Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Raden Fahmi Husaini
NIM A1H012033
A. Latar Belakang
Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis
energi. Karena, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi
dan gas alam yang sangat tinggi. Sehingga, bahan bakar fosil merupakan sumber
daya alam yang tidak terbarukan. Untuk mengatasi krisis energi masa depan,
beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah satunya adalah
energi biomassa.
Biomassa merupakan material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil
pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara
umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung, potongan katu,
sekam, sampah kertas, dan lain sebagainya.
Manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi, pada saat
manusia mengenal bahan bakar fosil. Pemanfaatan biomassa biasanya dengan cara
dibentuk briket arang. Untuk mendapatkan briket arang yang baik, diperlukan
pengukuran nilai kalor dari bahan briket atau biomassa tersebut. Alat yang
digunkan untuk mengetahui nilai kalor dari bahan adalah kalorimeter. Kalorimeter
adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan
sistem. Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator
(tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak menyerap kalor pada saat
reaksi berlangsung. Selain itu, dapat menggunakan bomb calorimeter.
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan diukur
sebagai nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/nett calorific
value. Nilai kalor suatu biomassa digunakan untuk menujukkan efisiensi bahan
tersebut dapat digunakan sebagai energi. Suatu biomassa diharapkan mempunyai
nilai kalor yang tinggi untuk digunakan sebagai energi.
Praktikum Energi dan Elektrifikasi Pertanian mengenai nilai kalor bahan
bakar ini membantu mahasiswa program studi teknik pertanian untuk mengetahui
lebih jauh bahan baku briket yang baik serta bagaimana proses pembuatan briket
arang dan pengukuran jumlah kalornya.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara menghitung energi kalor keluar.
2. Mengetahui cara menghitung energi kalor masuk.
3. Menghitung efisiensi pembakaran pada tungku biomassa.
sebagai energi atau bahan dalam jumlah yang besar. Biomassa disebut juga
sebagai fitomassa dan seringkali diartikan sebagai bioresource atau sumber
daya yang diperoleh dari hayati. Secara spesifik yang dapat dijadikan sebagai
biomassa yaitu kayu, rumput, Napier, rapessed, eceng gondok, rumput laut
raksasa, chlorella, serbuk gergaji, serpihan kayu, jerami, sekam padi, sampah
dapur, lumpur pulp, kotoran hewan dan lain sebagainya.
Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, istilah biomassa pertama kali
muncul di literatur pada tahun 1934. Journal of Marine Biology Association,yang
merupakan hasil dari ilmuwan Rusia bernama Bogorov menggunakan biomassa
sebagai tata nama. Dia mengukur bobot plankton laut (Calanus finmarchicus)
setelah
dikeringkan
yang
ia
kumpulkan
untuk
menyelidiki
perubahan
penggerusan,
pencampuran
bahan
baku,
pencetakan,
dan
Sisa-sisa hasil pertanian, seperti ampas tebu, batang dan serat jagung.
Sisa-sisa hutan, misalnya serbuk gergaji industri pengolahan kayu.
Sampah perkotaan, misalnya kertas-kertas bekas dan dedaunan kering.
Lumpur sisa pulp.
Sumber-sumber masa depan, seperti tanaman energi yang khusus ditanam.
Jenis tanaman lain yang tidak mengandung pati maupun gula yang dipakai
untuk memproduksi bioetanol.
III. METODOLOGI
1.
2.
6. Air.
7.
Termometer Infrared.
8.
9.
Kalkulator.
3.
Timbangan.
4.
Oven.
5.
Panci.
A. Prosedur Kerja
1.
Mempersiapkan
alat
dan
bahan.
2.
3.
Menimbang
serbuk
kayu
5.
6.
7.
Sisa
bahan
yang
dibakar
Melakukan perhitungan (Q
use dan Q loss).
9.
