Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara I Pembuatan Produk dan Uji Kualitas Produk
Daging adalah mahasiswa dapat melakukan pengawetan dan pengolahan daging
dengan baik dan benar sehingga dapat memperpanjang umur simpan dan
mempertahankan kualitas daging.
B. Tinjauan Pustaka
Hasil uji Eber mengindikasikan kehadiran bakteri pembusuk pada daging
sapi saat sampai ke tangan konsumen sudah berkembang lebih cepat
dibandingkan dengan waktu dari RPH (Rumah Pemotongan Hewan) maupun
pedagang pasar. Seperti diketahui kebusukan daging sapi dapat terjadi karena
aktivitas mikroorganisme, ketersediaan oksigen dari lingkungan tempat
menyimpan daging, dan kandungan nutrisi dalam daging. Kebusukan ini identik
dengan adanya aktivitas bakteri pembusuk yang sudah berkembang relatif besar
pada daging saat sampai ke tangan konsumen, mengakibatkan kerusakan daging
di tandai oleh terbentuknya senyawa berbau busuk seperti amonia H2S, indol dan
amin, yang merupakan hasil pemecahan protein dari mikroorganisme.
Pembusukan daging juga berarti penguraian bakterial terhadap bahan-bahan
organis secara intensif, yang antara lain membentuk gas-gas berbau, sehingga
sangat berpengaruh terhadap turunnya nilai gizi dari daging Dengan demikian,
maka nilai gizi daging sapi pada saat sampai ke tangan konsumen sudah mulai
berkurang, akibat dari proses pembusukan. Penurunan nilai gizi pada daging
akibat proses pembusukan juga memungkinkan diikuti oleh ancaman keracunan
bagi konsumen. Penurunan nilai gizi pada daging saat sampai di tangan konsumen
telah dikonfirmasi oleh peningkatan nilai VRS (Volatile Reducing Substance)
yang menggambarkan terjadinya degradasi komponen lemak yang disebabkan
dan
digoreng
setengah
matang
lalu
dibekukan
untuk
yang perlu
diperhatikan agar dapat dihasilkan daging beku yang berkualitas tinggi. Pada
pelayuan daging terjadi denaturasi protein yang mengakibatkan keempukan
daging meningkat, tetapi sebaliknya water holding capacity (WHC) daging
menurun yang mengakibatkan cooking lost meningkat. Lama pelayuan daging
sebelum dibekukan akan meningkatkan jumlah cairan daging segar (weep) dan
cairan daging beku (drip) yang keluar pada saat pencairan kembali (thawing),
C. Metodologi Percobaan
1. Alat
a. Chicken Nugget
- Pisau
- Talenan
- Blender
- Pengukus
- Wadah/Baskom
- Pengaduk (mixer)
- Kompor
- Wajan
b. Furikake
- Wajan
- Panci
- Kompor
- Piring/Baskom
- Pengaduk
c. Bakso
- Pisau
- Panci
- Penumbuk
- Talenan
- Blender
- Kompor
d. Uji pH
- Pisau
- Tempat Film
- Pengaduk
- Pipet ukur 5 ml
- Kertas pH/lakmus
e. Uji Eber
- Tabung reaksi 25 ml
- Pinset
- Pipet ukur 10 ml
- Gunting/ Pisau
- Kawat steril
- Sumbat
f. Uji Boraks
- Cawan porselin
- Mortir
- Korek
2. Bahan
a. Chicken Nugget
- Daging dada ayam
- Garam
- Air es
- Tepung panir
- Polifosfat
- Daging beku
- Daging refrigerasi
f. Uji Boraks
- Bakso
- Boraks murni
- Spiritus
3. Cara Kerja
a. Chicken Nugget
Daging ayam
Dicampur garam 3,2 gr, polypospat 0,15% (1,25gr)
Didiamkan 5-10 menit
Tambah bawang putih 1, lada 1,5 gr, air es 44 ml, tepung terigu 15 gr
Dicampur (mixing)
Dikukus
Dipotong-potong
Dibalut tepung panir
Digoreng
Diuji organoleptik
b. Furikake
Ikan tongkol
Daging disuwir-suwir
Uji organoleptik
c. Bakso
Daging sapi
Digiling lembut
Haluskan bumbu-bumbu
Ditambah kanji, campur homogeny dan tekstur
halus
Dibentuk bulat-bulat
Uji organoleptik
d. Uji pH
Daging sapi
Diambil 3 gram
Dicairkan
e. Uji Eber
Daging sapi
f. Uji Boraks
Bakso sapi
Ambil sebagian
Gambar
Keterangan
Warna = Coklat keemasan
Rasa = gurih
Aroma = harum daging
Tekstur = kenyal
Kelompok 1
dan 2
Bakso
Kelompok 3
dan 4
Chicken
Nugget
Kelompok 5
dan 6
Furikake
Kelompok 7
dan 8
Bakso
5.
