You are on page 1of 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Amalgam

2.1.1. Definisi amalgam.


Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa Yunani
"malagma," yang merujuk pada substansi atau massa.. Amalgam adalah campuran
dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam
dihasilkan dengan mencampur Merkuri(Hg) dengan partikel padat beberapa logam
seperti

Perak(Ag),

Timah(Sn),

Tembaga(Cu),

dan

kadangkala

Zink(Zn),

Palladium(Pd), Indium(In), dan Selenium. Menurut American Dental Association


(ADA) amalgam adalah logam campuran dari Merkuri, Perak, Timah dan Tembaga
serta logam lainnya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal. 2,3,9,10
2.1.2

Klasifikasi amalgam.

A. Berdasarkan bentuk partikel


1. Lathe-cut
Hingga tahun 1960, komposisi kimia dan mikrostruktur dari amalgam alloy
yang tersedia pada dasarnya sama dengan system yang sangat sukses yang diselidiki
oleh G.V Black (Black, 1895). Alloy konvensional digunakan oleh dokter gigi
sebagai tambalan, yang mana lathe cut dari bentukan batang logam. 8
Sebuah Alloy komersial berkembang menjadi campuran dari ukuran partikel
yang berbeda-beda daripada sistem unimodel untuk mengomptimalkan efisiensi

pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60 sampai 120 m,
ketebalan 10-70 m dan ketebalan 10-35 m. Alloy konvensional mengandung 66%
sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga. Zink mungkin dapat ditemukan
sampai 2% dan Merkuri 3%.4,5
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena ketahanan
alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya, sulit dikondensasi
ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju
pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan
polishing.11
2. Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 m atau
kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi tekanan
kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical adalah mudah dikondensasi ke area
yang sulit untuk di akses karena tidak memerlukan tekanan kondensasi yang besar,
dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan
polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak interproximal.4,8,11
B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)8
1. Low copper amalgam
Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya adalah
sebagai berikut : Ag ( Perak ) 69,4%; Sn ( Timah ) 26,2%; Cu ( Tembaga) 3,6%; Zn (
Zink ) 0,8%
.

2. High copper amalgam


Alloy ini mengandung 12% -30% tembaga. Komposisi dasarnya adalah
sebagai berikut :Ag ( Perak ) 60%; Sn ( Timah ) 27%; Cu (Tembaga) 13%; Zn
( Zink) 0%.
C. Berdasarkan kandungan Zink8
1. Amalgam yang mengandung zink (1%)
2. Amalgam yang tidak mengandung zink (0,2%-1%)
2.1.3

Fungsi unsur-unsur dalam amalgam.

Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut :4,8,12
1. Perak
a) Meningkatkan strength
b) Meningkatkan setting expansion
2. Timah
a) Mengurangi strength dan hardness
b) Mengurangi ekspansi
c) Meningkatkan setting time
3. Tembaga
a) Meningkatkan strength dan hardness
b) Menghambat pembentukan fase gamma 2
c) Mengurangi tarnish dan korosi
d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi
4. Zink
a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses
pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang
penting seperti perak, tembaga, maupun timah.
b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper
5. Palladium
a) Mengurangi korosi
6. Indium
a) Meningkatkan strength
b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

2.1.4. Manipulasi amalgam.


Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy
amalgam dengan merkuri. Rasio bubuk alloy amalgam dengan merkuri yang biasa
digunakan adalah 1:1 dengan persentase merkuri bervariasi dari 43% sampai 54%.
Pada alloy spherical, rasio bubuk : cairan biasanya lebih kecil, dengan kandungan
merkuri sekitar 45%.4,5
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan cairan
yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara
mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah
didapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam. 4,5
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan
amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang
besar menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding
kavitas. Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri,
karena merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan
menyebabkan porositas pada amalgam. 4,5

Gambar 2.1: Hasil triturasi amalgam. I. Undermixed. II. Normal. III.


Overmixed. Sumber: Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th
ed. 2002. Mosby. p.306
2.1.5

Reaksi pengerasan amalgam.

1. Amalgam Konvensional (low copper)4,7


Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk berbagai
senyawa, terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa. Senyawa perak
merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu (y1), dan senyawa timahraksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase gamma dua (2). Prosesnya dapat
digambarkan seperti ini :
Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg

1 2
Fase Sn7Hg (2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki karena
dianggap meningkakan korosi dan melemahkan kekuatan. Persentase Ag2Hg3 (1)
yaitu sekitar 54% sampai 56%. Persentase Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27%
sampai 35% dan 11% sampai 13%.
2. Amalgam high copper4,7
Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak hanya
dalam hal persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi amalgam. Tembaga
ini disajikan baik sebagai bagian dari alloy Ag-Sn, maupun ditambahkan
(admixed) sebagai partikel terpisah dari Ag-Sn. Pada kedua penyajian ini, jika
alloy bereaksi dengan Hg maka akan terbentuk hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta
()) dan bukan gamma 2. Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :
Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5

2.2.

Strength pada amalgam

2.2.1

Pengertian strength pada amalgam.

Semua bahan restorasi memerlukan kekuatan yang cukup untuk menghindari


terjadinya fraktur. Jika desain amalgam cukup baik, kegagalan relatif dapat dihindari,
sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan.
2.2.2. Macam-macam strength pada amalgam.
1. Compressive strength
Compressive

strength

merupakan

sesuatu

yang

berguna

untuk

membandingkan material yang umumnya lemah terhadap regangan seperti amalgam,


semen, dan resin komposit. Ketahanan terhadap gaya kompresi adalah kekuatan yang
paling menguntungkan karakteristik amalgam. Karena amalgam terkuat di kompresi
dan jauh lebih lemah pada regangan dan pergeseran.5,6
Compressive strength dipertimbangkan sebagai indikator penting karena
compressive strength yang tinggi dibutuhkan untuk menahan tekanan pengunyahan,
karena tekanan yang diberikan selama proses pengunyahan lebih banyak berupa
tekanan kompresif. Bila suatu benda ditempatkan di bawah beban yang cenderung
menekan atau memendekkannya, ketahanan internal terhadap beban tersebut disebut
tekanan kompresi. Compressive strength setelah tujuh hari tertinggi untuk amalgam
high copper. Compressive strength amalgam setelah tujuh hari adalah 350MPa.2,4,13
Tabel 2.1. Sifat mekanik beberapa tipe amalgam