Melakukan
perhitungan
efisiensi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data yang diambil :
Massa air awal = 1 kg
Massa air akhir = 1410 gram 100 gram 370 gram = 940 gram = 0,940 kg
Massa biomassa awal = 29,4 oC
Massa biomassa akhir = 93,5 oC
Luas panci diameter dalam = d2 = (25,5)2 = 510,705 cm2
Luas panci diameter luar = d2 = (27,5)2 = 598,285 cm2
Suhu panci awal = dalam = 29 oC, Luar = 31,1 oC
Suhu panci akhir = dalam = 78 oC, Luar = 53 oC
Cp air = 4180 J/ oC kg
K
= 15 w/ moC
= 3800 w/m2 oC
=
= 0,734107086 J
Q loss = Q konduksi + Q konveksi
= - K. A (
) + h. A ( Tw- T~)
= (-15)(0,0510705)(641,1/0,003) + (3800)(0,0510765)(-15,2)
= -19317,92733
B. Pembahasan
Biomassa merupakan material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil
pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara
Untuk
mengukur
kinerja
TSHE,
telah
dibandingkan
tungku
dan
kompor
konvensional/tradisional
yang
digantikannya.
berwarna biru. Hasil pengujian menggunakan bahan bakar lain seperti kayu,
briket dan arang kayu juga memberikan hasil yang sama baiknya.
Gambar 2. Kompor gasifikasi dan nyala apinya yang diadopsi dari Belonio
3. Kompor ETAM berbentuk seperti tabung dan bentuk ini membuat
pemanasan bahan bakar menjadi lebih maksimal dan sempurna.Kompor
ETAM terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan dan
menjadi satu kesatuan, antara lain :
1. Kompor sebagai tempat tungku pembakaran bahan biomass yang
2.
3.
praktis.
Blower / Fan(3 Watt) digunakan sebagai pengubah asapmenjadi
gas energi panas (api).
Adaptor (12 volt) digunakan sebagai sumber listrik untuk blower
Kompor ETAM ini boleh dikatakan tidak memiliki kompetitor,
namun beberapa produk kompor biomass lainnya memang ada,
tetapi memiliki perbedaan dalam segi bentuk, bahan baku juga cara
pengoperasiannya.
Berikut ini beberapa kelebihan dari kompor ETAM ini, yakni :
a. Menggunakan teknologi Gasifikasi
b. Mudah dalam penggunaan.
Kadar
Abu
(%)
0,74
3,9
3.
Karbonisasi
Bonggol Jagung
Karbonisasi
7.112,87
3,2
89,57
7,23
Jenis Bahan
Serbuk gergaji
Nilai
Kalor
(kal/g)
3647,07
Kadar
Air
(%)
4,23
Kadar zat
menguap
(%)
40,87
Kadar Abu
(%)
0,62
3. Kakao
Pengaruh temperatur udara preheat terhadap pengurangan massa dan laju
pembakaran sesaat dapat dilihat pada Gambar 2. Sesuai dengan teori yang ada
bahwa pembakaran biomassa dibagi menjadi 3 tahap. Pertama tahap
pengeringan/pemanasan yang ditunjukkan dengan pengurangan massa yang
lambat. Tahap kedua devolatilisasi yang ditunjukkan dengan pengurangan
massa yang sangat cepat dan tahap ketiga pembakaran arang dengan
pengurangan massa yang kembali menjadi lambat. Semakin tinggi
temperature udara preheat maka pengurangan massa berlangsung semakin
cepat. Hal ini disebabkan adanya suplai kalor tambahan secara konveksi dari
udara masuk sehingga terjadi peningkatan perpindahan kalor ke briket dan
menyebabkan proses devolatilisasi lebih cepat terjadi.
Tabel 3. Analisis proksimasi limbah cangkang kakao
Jenis Bahan
Nilai
Kalor
Kadar Air
Kadar Volatile
Solids
Kadar Abu
Cangkang Kakao
(kal/g)
16.998
(%)
16,1
(%)
49,9
(%)
13,5
No
1.
4. Sekam Padi
Tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi padi di Indonesia seluruhnya
sekitar 55 juta ton padi. Total potensi sekam di Indonesia sendiri mencapai 13
juta ton per tahun. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data
bobot awal gabah.
Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno (1979):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
8.
9.
17270
13290
Nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu briket, ukuran partikel,
kecepatan aliran udara, jenis bahan baku dan temperatur udara pembakaran.
