Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
yang
dilaksanakan
secara
menyeluruh,
terpadu,
dan
sehingga
masyarakat
cenderung
memilih
pengobatan
megavitamin,
ramuan
tradisional,
energi
penyembuhan,
spiritual
atau
kebatinan,
dengan
menggunakan
peralatan
B. Rumusan Masalah
1.
2.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
2.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kepustakaan di
bidang kedokteran, khususnya sosiologi kesehatan.
2.
Manfaat Praktik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi tenaga
medis, masyarakat, maupun pemerintah dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebenarnya
tidak
terdapat
gangguan
fisik
yang
nyata
Tingkat
Psikologis
Medis
Sosial
Normally well
Baik
Baik
Baik
Pessimistic
Sakit
Baik
Baik
Socially ill
Baik
Baik
Sakit
Hypochondriacal
Sakit
Baik
Sakit
Medically ill
Baik
Sakit
Baik
Martyr
Sakit
Sakit
Baik
Optimistic
Baik
Sakit
Sakit
Seriously ill
Sakit
Sakit
Sakit
10
11
oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia
(hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau manusia (tukang sihir, tukang
tenung) (Mubarak, 2009).
Secara umum, teori penyebab sakit dapat digambarkan seperti gambar
di bawah ini (Helman, 1990):
The Supernatural World
The Social World
The Natural World
The Patient
mencegah
timbulnya
penyakit-penyakit
tertentu.
Sebaliknya,
12
B. Perilaku Kesehatan
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang
merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai
macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi.
Skinner mendefinisikan lain mengenai perilaku, yaitu merupakan tanggapan
(respon) atau reaksi seseorang terhadap perangsang (stimulus). Perilaku
dalam konsep Skinner dapat terbentuk dari 2 faktor, yaitu stimulus sebagai
faktor eksternal dan respon sebagai faktor internal. Faktor eksternal meliputi
lingkungan fisik, sosial, dan budaya, sedangkan faktor internal terdiri dari
perhatian, pengamatan, motivasi, persepsi, intelegensi, dan fantasi
(Notoatmojo, 2003).
Pembentukan perilaku pada seseorang memerlukan suatu kondisi
tertentu yang disebut operant conditioning. Proses pembentukan perilaku
dalam operant conditioning menurut Skinner dalam (Notoatmodjo, 2003)
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi mengenai hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2. Menganalisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya perilaku yang dimaksud.
13
pembentukan
perilaku
dengan
menggunakan
urutan
14
yang ada. Akal pikiran saja juga tidak cukup, di mana emosi dan perasaan
juga turut berperan dalam membentuk perilaku. Kombinasi antara akal
pikiran, emosi, dan perasaan membuat seseorang dapat berperilaku, dimana
ketiga hal tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Setelah timbul niat
untuk melakukan perilaku tertentu, manusia tentu saja tidak langsung
berperilaku (Ajzen, 2005).
Manusia akan cenderung untuk merencanakan perilaku yang akan
dilakukanya terlebih dahulu agar mendapatkan hasil yang baik. Ajzen
mengemukakan theory of planned behavior untuk menerangkan hal ini.
Teori ini mengasumsikan bahwa suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh
sikap dan norma subjektif saja, tetapi juga oleh persepsi individu terhadap
kontrol yang dilakukannya yang bersumber pada keyakinan terhadap kontrol
tersebut (Ajzen, 2005).
Teori Planned behavior mengandung beberapa variabel yang saling
berkaitan, yaitu (Ajzen, 2005):
a. Latar belakang, seperti usia, jenis kelamin, ras, sosioekonomi,
pengetahuan, dan kepribadian. Ajzen memasukkan tiga faktor latar
belakang, yaitu personal, sosial, dan informasi. Faktor personal adalah
sikap umum seseorang terhadap suatu sifat kepribadian. Faktor sosial
adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, etnis, penghasilan, dan agama,
sementara faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan
paparan media.