10

Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science
of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.157
2. Tensile strength
Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi kekuatan
yang saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama yang terjadi selama
pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan lain juga terjadi. Dan ketika
kekuatan tersebut mempengaruhi suatu tegangan tarik (tensile stress) , fraktur akan
mungkin terjadi. Amalgam mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari
compressive strength-nya. Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 ( 12,5 %) dari
compressive strength-nya.4,13
3. Flexural (transverse) strength
Nilai ini sering disamakan dengan modulus of rupture, karena amalgam
adalah bahan yang rapuh. Amalgam dapat menahan perubahan bentuk selama uji
transversal strength. Flexural (transverse) strength dapat diartikan sebagai kekuatan
untuk menahan beban transversal yang terjadi selama pengunyahan. Flexural
strength pada low copper amalgam adalah sekitar 120-130 MPa, sedangkan pada
high copper adalah sekitar 90-110MPa.4

11

Gambar 2.2 : Beberapa macam arah dari beban yang diberikan. A. uniaxial
loading dari silinder. B. uniaxial loading dari restorasi MO amalgam.
Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science
of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.141

2.2.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam.

1. Perbandingan Merkuri dan alloy


Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio
merkuri : alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan
untuk suatu teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy 4 :5, kadang-kadang
dalam instruksi pabrik telah dicantumkan persentasi berat air raksa yang harus
digunakan di dalam campuran. Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda sesuai
dengan perbedaan komposisi alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang
digunakan.Terlepas dari angka perbandingannya adalah hal yang sangat penting pada
teknik air raksa minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran

12

amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat
keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan
kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti
penggunaan merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga
menurun.2,5
2. Triturasi
Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan alloy.
Waktu triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang (overtrituration)
akan mengurangi compressive dan tensile strength karena ada kekosongan dan
karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan
seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi mempunyai konsistensi yang kental dan
kekuatan yang lemah karena pembantukan fase 1 yang berlebihan.4,5
3. Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah
dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang
tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy
yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan
yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada
bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan
untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut
amalgam.5
4. Efek laju pengerasan amalgam

13

Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai


contoh, pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan
sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal
adalah 80 MPa pada 1 jam. compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi
tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam
umumnya sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.4,5
2.3

Kegunaan semen base.


A. Luting agent
Istilah semen mangandung arti bahwa material digunakan sebagai luting.

Walaupun sering digunakan untuk fungsi lain. Semen dental melekatkan restorasi
pada tempatnya dengan retensi mikromekanikal dan makromekanikal. Beberapa
semen dental adhesif melalui ikatan kimia, tetapi kebanyakan tidak adhesif.14

B. Proteksi pulpa
Semen dental juga digunakan sebagai intermediet base atau liner ketika
ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2mm. Base dan liner diletakkan di atas
dentin di antara pulpa dan bahan restorasi. Karena kelarutan semen dental lebih besar
dari bahan restorasi, base dan liner tidak diaplikasikan pada tepi restorasi.14
1. Liner
Liner digunakan untuk memproteksi pulpa dari iritasi kimia. Liner dapat
menstimulasi pembentukan dentin sekunder atau membebaskan fluorida. Karena
fungsinya untuk melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat, sehingga bahan

14

pelapisnya sendiri jangan sampai merupakan bahan yang iritatif. Fungsi lainnya
adalah sebagai kelengkapan suatu tumpatan dan membantu pengobatan. Liner terlalu
tipis untuk mencegah thermal insulation dan terlalu lemah untuk mendukung bahan
restorasi dan menahan tekanan kondensasi amalgam. 14
Fungsi protektifnya terutama berupa pencegahan kuman atau toksinnya yang
umumnya terdapat disekitar tumpatan, memasuki tubulus dan mengiritasi pulpa.
Selapis tipis pelapik diaplikasikan di dasar kavitas, dinding aksial, dan dinding
gingival untuk menutupi dentin yang terbuka. Dinding gingival sangat penting untuk
dilapik karena setiap millimeter perseginya berisikan banyak sekali tubulus tetapi
dentin sklerotiknya sedikit sekali. Akan sangat bermanfaat jika bahan pelapis juga
merupakan bahan yang bersifat bakteriostatika. Di Amerika Utara, istilah yang
digunakan adalah basis, bukan pelapis, dan yang disebut pelapis kavitas (cavity liner)
adalah suatu pernis yang mengandung kalsium hidroksida atau Zn.O. Liner sering
dilindungi dengan bahan base seperti semen Zink Fosfat.7
2. Base
Base lebih kuat dan tebal dibanding liner. Base memberikan thermal
insulation. Beberapa dapat mendukung bahan restorasi dan melepaskan fluor.
Beberapa base juga dapat mengiritasi pulpa sebelum setting. Restorasi logam adalah
restorasi yang bisa menghantar panas dan telah sejak lama dianggap perlu
meletakkan base di bawahnya agar pulpa terlindung dari renjatan suhu. Akan tetapi
Braden pada tahun 1964 meragukan manfaat prosedur demikian. Braden berpendapat
bahwa dentin sendiri merupakan isolator yang lebih baik daripada bahan pelapik
yang dapat diperoleh saat itu yang hanya efektif jika diberikan dalam ketebalan

15

tertentu, sedangkan kebanyakan pelapik kalau dipotong melintang ternyata


merupakan lapisan tipis saja. Brannstrom (1982) menyokong pendapat ini yakni
bahwa pelapikan diatas kavitas yang dalam agar pulpa terlindung dari renjatan suhu,
yang berbeda dengan pendapat konvensional.7,14
2.4

Semen base polikarboksilat

2.4.1

Gambaran umum.
Semen polikarboksilat dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dennis Smith

dalam sebuah usaha untuk menghindari kemungkinan kerusakan pulpa yang


dihubungkan dengan pH rendah dari semen konvensional. (misalnya : semen Zink
Fosfat).8
Semen polikarboksilat merupakan dental material pertama yang adhesif yang
digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Semen polikarboksilat berikatan dengan
struktur gigi. Semen polikarboksilat tidak bersifat asam seperti semen Zink Fosfat,
biokompatibel. Semen polikarboksilat tidak terlalu kuat dan daya larut moderat.14
2.4.2

Komposisi dan Kimiawi.


Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah larutan

air dari asam poliakrilat. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen
dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%.. Bubuknya mengandung ZinkOksida dengan sejumlah Magnesium Oksida. 5,15
2.4.3

Sifat umum.
A. Sifat mekanis.

16

Compressive strength dari semen polikarboksilat adalah sekitar 55 MPa (4070 MPa), relatif lebih rendah daripada semen Zink Fosfat. Namun kekuatan tarik
sedikit lebih tinggi. Semen polikarboksilat tidak sekaku semen zink fosfat. 5,14,15
B. Daya larut.
Daya larut semen di dalam air memang rendah, tetapi jika terpajan asam
organic dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar. Selain itu
penurunan rasio bubuk-cairan akan meningkatkan daya larut dan kecepatan
disintegrasi secara nyata di dalam rongga mulut.5

2.4.4

Manipulasi semen base polikarboksilat.


Pengadukan cairan semen ini sangat kental. Kekentalan adalah sebuah fungsi

dari berat molekuler dan konsentrasi dari asam poliakrilat, jadi akan bervariasi
tergantung pada merek semennya. Dengan demikian, rasio bubuk : cairan yang
dibutuhkan untuk mendapat semen dengan kekentalan yang memadai akan bervariasi
dari suatu produk dengan produk lainnya.Pada umumnya, rasio ini adalah 1,5 bagian
bubuk dengan 1 bagian cairan menurut beratnya. Semen ini harus dicampur pada
permukaan yang tidak menyerap cairan.semen Zink polikarboksilat memiliki
working time 1-2 menit.5,1

Komposisi amalgam
Amalgam adalah salah satu bahan restorasi gigi yang sering digunakan. Lebih dari
150 tahun amalgam digunakan sebagai bahan restorasi karena sifatnya yang sangat kuat
dan tahan lama didalam rongga mulut (solanki, 2012). Menurut American Dental

17

a.
b.
c.
d.
e.
f.

1.

Association (ADA) no.1 mengharuskan agar logam campur amalgam mempunyai bahan
utama perak dan timah dan unsur-unsur lain seperti tembaga, seng, merkuri, emas
dengan konsentrasi yang kurang dari besar konsentrasi timah dan perak. Penambahan
material tersebut kedalam bahan campur amalgam bertujuan untuk meningkatkan sifat
fisik dan mekanik dari restorasi amalgam (Uar and Brantley, 2011). Konsentrasi perak
dalam logam campur amalgam adalah 40%-70% dan timah 12%-30%, tembaga kurang
dari 12%-24%, paladium 0,5%, indium 1% dan seng sampai dengan 1% (bharti et
al, 2010). Kandungan logam tersebut memiliki fungsi tersendiri, kandungan perak dalam
logam campur amalgam berfungsi untuk menigkatkan kekuatan amalgam, menurunkan
creep, dan memperbesar reaktivitas logam campur dengan merkuri. kandungan timah
berperan dalam meningkatkan reaktivitas dan korosi, namun dapat menurunkan kekuatan
dan kekerasan. selain itu, pula kandungan tembaga dalam logam campur amalgam
berfungsi untuk menaikan kekuatan, ekpansi dan kekerasan serta dapat menurunkan
creep. zink berfungsi untuk meningkatkan plastisitas, kekuatan serta mampu
menurunkan creep. Merkuri berfungsi untuk memberikan kelembapan terhadap logam
campur amalgam (solanki, 2012). Beberapa peneliti berpendapat bahwa indium yang
terkandung berfungsi untuk pengurangan creep dan meningkatkan kekuatan terhadap
tekanan mastikasi, sedangkan kandungan paladium berperan dalam proses pencegahan
korosi (bharti et al, 2010). Untuk mendapatkan amalgam, merkuri dicampur dengan
bubuk dari logam campur amalgam dengan prosedur pencapuran yang
disebut triturasi. Produk dari triturasi ini adalah merupakan suatu masa plastis. Selama
proses triturasi, merkuri akan melarutkan partikel logam campur untuk membentuk fase
yang baru. Fase baru yang terbentuk cenderung memiliki titik cair diatas temperatur
normal di dalam rongga mulut. Cara manipulasi logam campur amalgam dengan merkuri
sangat mempengaruhi sifat fisik dan kimiawi dari amalgam. Hal ini merupakan kunci
dari keberhasilan dalam melakukan restorasi. Faktor faktor yang mempengaruhi kulitas
dari restorasi amalgam adalah :
pemilihan logam campur
rasio merkuri dan logam campur
prosedur triturasi
teknik kondensasi
karakteristik anatomi dari gigi yang dilakukan restorasi
hasil akhir
(anusavice, 2003)
secara umum, berdasarkan kandungan tembaganya, amalgam dibagi menjadi 2 yaitu:
amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah

18

amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah disebut juga dengan amalgam
konvensional atau amalgam tradisional, komposisi dari amalgam konvensional ini terdiri
dari 65% perak, 25% timah, kurang dari 6% tembaga dan 1% zinc.
2. amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi cenderung memiliki sifat yang lebih
baik jika dibadingkan dengan amalgam dengan kandungan tembaga yang rendah. Pada
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi memiliki keunggulah untuk
mengurangi kelemahan yang dapat terjadi selama proses phase
selain itu pada
amalgam ini terlihat adanya peningkatan kekuatan, korosi dan ketahanan terhadap
kerusakan pada daerah tepi (gladwin and bagby, 2004).
Selain
berdasarkan
jumlah
tembaganya,
amalgampun
dapat
diklasifikasikan berdasarkan isi, berdasarkan keberadaan zinc, berdasarkan banyaknya
jenis logam, berdasarkan bentuk partikel serta berdasarkan pengembangan alloy
(solanki, 2012).
Sifat dan karakteristik amalgam
Idealnya, amalgam harus dapat mengeras tanpa mengalami perubahan dimensi
dan tetap stabil. Akan tetapi perubahan dimensional amalgam dapat terjadi seperti
memuai atau menyusut, hal ini tergantung dari bagaimana cara memanipulasinya.
Adanya penyusutan pada amalgam dalam rongga mulut, dapat memicu terjadinya
kebocoran mikro yang sering menjadi faktor utama terbentuknya karies sekunder.
Sedangkan ekpansi atau pemuaian yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
penekanan pada daerah pulpa. Spesifikasi ADA no.1 menerangkan bahwa amalgam
dapat berkontraksi atau berekpansi sekitar 20
Kontraksi amalgam terjadi sewaktu
partikel-partikel larut dan terbentuk fase