Berdasarkan Statistik Energi Indonesia disebutkan bahwa potensi energy
biomassa di Indonesia cukup besar, mencapai 434.008 GWh. Salah satu jenis
potensi biomassa yang belum tergarap adalah limbah cangkang kakao. Limbah
tersebut apabila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan
dapat merusak ekosistem lingkungan. Di Sumatera Barat potensi cangkang kakao
yang dapat dijadikan bahan bakar 30.250 ton bahan kering per tahun (Statistik
Dinas Perkebunan SUMBAR, 2009). Bahan bakar dari cangkang kakao ini cukup
fleksibel untuk dapat dicetak dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Nilai kalor yang terkandung dalam cangkang kakao telah memenuhi
spesifikasi bahan bakar yaitu 4060 kal/gram dengan demikian cangkang kakao
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan biobriket.
Infrared Thermometer ini cara penggunaannya hanya diarahkan ke media atau
benda yang akan diukur suhunya, maka alat ini akan membaca suhu media
tersebut. Prinsip dasar termometer inframerah adalah bahwa semua obyek
memancarkan energi infra merah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya
semakin aktif dan semakin banyak energi infra merah yang dipancarkan. Infrared
Thermometer mengukur suhu menggunakan radiasi kotak hitam (biasanya
inframerah) yang dipancarkan objek. Kadang disebut termometer laser jika
menggunakan laser untuk membantu pekerjaan pengukuran, atau termometer
tanpa sentuhan untuk menggambarkan kemampuan alat mengukur suhu dari jarak
jauh. Dengan mengetahui jumlah energi inframerah yang dipancarkan oleh objek
dan emisi nya, Temperatur objek dapat dibedakan. Alat ini biasanya dan sangat
berguna dalam pengukuran dapur tinggi/furnace dalam industri peleburan atau
suhu permukaan yang tidak memungkinkan untuk di sentuh, dan juga dalam
pemakaian umum lainnya, seperti
Suhu yang terlalu tinggi dan sulit untuk didekati ataupun disentuh,
misalnya : Furnace, thermocouple, dll.
Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi.
mengingat sangat vitalnya bidang ini bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Semakin menipisnya cadangan minyak dunia dan harga yang kadang tidak
menentu tentunya mengharuskan pemerintah dan masyarakat untuk mencari
alternatif penyelesaiannya mengingat kebutuhan akan energi akan terus meningkat
dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penggunaan energi yang tidak berbasiskan
fosil khususnya energi terbarukan perlu terus digalakkan.
Pemerintah pun telah berhasil mengadakan program konversi energi dari
minyak tanah ke LPG ukuran 3 kg untuk keperluan rumah tangga. Hal ini
tentunya cukup signifikan dalam mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Namun
demikian, dengan berbagai kendala yang dihadapi akhirnya banyak masyarakat,
khususnya di daerah pedesaan, yang tidak menggunakannya dengan berbagai
alasan. Akhirnya sebagian masyarakat memilih kembali beralih ke bahan bakar
berbasiskan biomassa yang sudah digunakan sejak jaman dahulu yaitu kayu bakar,
sekam padi, arang kayu, dan berbagai jenis biomassa lainnya. Hal ini memang
didukung dengan ketersediaan biomassa yang melimpah di daerah pedesaan.
Alat dan bahan yang dipakai pada praktikam energi biomassa anatara lain :
1.
3.
Gambar 5. Termometer
Oven digunakan untuk
infrared
mengeringkan bahan
air bahan
4.
5.
Gambar 7. panci
Timbangan digunakan untuk menguhitung massa bahan.
6.
Gambar 8. Timbangan
Kulit kakao sebagai bahan utama pembakaran
Densifikasi
Praktek yang mudah untuk meningkatkan manfaat biomassa adalah
membentuk menjadi briket atau pellet. Briket atau pellet akan memudahkan
dalam penanganan biomassa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan densitas
dan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi
3.
4.
kandungan kecil.
Anaerobic digestion
Proses anaerobic
digestion
yaitu
proses
dengan
melibatkan
dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini adalah kandungan
biomassa dalam campuran air. Pada anaerobik kering memiliki kandungan
biomassa 2530 %, sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan
5.
