You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari 70% batuan sedimen,
yaitu batupasir, batugamping, batulanau, batulempung, breksi, konglomerat, dan
batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan
biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan
terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar
kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan-batuan sedimen purba
atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak batuan sedimen purba
yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya dianalogikan dengan
proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses proses sedimentasi
(fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan kompaksi, sementasi,
rekristalisasi.
Analisa profil merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan
lingkungan pengendapan dan untuk mendapatkan gambaran-gambaran paleografi
dari lingkungan pengendapan tersebut. Oleh karena itu, pada praktikum ini dijelaskan
bagaimana cara menentukan lingkungan pengendapan dari batuan sedimen.
1.2 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah dapat memahami dan juga menentukan
lingkungan pengendapan dengan melihat litologi, kandungan fosil dan struktur
sedimen yang ada.
1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Membuat grafik analisa ukuran butir berdasarkan jenis litologi yang ada
2. Menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan unit/paket urutan sedimen
yang telah ditentukan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisa profil merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan


lingkungan pengendapan dan untuk mendapatkan gambaran-gambaran paleografi
dari lingkungan pengendapan tersebut. Metode yang digunakan merupakan metode
stratigrafi asli yaitu dengan mengenali urutan vertikal dari suatu sekuen.
Analisa

sekuen

sangat

penting

dalam

mengenali

suatu

lingkungan

pengendapan. Suatu lingkungan tertentu akan mempunyai mekanisme pengendapan


tertentu pula. Oleh karena itu urutan-urutan secara vertikal (dalam kondisi normal)
akan mempunyai karakteristik tersendiri, dengan demikian suatu profil akan
diketahui perkembangan pengendapan yang terjadi dan sekaligus dapat diketahui
perkembangan cekungan.
2.1 Falsafah Dasar Analisa Profil
1. Konsep daur irama, konsep ini menyatakan bahwa sedimentasi sering
merupakan daur atau perulangan dari urutan-urutan yang sama. Contohnya
luncuran turbidit, perpindahan dari jari-jari delta secara lateral. Berbagai daur
atau irama yang diketahui adalah :
a. Banding atau interklas : ab ab ab
b. Cyclicatau simetri : abcdcba abcdcba
c. Asimetri : abc abc
2. Hukum Walter menyatakan bahwa sedimentasi, urut-urutan fasies vertikal
mencerminkan urutan lateral. Ini disebabkan karena lingkungan-lingkungan
pengendapan yang dalam suatu waktu (interval waktu) berada berdampingan
oleh proses progradasi dan terutama transgresi dan regresi yang dapat
bertumpuk, dimana satu lingkungan pengendapan berada di atas yang lain.
3. Hukum Hjulstrom, prinsip ini memungkinkan lapisan-lapisan halus yang telah
terendapkan tidak dapat tererosi oleh mungkin cepatnya arus, sehingga urutanurutan yang menghalus dan mengkasar ke atas dapat terjadi. Analisa profil dari

suatu stratigrafi batuan dapat dilakukan dengan menggunakan data outcroup,


cattind dan data well log.
4. Data Outcroup
a. Mengenal urutan vertikal dari tua ke muda ( sebaliknya).
b. Mengamati jenis alas perlapisan (sharp, kontak, erosional, gradual kontak).
c. Menggunakan ukuran butir untuk membuat pola/paket sedimen serta tebal
tipisnya lapisan yang berkembang.
d. Menentukan masing-masing unit genetik (CU, FU, Tc, Tn) untuk
menentukan paket sedimen.
e. Mengenal jenis struktur yang berkembang pada suatu siklus sedimen
f. Mengenal jenis biota atau fosil yang dapat teramati langsung di lapangan.
g. Mendeskripsi litologi untuk mengetahui komponen batuan dengan
menggunakan klasifikasi penamaan batuan yang sesuai.
h. Untuk mengetahui genesa batuan sedimen terlebih dahulu menganalisa sifat
campuran sedimen.
i. Penggunaan dalam lingkungan pengendapan untuk biostratigrafi, sekuen
stratigrafidan sebagainya.
j. Dalam melakukan analisa di usahakan menyertakan gambar dan simbol
yang mudah dimengerti.
5. Data Well Log
a.Membedakan pola kurva/tipe log untuk menentukan litologi (GR atau SP)
b.
Membedakan bentuk karakter log halus dan log kasar
c.Menggunakan pola log untuk menentukan unit genetik atau paket siklus
sedimen.
Mengenali pola umum yang berkembang pada setiap lingkungan

d.

pengendapan.
e.Sebelum membuat

korelasi

sedapat

mungkin

setiap

profil

log

mempergunakan tanda yang dapat memeberikan informasi mengenai unit


atau paket sedimen
f. Menggunakan model untuk mengetahui perkembangan cekungan, apakah
transgresi atau regresi.

