Professional Documents
Culture Documents
Nomor : 02823/A/SK/XI/90
TENTANG
KRITERIA TERPERINCI, KELENGKAPAN PERMOHON
DAN
TATA LAKSANA P ENDAFTARAN OBAT JADI
MENTERI KESEHATAN
Menimbang
Mengingat
Mencabut
MEMUTUSKAN;
Menetapkan
Pertama
:
: KRITERIA
TERPERINCI,
KELENGKAPAN
PERMOHONAN
DAN
TATA
LAKSANA
PENDAFTARAN OBAT JADI SEBAGAIMANA
TERLAMPIR.
Kedua
BAB I
BATASAN
Batasan beberapa istilah yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Formulir adalah formulir pendaftaran obat jadi.
2. Formula adalah susunan beserta kadar zat berkhasiat dan zat
tambahan dalam obat jadi.
3. Kekuatan sediaan adalah kadar zat, berkhasiat dalam obat jadi.
4. Komposisi adalah susunan kualitatif dan kuantitatif zat
berkhasiat dalam obat jadi.
5. Obat jadi inovasi baru adalah obat jadi yang berisi zat
berkhasiat inovasi baru yang sebelumnya belum pernah
terdaftar di Departemen Kesehatan RI.
6. Obat kuasi adalah sediaan yang mengandung obat yang
kerjanya ringan dan biasa dipergunakan masyarakat untuk
mengatasi keluhan ringan dengan cara penggunaan yang
sederhana misalnya minyak angin.
7. Obat jadi "me too" adalah obat jadi dengan zat berkhasiat
sama dengan obat jadi inovasi.
8. Pendaftar adalah industri farmasi atau pedagang besar farmasi
yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Kesehatan.
9. Persetujuan dengan persyaratan adalah persetujuan dengan
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi pendaftar seperti
misalnya kewajiban melaporkan hasil monitoring mengenai
efek samping.
10. Satuan kemasan adalah kemasan terkecil dengan penandaan
yang lengkap sesuai peraturan tentang pembungkusan dan
penandaan yang berlaku.
11. Takaran pemberian adalah takaran untuk tiap kali pemberian.
12. Uji klinis adalah pengujian dan pengamatan terhadap
pemakaian suatu obat yang dilakukan pada manusia.
13. Uji preklinis adalah pengujian dan pengamatan suatu obat
yang dilakukan sebelum digunakan atau dicoba pada manusia.
14. Zat berkhasiat adalah komponen dari obat jadi yang
mempunyai efek farmakologis.
15. Zat berkhasiat baru adalah zat berkhasiat yang belum pernah
dinilai dalam rangka pendaftaran.
16. Zat berkhasiat lama adalah zat berkhasiat yang telah dinilai
dalam angka pendaftaran dan telah disetujui untuk beredar.
17. Zat tambahan adalah komponen obat jadi yang dimaksudkan
sebagai zat pengisi, pelarut, pelapis, pembantu, propelan dan
zat yang dimaksudkan untuk mempertinggi Kegunaan,
2.2.
2.3.
2.4.
3. PENGAJUAN PERMOHONAN
3.1.
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Direktur
Jenderal pengawasan obat dan Makanan Departemen
Kesehatan.
3.2.
Kepada pendaftaran berkas permohonan belum lengkap
akan diberitahu secara tertulis.
3.3.
Kepada pendaftar dimaksud pada butir 3.2. diberikan
kesempatan untuk melengkapi berkas permohonannya
dalam jangka waktu selambat-lambatnya empat bulan
terhitung mulai tanggal pemberitahuan.
3.4.
Bila batas waktu tersebut telah dilampaui dan pendaftar
masih belum melengkapi berkas permohonannya,
permohonan di tolak.
4. PENILAIAN
4.1.
Penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 4, 7 dan 8 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 242/Men.Kes/sK/V/1990 tanggal 28
Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.
4.2.
Bila pada waktu penilaian di perlukan tambahan data,
pendaftaran dan diberitahu secara tertulis.
4.3.
Kepada pendaftar dimaksud pada butir 4.2. diberikan
kesempatan untuk menyerahkan tambahan data yang
diperlukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya
empat bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan.
4.4.
Bila batas waktu tersebut telah dilampaui dan pendaftaran
masih belum menyerahkan tambahan data yang
diperlukan, maka akan diambil keputusan berdasarkan
data yang telah diserahkan.
7.2.
7.3.
8. PENILAIAN KEMBALI
8.1.
