You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN


ENERGI BIOMASSA

Oleh:
Raden Fahmi Husaini
NIM A1H012033

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis
energi. Karena, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi
dan gas alam yang sangat tinggi. Sehingga, bahan bakar fosil merupakan sumber
daya alam yang tidak terbarukan. Untuk mengatasi krisis energi masa depan,
beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah satunya adalah
energi biomassa.
Biomassa merupakan material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil
pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara
umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung, potongan katu,
sekam, sampah kertas, dan lain sebagainya.
Manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi, pada saat
manusia mengenal bahan bakar fosil. Pemanfaatan biomassa biasanya dengan cara
dibentuk briket arang. Untuk mendapatkan briket arang yang baik, diperlukan
pengukuran nilai kalor dari bahan briket atau biomassa tersebut. Alat yang
digunkan untuk mengetahui nilai kalor dari bahan adalah kalorimeter. Kalorimeter
adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan
sistem. Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator
(tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak menyerap kalor pada saat
reaksi berlangsung. Selain itu, dapat menggunakan bomb calorimeter.
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan diukur
sebagai nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/nett calorific

value. Nilai kalor suatu biomassa digunakan untuk menujukkan efisiensi bahan
tersebut dapat digunakan sebagai energi. Suatu biomassa diharapkan mempunyai
nilai kalor yang tinggi untuk digunakan sebagai energi.
Praktikum Energi dan Elektrifikasi Pertanian mengenai nilai kalor bahan
bakar ini membantu mahasiswa program studi teknik pertanian untuk mengetahui
lebih jauh bahan baku briket yang baik serta bagaimana proses pembuatan briket
arang dan pengukuran jumlah kalornya.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara menghitung energi kalor keluar.
2. Mengetahui cara menghitung energi kalor masuk.
3. Menghitung efisiensi pembakaran pada tungku biomassa.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari
tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung (mengacu pada produk
yang diperoleh melalui peternakan dan industri makanan) dan dimanfaatkan

sebagai energi atau bahan dalam jumlah yang besar. Biomassa disebut juga
sebagai fitomassa dan seringkali diartikan sebagai bioresource atau sumber
daya yang diperoleh dari hayati. Secara spesifik yang dapat dijadikan sebagai
biomassa yaitu kayu, rumput, Napier, rapessed, eceng gondok, rumput laut
raksasa, chlorella, serbuk gergaji, serpihan kayu, jerami, sekam padi, sampah
dapur, lumpur pulp, kotoran hewan dan lain sebagainya.
Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, istilah biomassa pertama kali
muncul di literatur pada tahun 1934. Journal of Marine Biology Association,yang
merupakan hasil dari ilmuwan Rusia bernama Bogorov menggunakan biomassa
sebagai tata nama. Dia mengukur bobot plankton laut (Calanus finmarchicus)
setelah

dikeringkan

yang

ia

kumpulkan

untuk

menyelidiki

perubahan

pertumbuhan musiman plankton. Plankton yang telah kering ini dinamakan


sebagai biomassa.
Menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material organik yang
kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain yang
jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama
tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering 75%), lignin ( 25%)
dimana dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda.
Briket adalah perubahan bentuk dari bentuk curah menjadi bentuk padat
yang dihasilkan dari pemampatan komponen penyusunnya disertai panas.
Sedangkan Briket arang adalah arang yang mempunyai bentuk tertentu,
kerapatannya tinggi, diperoleh melalui cara pengempaan arang halus yang
dicampur dengan bahan perekat misalnya pati, ter kayu, terbitumen, dan lain-lain.

