You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
Autotransfusi atau transfusi darah autologus adalah suatu kumpulan darah dari pasien
trauma dengan perdarahan, yang dipersiapkan untuk reinfusi. Autotransfusi pertama kali
digunakan oleh Blundell pada tahun 1818 pada wanita dengan perdarahan postpartum.
Dilaporkan penggunaan autotransfusi untuk trauma thorax pada tahun 1917 dan trauma abdomen
pada tahun 1927. Perkembangan bank darah mendukung entusiasi untuk autotransfusion.
Bagaimanapun juga, kekurangan darah homologous dan takutnya akan komplikasi infeksi
membuat keinginan adanya

prosedur baru pada tahun 1970. Kumpulan darah untuk

autotransfusi dapat diolah oleh dokter, perawat dan tenaga medis yang terlatih dalam departemen
emergency, ruang operasi, dan ICU. 1,2
Autotransfusi mempunyai beberapa keuntungan dibanding transfusi darah homolog.
Pasien tidak terpajan penyakit infeksi yang melalui darah, tidak ada resiko reaksi transfusi, dan
darah sudah tersedia. Keuntungan mendaur ulang darah adalah darah tersebut masih segar,
hangat. Darah autologus menghilangkan potensi pembekuan abnormal, komplikasi ginjal dan
paru-paru, dan ketidaksengajaan mengkontaminasi darah dengan bakteri. 1,2 Pasien menerima sel
darah merahnya sendiri, dimana sel mempunyai kadar 2,3 DPG yang tinggi, yang akan segera
aktif dalam oksigenasi jaringan. Sel darah merah tidak pernah masuk ke dalam tempat
penyimpanan darah, dan tidak dikenai biaya penyimpanan, dan hampir tidak ada kesalahan
dalam mistransfusi. Dan kurangnya masalah dengan respon kekebalan imun.3
Alat-alat yang diperlukan untuk melakukan autotransfusi mudah disediakan dengan
cepat, proses dalam mengumpulkan darah, persiapan, dan reinfus darah dapat mudah dilakukan
bahkan dalam pasien dengan trauma. Autotransfusi dapat menawarkan keuntungan dalam harga
yang murah dibandingkan harga transfusi dari bank darah. Bila jumlah darah yang ditransfusikan
hanya sedikit, autotransfusi mungkin menjadi sedikit mahal. Dokter harus mempertimbangkan
antara potensi mahalnya harga autotransfusi dengan resiko transfusi dari bank darah. 1

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Autotransfusi adalah suatu mekanisme di dalam tubuh untuk mempertahankan agar
volume dan tekanan darah tetap stabil. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara
jumlah cairan intravascular yang keluar ke ekstravaskular atau sebaliknya. Apabila tekanan
hidrostatik menurun maka akan terjadi aliran cairan ekstravakular ke intravakular sehingga
tekanan darah dapat dipertahankan. Apabila proses hilangnya cairan tubuh berlangsung secara
cepat maka proses ini tidak akan mampu menaikkan tekanan darah.4
Akibat dari semua ini, maka akan terjadi :
Vasokonstriksi yang luas
Vasokonstriksi yang paling kuat terjadi pada pembuluh darah skeletal, splancnic dan kulit,
sedangkan pada pembuluh darah otak dan koronaria tidak terjadi vasokonstriksi, bahkan
aliran darah pada kelenjar adrenal meningkat sebagai usaha kompensasi tubuh untuk
meningkatkan respon katekolamin pada syok. Vasokonstriksi ini akan menyebabkan suhu
tubuh perifer menjadi dingin dan kulit menjadi pucat.
Sebagai akibat vasokonstriksi, maka tekanan diastolik akan meningkat pada fase awal,
sehingga tekanan nadi menyempit, tetapi bila proses berlanjut dan tidak dapat dipertahankan
maka tekanan darah akan semakin menurun sampai tidak teratur.
Takikardia
Iskemia jaringan akan menyebabkan metabolisme anaerobik dan asidosis metabolik.
Hipovolemia menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehingga keseimbanagan pertukaran
O2 dan CO2 ke dalam pembuluh darah lama dan mengakibatkan terjadinya perbedaan yang
besar antara tekanan O2 dan CO2 arteri dan vena. 4
Sistem kardiovaskular pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus
aorta, atrium kiri, dan pembuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskular juga berespon dengan
mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal. 4
2

Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi rennin dari
apparatus jukstaglomerulus. Rennin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I,
yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru paru dan hati. Angiotensin II
mempunyai dua efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik
yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron bertanggung jawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan
retensi air. 4
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatkan
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitary posterior
sebagai respon terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor).
Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada
tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle. 4

Gambar 1. Skematik Sirkuit Autotransfusi dengan Ultrafilter 4


Keuntungan
Darah yang berasal dari asal trauma mudah didapat untuk transfusi segera. Darah
normotermi dan kompatibel, dimana menghindari risiko reaksi alergi atau infeksi dari penyakit
menular, contohnya Human Immunodeficiency Virus, hepatitits, bakteri, parasit. Darah autologus
menyediakan keuntungan dengan mengurangi pemakaian darah dari bank darah yang terbatas
dan mengurangi biaya medis. 5
Tabel 1. Keuntungan Autotransfusi5
Keuntungan Autotransfusi
3

1. Mudah tersedia tidak ada keterlambatan untuk crossmatching dan tidak memerlukan tempat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

penyimpanan
Tidak perlu mengkhawatirkan kompabilitas darah dan reaksi alergi
Darah autologus biasanya normotermi
Tidak ada risiko penyakit menular akibat transfuse
Tidak ada risiko hipokalemi atau hiperkalemi
Menurunkan risiko ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
Kadar 2,3 Diphosphoglycerate lebih tinggi daripada sel darah merah dari bank darah
Penurunan pemakaian darah dari bank darah, sehingga lebih berguna untuk pasien lain yang

membutuhkan
9. Menurunkan biaya medis
10. Mungkin dapat disetujui untuk pasien dengan agama yang tidak memperbolehkan pemakaian
transfusi darah homolog
11. Mungkin dapat menjadi alternatif untuk bank darah pada Negara berkembang dimana darah
donor yang terinfeksi menjadi masalah.
Indikasi
Pasien dengan syok akibat perdarahan dan mempunyai respon yang minimal dari terapi
kristaloid, terapi penggantian darah harus dipertimbangkan pada pasien yang dianggap sudah
kekurangan 30% atau lebih dari total volume darah, juga pada pasien yang sudah kehilangan
darah kurang dari 30 % total volume darah namun sedang mengalami perdarahan. Pada pasien
dewasa, 30% dari total volume darah sekitar 1.500 mL. Pada anak-anak, jumlah darah yang
hilang akibat perdarahan yang signifikan ditentukan dari variasi usia dan ukuran badan. Total
volume darah sekitar 8% - 9% berat badan pada anak kecil, dimana pada dewasa sekitar 7%.
Dimana dapat disimpulkan 80 mL per kilogram berat badan. 1
Pada pasien dewasa dengan trauma, hemothorax adalah penyebab yang paling sering
menyebabkan syok. Indikasi mayor autotransfusi adalah hipotensi disertai hemothorax, apalagi
saat itu sedang terjadi perdarahan yang berlanjut terus-menerus. Indikasi lain mencakup
hemothorax stabil, thoracotomy darurat, operasi ortopedi, bedah saraf, gynecology dan trauma
intra-abdominal dalam hepar, lien, atau trauma vaskular. 1,3
Kontraindikasi autotransfusi adalah darah yang dikumpulkan sudah lebih dari 4 jam atau
sudah munculnya darah yang sudah membeku dalam jumlah besar, darah sudah terkontaminasi
dengan isi intestine. Kondisi lain adalah diketahuinya penyakit koagulopati atau Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), sickle cell disease, sepsis, infeksi paru-paru, pericardial,
mediastinal, dan adanya neoplasma maligna. 1,3
4