Penilaian kembali terhadap obat jadi yang pendaftaran
telah disetujui dapat dilakukan setiap waktu berdasarkan
data baru mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat jadi
yang bersangkutan yang berbeda dari data yang
digunakan sebagai bahan penilaian pada waktu
pendaftaran.
8.2.
Atas dasar penilaian dimaksud dalam butir 8.1. Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atas nama
Menteri Kesehatan mengambil keputusan yang dapat
berupa pembatalan persetujuan, atau perubahan
persetujuan yang telah diberikan dengan persyaratan atau
perubahan penggolongan obat.
8.3.
Sementara menunggu hasil penilaian kembali dimaksud
pada butir 8.1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan dapat mengambil tindakan pengamanan untuk
melindungi masyarakat dari kemungkinan bahaya atau
kerugian yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan obat
tersebut.
BAB I V
FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN
1. KETERANGAN FORMULIR PERMOHONAN
PENDAFTARAN FORMULIR PERMOHONAN TERDIRI
DARI FORMULIR A, B, C, D, DAN E
1.1.
Formulir A
Formulir A berisi keterangan mengenai nama dan alamat
pendaftar dan industri farmasi pembuat obat jadi impor
serta keterangan umum mengenai obat jadi yang
didaftarkan.
1.2.
Formulir B
Formulir B berisi keterangan yang lengkap dan singkat
mengenai obat jadi yang didaftarkan dan bersifat
mengikat.
1.3.
Formulir C\
Formulir C berisi uraian dan kesimpulan yang didasarkan
pada dokumen yang harus dilampirkan yang daftarnya
dicantumkan dalam formulir D dan harus mendukung
keterangan yang tercantum dalam formulir B.
1.3.1. Formulir C 1 berisi uraian dan kesimpulan mutu
dan teknologi.
1.3.2. Formulir C 2 berisi uraian dan kesimpulan hasil uji
preklinis.
1.3.3. Formulir C 3 berisi uraian dan kesimpulan hasil uji
klinis.
1.3.4. Formulir C 4 berisi kesimpulan hasil uji preklinis
& uji klinis.
1.3.5. Formulir C 5 berisi uraian dan kesimpulan hasil uji
biofarmasi.
Formulir D Formulir D berisi daftar dokumen yang
dilampirkan.
1.4.1. Formulir D 1 berisi daftar dokumen administratif.
1.4.2. Formulir D 2 berisi daftar dokumen mutu dan
teknologi.
1.4.3. Formulir D 3 berisi daftar dokumen hasil uji
preklinis.
1.4.4. Formulir D 4 berisi daftar dokumen hasil uji klinis.
1.4.5. Formulir D 5 berisi daftar dokumen hasil uji
biofarmasi.
Formulir E
Formulir E berisi daftar nama dan jumlah contoh obat jadi
yang diserahkan.
1.4.
1.5.
FORMULIR PERMOHONAN
PENDAFTARAN OBAT JADI
Nomor Pendaftaran
Nomor Penerimaan
KELAS
---------------------------------------*)
Tanggal Disetujui/ Ditolak
---------------------------------------*)
Tanggal Penerimaan
FORMULIR A
Nama Obat Jadi
Bentuk Sediaan
Kelas Terapeutik
:
:
:
Tipe
Kode
ATC
DDD
Esensial
Tunggal
Kombinasi
-------------------------------------------------Jenis Kemasan _______________
Harga
Rp.
Bentuk Kemasan Lain
Yang Terdaftar
Kategori
Status/Gol
Besar
Unit
:
:
NOMOR PENDAFTARAN
----------------------------------------------------------------------------------------------------Nama Industri Farmasi/
:
PBF Pendaftar
:
Alamat
Lokal
Industri
--------------------------------------------------------------------------------------------------*)
LICS/IMPT
Industri Asing
LICS/AGT
FORMULIR B
FORMULIR B
Lembar ke :
FORMULIR C1
Uraian dan
kesimpulan data mutu
dan teknologi
1. Formula
2. Prosedur Pembuatan
FORMULIR C1
Lembar ke :
FORMULIR C2
Uraian dan kesimpulan hasil
uji preklinis
1. FARMAKODINAMIK
No. Dokumen
1.1.
Efek Obat terhadap berbagai organ
Susunan syaraf pusat
1.3.
Hubungan dosis intensitas efek obat
No. Dokumen
Hal
...
Hal
...
Hal
...
1.4.
1.5.
...
No. Dokumen Hal
...
1.6.
1.7.
Toleransi/ ketergantungan
Interaksi obat
...
No. Dokumen Hal
...
1.8.
Hasil
penelitian
efek
obat
1.9.
...
atau No. Dokumen Hal
...