Menurut Kurniawan dan Marsono (2008), briket biomassa prinsipnya sama


dengan karbon-karbon lain yang sudah beredar di masyarakat, seperti kayu, arang
sekam dan arang tempurung kelapa, yang di dalamnya masih memiliki energi
untuk pembakaran. Perbedaannya terletak pada nyala yang cepat, kuat, aman
digunakan dan lebih tahan lama pada saat dibakar. Menurut Hambali et al. (2007),
briket bioarang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud dan berasal dari
sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya
tekan tertentu.
Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan
pengarangan,

penggerusan,

pencampuran

bahan

baku,

pencetakan,

dan

pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang mempunyai


bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah
untuk meningkatkan kualitas bahan sebagai bahan bakar, mempermudah
penanganan, transportasi, dan mengurangi kehilangan bahan dalam bentuk debu
pada proses pengangkutan (Widarto dan Suryanta, 1995).
Menurut Prawirohatmojo (1976) dalam Kardianto (2009) nilai kalor suatu
bahan ditentukan oleh berat jenis dan kadar air dari bahan itu sendiri.
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan dan tumbuh sebagai
tanaman. Sumber-sumber biomassa adalah sebagai berikut (Kong 2010):
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Sisa-sisa hasil pertanian, seperti ampas tebu, batang dan serat jagung.
Sisa-sisa hutan, misalnya serbuk gergaji industri pengolahan kayu.
Sampah perkotaan, misalnya kertas-kertas bekas dan dedaunan kering.
Lumpur sisa pulp.
Sumber-sumber masa depan, seperti tanaman energi yang khusus ditanam.
Jenis tanaman lain yang tidak mengandung pati maupun gula yang dipakai
untuk memproduksi bioetanol.

III. METODOLOGI
1.
2.

A. Alat dan Bahan


Tungku pembakaran.
Serbuk kayu kasar.

6. Air.
7.

Termometer Infrared.

8.

Termometer Bola Basah dan Bola Kering.

9.

Kalkulator.
3.
Timbangan.
4.
Oven.
5.

Panci.

A. Prosedur Kerja
1.

Mempersiapkan

alat

dan

bahan.
2.

Menyiapakan air sebanyak


liter kedalam panci.

3.

Menimbang

serbuk

kayu

kasar yang akan dipakai.


4.

Melakukan pembakaran, bila


air sudah mendidih pembakaran dihentikan.

5.

Melakukan pengukuraan suhu


pada bagian yang terkena proses pembakaran (bagian dsar panci, tengah panci,
dan bagian bawah kompor, tengah dan atas kompor). Mencatat hasil
pengukuran.

6.

Melakukan pengukuran suhu


lingkungan sekitar area pembakaran.

7.

Sisa

bahan

yang

dibakar

kemudian dioven dan ditimbang.


8.

Melakukan perhitungan (Q
use dan Q loss).

9.

Melakukan

perhitungan

efisiensi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data yang diambil :
Massa air awal = 1 kg
Massa air akhir = 1410 gram 100 gram 370 gram = 940 gram = 0,940 kg
Massa biomassa awal = 29,4 oC
Massa biomassa akhir = 93,5 oC
Luas panci diameter dalam = d2 = (25,5)2 = 510,705 cm2
Luas panci diameter luar = d2 = (27,5)2 = 598,285 cm2
Suhu panci awal = dalam = 29 oC, Luar = 31,1 oC
Suhu panci akhir = dalam = 78 oC, Luar = 53 oC
Cp air = 4180 J/ oC kg
K

= 15 w/ moC

= 3800 w/m2 oC

= 2260 kj/kg = 2,26 x 106 J/kg

Massa air menguap = massa awal massa akhir


= 100 gram 940 gram = 60 gram = 0,06 kg
LHV (nilai kalor netto bahan) kakao = 4060 kal/gram
Suhu akhir panci (plat) = 78,3 oC
Ketebalan plat = 0,3 cm
Q use =

=
= 0,734107086 J
Q loss = Q konduksi + Q konveksi
= - K. A (

) + h. A ( Tw- T~)

= (-15)(0,0510705)(641,1/0,003) + (3800)(0,0510765)(-15,2)
= -19317,92733
B. Pembahasan
Biomassa merupakan material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil
pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara

umum sumber-sumber biomassa antara lain tongkol jagung, potongan katu,


sekam, sampah kertas, tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian,
limbah hutan, tinja, kotoran ternak dan lain sebagainya. Pemanfaatan biomassa
biasanya dengan cara dibentuk briket arang. Untuk mendapatkan briket arang
yang baik diperlukan pengukuran nilai kalor dari bahan briket atau biomassa
tersebut.
1.