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) dari suatu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam suatu sumur.
Dipandang dari segi waktu, log dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu log-log
lapangan, log transmisi dan log hasil proses.
Untuk analisa suatu profil dapat menggunakan kurva log, dimana terbagi atas
dua yaitu:
a.
b.

Log untuk penentuan lingkungan pengendapan


Log untuk menentukan litologi yang ada pada urutan batuan
Untuk penentuan lingkungan pengendapan terdapat 5 bentuk log sebagai

berikut :
1. Bentuk Cylindrical
Lingkungan eolian, greded fluvial, carbonate shelf, reef, dan submarine.
2. Bentuk Funnel shape
Lingkungan dustriutari mouth bar, klastik stand plain, barrier island, shallow
marine sheet, sanstone, carbonate shoaling upward dan submarine fun lobe.
3. Bentuk bell shaped
Lingkungan fluvial point bar some transresive shelf sand
4. Bentuk Symetrical
Lingkungan sandy offshore bar some transgresive shelf sand CU and FU units
5. Bentuk irreguler
Lingkungan fluvial floodplain, carbonate slope, klastikslope canyo fill
Ada beberapa model-model facies berbagai lingkungan pengendapan, yaitu :
a. Facies Fluviatil
Sungai Bermeander

Sungai ini mempunyai aliran yang berkelok-kelok dan pada kedua tepinya yang
berlawanan menunjukkan proses yang berbeda-beda. Pada salah satu tepi terjadi
proses erosi dan pada tepi yang lain terjadi sedimentasi ecara akresi.
Secara morfologi, sungai bermeander terdiri dari bagian-bagian, yaitu :
Point bar : pada bagian ini terjadi pengendapan secara akresi dari hasil erosi
pada tepi yang berlawanan.
Channel : selalu tergenang oleh lairan sungai, dimana pada bagian dasarnya
terdiri lag deposit berupa material-material gravelan.
Leeve : merupakan bagian tepi sungai denan tebing yang relatif lebih terjal,
mengalami erosi yang diendapkan pada point bar.
Sungai Terayam
Sungai terayam lebih banyak dijumpai pada daerah-daerah arid dan semiarid,
dimana fluktasi aliran merupakan faktor yang sangat penting. Secara umum, sungai
teranyam terdiri atas fasies-fasies :
Channnel floor: lag deposit yang kasar, ditutupi oleh trough cross bedding
yang kurang jelas.
Sekuen bar channel: trough cross bedding yang nyata dan susunan planar cross
bedding yang besar dengan orientasi arus purba yang divergen.
Sekuen bar top: susunan-susunan planar tabular cross bedding yang lebih kecil
dan lapisan tipis dari akresi vertikal yang berupa batulanau dengan struktur
laminasi berselang-seling dengan batulempung, serta batupasir cross sertifikasi
sudut rendah.
b. Fasies Kipas Lembab
Fasies ini merupakan kipas alluvial yang berkembang dalam iklim lembab.
Terjadi pada lingkungan pengendapan yang disebabkan oleh perbedaan relief yang

tinggi dan mempunyai kesamaan dengan kipas di daerah iklim kering, hanya saja
suplai air terus menerus.

c. Fasies Lacustrine
Pada umumnya danau-danau mempunyai tubuh yang kecil jika dibandingkan
dengan tubuh air laut. Namun tidak menutup kemungkinan adanya danau yang lebih
besar dari tubuh air laut, contaihnya Laut Kaspia lebih besar dari pada Teluk Persia.
Dalam kenyataanya banyak danau yang berukuran besar dan memounyai
kedalaman hingga ratusan meter. Danau yang besar banyak menyerupai lautan
dipandang dari proses fisik maupun sedimentasi. Adanya sedimentasi pelagis
umumnya dipengaruhi oleh gelombang dan khas dengan partikel sedimen berbutir
halus seperti batulempung dan batulanau.
d. Fasies Gumuk Pasir
Gumuk pasir merupakan akumulasi pasir lepas berupa gundukan yang
dihasilkan oleh arah angin yang bekerja pada suatu daerah dan mempunyai bentuk
teratur. Gumuk pasir ini dapat terbentuk di daerah yang endapannya lepas seperti
pasir pada daerah gurun atau daerah pantai.
Syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk terbentuknya gumuk pasir adalah
akumulasi pasir cukup banyak biasanya berasal dari sedimentasi sungai yang
bermuara di situ, di samping faktor-faktor lain yang juga berperan.