1.10.
2. FARMOKOKINETIK
2.1.
2.2.
Absorpsi obat
Distribusi obat
...
No. Dokumen Hal
...
2.3.
2.4.
Ekskresi obat
...
No. Dokumen Hal
...
2.5.
2.6.
2.7.
3. TOKSOLOGI
3.1.
Toksisitas Akut
Hal
...
Hal
...
3.2.
3.3.
LD. 50
Gejala-gejala dan kelainan yang timbul
pada fungsi-fungsi penting
Sebab kematinan pada hewan percobaan
Toksisitas subakut/ kronik
Potensi toksit obat pada pemberian
berulang kali sistem fisiologik, tingkah
laku, reaksi biokimia dan organ-organ
batas dosis aman
Reversibilitas efek yang ditimbulkan
Evek kumulatif
Sebab kematian pada hewan percobaan
efek teratogenik
...
3.4.
efek karsinogenik
3.5.
efek mutagenik
...
No. Dokumen Hal
...
FORMULIR C2
Uraian dan
kesimpulan hasil
preklinis
Lembar ke :
FORMULIR C3
Uraian dan kesimpulan hasil
uji preklinis
1. FARMAKODINAMIK
1.1.Efek Obat terhadap berbagai organ tubuh
manusia, in vitro maupun in vivo
...
No. Dokumen Hal
...
...
No. Dokumen Hal
...
1.6.toleransi/ ketergantungan
1.7.interaksi obat
...
No. Dokumen Hal
...
2.
FARMOKOKINETIK
2.1.absorpsi obat
2.2.Distribusi obat
...
No. Dokumen Hal
...
2.4.ekskresi obat
...
No. Dokumen Hal
...
3.
4.
...
No. Dokumen Hal
...
5.
...
Catatan : singkatan t berarti tunggal, singkatan k berarti kombinasi
FORMULIR C3
Uraian dan kesimpulan
hasil uji klinis
Lembar ke :
FORMULIR C4
Uraian dan
kesimpulan hasil
preklinis dan klinis
Lembar ke :
FORMULIR C5
Uraian dan hasil uji
biofarmasi
Lembar ke :
FORMULIR D1
Daftar dokumen yang
dilampirkan
Data Administratif
Dokumen
Halaman
FORMULIR D2
Daftar dokumen yang
dilampirkan
Nomor
Dokumen
Jumlah
Halaman
FORMULIR D3
Daftar dokumen yang
dilampirkan
Nomor
Dokumen
Jumlah
Halaman
FORMULIR D4
Daftar dokumen yang
dilampirkan
Nomor
Dokumen
Jumlah
Halaman
FORMULIR D5
Daftar dokumen yang
dilampirkan
Nomor
Dokumen
Jumlah
Halaman
FORMULIR E
No
Nama Bahan
Jumlah
Satuan
BABV
KATEGORI OBAT JADI DAN
KELENGKAPAN PERMOHONAN PENDAFTARAN
UNTUK MASING-MASING KATEGORI
1. KATEGORI OBAT JADI.
Obat jadi dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut :
Kategori 1 : adalah obat jadi yang mengandung:
1.1.
zat berkhasiat baru atau derivat baru dari zat
berkhasiat lama.
1.2.
kombinasi baru dari zat berkhasiat baru dan zat
berkhasiat lama atau zat berkhasiat lama dan
zat berkhasiat lama.
1.3.
komposisi lama dalam bentuk sediaan baru.
Kategori 2
Kategori 3
Kategori 4
Kategori 5
Kategori 6
Kategori 7
Kategori 8
2. KELENGKAPAN
PERMOHONAN
PENDAFTARAN
UNTUK MASING-MASING KATEGORI.
Kelengkapan permohonan untuk masing-masing kategori
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam daftar berikut.
Kategori Obat Jadi
1 2
FORMULIR A.
FORMULIR B.
FORMULIR C.
C1. Uraian dan kesimpulan Data Mutu
dan Teknologi.
1. Formula.
2. Prosedur pembuatan.
3. Spesifikasi dan metoda
pengujian zat berkhasiat.
4. Spesifikasi dan metoda
pengujian zat tambahan.
5. Spesifikasi dan metoda
pengujian obat jadi.
6. Spesifikasi dan metoda
pengujian bahan kemasan.
7. Metoda dan hasil pengujian
stabilita.
8. Uraian singkat sintesa zat
berkhasiat.
C2. Uraian dan kesimpulan hasil
preklinis.
1. Farmakodinamik.
1.1.
Efek obat terhadap berbagai organ.