Darah yang mengandung zat untuk irigasi luka, seperti betadine, atau agen hemostatik
topical seperti thrombin, tidak boleh dipakai. Menggunakan darah yang terkumpul dari trauma
hemoperitoneum masih kontroversi. Dalam beberapa kasus, darah ini tidak boleh digunakan
karena sulit ditentukan apakan darah ini sudah terkontaminasi dengan isi intestine atau belum.
Namun, dalam beberapa keadaan, mungkin hanya darah ini yang tersedia untuk pasien. Dalam
keadaan tersebut, potensi keuntungan transfusi lebih tinggi daripada resiko. Darah yang berasal
dari luka hemoperitoneum dapat digunakan untuk transfuse intraoperatif. 1
Tabel 2. Indikasi dan Kontraindikasi Autotransfusi1
Indikasi
Hemothorax dengan syok yang tidak berespon dengan terapi kristaloid
Hemothorax dengan kehilangan darah 30% dari total volume darah
Kehilangan 30% dari total volume darah tetapi sedang ada perdarahan yang terusmenerus
Open thoracotomy untuk meringankan perdarahan intrathoracic yang akan terjadi
Kontraindikasi (Absolut)
Darah lebih dari 4 jam
Darah sudah membeku dalam jumlah yang besar
Pasien dengan neoplasma maligna atau penyakit koagulopati
Sepsis, infeksi paru-paru, mediastinal, atau pericardial.
Darah yang diketahui atau suspek terkontaminasi bakteri (contoh: kontaminasi feses)
Kontraindikasi (Relatif)
Darah yang dikumpulkan dari kavitas peritoneal (catatan : darah ini dapat digunakan bila
keuntungannya jelas lebih tinggi dibanding resiko ketidaksengajaan darah terkontaminasi
dengan bakteri)
Epidemiologi
Berikut adalah data jumlah pasien yang telah dilakukan autotransfusi pada tahun 2007-2009 di
Lancaster General Hospital: 3

Gambar 2. Jumlah Pasien Autotransfusi


Sebuah unit dari sel darah merah yang allogeneic banked mendekai 250 cc. jadi total
volume sel darah merah yang di reinfus setara dengan : 10.672 units sel darah merah. Dimana ini
merupakan rata-rata 425 cc per pasien. 3

Gambar 3. Jumlah Total Volume yang Reinfusi3


Prosedur
Beberapa alat autotransfusi mudah tersedia. Prosedur ini menggambarkan sistem Atrium
2450. Namun, dengan beberapa perbedaan kecil, kebanyakan sistem berfungsi dengan sama.
6

Petugas medis harus familiar dengan alat-alat yang digunakan. Sistem lainnya mencakup
Sorensen device, the Bently device, the Baylor Rapid System, dan the Haemonics Cell Saver
Unit. The Baylor System mempunyai tahap pencucian sel, The Haemonics Unit mempunyai
kemampuan mencuci dan konsentrat sel. Keperluan untuk mencuci sel, telah dipertanyakan, dan
banyak pusat kesehatan tidak menggunakan langkah ini. Pencucian sel dapat menghilangkan
Hemoglobin bebas, particular debris, faktor pembekuan yang aktif, dan bakteri, tetapi membuat
proses reinfusi terlambat dan menyebabkan tambahan biaya. Meskipun terasa bermanfaat, ada
beberapa data yang mendukung kegunaan pencucian sel. 1

