You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DAN KIMIA TANAH


PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Oleh:
Tina Nur Mahmudah
NIM A1H013006

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh
tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa
bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari
hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam
proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik
terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan demikian
tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran
bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya
tanaman.
Ilmu tanah merupakan unsur penting yang dikaji dalam dunia pertanian.
Optimalnya hasil produksi tanaman salah satunya ditentukan oleh kualitas tanah.
Kualitas tanah yang baik dapat diketahui melalui berbagai penelitian. Sampel
tanah tentu dibutuhkan dalam setiap penelitian. Pengambilan contoh atau sampel
tanah yang akan dianalisis terdiri dari tiga macam yaitu contoh tanah utuh
(undisturbed soil sample), contoh tanah tidak utuh atau terganggu (disturbed soil
sample), contoh tanah dengan agregat utuh (disturbed soil sample). Masingmasing pengambilan contoh tanah digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda.
Laporan ini membahas mengenai cara pengambilan masing-masing contoh tanah,
perbedaan dan kegunaan masing-masing contoh tanah.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu.
2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisis kimia dan
kestabilan agregat tanah (agregat stability).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil


analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai
dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu
diperhatikan.
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan
sifat-sifat yang dimiliki (Hardjowigeno, 1987).

Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh.
Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur
tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan
untuk analisis kemantapan agregat tanah.
Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan
haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal
atau luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah
kontaminasi, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang
variabilitas kesuburannya tinggi.
Contoh tanah biasa atau contoh tanah-tanah terganggu untuk penetapanpenetapan kadar air, tekstur dan konsistensi. Pengangkutan contoh tanah terutama
untuk penetapan kerapatan, pH, dan permeabilitas harus hati-hati. Guncanganguncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindarkan. Dianjurkan
untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan jumlah
tabung. Waktu penyimpanan perlu diperhatikan. Contoh tanah yang terlalu lama
dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadi pengerutan
dan aktivitas jasad mikro.
Pengambilan contoh tanah biasa atau tanah terganggu (disturbed soil)
dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya, tempat
pengambilan berdekatan atau sama dengan pengambilan contoh tanah utuh dan
pelaksanaannya mudah sekali. Contoh tanah ini untuk kepentingan analisa kimia
dan kestabilan agregat (agregat stability) dan untuk keperluan membuat contoh

tanah utuh secara simulasi atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinya
disesuaikan dengan keadaan lalmi tanah utuh dilapangan.
Tanah utuh atau tanah tidak terganggu di lapangan adalah tanah yang benarbenar utuh tidak terganggu oleh faktor luar seperti tumbukan air hujan,sehingga
dalam pengambilannya benar-benar diperlukan kehati-hatian agar tanahyang
diperoleh benar-benar utuh atau tidak terganggu.
Adapun pengambilan contoh tanah utuh adalah penting sekali karena
banyak dipakai atau diperlukan untuk berbagai analisa sifat fisik tanah, seperti :
penentuan bobot isi tanah (bulk density), total porositas tanah, permeabilitas,
penentuan pF, penentuan distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi
tanaman, dan lain-lain. Cara pengambilannya harus betul-betul diperhatikan dan
dilakukan dengan hati-hati agar tanah tersebut benarbenar asli tidak terganggu,
begitu pula cara pengirimannya.
Pada pengambilan contoh tanah agregat utuh diambil pada permukaan tanah
atau top soil (0-20 cm) sedangkan untuk pengambilan contoh tanah terganggu
diambil pada kedalaman 0-20 dan 20-40 cm. Semakin dalamnya tanah, maka tidak
ditemukan agregat utuh lagi (bongkah), yang ada hanya tanah terganggu.
Teknik pengambilan contoh tanah agregat utuh (bongkah) yaitu dengan
menggunkan cangkul untuk menggali kedalaman yaitu sekitar 0-20 cm.
Pengambilan dilakukan di dua tempatyaitu lokasi 1 dan lokasi 2. sedangkan pada
tanah terganngu menggunakan metode komposit. Tekniknya yaitu mengambil
contoh tanah pada suatu areal atau bentang lahan yang relatif homogen, disatukan
dan dicampur hingga merata, kemudian contoh tanah dianalisis.

Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed soil)dilakukan di atas


permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya, tempat pengambilan berdekatan
atau sama dengan pengambilan contoh tanah utuh dan pelaksanaannya mudah
sekali. Contoh tanah ini untuk kepentingan analisa kimiadan kestabilan agregat
(agregat stability) dan untuk keperluan membuat contohtanah utuh secara simulasi
atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinyadisesuaikan dengan keadaan lalmi
tanah utuh dilapangan.anah yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan
suatu benda alamyang bersifat kompleks atau memiliki sistem yang heterogen
karena tersusun daritiga fase, yaitu fase padat yang terdiri dari bahan-bahan
organik dan organik, fasegas yang terdiri dari udara tanah, fase yang terakhir yaitu
fase cairan yangmerupakan air tanah yang mengandung bahan-bahan terlarut di
dalamnya. Bahanorganik terdiri dari sisa-sisa tanaman dan hewan dan jasad-jasad
hidup lainnya yang bersifat makro atau mikro, yang hidup dalam tanah. Tanah
merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman sebagai gudang unsur hara,
dan sanggup menyediakanair serta udara bagi keperluan tanaman. Jumlah dan
macamnya bahan penyususuntanah tadi bisa bervariasi dari satu tempat ke tempat
lain di permukaan bumisehingga dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah
lainya.
Agregat tanah yang terambil berupa bongkahan-bongkahan tanah yang
berukuran besar terhitung sekitar 1.0 kg. yang sebelumnya dilakukan
pembersihanterhadap permukaan tanah dari rumput-rumputan atau bahan lainnya
sebelumdilakuakan pencangkualan untuk memperoleh agregat tanah Hal ini
dilakukan agar tanah yang diperoleh benar-benar tanah (biasa) tanpa tercampur

dengan yanglainnya. Selain itu juga untuk memperoleh keakuratan dalam


percobaan selanjutnya.Pengambilan tanah (biasa) dilapangan ini membutuhkan
ketelitian dan kehati-hatianagar tanah atau agregat-agregat tanah tidak rusak atau
hancur. Hal ini karena yangdiambil adalah agregat-agregat tanah bukan partikelpartikel tanahnya. Yang untuk

percobaan selanjutnya digunakan untuk

menentukan kestabilan agregat tanah. Agregat tanah antara tanah top soil dan sub
soil berbeda mulai dari warnanya, kandungannya, serta sifat fisiknya. Agegat
tanah pada tanah top soil umumnyamempunyai warna yang lebih gelap dan lebih
berat apabila ditimbang. Sedangkan pada tanah sub soil warnanya lebih terang dan
umumnya lebih ringan daripada tanah top soil.
Pengambilan contoh tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kebenaran
hasil analisis sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Ada tiga macam cara
pengambilan contoh tanah, yaitu:
1.

Contoh tanah utuh (unisturbed soil sample)


Digunakan untuk penetapan berat jenis isi (bulk density), berat jenis partikel

(particle density), porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas tanah.


2.

Contoh tanah tidak utuh/terganggu (disturbed soil sample)


Digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi,

warna tanah dan analisis kimia tanah.


3.

Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregate)


Digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan

mengkerut yang inyatakan dengan nilai COLE (coefficient of linear extensibility)

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tanah di lahan
Penggaris
Kantong plastik
Pisau
Tanah
Label
Ring sampel
Cangkul
Spidol

B. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh


a. Diameter ring sampel dan berat ring sampel diukur.
b. Lapisan tanah diratakan dan dibersihkan dari rerumputan.
c. Tanah digali sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) disekitar calon tabung
d.

tembaga diletakkan, kemudian tanah diratakan dengan pisau.


Tabung diletakkan di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan
permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang
diletakkan di atas permukaan tabung, menekan tabung sampai tiga per

e.

empat bagian masuk kedalam tanah.


Tabung lain diletakkan diatas tabung pertama dan tekan sampai 1 cm

f.

masuk kedalam tanah.


Tanah di gali di sekeliling tabung dengan pisau kemudian tanah

g.

dibersihkan pada sekitar tabung.


Kelebihan tanah di bagian atas diiris terlebih dahulu dengan hati-hati agar
permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tabung di
tutup menggunakan alumunium yang telah tersedia. Setelah itu bagian
bawah tanah diiris dengan cara yang sama dan menutup tabung dan di beri
label baik mengenai kedalaman tanah, tanggal, lokasi pengambilan contoh

tanah, dan lapisan tanah.


2. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu
a. Permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan sampah yang
b.
c.

menggangu.
Tanah digali sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.
Bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh diambil dengan hati-hati,
dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang telah disediakan dan di
beri label.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

Kel.
1
2
3
4
5

Jari-jari

Tinggi

Volume

Berat Ring +

Berat Ring + Cup

(cm)

(cm)

(cm3)

Cap (gr)

+ Tanah (gr)

2,45
2,5
2,5
2,5
2,5

5,5
5
5,5
5,5
5,5

97,06
98,125
107,94
87,43
98,125

35
35
35
35
35

180
165
190
175
165

Tabel 2.Pengambilan Contoh Tanah Terganggu


No.

Pengamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kedalaman
Warna
Struktur
Kekerasan
Kerikil
Perakaran

Lapisan I
30 cm
10R 5/4
Liat
Lunak
Banyak
Tidak ada

Sampel
Lapisan II
60 cm
10R 4/2
Liat
Lunak
Sedang
Tidak ada

B. Pembahasan

Lapisan III
90 cm
10R 4/3
Liat
Lunak
Sedikit
Tidak ada

Tanah adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri dari
benda padat ( bahan anorganik dan organik ) serta air dan udara tanah. Tanah telah
dikenal sejak awal peradaban manusia terutama setelah manusia menggunakan
tanah untuk bercocok tanam dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun pengertian tanah menurut beberap Ahli, yaitu :
1.

J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah sebagai laboratorium kimia


tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang berlangsung secara
tersembunyi.

2.

Justus Von Liebig (jerman 1840), mengajuka teori keseimbangan hara


tanaman (theory balanchesheet of plan naturation), yang menganggap tanah
sebagai tabung reaksi dimana dapat di ketahui jumlah dan jenis hara
tanamannya.

3.

Fiedrich Fallon (1855), ahli geologi tanah adalah lapisan bumi teratas yang
terbentuk dari batu-batuan yang telah lapuk.

4.

Ahli fisika bumi, A.S. Thaer (1909) tanah adalah bahan-bahan yang remah
dan lepas-lepas yang merupakan akumulasi dan campuran berbagai bahan
terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe dan unsur-unsur lainnya.

5.

Thornbury (1957), seorang ahli geomorfologi tanah sebagai bagian dari


permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang sejajar dengan
permukaaan bumi, sebagai hasil modifikasi oleh proses-proses fisik,
kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi yang bermacammacam dan bekerja selama periode tertentu.

6.

Dokuchaiev (Rusia 1855) tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan


organic dipermukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh
humus, sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad
baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk dan relief.

7.

C.F. Marbut (Rusia 1914) tanah sebagai lapisan luar kulit bumi yang
biasanya bersifat tidak padu (unconsolidated), gembur mempunyai sifat
tertentu yang berbeda dengan bahan di bawahnya dalam hal warna, struktur,
sifat-sifat fisik, susunan kimiawi, proses-proses kimia, sifat biologi dan
morfologinya.

8.

Schroeder (1984) tanah adalah hasil pengalihragaman (transformation)


bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di
bawah pengaruh factor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat
panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi
tertakrifkan (definable).

9.

SSM-USDA (1989) tanah diartikan sebagai kumpulan tubuh-tubuh alam


dipermukaan bumi yang dibeberapa tempat diubah atau dibuat oleh orang
menjadi bentuk-bentuk tertentu, yang mengandung mahkluk hidup dan
menopang atau mampu untuk tumbuh tanaman secara alami.

10.

Humphry Davy (Inggris 1913), tanah adalah sebagai laboratorium alam


yang menyediakan unsur hara bagi tanaman.

11.

Romman (Jerman !917) tanah adalah sebagai bahan batuan yang sudah di
rombak menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi

bersama-sama dengan sia-sia tumbuhan hewan yang hidup di dalam dan di


atasnya.
12.

Wenner (1918), tanah adalah hitam tipis yang menutupi bahan padat kering,
terdiri atas partikel-partikel kecil yang remah dan sisa-sisa vegetasi dan
hewan tanah adalah medium bagi tanaman.

13.

Alfred Mistscherlich (1920), tanah adalah campuran bahan padat berupa


partikel-partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

14.

Jacob S. Joffe (1949), tanah merupakan benda lam yang tersusun oleh
horison-horison yang terdiri dari bahan-bahan kimia mineral dan bahan
organik, biasanya tidak padu dan mempunyai tebal yang dapat di bedakan
dalam hal morfologi fisik,kimia dan biologinya.