Kategori Obat Jadi
1 2
1.2.
1. Farmakodinamik.
1.1.
Pengaruh obat terhadap
berbagai tubuh manusia, in
vitro maupun in vivo.
1.2.
Mula kerja, efek puncak dan
masa kerja obat.
1.3.
Hubungan dosis-intensitas
efek obat.
1.4.
Spesifikasi dari efek yang
ditimbulkan.
1.5.
Tempat dan cara kerja obat.
1.6.
Toleransi/ketergantungan.
1.7.
Interaksi obat.
2. Farmakokinetik.
2.1.
Absorpsi obat.
2.2.
Distribusi obat.
2.3.
Metabolisme
(Biotransformasi) obat.
2.4.
Ekskresi obat.
2.5.
Waktu paruh obat.
3. Uji khasiat obat.
4. Uji keamanan obat.
5. Data lain yang relevan.
C4. Kesimpulan hasil uji preklinis dan
klinis.
(disesuaikan dengan C2 dan C3 ) .
C5. Uraian dan kesimpulan hasil uji
biofarmasi.
1. Farmakokinetik.
1.1.
Absorpsi obat.
1.2.
Distribusi obat.
1.3.
Metabolisme obat
1.4.
Eliminasi obat
K
1 2
1 2
B A B VI
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DAN KELENGKAPAN
PENDAFTARAN
1. PETUNJUK UMUM.
1.1.
Nama Generik :
Nama generic yang dimaksud dalam nama generik sesuai
International Non Proprietary Name (INN), Farmakope
Indonesia, Farmakope lain atau yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal pengawasan obat dan Makanan
Departemen Kesehatan RI sebagai nama generik.
1.2.
Nama Dagang:
1.2.1. Nama dagang harus cukup jelas dan sebaiknya
tidak lebih dari satu kata.
1.2.2. Nama dagang harus berbeda jelas dengan nama
obat jadi lain dan tidak boleh sama atau mirip
dengan nama generic zat berkhasiat yang
dikandungnya maupun yang tidak dikandungnya,
menggunakan kata-kata yang berlebihan atau
berbau promosi, menggunakan kata-kata yang
melanggar norma-norma kesusilaan, menggunakan
satu nama untuk dua atau lebih bentuk sediaan
dengan komposisi yang berbeda, Menggunakan
lebih dari satu nama untuk suatu bentuk sediaan
dengan komposisi yang sama.
1.3.
Klasifikasi Terapeutik :
obat jadi dikelompokkan dalam kelas terapeutik sesuai
dengan ketentuan mengenai klasifikasi Anatomical
Therapeutical Chemical (ATC) dan masing-masing kelas
diberi nomor kode sebagai berikut :
A. Saluran Pencernaan dan Metabolisme.
A01. Sediaan untuk mulut, stomatologi
A. Sediaan untuk mulut, stomatologi
A02.
dengan
dengan
C. Terapi iodine
H04 Hormon pancreas
A. Hormon glikogenolitik
H05 Kalsium homeostasis
A. Hormon paratiroid
B. Hormon anti-paratiroid
J. Antiinfeksi Umum, Sistemik.
J01 Antibiotik, sistemik
A. Tetrasiklin
B. Kloramfenikol
C. Penisilin, dengan efek peningkatan pada
gram-negati bacilli (misalnya ampisilin,
amoksisilin, dll)