Tungku Sehat dan Hemat Energi (TSHE-Improved cook stove) telah


dikembangkan di beberapa Negara dengan tujuan pengurangan tingkat polusi
udara di dapur (Indoor Air Pollution), efisiensi penggunaan sumber daya
biomassa, dan pengurangan emisi gas rumah kaca (karbon monoksida-CO
dan particulate matter-PM2.5). TSHE yang dikembangkan memiliki beberapa
kelemahan, yang paling utama adalah tidak adanya ukuran-ukuran kuantitatif
yang menunjukkan keunggulan dari sisi penghematan sumberdaya,
konservasi lingkungan, pengurangan polusi udara di dalam ruangan atau
pengurangan emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan tungku atau kompor
konvensional/tradisional.

Untuk

mengukur

kinerja

TSHE,

telah

dikembangkan beberapa metode pengukuran kinerja sejak tahun 1980an,


yaitu Uji Mendidihkan Air (Water Boiling Test-WBT), Uji Masak Terkontrol
(Controlled Cooking Test-CCT) dan Uji Performa di Dapur (Kitchen
Performance Test-KPT). Namun demikian, tidak setiap program TSHE
melaksanakan uji kinerja untuk ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
seperti keterbatasan biaya dan kapasitas teknis untuk melaksanakan
pengujian, serta adanya asumsi bahwa TSHE secara otomatis lebih baik

dibandingkan

tungku

dan

kompor

konvensional/tradisional

yang

digantikannya.

Gambar 1. Tungku Sehat dan Hemat Energi


2.

Salah satu desain kompor gasifikasi biomassa adalah tungku/kompor Belonio.


Kompor jenis ini telah diadopsi dan dikembangkan di Jurusan Teknik Mesin
Universitas Janabadra Yogyakarta. Kompor ini merupakan dari hasil
rancangan Alexsis Belonio yang berkewarganegaraan Filipina. Kompor ini
dapat menggunakan sekam padi sebagai bahan bakarnya. Kompor ini terdiri
dari beberapa bagian yaitu burner, reaktor gasifikasi, penampung abu, dan
blower/kipas. Fungsi blower untuk mensuplai udara ke dalam reaktor. Proses
gasifikasi terjadi di dalam reaktor, kemudian gas yang dihasilkan dibakar di
burner. Pada bagian ini terdapat lubang-lubang udara sebagai suplai tambahan
untuk proses pembakaran. Karena tidak semua sekam terbakar, artinya ada
abu yang tersisa, maka pada bagian bawah diberi penampung abu. Lamanya
kompor ini berkerja tergantung dari ukuran reaktor sebagai wadah bahan
bakarnya. Hasil pembakaran dengan kompor ini relatif bersih dan apinya

berwarna biru. Hasil pengujian menggunakan bahan bakar lain seperti kayu,
briket dan arang kayu juga memberikan hasil yang sama baiknya.

Gambar 2. Kompor gasifikasi dan nyala apinya yang diadopsi dari Belonio
3. Kompor ETAM berbentuk seperti tabung dan bentuk ini membuat
pemanasan bahan bakar menjadi lebih maksimal dan sempurna.Kompor
ETAM terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan dan
menjadi satu kesatuan, antara lain :
1. Kompor sebagai tempat tungku pembakaran bahan biomass yang
2.
3.

praktis.
Blower / Fan(3 Watt) digunakan sebagai pengubah asapmenjadi
gas energi panas (api).
Adaptor (12 volt) digunakan sebagai sumber listrik untuk blower
Kompor ETAM ini boleh dikatakan tidak memiliki kompetitor,
namun beberapa produk kompor biomass lainnya memang ada,
tetapi memiliki perbedaan dalam segi bentuk, bahan baku juga cara

pengoperasiannya.
Berikut ini beberapa kelebihan dari kompor ETAM ini, yakni :
a. Menggunakan teknologi Gasifikasi
b. Mudah dalam penggunaan.

c. Hemat Bahan Bakar.