Beberapa jenis-jenis tanah yang perlu diketahui, antara lain :


1.

Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu
tergenang air (rawa) dan kekurangan unsur hara, sirkulasi udara tidak lancar,
proses penghancuran tidak sempurna, kurang baik untuk pertanian. Banyak

2.

terdapat di Kalimantan, Sumatra Timur, dan Papua.


Tanah mergel adalah tanah campuran dari batuan kapur dan tanah liat yang
dikarenakan hujan yang tidak merata. Banyak terdapat di lereng
pegunungan dan dataran rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa
Tenggara.

3.

Tanah kapur (renzina) adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk kapur
yang mengalami laterisasi lemah. Banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa

4.

Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.


Tanah endapan atau tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk karena
pengendapan batuan induk dan telah mengalami proses pelarutan air. Jenis
tanah ini merupakan tanah subur dan banyak terdapat di Jawa bagian utara,

5.

Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian barat dan selatan.


Tanah terrarosa adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur. Jenis tanah ini
banyak terdapat di daerah dolina dan merupakan daerah pertanian yang
subur. Daerah persebarannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

6.

Tenggara, Maluku, dan Sumatra.


Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuhan (bahan organik),
berwarna hitam, sangat subur, cocok untuk pertanian. Banyak terdapat di

7.

Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Papua.


Tanah vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair
yang dikeluarkan gunung berapi. Jenis tanah ini sangat subur dan cocok
untuk pertanian. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah Jawa, Sumatra,

8.

Bali, Lombok, Halmahera, dan Sulawesi.


Tanah padzol adalah tanah yang terjadi karena temperature dan curah hujan
yang tinggi, sifatnya mudah basah, dan subur jika terkena air. Jenis tanah ini
berwarna kuning keabu-abuan dan cocok untuk perkebunan. Banyak

9.

terdapat di pegunungan tinggi.


Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk karena temperatur dan curah hujan
yang tinggi. Namun jenis tanah ini kurang subur dan banyak terdapat di
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat.

10.

Tanah pasir adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan sedimen dan
tidak berstruktur. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian karena sedikit
mengandung bahan organik.
Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah

dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu
dalam suatu peta tanah.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk
mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai
petunjuk

penggunaan

pupuk

dan

kapur

secara

efisien,

rasional

dan

menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah. Cara mengambil contoh tanah secara
umum dapat dilakukan sebagai berikut :
1.

Menentukan tempat pengambilan contoh tanah individu, terdapat dua cara


yaitu (1) cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan (2) cara
acak.

2.

Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik
segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.

3.

Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan contoh tanah
sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu

kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah
contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat
terdapat tanaman.
4.

Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung)
atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, contoh tanah individu
diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau
lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah
dicangkul sedalam lapisan olah.

5.

Contoh- contoh tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam
ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan
teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam
kantong plastic (contoh tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan
pecah pada saat pengiriman, kantong plastik yang digunakan rangkap
dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan
plastik dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak
kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya
dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan
plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor
contoh tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan,
nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih
baik jika contoh tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta
lokasi contoh.

6.

Informasi tambahan yang dibutuhkan antara lain penggunaan lahan ;


penggunaan pupuk, kapur, bahan organik;waktu terakhir penggunaan pupuk,
kapur atau bahan organik; kemiringan lahan; posisi/ letak pada lereng (bagian
atas tengah atau bawah); bentuk lereng (rata, cembung, atau cekung); bentuk
wilayah (datar, berombak, bergelombang atau berbukit); keadaan pertanaman;
tanaman terakhir atau sebelumnya; hasil yang telah dicapai dan yang
diinginkan. Seluruh informasi lokasi pengambilan contoh tanah dicatat dalam
formulir isian yang berlaku.
Ada beberapa metode statistik dalam pengambilan contoh tanah dalam suatu