15
16
17
18
traditional
healing,
folk
medicine,
alternatif
medicine,
19
20
21
objektiif dan realistik. Manusia tidak lagi mau percaya pada sesuatu yang
tidak dapat dinalar secara rasional bersandarkan atas fakta-fakta yang
nyata dan objektif sifatnya. Jamu yang dihasilkan secara modern ini
kemudian dikenal dengan namaobat. Sejajar dengan perkembangan
jamu menjadi obat, terjadi pula perkembangan dukun menjadi dokter.
Dukun yang lahir dan bergerak di dalam irasionalisme digantikan oleh
dokter yang timbul dan tumbuh dalam periode rasionalisme. Adat dan
tradisi yang menjadi pegangan dukun dan menjiwai jamu, digantikan oleh
ilmu pengetahuan yang menjadi pedoman dokter dan teknologi modern
untuk menghasilkan obat.
Beberapa jenis penyakit membuka pintu/peluang pengobatan bagi
para
dukun/pengobat tradisional,
misalnya penyakit
psikofisiologis/
22
C. Kerangka Teori
Konsep
Sehat-Sakit
Sehat
Sakit
Perilaku Kesehatan
Pengobatan Medis
23
D. Kerangka Konsep
Konsep Sehat-Sakit
Perilaku Kesehatan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan metode snowball
sampling yaitu metode pengambilan sampel/subjek sumber data yang pada
awalnya jumlahnya sedikit dan lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari jumlah data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan
25
data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan
sebagai sumber data (Sugiyono, 2008).
Penelitian dimulai dari seseorang yang pernah atau masih berobat ke
pengobat tradisional, kemudian peneliti berkenalan dan mendapat informan
lain dari informan sebelumnya. Informan yang pertama diwawancara oleh
peneliti adalah Mj. Setelah Mj selesai diwawancara, beliau memperkenalkan
teman beliau Lm kepada peneliti. Langkah ini dilakukan berulang-ulang
seterusnya sampai peneliti mendapat 6 informan utama.
Peneliti memilih seorang pengobat tradisional dan seorang dokter
sebagai informan pendukung. Pengobat tradisional adalah seseorang yang
peneliti anggap paling mengetahui tentang perilaku berobat masyarakat dan
metode
pengobatan
tradisional
yang
diminta
masyarakat
setempat.
26
D. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Wawancara mendalam (indepth interview)
Penelitian yang bersifat studi kasus seperti ini, lazimnya
menggunakan suatu wawancara mendalam (Faisal, 1995). Wawancara
informal ini dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat
guna mendapatkan data yang mempunyai kedalaman dan dapat dilakukan
berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti tentang kejelasan masalah
yang diteliti.
Wawancara dilakukan dengan melakukan percakapan secara
langsung dengan subjek penelitian untuk memperoleh informasi yang
lebih luas, selain itu informan pun dapat berbicara lebih terbuka. Peneliti
mencoba untuk mendengarkan, merekam, atau mencatat apa saja yang
dikemukakan oleh informan sebagai hasil wawancara. Selain itu informan
wajib menandatangani Inform Concent yang disediakan oleh peneliti.
b. Observasi langsung atau partisipasi pasif
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung selama kunjungan dengan mengamati situasi
atau objek yang diteliti (Hadi, 2000). Observasi peneliti lakukan sebelum
27
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti
sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas mungkin akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana dengan menggunakan alat
tulis, pedoman wawancara, dan alat perekam untuk merekam hasil
wawancara dengan informan. Instrumen-instrumen tersebut diharapkan
mampu meminimalisir kesalahan peneliti sebagai instrumen utama sehingga
data yang diperoleh lebih maksimal.
28
F.
Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti. Sumber data primer dari penelitian ini
adalah masyarakat Sampang yang pernah atau masih menggunakan
pengobatan tradisional. Data tambahan bisa didapatkan dengan
wawancara kepada informan pendukung. Informan pendukung dalam
penelitian ini adalah seorang dokter dan seorang pengobat tradisional.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan (field note) atau
literatur, dokumen-dokumen pada lokasi atau objek penelitian. Data
sekunder ini digunakan untuk mendukung data primer yang didapatkan
dari wawancara. Data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini berupa data kunjungan Puskesmas Sampang, data-data kesehatan dari
WHO, profil Kecamatan Sampang dari Pemerintah Kecamatan Sampang,
serta jurnal-jurnal dan buku-buku pengobatan tradisional yang tertera di
daftar pustaka.
G. Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif faktor yang penting yang harus
diperhatikan adalah validitas data. Untuk mengetahui validitas data tersebut,
penelitian ini menggunakan model triangulasi data. Menurut Moeleong
(2005) triangulasi data adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan
29
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam Moeleong, 2005) membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu triangulasi
sumber, metode, penyidik, dan teori.
Dalam penelitian ini, peneliti mempergunakan triangulasi sumber
dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang dihasilkan dalam
penelitian, sehingga terdapat hubungan erat antara teknik pengumpulan data
yang dipergunakan yaitu wawancara, pengamatan, dan dokumen dengan
validitas data yang dipergunakan.
Burhan Bungin (2007) mengatakan bahwa teknik triangulasi dapat
dilakukan antara lain dengan :
1. Menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk
pengumpulan data.
2. Melakukan ujis silang terhadap materi catatan-catatan harian untuk
memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian
wawancara dan catatan harian hasil observasi.
3. Mencocokkan data hasil pengamatan tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakan oleh informan.
4. Mencocokkan keadaan dan perspektif informan yang satu dengan yang
lain.
5. Mencocokkkan informasi-informasi yang telah dihimpun dengan sumbersumber lain.
30
31
a. Reduksi data
Merupakan
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan tindakan.
c. Penarikan kesimpulan
Kegiatan ini merupakan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan,
pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebuah
akibat dan preposisi kemudian mengikat lebih rinci serta mengakar lebih
kuat.
Aktivitas ketiga komponen tersebut, berinteraksi sampai diperolah
suatu kesimpulan. Bilamana kesimpulan kurang memadai karena ada
kekurangan dalam reduksi dan sajian data maka peneliti dapat menggalinya
dalam fieldnote. Jika fieldnote tidak ada atau kurang, maka dilakukan
pencarian ulang data di lapangan selanjutnya menginterpretasikan dengan
fokus yang lebih terarah. Dengan demikian, aktivitas analisis dengan
pengumpulan data merupakan siklus sampai selesainya penelitian.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Umum Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap
Kecamatan Sampang wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Banyumas. Sebelah Selatan dan Timur dengan Kecamatan
Kroya, sebelah Barat dengan Kecamatan Maos (Kecamatan Sampang
dalam Angka, 2011).
Kecamatan Sampang berpenduduk 18.659 orang. Penduduk
tersebar di 10 desa. Desa terluas dengan penduduk terbanyak adalah Desa
Karangtengah dengan penduduk sebanyak 6.687 orang. Sedangkan desa
terkecil dengan penduduk paling sedikit adalah Desa Ketanggung dengan
penduduk sebanyak 1.225 orang. Lebih dari 90% penduduk Kecamatan
Sampang bekerja sebagai petani, sedangkan sisanya bekerja di bidang
industri, perdagangan, bangunan, dan lainnya. Banyaknya jumlah petani
didukung oleh luasnya bidang sawah yang dimiliki Kecamatan Sampang
yang luasnya tidak kurang dari 281 Hektar. Komposisi penduduk
Kecamatan Sampang menurut tingkat pendidikan tersaji pada tabel 2.
33
Jumlah (orang)
Presentase (%)
Akademi/PT
801
2,23
SLTA
4528
12,62
SLTP
6724
18,74
SD
14783
41,19
Tidak Tamat SD
3704
10,32
Belum Tamat SD
4525
12,61
Tidak/Belum Sekolah
824
2,29
35889
100
Jumlah
34
b.
c.
d.
b.
35
36
37
Pekerjaan
Alamat
Pedangang
Nusajati
Ma
37 tahun
Laki-laki
SLTA
Petani
Nusajati
Lm
44 tahun
Laki-laki
SMP
Petani
Karangtengah
Pd
63 tahun
Laki-laki
SR
Pedagang
Karangtengah
Sp
53 tahun
Laki-laki
SMP
Nusajati
Mj
45 tahun
Laki-laki
SD
Perangkat
Desa
Tukang
batu
Karangtengah
2.
