Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Amalgam
Perak(Ag),
Timah(Sn),
Tembaga(Cu),
dan
kadangkala
Zink(Zn),
Klasifikasi amalgam.
pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60 sampai 120 m,
ketebalan 10-70 m dan ketebalan 10-35 m. Alloy konvensional mengandung 66%
sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga. Zink mungkin dapat ditemukan
sampai 2% dan Merkuri 3%.4,5
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena ketahanan
alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya, sulit dikondensasi
ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju
pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan
polishing.11
2. Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 m atau
kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi tekanan
kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical adalah mudah dikondensasi ke area
yang sulit untuk di akses karena tidak memerlukan tekanan kondensasi yang besar,
dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan
polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak interproximal.4,8,11
B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)8
1. Low copper amalgam
Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya adalah
sebagai berikut : Ag ( Perak ) 69,4%; Sn ( Timah ) 26,2%; Cu ( Tembaga) 3,6%; Zn (
Zink ) 0,8%
.
Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut :4,8,12
1. Perak
a) Meningkatkan strength
b) Meningkatkan setting expansion
2. Timah
a) Mengurangi strength dan hardness
b) Mengurangi ekspansi
c) Meningkatkan setting time
3. Tembaga
a) Meningkatkan strength dan hardness
b) Menghambat pembentukan fase gamma 2
c) Mengurangi tarnish dan korosi
d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi
4. Zink
a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses
pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang
penting seperti perak, tembaga, maupun timah.
b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper
5. Palladium
a) Mengurangi korosi
6. Indium
a) Meningkatkan strength
b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal
1 2
Fase Sn7Hg (2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki karena
dianggap meningkakan korosi dan melemahkan kekuatan. Persentase Ag2Hg3 (1)
yaitu sekitar 54% sampai 56%. Persentase Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27%
sampai 35% dan 11% sampai 13%.
2. Amalgam high copper4,7
Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak hanya
dalam hal persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi amalgam. Tembaga
ini disajikan baik sebagai bagian dari alloy Ag-Sn, maupun ditambahkan
(admixed) sebagai partikel terpisah dari Ag-Sn. Pada kedua penyajian ini, jika
alloy bereaksi dengan Hg maka akan terbentuk hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta
()) dan bukan gamma 2. Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :
Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5
2.2.
2.2.1
strength
merupakan
sesuatu
yang
berguna
untuk
10
Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science
of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.157
2. Tensile strength
Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi kekuatan
yang saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama yang terjadi selama
pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan lain juga terjadi. Dan ketika
kekuatan tersebut mempengaruhi suatu tegangan tarik (tensile stress) , fraktur akan
mungkin terjadi. Amalgam mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari
compressive strength-nya. Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 ( 12,5 %) dari
compressive strength-nya.4,13
3. Flexural (transverse) strength
Nilai ini sering disamakan dengan modulus of rupture, karena amalgam
adalah bahan yang rapuh. Amalgam dapat menahan perubahan bentuk selama uji
transversal strength. Flexural (transverse) strength dapat diartikan sebagai kekuatan
untuk menahan beban transversal yang terjadi selama pengunyahan. Flexural
strength pada low copper amalgam adalah sekitar 120-130 MPa, sedangkan pada
high copper adalah sekitar 90-110MPa.4
11
Gambar 2.2 : Beberapa macam arah dari beban yang diberikan. A. uniaxial
loading dari silinder. B. uniaxial loading dari restorasi MO amalgam.
Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science
of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.141
2.2.3
12
amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat
keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan
kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti
penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga
menurun.2,5
2. Triturasi
Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan alloy.