Struktur khas pada gumuk pasir adalah cross bedding dan ripple mark. Dari
struktur yang terbentuk karena pergeseran antara angin dengan butiran pasir, maka
dapat dipakai untuk menentukan arah angin.

e. Fasies Delta
Delta merupakan akumulasi sedimen terutama pada muara sungai maupun
danau. Secara umum akan mempunyai asosiasi antara endapan darat seperti
perlapisan pada facies fluvial dan perlapisan pada laut terbuka.
f. Fasies Estuarium
Fasies, yaitu muara yang berbentuk corong, diamna proses pembentukkannya
dipengaruhi oleh erosi lateral dan aktivitas pasang surut air laut. Tipe morfologi
estuarium ada 4 macam ; lembah sungai tenggelam, fiord, eustuarium yang dibangun
oleh bar dan eustuarium produk dari tektonik. Secara tekstrural sekuennya fining
upward. Sedangkan struktur sedimen seperti cross stratificatoin, lapisan flaser,
lapisan bergelombang, lapisan lentikuler bersama dengan bioturbasi.
g. Fasies Lagoon
Lagoon merupakan daerah dimana pada saat air pasang tergenang air laut dan
pada saat air surut ada air tertinggal pada daerah ini yang bisa bercampur dengan air
hujan atau air sungai.
h. Fasies Barrier

Barrier merupakan penghalang yang letaknya di depan pantai dan berhubungan


dengan air laut.

BAB III
PROSEDUR KERJA
1. Mewarnai litologi tiap lapisan sesuai dengan jenis litologinya
2. Menarik garis free hand pada kolom ukuran butir dan struktur sedimen serta
ekspresi topografi berdasarkan litologi tiap lapisan. Sedangkan ekspresi
topografi selalu mengarah ke litologi yang ukuran butirnya halus.
3. Menganalisis tipe genetik unit per dua lapisan dan memberikan keterangan
tambahan pada kolom genetik unit jika dijumpai sisipan atau struktur sedimen
pada lapisan batuan.
4. Menganalisis lingkungan pengendapan berdasarkan litologi, struktur sedimen
dan data genetik unit yang telah dianalisis terlebih dahulu.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tipe genetik unit pertama ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir halus
dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward
dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir
sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya
berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.
Pada tipe genetik unit kedua ini disusun oleh litologi, yaitu batulanau dan
diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan thinning
upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya menipis
keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan
prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran
butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan lempung.
Pada tipe genetik unit ketiga ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir kasar
dan dibawahnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward dan
thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini

yaitu pada lingkungan delta plain. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya dan batubara salah satu penciri dari delta plain.
Pada tipe genetik unit keempat ini disusun oleh litologi, yaitu batunapal dan
dibawahnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi dan thickening
upward, dimana ukuran butirnya sama dan lapisannya menebal keatas. Adapun
lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta plain.
Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya dan
batubara salah satu penciri dari delta plain.
Pada tipe genetik unit kelima ini disusun oleh litologi, yaitu batugamping dan
diatasnya adalah batupasir halus. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan
thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya
menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada
lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas
ukuran butirnya yang halus dan proses pembentukan batugamping.
Pada tipe genetik unit keenam ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir halus
dan diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan
thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya
menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada
lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas
ukuran butirnya yang halus dan juga dijumpai struktur sedimen laminasi pada
batupasir halus yang merupakan salah satu penciri bahwa arus di daerah tersebut
tenang.

Pada tipe genetik unit ketujuh ini disusun oleh litologi, yaitu batuserpih dan
diatasnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi dan thinning upward,
dimana ukuran butirnya sama dan lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan
pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta plain. Penentuan
lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya dan batubara
salah satu penciri dari delta plain.
Pada tipe genetik unit kedelapan ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir
halus dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening
upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir
sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya
berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.
Pada tipe genetik unit kesembilan ini disusun oleh litologi, yaitu batugamping
dan diatasnya adalah batupasir kasar. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi, dimana
ukuran butir dan lapisan sama. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping.
Pada tipe genetik unit kesepuluh ini disusun oleh litologi, yaitu batulanau dan
dibawahnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan
thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya
menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada

lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas
ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan lempung.
Pada tipe genetik unit kesebelas ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir halus
dan dibawahnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward
dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus
lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir
sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya
berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.
Pada tipe genetik unit keduabelas ini disusun oleh litologi, yaitu batugamping
dan dibawahnya adalah batulempung. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward
dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping. Selain itu,
dijumpai juga struktur sedimen bioturbasi pada batulempung.
Pada tipe genetik unit ketigabelas ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir
kasar dan diatasnya adalah batulanau. Jenis genetik unitnya yaitu finning upward dan
thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus lapisannya
menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada
lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan
atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir sedang dan

pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya berasal dari
sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang.
Pada tipe genetik unit keempatbelas ini disusun oleh litologi, yaitu batuserpih
dan diatasnya adalah batupasir halus dengan sisipan batubara. Jenis genetik unitnya
yaitu coarsening upward, dimana ukuran butirnya semakin kasar keatas. Adapun
lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta plain.
Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya dan
batubara salah satu penciri dari delta plain.
Pada tipe genetik unit kelimabelas ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir
halus dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening
upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran butirnya yang merupakan pasir
sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya
berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif sedang. Selain itu,
dijumpai struktur sedimen cross bedding pada batupasir halus.
Pada tipe genetik unit keenambelas ini disusun oleh litologi, yaitu batulanau
dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening upward
dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan pasir sedang.

Pada tipe genetik unit ketujuhbelas ini disusun oleh litologi, yaitu
batugamping dan diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya finning upward
dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping. Selain itu,
dijumpai struktur sedimen bioturbasi pada batugamping.
Pada tipe genetik unit kedelapanbelas ini disusun oleh litologi, yaitu
batuserpih dan diatasnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening
upward dan thickening upward, dimana ukuran butirnya semakin kasar lapisannya
menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada
lingkungan delta plain. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan
atas ukuran butirnya dan batubara salah satu penciri dari delta plain.
Pada tipe genetik unit kesembilanbelas ini disusun oleh litologi, yaitu
batulanau dan diatasnya adalah batupasir kasar. Jenis genetik unitnya yaitu
coarsening upward dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya
semakin kasar lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari
genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan
pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran
butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan
bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif
sedang.

Pada tipe genetik unit keduapuluh ini disusun oleh litologi, yaitu
batugamping dan diatasnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya finning upward
dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping.
Pada tipe genetik unit keduapuluh satu ini disusun oleh litologi, yaitu
batunapal dan dibawahnya adalah batupasir halus. Jenis genetik unitnya yaitu finning
upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin halus
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran pasir halus dan
lempung. Selain itu, dijumpai struktur sedimen laminasi pada batupasir halus yang
merupakan penciri bahwa arus di daerah tersebut tenang.
Pada tipe genetik unit keduapuluh dua ini disusun oleh litologi, yaitu
batuserpih dan diatasnya adalah batubara. Jenis genetik unitnya yaitu agradasi dan
thinning upward, dimana ukuran butirnya sama dan lapisan semakin menipis keatas.
Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta
plain. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran
butirnya dan batubara salah satu penciri dari delta plain.
Pada tipe genetik unit duapuluh tiga ini disusun oleh litologi, yaitu batupasir
halus dengan sisipan batubara dan diatasnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik
unitnya yaitu coarsening upward dan thinning upward, dimana semakin keatas

ukuran butirnya semakin kasar lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan


pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan
lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan
ukuran butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat
diinterpretasikan bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi
pengendapan yang relatif sedang.
Pada tipe genetik unit keduapuluh empat ini disusun oleh litologi, yaitu
batugamping dan diatasnya adalah batupasir kasar. Jenis genetik unitnya yaitu
agradasi dan thinning upward, dimana ukuran butir sama dan lapisan menipis keatas.
Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu pada lingkungan
prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran
butirnya dan proses pembentukan batugamping.
Pada tipe genetik unit keduapuluh lima ini disusun oleh litologi, yaitu
batulanau dan dibawahnya adalah batunapal. Jenis genetik unitnya yaitu coarsening
upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya semakin kasar
lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini
yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya yang halus, yaitu berukuran lanau dan lempung.
Pada tipe genetik unit keduapuluh enam ini disusun oleh litologi, yaitu
batupasir halus dan dibawahnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu
finning upward dan thickening upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya
semakin halus lapisannya menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari
genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan

pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran
butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan
bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif
sedang. Selain itu, dijumpai struktur sedimen cross bedding pada batupasir halus.
Pada tipe genetik unit keduapuluh tujuh ini disusun oleh litologi, yaitu
batugamping dan dibawahnya adalah batupasir napal. Jenis genetik unitnya yaitu
finning upward dan thickening upward, dimana ukuran butir semakin halus dan
lapisan menebal keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari genetik unit ini yaitu
pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan dari unit ini
didasarkan atas ukuran butirnya dan proses pembentukan batugamping. Selain itu,
dijumpai struktur sedimen bioturbasi pada batugamping.
Pada tipe genetik unit keduapuluh delapan ini disusun oleh litologi, yaitu
batulanau dan dibawahnya adalah batupasir sedang. Jenis genetik unitnya yaitu
finning upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya
semakin halus lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari
genetik unit ini yaitu pada lingkungan delta front. Penentuan lingkungan
pengendapan dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya. Berdasarkan ukuran
butirnya yang merupakan pasir sedang dan pasir halus maka dapat diinterpretasikan
bahwa suplai sedimennya berasal dari sungai dengan energi pengendapan yang relatif
sedang.
Pada tipe genetik unit keduapuluh sembilan ini disusun oleh litologi, yaitu
batupasir halus dan dibawahnya adalah batuserpih. Jenis genetik unitnya yaitu
coarsening upward dan thinning upward, dimana semakin keatas ukuran butirnya

semakin kasar lapisannya menipis keatas. Adapun lingkungan pengendapan dari


genetik unit ini yaitu pada lingkungan prodelta. Penentuan lingkungan pengendapan
dari unit ini didasarkan atas ukuran butirnya yang halus dan juga dijumpai struktur
sedimen laminasi pada batupasir halus yang merupakan salah satu penciri bahwa arus
di daerah tersebut tenang.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara ini adalah:
1. Hal yang paling utama yang diperhatikan dalam penentuan genetik unit dari
suatu litologi adalah perubahan ukuran butir dari litologi yang ada.
2. Lingkungan pengendapan dari litologi yang ada pada problem set ini adalah
delta plain, delta front dan prodelta.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini diberikan tambahan waktu sehingga praktikum
menjadi lebih efektif dalam menyelesaikan problem set dan menjadi lebih mengerti
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2009.

Analisa

Profil.

http://geo-tek.blogspot.co.id/2009/05/analisa-

profil_04.html. Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2015 pukul 08.42 WITA


Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin. 2015. Penuntun Praktikum Prinsip
Stratigrafi. Makassar: Teknik Geologi Universitas Hasanuddin
Tagumi. 2014. Analisa Profil. http://tagumi.mywapblog.com/analisa-frofil.xhtml.
Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2015 pukul 08.45 WITA

L
A
M
P
I
R
A
N

You might also like

  • Kata Pengantar DFTR Isi
    Kata Pengantar DFTR Isi
    Document2 pages
    Kata Pengantar DFTR Isi
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Rundown
    Rundown
    Document1 page
    Rundown
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Rundown
    Rundown
    Document1 page
    Rundown
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Rundown
    Rundown
    Document1 page
    Rundown
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document13 pages
    Bab I
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Document4 pages
    Bab I Pendahuluan
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Document3 pages
    Daftar Gambar
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document5 pages
    Tugas 1
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document2 pages
    Bab I
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Dapus
    Dapus
    Document1 page
    Dapus
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document5 pages
    Bab I
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document4 pages
    Bab Iii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document11 pages
    Bab Ii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Komponen Pada Basin Model
    Komponen Pada Basin Model
    Document4 pages
    Komponen Pada Basin Model
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document8 pages
    Bab Ii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document5 pages
    Tugas 1
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Banjir Bandang
    Banjir Bandang
    Document9 pages
    Banjir Bandang
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document1 page
    Bab Iii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Dapus
    Dapus
    Document1 page
    Dapus
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document8 pages
    Bab Ii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Banjir Bandang
    Banjir Bandang
    Document9 pages
    Banjir Bandang
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document1 page
    Bab Iii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Praktikum Res2dinv
    Praktikum Res2dinv
    Document9 pages
    Praktikum Res2dinv
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document3 pages
    Tugas 1
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document2 pages
    Bab I
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document6 pages
    Bab Ii
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Document5 pages
    Tugas 1
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Soal TP
    Soal TP
    Document2 pages
    Soal TP
    Rizki Azizah
    No ratings yet
  • Lampiran II (Istilah Endapan Placer)
    Lampiran II (Istilah Endapan Placer)
    Document8 pages
    Lampiran II (Istilah Endapan Placer)
    Rizki Azizah
    No ratings yet