38
3.
4.
39
5.
6.
40
1.
Sampang
yang
sudah
membuka
praktek
41
Ws
(40 tahun)
"sehat
ya "sakit
ya
jasmani
dan kebalikannya
rohani
kita mas"
tidak terkena
gangguan"
"saya berobat
ke medis dulu
mas, kalo gak
sembuh
berobat lagi ke
alternatif"
Ma
(37 tahun)
"saya
sama
keluarga
biasanya
berobat
ke
kamitua/paran
ormal/ustad,
kalo
nggak
sembuh baru
ke puskesmas"
Lm
(44 tahun)
"tubuh
dan "tubuh
dan "saya
biasa
pikiran
kita pikiran
ada berobat
ke
tidak
ada gangguan"
orang
gangguan"
pintar/kiai/para
normal"
Pd
(63 tahun)
"kalo sakit ya
badan/tubuh
terkena
penyakit dan
pikiran tidak
tentram"
42
Sp
(53 tahun)
"sehat
ya
kondisi tubuh
tidak
ada
ganggguan"
"kalo sakit ya
kebalikannya,
jasmani atau
rohani terkena
gangguan"
"saya berobat
ke
kamitua/altern
atif,
kalau
tidak sembuh
baru berobat
ke puskesmas"
Mj
(45 tahun)
"tubuh
dan "nggak
bisa "saya
dan
pikiran tidak kerja mas"
keluarga biasa
ada gangguan"
berobat
ke
kamituo mas"
St
(50 tahun)
Py
(57 tahun)
Tidak
ada Ada gangguan Berobat
ke
gangguan
jasmani,
puskesmas
jasmani,
rohani,
atau
rohani, sosial
sosial
Sumber : Olahan data primer, Maret 2013
B. Pembahasan
1.
43
bahwa sehat adalah keadaan yang sempurna secara fisik, mental, dan
sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit maupun kelemahan. Sedangkan
masyarakat Sampang mendefinisikan sehat hanya sebagai keadaan tanpa
penyakit. Hal ini bisa diketahui setelah peneliti mewawancarai para
informan. Sebagaimana yang diutarakan Ws, sebagai berikut :
Sehat itu menurut saya ya kalo jasmani dan rohani tidak
terkena gangguan. Maksudnya ya kalo tubuh/jasmani kita tidak
terkena penyakit, sama roh/jiwa kita juga ngga kena ganguan.
Kalo sakit ya kebalikannya mas
Mj juga mengatakan hal sebagai berikut :
Sehat menurut saya ya tubuh dan pikiran tidak ada gangguan..
bisa kerja normal seperti biasa.. kalau sakit ya ngga bisa kerja
mas..
Pd mengatakan hal sebagai berikut :
Sehat ya saya nggak kenapa-kenapa mas.. kalo sakit ya ada
gangguan seperti mumet, atau nggleyeng.. ya kira-kira seperti
itu lah mas..
Pernyataan-pernyataan informan tersebut membuktikan bahwa
konsep sehat sakit yang dimiliki setiap orang berbeda. Hal ini disebabkan
adanya persepsi yang berbeda yang berhubungan dengan keadaan
tubuhnya. Namun pernyataan beberapa informan diatas dapat dikatakan
masih sesuai dengan definisi sehat dan sakit yang dijabarkan oleh WHO
dan Departemen Kesehatan. Mereka masih punya pandangan yang
sejalan, baik antar individu atau dengan pemerintah dan Depatemen
Kesehatan.