Waktu triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang (overtrituration)
akan mengurangi compressive dan tensile strength karena ada kekosongan dan
karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan
seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi mempunyai konsistensi yang kental dan
kekuatan yang lemah karena pembantukan fase 1 yang berlebihan.4,5
3. Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah
dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang
tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy
yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan
yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada
bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan
untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut
amalgam.5
4. Efek laju pengerasan amalgam
13
Walaupun sering digunakan untuk fungsi lain. Semen dental melekatkan restorasi
pada tempatnya dengan retensi mikromekanikal dan makromekanikal. Beberapa
semen dental adhesif melalui ikatan kimia, tetapi kebanyakan tidak adhesif.14
B. Proteksi pulpa
Semen dental juga digunakan sebagai intermediet base atau liner ketika
ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2mm. Base dan liner diletakkan di atas
dentin di antara pulpa dan bahan restorasi. Karena kelarutan semen dental lebih besar
dari bahan restorasi, base dan liner tidak diaplikasikan pada tepi restorasi.14
1. Liner
Liner digunakan untuk memproteksi pulpa dari iritasi kimia. Liner dapat
menstimulasi pembentukan dentin sekunder atau membebaskan fluorida. Karena
fungsinya untuk melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat, sehingga bahan
14
pelapisnya sendiri jangan sampai merupakan bahan yang iritatif. Fungsi lainnya
adalah sebagai kelengkapan suatu tumpatan dan membantu pengobatan. Liner terlalu
tipis untuk mencegah thermal insulation dan terlalu lemah untuk mendukung bahan
restorasi dan menahan tekanan kondensasi amalgam. 14
Fungsi protektifnya terutama berupa pencegahan kuman atau toksinnya yang
umumnya terdapat disekitar tumpatan, memasuki tubulus dan mengiritasi pulpa.
Selapis tipis pelapik diaplikasikan di dasar kavitas, dinding aksial, dan dinding
gingival untuk menutupi dentin yang terbuka. Dinding gingival sangat penting untuk
dilapik karena setiap millimeter perseginya berisikan banyak sekali tubulus tetapi
dentin sklerotiknya sedikit sekali. Akan sangat bermanfaat jika bahan pelapis juga
merupakan bahan yang bersifat bakteriostatika. Di Amerika Utara, istilah yang
digunakan adalah basis, bukan pelapis, dan yang disebut pelapis kavitas (cavity liner)
adalah suatu pernis yang mengandung kalsium hidroksida atau Zn.O. Liner sering
dilindungi dengan bahan base seperti semen Zink Fosfat.7
2. Base
Base lebih kuat dan tebal dibanding liner. Base memberikan thermal
insulation. Beberapa dapat mendukung bahan restorasi dan melepaskan fluor.
Beberapa base juga dapat mengiritasi pulpa sebelum setting. Restorasi logam adalah
restorasi yang bisa menghantar panas dan telah sejak lama dianggap perlu
meletakkan base di bawahnya agar pulpa terlindung dari renjatan suhu. Akan tetapi
Braden pada tahun 1964 meragukan manfaat prosedur demikian. Braden berpendapat
bahwa dentin sendiri merupakan isolator yang lebih baik daripada bahan pelapik
yang dapat diperoleh saat itu yang hanya efektif jika diberikan dalam ketebalan
15
2.4.1
Gambaran umum.
Semen polikarboksilat dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dennis Smith
air dari asam poliakrilat. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen
dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%.. Bubuknya mengandung ZinkOksida dengan sejumlah Magnesium Oksida. 5,15
2.4.3
Sifat umum.
A. Sifat mekanis.
16
Compressive strength dari semen polikarboksilat adalah sekitar 55 MPa (4070 MPa), relatif lebih rendah daripada semen Zink Fosfat. Namun kekuatan tarik
sedikit lebih tinggi. Semen polikarboksilat tidak sekaku semen zink fosfat. 5,14,15
