Professional Documents
Culture Documents
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya adalah merkuri.
Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan
seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy
dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.
INDIKASI
a. Kavitas klas I,II,dan V
b. Pada daerah yang memiliki beban kunyah yang besar
c. Tidak mempertimbangkan estetis
KONTRAINDIKASI
a.
b.
c.
d.
Bubuk amalgam
Liquid merkuri
Bur round
Bur fissure
Bur inverted
Plastic filling
Amalgam pistol
Amalgam carver
Amalgam stopper
Burnisher
Amalgamator atau gunakan mortar dan stamper
Matrix
Alat-alat poles
Pemanipulasian Amalgam
Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan pencampuran alloy amalgam dengan merkuri. Rasio powder
alloy amalgam dengan merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1.3,6 Proses selanjutnya adalah triturasi
yaitu pengadukan powder dengan liquid yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan
pestle maupun secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul.1,3-5,8 Hasil dari proses triturasi
adalah di dapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam. Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke
dalam kavitas dengan menggunakan amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu
memberikan tekanan pada amalgam yang dapat dilakukan secara manual maupun mekanikal.3
Kondensasi dilakukan agar terdapat kontak rapat dengan dinding kavitas dan merkuri yang berlebih dapat
dikeluarkan dari amalgam serta mencegah porositas pada amalgam.2-5 Prosedur selanjutnya adalah
carving yang dilakukan segera setelah kondensasi. Jika terlambat dilakukan maka akan sulit untuk di
carving, dan terjadi kerusakan tepi.1,3 Carving bertujuan untuk mendapatkan kontur, kontak dan anatomi
yang sesuai sehingga dapat mendukung kesehatan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya. Universitas
Sumatera Utara Setelah itu dilakukan pemolesan (polishing) dengan burnisher untuk meminimalisir
korosi dan mencegah perlekatan plak. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam setelah penambalan atau setelah
tambalan cukup kuat.
Daftar isi:
1. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Edisi 3. Alih bahasa:
Tarigan R. Jakarta: EGC; 1997.p.331
2. Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th ed. St Louis: Mosby; 2002.p.288-309
3. Anusavice KJ. Phillips science of dental materials. 11th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2003.p.466-471: 521-530
PERAWATAN ORTODONTIK INTERSEPTIF
Perawatan ortodontik interseptif adalah suatu prosedur ortodontik yang dilakukan pada maloklusi yang
baru atau sedang dalam proses terjadi dengan tujuan memperbaiki ke arah oklusi normal (intercept :
mencegat atau menghalangi) Beda antara ortodontik preventif dengan ortodontik interseptif adalah pada
waktu tindakan dilakukan. Ortodontik preventif dilakukan apabila diperkirakan ada keadaan yang akan
menyebabkan terjadinya suatu maloklusi sedang ortodontik interseptif adalah suatu tindakan yang harus
segera dilakukan (fait accompli) karena terdapat suatu gejala atau proses terjadi maloklusi walau dalam
tingkatan yang ringan sehingga maloklusi dapat dihindari atau tidak berkembang.
Contoh : Gigi hilang dini (space maintainer) : ortodontik preventif dan gigi hilang dini ruang menyempit
(space regainer) : ortodontik interseptif
Lingkup perawatan ortodontik interseptif
1. Tujuan utama perawatan :
a. Lengkung gigi ideal
b. Oklusi ideal
c. Fungsional normal
2. Mengenal dan memperhatikan :
a. Perkembangan gigi
b. Perkembangan oklusi gigi
c. Tingkat dan arah perkembangan fisik
Prosedur perawatan interseptif :
Prosedur tetap (PROTAP) atau Standar Operasi (SOP) yang diperlukan pada perawatan ortodontik
interseptif adalah :
1.
Pada periode gigi bercampur proses pergantian gigi decidui dengan gigi permanen kadang terjadi
gangguan yang mengakibatkan oklusi atau relasi rahang tidak serasi. Adanya kontak prematur dapat
mengakibatkan problem terhadap gigi dan mandibula sehingga terjadi relasi dan fungsi abnormal.
Identifikasi gangguan hubungan oklusal dapat dilakukan dengan mengamati gerakan membuka-menutup
mulut dari posisi membuka lebar kemudian menutup dalam oklusi dan dalam kedudukan posisi istirahat
(Rest). Apabila di dalam gerakan terlihat relasi mid-line rahang tidak serasi atau pada TMJ teraba gerakan
yang tidak lancar (Smooth) berarti terdapat relasi dan fungsi rahang abnormal yang kemungkinan
disebabkan adanya gangguan oklusal.
2. Perawatan cross-bite anterior tahap awal
Adalah hal yang umum bila I2 rahang atas erupsi sedikit lebih lingual dari pada I1 rahang atas yang akan
terkoreksi oleh karena tekanan oklusi atau lidah. Apabila tidak dapat terkoreksi secara fisiologis,
dilakukan tindakan ortodontik interseptik. Indikasi : -Linguoversi I2 rahang atas dengan ruang cukup
-Kecenderungan Klas III ringan (Herediter) -Kecenderungan cross-bite anterior pada penderita dengan
profil straight face (lurus) oleh karena overjet yang minimal (< 2 mm) Cara perawatan dengan alat
Tongue Blade (T.B), dataran miring cekat (Acrylic)
3. Perawatan diastema anterior
BEDAH ORTHO
Kata ortognatik berasal dari kata bahasa Yunani ortho yang berarti meluruskan, dan gnathia, yang berarti
rahang. Bedah orthognatik oleh karenanya bermakna meluruskan rahang.