D. Sefalosporin
E. Trimetoprim, tidak termasuk kombinasi
dengan sulfonamide
F. Makrolid
G. Streotomisin
H. Penisilin (misalnya benzylpenisilin)
I. Antibiotik lain
J02 Antimikotik sistemik, tidak termasuk griseofulvin
A. Antimikotik sistematik, tidak termasuk
griseofulvin
J03 Kemoterapetiksistemik
A. Sulfonamid
B. Kemoterapetik lainnya
J04 Antituberkulosis, tidak termasuk streptomisin
A. Antituberkulosis, tidak termasuk streptomisin
J05 Antivirus, sistemik
A. Obat yang mempengaruhi langsung pada
virus
B. Obat imunostimulan
C. Obat imunostimulan dan antivirus
J06 Imunosera dan immunoglobulin
A. Imunosera
B. Imunoglobulin
J07 Vaksin
A. Vaksin
J08 Antiinfeksi lain, termasuk antilepra
A. Antiinteksi lain, termasuk antilepra
A. Anestetik umum
B. Anestetik lokal, tidak termasuk dermatologi
N02 Analgesik
A. Narkotik
B. Analgesik dan antipiretik lainnya
C. Sediaan antimigren
N03 Antiepilepsi
A. Antiepilepsi
N04 Obat-obat anti-Parkinsonisme
A. Obat-obat anti-Parkinsonisme
N05 Psikoleptik
A. Neuroleptik
B. Tranquilizer
C. Hipnotik-sedatif
N06 Psikoanaleptik
A. Antidepresan
B.Psikostimulan
C.Kombinasi antara psikoleptik dengan
psikoanaleptik
N07 Obat-obat susunan saraf pusat lain termasuk
parasimpatomimetik
A. Parasimpatomimetik
P. Obat obat antiparasit.
P01 Antiprotozoa
A. Anti amuba dan sejenisnya
B. Anti malaria
X. Anti protozoa lainnya
P02 Antelmintik
A. Anti sistosoma (Schistosomicides)
X. Antelmintik lainnya
P03 Anti ektoparasit termasuk skabisid
(ectoparasiticides)
A. Anti ektoparasit termasuk skabisid
Kekuatan Sediaan :
Kekuatan sediaan dapat dinyatakan dengan bobot, volume
atau potensi untuk:
a. tiap satu satuan bentuk sediaan bagi tablet, kapsul, pil,
supositoria dan ovula;
b. tiap gram atau % b/b bagi salep atau krem;
c. tiap ml bagi larutan injeksi/serbuk injeksi;
d. tiap 5 ml atau 15 ml bagi sirup, suspensi, emulsi,
eliksir, obat kumur;
e. tiap ml atau % b/v bagi obat tetes;
f. tiap bungkus bagi serbuk pemakaian oral;
Satuan Ukuran:
Kadar zat berkhasiat dan zat tambahan dinyatakan dengan
satuan ukuran sebagai berikut :
a. kilogram
disingkat
kg
b. gram
disingkat
g
c. miligram
disingkat
mg
d. microgram
disingkat
mcg
e. liter
disingkat
l
f. milliliter
disingkat
ml
g. meter
disingkat
m
h. sentimeter
disingkat
cm
i. gram ekivalen
disingkat
grek
j. milligram ekivalen disingkat
mgrek
k. satuan internasional disingkat
s.i.
1.6.
1.6.2
1.6.3
1.6.4
1.7.
1.8.
1.9.
2. FORMULIR A
Data yang diminta dituliskan di atas formulir pada tempat yang
disediakan.
2.1.
2.2.
Bentuk Sediaan :
Bentuk sediaan harus dinyatakan secara terperinci seperti
tablet salut gula; tablet salut enterik; tablet salut selaput
dan sebagainya.
2.3.
Kelas Terapeutik:
Kelas terapetik dinyatakan sesuai dengan ketentuan
mengenai klasifikasi Anatomical Chemical: (ATC). Bila
suatu obat jadi termasuk dalam dua atau lebih kelas terapi
harus dinyatakan semuanya dengan menunjukkan kelas
terapi utamanya.
2.4.
2.5.
Harga :
Harga yang dicantumkan adalah harga jual Apotik
persatuan kemasan yang berlaku untuk seluruh Indonesia.
2.6.
2.7.
2.8.
Alamat :
Untuk industri farmasi atau pedagang besar farmasi
pendaftar, dituliskan alamat sesuai dengan yang tercantum
dalam surat ijin industri farmasi atau pedagang besar
farmasi pendaftar. Untuk obat jadi impor atau lisensi,
dituliskan alamat industri farmasi luar negeri yang
memproduksi obat jadi yang bersangkutan atau industri
farmasi pemberi lisensi.
2.9.
Penanggung jawab:
Adalah apoteker penanggung jawab pengawasan mutu
dari industri farmasi pendaftar atau apoteker penanggung
jawab pedagang besar farmasi importir pendaftar.
3. FORMULIR B.
Informasi yang diminta dituliskan pada lembar khusus yang
disediakan bersama formulir B , dengan urutan sesuai nomor urut
di sebelah kiri formulir . Pendaftar harus membubuhkan tanda
3.2.
Bentuk Sediaan :
Sesuai dengan yang dituliskan pada formulir A.
3.3.
Pemerian :
Harus dijelaskan bentuk warna, ukuran berat dan tandatanda khusus yang terdapat pada obat jadi tersebut.
3.4.
3.6.
3.7.
Indikasi
Merupakan anjuran pemakaian obat dalam terapi. Harus
dicantumkan jenis-jenis penyakit yang diindikasikan dan
harus dinyatakan apakah obat tersebut untuk
penyembuhan atau untuk pencegahan
3.8.