B. Daya larut.
Daya larut semen di dalam air memang rendah, tetapi jika terpajan asam
organic dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar. Selain itu
penurunan rasio bubuk-cairan akan meningkatkan daya larut dan kecepatan
disintegrasi secara nyata di dalam rongga mulut.5
2.4.4
dari berat molekuler dan konsentrasi dari asam poliakrilat, jadi akan bervariasi
tergantung pada merek semennya. Dengan demikian, rasio bubuk : cairan yang
dibutuhkan untuk mendapat semen dengan kekentalan yang memadai akan bervariasi
dari suatu produk dengan produk lainnya.Pada umumnya, rasio ini adalah 1,5 bagian
bubuk dengan 1 bagian cairan menurut beratnya. Semen ini harus dicampur pada
permukaan yang tidak menyerap cairan.semen Zink polikarboksilat memiliki
working time 1-2 menit.5,1
Komposisi amalgam
Amalgam adalah salah satu bahan restorasi gigi yang sering digunakan. Lebih dari
150 tahun amalgam digunakan sebagai bahan restorasi karena sifatnya yang sangat kuat
dan tahan lama didalam rongga mulut (solanki, 2012). Menurut American Dental
17
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
Association (ADA) no.1 mengharuskan agar logam campur amalgam mempunyai bahan
utama perak dan timah dan unsur-unsur lain seperti tembaga, seng, merkuri, emas
dengan konsentrasi yang kurang dari besar konsentrasi timah dan perak. Penambahan
material tersebut kedalam bahan campur amalgam bertujuan untuk meningkatkan sifat
fisik dan mekanik dari restorasi amalgam (Uar and Brantley, 2011). Konsentrasi perak
dalam logam campur amalgam adalah 40%-70% dan timah 12%-30%, tembaga kurang
dari 12%-24%, paladium 0,5%, indium 1% dan seng sampai dengan 1% (bharti et
al, 2010). Kandungan logam tersebut memiliki fungsi tersendiri, kandungan perak dalam
logam campur amalgam berfungsi untuk menigkatkan kekuatan amalgam, menurunkan
creep, dan memperbesar reaktivitas logam campur dengan merkuri. kandungan timah
berperan dalam meningkatkan reaktivitas dan korosi, namun dapat menurunkan kekuatan
dan kekerasan. selain itu, pula kandungan tembaga dalam logam campur amalgam
berfungsi untuk menaikan kekuatan, ekpansi dan kekerasan serta dapat menurunkan
creep. zink berfungsi untuk meningkatkan plastisitas, kekuatan serta mampu
menurunkan creep. Merkuri berfungsi untuk memberikan kelembapan terhadap logam
campur amalgam (solanki, 2012). Beberapa peneliti berpendapat bahwa indium yang
terkandung berfungsi untuk pengurangan creep dan meningkatkan kekuatan terhadap
tekanan mastikasi, sedangkan kandungan paladium berperan dalam proses pencegahan
korosi (bharti et al, 2010). Untuk mendapatkan amalgam, merkuri dicampur dengan
bubuk dari logam campur amalgam dengan prosedur pencapuran yang
disebut triturasi. Produk dari triturasi ini adalah merupakan suatu masa plastis. Selama
proses triturasi, merkuri akan melarutkan partikel logam campur untuk membentuk fase
yang baru. Fase baru yang terbentuk cenderung memiliki titik cair diatas temperatur
normal di dalam rongga mulut. Cara manipulasi logam campur amalgam dengan merkuri
sangat mempengaruhi sifat fisik dan kimiawi dari amalgam. Hal ini merupakan kunci
dari keberhasilan dalam melakukan restorasi. Faktor faktor yang mempengaruhi kulitas
dari restorasi amalgam adalah :
pemilihan logam campur
rasio merkuri dan logam campur
prosedur triturasi
teknik kondensasi
karakteristik anatomi dari gigi yang dilakukan restorasi
hasil akhir
(anusavice, 2003)
secara umum, berdasarkan kandungan tembaganya, amalgam dibagi menjadi 2 yaitu:
amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah
18
amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah disebut juga dengan amalgam
konvensional atau amalgam tradisional, komposisi dari amalgam konvensional ini terdiri
dari 65% perak, 25% timah, kurang dari 6% tembaga dan 1% zinc.
2. amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi cenderung memiliki sifat yang lebih
baik jika dibadingkan dengan amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah. Pada
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi memiliki keunggulah untuk
mengurangi kelemahan yang dapat terjadi selama proses phase
selain itu pada
amalgam ini terlihat adanya peningkatan kekuatan, korosi dan ketahanan terhadap
kerusakan pada daerah tepi (gladwin and bagby, 2004).
Selain
berdasarkan
jumlah
tembaganya,
amalgampun
dapat
diklasifikasikan berdasarkan isi, berdasarkan keberadaan zinc, berdasarkan banyaknya
jenis logam, berdasarkan bentuk partikel serta berdasarkan pengembangan alloy
(solanki, 2012).
Sifat dan karakteristik amalgam
Idealnya, amalgam harus dapat mengeras tanpa mengalami perubahan dimensi
dan tetap stabil. Akan tetapi perubahan dimensional amalgam dapat terjadi seperti
memuai atau menyusut, hal ini tergantung dari bagaimana cara memanipulasinya.
Adanya penyusutan pada amalgam dalam rongga mulut, dapat memicu terjadinya
kebocoran mikro yang sering menjadi faktor utama terbentuknya karies sekunder.
Sedangkan ekpansi atau pemuaian yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
penekanan pada daerah pulpa. Spesifikasi ADA no.1 menerangkan bahwa amalgam
dapat berkontraksi atau berekpansi sekitar 20
Kontraksi amalgam terjadi sewaktu
partikel-partikel larut dan terbentuk fase
dimensi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh cara triturasi dan rasio yang digunakan.