. Perhitungan menunjukan bahwa terjadi

perubahan volume perak sebelum memasuki fase

dan setelahnya. Perubahan

dimensi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh cara triturasi dan rasio yang digunakan.
Logam campur amalgam yang lebih rendah dari merkuri cenderung akan menyebbkan
kontraksi, selain itu, tekanan pada saat kondensasi yang berlebihan dapat menimbulkan
kontraksi. hal ini terjadi karena dengan adanya tekanan yang tinggi pada saat kondensasi
akan cenderung memeras merkuri. Selain itupula waktu triturasi yang lebih lama dan
ukuran partikel logam campur yang lebih kecil dapan memperbesar kemungkinan
terjadinya kontraksi. Sementara ekspansi terjadi karena rasio merkuri lebih besar dari
rasio logam campur amalgam yang digunakan. selain itu ukuran partikel logam campur
yang cenderung besar dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya ekspansi.

19

Amalgam memiliki kelemahan dalam melawan tekanan mastikasi yang cukup


kuat. Kelemahan ini dapat menyebabkan kegagalan dalam restorasi. Kekuatan dari
amalgam biasanya terjadi karena manipulasi yang tidak baik, seperti triturasi yang
kurang benar ataupun kandungan merkuri yang cukup agar terjadi proses amalgamasi
yang sempurna dan mengahasilkan kekuatan yang cukup. Kelebihan merkuri dapat
menurunkan kekuatan dari amalgam sedangkan kekurangan kandungan merkuri dapat
menyebabkan adanya logam campur yang kering sehingga akhirnya membentuk suatu
permukaan yang kasar dan dapat mempercepat terjadinya korosi. Selain itu juga,
kekuatan dari amalgam di pengaruhi oleh efek kondensasi dan efek porositas.
Kelemahan dalam melawan tekanan mastikasi ini, sering menjadikan restorasi mudah
pecah yang dapat menyebabkan kebocoran dan karies sekunder (annusavice, 2003).
Amalgam memiliki tekanan kompresi yang tinggi ,namun memiliki kelemahan
dalam beradaptasi terhadap gaya geser dan tarik. Amalgam seringkali digunakan untuk
restorasi kavitas kelas I, II, V dan VI (galdwin and bagby, 2004).
Creep adalah salah satu sifat amalgam yang berhubungan dengan tingkat
kerusakan pada daerah tepi restorasi. Creep pada amalgam yang memiliki kandungan
tembaga yang rendah cenderung lebih tinggi jika di bandingkan dengan amalgam dengan
kandungan tembaga yang tinggi. Creep pada amalgam cenderung lebih lemah. Sifat dan
karaketeristik amalgam tergantung dari komponen penyusunnya, ukuran besar partikel
dan manipulasi dari amalgam itu sendiri. Sifat-sifat yang menjadi kelemahan amalgam
dapat di minimalisir dengan cara melakukan dan memperhatikan secara seksama
bagaimana cara memanipulasi amalgam yang baik dan benar (anusavice, 2003).
Durabilitas pada amalgam dikenal sangat baik, amalgam dengan kandungan
tembaga yang tinggi cenderung memiliki durabilitas lebih panjang jika dibandingkan
dengan amalgam dengan kandungan tembaga yang sedikit. Menurut survei yang telah
dilakukan, durabilitas dari 50% amalgam dalam rongga mulut adalah sekitar 11,5 tahun.
Durabilitas dari restorasi amalgam tidak dipengaruhi oleh luas daerah yang dilakukan
restorasi (bharti et al, 20120). Kegagalan restorasi amalgam yang sering ditemui
biasanya adalah adanya fraktur secara keseluruhan yang meliputi fraktur gigi dan juga
fraktur restorasi amalgam (4,6%), fraktur gigi (1,9%), fraktur pada daerah tepi (1,3%),
dan sekitar 0,8% penyebab lain yang dapat membuat kegagalan restorasi amalgam.
Survei lainnya menggambarkan bahwa Berdasarkan penelitian secara klinis, jangka
hidup untuk tumpatan sederhana amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas II
amalgam sekitar 12 sampai 15 tahun. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien, serta
tingkat kebersihan mulut pasien sangat memiliki peran yang penting dan dapat
mempengaruhi durabilitas dari bahan restorasi yang digunakan (galdwin and bagby,
2004).

20

Amalgam dapat terkorosi secara galvanik, hal ini dapat terjadi jika terdapat dua
macam bahan tumpatan yang berbasis metal dalam rongga mulut dalam waktu yang
bersamaan. Permukaan amalgam yang mengalami korosi akan memicu kerusakan daerah
tepi dan fraktur (Galdwin and Bagby, 2004).
Merkuri dalam amalgam untuk restorasi gigi
Air raksa atau merkuri sangat penting dalam sifat fisik restorasi amalgam.
Analisis dari restorasi secara klinis menunjukan adanya variasi yang besar dalam
kandungan air raksa, tipikal, konsentrasi air raksa yang lebih tinggi adalah pada bagian
tepi restorasi. Kandungan air raksa atau merkuri pada bagian tepi memiliki nilai 2-3%
lebih tinggi daripada badan tambalan. Kandungan merkuri yang besar pada bagian tepi
sangatlah penting Karena pada daerah tepi sangat rentan terhadap korosi, patah dan
terjadinya karies sekunder. Kandungan merkuri yang terlalu tinggi dari suatu retorasi
amalgam, akan dapat menurunkan kekuatannya. Semakin tinggi kandungan merkuri ,
akan menunjukan nilai kegagalan restorasi yang juga semakin tinggi. Oleh karena itu,
sangatlah penting memperhatikan rasio antara logam campur amalgam dan merkuri yang
digunakan pada saat akan melalukan restorasi kavitas (annusavice, 2003). Namun, pada
akhir-kahir ini, keberadaan merkuri dalam campuran restorasi amalgam sangat
dicemaskan dapat memicu penyakit-penyakit yang terjadi dalam rongga mulut ataupun
penyakit-penyakit yang bersifat sistemik.
Toksisitas Merkuri Dalam Restorasi Amalgam
kandungan merkuri dalam bahan restorasi amalgam dalam beberapa peristiwa
memang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas atau alergi. Tetapi
peristiwa alergi yang terjadi pada pasien yang menggunakan restorasi amalgam tidaklah
signifikan, karena tidak setiap pasien yang melakukan treatment menggunakan amalgam
mengalami alergi. Beberapa penelitian menerangkan bahwa penggunaan restorasi
amalgam dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara sistemik seperti
kerusakan pada ginjal, alergi atau hipersensitivitas atau gangguan terhadap
neurobehavior. Namun, apabila penggunaan alamgam dilakukan secara benar, tidak akan
terjadi masalah terhadap biokombatibilitas dari restorasi amalgam (Craig, 1993).
Seseorang dapat terpapar merkuri dari diet makanan, minuman, udara, dan
restorasi amalgam. Merkuri yang terlepas dari bahan restorasi amalgam biasanya terjadi
akibat adanya penguapan merkuri. Uap merkuri pada manusia dapat ditemukan pada
hembusan nafas, pada rongga mulut dengan keadaan mulut terbuka atau teertutupmelalu
kateter yang dipasang ditrakea melalu bronkoskop. Data dari penelitian menjelaskan
bahwa merkuri secara terus menerus terlepas dalam rongga mulut dari bahan restorasi