Gambar 3. Kompor ETAM


Bahan yang bisa dijadikan biomassa energi alternatif diantaranya:
1. Bonggol Jagung
Bonggol jagung adalah juga hidrokarbon. Hidrokarbon adalah sumber
energi yang cukup banyak digunakan oleh manusia. Di Indonesia,
pemanfaatan bonggol jagung masih terbatas, padahal Indonesia adalah
produsen jagung terbesar ke-8 dunia, yakni sebanyak 12.381.561 ton pada
tahun 2007. Bonggol jagung sering dianggap hanya sebagai sampah. Pada
tahun 2002, limbah batang dan daun jagung kering adalah sebanyak 3,46
ton/ha; sedangkan pada tahun 2006, luas panen jagung adalah 11,7 juta ton.

Tabel 1. Nilai Kalor dan Proximate Analysis Bahan Baku


Nilai
Kadar Kadar Volatile
Kalor
Air
Solids
No
Jenis Bahan
(kal/g)
(%)
(%)
1. Bonggol Jagung (Awal) 3.939,34
76,55
22,71
2. Bonggol Jagung Non
4.383,86
7,27
88,84

Kadar
Abu
(%)
0,74
3,9

3.

Karbonisasi
Bonggol Jagung
Karbonisasi

7.112,87

3,2

89,57

7,23

2. Serbuk Gergaji Kayu


Besar limbah serbuk gergaji kayu yang berasal dari industri penggergajian
adalah 15% yang terdiri dari 2,5% serbuk dari unit utama, 13% serbuk dari
unit kedua dan 0,1% dari unit trimmer.
Tabel 2. Analisis proksimasi limbah serbuk gergaji
No
1.

Jenis Bahan
Serbuk gergaji

Nilai
Kalor
(kal/g)
3647,07

Kadar
Air
(%)
4,23

Kadar zat
menguap
(%)
40,87

Kadar Abu
(%)
0,62

3. Kakao
Pengaruh temperatur udara preheat terhadap pengurangan massa dan laju
pembakaran sesaat dapat dilihat pada Gambar 2. Sesuai dengan teori yang ada
bahwa pembakaran biomassa dibagi menjadi 3 tahap. Pertama tahap
pengeringan/pemanasan yang ditunjukkan dengan pengurangan massa yang
lambat. Tahap kedua devolatilisasi yang ditunjukkan dengan pengurangan
massa yang sangat cepat dan tahap ketiga pembakaran arang dengan
pengurangan massa yang kembali menjadi lambat. Semakin tinggi
temperature udara preheat maka pengurangan massa berlangsung semakin
cepat. Hal ini disebabkan adanya suplai kalor tambahan secara konveksi dari
udara masuk sehingga terjadi peningkatan perpindahan kalor ke briket dan
menyebabkan proses devolatilisasi lebih cepat terjadi.
Tabel 3. Analisis proksimasi limbah cangkang kakao

Jenis Bahan

Nilai
Kalor

Kadar Air

Kadar Volatile
Solids

Kadar Abu

Cangkang Kakao

(kal/g)
16.998

(%)
16,1

(%)
49,9

(%)
13,5

No
1.

4. Sekam Padi
Tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi padi di Indonesia seluruhnya
sekitar 55 juta ton padi. Total potensi sekam di Indonesia sendiri mencapai 13
juta ton per tahun. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data
bobot awal gabah.
Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno (1979):
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kadar air : 9,02%


Protein kasar : 3,03%
Lemak : 1,18%
Serat kasar : 35,68%
Abu : 17,17%
Karbohidrat dasar : 33,71

Komposisi kimia sekam padi menurut DTC - IPB:


a.
b.
c.
d.

Karbon (zat arang) : 1,33%


Hidrogen : 1,54%
Oksigen : 33,64%
Silika : 16,98%

Tabel 4. Nilai kalor (kj/kg) beberapa jenis biobriket


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis bio-briket dan biomassa


Briket limbah lumpur sawit
Briket bonggol jagung
Briket arang bonggol jagung
Briket bagassi
Ampas jarak (dari NTB)
Briket ampas jarak (dari B2TE-BPPT/ Tracon)
Getah jarak (gum)

Nilai kalor (kj/kg)


10896
15455
20174
17638
17550
16399 / 16624
NA

8.
9.