hamparan atau bidang lahan dengan nilai ketelitian efektifitas berbeda, antara lain
pengambilan contoh acak sederhana, pengambilan contoh terstrata, pengambilan
contoh secara kelompok, pengambilan contoh sistematik.
1. Pengambilan Contoh Acak Sederhana
Aturan pengacakan tidak ada batasan dalam menentukan jumlah contoh
tanah yang dipilih. Semua titik contoh mempunyai peluang yang sama dan
saling bebas satu sama lainnya. Pengambilan contoh dengan metode SRS lebih
sederhana, mudah, dan cepat serta data yang diperoleh dapat mencerminkan
keadaan tanah yang sebenarnya, jika tanah diambil dari lahan bertopografi
datar dengan jenis tanah yang sama, yang diperkirakan sifat-sifat fisik tanahnya
homogen, atau perbedaannya tidak nyata.
2. Pengambilan Contoh secara Terstrata (StS)
Pengambilan contoh terstrata area dibagi dalam sub area, disebut strata,
masing-masing diperlukan seperti dalam SRS dengan jumlah contoh ditentukan

sebelum pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah dengan metode


Sts lebih tepat dilakukan pada areal survey secara sekuen bergerak dari dataran
tinggi sampai dataran rendah/pantai yang diperkirakan sifatnya berbeda sesuai
ketinggian tempat. Dengan pengambilan contoh terstrata berdasarkan
ketinggian tempat, maka hasil analisis tanah yang diperoleh dihaarapkan dapat
mencerminkan nilai sebenarnya.
3. Pengambilan Contoh secara Kelompok (CS)
Pengambilan contoh secara kelompok atau cluster sampling, memilih setset yang diacu sebagai kelompok-kelompok. Pada prinsipnya jumlah kelompok
pada area bisa tidak terbatas, namun tidak mungkin semua kelompok dipilih.
Dengan demikian, hanya kelompok yang terpilih perlu ditentukan, dan
pemilihan dari sebuah kelompok dapat diambil melalui pemilihan salah satu
dari titik-titiknya. Pengelompokan secara special ini mengurangi perjalanan
antara satu titik dengan titik lain di lapangan, dan mengurangi waktu yang
diperlukan. Pengambilan tanah dengan metode CS lebih tepat dilakukan pada
areal datar sampai berombak dengan jenis tanah bervariasi. Pengelompokan
berdasarkan pada kesamaan jenis tanah. Pengambilan contoh tanah tersebut
dengan cara ini diprediksi dapat memperoleh analisisdan perhitungan yang
dapat mencerminkan nilai sifat fisik tanah sebenarnya.
4. Pengambilan Contoh secara Sistematik (SyS)
Pengambilan contoh secara sistematik atau systematic sampling, yaitu
dengan pemilihan pengacakan yang dilakukan dengan membatasi set dari titik.

Perbedaan dengan CS adalah hanya satu kluster yang dipilih. Dalam hal ini
SyS merupakan kasus khusus dari CS.
Pengambilan contoh tanah terganggu, digunakan metode komposit yang
merupakan teknik pengambilan contoh tanah pada beberapa titik pengamatan atau
pengambilan yang diambil dari suatu areal atau bentang lahan yang relatif
homogen. Syarat dari tanah yang relatif homogen diantaranya adalah :
1. Terletak pada topografi atau kemiringan yang sama, tidak mengambil contoh
tanah pada kemiringan tanah yang berbeda atau permukaan tanah yang tidak
rata dan jenis tanah yang berbeda.
2. Vegetasi yang sama, tidak mengambil contoh tanah terganggu pada tanah yang
mempunyai vegetasi yang berbeda dari contoh tanah yang diambil lainnya.
3. Iklim yang sama, contoh tanah yang diambil pada 2 titik harus mempunyai
ikim atau suhu kelembaban udara yang sama untuk memperkecil hasil analisis
percobaan yang menyimpang dari keadaan sebenarnya di lapang.
4. Jenis tanah yang sama, contoh tanah yang diambil sebaiknya mempunyai jenis
yang sama untuk menggambarkan penggambaran di lapang.
Pengambilan contoh tanah utuh, yaitu langkah pertama menentukan tempat
pengambilan

contoh

tanah dimana

lokasi harus

homogen. Lalu tempat

pengambilan contoh tanah dibersihkan dari tanaman liar, setelah itu menggunakan
ring sampel ditekan kedalam permukaan tanah disekitar ring di gali dan usahakan
tidak goyang. Setelah ring keluar dibersihkan menggunakan pisau lalu dimasukan
kedalam plastik dan diberi label kedalaman tanah dan lokasi.