Posologi :
Disebutkan cara pemakaian, jumlah pemakaian, frekuensi
pemakaian dan lama pemakaian. Cara pemakaian harus
disebutkan dengan jelas. Misalnya: injeksi, intravena,
intramuskuler atau yang lain. Untuk jumlah pemakaian
harus dinyatakan dalam takaran yang lazim dan batasbatas untuk orang dewasa maupun anak. Yang dimaksud
dengan frekuensi pemakaian ialah jumlah pemberian
dalam satu hari atau tiap berapa jam obat itu diberikan.
Lama pemakaian diuraikan dengan menyebutkan berapa
lama obat itu harus/boleh diberikan berapa lama
pemakaian harus dihentikan sebelum dipakai kembali atau
berapa lama obati itu minimal harus digunakan.
3.9.
3.10.
Efek Samping :
Macam-macam efek yang tidak dikehendaki yang
mungkin dapat timbul pada pemberian obat. Disebutkan
juga frekuensinya (bila ada), bahayanya, tindakantindakan yang perlu diambil bila efek samping tersebut
benar-benar terjadi.
3.11.
Kontra Indikasi :
Dijelaskan keadaan-keadaan tertentu dimana obat tidak
boleh diberikan, misalnya pada wanita hamil atau
menyusui, pada penderita dengan penyakit tertentu.
3.12.
Interaksi Obat :
Dijelaskan interaksi dengan obat lain atau makanan, dan
anjuran untuk menyesuaikan skema dosis dalam hal
mempergunakan obat lain yang dapat berinteraksi.
3.13.
Cara Penyimpanan :
obat jadi yang memerlukan cara penyimpanan khusus agar
dijelaskan kondisi penyimpanannya.
3.14.
Rancangan Penandaan:
Yang dimaksud dengan rancangan penandaan yang
lengkap adalah rancangan (art work") dari etiket, brosur
dan bungkus luar sesuai dengan peraturan tentang
pembungkusan dan penandaan yang berlaku. Informasi
minimal yang harus dicantumkan pada penandaan seperti
tercantum dalam Tabel 1.
3.15.
lsi Periklanan :
Yang dimaksud dengan isi periklanan adalah segala
informasi direncanakan untuk dicantumkan dalam iklan
baik untuk umum maupun untuk tenaga kesehatan. Isi
periklanan harus didasarkan pada informasi yang disetujui
pada Pendataran.
3.16.
Nomor Batch :
Penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau
gabungan keduanya yang merupakan tanda pengenal suatu
batch, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat
lengkap pembuatan batch tersebut, termasuk tahap-tahap
produksi, pengawasan dan distribusi.
3.17.
3.18.
Tujuan penggunaan :
Tuliskan hewan yang dapat diobati dengan obat
jadi yang bersangkutan. Hewan yang dapat
diobati dengan obat jadi tersebut tidak cukup
hanya ditulis secara garis besar seperti binatang
besar, binatang kecil, unggas, ikan dan lain
sebagainya tetapi harus dituliskan spesiesnya.
perlu diambil bila efek samping tersebut benarbenar terjadi.
Tabel 1
Informasi yang harus dicantumkan pada penandaan obat jadi
Informasi yang harus
dicantumkan
1. Nama obat jadi
2. Bobot neto/volume/isi
3. Komposisi Obat
4. Nama Industri Farmasi
5. alamat Industri Farmasi
6. Nomor Pendaftaran
7. Nomor Batch
8. Tanggal Kadaluarsa
(Jika Perlu)
9. Dosis
10. Cara Penggunaan
11. Cara kerja/farmakologi
12. Indikasi
13. Kontra indikasi
14. Efek samping
15. Interaksi obat
16. Peringatan/Perhatian
17. Cara penyimpanan
18. Tanda peringatan
OBT (untuk obat BT)
19. Harus dengan resep
dokter (untuk obat keras)
20. Lingkaran tanda khusus
obat keras/obat bebas/OBT
Etiket
Brosur
V
V
V
V
V
V
V
V
Bungkus
luar
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
-
Strip/
Blister
V
V
V
V
V
Catch
Cover
V
V
V
V
V
V
V
-
Ampul/
Vial
V
V
V
V
V
V
V
V
*
*
*
*
V
V
*
*
*
*
*
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
-
Cara pemberian :
Harus dijelaskan apakah obat jadi dapat
diberikan dengan dicampur makanan atau harus
diberikan langsung, secara disuntikkan, peroral
dan lain sebagainya.
3.18.4.
4. FORMULIR C1.
(Uraian dan kesimpulan Data Mutu dan Teknologi).