Kayu bakar (acasia)


Briket arang sekam

17270
13290

Nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu briket, ukuran partikel,
kecepatan aliran udara, jenis bahan baku dan temperatur udara pembakaran.
Berdasarkan Statistik Energi Indonesia disebutkan bahwa potensi energy
biomassa di Indonesia cukup besar, mencapai 434.008 GWh. Salah satu jenis
potensi biomassa yang belum tergarap adalah limbah cangkang kakao. Limbah
tersebut apabila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan
dapat merusak ekosistem lingkungan. Di Sumatera Barat potensi cangkang kakao
yang dapat dijadikan bahan bakar 30.250 ton bahan kering per tahun (Statistik
Dinas Perkebunan SUMBAR, 2009). Bahan bakar dari cangkang kakao ini cukup
fleksibel untuk dapat dicetak dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Nilai kalor yang terkandung dalam cangkang kakao telah memenuhi
spesifikasi bahan bakar yaitu 4060 kal/gram dengan demikian cangkang kakao
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan biobriket.
Infrared Thermometer ini cara penggunaannya hanya diarahkan ke media atau
benda yang akan diukur suhunya, maka alat ini akan membaca suhu media
tersebut. Prinsip dasar termometer inframerah adalah bahwa semua obyek
memancarkan energi infra merah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya
semakin aktif dan semakin banyak energi infra merah yang dipancarkan. Infrared
Thermometer mengukur suhu menggunakan radiasi kotak hitam (biasanya
inframerah) yang dipancarkan objek. Kadang disebut termometer laser jika
menggunakan laser untuk membantu pekerjaan pengukuran, atau termometer
tanpa sentuhan untuk menggambarkan kemampuan alat mengukur suhu dari jarak

jauh. Dengan mengetahui jumlah energi inframerah yang dipancarkan oleh objek
dan emisi nya, Temperatur objek dapat dibedakan. Alat ini biasanya dan sangat
berguna dalam pengukuran dapur tinggi/furnace dalam industri peleburan atau
suhu permukaan yang tidak memungkinkan untuk di sentuh, dan juga dalam
pemakaian umum lainnya, seperti

Mengukur suhu benda yang bergerak, contoh : Conveyor, Mesin, dll).

Mengukur suhu benda berbahaya, seperti : tegangan tinggi, jarak yang


tinggi dan sulit dijangkau, dll.

Suhu yang terlalu tinggi dan sulit untuk didekati ataupun disentuh,
misalnya : Furnace, thermocouple, dll.

Mendeteksi awan untuk sistem operasi teleskop jarak jauh.

Memeriksa peralatan mekanika atau kotak sakering listrik atau saluran


hotspot.

Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi.

Mendeteksi titik api/menunjukkan diagnosa pada produksi papan


rangkaian listrik.

Memeriksa titik api bagi pemadam kebakaran.

Mendeteksi suhu tubuh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dll.


Permasalahan di bidang energi tidak akan pernah habis untuk dibahas

mengingat sangat vitalnya bidang ini bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Semakin menipisnya cadangan minyak dunia dan harga yang kadang tidak
menentu tentunya mengharuskan pemerintah dan masyarakat untuk mencari
alternatif penyelesaiannya mengingat kebutuhan akan energi akan terus meningkat

dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penggunaan energi yang tidak berbasiskan
fosil khususnya energi terbarukan perlu terus digalakkan.
Pemerintah pun telah berhasil mengadakan program konversi energi dari
minyak tanah ke LPG ukuran 3 kg untuk keperluan rumah tangga. Hal ini
tentunya cukup signifikan dalam mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Namun
demikian, dengan berbagai kendala yang dihadapi akhirnya banyak masyarakat,
khususnya di daerah pedesaan, yang tidak menggunakannya dengan berbagai
alasan. Akhirnya sebagian masyarakat memilih kembali beralih ke bahan bakar
berbasiskan biomassa yang sudah digunakan sejak jaman dahulu yaitu kayu bakar,
sekam padi, arang kayu, dan berbagai jenis biomassa lainnya. Hal ini memang
didukung dengan ketersediaan biomassa yang melimpah di daerah pedesaan.
Alat dan bahan yang dipakai pada praktikam energi biomassa anatara lain :
1.

Tungku biomassa digunakan untuk membakar bahan yang akan diarangkan.

Gamabar 4 . Tungku biomassa


2.

Termometer infrared digunakan untuk mengukur suhu bahan

3.