Kelompok 9
dan 10
Chicken
Nugget
Kelompok 11
dan 12
Furikake
Warna = Kuningkecoklatan
Rasa = enak
Aroma = amis, ikan
Tekstur = kering
Ket.
0
Daging Bening,
Segar tidak
gelembung
2
4
Bening, Ada Daging
gelembung
busuk
Daging Bening,
Refri
tidak
gelembung
Bening,
Bergelemb Banyak
Tidak
ada ung sedikit keluar asap,
gelembung
dan keluar sedikit
asap
gelembung
Daging Bening,
Beku
tidak
gelembung
Bening,
Bening,
Sedikit asap
Tidak
ada tidak ada
gelembung
gelembung
Daging Bening,
Beku
tidak
gelembung
Bening,
Bening,
Sedikit asap
Tidak
ada tidak ada
gelembung
gelembung
Daging Bening,
Rigor tidak
gelembung
Daging Bening,
Segar tidak
gelembung
Bening,
Daging
Tidak
ada busuk
gelembung
Daging Bening,
Refri
tidak
gelembung
Bening,
Bergelemb Banyak
Tidak
ada ung sedikit keluar asap,
gelembung
dan keluar sedikit
asap
gelembung
Daging Bening,
Refri
tidak
gelembung
Bening,
Bergelemb Banyak
Tidak
ada ung sedikit keluar asap,
gelembung
dan keluar sedikit
asap
gelembung
1 dan 5
7
Daging
busuk
Daging
busuk
Semakin
lama
daging
busuk
Semakin
lama
banyak
keluar
asap
Semakin
lama
keluar
asap
Semakin
lama
keluar
asap
Semakin
lama
daging
busuk
Semakin
lama
daging
busuk
Semakin
lama
banyak
keluar
asap
Semakin
lama
banyak
keluar
asap
10
Daging Bening,
Beku
tidak
gelembung
Bening,
Bening,
Sedkit asap
Tidak
ada tidak ada
gelembung
gelembung
11
Daging Bening,
Rigor tidak
gelembung
12
Daging Bening,
Rigor tidak
gelembung
Semakin
lama
keluar
asap
Semakin
lama timbl
perubahan
warna
Semakin
lama
timbul
perubahan
warna
Daging Segar
Keterangan
Daging Refri
Daging Beku
Daging Beku
Daging Rigor
Daging Segar
8
9
Daging Refri
Daging Refri
6
6
7
6
7
5
8
8
10
Daging Beku
5,5
5.5
11
Daging Rigor
4
-
7
-
Pd hari ke-4
daging sudah
busuk tidak bs
diamati lagi
pH naik pada
hari ke-2 dan
turun hingga
hari ke-7
pH
naik
kemudian
turun
pH
turun
kemudian naik
pH
turun
kemudian naik
pH naik dan
stabil
pH naik
pH
turun
kemudian naik
pH cenderung
stabil
pH stabil, naik
12
Daging Rigor
Sumber: Laporan Sementara
Tabel 1.4 Hasil Uji Boraks
Kel.