Gambar 4.1. Contoh Utuh


Pengambilan tanah terganggu, yaitu pada lokasi yang homogen, lahan
merupakan tanah yang biasa diolah. Pengambilan tanah menggunakan metode
silang dengan pengambilan 2 titik (metode komposit) yang berbeda dengan
kedalaman yang sama kemudian tanah dicampurkan dan dimasukan ke dalam
plastik lalu plastik diberi label kedalaman tanah, waktu, dan lokasi.

Gambar 4.2. Contoh Tanah Terganngu


Pengambilan dan persiapan contoh tanah merupakan tahap kegiatan yang
amat penting dalam keseluruhan kegiatan analisis. Kesalahan yang dilakukan
dalam tahap ini umumnya berkisar 87,8% dari kesalahan total analisis. Oleh
karena itu, kekeliruan dalam pengambilan contoh tanah membuat fatal
penganalisis dan data yang di dapat tidak ada artinya. Hal ini juga dapat terjadi
apabila pengambilan contoh tanah tidak mengikuti prosedur yang benar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah, antara lain :
1.

Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan,

2.

sisa tanaman, bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.


Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastik wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai

3.

untuk keperluan lain.


Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas
pembakaran sampah atau sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak.

Berdasarkan praktikum yang telah dlakukan pada pengambilan contoh tanah


utuh didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

Kel.
1
2
3
4
5

Jari-jari

Tinggi

Volume

Berat Ring +

Berat Ring + Cup

(cm)

(cm)

(cm3)

Cap (gr)

+ Tanah (gr)

2,45
2,5
2,5
2,5
2,5

5,5
5
5,5
5,5
5,5

97,06
98,125
107,94
87,43
98,125

35
35
35
35
35

180
165
190
175
165

Pada data diatas Berat ring + Cup + Tanah yang dihasilkan dari setiap
kelompok mempunyai perbedaan bobot isi dan kandungan air yang tersedia cukup
untuk tanaman yang tidak terlalu jauh. Dimana bobot isi (volume) pada kelompok
satu dengan yang lainnya memiliki selisih yang masih wajar dengan rata-rata
bobot isi diatas sebesar 97,376.
Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu dengan sampel yang
digunakan adalah tiga, dengan kedalaman yang digunakan berturut-turut yaitu 30
cm, 60 cm, 90cm. didapatkan hasil warna yang tidak berbeda jauh dari ketiga
lapisan yang diuji. Dari Struktur , perakaran, dan kekerasan dari ketiga buah tanah
yang diambil didapatkan hasil yang sama yaitu struktur tanah yang diambil
merupakan jenis tanah liat, dengan kekerasan tanahnya lunak, dan tidak
mengandung akar. Kerikil pada lapisan tanah pertama lebih banyak dari lapisan
tanah kedua dengan jumlah kerikil agak banyak dan pada lapisan tanah ke ketiga
jumlah kerikilnya lebih sedikit.

Kendala yang dihadapi saat praktikum adalah pada saat pengambilan contoh
tanah utuh. Kesulitannya yaitu pada saat menekan ring sampel. Karena ring
sampel yang akan dimasukkan ketanah harus lurus. Selain itu, harus mencari
tanah yang tidak berakar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengambilan contoh tanah utuh banyak dipakai atau diperlukan untuk


berbagai analisa sifat fisik tanah, seperti : penentuan bobot isi tanah (bulk
density), total porositas tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan
distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman, dan lainlain. Cara pengambilannya harus betul-betul diperhatikan dan dilakukan
dengan hati-hati agar tanah tersebut benar-benar asli tidak terganggu,
begitu pula cara pengirimannya.
2. Pada pengambilan contoh tanah agregat utuh diambil pada permukaan
tanah atau top soil (0-20 cm) sedangkan untuk pengambilan contoh tanah
terganggu diambil pada kedalaman 0-20 dan 20-40 cm. Semakin dalamnya
tanah, maka tidak ditemukan agregat utuh lagi (bongkah), yang ada hanya
tanah terganggu.

B. Saran
Diharapkan alat-alat praktikum yang bersangkutan dapat lebih lengkap lagi
untuk memaksimalkan kegiatan praktikum seperti yang tercantum di dalam
penuntun praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah. 2006. Ilmu Tanah. Swadaya, Jakarta.


Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University,
Yogyakarta.
Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo Persad,
Jakarta.
Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.in
Nugroho, Agus, dkk. 1998. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lahan
Untuk Mendukung Program Palagung 2001. HITI Komda Jawa Timur,
Malang.
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta

You might also like