Gambar 5. Termometer
Oven digunakan untuk

infrared
mengeringkan bahan

atau mengurangi kadar


Gambar 6. Oven

air bahan

4.

Panci digunakan sebagai tempat perebusan air.

5.

Gambar 7. panci
Timbangan digunakan untuk menguhitung massa bahan.

6.

Gambar 8. Timbangan
Kulit kakao sebagai bahan utama pembakaran

Gambar 9. Kulit kakao

Pembakaran langsung terhadap biomassa memiliki kelemahan, sehingga


pada penerapan saat ini mulai menerapkan beberapa teknologi untuk
meningkatkan manfaat biomassa sebagai bahan bakar. Beberapa penerapan
teknologi konversi yaitu:
1.

Densifikasi
Praktek yang mudah untuk meningkatkan manfaat biomassa adalah
membentuk menjadi briket atau pellet. Briket atau pellet akan memudahkan
dalam penanganan biomassa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan densitas
dan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi

(pembentukan briket atau pellet) mempunyai beberapa keuntungan yaitu


menaikkan nilai kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut,
2.

mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.


Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan
orgranik menjadi arang. Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang
mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid, methana, formik dan acetil
acid serta zat yang tidak terbakar seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gasgas yang dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan

3.

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.


Pirolisis (Pengarangan)
Pirolisis atau bisa disebut thermolisis adalah proses dekomposisi kimia
dengan menggunakan pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Proses ini
sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu roses untuk memperoleh
karbon atau arang, tetapi sebagian menyebut bahwa proses pirolisis
merupakan high temperature carbonization (HTC), lebih dari 500 oC. Proses
pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon, cairan
berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lain adalah gas berupa
karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki

4.

kandungan kecil.
Anaerobic digestion
Proses anaerobic

digestion

yaitu

proses

dengan

melibatkan

mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini


menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO 2)
serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H 2, N2, dan H2S. Proses ini
bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering

dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini adalah kandungan
biomassa dalam campuran air. Pada anaerobik kering memiliki kandungan
biomassa 2530 %, sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan
5.

biomassa kurang dari 15 % .


Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu proses konversi untuk merubah material baik
cair maupun pada menjadi bahan bakar cair dengan menggunakan temperatur
tinggi. Proses gasifikasi menghasilkan produk bahan bakar cair yang bersih
dan efisien daripada pembakaran secara langsung, yaitu hidrogen dan karbon
monoksida. Gas hasil dapat dibakar secara langsung pada internal
combustion engine atau reaktor pembakaran. Melalui proses Fische-Tropsch
gas hasil gasifikasi dapat di ekstrak menjadi metanol.
Energi biomassa penting adalam kehidupan kita karena Pertama, biomassa

berlignoselulosa merupakan sumber bahan baku yang bersifat terbarukan


(renewable resources), sehingga dapat dikembangkan secara berkelanjutan dimasa
datang. Kedua, jenis bahan bakar yang bersumber pada biomassa hampir tidak
menghasilkan emisi karbon dioksida (CO 2), karenanya berdampak sangat positif
pada lingkungan. Ketiga, bahan bakar biomassa memiliki potensi ekonomi yang
sangat menguntungkan dan signifikan, terutama jika dikaitkan dengan fenomena
menurunnya produksi dan terus meningkatnya harga bahan bakar fosil dimasa
datang. Lebih dari itu, biomassa hutan, limbah industri perkayuan dan pertanian
yang kaya akan kandungan lignoselulosa ini bukan merupakan bahan pangan,
sehingga pemanfaatannya sebagai bahan bakar dan energi tidak akan mengganggu
ketersediaan cadangan bahan makanan yang kita miliki (non edible biomass).