Sekilas konsep mereka tentang sehat dan sakit memang selaras
dengan definisi yang diberikan oleh Depkes dan WHO. Mereka memiliki
44
konsep bahwa sehat tidak hanya dilihat dari kondisi fisik, namun juga
kondisi mental dan spiritual. Bahkan salah satu informan mengatakan
sehat sebagai kondisi produktif yang mampu bekerja untuk mencari
nafkah sehari-hari. Hal ini selaras dengan definisi sehat yang disebutkan
Depkes pada UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Namun setelah
peneliti menanyakan lebih dalam mengenai penyebab-penyebab sakit
yang mereka pernah alami, konsep mereka tentang sehat dan sakit
menjadi lebih bervariasi. Sebagaimana Pd melanjutkan penjelasannya
sebagai berikut :
Sebabnya ya macem-macem mas.. orang obatnya juga
macem-macem kok.. kadang-kadang malah sebabnya dari alam
gaib mas.. contohnya seperti kesurupan.. atau terkena teluh
juga bikin sakit mas.. saya juga pernah mengalami si mas,
orang pagi-pagi saya nggak kenapa-kenapa kok waktu pulang
lewat kebun yang di sana itu mas, sampai rumah saya
nggleyeng, nggreges, panas.. trus saya ke orang pinter cuma
diminumin air putih sembuh mas.. kata orang pinter itu, saya
ditempeli yang nunggu kebun itu..
Penjelasan Pd di atas diperkuat dengan penjelasan Ma sebagai berikut :
Penyebab yang saya tau itu ada 2 mas. Yang pertama,
penyakit disebabkan oleh kuman/virus. Contoh : batuk, flu,
muntaber, gatal, panas. Yang kedua, penyakit karena gangguan
makhluk halus. Kalo ini agak susah dijelasinnya mas.. kadangkadang gejalanya hampir sama kaya sakit karena virus/kuman
Selain Pd dan Ma, Sp juga memberi penjelasan yang sama. Tetapi Sp
punya penjelasan tambahan yang cukup menarik, yaitu sebagai berikut :
.. selain 2 penyebab tadi, ada juga sakit yang disebabkan
karena diingatkan oleh sodara tua dan sodara muda mas. Saya
pernah sakit, dan kata orang tua, saya lagi diingatkan oleh
kakak atau adik saya. Maksudnya kakak atau adik itu bukan
kakak atau adik kandung mas. Disini ada budaya kalo kakak
itu air ketuban, adik itu ari-ari. Ya semacam sodara dalam
45
46
lanjut berarti manusia sudah tidak lagi percaya pada sesuatu yang tidak
dapat dinalar secara rasional bersandarkan atas fakta-fakta yang nyata
dan objektif. Hal ini jelas belum terjadi pada semua masyarakat
Sampang.
Dari
pernyataan
informan-informan
di
atas,
mereka
47
pencarian
atau
penggunaan
sistem
(health
seeking
behaviour)
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit ataupun mengalami kecelakaan.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini menyangkut seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
Perilaku kesehatan yang akan dibahas di penelitian ini lebih
menekankan pada perilaku pencarian atau penggunaan sistem (health
seeking behaviour). Dalam hal ini masyarakat Samapng lebih memilih
pengobatan tradisional dibandingkan pengobatan medis.
Pengobatan tradisional/alternatif sudah tidak asing lagi untuk
masyarakat. Pengobatan ini sudah menjadi salah satu pilihan masyarakat
Indonesia untuk mengatasi permasalahan kesehatan mereka, selain
pengobatan medis/modern yang selama ini dicanangkan pemerintah.
Masyarakat bebas memilih pengobatan mana yang mereka yakini akan
membawa kesembuhan pada penyakit yang mereka alami. Mereka bisa
48
masyarakat
mengetahui
tentang
adanya
pengobatan
49
masyarakat tidak
50
untuk
berobat ke
pengobatan
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Konsep sehat digambarkan sebagai suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental, dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
Secara umum masyarakat Sampang menggambarkan konsep sehat dan
sakit yang berbeda-beda, namun masih sejalan, baik antar informan,
pemerintah
ataupun
WHO.
Dalam
konteks
sederhana,
mereka
52
B. Saran
1. Dokter dan tenaga medis dari Puskesmas diharapkan lebih sering
memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Penyuluhan dapat dilakukan
melalui acara-acara yang ada di desa seperti arisan, pertemuan bulanan
ataupun melalui Posyandu. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan
lebih mengetahui dan mengenal pengobatan medis.