21

amalgam. Tingkat pelepasan merkuri pada seseorang dipengaruhi oleh banyak factor
yaitu area restorasi, usia, diet, komposisi amalgam, dan kuantitas permukaan yang
mengalami oksidasi. Uap merkuri dapat terlarut pada udara intraoral ataupun oleh saliva,
kemudian dapat penetrasi ke organisme melalui banyak cara (Uar and Brantley, 2011).
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ditemukan kadar merkuri
dalam urin yang lebih tinggi yaitu sekitar 5 sampai 20
pada orang yang
mengkonsumsi seafood dengan frekuensi seminggu sekali jika dibandingkan dengan
kadar merkuri akibat pajanan restorasi amalgam yaitu sekitar 1
atau sekitar 1 mg/
(Craig, 1993). WHO merekomendasikan nilai batas paparan merkuri jangka
panjang untuk para pekerja atau operator adalah sebesar 25

selain itu WHO

merekomendasikan paparan yang merkuri untuk wanita dalam masa subur harus lebih
rendah dari nilai standar yaitu sekitar 10
(bindslev, 1991).
Penguapan merkuri dari bahan restorasi amalgam lebih kecil jika dibandingkan
dengan pengkonsumsian berbagai jenis ikan. Peningkatan kadar amalgam dalam urin
dan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, tidak hanya dipengaruhi oleh merkuri
yang berasal dari bahan restorasi amalgam. Secara keseluruhan merkuri yang berasal
dari amalgam hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap total kadar merkuri dalam
tubuh . secara epidemiologi, kadar merkuri dalam urin dan darah berkolerasi dengan
jumlah paparan yang berasal dari lingkungan dan diet (Craig, 1993).
Penelitian Mengenai Merkuri Dalam Bahan Restorasi Amalgam
Berdasarkan artikel dan data yang telah di review dalam jurnal Biocompatibility of
Dental Amalgam menginformasikan bahwa merkuri yang terlepas dari restorasi
amalgam dalam rongga mulut tidak berkontribusi terhadap penyakit sistemik atau efek
toksik sistemik. Jones (1999) melaporkan bahwa tidak ada bukti kesimpulan dalam
literatur ilmiah yang menerangkan hubungan antara penyebab gangguan neurologi
ireversibel atau disfungsi renal dengan penguapan merkuri dari restorasi amalgam.
Polusi merkuri dari kedokteran gigi tidak sesignifikan dibandingkan dengan yang berasal
dari penggunaan pada industri dan sumber alam. Kemudian, reaksi alergi akibat merkuri
dalam bahan restorasi amalgam dapat terjadi, tetapi dengan frekuensi yang sangat jarang.
Reaksi alergi terhadap merkuri terjadi pada pasien dengan restorasi amalgam, seperti
dermatitis, gingivitis, stomatitits, dan reaksi kutaneus. Reaksi alergi terhadap restorasi
amalagam biasanya hilang dalam beberapa hari atau setelah pelepasan restorasi amalgam
tersebut. Berdasarkan data ilmiah yang menerangkan bahwa adanya efek-efek tertentu

22

terhadap kesehatan, tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemberhentian


penggunaan amalgam atau penggantiannya dengan restorasi lain. Terdapat kasus-kasus
dimana amalgam adalah satu-satunya pilihan tanpa alternatif lain (Uar and Brantley,
2011).
Reaksi alergi terhadap merkuri yang terkandung dalam restorasi amalgam jarang
terjadi, walaupun ada kasus yang melaporkan alergi kontak dermatitis, gingivitis,
stomatitis dan terjadi sedikit reaksi kutaneus. Respon ini biasanya menghilang jika
amlgam di hilangkan. Efek lokal atau sistemik lain dari merkuri yang terkandung dalam
restorasi amalgam belum dapat dibuktikan. Tidak ada studi ilmiah yang pasti bahwa
restorasi amalgam memberikan suatu efek yang buruk. Selain itu, Laporan mengenai
insidensi multiple sclerosis tidak dapat dihubungkan secara pasti bahwa amalgam
sebagai penyebabnya. Tidak ada bukti secara ilmiah hubungan antara hilangnya insidensi
multiple sclerosis dengan menghilangkan restorasi amalgam didalam rongga
mulut (Craig, 1993).
Menurut penelitian yang dilakukan Bharti et all pada tahun 2010, dalam jurnalnya
yang berjudul dental amalgam : An Updatemenerangkan bahwa insidensi alergi dari
merkuri jarang terjadi dan hubungan kandungan merkuri dalam restorasi amalgam
dengan penyakit multiple sclerosis dan penyakit alzheimer belum dapat dibuktikan
secara signifikan. Walaupun mungkin ada beberapa hubungan diantara restorasi
amalgam dengan lesi oral lichenoid.
Manifestasi oral akibat keracunan merkuri seperti terjadinya gingivitis parah, gusi
berdarah, ulserasi, oral mukosa, pembengkakan glandula saliva, hiposalivasi atau
hipersalivasi yang telah diteliti menunjukan insidensi dari kasus tersebut sangatlah
jarang.
Sekelompok peneliti dari berbagai asal didunia telah meneliti tentang keamanan
amalgam, dan tidak ada bukti bahwa sejumlah kecil merkuri yang keluar dari bahan
tumpat amalgam berkontribusi dalam penyakit maupun efek toksik sistemik. Sehingga
tidak ada alasan untuk menhentikan penggunaan amalgam sebagai bahan tumpatan atau
merekomendasikan untuk mengganti tumpatan amalgam yang ada dengan bahan restorsi
yang lain. Apalagi tidak ditemukannya hubungan antara amalgam dengan berbagai
macam sklerosis, penyakit Alzheimer, myalgic encephalitis maupun migrain.
Informasi lainnya adalah mengenai efek merkuri di bahan tumpat amalgam pada ibu
hamil. Studi menunjukan tidak ada hubungan restorasi amalgam dengan kadar merkuri
pada darah ibu hamil, cairan amniotic, susu, maupun darah bayi baru lahir. Meskipun
tidak diragukan lagi bahwa kadar merkuri yang tinggi akan berbahaya dan dokter gigi
harus bisa menanganinya dengan benar sehingga lingkungan tidak terkontaminasi baik
oleh merkuri maupun amalgam sisa. Selain itu, pentingnya peran amalgam dalam polusi