Salah satu teknologi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan kompor
gasifikasi biomassa. Pengertian dari gasifikasi sendiri adalah proses konversi
secara termal bahan bakar padat seperti batubara dan biomassa menjadi bahan
bakar gas. Pada proses gasifikasi ini, biomassa dibakar dengan udara terbatas,
sehingga

gas

yang

dihasilkan

sebagian

besar

mengandung

hidrogen,

karbonmonoksida, dan metana. Gas-gas tersebut kemudian direaksikan lagi


dengan oksigen (diperoleh dari udara) sehingga dihasilkan panas dari pembakaran
tersebut. Keuntungan proses gasifikasi ini adalah dapat digunakannya biomassa
yang mempunyai nilai kalor relatif rendah dan kadar air yang cukup tinggi.
Efisiensi yang dapat dicapai dengan teknologi gasifikasi sekitar 30-40%, lebih
tinggi dari teknologi pembakaran biasa. Beberapa metode gasifikasi telah
dikembangkan seperti unggun tetap (fixed bed)dan fluidisasi (fluidized bed). Tipe
unggun tetap ada dua jenis yaitu updraft dan downdraft. Pada tipe updraft aliran
biomassa dari atas ke bawah sedangkan udaranya dari bawah ke atas, sedangkan
tipe downdraft aliran biomassa dan udara dari atas ke bawah. Pada tipe fluidized
bed ada dua jenis yaitu bubling fluidized bed (BFB) dan circulating fluidized bed
(CFB). Beberapa faktor akan berpengaruh terhadap proses gasifikasi biomassa
diantaranya: kandungan energi, kadar air, dimensi dan bentuk, distribusi dimensi,
dan temperatur reaksi.
Praktikum acara tiga yaitu menghitung Q use dan Q loss pada bahan. Bahan
yang digunakanadalah kulit kelapa yang telah kering. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menimbang massa bahan yang digunkan. Selanjutnya
menyiapkan air yang akan direbus kedalam panci. Membuat api dengan kulit

kakao dan setelah air mendidih panci diangkat. Kemudian mengukur suhu dan
menghitung Q use dan Q loss.
Hasil yang diperoleh pada praktikum acara biomassa yaitu massa biomassa
awal dan akhir adalah 0,245 kg dan 0,115 kg. Suhu air dan panci awal adalah
29,4oC dan 29oC lalu suhu akhir air adalah 93,5 oC dan . Luas panci diameter
dalam dan luar yaitu 510,705 cm2 dan 598,285 cm2. Suhu panci awal luar adalah
31,1 oC; suhu panci akhir dalam adalah 78 oC dan suhu panci akhir luar adalah 53
o

C. Massa air yang menguap adalah 0,06 kg. Sedangkan Q use 0,734 dan Q loss

adalah -19317,92733. Perbedaan nilai Q use dan Q loss disebabkan karena rumus
yang digunakan untuk perhitungan berbeda sehingga parameter yang digunakan
juga berbeda.
Praktikum biomassa ini berjalan dengan lancar, namun masih terdapat
beberapa kendala yang dihadapi pada saat praktikum. Kendala-kendala tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1.
2.

Keterbatasan alat sehingga praktikum kurang efisien dan efektif.


Suasana yang ramai menjadikan kurang kondusif.

Perekat adalah suatu bahan yang ditambahkan pada komposisi zat utama
untuk memperoleh sifat-sifat tertentu, misalnya kekentalan (viskositas), ketahanan
(stabilitas) dan sebagainya. Penambahan perekat pada campuran briket biomassa
adalah selain bahan yang didapat itu mudah dan terbarukan, juga bisa berfungsi
untuk membantu penyulutan awal dan sekaligus perekat terhadap pembriketan
biomassa. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai perekat antara lain
adalah :

1. Bahan organik : molasses dan tepung tapioca


2. Bahan mineral : bentonit, kaoline, kalsium untuk semen dan gypsum
3. Tanah liat juga bisa digunakan sebagai perekat (Gunawan, 2004).
Proses pembuatan briket adalah sebagai berikut :
1. Pengarangan
Bahan atau limbah pertanian dibuat arang dengan pengarangan manual
(dibakar).
2. Pengayakan
Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan arang serbuk bahan yang
lembut dan halus.
3. Pencampuran media
Arang serbuk bahan yang telah disaring selanjutnya dicampur dengan
perbandingan tertentu. Pada saat pencampuran ditambah dengan lem kanji
sesuai kebutuhan misalnya 2,5%.
4. Pencetakan Briket Arang
Setelah bahan-bahan tersebut dicampur secara merata, selanjutnya
dimasukkan ke dalam cetakan briket dan dikempa.
5. Pengeringan
Hasil cetakan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 60 C selama 24
jam, tujuannya untuk menurunkan kandungan air pada briket, sehingga briket
cepat menyala dan tidak berasap. Suhu yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan hasil cetakan menjadi retak.
Biomassa mempunyai keunggulan dan kelemahannya, keunggulan dari
biomassa antara lain:
1. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan (tanaman dapat tumbuh
kembali pada lahan yang sama).
2. Biomassa dapat membantu mengurangi impor bahan bakar asing dan
membantu meningkatkan kemandirian energi negara (biomassa digunakan

untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan
gas alam).
3. Peningkatan penggunaan biomassa dari limbah dapat menyebabkan polusi jauh
lebih sedikit di dunia (dengan mengkonversi sampah menjadi sumber energi
yang berguna).
4. Menggunakan biomassa adalah pilihan yang lebih ramah lingkungan bila
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil dan dapat membantu
mengurangi tingkat total emisi gas rumah kaca (jika tanaman tidak dibakar
secara langsung).
5. Terbukti merupakan teknologi energi terbarukan yang mampu memberikan
hasil instan.
6. Sumber biomassa dapat ditemukan di semua negara di dunia.
7. Banyak teknologi berbeda yang dapat digunakan untuk mengkonversi
biomassa menjadi bentuk energi yang berguna.
Kelemahan dari energi biomassa antara lain:
1. Kayu masih merupakan sumber biomassa utama di dunia dan terlalu banyak
menggunakan kayu sebagai bahan bakar bisa mengakibatkan efek yang lebih
buruk untuk iklim daripada bertahan dengan bahan bakar fosil (ini dapat
dihindari dengan menggunakan limbah kayu saja dan dengan memberlakukan
peraturan yang sangat ketat berapa banyak kayu yang digunakan dan
bagaimana mereka dibakar).

2. Menggunakan banyak lahan untuk biomassa dapat menyebabkan berkurangnya


lahan untuk menanam tanaman pangan yang dapat meningkatkan kelaparan di
dunia.
3. Banyak teknologi yang digunakan untuk mengkonversi biomassa menjadi
bentuk energi yang berguna masih tidak cukup efisien dan membutuhkan biaya
yang signifikan.
4. Jika tanaman dibakar langsung, biomassa dapat menyebabkan tingkat polusi
yang sama seperti bahan bakar fosil.
Pemanfaatan biomassa untuk kehidupan sehari-hari banyak digunakan untuk
bahan bakar alternatif. Penggunaan biomassa khususnya briket banyak digunakan
karena lebih irit dalam penggunaannya dan lebih ramah lingkungan karena briket
tidak menimbulkan polusi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik
berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian dan limbah hutan, tinja, dan kotoran
ternak (Abdullah, et al. 1998).Pada praktikum biomassa ini menggunakan alat dan

bahan seperti tungku biomassa, termometer infrared, panci, air, timbangan, oven,
2.

serbuk kakao dan tempurung kelapa kasar.


Perhitungan Quse pada praktikum kali ini didapat 656,85 joule sedangkan Qloss
yang didapat adalah 9946,487 joule hasilnya lebih banyak Qloss karena pada
proses pembakaran bahan bakar tempurung kelapa dan kakao lebih bnyak terbakar
habis dan dipengaruhi oleh faktor panas jenis dan heating.

B. Saran
Praktikum lebih bisa dikondusifkan dengan jumlah prakatikan yang
sebanyak adanya.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan, 2009, biomassa enegi terbarukan. Statistik Dinas Perkebunan
Propinsi Sumatera Barat.
Hartoyo, A .dan Roliadi H., 1998. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima
Jenis Kayu, Laporan Penelitian hasil Hutan, Bogor.
Mursalim, W. A., 2004, Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai briket arang,
Laporan penerapan Ipteks Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat,
Universitas Hasanuddin.
Seran, J.B.1990., Bioarang untuk memasak, Edisi II, Liberti., Yogyakarta
Soeyanto ,T, 1982. Cara Membuat Sampah jadi Arang dan Kompos Yudhistira,
Jakarta

Syafii, W., 2003. Hutan Sumber Energi Masa Depan. www.kompas.co.id. Harian
kompas. Diakses 8 Desember 2014 padapukul 21.00 WIB.

You might also like