Bedah ortognatik adalah kelas prosedur pembedahan yang dirancang untuk meluruskan kembali struktur
kerangka rahang atas dengan satu sama lain dan dengan struktur kraniofasial lainnya.
Klasifikasi deformitas dentofasial
Deformitas maksila dapat diklasifikasikan antara lain : (1) Maksila. Maksila protrusif pertumbuhan
yang berlebih dalam arah horisontal dalam molar, kadang-kadang dengan protrusi mandibula (protrusi
bimax); (2) Defisiensi anteroposterior (AP) Maksila. Pertumbuhan maksila yang tidak adekuat dalam arah
anterior kelas III; (3) Kelebihan Maksila Vertikal. Pertumbuhan berlebih alveolus maksila dalam arah
inferior penampakan gigi dan gingival yang berlebihan, ketidakmampuan bibir menutup tanpa
ketegangan pada otot mentalis; (4) Defisiensi Maksila Vertikal. Penampakan edentulous yang
menunjukkan tidak ada gigi, gigitan dalam pada mandibula dengan ujung dagu yang menonjol, wajah
bagian bawah yang pendek; (5) Defisiensi Maksila Transversal. Etiologi : Kongenital, pertumbuhan,
traumatik, dan iatrogenik, misalnya etiologi pertumbuhan kebiasaan menghisap ibu jari, dan iatrogenik
pertumbuhan yang terbatas yang disebabkan oleh pembentukan jaringan parut palatal; (6) Celah
Alveolar, konstriksi maksila dalam dimensi transversal AP.
Deformitas mandibula yang meliputi: kelebihan AP mandibula (hyperplasia), defisiensi AP
mandibula (hypoplasia), dan asimetri AP mandibula (pergeseran garis tengah mandibula secara klinis).
Gabungan deformitas maksila mandibula, meliputi : (1) Sindrom Wajah Pendek. Brachyfacial
defisiensi pertumbuhan wajah bagian bawah dalam hal dimensi vertikal, kelas II oklusal plane mandibula
yang rendah dengan defisiensi AP mandibula, kadang-kadang dengan defisiensi maksila vertikal; (2)
Sindrom Wajah Panjang. Dolicofacial tinggi wajah bagian bawah berlebih, sudut oklusal dan
mandibular plane meningkat, sering kombinasi dengan kelebihan maksila vertikal dengan hipoplasia
mandibula; dan (3) Apertognatia. Sering dengan sindrom wajah Panjang Asimetri wajah bagian bawah.
Sedangkan deformitas dagu, terdiri dari Makrogenia dan Mikrogenia. Pergerakan temporomandibular
joint, aspek psikologis dan pergerakan lidah telah menyebabkan perbedaan dari 5 deformitas dentofasial
yang ditetapkan dari masing-masing deformitas: (i) Prognati mandibula; (ii) Prognati mandibula dengan
open bite; (iii) Defisiensi mandibula dengan sudut plane mandibula yang normal atau rendah; (iv)
Defisiensi mandibula relatif dengan sudut plane mandibula yang tinggi; dan (v) Defisiensi mandibula
absolut dengan sudut plane mandibula yang tinggi.
Indikasi Bedah orthognatik
Diskrepansi skeletal kelas II atau III yang parah, gigitan dalam pada pasien yang tidak sedang bertumbuh,
gigitan terbuka anterior yang parah, masalah dentoalveolar yang parah (terlalu parah untuk dikoreksi
dengan koreksi ortodontik semata), situasi periodontal yang sangat lemah/terganggu dan asimetri skeletal.
Ricketts (1982), mengajukan 4 keadaan spesifik yang merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan
bedah yaitu apabila : 1) perbaikan posisi dental yang diharapkan sukar dicapai dengan hanya perawatan
ortodonti, karena malposisi yang sangat parah; 2) pola skeletal yang buruk untuk kemungkinan koreksi
ortodonti yang baik; 3) hanya dengan perawatan ortodonti saja kurang dapat diperoleh estetika fasial yang
serasi; dan 4) hanya dengan perawatan ortodonsi atau restorasi yang lain tidak dapat dicapai oklusi
fungsional. Sedangkan Alexander (1986) menyatakan bahwa tindakan bedah ortognathi dapat dilakukan
apabila dengan perawatan ortodonti saja tidak dapat diperoleh keseimbangan dentoalveolar dan profil
jaringan lunak fasial.
Kontraindikasi bedah ortognatik
Semua kondisi kesehatan umum dimana semua intervensi bedah dikontraindikasikan. Ketika
keseimbangan keuntungan dan kerugian tidak langsung mengarah pada keputusan untuk merawat pasien
dengan bedah orthodonsi, seseorang dapat memutuskan untuk menunda perawatan.
Jika keluhan ringan, atau ketika pasien belum melihat perlunya untuk perawatan, maka model plaster bisa
diambil, memungkinkan penilaian perubahan di kemudian hari. Pada pasien muda, dianjurkan untuk
memungkinkan pertumbuhan yang lengkap sebelum dilakukan intervensi bedah. Pengecualian untuk ini
adalah perlakuan dari defisiensi mandibula dengan bidang miring, mandibula rendah (morfologi
konvergen), yang dapat ditangani dengan osteotomi sagital split atau osteogenesis distraksi sebelum
pertumbuhan selesai.