23

merkuri terhadap lingkungan juga perlu di perhatikan. Report pada tahun 1992
oleh United States Enviromental Protection Agencymenunjukkan bahwa pada tahun
1989 sampah baterai yang dibuang menyumbang sekitar 86% dari limbah merkuri,
sementara bahan tumpat amalgam hanya 0.56%. Jumlah ini sangat kecil bila
dibandingkan dengan sumber polusi merkuri yang lain dan angka tersebut sudah turun
sekitar 75% dalam 20 tahun terakhir, karena kesadaran dan respon dari profesi dokter
gigi terhadap zat berbahaya (kidd and smith, 2003).
Keamanan amalgam untuk perawatan restorasi telah direview berulang kali oleh
beberapa kelompok peneliti berbeda di Amerika Serikat. US Public Health Service
(USPHS) mempublikasi laporan ilmiah secara luas mengenai keamanan amalgam pada
tahun 1993, dan kesimpulan dari laporan ini disahkan pada tahun 1995 dan 1997.
USPHS menganalisis 175 studi peer-review dan melaporkan bahwa data dalam studi
tersebut tidak menjamin sebuah kesimpulan bahwa merkuri yang lepas dari restorasi
amalgam dapat menyebabkan masalah neurologis, renal, dan perkembangan. Di sisi lain,
studi-studi sebelumnya telah mencatat bahwa restorasi amalgam dapat menyebabkan
reaksi aleri atau hipersensitivitas walaupun jarang. Bahkan jika kebanyakan peneliti
setuju bahwa data yang tersedia tidak menerangkan bahwa limbah kesehatan yang
disebabkan oleh restorasi amalgam. terdapat beberapa negara yang sedikit atau
membatasi penggunaan amalgam. Health Canada (1996) telah merekomendasi bahwa
penggunaan amalgam dihindari untuk individu yang hipersensitivitas, orang dengan
gangguan fungsi renal, anak-anak, dan wanita hamil. German ministry of health (1997)
dan Commission of the European Union (2008) juga telah menyatakan bahwa restorasi
amalgam tidak seharusnya ditempatkan untuk kelompok yang hipersensitivitas, memiliki
gangguan fungsional, atau yang termasuk kategori khusus (Uar and Brantley, 2011).
Council of Scientific Affairs dari American Dental Association (ADA)
menyimpulkan pada tahun 1998 bahwa amalgam selanjutnya menjadi material restorasi
yang aman dan efektif dalam pandangan informasi ilmiah yang tersedia pada waktu itu,
dan ADA mengesahkan pernyataan ini pada tahun 2002, 2003, dan 2009. ADA
menyatakan bahwa jika organisasi telah mengajukan bahwa amalgam memperlihatkan
perawatan untuk kesehatan gigi pasien, mereka akan menyarankan anggota mereka
menggunakan material ini untuk restorasi. ADA telah menyimpulkan bahwa amalgam
menawarkan pilihan perawatan yang aman dan cost-effective. Baru-baru ini, Council of
European Dentists (CED) mendeklarasi bahwa amalgam selanjutnya menjadi material
yang paling tepat untuk banyak restorasi disebabkan oleh kemudahan penggunaan,
ketahanan, dan harga yang efektif (Uar and Brantley, 2011).
Meminimalisir Efek Merkuri yang Terkandung Dalam Restorasi Amalgam

24

Resiko merkuri dapat diminimalisir, apabila dilakukan langkah-langkah berikut:


1. Tempatkan merkuri pada tempat dengan segel rapat
2. Bersihkan segera semua komponen yang terkena merkuri.
3. Gunakan kapsul yang rapat selama proses amalgamasi
4. Gunakan teknik tanpa sentuh selama pengaplikasian amalgam
5. Simpan semua kepingan amalgam dalam air yang mengandung sodium thiosulfate
6. Bekerja pada ruangan dengan ventilasi yang baik
7. Hindari pemasangan karpet pada ruang perawatan karena proses dekontaminasi
pada karpet sulit.
8. Kurangi penggunaan bahan yang memakai merkuri.
9. Hindari pemanasan pada merkuri dan amalgam.
10.Gunakan semprot dan suction air ketika grinding amalgam.
11.Gunakan prosedur amalgam konvensional, secara manual maupun mekanis. Jangan
gunakan condenser amalgam ultrasonik.
12. Tentukan level paparan uap merkuri pada operator secara periodik.
(Craig, 1993).
Perkembangan Bahan Restorasi Amalgam
Amalgam Bebas Merkuri
Cara terbaik untuk menghindari pelepasan merkuri adalah dengan mengganti
merkuri dalam restorasi amalgam dengan menggunakan Gallium. Gallium adalah suatu
metal yang berwarna putih keperakan yang memiliki titik leleh sedikit diatas merkuri.
Gallium memiliki penguapan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan merkuri.
Bahan campurnan restorasi hampir mirip dengan amalgam konvesional yang di triturasi
dengan cairan gallium. Dimana titik leleh akan menurun dengan melakukan penambahan
indium dan timah. Dilihat dari sifak mekanis bahwa ekspansi selam asetting, creep dan
kekuatan kompresinya setara atau dibawah dengan amalgam yang menggunakan cairan
merkuri. Kondensasi sangat sulit dan porositas akan cenderung meningkat, selain itu
pada amalgam yang menggunakan gallium sebagai cairannya, cenderung memiliki
adaptasi yang rendah pada daerah tepi restorasi. Selain itu kecenderungan terjadinya
korosi akan lebih besar jika dibandingkan dengan amalgam yang mengandung merkuri.
Secara klinis ditemukan adanya tarnish, fraktur pada komponen daerah yang keras, serta
sensitivitas pasca opertatif 2 kali lebih tinggi dari amalgam yang mengandung merkuri.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan Ga-alloy secara klinis memiliki kemampuan
mekanis yang lebih rendah jika dibandingkan dengan amalgam yang menggukan
merkuri sebagai komponen cairannya (Schmalz and Arenholt,2009).
Prediksi bahwa amalgam tidak akan bertahan sampai akhir abad ke-20 adalah
salah. Penampilannya yang kurang baik, ketidakmampuannya untuk berikatan dengan