Logam campur amalgam yang lebih rendah dari merkuri cenderung akan menyebbkan
kontraksi, selain itu, tekanan pada saat kondensasi yang berlebihan dapat menimbulkan
kontraksi. hal ini terjadi karena dengan adanya tekanan yang tinggi pada saat kondensasi
akan cenderung memeras merkuri. Selain itupula waktu triturasi yang lebih lama dan
ukuran partikel logam campur yang lebih kecil dapan memperbesar kemungkinan
terjadinya kontraksi. Sementara ekspansi terjadi karena rasio merkuri lebih besar dari
rasio logam campur amalgam yang digunakan. selain itu ukuran partikel logam campur
yang cenderung besar dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya ekspansi.
19
20
Amalgam dapat terkorosi secara galvanik, hal ini dapat terjadi jika terdapat dua
macam bahan tumpatan yang berbasis metal dalam rongga mulut dalam waktu yang
bersamaan. Permukaan amalgam yang mengalami korosi akan memicu kerusakan daerah
tepi dan fraktur (Galdwin and Bagby, 2004).
Merkuri dalam amalgam untuk restorasi gigi
Air raksa atau merkuri sangat penting dalam sifat fisik restorasi amalgam.
Analisis dari restorasi secara klinis menunjukan adanya variasi yang besar dalam
kandungan air raksa, tipikal, konsentrasi air raksa yang lebih tinggi adalah pada bagian
tepi restorasi. Kandungan air raksa atau merkuri pada bagian tepi memiliki nilai 2-3%
lebih tinggi daripada badan tambalan. Kandungan merkuri yang besar pada bagian tepi
sangatlah penting Karena pada daerah tepi sangat rentan terhadap korosi, patah dan
terjadinya karies sekunder. Kandungan merkuri yang terlalu tinggi dari suatu retorasi
amalgam, akan dapat menurunkan kekuatannya. Semakin tinggi kandungan merkuri ,
akan menunjukan nilai kegagalan restorasi yang juga semakin tinggi. Oleh karena itu,
sangatlah penting memperhatikan rasio antara logam campur amalgam dan merkuri yang
digunakan pada saat akan melalukan restorasi kavitas (annusavice, 2003). Namun, pada
akhir-kahir ini, keberadaan merkuri dalam campuran restorasi amalgam sangat
dicemaskan dapat memicu penyakit-penyakit yang terjadi dalam rongga mulut ataupun
penyakit-penyakit yang bersifat sistemik.
Toksisitas Merkuri Dalam Restorasi Amalgam
kandungan merkuri dalam bahan restorasi amalgam dalam beberapa peristiwa
memang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas atau alergi. Tetapi
peristiwa alergi yang terjadi pada pasien yang menggunakan restorasi amalgam tidaklah
signifikan, karena tidak setiap pasien yang melakukan treatment menggunakan amalgam
mengalami alergi. Beberapa penelitian menerangkan bahwa penggunaan restorasi
amalgam dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara sistemik seperti
kerusakan pada ginjal, alergi atau hipersensitivitas atau gangguan terhadap
neurobehavior. Namun, apabila penggunaan alamgam dilakukan secara benar, tidak akan
terjadi masalah terhadap biokombatibilitas dari restorasi amalgam (Craig, 1993).
Seseorang dapat terpapar merkuri dari diet makanan, minuman, udara, dan
restorasi amalgam. Merkuri yang terlepas dari bahan restorasi amalgam biasanya terjadi
akibat adanya penguapan merkuri. Uap merkuri pada manusia dapat ditemukan pada
hembusan nafas, pada rongga mulut dengan keadaan mulut terbuka atau teertutupmelalu
kateter yang dipasang ditrakea melalu bronkoskop. Data dari penelitian menjelaskan
bahwa merkuri secara terus menerus terlepas dalam rongga mulut dari bahan restorasi
21
amalgam. Tingkat pelepasan merkuri pada seseorang dipengaruhi oleh banyak factor
yaitu area restorasi, usia, diet, komposisi amalgam, dan kuantitas permukaan yang
mengalami oksidasi. Uap merkuri dapat terlarut pada udara intraoral ataupun oleh saliva,
kemudian dapat penetrasi ke organisme melalui banyak cara (Uar and Brantley, 2011).