2. Puskesmas dan dokter diharapkan mampu memberikan layanan yang
menyeluruh agar penyakit yang dialami masyarakat dapat ditangani
dengan cepat dan tepat. Dokter dan tenaga medis diharapkan juga dapat
memberikan konseling, edukasi,
53
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I., 2005. Attitudes, Personality and Behavour. 2nd ed. Berkshire UK: Mc
Graw Hill.
Becker, M.H. & Maiman, L.A., 1995. Model-model Perilaku Kesehatan. In F.
Muzaham, ed. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress). pp.43-92.
Depkes, 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Puskesmas, Jakarta
Depkes,
2003.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional, Direktorat Jendral Binkesmas, Departemen Kesehatan,
Jakarta.
54
Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Dalam : Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta : UI Press.
Moleong, L.J., 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mubarak, W.I., 2009. Sosiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,
Jakarta.
Priyono, R.E., 2009. Fenomena Ponari : Antara Sistem Medik dan Hambatan
Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan. Jurnal Interaksi, 7, pp.13-20.
Ratna, W., 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Perspektif Ilmu
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Sarwono, S., 2007. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Saryono & Anggraeni, M.D., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Bidang Kesehatan. 1st ed. Yogyakarka: Nuha Medika.
Soejoeti, S.Z., 2008. Konsep Sehat, Sakit, dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya.
Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H., 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar Teoritis dan
Praktis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
World Health Organization (WHO), 1981.Development of Indicators for
Monitoring Progress Towards Health for All by the Year 2000. Geneva:
WH/O
Zulkifli. 2004. Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif Harus
Dilestarikan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
USU
Digital
Library.
(online)
http://www.google.co.id/pengobatanalternatif/jurnal/usudigitallibery/
Diakses bulan November 2010.
55
Judul Penelitian :
Konsep Sehat, Sakit, dan Perilaku Kesehatan pada Masyarakat Pengguna
Pengobatan Tradisional (Studi di Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap)
Undangan :
Kami ingin meminta kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Silahkan membaca lembar persetujuan ini. Jika ada pertanyaan, tidak perlu merasa
sungkan atau ragu untuk menanyakannya.
Eligibilitas :
Subjek/informan dalam penelitian ini adalah orang yang pernah atau masih
menggunakan pengobatan tradisional yang berdomisili di Kecamatan Sampang,
Kabupaten Cilacap.
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep sehat, sakit, dan perilaku
kesehatan di Kecamatan Samapang, Kabupaten Cilacap.
Keterlibatan Informan :
Dalam partisipasi Anda selama penelitian ini, kami membutuhkan kesediaan Anda
untuk meluangkan waktu. Peneliti akan menemui Anda dengan maksud:
1. Meminta Anda membaca dan menandatangani surat persetujuan partisipasi
dalam penelitian
2. Meminta kesediaan Anda untuk wawancara mendalam yang berkaitan dengan
penelitian
Jika ada sesuatu yang membuat Anda terganggu selama penelitian, Anda bisa
mengundurkan diri.
56
Penjelasan Prosedur :
Pertama, Anda akan mengisi lembar persetujuan dan data responden. Isilah
dengan sebenar-benarnya. Berikan keterangan Anda sebenar-benarnya dalam
wawancara yang dilakukan.
Jaminan Kerahasiaan :
Kerahasiaan Anda akan kami jaga. Kami tidak akan menyebutkan nama Anda.
Kami hanya akan memberikan nama samaran/inisial. Semua informasi yang Anda
berikan akan kami jaga kerahasiaannya sehingga identitas Anda tetap kami
lindungi. Semua informasi menjadi rahasia peneliti. Hasil penelitian ini akan di
publikasikan sebagai karya tulis ilmiah.
Saya memahami semua informasi diatas dan dengan ini menyatakan kesediaan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Sampang,
Maret 2012
Informan
(.......................................)
57
Waktu Wawancara
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
58
Waktu Wawancara
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
59
menjelaskan
penyebab
sakit?
Bagaimana
cara
mereka
B. Perilaku Kesehatan
1.
2.
60
Waktu Wawancara
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
61
menjelaskan
penyebab
sakit?
Bagaimana
cara
mereka
B. Perilaku Kesehatan
1.
2.