Sampel
1
2
3
4
5
6
Hasil Boraks
Keterangan
Bakso
Bermerek
Tidak ada
Bakso Tidak
Bermerek
Tidak ada
Tidak ada
7
Bakso Eceran
8
9
Bakso Pasar
10
11
Bakso Kantin
12
Sumber: Laporan Sementara
Tidak ada
Tidak ada
Pembahasan:
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
pengolahan jaringan tersebut yang dapat dimakan serta tidak menimbulkan gangguan
kesehatan bagi yang memakannya. Daging pada umumnya memiliki sifat yang
mudah rusak sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk mempertahankan nilai gizi.
Usaha yang perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu atau nilai gizinya adalah
pengolahan dan menciptakan variasi produk-produk baru. Salah satunya produk
olahan dari daging adalah nugget. Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling
yang dibumbui, kemudian diselimuti oleh perekat tepung, pelumuran tepung roti
(breading), dan digoreng setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan
mutunya selama penyimpanan (Permadi, 2011).
Produk nugget dapat dibuat dari daging sapi, ayam, ikan, dan lain-lain, tetapi
yang populer di masyarakat adalah nugget ayam. Bahan baku daging untuk nugget,
dapat menggunakan bagian daging dari karkas yangbernilai ekonomis rendah (karena
cacat, bukan karena rusak atau tidak segar) jika dijual dalam bentuk utuh. Tepung
panir ditambahkan guna memberika tekstur yang baik pada nugget. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, panelis menyukai rasa dari nugget ayam yang dibuat. Warna nugget
agam yang sudah digoreng juga disukai oleh panelis karena berwarna cokelat
keemasan merata. Aroma disukai panelis karena aroma nugget yang khas ayam dapat
tercium oleh panelis. Tekstur nugget yang kenyal dan padat sangat disukai oleh
panelis.
Yang mempengaruhi organoleptik dari nugget adalah warna, rasa, aroma, dan
tekstur. Rasa yang cenderung gurih dikaitkan dengan panelis yang sudah biasa
mengkonsumsi nugget hewani yang rasa dominannya gurih. Warna merupakan unsur
penting dalam makanan sama seperti rasa, karena pada umumnya tingkat kesukaan
panelis dapat dipengaruhi dari segi parameter warna produk dan warna yang sesuai
diperlukan dalam kelengkapan rasa yang dibutuhkan kedalam hasil produksi. Warna
juga merupakan salah satu faktor penentu mutu bahan pangan. Baik tidaknya cara
pencampuran atau pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna seragam dan
merata. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna
yaitu pigmen yang secara alami terdapat dalam bahan pangan hewani dan nabati.
Rasa merupakan faktor yang penting untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu
bahan makanan. Jenis rasa terdiri dari asin, manis, pahit, asam, dan umami (gurih).
Penilaian atribut tersebut ditentukan oleh komposisi bahan dan proses produksi yang
digunakan. Warna dan penambahan bumbu yang baik bila tidak diikuti oleh rasa yang
enak pada suatu bahan makanan, maka makanan tersebut tidak akan dapat diterima
oleh panelis (Setyohadi, 2013).
Daging ayam yang segar tidak berlendir, tidak amis dan kasat. Untuk
menyimpan daging ayam agar tetap segar yaitu setelah dibeli segera disimpan dalam
keadaan beku atau lebih baik langsung dimasak untuk menghindari pertumbuhan
Otot yaitu terkait ternak yang masih hidup. Daging diperoleh dari otot.
Pengertian daging secara umum seluruh jaringan pada tubuh ternak yang layak
dikonsumsi dan tidak menggangu kesehatan ternak secara fisik. Secara praktik daging
adalah otot yang melekat pada rangka hewan. Daging segar yang tidak langsung
dimasak sebaiknya disimpan dengan keadaan beku dalam lemari pendingin bersuhu
-1 sampai -3oC. Jika daging kotor sebaiknya jangan dicuci, namun potong saja bagian
yang kotor.
