You are on page 1of 9

Implementasi Ekonomi Islam Dalam

Kebijakan Moneter dan Lembaga Keuangan

A.

Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah Negara. Biasanya otoritas moneter dipegang
oleh Bank Sentral suatu negara. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen Bank Sentral yang
sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel finansial seperti suku bunga dan
tingkat penawaran uang.. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap
factor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan
mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar,
pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas
ekonomi.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter
konvensionalyaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga
pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas
dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia.
Pelaksanaan kebijakan moneter (operasi moneter) yang dilakukan otoritas moneter sebagai pemegang kendali
money supply untuk mencapai tujuan kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan target yang akan dicapai
dan dengan instrumen apa target tersebut akan dicapai. Instrumen-instrumen pokok dari kebijakan moneter
dalam teori konvensional antara lain adalah:
Kebijakan Pasar terbuka. (Open Market Operation).
Penentuan Cadangan Wajib Minimum. (Reserve Requirement).
Penentuan Discount Rate.
Moral Suasion atau Kebijakan Bank Sentral yang bersifat persuasif berupa himbauan/bujukan moral kepada
bank.
Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaannya secara prinsip, moneter
syariah berbeda dengan yang konvensional terutama dalam pemilihan target dan instrumennya. Perbedaan yang
mendasar antara kedua jenis instrumen tersebut adalah prinsip syariah tidak membolehkan adanya jaminan
terhadap nilai nominal maupun rate return (suku bunga). Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan target
pelaksanaan kebijakan moneter maka secara otomatis pelaksanaan kebijakan moneter berbasis syariah tidak
memungkinkan menetapkan suku bunga sebagai target/sasaran operasionalnya.

1Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan


Lembaga Keuangan

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam, antara lain :

Reserve Ratio

Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %. Jika
bank sentral ingin mengontrol jumlah uang beredar, dapat menaikkan RR misalnya dari 5 persen menjadi 20 %,
yang dampaknya sisa uang yang ada pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya.

Moral Suassion

Bank sentral dapat membujuk bank-bank untuk meningkatkan permintaan kredit sebagai tanggung jawab mereka
ketika ekonomi berada dalam keadaan depresi. Dampaknya, kredit dikucurkan maka uang dapat dipompa ke
dalam ekonomi.

Profit Sharing Ratio

Ratio bagi keuntungan (profit sharing ratio) harus ditentukan sebelum memulai suatu bisnis. Bank sentral dapat
menggunakan profit sharing ratio sebagai instrumen moneter, dimana ketika bank sentral ingin meningkatkan
jumlah uang beredar, maka ratio keuntungan untuk nasabah akan ditingkatkan.
Islamic Sukuk
Adalah obligasi pemerintah, di mana ketika terjadi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan sukuk lebih banyak
sehingga uang akan mengalir ke bank sentral dan jumlah uang beredar akan tereduksi. Jadi sukuk memiliki
kapasitas untuk menaikkan atau menurunkan jumlah uang beredar. Government Investment Certificate

B.

Lembaga Keuangan

Lembaga Keuangan Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya berdasarkan pada prinsipprinsip syari'ah Islamiah. Dalam operasionalnya lembaga keuangan Islam harus menghindar dari riba, gharar dan
maisir.Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk menunaikan perintah Allah dalam bidang
ekonomi dan muamalah serta membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama
Islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta menyelesaikan masalah yang memerangkap umat Islam hari ini ,
bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap
muslim. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat diperlukan untuk
mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya
pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB) sebagai salah satu anak
perusahaan dalam lingkup Bank Mandiri. Sebagai salah satu kaki tangan Bank Mandiri yang memiliki aset
ratusan triliun dan networking yang luas, BSM memiliki beberapa keunggulan dibanding pendahulunya.
Demikian pula dengan perkembangan Politik di Aceh akhir-akhir ini menjadi blessing in disguise atau berkah
bagi BSM. Hal ini dikarenakan seluruh cabang Bank Mandiri di Aceh diserahkan kepada BSM untuk dikelola
secara syariah.

2Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan


Lembaga Keuangan

Di Indonesia sekarang ini kita mengenal lembaga keuangan Islam seperti bank muamalat Indonesia, Bank
Shariah Mandiri, Pergadaian Syariah, Bank Perkreditan Syariah (BPRS), Ansuransi Takaful, Reksadana
Syariah dan lain-lain. Lembaga ini memiliki tanggungjawab dalam merealisakan maqashid syariah dalam
aspek ekonomi. Yaitu menciptakan keadilan sosial melalui pemerataan distribusi pendapatan/kekayaan dan
mempromosikan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi umat sebagai misi utamanya. Misi ini akan tercapai
manakala konsep berbagi untung dan resiko kerugian dalam usaha bisnis dapat direalisasikan dalam usaha bisnis
sebagai pengganti sistim bunga/riba dalam perbankan konvensional. Sistim perbankan yang berbasis bunga
hanya menguntungkan pihak pemilik modal.

Peran Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan sebagai badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang keuangan mempunyai peranan
sehagai berikut:
a.

Pengalihan Aset (Asset Transfer)

Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk janjijanji untuk membayar atau dapat diartikan sebagai
pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang diatur sesuai dengan kebutuhan peminjam..
b.

Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan. Beberapa sekuritas
sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga terutama dimaksudkan untuk tujuan likuiditas.
c.

Realokasi Pendapatan (Income Reallocation)

Dalam kenyataannya di masyarakat banyak individu memiliki penghasilan yang memadai dan menyadari bahwa
di masa datang mereka akan pensiun sehingga pendapatannya jelas akan berkurang. Untuk menghadapi masa
yang akan datang tersebut mereka menyisihkan atau merealokasikan pendapatannya untuk persiapan di masa
yang akan datang.
d.

Transaksi (Transaction)

Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi keuangan misalnya rekening giro, tabungan,
deposito dan sebagainya, merupakan bagian dari sistem pembayaran.
C.

Analisi / Tanggapan

Dalam beberapa hal munculnya lembaga keuangan syariah di Indonesia semacam perbankan syariah mempunyai
arti yang penting bagi perkembangan ekonomi Islam di masa mendatang. Munculnya lembaga keuangan syariah
di Indonesia saat ini merupakan fase booming-nya ekonomi Islam secara kelembagaan. Banyak sekali perbankan
syariah, asuransi syariah dan lembaga keuangan yang mengusung nama syariah bermunculan seperti jamur di
musim hujan. Bahkan, ada asumsi kalau tidak ikut mendirikan lembaga keuangan syariah atau paling tidak
dengan cara membuka unit usaha syariah dianggap tidak mengikuti trend masa ini dan nantinya akan ditinggal
oleh umat Islam serta belum diakui keislamannya dalam berekonomi. Dan seharusnya juga juga implementasi
ekonomi islam tetap dipertahankan dan terus dikembangkan dan pemerintah seharusnya bertolak ukur dalam
3Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan
Lembaga Keuangan

masa Rasulullah dalam mengambil suatu kebijakan dan kebijakan harus menguntungkan semua pihak dari
kalangan bawah maupun kalangan atas
Ekonomi Moneter merupakan salah satu instrumen penting dalam perekonomian modern, dalam perekonomian
modern terdapat dua kebijakan perekonomian yang dijadikan instrumen oleh Pemerintah dalam menstabilkan
perekonomian suatu negara, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan Fiskal.
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah Negara. Biasanya otoritas moneter dipegang
oleh Bank Sentral suatu negara. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen Bank Sentral yang
sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel finansial seperti suku bunga dan
tingkat penawaran uang.. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap
faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang pada akhirnya akan
mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar,
pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas
ekonomi.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter dan fiskal islam tidak berbeda dengan konvensional yaitu menjaga
stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam
berhubungan dengan manusia. Hal ini disebutkan AL Quran QS.Al.Anam:152
.Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil..
Mengenai stabilitas nilai uang juga ditegaskan oleh Chapra (Al Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil),
kerangka kebijakan moneter dalam perekonomian Islam adalah stok uang, sasarannya haruslah menjamin bahwa
pengembangan moneter yang tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi
kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan sosial umum.
Dalam kebijakan ekonomi moneter dan fiskal memiliki instrumen yang dipakai ekonomi moneter dan fiskal
tersebut, oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang instrumen Kebijakan Moneter Dan Kebijakan
Fiskal Islam.