Gambar 4. Proses Pencucian Sel

Gambar 5. Prinsip Pencucian Sel Secara Centrifuge


Pengawasan sangat penting dilakukan saat autotransfusi berlangsung. Tanda-tanda vital,
sistem kardiorespiratori dan saturasi oksigen harus sering diawasi. Bergantung pada total volume
darah yang diinfus dan apakah menggunakan antikoagulan, CBC, PT/PTT, kalsium dan elektrolit
harus diawasi. 1
Langkah pertama adalah memasukan Large-bore Chest Tube yang juga digunakan untuk
hemothorax. Saat selang dimasukkan, Atrium 2450 dipersiapkan. Prosedur ini mirip dengan
8

persiapan sistem chest tube drainage. Saat perlengkapan sudah siap, citrate phosphate dextrose
(CPD) atau heparin dimasukkan ke dalam port antikoagulan dalam unit pemulihan. Disarankan
menambahkan 14 mL CPD pada setiap 100 mL darah autologus. Banyak pusat kesehatan tidak
rutin menambahkan antikoagulan pada darah autologus karena darah yang berasal dari kavitas
tidak cepat membeku, dan penambahan antikoagulan menyederhanakan proses. 1,3
Saat darah yang diperlukan sudah cukup terakumulasi, di sentrifuse pada alat
autotransfusi untuk memisahkan sel darah merah dari waste products, dan sel darah merah dicuci
dengan 0.9% NaCl untuk menghilangkan kontaminan yang tidak diinginkan. 3
Chest tube disambungkan pada chest drainage port. Kantung darah yang digunakan
untuk sistem autotransfusi kemudian disambungkan pada garis akses yang terletak pada bagian
bawah unit chest drainage. Kedua klem lalu dibuka, dan kantung darah digantung ke atas sesuai
indikasi secara perlahan agar bisa self-filling. 1
Saat kantung darah penuh, segera lepaskan dan sambungkan ke filtrasi darah dan tabung
infus. Langkah pencucian sel dapat dilakukan sebelum infus ke pasien. Kantung darah dan filter
lalu disambungkan ke selang intravena dan udara dikeluarkan dari selang. Lalu darah autologus
dapat diinfus ke filter darah (sebaiknya dengan ukuran 20-40 M). Umumnya, semua darah
harus di reinfus. 1

Gambar 6. Sistem Autotransfusi

Gambar 7. Prosedur Autotransfusi


10

Komplikasi
Autotransfusi relatif bebas dari komplikasi. Beberapa komplikasi atau potensi komplikasi
yang akan didiskusi jarang terjadi atau tidak pernah dilaporkan tetapi secara teori mungkin
terjadi. Bagaimanapun juga, ini adalah prosedur yang berbahaya, dan penting untuk dokter untuk
mengerti potensi komplikasi yang mungkin terjadi. 1
Koagulopati yang disebabkan oleh menurunnya platelets, fibrinogen atau faktor
pembekuan mungkin terjadi, dan risikonya meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
darah yang ditransfusi. Untuk menghindari kompliaksi ini, sudah direkomendasikan bahwa
jumlah darah yang diautotransfusikan tidal melebihi 2.000 mL. namun, dilaporkan bahwa adanya
autotransfusi dalam jumlah yang lebih besar. Emboli udara sudah dideskripisikan sewaktu
cardiopulmonary bypass dan intraoperatif sewaktu unit tipe roller pump digunakan dalam
autotransfusi. Dan diharuskan untuk mengeluarkan udara dari sistem sebelum transfuse.
Hiperkalemi akibat hemolisis sel darah merah adalah potensi komplikasi yang lain. Risiko
hemolisis yang berlebihan dapat dikurangi dengan menggunakan low wall suction untuk
memulihkan darah dan dengan menyimpan suction tip di dasar dari darah yang terkumpul. Udara
dalam darah yang dihisap meningkatkan risiko hemolisis. Beberapa penulis merekomendasikan
menggunakan 5-15 mmHg tekanan suction. Hemolisis meningkatkan adanya hemoglobin bebas,
yang dapat membuat gagal ginjal, tapi belum pernah dilaporkan. 1
Buffer citrate CDP digunakan sebagai antikoagulan membuat adanya risiko hipokalsemia
saat darah dalam jumlah besar ditransfusikan. Untuk mengurangi risiko ini, jumlah darah yang
ditransfusi harus dalam jumlah minimal sesuai dengan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas
hemodinamik. Dan jumlah CDP yang dimasukkan harus diawasi dengan ketat. Seperti yang telah
dibahas sebelummya, beberapa penulis menganggap CDP tidak begitu diperlukan, dan beberapa
unit autotranfusi terbaru tidak menggunakan langkah ini. 1
Bakteremi perlu diperhatikan, dan dokter harus menghindari mengumpulkan darah yang
terkontaminasi dengan isi intestine. Langkah pencucian sel mungkin menurunkan insiden infeksi,
walaupun hal ini masih belum dapat dibutikan. Dan untungnya, bahkan bila terjadi infeksi,
tampaknya berespon baik dengan pemberian antibiotik. Dalam kasus ini, antibiotik broadspectrum yang dianjurkan.1