Hasil uji organoleptik dari bakso yang dibuat pada praktikum dapat diukur
berdasarkan rasa, warna, aroma, tekstur, kekenyalan, kekerasan. Rasa dari bakso yang
dibuat adalah dominan merica. Rasa yang terlalu pedas tidak disukai oleh panelis.
Warna bakso yang pucat tidak disukai oleh panelis. Aroma bakso yang dibuat khas
daging sapi, sehingga cukup disukai panelis. Tekstur bakso empuk, namun sulit
digigit serta permukaannya tidak beraturan seperti bakso yang bulat pada umumnya.
Secara keseluruhan, bakso yang dibuat pada praktikum tidak disukai oleh panelis.
Pemeriksaan awal pembusukan daging dilakukan dengan uji eber. Jika terjadi
kebusukan, maka pada uji ini ditandai dengan terjadi pengeluaran asap di dinding
tabung reaksi, dimana rantai asam amino akan terputus oleh asam kuat (HCl)
sehingga terbentuk gas NH4Cl. Daging diberi perlakuan segar, refri, dan rigor mortis
(beku dan refri). Dari hasil praktikum, pada uji eber daging dengan perlakuan
penyimpanan segar sudah teradi kerusakan pada hari ke 3. Yaitu ditandai dengan
keluar banyak asap saat pengujian, untuk hari 5 dan 7 daging sudah tidak dapat diuji
karena sudah sangat busuk dengan munculnya belatung. Sedangkan untuk daging
denga perlakuan refri mulai terjadi kerusakan pada hari ke 3, dan semakin rusak pada
hari ke 5 dan 7. Untuk rigor mortis refri sudah mulai muncul asap pada hari ke 3
sampai ke 7. Sedangkan daging beku dan rigor mortis (beku) tidak menunjukkan
kerusakan atau muncul asap sejak hari 0 sampai hari ke 7. Sehingga penyimpanan
daging segar yang baik agar tidak rusak adalah pada suhu beku.
Nilai pH daging (otot bergaris melintang atau otot skeletal) saat hewan hidup
sekitar 7,0-7,2 (pH netral). Setelah hewan disembelih (mati), nilai pH dalam otot (pH
daging) akan menurun akibat adanya akumulasi asam laktat. Penurunan nilai pH
pada otot hewan yang sehat dan ditangani dengan baik sebelum pemotongan akan
berjalan secara bertahap, yaitu dari nilai pH sekitar 7,0-7,2 akan mencapai nilai pH
menurun secara bertahap dari 7,0 sampai 5,6 5,7 dalam waktu 6-8 jam postmortem
dan akan mencapai nilai pH akhir sekitar 5,5-5,6. Nilai pH akhir (ultimate pH value)
adalah nilai pH terendah yang dicapai pada otot setelah pemotongan. Nilai pH
daging tidak akan pernah mencapai nilai di bawah 5,3. Hal ini disebabkan karena
pada nilai pH di bawah 5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisis anaerob tidak
aktif berkerja.Secara umum, pola penurunan nilai pH otot ada 3 (tiga), yaitu pola
penurunan nilai pH normal. Pola penurunan pH yang lain adalah pola dark firm and
dry (DFD) dan pola pale soft and exudative (PSE). Pola penurunan nilai pH normal
dapat dikatakan sebagai penurunan nilai pH yang lambat, nilai pH PSE dikatakan
sebagai pola penuruan pH yang cepat, sedangkan nilai pH DFD dikatakan sebagai
pola penurunan yang lambat dan tidak lengkap (Lukman, 2010).