Pembahasan
1. Instrumen Kebijakan Moneter
4Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan
Lembaga Keuangan

Fokus kebijakan moneter islam lebih tertuju pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi, dimana ini
menjadi inti ekonomi islam pada semua bentuk kebijakan dan ketentuan yang diperkenankan oleh syariah.
Sebenarnya saat ini masih terus diperbincangkan instrumen apa yang sebenarnya tepat untuk dijadikan alat
dalam mencapai tujuan-tujuan sistem perekonomian Islam, khususnya dalam sektor moneter. Selain
mempertimbangkan sasaran kebijakan, perumusan atau penentuan instrumen tersebut tentu mempertimbangkan
juga sinkronisasi instrumen terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang ada dalam syariat.
Oleh karena itu, maka instrumen moneter bank syariah adalah hukum syariah. Hampir semua instrumen moneter
pelaksanaan kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya mengandung
unsur bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional yang mengandung unsur bunga (bank rates,
discount rate, open market operation dengan sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan
pada pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam.Al-Baqarah:278
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman.
Tetapi sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam masih dapat
digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and selecting credit ceiling,
moral suasion and change in monetary base. Operasi pasar terbuka dapat juga dikendalikan melaui bentuk
sekuritas berdasarkan ekuitas (equity based type of securities)
Menurut Umar Chapra mekanisme kebijakan moneter yang sesuai dengan syariah Islam harus mencakup enam
elemen yaitu:
Target Pertumbuhan M dan Mo. Setiap tahun Bank Sentral harus menentukan pertumbuhan peredaran uang (M)
sesuai dengan sasaran ekonomi nasional. Pertumbuhan M terkait erat dengan pertumbuhan Mo (high powered
money:uang dalam sirkulasi dan deposito pada bank sentral). Bank sentral harus mengawasi secara ketat
pertumbuhan Mo yang dialokasikan untuk pemerintah, bank komersial dan lembaga keuangan sesuai proporsi
yang ditentukan berdasarkan kondisi ekonomi, dan sasaran dalam perekonomian Islam. Mo yang disediakan
untuk bank-bank komersial terutama dalam bentu mudharabah harus dipergunakan oleh bank sentral sebagai
instrumen kualitatif dan kuantitatif untuk mengendalikan kredit.
Public Share of Demand Deposit (Uang giral). Dalam jumlah tertentu demand deposit bank-bank komersial
(maksimum 25%) harus diserahkan kepada pemerintah untuk membiayai proyek-proyek sosial yang
menguntungkan.
Statutory Reserve Requirement (Cadangan Wajib Minimum). Bank-bank komersil diharuskan memiliki
cadangan wajib dalam jumlah tertentu di Bank Sentral. Statutory Reserve Requirements membantu memberikan
jaminan atas deposit dan sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi bank. Sebaliknya, Bank
Sentral harus mengganti biaya yang dikeluarkan untuk memobilisasi dana yang dikeluarkan oleh bank-bank
komersial ini.
Credit Ceilings (Pembatasan Kredit). Kebijakan menetapkan batas kredit yang boleh dilakukan oleh bank-bank
komersil untuk memberikan jaminan bahwa penciptaan kredit sesuai dengan target moneter dan menciptakan
kompetisi yang sehat antar bank komersial.
5Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan
Lembaga Keuangan

Alokasi Kredit yang Berorientasi Kepada Nilai. Realisasi kredit harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat .
Alokasi kredit mengarah pada optimisasi produksi dan distribusi barang dan jasa yang diperlukan oleh sebagian
besar masyarakat. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian kredit juga diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat. Untuk itu perlu adanya jaminan kredit yang disepakati oleh pemerintah dan bank-bank komerisal
untuk mengurangi risiko dan biaya yang harus ditanggung bank.
Teknik yang Lain. Teknik kualitatif dan kuantitatif diatas harus dilengkapi dengan senjata-senjata lain untuk
merealisasikan sasaran yang diperlukan termasuk diantranya moral suasion atau himbauan moral.
Dari literatur perbankan Islam, beberapa alternatif instrumen kebijakan moneter yang dapat dipakai bank sentral
antara lain:
Government Deposits, kewenangan bank sentral untuk memindahkan demand deposit pemerintah yang ada di
bank sentral dari dan ke bank komersial untuk memberi dampak langsung pada cadangan bank-bank komersil
Mengatur nilai tukar mata uang asing bersama-sama bank sentral dan bank komersil, persetujuan tukar menukar
mata uang asing secara bersama-sama.
Common Pool, langkah ini diambil atas dasar semangat kerjasama yang mensyaratkan bank-bank komersil untuk
menyisihkan sebagian dari deposit dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk meringankan persoalan likuiditas
yang dialami sesuatu bank.
Equity-Base Instruments. Jual beli surat berharga, saham dan sertifikat bagi hasil berdasarkan penyertaan.
Instrumen ini dapat menggantikan obligasi pemerintah dalam operasi pasar.
Change In The Profit and Loss Sharing Ratio, Bank sentral mengeluarkan variasi rasio bagi hasil untuk aktivitas
mudharabah untuk bank komersial dan untuk para deposan kepada wirausahawan.
Refinance Ratio (Rasio pembiayaan kembali) menurut Dr. Siddiqi sebagai pesuatu pembiayaan yang diberikan
bank sentral kepada bank komersial sebagai bagian dari qordhul hasan yang diberikan oleh mereka.
Lending ratio. Rasio pemberian pinjaman merupakan persentase uang giral yang dapat dipinjamkan oleh bank
sentral sebagai bagian dari qordhul hasan yang diberikan oleh mereka bagi nasabah mereka .
Saat ini terdapat beberapa bank sentral, baik yang menggunakan single banking(bank Islam saja) maupun dual
banking system yang telah menciptakan dan menggunakan instrumen pengendalian moneter ataupun
menggunakan surat berharga dengan underlying pada transaksi-transaksi syariah. Prinsip transaksi syariah yang
digunakan antara lain adalah Wadiah, Musyarakah, Mudharabah, Ar-Rahn, maupun Al-Ijarah.
Prinsip Wadiah Digunakan di Indonesia berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Malaysia berupa
Wadiah Interbank Acceptance (WIA).
Prinsip Musyarakah Negara yang menggunakan mekanisme ini adalah Sudan yang dikenal sebagai Government
Musharakah Certificate (GMC) danCentral Bank Musyarakah Certificate (CMC).
Prinsip Mudharabah Negara yang menggunakan Republik Iran dikenal dengan National Participation
Paper (NPP), Bank Negara Malaysia Mudharabah Money Market Operations.
6Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan
Lembaga Keuangan