Informasi yang dimintakan dituliskan pada lembar khusus yang
disediakan bersama formulir C1 dengan urutan sesuai nomor urut
di sebelah kiri formulir. Pemohon harus membubuhkan tanda
silang pada kotak yang tersedia bila informasi yang dimintakan
dapat diberikan.
Pada kolom yang disediakan ditunjukkan letak data yang
disimpulkan dalam dokumen yang dilampirkan pada formulir D2
dengan menuliskan nomor dokumen serta nomor halamannya
dalam dokumen tersebut.
Formulir C1 berisi uraian lengkap dan singkat mengenai data
mutu dan teknologi. Harus dijelaskan juga dasar alasan
penggunaan zat, alat, prosedur pembuatan maupun buku standar
bila tidak dipakai Farmakope Indonesia atau Ekstra Farmakope
Indonesia.
Dasar alasan dapat diambil dari pustaka ilmiah, textbook maupun
informasi dari produsen bahan baku. Sumber informasi harus
dituliskan secara lengkap sebagaimana lazimnya bila menunjuk
suatu naskah ilmiah.
4.1.
Formula :
Prosedur Pembuatan :
Prosedur pembuatan harus diuraikan tahap demi tahap
mulai penimbangan bahan baku sampai dengan
pengemasan terakhir. Uraian tersebut meliputi pula
pengujian yang dilakukan selama proses pembuatan
("inprocess control").
Dalam beberapa hal harus dijelaskan alasan pemilihan
prosedur pembuatan, pemilihan alat serta pengujian yang
dilakukan. Untuk setiap bentuk sediaan, kelengkapan
uraian prosedur pembuatan termasuk "inprocess control"
hendaknya mengikuti petunjuk di bawah ini.
4.2.1. Tablet.
Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan
mengenai lama waktu tiap pengaduan pada
pencampuran bahan-bahan obat, kepekatan
mucilage
yang
digunakan,
serta
cara
mencampurkan atau melarutkan pengawet ke
dalam masa obat; ayakan (nomor "mesh") untuk
granulat basah dan kering, lama pengeringan ke
serta suhu pengeringan granulat basah; suhu dan
kelembaban udara dalam ruangan mesin tablet
serta ruangan pengepakan pada pembuatan tablet
tertentu, dan apakah pada waktu mengemas
ditambah zat penyerap air atau" air dryer".
Selain
hal tersebut di atas, khusus pada
pembuatan tablet bersalut gula atau selaput perlu
ditambahkan keterangan mengenai suhu dan
4.5.
4.7.
5. FORMULIR C2.
( Uraian dan kesimpulan hasil uji preklinis).
5.1.
Farmakodinamik:
Uraian farmakodinamik harus meliputi metoda penelitian
dan keterangan tentang hewan percobaan seperti jenis
hewan percobaan yang digunakan ; umur dan jenis
kelamin; dosis, banyaknya pemberian perhari, lama
pemberian dan cara pemberian, parameter yang diukur.
5.2.
Farmakokinetik:
5.2.1. Absorpsi obat.
Mencakup tempat absorpsi, jumlah
diabsorpsi dan kecepatan absorpsi.
yang
Toksikologi:
5.3.1. Toksisitas akut.
a. Harus diberikan kesimpulan percobaan yang
meliputi dosis letal 50% (LD 50) setelah
pemberian tunggal, hasil pengamatan gejalagejala dan kelainan yang timbul pada fungsifungsi penting dan sebab kematian hewan
percobaan (dari hasil autopsy dan pengujian
histologik).
b. Hewan percobaan: sekurang-kurangnya dua
roden dan satu non-roden, baik jantan maupun
betina.
c. Cara pemberian obat: harus sesuai dengan cara
pemberian yang direncanakan pada manusia,
misalnya bila obat direncanakan akan
diberikan secara intravena, maka data
pemberian dengan cara tersebut harus
disertakan.
lama
Lama
penggunaan
pada
manusia
- beberapa hari sampai 4
minggu
- lebih dari 4 minggu
6. FORMULIR C3.
(Uraian dan kesimpulan hasil uji klinis).
6.1.
Farmakodinamik:
Hasil percobaan sedapat mungkin disajikan dalam bentuk
tabel atau kurva disertai kesimpulannya Informasi harus
dilengkapi dengan keterangan mengenai manusia yang
menjalani uji klinis. Cara pemberian harus sama dengan
yang direncanakan pada pengobatan.
6.1.1. Pengaruh obat terhadap berbagai organ tubuh
manusia, in vitro maupun in vivo.