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ditemukan kadar merkuri
dalam urin yang lebih tinggi yaitu sekitar 5 sampai 20
pada orang yang
mengkonsumsi seafood dengan frekuensi seminggu sekali jika dibandingkan dengan
kadar merkuri akibat pajanan restorasi amalgam yaitu sekitar 1
atau sekitar 1 mg/
(Craig, 1993). WHO merekomendasikan nilai batas paparan merkuri jangka
panjang untuk para pekerja atau operator adalah sebesar 25
merekomendasikan paparan yang merkuri untuk wanita dalam masa subur harus lebih
rendah dari nilai standar yaitu sekitar 10
(bindslev, 1991).
Penguapan merkuri dari bahan restorasi amalgam lebih kecil jika dibandingkan
dengan pengkonsumsian berbagai jenis ikan. Peningkatan kadar amalgam dalam urin
dan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, tidak hanya dipengaruhi oleh merkuri
yang berasal dari bahan restorasi amalgam. Secara keseluruhan merkuri yang berasal
dari amalgam hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap total kadar merkuri dalam
tubuh . secara epidemiologi, kadar merkuri dalam urin dan darah berkolerasi dengan
jumlah paparan yang berasal dari lingkungan dan diet (Craig, 1993).
Penelitian Mengenai Merkuri Dalam Bahan Restorasi Amalgam
Berdasarkan artikel dan data yang telah di review dalam jurnal Biocompatibility of
Dental Amalgam menginformasikan bahwa merkuri yang terlepas dari restorasi
amalgam dalam rongga mulut tidak berkontribusi terhadap penyakit sistemik atau efek
toksik sistemik. Jones (1999) melaporkan bahwa tidak ada bukti kesimpulan dalam
literatur ilmiah yang menerangkan hubungan antara penyebab gangguan neurologi
ireversibel atau disfungsi renal dengan penguapan merkuri dari restorasi amalgam.
Polusi merkuri dari kedokteran gigi tidak sesignifikan dibandingkan dengan yang berasal
dari penggunaan pada industri dan sumber alam. Kemudian, reaksi alergi akibat merkuri
dalam bahan restorasi amalgam dapat terjadi, tetapi dengan frekuensi yang sangat jarang.
Reaksi alergi terhadap merkuri terjadi pada pasien dengan restorasi amalgam, seperti
dermatitis, gingivitis, stomatitits, dan reaksi kutaneus. Reaksi alergi terhadap restorasi
amalagam biasanya hilang dalam beberapa hari atau setelah pelepasan restorasi amalgam
tersebut. Berdasarkan data ilmiah yang menerangkan bahwa adanya efek-efek tertentu
22
23
merkuri terhadap lingkungan juga perlu di perhatikan. Report pada tahun 1992
oleh United States Enviromental Protection Agencymenunjukkan bahwa pada tahun
1989 sampah baterai yang dibuang menyumbang sekitar 86% dari limbah merkuri,
sementara bahan tumpat amalgam hanya 0.56%. Jumlah ini sangat kecil bila
dibandingkan dengan sumber polusi merkuri yang lain dan angka tersebut sudah turun
sekitar 75% dalam 20 tahun terakhir, karena kesadaran dan respon dari profesi dokter
gigi terhadap zat berbahaya (kidd and smith, 2003).
Keamanan amalgam untuk perawatan restorasi telah direview berulang kali oleh
beberapa kelompok peneliti berbeda di Amerika Serikat. US Public Health Service
(USPHS) mempublikasi laporan ilmiah secara luas mengenai keamanan amalgam pada
tahun 1993, dan kesimpulan dari laporan ini disahkan pada tahun 1995 dan 1997.
USPHS menganalisis 175 studi peer-review dan melaporkan bahwa data dalam studi
tersebut tidak menjamin sebuah kesimpulan bahwa merkuri yang lepas dari restorasi
amalgam dapat menyebabkan masalah neurologis, renal, dan perkembangan. Di sisi lain,
studi-studi sebelumnya telah mencatat bahwa restorasi amalgam dapat menyebabkan
reaksi aleri atau hipersensitivitas walaupun jarang. Bahkan jika kebanyakan peneliti
setuju bahwa data yang tersedia tidak menerangkan bahwa limbah kesehatan yang
disebabkan oleh restorasi amalgam. terdapat beberapa negara yang sedikit atau
membatasi penggunaan amalgam. Health Canada (1996) telah merekomendasi bahwa
penggunaan amalgam dihindari untuk individu yang hipersensitivitas, orang dengan
gangguan fungsi renal, anak-anak, dan wanita hamil. German ministry of health (1997)
dan Commission of the European Union (2008) juga telah menyatakan bahwa restorasi
amalgam tidak seharusnya ditempatkan untuk kelompok yang hipersensitivitas, memiliki
gangguan fungsional, atau yang termasuk kategori khusus (Uar and Brantley, 2011).