Prinsip Al Ijarah Instrumen pengendalian moneter yang digunakan antara lain Sukuk Al Ijarah. Negara-negara
yang sudah menerbitkan Sukuk dan menggunakannya sebagai instrumen pengendalian moneter antara lain
adalah Malaysia dan Bahrain.
2. Instrumen Kebijakan Fiskal
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. At-Taubah: 103)
Dalam sistem ekonomi Islam, dominasi kebijakan fiskal pemerintah di sektor riil ekonomi begitu jelas terlihat.
Hal ini juga tergambar bagaimana instrumen fiskal Islam begitu mendominasi pembahasan ekonomi para pakar
ekonomi Islam klasik. Apalagi pilar utama dan pertama Al-Quran dengan perekonomian Islam menyebutkan
mekanisme fiskal zakat menjadi syarat dalam perekonomian riil.
Ada beberapa instrumen fiskal yang menjadi alat bagi negara untuk menjalankan perekonomian menuju
kesejahteraan spiritual dan material, baik yang disyaratkan secara syariah maupun yang dilakukan sesuai
wewenang negara, seperti zakat, kharaj, jizyah dan ushur yang bersifat wajib (Obligatory) dan infaq, shodaqoh,
hibah, wakaf yang bersifat sukarela (Volutary) sedangkan ghonimah merupakan sebuah hasil yang bergantung
pada kemenangan dari sebuah peperangan yang dilakukan oleh negara. Berikut penjelasannya;
a. Zakat
Instrumen fiskal yang menjadi syarat secara syariah adalah mekanisme zakat. Asumsi awal dari bahasan ini
adalah zakat menjadi sistem yang wajib (obligatory zakat system) bukan sistem yang sukarela (volutary zakat
system). Konsekuensi dari sistem ini adalah wujudnya institusi negara yang beranama Baitul Mal (Treasury
House). Fungsi pertama dari negara Islam adalah menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup minimal (guarantee
of a minimal level of living).
Jika dikaji lebih jauh instrumen zakat dapat digunakan sebagai perisai terakhir bagi perekonomian agar tidak
terpuruk pada kondisi krisis diaman kemampuan konsumsi mengalami stagnasi (underconsumption). Zakat
memungkinkan perekonomian terus berjalan pada tingkat minimum, akibat penjaminan konsumsi kebutuhan
dasar oleh negara melalui Baitul Mal menggunakan akumulasi dana zakat. Bahakan Metwally mengungkapkan
bahwa zakat berpengaruh positif pada ekonomi, karena instrumen zakat akan mendorong investasi dan menekan
penimbunan uang (harta). Sehingga zakat memiliki andil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
makro.
b. Kharaj
Kharaj merupakan pajak khusus yang diberlakukan negara atas tanah produktif yang dimiliki rakyat. Besarnya
pajak jenis ini menjadi hak Negara dalam penentuannya. Dan negara sebaiknya menetukan besarnya pajak ini
berdasarkan kondisi perekonomian yang ada.
c. Jizyah
Jizyah (poll tax) merupakan pajak yang hanya diperuntukkan bagi warga negara bukan muslim yang mampu.
Berdasarkan banyak literature klasik ekonomi Islam , pajak jenis ini dikenakan pada warga non muslim laki-laki.
7Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan
Lembaga Keuangan