Pada uji pH daging, dilakukan perlakuan daging segar (simpan suhu ruang),
refri, beku, dan rigor mortis (simpan beku). Dari hasil uji pH yang telah dilakukan,
daging dengan perlakuan segar mengalami kerusakan sehingga tidak dapat di ukur
pHnya. Daging dengan perlakuan refri mengalami kenaikan pH mulai dari 6 menjadi
8. Untuk perlakuan daging beku, pH daging tetap 5,5. Sedangkan daging dengan
perlakuan rigor mortis tidak mengalami perubahan pH, yaitu tetap 7 pada hari
terakhir. Sehingga perlakuan menyimpan daging yang paling baik yaitu rigor mortis
(suhu beku). Karena tidak terjadi perubahan nilai pH yang menandakan daging tetap
segar setelah disimpan selama 7 hari.
Pada pengujian boraks digunakan sampel bakso yang diambil dari berbagai
berbagai tempat, yaitu bakso bermerk, eceran, sekolah, pasar, dan kantin. Pengujian
dilakukan dengan menghancurkan sampel bakso sampai halus. Kemudian di ambil
sebagian dan dipindah ke cawan porselin. Bakso ditetesi boraks murni dan dibakar.
Dari hasil yang diperoleh, tidak ada satu pun nyala api yang menunjukkan warna
hijau. Hal tersebut menandakan bahwa tidak ada sampel bakso yang mengandung
boraks.
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum acara I Pembuatan Produk dan Uji Kualitas Produk
Daging yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan
tersebut yang dapat dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi
yang memakannya.
2. Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang dibumbui, kemudian
diselimuti oleh perekat tepung, pelumuran tepung roti (breading), dan digoreng
setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama
penyimpanan.
3. Panelis menyukai rasa dari nugget ayam secara warna, rasa, aroma, dan tekstur
nugget.
4. Keunggual dari nugget yaitu memperpanjang umur simpan dari bahan makanan
hewani dan mudah diolah kembali.
5. Kualitas fisik daging antara lain parameter pH, daya ikat air, warna, tekstur, bau
dan rasa.
6. Furikake yang telah dibuat cukup disukai oleh panelis dari segi rasa, warna, aroma,
tekstur.
7. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang
dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulatan-bulatan, dan
selanjutnya direbus.
8. Bakso yang dibuat pada praktikum tidak disukai oleh panelis.
9. Penyimpanan daging segar yang baik agar tidak rusak adalah pada suhu beku.
10. Tidak terjadi perubahan nilai pH, menandakan daging tetap segar setelah
disimpan selama 7 hari pada daging penyimpanan beku.
11. Tidak ada bakso yang mengandung boraks pada semua sampel yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Mukh. 2008. Penurunan Kualitas Daging Sapi yang Terjadi Selama Proses
Pemotongan dan Distribusi di Kota Semarang. Semnas Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Lukman, Denny W. Nilai pH Daging. Jurnal Peternakan dan Hasil Hewani vol. 02
hal 22-28. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Macedo, Maria Lucida Hernandes. 2011. Microbial Deterioration of VacuumPackaged Chilled Beef Cuts and Techniques For Microbiota Detection and
Characterization: A Review. Brazilian Journal of Microbiology 42: 1-11.
Brazillian.
Permadi, S N. 2011. Kadar Serat, Sifat Organoleptik, dan Rendemen Nugget Ayam
yang Disubstitusi dengan Jamur Tiram Putih (Plerotus Ostreatus). Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 4. Teknologi Pengolahan Daging dan
Analisis Produk. Universitas Diponegoro. Semarang.
Savell, Jeff W. 2008. Dry-Aging Of Beef: Executive Summary (Prepared For The
National Cattlemens Beef Associations). Center For Research & Knowledge
Management. Texas A&M University.
Setyohadi, R. 2013. Identifikasi Kandungan Gizi Makro dan Mikro Serta Mutu
Organoleptik Nugget Berbahan Dasar Pisang Tanduk.
Laboratorium
LAPORAN PRAKTIKUM
KELOMPOK 11
1. ERLANGGA H
(H3111022)
(H3111013)
3. MULTAZIMUL HAQ
(H3111044)
4. RAHMA ROSITA W
(H3111052)
5. ROHANA
(H3111058)