6.1.2. Mula kerja, efek puncak dan masa kerja obat.
6.1.3. Hubungan dosis-intensitas efek obat.
6.1.4. Spesifitas dari efek yang ditimbulkan.
6.1.5. Tempat dan cara kerja obat.
6.1.6. Toleransi/ketergantungan.
6.1.7. Interaksi obat.
6.2.
Farmakokinetik :
6.2.1. Absorpsi obat,
Untuk obat yang digunakan secara lokal, bila
jumlah yang diabsorpsi cukup berarti (mungkin
6.2.2.
6.2.3.
6.2.4.
6.2.5.
6.3.
6.4.
6.5.
7. FORMULIRC 4.
( Uraian hasil uji preklinis dan klinis) .
Sedapat mungkin diberikan kesimpulan hasil uji preklinis dan
klinis yang tergantung dari pada jenis obatnya dapat meliputi halhal sebagai berikut:
7.1.
Efektisitas klinis untuk indikasinya.
7.2.
Efek samping yang timbul pada dosis terapi, jenis dan
insidennya.
7.3.
Gejala yang timbul pada dosis berlebih dan
penanggulangannya.
7.4.
Dosis maksimal.
7.5.
Bahaya
keracunan
subakut/kronik.
Diberikan kemungkinan bahaya pada pemakaian Secara
terus menerus atau berulang kali.Dijelaskan macam
bahayanya dan pembatasan Penggunaan yang perlu
diperhatikan. Bila mungkinD iberikan pula cara
mengatasinya.
7.6.
Kemungkinan terjadinya akumulasi, takifilaksis,
toleransi dan ketergantungan (fisik maupun psikis) pada
manusia. Informasi ini berkaitan dengan informasi
mengenai Bahaya keracunan subakut/kronik. Bila
disimpulkan bahwa bahaya tersebut di atas tidak ada,
maka kesimpulan tersebut harus disertai data yang
meyakinkan.
7.7.
Bukti ketepatan pemilihan spesies.
Pemilihan spesies hewan percobaan pada uji preklinis
harus dibuktikan ketepatannya dengan Membandingkan
data farmakokinetik hewan percobaan tersebut dengan
manusia, dengan titik berat pada metabolisme obat.
Terutama harus diberikan hasil evaluasi spesies hewan
percobaan pada penelitian toksisitas.
7.8.
Kemungkinan efek teratogenik, karsinogenik mutagenic
pada manusia.
Harus dijelaskan sampai dimana bukti yang telah
terkumpul ada saat obat didaftarkan.Misalnya efek
teratogenik telah ditemukan pada marmot, tapi belum
pernah ditemukan pada manusia.
7.9.
Pengaruh kelainan ginjal pada eliminasi.
Harus diutarakan bila kelainan ginjal merupakan
kontraindiksi. Arus dijelaskan pula bila diperlukan
penyesuaian dosis dalam penggunaan pada pasien dengan
kelainan ginjal. Kelainan ginjal yang dikontra-indikasikan
atau yang memerlukan penyesuaian dosis dalam
penggunaan perlu dispesifikasikan.
7.10. Pengaruh kelainan hati pada eliminasi.
Harus diutarakan bila kelainan hati merupakan
kontraindikasi. Harus dijelaskan pula bila diperlukan
penyesuaian dosis dalam penggunaan pada pasien dengan
kelainan hati. Kelainan hati yang dikontraindikasikan atau
yang memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan
perlu dispesifikasikan.
8. FORMULIRC 5.
(Uraian dan kesimpulan hasil uji biofarmasi).
8.1.
Farmakokinetik.
8.1.1. Absorpsi obat.
8.1.2. Distribusi obat.
8.1.3. Metabolisme obat.
8.1.4. Eliminasi obat.
(Uraian untuk 8 .1.1.sampai dengan 8 .1,4.
Sama dengan uraian pada hasil uji preklinis 5.2.)
8.2.
Ketersediaan/kesetaraan hayati:
Mencakup kecepatan dan jumlah zat aktif atau zat
terapeutik yang diabsorpsi dari produk obat jadinya yang
mencapai tempat kerjanya atau sirkulasi sistemik.
8.3.
Uji in vitro :
8.3.1. Test disolusi.
Mencakup kecepatan pelepasan suatu zat dari
bentuk sediaannya. Uji ini juga dimaksud untuk
mengetahui karakteristik bentuk sediaan dan
menjamin sifat yang tetap batch per batch.
8.3.2. Ikatan protein.
Untuk dapat mengetahui karakteristik obat lebih
lanjut.
9. FORMULIR D1.
(Data Administrasi).
9.1.
9.2.
9.4.