Salah satu teknologi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan kompor
gasifikasi biomassa. Pengertian dari gasifikasi sendiri adalah proses konversi
secara termal bahan bakar padat seperti batubara dan biomassa menjadi bahan
bakar gas. Pada proses gasifikasi ini, biomassa dibakar dengan udara terbatas,
sehingga
gas
yang
dihasilkan
sebagian
besar
mengandung
hidrogen,
kakao dan setelah air mendidih panci diangkat. Kemudian mengukur suhu dan
menghitung Q use dan Q loss.
Hasil yang diperoleh pada praktikum acara biomassa yaitu massa biomassa
awal dan akhir adalah 0,245 kg dan 0,115 kg. Suhu air dan panci awal adalah
29,4oC dan 29oC lalu suhu akhir air adalah 93,5 oC dan . Luas panci diameter
dalam dan luar yaitu 510,705 cm2 dan 598,285 cm2. Suhu panci awal luar adalah
31,1 oC; suhu panci akhir dalam adalah 78 oC dan suhu panci akhir luar adalah 53
o
C. Massa air yang menguap adalah 0,06 kg. Sedangkan Q use 0,734 dan Q loss
adalah -19317,92733. Perbedaan nilai Q use dan Q loss disebabkan karena rumus
yang digunakan untuk perhitungan berbeda sehingga parameter yang digunakan
juga berbeda.
Praktikum biomassa ini berjalan dengan lancar, namun masih terdapat
beberapa kendala yang dihadapi pada saat praktikum. Kendala-kendala tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1.
2.
Perekat adalah suatu bahan yang ditambahkan pada komposisi zat utama
untuk memperoleh sifat-sifat tertentu, misalnya kekentalan (viskositas), ketahanan
(stabilitas) dan sebagainya. Penambahan perekat pada campuran briket biomassa
adalah selain bahan yang didapat itu mudah dan terbarukan, juga bisa berfungsi
untuk membantu penyulutan awal dan sekaligus perekat terhadap pembriketan
biomassa. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai perekat antara lain
adalah :
untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan
gas alam).
3. Peningkatan penggunaan biomassa dari limbah dapat menyebabkan polusi jauh
lebih sedikit di dunia (dengan mengkonversi sampah menjadi sumber energi
yang berguna).
4. Menggunakan biomassa adalah pilihan yang lebih ramah lingkungan bila
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil dan dapat membantu
mengurangi tingkat total emisi gas rumah kaca (jika tanaman tidak dibakar
secara langsung).
5. Terbukti merupakan teknologi energi terbarukan yang mampu memberikan
hasil instan.
6. Sumber biomassa dapat ditemukan di semua negara di dunia.
7. Banyak teknologi berbeda yang dapat digunakan untuk mengkonversi
biomassa menjadi bentuk energi yang berguna.
Kelemahan dari energi biomassa antara lain:
1. Kayu masih merupakan sumber biomassa utama di dunia dan terlalu banyak
menggunakan kayu sebagai bahan bakar bisa mengakibatkan efek yang lebih
buruk untuk iklim daripada bertahan dengan bahan bakar fosil (ini dapat
dihindari dengan menggunakan limbah kayu saja dan dengan memberlakukan
peraturan yang sangat ketat berapa banyak kayu yang digunakan dan
bagaimana mereka dibakar).
bahan seperti tungku biomassa, termometer infrared, panci, air, timbangan, oven,
2.
B. Saran
Praktikum lebih bisa dikondusifkan dengan jumlah prakatikan yang
sebanyak adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan, 2009, biomassa enegi terbarukan. Statistik Dinas Perkebunan
Propinsi Sumatera Barat.
Hartoyo, A .dan Roliadi H., 1998. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima
Jenis Kayu, Laporan Penelitian hasil Hutan, Bogor.
Mursalim, W. A., 2004, Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai briket arang,
Laporan penerapan Ipteks Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat,
Universitas Hasanuddin.
Seran, J.B.1990., Bioarang untuk memasak, Edisi II, Liberti., Yogyakarta
Soeyanto ,T, 1982. Cara Membuat Sampah jadi Arang dan Kompos Yudhistira,
Jakarta
Syafii, W., 2003. Hutan Sumber Energi Masa Depan. www.kompas.co.id. Harian
kompas. Diakses 8 Desember 2014 padapukul 21.00 WIB.