25

gigi, dan pendapat tentang merkuri dan keburukan materialnya tidak membuat amalgam
ditinggalkan karena harganya yang murah dan kemampuannya bertahan lama. Karena
perkembangan dari material dan teknik lain, penggunaan amalgam sepertinya akan
menghilang dari peredaran. Tetapi, amalgam berlanjut menjadi bahan terbaik di dalam
armamentarium restorative karena ketahanan dan teknik insensitivitasnya. Amalgam
mungkin akan menghilang, tetapi kehilangannya akan digantikan oleh bahan yang lebih
baik, penampilannya lebih bagus dan lebih memperhatikan masalah kesehatan (Bharti et
al, 2010).
Keunggulan Menggunakan Amalgam
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki amalgam sebagai bahan restorasi gigi adalah :
1. memiliki surabilitas yang baik, Menurut survey yang telah dilakukan,durabilitas dari
50% amalgam dalam rongga mulut adalah sekitar 11,5 tahun. Durabilitas dari restorasi
amalgam tidak dipengaruhi oleh luas daerah yang dilakukan. Direstorasi (bharti et
all, 20120). Survey lainnya menggambarkan bahwa Berdasarkan penelitian secara klinis,
jangka hidup untuk tumpatan sederhana amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas
II amalgam sekitar 12 sampai 15 tahun. Hal yang penting untuk diingat adalah pasien
memiliki pertimbangan tersendiri untuk bahan tumpatanyang memiliki durabilitas yang
panjang. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien, serta tingkat kebersihan mulut
pasien sangat memiliki peran yang penting dan dapat mempengaruhi durabilitas dari
bahan restorasi yang digunakan (galdwin and bagby, 2004).
2. Tekniknya tidak menimbulkan sensitif
3. Dapat diaplikasi pada berbagai kasus
4. Formulasi terbaru memiliki resistensi yang panjang terhadap korosi
5. Mudah dimanipulasi
6. Waktu pengerjaan lebih pendek dibanding material lain
7. Sering dapat reparasi
8. Murah
9. Manipulasi mudah
10. Pengerjaan pada pasien hanya memerlukan satu kali waktu pertemuan
11. Kekuatan kompresi baik
(Solanki et al, 2012)
Karena kekerasan dan resistensi pemakaian, amalgam adalah bahan tumpatan
yang tahan lama dengan harga yang relatif murah. Saat pencampuran, amalgam memiliki
kemampuan untuk memperkuat tepi pemakaian saat penggunaanya. Pada saat tepinya
terkorosi, gigi/restorasi yang dihadapannya akan mengisi dengan bahan korosinya
sehingga kebocoran mikronya akan berkurang. Sering kali tepi dari tumpatan amalgam

26

mungkin terlihat pecah tapi sebenarnya kavitas terisi dengan baik dibawah
permukaannya. Penelitian secara klinis menunjukkan integritas marginal dari amalgam
faktor prediksiyang buruk dari karies reccurent.Amalgam merupakan bahan restorasi
permanen yang tekniknya tidak paling sensitif pada praktik dokter gigi. Pada saat proses
pencampuran, hanya amalgam yang mungkin dapat dikerjakan dengan baik meskipun
ditempat yang lembab maupun lingkungan yang terkontaminasi. Jangka hidup bahan
restorasi amalgam, seperti pada bahan tumpatan permanen lainnya secara tidak langsung
juga berkaitan dengan besarnya daerah yang di restorasi. Seiring dengan bertambahnya
daerah yang direstorasi, tekanan pada bahan restorasi juga meningkat, dan jangka
hidupnya berkurang. Berdasarkan penelitian secara klinis, jangka hidup untuk tumpatan
sederhana amalgam pada kelas I adalah 15-18 tahun. Kelas II amalgam sekitar 12 sampai
15 tahun. Hal yang penting untuk diingat adalah pasien memiliki pertimbangan tersendiri
untuk bahan tumpatan dengan jangka hidup yang lama. Makanan serta kebersihan mulut
pasien sangat penting dan dapat berontribusi dalam lamanya jangka hidup bahan
restorasi yang mereka gunakan (Galdwin and Bagby, 2004).

A. Sifat Fisik Amalgam


1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan
perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika
material
amalgam,

diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan


tekanan mengunyah
yang
berulang
dapat

menyebabkan
creep.
no.1menganjurkan agar

ANSI
creep

ADA
specification
kurang dari 3%. Amalgam

yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan


di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang
tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga

yang

tinggi

mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa


bahkan
kurang
dari
0,1%.
Tidak
ada
data
yang
menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat
mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah
sebagai berikut :

27

Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep


alloy komposisi tunggal.(Com be, 1992)
Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat
tinggi
akan
mengalami kerusakan
marginal
mengakibatkan
1979)

menurunnya

nilai

creep
dan

estetik. (Williams,

Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)
2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus

mengeras

tanpa

terjadi

perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap stabil.


Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam
amalgam, maka akan lebih besar pula expansi yang
terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan
lebih besar.
2. Rasio mercuri/alloy

makin

banyak

mercury,

akan

semakin besar tingkat expansinya


3. Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika
ukuran partikel menyusut, maka total area permukaan
alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar
akan menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke
partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini
akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi
saat tahap pertengahan.
4. Waktu
triturasi
:
merupakan
penting. Secara umum, semakin lama
maka expansi akan lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi : jika amalgam

faktor
paling
waktu triturasi,
tidak

mengalami

kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi

28

dalam skala besar


mercury ke alloy.

karena

tidak

terganggunya

difusi

3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah
lebih besar dari dentin sedangkan

empat

puluh

kali

koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar


dari dentin yang mengakibatkan
mikroleakage dan sekunder karies.
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan
semen amalgam
4. Abrasi
Proses

abrasi

yang

terjadi

saat

mastikasi

makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi /


zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian
tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan
dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

kerusakan

B. Sifat Mekanik Amalgam


1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur,
dan kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat
individu dan hubungannya antara satu struktur dengan
struktur
yang lainnya. Beberapa
faktor
mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :

yang

1.
Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan
terlalu
sedikit,
maka
partikel
alloy tidak
akan
terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi
alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan
peningkatan
lokal
menjadi lebih rapuh.

porositas

dan

membuat amalgam

2.
Komposisi
alloy
:
komposisi
tidak
terlalu
berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber

29

mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe


dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi
konvensional.
3.

Ukuran

dan

bentuk

partikel

kekuatan

amalgam

diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung


kecenderungan fine atau microfine particles.
4.
Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam
akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi
dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting
adalah teknik triturasi yang baik.
Faktor-faktor

berikut

ini

dapat

mendorong

terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat:


1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi
Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga
yang tinggi tidak jauh berbeda dengan amalgam yang
memiliki
kandungan
tembaga
yang
rendah.
Faktorfaktoryang mempengaruhi kekuatan diantaranya :
1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan
tergantung pada jenis logam campuramalgam, waktu
triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi
yang
kurang maupun
menurunkuan kekuatan

yang
dari

berlebih
akan
dapat
amalgam tradisional dan

amalgam dengan tembaga yang tinggi


2. Efek
Kandungan
Merkuri.
Faktor

penting

dalam

mengontrol kekuatan adalah kandungan merkuri dari


restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup
harus dicampur

dengan

logam

campur

untuk

menutupi

30

partikel-partikel
logam
terjadinya amalgamasi yang

campur
dan memungkinkan
menyeluruh. Masing-masing

partikel logam campur harus


bila tidak, akan terbentuk

dibasahi oleh merkuri:


adonan yang kering dan

berbutir-butir.
Adonan
semacam
itu
menghasilkan
permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat
menimbulkan
korosi.
yang tertinggal
pada

Setiap
restorasi

kelebihan
merkuri
dapat
menyebabkan

berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.


3. Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk
partikel logam campur, semuanya mempengaruhi sifat
amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan
logam campurlathecut,
makin
besar
tekanan
kondensasi, makin tinggi kekuatankompresinya, terutama
kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi
yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan
fraksi volume dari
Tekanan
kondensasi

fase
yang

matriks yang lebih kecil.


tinggi
diperlukan
untuk

mengurangi porositas
amalgamlathe- cut.

dan mengeluarkan merkuri


Sebaliknya, amalgamsferis

dimampatkan dengan
kekuatan yang baik.

tekanan

ringan

akan

dari
yang

mempunyai

4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktorfaktor


yang
mempengaruhi kekuatan
kompresi
dari
amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam
penting diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien
pada
umumnya
diperbolehkan
pulang
dari
praktik
gigi dalam
waktu
20
amalgam,pertanyaan yang

menit
penting

setelah
triturasi
diperhatikan di sini

adalah apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang


cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada kemungkinan
bahwa
persentase
patahnya
restorasi amalgam
yang
tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang

31

kitainginkan. Spesifikasi
ADA
menyebutkan
kekuatan
kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan
kompresi
1
jam
yang kandungan

dari
amalgam
komposisi
tunggal
tembaganya
tinggi
sangatlah

besar. (Anusavice, 2004)

C. Sifat Kimia Amalgam


1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua
atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam
larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah .
Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia
restorasi
,
perbedaan
potensial
berkontak dan daerah permukaan.

korosi

sebelum

Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan


kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo
. Untuk
potensial

restorasi amalgam amalgam , perbedaan


korosi
sebelum berkontak
mungkin
akan

berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang


mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan
lama
galvanic berbanding

restorasi
dengan
besar
terbalik .artinya semakin

arus
lama

usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya


semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan.

2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan
menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis.
Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan
cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan
sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan.
(Marke, 1992)
Solusi;
1.memoles tumpatan amalgam

32

2. meminimalkan timbulnya arus galvanis


3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus
menerus.
3. Tarnish
Reaksi elektrokimia

yang

tidak

larut,

adherent,

serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan


tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal
adalah campuran silver dan copper sulfida
reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.

karena

D. Sifat Biologi Amalgam


1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan
reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam,
bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala
lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif
tipe 4 dari Commbs mewakili efek sampingfisiologis
yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi
reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi
yang di rawat.(Anusavice, 2004)
Solusi; tidak menggunakan tumpatan

amalgam

(tumpatan

jenis lain yang dipakai)

2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping
dari
air
raksa
sudah
mulai dipertanyakan.Tidak
diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur
gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan
amalgam
mengungkapkan
adanya
air
raksa
yang
turut berperan dalam perubahan warna gigi.

33

Sejumlah
air
pengunyahan tetepi

raksa
dilepaskan
pada
saat
kemungkinan keracunan dari air

raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap


garam-garam
air
raksa
yang
larut dari
permukaan
amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang
paling menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam
gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan;
Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai
logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa
larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup
oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi
Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paruparu oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk
sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi
senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan
juga
plasenta
kepada janin.
Konsekuensinya,
metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek
kepada bayi yang akan dilahirkan.
Debu merkuri bisa dikeluarkan

ke

udara

selama

triturasi, kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam


yang
telah
lama.
Tumpatan
merkuri
dalam
prosespembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara
dalam jangka panjang (McCabe, 2008)
Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh
dari sumber panas.
2. Menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. Pemilihan tipe lantai yang cocok
4. Penyimpanan amalgam di bawah

air

atau

larutan

fiksatif kimia
5. Jangan disentuh dengan tangan
6. Menggunakan masker
7. Memakai teknik hand condensor

34

8. Ruang tidak berkarpet

Pemanipulasian A

Kelebihan :
Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat
dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga
amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada
beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan
kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut
yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit
kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan
kekuatan bahan tambal resin komposit.
Biayanya relatif lebih rendah
Kekurangan :
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,
sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan
estetis sangat diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi
sehingga tampak membayang kehitaman
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah
penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung
lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

35

You might also like