Council of Scientific Affairs dari American Dental Association (ADA)
menyimpulkan pada tahun 1998 bahwa amalgam selanjutnya menjadi material restorasi
yang aman dan efektif dalam pandangan informasi ilmiah yang tersedia pada waktu itu,
dan ADA mengesahkan pernyataan ini pada tahun 2002, 2003, dan 2009. ADA
menyatakan bahwa jika organisasi telah mengajukan bahwa amalgam memperlihatkan
perawatan untuk kesehatan gigi pasien, mereka akan menyarankan anggota mereka
menggunakan material ini untuk restorasi. ADA telah menyimpulkan bahwa amalgam
menawarkan pilihan perawatan yang aman dan cost-effective. Baru-baru ini, Council of
European Dentists (CED) mendeklarasi bahwa amalgam selanjutnya menjadi material
yang paling tepat untuk banyak restorasi disebabkan oleh kemudahan penggunaan,
ketahanan, dan harga yang efektif (Uar and Brantley, 2011).
Meminimalisir Efek Merkuri yang Terkandung Dalam Restorasi Amalgam
24
25
gigi, dan pendapat tentang merkuri dan keburukan materialnya tidak membuat amalgam
ditinggalkan karena harganya yang murah dan kemampuannya bertahan lama. Karena
perkembangan dari material dan teknik lain, penggunaan amalgam sepertinya akan
menghilang dari peredaran. Tetapi, amalgam berlanjut menjadi bahan terbaik di dalam
armamentarium restorative karena ketahanan dan teknik insensitivitasnya. Amalgam
mungkin akan menghilang, tetapi kehilangannya akan digantikan oleh bahan yang lebih
baik, penampilannya lebih bagus dan lebih memperhatikan masalah kesehatan (Bharti et
al, 2010).
Keunggulan Menggunakan Amalgam
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki amalgam sebagai bahan restorasi gigi adalah :
1. memiliki surabilitas yang baik, Menurut survey yang telah dilakukan,durabilitas dari
50% amalgam dalam rongga mulut adalah sekitar 11,5 tahun. Durabilitas dari restorasi
amalgam tidak dipengaruhi oleh luas daerah yang dilakukan. Direstorasi (bharti et
all, 20120). Survey lainnya menggambarkan bahwa Berdasarkan penelitian secara klinis,
jangka hidup untuk tumpatan sederhana amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas
II amalgam sekitar 12 sampai 15 tahun. Hal yang penting untuk diingat adalah pasien
memiliki pertimbangan tersendiri untuk bahan tumpatanyang memiliki durabilitas yang
panjang. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien, serta tingkat kebersihan mulut
pasien sangat memiliki peran yang penting dan dapat mempengaruhi durabilitas dari
bahan restorasi yang digunakan (galdwin and bagby, 2004).
