadi, Sudharto. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode:
Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
j.
k.
Impact.
a) Daniel, Wayne W. Applied Non Parametric Statistic. Second edition. PWS Kent.
London.
b) Dey, Ian. 1993. Qualitative Data Analysis: A User Friendly Guide for Social Science.
Routledge. London.
c) Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Qualitative Approach.
Sage Publication. London.
d) Marshall, C., and GB. Rossman. 1989. Designing Qualitative Research. Sage
Publication. London.
e) Miles, Matthew B., and A. Michael Uberman. 1992.
Terjemahan. UI Press. Jakarta
f) Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan
dari Non Parametric Statistic for The Behavioral Science. Gramedia. Jakarta.
g) Sitorus, Felix MT. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Dokumentasi
Ilmu-ilmu Sosial (DOKIS) Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB.
Bogor.