11

Tabel 3. Komplikasi Autotransfusi5


Hematologi
- Penurunan Platelet
- Penurunan level fibrinogen
- Peningkatan produk pemecah fibrin
- Pemanjangan Prothrombin time
- Pemanjangan Partial Thromboplastin time
- Hemolisis sel darah merah
- Peningkatan plasma hemoglobin bebas
- Penurunan hematokrit

Non-Hematologi
- Bakteremia
- Sepsis
- Mikroemboli
- Emboli Udara
- Insufisien renal

BAB III
PENUTUP
12

Kesimpulan
Autotransfusi atau transfusi darah autologus adalah suatu kumpulan darah dari pasien
trauma dengan perdarahan, yang dipersiapkan untuk reinfusi. Autotransfusi mempunyai beberapa
keuntungan dibanding transfusi darah homolog. Pasien tidak terpajan penyakit infeksi yang
melalui darah, tidak ada resiko reaksi transfusi, dan darah sudah tersedia.
Autotransfusi diindikasikan untuk pasien dengan syok akibat perdarahan dan mempunyai
respon yang minimal dari terapi kristaloid, terapi penggantian darah harus dipertimbangkan pada
pasien yang dianggap sudah kekurangan 30% atau lebih dari total volume darah, juga pada
pasien yang sudah kehilangan darah kurang dari 30 % total volume darah namun sedang
mengalami perdarahan.
Kontraindikasi autotransfusi adalah darah yang dikumpulkan sudah lebih dari 4 jam atau
sudah munculnya darah yang sudah membeku dalam jumlah besar, darah sudah terkontaminasi
dengan isi intestine. Kondisi lain adalah diketahuinya penyakit koagulopati atau Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), sickle cell disease, sepsis, infeksi paru-paru, pericardial,
mediastinal, dan adanya neoplasma maligna. Komplikasi autotransfusi dibagi berdasarkan
hematologi dan non-hematologi.

Daftar Pustaka
1. Harris EM, DAgostino J. Autotransfusion. In : Textbook of pediatric emergency procedures.
2nd ed. U.S: Wolters Kluwer; 2008.p.391-4
13

2. Ashworth A., Klein AA. Cell salvage as part of a blood conservation strategy in anaesthesia.
British

Journal

of

Anaesthesia

:2010.p.401-416.

Available

from

http://bja.oxfordjournals.org/content/105/4/401.full Accessed June 2, 2015


3. Gassmann CJ, Carl PR. Peri-operative autotransfusion: A vital component of blood
management. Vol.5. Lancaster : The Journal of Lancaster General Hospital; 2010.p.54-7.
4. Watson CM, Watson JR. Autotransfusion: Review of the literature with report of two
additional cases. New York: Springer-Verlag; 2004.p.355-68.
5. Neavyn MJ, Pena ME, Babcock CI. Autotransfusion. In : Clinical procedures in emergency

medicine. 6th ed. Philadelphia: Elsevier;2014.p.484-95

14

You might also like