2. Tekniknya tidak menimbulkan sensitif
3. Dapat diaplikasi pada berbagai kasus
4. Formulasi terbaru memiliki resistensi yang panjang terhadap korosi
5. Mudah dimanipulasi
6. Waktu pengerjaan lebih pendek dibanding material lain
7. Sering dapat reparasi
8. Murah
9. Manipulasi mudah
10. Pengerjaan pada pasien hanya memerlukan satu kali waktu pertemuan
11. Kekuatan kompresi baik
(Solanki et al, 2012)
Karena kekerasan dan resistensi pemakaian, amalgam adalah bahan tumpatan
yang tahan lama dengan harga yang relatif murah. Saat pencampuran, amalgam memiliki
kemampuan untuk memperkuat tepi pemakaian saat penggunaanya. Pada saat tepinya
terkorosi, gigi/restorasi yang dihadapannya akan mengisi dengan bahan korosinya
sehingga kebocoran mikronya akan berkurang. Sering kali tepi dari tumpatan amalgam
26
mungkin terlihat pecah tapi sebenarnya kavitas terisi dengan baik dibawah
permukaannya. Penelitian secara klinis menunjukkan integritas marginal dari amalgam
faktor prediksiyang buruk dari karies reccurent.Amalgam merupakan bahan restorasi
permanen yang tekniknya tidak paling sensitif pada praktik dokter gigi. Pada saat proses
pencampuran, hanya amalgam yang mungkin dapat dikerjakan dengan baik meskipun
ditempat yang lembab maupun lingkungan yang terkontaminasi. Jangka hidup bahan
restorasi amalgam, seperti pada bahan tumpatan permanen lainnya secara tidak langsung
juga berkaitan dengan besarnya daerah yang di restorasi. Seiring dengan bertambahnya
daerah yang direstorasi, tekanan pada bahan restorasi juga meningkat, dan jangka
hidupnya berkurang. Berdasarkan penelitian secara klinis, jangka hidup untuk tumpatan
sederhana amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas II amalgam sekitar 12 sampai
15 tahun. Hal yang penting untuk diingat adalah pasien memiliki pertimbangan tersendiri
untuk bahan tumpatan dengan jangka hidup yang lama. Makanan serta kebersihan mulut
pasien sangat penting dan dapat berontribusi dalam lamanya jangka hidup bahan
restorasi yang mereka gunakan (Galdwin and Bagby, 2004).
menyebabkan
creep.
no.1menganjurkan agar
ANSI
creep
ADA
specification
kurang dari 3%. Amalgam
yang
tinggi
27
menurunnya
nilai
creep
dan
estetik. (Williams,
Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)
2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus
mengeras
tanpa
terjadi
makin
banyak
mercury,
akan
faktor
paling
waktu triturasi,
tidak
mengalami
28
karena
tidak
terganggunya
difusi
3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah
lebih besar dari dentin sedangkan
empat
puluh
kali
abrasi
yang
terjadi
saat
mastikasi
kerusakan
yang
1.
Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan
terlalu
sedikit,
maka
partikel
alloy tidak
akan
terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi
alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan
peningkatan
lokal
menjadi lebih rapuh.
porositas
dan
membuat amalgam
2.
Komposisi
alloy
:
komposisi
tidak
terlalu
berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber
29
Ukuran
dan
bentuk
partikel
kekuatan
amalgam
berikut
ini
dapat
mendorong
yang
dari
berlebih
akan
dapat
amalgam tradisional dan
penting
dalam
dengan
logam
campur
untuk
menutupi
30
partikel-partikel
logam
terjadinya amalgamasi yang
campur
dan memungkinkan
menyeluruh. Masing-masing
berbutir-butir.
Adonan
semacam
itu
menghasilkan
permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat
menimbulkan
korosi.
yang tertinggal
pada
Setiap
restorasi
kelebihan
merkuri
dapat
menyebabkan
fase
yang
mengurangi porositas
amalgamlathe- cut.
dimampatkan dengan
kekuatan yang baik.
tekanan
ringan
akan
dari
yang
mempunyai
menit
penting
setelah
triturasi
diperhatikan di sini
31
kitainginkan. Spesifikasi
ADA
menyebutkan
kekuatan
kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan
kompresi
1
jam
yang kandungan
dari
amalgam
komposisi
tunggal
tembaganya
tinggi
sangatlah
korosi
sebelum
restorasi
dengan
besar
terbalik .artinya semakin
arus
lama
2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan
menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis.
Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan
cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan
sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan.
(Marke, 1992)
Solusi;
1.memoles tumpatan amalgam
32
yang
tidak
larut,
adherent,
karena
amalgam
(tumpatan
2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping
dari
air
raksa
sudah
mulai dipertanyakan.Tidak
diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur
gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan
amalgam
mengungkapkan
adanya
air
raksa
yang
turut berperan dalam perubahan warna gigi.
33
Sejumlah
air
pengunyahan tetepi
raksa
dilepaskan
pada
saat
kemungkinan keracunan dari air
ke
udara
selama
air
atau
larutan
fiksatif kimia
5. Jangan disentuh dengan tangan
6. Menggunakan masker
7. Memakai teknik hand condensor
34
Pemanipulasian A
Kelebihan :
Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat
dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga
amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada
beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan
kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut
yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit
kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan
kekuatan bahan tambal resin komposit.
Biayanya relatif lebih rendah
Kekurangan :
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,
sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan
estetis sangat diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi
sehingga tampak membayang kehitaman
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah
penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung
lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
35