Bagi yang tidak mampu seperti mereka yang uzur, cacat dan mereka yang memiliki kendala dalam ekonomi akan
terbebas dari kewajiban ini. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi pertama dari Negara yaitu untuk memenuhi
kebutuhan minimal rakyatnya. Jadi pemenuhan kebutuhan tidak terbatasa hanya pada penduduk muslim saja.
d. Ushur
Ushur merupakan pajak khusus yang dikenakan atas barang niaga yang masuk ke Negara Islam (impor).
Menurut Umar bin Khattab, ketentuan ini berlaku sepanjang ekspor Negara Islam kepada Negara yang sama juga
dikenakan pajak ini.
e. Infaq-Shodaqoh-Wakaf
Infaq-Shodaqoh-Wakaf merupakan pemberian sukarela dari rakyat demi kepentingan umat untuk mengharapkan
riho Allah SWT semata. Pada kondisi keimanan rakyat yang begitu baik maka dapat saja (besar
kemungkinannya) penerimaan negara yang berasal dari variabel sukarela ini akan lebih besar dibandingkan
dengan variabel wajib, sepanjang faktor-faktor produksi digunakan pada tingkat yang maksimal.
f. Ghonimah
Ghonimah merupakan pendapatan Negara yang didapat dari kemenangan perang. Penggunaan uang yang berasal
dari ghonimah ini, ada ketentuannya dalam Al-Quran. Distribusi ghonimah empat perlimanya diberikan kepada
prajurit yang bertempur (mujahidin), sementara seperlimanya adalah khums, yaitu sesuai dalam Al-Quran surat
Al-Anfal:41
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya
seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqaan,
yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
g. Fay
Yaitu harta kekayaan negara musuh yang telah dikalahkan (di dapat bukan melalui peperangan atau di medan
perang), yang kemudian dimiliki dan dikelola oleh negara Islam.
h. Pajak Khusus (Nawaib)
Pajak ini penentuan pemungutannya (keberadaannya) tergantung kondisi perekonomian negara (sifatnya
sementara) dan menjadi hak prerogrative.
i. Lain-lain
Penerimaan negara dapat juga bersumber dari variabel seperti warisan yang memiliki ahli waris, hasil sitaaan,
denda, hibah atau hadiah dari negara sesama Islam, hima dan bantuan-bantuan lain yang sifatnya tidak mengikat
baik dari negara luar maupun lembaga-lembaga keuangan dunia.
Kesimpulan

8Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan


Lembaga Keuangan

Perbedaan utama instrumen kebijakan moneter konvensional dan Islam adalah Islam tidak mengakui adanya
instrumen suku bunga karena jelas dalam Alquran riba itu sangat dilarang atau haram. Hikmah pelarangan riba
agar terjadi hubungan partnership antara pemilik modal dan usaha secara adil.
Sejumlah instrumen kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam seperti Reserve
Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base, equity based type
of securities. Masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, sepanjang sesuai dengan prinsip
transaksi syariah antara lain adalah Wadiah, Musyarakah, Mudharabah, Ar-Rahn, maupun Al-Ijarah. Instrumen
kebijakan moneter yang dikelola dengan baik akan menghasilkan tingkat perekonomian yang stabil melalui
mekanisme transmisinya pada harga dan output yang pada akhirnya membawa efek pada variabel-variabel lain
seperti tenaga kerja dan pendapatan negara.
Pada instrumen kebijakan fiskal, mekanisme zakat memastikan aktivitas ekonomi dapat berjalan pada tingkat
yang minimal yaitu pada tingkat pemenuhan kebutuhan primer, sedangkan infaq-shodaqoh dan instrumen sejenis
lainnya mendorong permintaan agregat, karena fungsinya yang membantu ummat untuk mencapai taraf hidup
diatas tingkat minimum. Dan aktifitas ekonomi produktif ini bermakna sumber daya ekonomi berputar pada
tingkat yang maksimal.

9Implementasi Ekonomi Islam dalam Kebijakan


Lembaga Keuangan

You might also like